• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar Student Centered Learning (SCL) dan lingkungan belajar di kampus dengan prestasi belajar mahasiswa : studi kasus mahasiswa Universitas Sanata Dharma Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2006-2007 - U

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar Student Centered Learning (SCL) dan lingkungan belajar di kampus dengan prestasi belajar mahasiswa : studi kasus mahasiswa Universitas Sanata Dharma Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2006-2007 - U"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PENDEKATAN MENGAJAR STUDENT CENTERED LEARNING (SCL) DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI KAMPUS DENGAN PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA

Studi Kasus : Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Prodi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2006-2007

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Nova Padmawati Prihatin 041334082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)

   

(4)

 

PERSEMBAHAN

“I'm walking away, to find a better

day”

(by Craig David)

Skripsi ini ku persembahkan kepada:

Bapak dan Ibu tercinta

Juga adikku tersayang

(5)

MOTTO

“TUHAN AKAN MEMBERIKAN

YANG KITA BUTUHKAN

BUKAN

YANG KITA INGINKAN”

(6)

   

(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus atas kasih, karunuia dan berkat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada program studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyusun hingga menyelesaikan skripsi ini penulis tidak lepas dari bimbingan serta bantuan yang diberikan oleh semua pihak, untuk itu penulis secara tulus mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah membimbing, menuntun, dan menyertai dalam setiap langkah penulis.

2. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Romo Ir. P. Wiryono, SJ serta staf karyawan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan.

3. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma.

5. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA selaku Dosen Pembimbing yang selalu sabar memberikan bimbingan, dukungan, kritik, saran, dan meluangkan waktu untuk penyelesaian skripsi ini.

(9)

memberikan doa yang tiada hentinya, dukungan, semangat, dan perhatian kepada penulis selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini.

7. Mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2006-2007 yang telah membantu penulis dalam pengisian kuesioner.

8. Mas Tejo yang selalu sabar memberikan dukungan, semangat, waktu dan perhatiannya selama penulis kuliah dan penyelesaian skripsi. Cepet selesai ya mas…..

9. Teman-teman setiaku Yuli di Bali, Yesi(pacul), Elin, Yessi di Tangerang, thanks banget semangatnya guy’s… I’ll be back…..

10. Teman-Teman kuliah Agnes(meong), Anna, Sisil, Vivin, Eli(mbek), Tanti, Via, Florie dan Santi yang selalu memberikan semangat, tempat curhat, dan tempat gila bareng selama kuliah.

11. Teman-teman PAK 04 thanks for all…..

12. Teman-teman kos Trembuku 1 Erna, Mbak Uci, Anne, Ririn, Sinta, Ani, Atik, Vero thank you….

13. Semua orang yang turut membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi dan perkuliahan penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya.

Yogyakarta, Juli 2009 Penulis

(10)

ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PENDEKATAN MENGAJAR STUDENT CENTERED LEARNING (SCL) DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI KAMPUS DENGAN PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA

Studi Kasus : Mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2006 & 2007

Nova Padmawati Prihatin Universitas Sanata Dharma

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar dengan prestasi belajar mahasiswa, (2) Hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar di kampus dengan prestasi belajar mahasiswa, (3) Hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL dan lingkungan belajar di kampus dengan prestasi belajar mahasiswa.

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2006 & 2007. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2006 & 2007 yang berjumlah 124 mahasiswa. Jumlah sampel penelitian adalah 52 mahasiswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Untuk menjawab permasalahan pertama dan kedua digunakan analisis korelasi product moment, sedangkan untuk menjawab permasalahan ketiga digunakan analisis korelasi ganda.

(11)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF STUDENT’S PERCEPTION TOWARD TEACHING APPROACH STUDENT CENTERED LEARNING(SCL) TEACHING LEARNING ENVIRONMENT LEARNING IN CAMPUS AND

STUDENT’S LEARNING ACHIEVEMENT

A Case Study : Student of Accounting Department 2006 & 2007 Generation

Nova Padmawati Prihatin Sanata Dharma University

2009

The aims of this research are to know whether there is positive and significant relationship between student’s perception : (1) toward teaching approach and Student Centered Learning teaching and student’s learning achievement; (2) environment learning in campus and student’s learning achievement; (3) approach Student Centered Learning teaching and environment learning in campus and student’s learning achievement.

This research was conducted in Accounting Department 2006 & 2007 generation. The population of this research are 124 students of Accounting Department. The samples are 52 students. The sampling technique is purposive sampling. The method of data collection are questionnaire and documentation. To answer the first and second problems, the writer used product moment correlation analysis, while to answer the third problems, the writer used double correlation analysis.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK... ix

ABCTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Batasan Masalah ... 2

C.

Rumusan Masalah ... 3

D.

Tujuan ... 3

E.

Manfaat Penelitian... 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar SCL ... 5

B.

Lingkungan Belajar di Kampus... 16

C.

Prestasi Belajar Mahasiswa ... 20

D.

Kerangka Berpikir ... 25

(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian ……….. 29

B.

Tempat dan Waktu Penelitian ……… 29

C.

Subyek dan Obyek Penelitian ……... 30

D.

Populasi, Sampel, dan Penarikan Sampel ...………. 30

E.

Operasional Variabel.... ………..… 31

F.

Teknik Pengumpulan Data ……….………....……… 34

G.

Teknik Pengujian Instrumen ... 34

H.

Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM UNIVERSITAS

A.

Sejarah Universitas Sanata Dharma... 48

B.

Visi dan Misi... 50

C.

Tujuan Pendidikan di Sanata Dharma ... 51

D.

Yayasan... 51

E.

Pimpinan... 52

F.

Dewan Penyantun... 54

G.

Kemitraan... 54

H.

Lokasi Kampus... 64

I.

Statistik ... 64

J.

Fasilitas ... 66

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Responden... 68

B.

Deskripsi Data Penelitian ... 68

C.

Uji Normalitas ... 70

D.

Uji Linieritas ... 71

E.

Uji Hipotesis ... 73

(14)

BAB VI

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan... 85

B.

Keterbatasan Penelitian... 87

C.

Saran-Saran... 87

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan

Mengajar SCL... 31

Tabel 3.2 Operasional Variabel Lingkungan Belajar di Kampus ... 33

Tabel 3.3 Rangkuman Uji Validitas Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan

Mengajar

SCL...

36

Tabel 3.4 Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Kampus... 37

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen... 38

Tabel 3.6 Kategori Reliabilitas... 38

Tabel 3.7 PAP II... 39

Tabel 3.8 Interval Skor Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar

SCL... 40

Tabel 3.9 Interval Skor Lingkungan Belajar di Kampus ... 41

Tabel 3.10 Interval Skor Prestasi Belajar Mahasiswa... 42

Tabel 3.11 Koefisien Korelasi... 45

Tabel 5.1 Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar SCL ... 69

Tabel 5.2 Lingkungan Belajar di Kampus... 69

Tabel 5.3 Prestasi Belajar Mahasiswa... 70

Tabel 5.4 Hasil Pengujian Normalitas... 71

Tabel 5.5 Hasil Pengujian Linieritas... 72

Tabel 5.6 Korelasi Hubungan Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan

Mengajar SCL Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa ... 74

Tabel 5.7 Korelasi Hubungan Lingkungan Belajar di Kampus Dengan Prestasi

Belajar

Mahasiswa...

75

Tabel 5.8 Korelasi Ganda... 76

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner Penelitian...92

Lampiran II Data Validitas Penelitian...81

Lampiran III Data Induk Penelitian ...100

Lampiran IV Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ...110

Lampiran V Uji Normalitas dan Uji Linieritas...113

Lampiran VI Korelasi Produk Moment dan Analisis Korelasi Ganda ...115

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan perkuliahan bertujuan untuk mendapatkan suatu prestasi

dalam dunia akademik. Prestasi tidak hanya bisa didapat dari dunia akademik

saja, banyak sekali tempat untuk memperoleh prestasi. Selain di bidang

akademik, prestasi juga bisa diperoleh contohnya di bidang olahraga,

kesenian, atau di bidang lainnya. Bagi mahasiswa, mereka harus belajar

dengan giat agar mereka dapat memperoleh nilai yang sangat baik sehingga

mereka dapat dikatakan berprestasi.

Prestasi belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan

atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran yang biasanya

diperoleh dari tes atau angka yang diberikan guru (Nasution, 2001:39).

Seorang mahasiswa dikatakan sukses dalam belajar apabila dia dapat

berprestasi dengan memiliki skor IPK yang tinggi, dan dikatakan sukses

dalam perkuliahan apabila dia dapat bekerja di tempat yang berkualitas sesuai

dengan kompetensi yang dimilikinya. Prestasi belajar itu sendiri dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi minat,

motivasi, kondisi psikis dan fisik siswa. Faktor eksternal sendiri merupakan

faktor yang berasal dari luar siswa seperti, pendekatan mengajar, proses

(18)

Pendekatan pembelajaran merupakan faktor yang berasal dari luar

siswa. Kemampuan mengajar dengan menggunakan pendekatan yang tepat

merupakan hal yang harus dimiliki dosen. Penggunaan pendekatan yang tepat

dapat menciptakan kegiatan belajar/mengajar yang optimal. Apabila salah

satu bagian dari faktor eksternal ini dapat terpenuhi maka tujuan

pembelajaran akan tercapai.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa

adalah lingkungan belajar, karena lingkungan mempengaruhi seseorang untuk

berkonsentrasi. Lingkungan yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik

adalah lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.

Agar prestasi belajar mahasiswa itu baik maka diharapkan lingkungan yang

ada di sekitar mahasiswa itu baik pula. Beberapa faktor di atas diduga dapat

mempengaruhi keberhasilan atau prestasi belajar mahasiswa, khususnya

mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Mengingat pentingnya mengetahui

beberapa faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar, untuk itu

penelitian ini akan meneliti “Hubungan Persepsi Mahasiswa Terhadap

Pendekatan Mengajar SCL dan Lingkungan Belajar di Kampus dengan

Prestasi Belajar Mahasiswa” Prodi PAK angkatan 2006 & 2007 Universitas

Sanata Dharma.

B. Batasan Masalah

Menyadari banyaknya masalah yang ada dalam usaha peningkatan

prestasi belajar mahasiswa maka dalam penelitian ini penulis membatasi

(19)

mengajar SCL dan lingkungan belajar di kampus dengan prestasi belajar

mahasiswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diambil

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan positif antara persepsi mahasiswa terhadap

pendekatan mengajar SCL dengan prestasi belajar mahasiswa?

2. Apakah ada hubungan positif antara lingkungan belajar di kampus dengan

prestasi belajar mahasiswa?

3. Apakah ada hubungan positif antara persepsi mahasiswa terhadap

pendekatan mengajar SCL dan lingkungan belajar di kampus dengan

prestasi belajar mahasiswa?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara persepsi

mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL dengan prestasi belajar

mahasiswa.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan postif antara lingkungan belajar

di kampus dengan prestasi belajar mahasiswa.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara persepsi

mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL dan lingkungan belajar di

(20)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas

Memberi masukan untuk dapat lebih meningkatkan kualitas universitas

secara umum serta kualitas dosen secara khusus melalui pemerkayaan

pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran, dengan lingkungan yang

lebih menunjang.

2. Bagi Dosen

Memberi masukan bagi dosen bahwa sebenarnya pendekatan SCL itu dapat

merangsang kemandirian mahasiswa dalam kegiatan belajar.

3. Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan mahasiswa khususnya FKIP bahwa prestasi belajar

dapat diupayakan dengan pendekatan mengajar yang sesuai dengan tujuan

dan lingkungan belajar yang kondusif.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan bahwa sebenarnya faktor pendekatan belajar SCL

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Mengajar Dosen

1. Pengertian Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai proses yang mengorganisir dan

menggabungkan data-data indera kita (penginderaan) untuk

dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling

kita termasuk sadar akan diri sendiri (Davidoff, 1988:232). Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Thoha (1988:138) yang mengatakan bahwa

persepsi merupakan proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang

dalam memahami informasi tentang lingkungan baik melalui

pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk

persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu

penafsiran yang unik terhadap situasi.

Situasi itu sendiri lebih ditekankan oleh Rakhmat (1985:64),

sebagai pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan

yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Sarlito (1992:45) sendiri menyatakan bahwa persepsi merupakan sejumlah

penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat syaraf

yang lebih tinggi (otak), sehingga manusia bisa mengenali dan menilai

(22)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi

adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan, dan

menginterpretasikan rangsangan dari lingkungannya melalui panca indera

sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diinderakan.

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Persepsi

Menurut Thoha (1988:158), faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi antara lain sebagai berikut:

a. Artibulasi

Artibulasi diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang mencari

kejelasan sebab-sebab dari perilaku orang lain. Seseorang tidak hanya

tertarik mengamati perilaku dalam organisasi saja, tetapi juga mencari

jawaban penyebab dari perilaku orang yang diamati. Penilaian orang

dan reaksinya terhadap perilakunya. Proses atribulasi ini sangat

bermanfaat karena meneliti sebab-sebab terjadinya suatu perilaku yang

diharapkannya persepsi terhadap orang lain.

b. Stereotype

Strereotype adalah suatu proses yang cenderung melihat orang lain

sebagai suatu bagian dari kelas atau kategori. Selain itu di dalam

Stereotype ini terdapat suatu persetujuan umum atas sifat-sifat yang

disandang dengan sifat yang senyatanya. Hal ini mengakibatkan suatu

(23)

c. Hallo Effect

Hallo Effect digunakan untuk menilai seseorang berdasarkan atas salah

satu sifat yang diketahui oleh yang menilai. Misalnya kerajinan,

kecerdasan, penampilan, kerjasama, dan lain sebagainya. Satu sifat

yang kebetulan dilihat oleh penilai dan dapat menutupi sifat-sifat

lainnya.

3. Pengertian Pendekatan Mengajar SCL

a. Pengertian Pendekatan

Pada umumnya kata approach diartikan pendekatan. Dalam

dunia pengajaran, kata ini lebih tepat diartikan a way of beginning

something yang artinya adalah cara memulai sesuatu. Jadi pendekatan

mengajar itu sendiri berarti cara memulai suatu pengajaran (Subana

2000:18).

Menurut Sanjaya (strategi pembelajaran 2006:125),

pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita

(pendidik) terhadap proses pembelajaran. Pendekatan dalam

pembelajaran ada dua yaitu, pendekatan yang berpusat pada guru

(Instuctor Centered Learning) dan pendekatan yang berpusat pada

siswa (Student Centered Learning).

b. Pengertian Student Centered Learning ( SCL)

1) Student Centered Learning adalah suatu model pembelajaran yang

menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar.

(24)

Centered Learning yang menekankan pada transfer pengetahuan

dari guru ke murid yang relatif bersikap pasif

(http://faculty.petra.ac.id/arlinah/scl/scl/pdf.)

2) Student Centered Learning (SCL) adalah suatu harapan dengan

sekurang-kurangnya tiga alasan.

Pertama, sebagai dampak perkembangan teknologi informasi

memberikan peluang bagi penjaringan sumber informasi

pengetahuan oleh siapa pun, termasuk mahasiswa. Padahal dalam

kenyataannya, mahasiswa seringkali memperoleh kesempatan lebih

baik dibandingkan dosennya. Oleh karena itu mahasiswa harus

diberi ruang dan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan

awalnya dalam proses pembelajaran sebagai upaya membentuk

sendiri pemikirannya. Kedua, pendekatan ini telah menjadi

kebijakan universitas melalui rencana stratejik yang harus

diformulasikan dan ditranformasikan dalam pelaksanaan proses

pembelajaran di seluruh program studi. Ketiga, sesungguhnya

dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada dosen terdapat

beberapa kelemahan, diantaranya memberikan peluang bagi

dominasi dosen, sehingga menganggap dirinya sebagai

satu-satunya sumber pengetahuan; dan tidak memberikan kesempatan

kepada mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuannya atau

(25)

(http://kjm.ugm.ac.id/web/index2.php?option=com_content&do_p

df=1&id=295.)

3) Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran

dengan menggunakan sepasang perspektif, yaitu fokus pada

individu pembelajar (keturunan, pengalaman, perspektif, latar

belakang, bakat, minat, kapasitas, dan kebutuhan) dengan fokus

pada pembelajaran (pengetahuan yang paling baik tentang

pembelajaran dan bagaimana hal itu timbul serta tentang praktik

pengajaran yang paling efektif dalam meningkatkan tingkat

motivasi, pembelajaran, dan prestasi bagi semua pembelajar)

(http://inparametric.com/bhinablog/download/pembelajaran_berb

asis_scl.pdf.)

Perspektif yang berpusat pada siswa ini merupakan suatu refleksi

dari duabelas (12) prinsip psikologis pembelajaran berpusat pada

siswa, 12 prinsip itu adalah:

Prinsip 1 : Dasar proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu

proses alamiah untuk mencapai tujuan yang bermakna secara

pribadi, bersifat aktif, dan melalui mediasi secara internal,

merupakan proses pencarian dan pembentukan makna terhadap

informasi dan pengalaman yang dipilih melalui persepsi unik,

(26)

Prinsip 2 : Tujuan proses pembelajaran. Siswa mencari untuk

menciptakan makna, representasi pengetahuan melalui kuantitas

dan kualitas data yang tersedia.

Prinsip 3: Pembentukan pengetahuan. Siswa mengkaitkan

informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya yang telah

dimiliki melalui cara-cara yang unik dan penuh makna.

Prinsip 4 : Pemikiran tingkat tinggi. Strategi tingkat tinggi untuk

memantau dan memonitor proses mental, menfasilitasi kreativitas

dan berpikir kritis.

Prinsip 5 : Pengaruh motivasi dalam pembelajaran. Kedalaman dan

keluasan informasi diproses, serta apa dan seberapa banyak hal itu

dipelajari dan diingat.

Prinsip 6 : Motivasi intrinsik untuk belajar. Individu pada dasarnya

memiliki rasa ingin tahu dan menikmati pembelajaran, tetapi

pemikiran dan emosi negatif (misalnya perasaan tidak aman, takut

gagal, malu, ketakutan mendapat hukuman) dapat mengancam

antusiasme mereka.

Prinsip 7 : Karakteristik tugas-tugas pembelajaran yang dapat

meningkatkan motivasi. Rasa ingin tahu, kreativitas, dan berpikir

tingkat tinggi dapat distimulasi melalui tugas-tugas yang relevan.

Prinsip 8: Kendala dan peluang perkembangan. Kemajuan

(27)

emosional, dan sosial yang merupakan fungsi genetis yang unik

serta pengaruh faktor lingkungan.

Prinsip 9: Keberagaman sosial dan budaya. Pembelajaran

difasilitasi oleh interaksi sosial dan komunikasi dengan orang lain

melalui pengaturan yang fleksibel, keberagaman (usia, budaya,

latar belakang keluarga, dsb).

Prinsip 10 : Penerimaan sosial, harga diri, dan pembelajaran.

Pembelajaran dan harga diri sangat terkait ketika individu dihargai

dan dalam hubungan yang saling peduli satu dengan yang lain

sehingga mereka dapat saling mengetahui potensi, menghargai

bakat-bakat unik dengan tulus, dan menerima mereka saling dapat

menerima sebagai individu.

Prinsip 11 : Perbedaan individual dalam pembelajaran. Meskipun

prinsip-prinsip dasar pembelajaran dan motivasi berpengaruh pada

semua siswa, siswa memiliki perbedaan kemampuan dan preferensi

dalam model dan strategi pembelajaran. Perbedaan-perbedaan ini

merupakan pengaruh dari lingkungan dan keturunan.

Prinsip 12 : Filter kognitif. Keyakinan personal, pemikiran, dan

pemahaman berasal dari pembelajaran, hal ini dapat menjadi dasar

individual dalam pembentukan realitas.

c. Ciri-ciri SCL

1. Mahasiswa aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

(28)

2. Mahasiswa secara aktif terlibat dalam mengelola pengetahuan.

3. Tidak terfokus hanya pada penguasaan materi, tetapi juga

mengembangkan sikap belajar.

4. Multimedia

5. Fungsi dosen sebagai motivator dan fasilitator

6. Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan berkesinambungan

dan terintegrasi.

7. Penekanan pada proses pengembangan pengetahuan kesalahan

dapat digunakan sebagai sumber belajar.

8. Sesuai dengan pengembangan ilmu dengan pendekatan

interdisipliner.

9. Mahasiswa dan dosen belajar bersama dalam mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan.

10.Mahasiswa melakukan pembelajaran dengan berbagai model

pembelajaran SCL.

11.Penekanan pada pencapaian kompetensi mahasiswa.

12.Penekanan pada bagaimana cara mahasiswa melakukan

pembelajaran.

13.Penekanan pada penguasaan hard skill dan soft skill mahasiswa.

Pendekatan SCL itu lebih mengutamakan pada aktifitas

mahasiswa dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

(29)

mahasiswa. Fungsi dosen sudah tidak lagi sebagai pemberi informasi

utama dan evaluator, tetapi fungsi dosen pada pendekatan SCL adalah:

1. Memfasilitasi:

Modul ajar, buku, handout, jurnal, hasil penelitian, waktu.

2. Memotivasi:

a) Dengan memberi perhatian pada siswa

b) Memberi materi yang relevan dengan tingkat kemampuan

mahasiswa dengan situasi yang kontekstual.

c) Memberi semangat dan kepercayaan pada mahasiswa bahwa ia

dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.

d) Memberi kepuasan pada mahasiswa terhadap pembelajaran

yang dilakukan.

3. Memberi tutorial:

Menunjukkan jalan/cara/metode yang dapat membantu mahasiswa

menelusuri dan menemukan penyelesaian masalah yang berkaitan

dengan materi pembelajaran.

4. Memberi umpan balik:

Memonitor dan mengkoreksi jalan pikiran/hasil kinerja agar

mencapai sasaran yang optimum sesuai kemampuannya.

Pembelajaran yang inovatif dengan metode yang berpusat pada

siswa memiliki keragaman model pembelajaran yang menuntut

partisipasi aktif dari siswa. Metode-metode tersebut diantaranya

(30)

(a). Berbagi informasi dengan cara: curah gagasan(brainstorming),

kooperatif, kolaboratif, diskusi kelompok, diskusi panel,

simposium dan seminar;

(b). Belajar dari pengalaman dengan cara: simulasi, bermain peran,

permainan, dan kelompok temu;

(c). Pembelajaran melalui pemecahan masalah dengan cara: studi

kasus, tutorial, dan lokakarya.

Variasi dari sejumlah ragam kegiatan belajar juga diyakini

akan cenderung menghasilkan pengetahuan yang tersimpan kuat dalam

memori siswa. Sebuah riset melaporkan perbandingan antara gaya

mengajar dengan persentase informasi yang diingat dalam jangka

waktu lama.

GAYA MENGAJAR INFORMASI YANG TERSMPAN LAMA

Ceramah 2% Ceramah disertai Demonstrasi 10%

Ceramah disertai demonstrasi dan latihan

terbimbing 20%

Ceramah disertai demonstrasi, praktek

terbimbing dan pemberian umpan balik 80%

Dari tabel di atas terlihat bahwa informasi yang kuat tersimpan

dihasilkan oleh gabungan antara sejumlah kegiatan yang melibatkan

berbagai kegiatan siswa.

d. Pembelajaran KBK dengan pendekatan SCL

1. Mengutamakan tercapainya kompetensi mahasiswa(kemampuan

(31)

2. Memberi pengalaman belajar mahasiswa(bukan hanya memberi

soal ujian/tes, sedangkan proses belajarnya tidak bisa diketahui).

3. Mahasiswa harus dapat menunjukkan hasil belajarnya/kinerjanya.

4. Pemberian tugas menjadi pokok dalam pembelajaran.

5. Mahasiswa mempresentasikan penyelesaian tugasnya, dibahas

bersama, dikoreksi, dan diperbaiki, merupakan proses yang penting

dalam pembelajaran SCL.

6. Penilaian proses sama pentingnya dengan penilaian hasil(ujian tulis

lebih banyak mengarah pada penilaian hasil belajar).

e. Pengukuran dan penilaian belajar

Penilaian belajar biasanya digunakan oleh pendidik untuk

menilai seseorang berhasil atau tidak dalam belajar melalui ujian

tertulis atau lisan. Biasanya seorang mahasiswa akan dinyatakan

berhasil apabila dia lulus dalam ujian tertulis maupun lisan dari suatu

mata kuliah dan dikatakan tidak lulus apabila mahasiswa tidak lulus

ujian tertulis maupun lisan yang diberikan oleh dosen.

Penilaian pembelajaran pada pendekatan SCL berbeda dengan

penilaian pembelajaran konvensional. Penilaian dengan menggunakan

pendekatan ini lebih menekankan pada kompeten atau tidak mahasiswa

terhadap mata kuliah yang diberikan. Jadi mahasiswa dikatakan

berhasil mengikuti perkuliahan apabila mereka kompeten atau

menguasai secara menyeluruh tentang mata kuliah yang diberikan oleh

(32)

B. Lingkungan Belajar di Kampus

Lingkungan belajar merupakan lingkungan yang dapat mempengaruhi

belajar peserta didik seperti lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan

lingkungan masyarakat(Nasution, jurnal ilmu pendidikan hal 41).

Menurut Prayitno(1997: 41), lingkungan belajar dibagi menjadi dua

macam, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik.

1. Lingkungan fisik berkaitan dengan hal-hal yang ada di luar peserta didik

yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar, baik yang bersumber dari

lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.

Contoh : Kerapihan lingkungan belajar baik di rumah, sekolah, maupun

perpustakaan.

2. Lingkungan nonfisik adalah segala hal yang ada di luar diri peserta didik

yang secara mental dapat mempengaruhi aktivitas belajarnya, baik yang

bersumber dari lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan

masyarakat.

Contoh : Kondisi lingkungan yang bising, keluarga yang broken home,

dan penerimaan sosial yang tidak baik.

Menurut Suryabrata(1983:8), faktor-faktor lingkungan dapat

dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: lingkungan alami dan

lingkungan sosial.

Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara

berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar pada keadaan udara

(33)

yang panas dan pengap. Di Indonesia, orang cenderung berpendapat bahwa

belajar pada pagi hari akan lebih baik hasilnya daripada belajar pada sore

hari.

Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan representasinya

(wakilnya) maupun yang berwujud hal-hal lain, langsung berpengaruh

terhadap proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar

memecahkan soal akan terganggu, bila ada orang lain yang mondar-mandir di

dekatnya atau keluar masuk kamarnya, atau bercakap-cakap di dekat tempat

belajar itu. Representasi manusia seperti misalnya potret, tulisan, dan

rekaman suara juga berpengaruh. Dalam banyak hal pengaruhnya kurang

menguntungkan. Lingkungan sosial yang lain, seperti suara mesin pabrik,

hiruk-pikuk lalu lintas, juga berpengaruh terhadap belajar. Inilah antara lain

alasannya mengapa gedung sekolah didirikan di tempat jauh dari pabrik atau

tempat kerja dan jauh dari keributan lalu lintas.

Menurut Surakhmad (1982:23-26), Lingkungan belajar dibagi

menjadi 2 jenis yaitu, lingkungan rumah dan lingkungan universitas.

Lingkungan belajarpun memiliki 2 syarat yang harus dipenuhi sehingga

lingkungan tersebut dapat dikatakan menunjang kegiatan belajar.

Syarat-syarat itu adalah Syarat-syarat fisik dan juga mental.

a. Lingkungan rumah

Tempat tinggal perlu memenuhi syarat-syarat kesehatan,

ketenangan, dan penerangan. Dari sudut kesehatan, tempat tinggal harus

(34)

yang langsung berhubungan dengan udara bersih di luar. Karena selama

belajar kebanyakan posisi kita akan duduk dalam kamar maka udara bersih

diperlukan untuk mengatasi peracunan pernafasan dan mengurangi

kelelahan. Dari sudut ketenangan kita harus melihat apakah

setidak-tidaknya pada saat-saat tertentu kita dapat tenang belajar seorang diri.

Tempat belajar yang ramai akan mengacaukan pembagian waktu dan

konsentrasi belajar. Dari sudut penerangan kita perlu menyelidiki apakah

cukup penerangan dalam kamar belajar, karena penerangan yang kecil

akan melelahkan mata dan otak.

b. Lingkungan universitas

Kita harus mengenali universitas yang kita tempati dengan melihat

semua fasilitas yang dapat kita pergunakan. Bukan saja lokalitas atau

tempat-tempatnya tetapi juga laboratorium, perpustakaan,

perkumpulan-perkumpulan keilmuannya, serta orang-orang yang memegang peranan

utama di tiap-tiap bagian.

Lingkungan di universitas sangat mempengaruhi prestasi dari

seorang mahasiswa, seperti:

a. Tercipta disiplin di kampus yang mendorong terbentuknya disiplin

belajar

b. Mahasiswa menjadi pusat utama layanan pendidikan dan

pengembangan.

c. Terciptanya rasa nyaman di kampus untuk belajar. Rasa nyaman ini

(35)

pelayanan kepada peserta didik dengan kehangatan, keakraban, dan

kekeluargaan. Di samping itu, kebersihan lingkungan belajar juga

merupakan unsur penting bagi terciptanya rasa nyaman ini.

d. Tersedia buku-buku dan sarana pembelajaran lain yang memadai.

e. Keteladanan guru/dosen sebagai masyarakat terpelajar.

f. Kinerja profesional guru/dosen yang terandalkan; mereka mampu

memberi sugesti kepada anak didiknya.

g. Pemberian tugas mandiri dan terstruktur kepada peserta didik dan ini

direspons oleh peserta didik secara antusias.

h. Program kokurikuler dan ekstra kurikuler mengintegral dengan

program kurikuler.

i. Penetapan kriteria prestasi dalam pembelajaran yang dilakukan secara

objektif.

Lingkungan universitas itu sendiri terdiri dari kondisi fisik dan non

fisik. Kedua kondisi tersebut mempunyai peranan yang penting bagi

mahasiswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar.

1. Kondisi Fisik Ruangan Belajar

Sebuah lingkungan belajar yang efektif menuntut adanya

sebuah ruangan belajar yang kondusif, beberapa hal yang menjadi

faktor penentu terciptanya kondisi fisik ruang belajar yang baik adalah:

a. Temperatur Udara

b. Pencahayaan

c. Sirkulasi Udara

(36)

e. Kebersihan kelas

f. Dan Keamanan Kelas dari faktor-faktor pengganggu.

2. Kondisi non fisik

Faktor yang dimaksud yaitu aturan dan disiplin lebih

kepada penciptaan suasana belajar yang teratur dan disiplin,

seperti:

a. Waktu kegiatan belajar dan mengajar yang tepat, ciptakan

suasana belajar yang disiplin, seperti masuk kelas tepat waktu,

sehingga pada saat proses belajar mengajar berlangsung, sudah

tercipta kondisi kelas yang tenang.

b. Cara meminta izin ketika hendak keluar dari ruangan kelas,

jangan sampai ketika proses belajar berlangsung, banyak siswa

yang keluar masuk seenaknya, hal ini tentunya dapat

menganggu konsentrasi belajar di ruangan kelas.

c. Setiap pelajar mengetahui aturan dan tata cara pelaksanaan

proses belajar di kelas.

C. Prestasi Belajar Mahasiswa

1. Pengertian Belajar

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian belajar:

a. Menurut Roestiyah N.K:

Belajar itu hanya menambah dan mengumpulkan sejumlah ilmu

pengetahuan. Pendapat tersebut dalam praktik sangat banyak dianut di

(37)

mungkin dan murid giat untuk mengumpulkannya. Di sini sering

terlihat bahwa belajar itu disamakan dengan menghafal (Roestiah

N.K., 1982:149).

b. Menurut W.S Winkel belajar adalah:

Suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap (Winkel, 1987:4).

c. Menurut Oemar Hamalik (1975:4), hasil belajar adalah suatu bentuk

perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara

bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Seseorang

dikatakan telah belajar, jika di dalam dirinya telah terjadi perubahan

tertentu, misalnya semula tidak dapat membaca menjadi dapat

membaca.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang

setelah mengikuti suatu program pendidikan. Menurut Nasution (Jurnal

Ilmu Pendidikan 2001:39), prestasi belajar adalah penguasaan seseorang

terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu pelajaran,

yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan oleh

guru.

Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input,

proses, dan output. Input berkaitan dengan masukan untuk kegiatan

(38)

dilaksanakan. Dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar tersebut akan

mendapat kecakapan maupun perubahan yang sesuai dengan tujuan.

Menurut Sunaryo (1983:10-13), bahwa tingkat kemampuan siswa dalam

proses belajar dapat diketahui dari prestasi belajarnya. Prestasi belajar

adalah hasil perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

Menurut Jas (1987:34), prestasi belajar bisa dinyatakan

sebagaimana tercantum dalam raport atau ijazah, pendapat tersebut sejalan

dengan yang dikemukakan oleh Wirawan (1976:20), yang menyampaikan

bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang dalam

usaha belajarnya seperti yang dinyatakan dalam raport.

Pernyataan tentang persepsi belajar makin diperlengkap dengan

pernyataan yang diberikan oleh Tirtonegoro (1984:42), yang mana

pencapaian hasil belajar dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf,

maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap

anak dalam periode tertentu.

Menurut Sukardi (1983:30-31) menyatakan bahwa beberapa faktor

yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal, ialah faktor yang menyangkut seluruh diri pribadi,

termasuk fisik maupun mental atau psikologisnya yang ikut

menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar.

b. Faktor eksternal, ialah faktor yang bersumber dari luar indvidu yang

(39)

alat-alat pelajaran yang tidak memadai, dan lingkungan sosial maupun

lingkungan alamiahnya.

Berdasarkan isi dari Buku Pedoman Program Studi Pendidikan

Akuntansi (2007:55-56), terdapat beberapa kriteria penilaian yang

dilakukan oleh universitas Sanata Dharma terhadap prestasi belajar

mahasiswa. Hasil pengukuran taraf pencapaian kompetensi mahasiswa

dinyatakan dalam bentuk skor. Penilaian hasil belajar mahasiswa dapat

didasarkan pada tiga kemungkinan sistem penilaian, yaitu:

a. Sistem Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Sistem penilaian ini menetapkan lebih dahulu batas lulus yang

mencerminkan sasaran materi perkuliahan yang dituntut.

b. Sistem Penilaian Acuan Norma (PAN)

Sistem penilaian ini membandingkan taraf prestasi yang dicapai oleh

seorang mahasiswa dengan taraf prestasi kelas/kelompoknya.

c. Sistem Penilaian Acuan Kombinasi (PAK)

Sistem penilaian ini membandingkan taraf prestasi kelompok yang

diharapkan dengan taraf prestasi kelompok yang nyata, kemudian

ditentukan batas lulus.

Sistem penilaian yang sesuai dengan pendekatan kompetensi

dan yang digunakan di Universitas Sanata Dharma adalah sistem PAP

yang disesuaikan. Nilai akhir keberhasilan mahasiswa dinyatakan

(40)

masing-masing dengan bobot kuantitatif (yang disebut angka mutu)

sebagai berikut:

A ekuivalen dengan bobot 4

B ekuivalen dengan bobot 3

C ekuivalen dengan bobot 2

D ekuivalen dengan bobot 1

E ekuivalen dengan bobot 0

Penilaian dilakukan terlebih dahulu dengan menetapkan batas

lulus yang merupakan batas minimum pencapaian kompetensi yang

diperlukan. Penilaian ini biasanya menggunakan acuan persentase

untuk dapat menentukan apakah seorang mahasiswa dapat lulus atau

tidak pada suatu mata pelajaran. Acuan persentase yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Persentase Nilai

≥ 80 A

66-79 B 56-65 C 50-55 D

≤ 49 E

Seorang mahasiswa juga dianggap telah berhasil dalam

kegiatan perkuliahan apabila mereka memperoleh Indeks Prestasi yang

tinggi. Ukuran tinggi rendahya IP dapat dilihat pada daftar

pengambilan sks yang boleh diambil oleh mahasiswa, semakin tinggi

(41)

IP Sementara SKS

3,00-4,00 25 2,50-2,99 22 2,00-2,49 19

≤ 1,99 15

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh setelah mengikuti

suatu program studi yang biasanya tercantum dalam nilai raport dan

ijazah yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun

kalimat.

D. Kerangka Berpikir dan Hipotesis

1. Hubungan Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar SCL

Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa

Pendekatan mengajar itu berarti titik tolak atau sudut pandang kita

(pendidik) terhadap proses pembelajaran (Sanjaya 2006:125). Pendekatan

dalam pembelajaran itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu, pendekatan yang

berpusat pada guru atau instruktur dan pendekatan yang berpusat pada

siswa

Pendekatan mengajar SCL merupakan salah satu pendekatan yang

dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang menjadikan peserta

didik sebagai pusat pembelajaran yang akan membuat mereka merasa

tertantang untuk belajar dan mencari tahu sendiri. Mahasiswa diberikan

banyak kesempatan untuk menyampaikan ide kreatif dalam belajar yang

diharapkan mereka dapat merasa senang terhadap suatu mata pelajaran.

(42)

mahasiswa akan berani mengutarakan pendapat dan ide kreatifitas dalam

kegiatan belajar. Dengan demikian kompetensi mereka terhadap suatu

pelajaran akan meningkat. Itu semua karena mereka diberikan kebebasan

untuk menemukan cara belajar seperti apa yang bisa membuat mereka

senang (Nasar, 32-33).

2. Hubungan Lingkungan Belajar di Kampus dengan Prestasi Belajar

Mahasiswa

Lingkungan belajar biasanya sangat mempengaruhi prestasi belajar

mahasiswa karena untuk belajar dengan baik diperlukan lingkungan hidup

yang merangsang suasana belajar, maka lingkungan penting sekali dalam

menentukan prestasi belajar (Surakhmad 1982:23). Hubungan antara

pengajar atau dosen terhadap mahasiswa juga akan berpengaruh pada

prestasi belajar mahasiswa. Apabila dosen memperlakukan mahasiswa

dengan baik atau apabila mahasiswa merasa diterima oleh dosen, maka

mahasiswa akan menjadi lebih percaya diri dan hal tersebut dapat

mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa itu sendiri. Menurut Prayitno

(1997: 41), keberhasilan mahasiswa ditentukan juga oleh lingkungan

belajar, karena lingkungan mempengaruhi seseorang untuk berkonsentrasi.

Lingkungan fisik dan non fisik juga ikut mempengaruhi prestasi belajar.

Seperti halnya lingkungan fisik yaitu kondisi kelas yang bersih dan

lingkungan nonfisik seperti mahasiswa tidak datang terlambat dalam

pelajaran akan membuat mahasiswa dapat lebih berkonsentrasi, sehingga

(43)

lebih optimal. Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh banyak faktor yang

salah satunya adalah faktor lingkungan. Prestasi yang baik akan dihasilkan

apabila lingkungan belajar mendukung. IPK yang tinggi dapat tercapai

apabila lingkungan belajar di kampus mendukung, seperti lingkungan fisik

dan juga lingkungan non fisik.

3. Hubungan Persepsi Belajar Mahasiswa Terhadap Pendekatan SCL

dan Lingkungan Belajar di Kampus dengan Prestasi Belajar

Mahasiswa

Menurut Prayitno (1997:40), kesuksesan belajar siswa atau

mahasiswa lebih banyak ditentukan oleh penguasaan materi, pendekatan

mengajar, sarana belajar, kondisi diri pribadi, dan lingkungan belajar.

Penguasaan materi yang baik akan membuat mahasiswa paham akan

pelajaran yang diberikan, sehingga pada saat ujian mahasiswa dapat

mengerjakan soal ujian dan dengan penguasaan materi yang baik maka

hasil yang diperoleh akan baik. Pendekatan mengajar juga berpengaruh

pada penguasaan materi seorang mahasiswa. Pendekatan mengajar yang

tepat & menarik akan membuat mahasiswa merasa senang terhadap

pelajaran yang diberikan. Selain itu sarana belajar, kondisi diri pribadi,

dan lingkungan belajar juga ikut mempengaruhi. Apabila seorang

mahasiswa sedang mengalami masalah ditambah lagi lingkungan belajar

seperti kondisi kelas kotor dan gaduh akan mempengaruhi konsentrasi

belajar mahasiswa. Apabila mahasiswa sulit untuk berkonsentrasi maka

(44)

4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Ada hubungan positif antara persepsi mahasiswa terhadap

pendekatan mengajar SCL dengan prestasi belajar mahasiswa.

H2: Ada hubungan positif antara lingkungan belajar di kampus dengan

prestasi belajar mahasiswa.

H3: Ada hubungan positif antara pendekatan mengajar SCL dan

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, yang dimaksud studi

kasus adalah penelitian terinci tentang seseorang atau sesuatu unit selama

kurun waktu tertentu (Consuello, 1993:73). Penelitian ini merupakan

penelitian yang dilaksanakan dengan cara mengamati kasus-kasus yang

terjadi di lingkungan kampus, khususnya di lingkungan kampus Sanata

Dharma. Jenis penelitian studi kasus ini bila dihubungkan dengan hasil

penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian hanya

berlaku bagi obyek yang diteliti saja dan tidak berlaku bagi obyek penelitian

yang lain. Penelitian ini hanya terbatas pada obyek tertentu saja yaitu

mahasiswa sebagai responden. Secara khusus, yang akan diteliti dari

responden adalah persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL,

lingkungan belajar di kampus, dan prestasi belajar mahasiswa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Desember – Januari 2009.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

(46)

Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Prodi PAK tahun

angkatan 2006-2007.

2. Obyek Penelitian

Persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL, lingkungan

belajar di kampus, dan prestasi belajar mahasiswa.

D. Populasi

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

1999:72). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa USD Prodi

Pendidikan Akuntansi.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi(Sugiyono, 1999:73), lebih ditekankan lagi jika sampel adalah

sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara

tertentu.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambialn sampel yang digunakan adalah purposive sampling,

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

1999:78). Peneliti akan mengadakan penelitian sampel dan dalam hal ini

peneliti menetapkan seluruh mahasiswa prodi pendidikan akuntansi

(47)

PAK angkatan 2006 dan angkatan 2007 sebanyak 124 orang.

Pertimbangan ini diambil karena mahasiswa angkatan tersebut telah

memiliki pengalaman mengikuti perkuliahan dengan berbagai metode.

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL.

Persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL adalah

proses pemahaman yang dialami oleh mahasiswa dalam memahami

pendekatan mengajar SCL yang digunakan oleh dosen dalam kegiatan

pembelajaran. Pengukuran variabel persepsi mahasiswa terhadap

pendekatan mengajar SCL berdasarkan indikator yang disajikan dalam

tabel. Berikut ini disajikan tabel operasional:

Tabel 3.1

Tabel Operasional

Variabel Dimensi Indikator

Pertanyaan Positif Negatif Persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL Ciri-ciri SCL

Mahasiswa aktif dalam mengembangkan

pengetahuan & keterampilan yang dipelajari

1

Mahasiswa secara aktif terlibat dalam mengelola pengetahuan.

2

Tidak terfokus hanya pada penguasaan materi, tetapi juga mengembangkan sikap belajar

3

Penggunaan Multimedia 4

Fungsi dosen sebagai motivator

(48)

Fungsi dosen sebagai fasilitator

6

Penekanan pada proses pengembangan

pengetahuan yang mana

kesalahan dapat digunakan sebagai sumber

belajar

7

Mahasiswa melakukan pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran SCL.

8

Penilaian instrumen menggunakan skala Likert sebagai berikut:

Penilaian Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif

Skor Skor

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

2. Variabel lingkungan belajar

Lingkungan belajar merupakan lingkungan yang dapat

mempengaruhi belajar peserta didik, lingkungan belajar yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah lingkungan kampus. Pengukuran variabel

lingkungan belajar berdasarkan indikator yang disajikan dalam tabel

(49)

Tabel 3.2

Tabel Operasional

Variabel Dimensi Indikator Pertanyaan Positif Negatif

Lingkungan di kampus

Lingkungan Fisik

Temperatur udara 9

pencahayaan 10 Sirkulasi udara 11

Kondisi meja 12

bangku 13

Jendela kelas 14

Kebersihan kelas 15

Keamanan kelas 16

Lingkungan Non Fisik

kedisiplinan 17 aturan 18

Penilaian instrumen menggunakan skala Likert sebagai berikut:

Penilaian Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif

Skor Skor

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

3. Variabel prestasi belajar mahasiswa

Prestasi belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan

atau keterampilan tertentu dalam suatu pelajaran, yang lazimnya diperoleh

dari nilai tes atau angka yang diberikan dosen.

Pengukuran yang berdasarkan dari Buku Pedoman Program Studi

(50)

IP 3,00-4,00 diberi skor 4

IP 2,50-2,99 diberi skor 3

IP 2,00-2,49 diberi skor 2

IP ≤ 1,99 diberi skor 1

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik kuesioner tertutup

Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi

mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL dan lingkungan belajar di

kampus.

2. Metode dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar

mahasiswa.

G. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Suatu alat ukur dikatakan valid atau sahih apabila suatu alat

pengukuran tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan tepat

atau teliti. Pengujian kevalidan alat ukur dapat menggunakan metode

analisis butir dengan menguji apakah item telah mengungkapkan faktor

atau indikator yang ingin diselidiki. Arikunto (1996:170) menyatakan

rumus perhitungan korelasi product moment dari Karl Pearson adalah

sebagai berikut:

( )( )

(

)

{

}

{

( )

}

− = 2 2 2 2 y x N x x N y x xy N
(51)

Dengan keterangan:

rXY = koefisien korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan

N = Total Responden

  = Total nilai responden

= Total nilai x

XY = jumlah perkalian skor X dan skor Y

2

x = jumlah kuadrat x

2

y = jumlah kuadrat y

Besarnya nilai r dapat dihitung dengan menggunakan taraf signifikansi

5%. Jika r positif, serta nilai r hitung > r tabel maka butir variabel tersebut

valid.

Uji validitas ini menggunakan komputer program SPSS versi

12.00, apabila diperoleh hasil r hitung untuk setiap butir lebih besar dari r

tabel dengan N = 52 dimana untuk df = 52 – 2 = 50 dengan taraf

signifikansi 5% menunjukkan nilai r tabel 0,279. Maka butir-butir soal

yang telah disusun ke dalam instrumen dinyatakan valid sehingga

pengambilan keputusan data penelitian dapat digunakan.

1.1 Uji Validitas Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar

SCL

Uji validitas persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar

SCL ini diujicobakan kepada 52 responden. Kuesioner tentang persepsi

(52)

pertanyaan dan setiap item mempunyai 4 pilihan jawaban. Dari tabel III

di bawah ini, dapat dilihat persepsi mahasiswa terhadap pendekatan

mengajar SCL mempunyai nilai r hitung yang lebih besar dari r tabel

0,279, sehingga dapat dikatakan bahwa item tersebut valid dan dapat

digunakan untuk pengambilan data penelitian.

Tabel 3.3

Uji Validitas Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar SCL

(X1)

No Item rxy R tabel N = 52 / α = 5% Keterangan

1 0,448 0,279 Valid

2 0,489 0,279 Valid

3 0,378 0,279 Valid

4 0,489 0,279 Valid

5 0,448 0,279 Valid

6 0,379 0,279 Valid

7 0,379 0,279 Valid

8 0,489 0,279 Valid

1.2 Uji Validitas Lingkungan Belajar di Kampus

Uji validitas lingkungan belajar di kampus ini diujicobakan

kepada 52 responden. Kuesioner tentang lingkungan belajar di kampus ini

terdiri dari 10 item pertanyaan dan setiap item mempunyai 4 pilihan

jawaban. Dari tabel IV di bawah ini, dapat dilihat kepemimpinan

mempunyai nilai r hitung yang lebih besar dari r tabel 0,279, sehingga

dapat dikatakan bahwa item tersebut valid dan dapat digunakan untuk

(53)

Tabel 3.4

Uji Validitas Lingkungan Belajar di Kampus (X2)

No Item rxy r tabel N = 52,α = 5% Keterangan

9 0,409 0,279 Valid

10 0,414 0,279 Valid

11 0,292 0,279 Valid

12 0,396 0,279 Valid

13 0,409 0,279 Valid

14 0,396 0,279 Valid

15 0,414 0,279 Valid

16 0,409 0,279 Valid

17 0,414 0,279 Valid

18 0,396 0,279 Valid

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut

dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya kapanpun alat tersebut

digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama (Sudjana,

1989:120-121).

Tingkat reliabilitas kuesioner diuji dengan menggunakan koefisien Alpha

Cronbach dengan menggunakan taraf signifikan 0,05 atau 5%.

Rumus Alpha (Arikunto, 1989:165):

  r11 = 

(

)

⎡ − ⎤ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡

2

2 1 1 t b k k σ σ   Kesimpulan:

Besarnya nilai r dapat dihitung dengan menggunakan taraf signifikansi

5%. Jika r alpha positif dan r alpha > r tabel, maka variabel tersebut

(54)

Uji reliabilitas ini menggunakan komputer program SPSS versi

12.00, apabila diperoleh hasil r hitung untuk setiap butir lebih besar dari r

tabel dengan N = 52 dimana untuk df = 52 – 2 = 50 dengan taraf

signifikansi 5% menunjukkan nilai r tabel 0,279. Maka butir-butir soal

yang telah disusun ke dalam instrumen dinyatakan reliabilitas sehingga

pengambilan data penelitian dapat digunakan.

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas instrument

Variabel Koefisien Alpha r-tabel (df = 50,α = 5%)

keterangan

Persepsi mahasiswa terhadap pendekatan

mengajar SCL

0,742 0,279 Reliabel

Lingkungan belajar di kampus

0,732 0,279 Reliabel

Tabel 3.6

Kategori Reliabilitas menurut:

Suharsimi Arikunto (1990:167)

Tinggi Sekali 0,800-1,000

Tinggi 0,699-0,799 Cukup 0,400-0,599 Rendah 0,200-0,399 Sangat Rendah < 0,2

Berdasarkan tabel di atas maka, bila nilai alpha 0,742 dan 0,732 termasuk

(55)

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif, terdiri dari 2 bagian yaitu mendeskripsikan

variabel persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL dan

lingkungan belajar di kampus. Skala skor pengukuran pada analisis data

deskriptif pada variabel persepsi mahasiswa terhadap pendekatan

mengajar SCL menggunakan mean (nilai rata-rata), yaitu membagi

jumlah nilai data oleh banyak data (Sudjana, 1996:66). Pada variabel

persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL dan lingkungan

belajar di kampus menggunakan Pedoman Acuan Patokan (PAP) tipe II

karena passing score 56 pada PAP tipe II merupakan persentil minimal,

maka semakin tinggi skor persepsi mahasiswa terhadap pendekatan

mengajar SCL dikategorikan sangat baik dan semakin tinggi skor maka

lingkungan belajar di kampus dikategorikan sangat menunjang. Tabel

PAP II sebagai berikut (Masidjo, 1995:153) :

Tabel 3.7

PAP II

81% - 100% 66% - 80% 56% - 65% 46% - 55%

(56)

a. Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar SCL

Skor tertinggi yang diharapkan dicapai dari 8 item pertanyaan

adalah 32 dan skor terendah adalah 8, maka selisih antara skor

tertinggi dengan skor terendah adalah 24, sehingga diperoleh:

Skor = nilai terendah + % (nilai tertinggi – nilai terendah)

Tingkat Penguasaan Kompetensi Kategori Kecenderungan Variabel

8 + (81% x 24) = 27,4 dibulatkan menjadi 27 Sangat Baik 8 + (66% x 24) = 23,8 dibulatkan menjadi 24 Baik 8 + (56% x 24) = 21,4 dibulatkan menjadi 21 Cukup Baik 8 + (46% x 24) = 19,0 dibulatkan menjadi 19 Tidak Baik

Dibawah 19 Sangat Tidak Baik

Disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.8

Interval Skor Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar

SCL

Interval Skor Keterangan 27 - 32 Sangat positif 25 – 26 Positif 21 – 24 Cukup positif 19 – 20 Negatif

8 – 18 Sangat negatif

Apabila skor penilaian makin tinggi maka persepsi mahasiswa

terhadap pendekatan mengajar SCL sangat baik sedangkan skor

penilaian makin rendah maka persepsi mahasiswa terhadap pendekatan

mengajar SCL sangat tidak baik.

b. Lingkungan Belajar di Kampus

Skor tertinggi yang diharapkan dicapai dari 10 item pertanyaan

adalah 40 dan skor terendah adalah 10, maka selisih antara skor

(57)

Skor = nilai terendah + % (nilai tertinggi – nilai terendah)

Tingkat Penguasaan Kompetensi Kategori Kecenderungan Variabel

10 + (81% x 30) = 34,3 dibulatkan menjadi 34 Sangat menunjang 10 + (66% x 30) = 29,8 dibulatkan menjadi 30 Menunjang 10 + (56% x 30) = 26,8 dibulatkan menjadi 27 Cukup Menunjang 10 + (46% x 30) = 21,8 dibulatkan menjadi 22 Tidak Menunjang Dibawah 22 Sangat Tidak Menunjang

Disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.9

Interval Skor Lingkungan Belajar di Kampus

Interval Skor Keterangan 34 - 40 Sangat menunjang 30 - 33 Menunjang 27 - 29 Cukup menunjang 22 - 26 Tidak menunjang 10 – 21 Sangat tidak menunjang

Apabila skor penilaian makin tinggi maka lingkungan belajar di

kampus sangat menunjang sedangkan skor penilaian makin rendah

maka lingkungan belajar di kampus sangat tidak menunjang.

c. Prestasi Belajar Mahasiswa

IPK tertinggi yang diharapkan dicapai adalah 4,00 dan IPK

terendah adalah 0,00, maka selisih antara IPK tertinggi dengan IPK

terendah adalah 4,00, sehingga diperoleh: 

Skor = nilai terendah + %(nilai tertinggi – nilai terendah)

Tingkat Penguasaan Kompetensi Kategori Kecenderungan Variabel

(58)

0 + (56% x 4,00) = 2,24 Cukup Tinggi 0 + (46% x 4,00) = 1,84 Rendah Dibawah 1,84 Sangat Rendah

 

Tabel 3.10

Interval Skor Prestasi Belajar Mahasiswa

Interval Skor Keterangan 34 - 40 Sangat Baik 30 - 33 Baik 27 - 29 Cukup Baik 22 - 26 Tidak Baik 10 – 21 Sangat Tidak Baik

2. Pengujian prasyarat analisis

a. Uji Normalitas

Untuk menggunakan statistik inferensial dalam menganalisis

data terlebih dahulu harus melakukan pengujian terhadap data yang

dimiliki (Suharsimi Arikunto, 2003:391-392). Untuk menguji data

salah satunya dengan menggunakan normalitas data. Untuk menguji

normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test yang

dihitung dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS versi

12.00. Dengan uji signifikansi 5%, data dianggap normal apabila p>

0,05.

b. Uji Linieritas

Pengujian linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah

masing-masing variabel bebas mempunyai hubungan linier atau tidak

dengan variabel terikatnya. Untuk uji linieritas ini digunakan rumus

(59)

yang digunakan untuk mencari nilai F adalah sebagai berikut (Sudjana, 1996:332) : e S TC S F 2 2 = Keterangan :

( )

2 2 − = k TC JK s TC

( )

k n E JK s e − = 2

F : harga bilangan F untuk garis regresi

s2 TC : varian tuna cocok

s2e : varian kekeliruan

JK(TC) : jumlah kuadrat tuna cocok

JK(E) : jumlah kuadrat kekeliruan

Berdasarkan hasil perhitungan, maka hipotesis model regresi linier

ditolak jika F > F(1α)(k2,nk) pada dk pembilang = (k-2) dan dk

penyebut = (n-k). Sebaliknya hipotesis model regresi linier diterima

jika F < F(1α)(k2,nk) pada dk pembilang=(k-2) dan dk penyebut=(n-k).

3. Pengujian hipotesis

Variabel yang diuji:

1) Hubungan persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL

dengan prestasi belajar mahasiswa.

2) Hubungan lingkungan belajar di kampus dengan prestasi belajar

(60)

3) Hubungan persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL

dan lingkungan belajar di kampus dengan prestasi belajar mahasiswa

a. Perumusan hipotesis

Ho1 : Tidak ada hubungan positif antara persepsi mahasiswa terhadap

pendekatan mengajar SCL dengan prestasi belajar mahasiswa

Ha1 : Ada hubungan positif antara persepsi mahasiswa terhadap

pendekatan mengajar SCL dengan prestasi belajar mahasiswa

Ho2 : Tidak ada hubungan positif antara lingkungan belajar di

kampus dengan prestasi belajar mahasiswa

Ha2 : Ada hubungan positif antara lingkungan belajar di kampus

dengan prestasi belajar mahasiswa

b. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan teknik korelasi

sederhana. Teknik korelasi ini digunakan untuk mengetahui hubungan

masing-masing antara variabel bebas dengan variabel terikat. Rumus

yang digunakan adalah (Arikunto, 1989:205):

rxy

 = 

(

2

)(

2

)

y x

xy  

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan

= Jumlah perkalian skor x dan skor y

(61)

Koefisien korelasi adalah besaran yang dapat menunjukkan

kekuatan hubungan antara dua variabel dan dapat diketahui

berdasarkan nilai r hasil analisis korelasi. Selanjutnya, besar nilai r

dapat diinterpretasi untuk memperkirakan kekuatan hubungan

korelasi, seperti yang ditampilkan pada tabel berikut (Budi, 91-92):

Tabel 3.11

Interval nilai r Interpretasi 0,001 – 0,200 Korelasi sangat lemah 0,201 – 0,400 Korelasi lemah 0,401 – 0,600 Korelasi cukup kuat 0,601 – 0,800 Korelasi kuat 0,801 – 1,000 Korelasi sangat kuat

Dengan range korelasi antara -1 sampai dengan 1. Untuk pengujian

keberartian koefisien korelasi maka dibandingkan antara t hitung

dengan t tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05 dengan db = n-2

(Sudjana, 1996:380).

t = 

2

1 2

r n r

− −

 

Keterangan:

t = harga t-tes yang dicari

r = koefisien korelasi

n = jumlah sampel

c. Penarikan kesimpulan

Ha diterima apabila ttabel < thitung

(62)

Variabel hubungan persepsi mahasiswa terhadap pendekatan

mengajar SCL dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar

mahasiswa

a. Perumusan hipotesis

Ho = Tidak ada hubungan positif antara variabel persepsi

mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL dan

lingkungan belajar di kampus dengan prestasi belajar

mahasiswa.

Ha = Ada hubungan positif antara variabel persepsi mahasiswa

terhadap pendekatan mengajar SCL dan lingkungan belajar di

kampus dengan prestasi belajar mahasiswa.

b. Pengujian hipotesis

Untuk pengujian hipotesis tersebut digunakan korelasi ganda, karena

terdiri dari dua atau lebih variabel bebas yang masing-masing

mempunyai korelasi dengan variabel terikat.

Ryx1x2 = 

2 1 2 2 1 . 2 . 1 2 2 1 2 1 2 x x r x rx ryx ryx yx r yx r − − + Keterangan:

Ryx1x2   = Korelasi antara X1 dan X2 secara bersama-sama dengan

variabel Y.

ryx1 = Korelasi Product moment antara X1 dengan Y.

ryx2 = Korelasi product moment antara X2 dengan Y.

(63)

Untuk pengujian keberartian koefisien korelasi ganda dilakukan uji F.

Bila f hitung > f tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05 disimpulkan

signifikan (Sudjana, 1996:380). Berikut adalah rumus F hitung:

Fh = 

(

)

(

1

)

/ 1

/

2 2

− −

R n k

K R

 

Keterangan:

Fh = F hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan F tabel.

R2= Koefisien korelasi ganda.

K   = Jumlah variabel independen n   = Jumlah anggota sampel

c. Penarikan kesimpulan

Ha diterima jika F hitung > F tabel

(64)

BAB IV

GAMBARAN UMUM UNIVERSITAS

A. Sejarah Universitas Sanata Dharma

Sanata Dharma pertama kali berdiri pada tanggal 20 Oktober 1955

dan diresmikan oleh pemerintah pada tanggal 17 Desember 1955 dengan nama

PTPG Sanata Dharma. Pada awalnya PTPG Sanata Dharma memiliki 4

jurusan yaitu: Bahasa Inggris, sejarah, IPA, dan ilmu mendidik. Para pembesar

misi Serikat Yesus menunjuk Pater prof. Nicolaus Driyarkara, S.J. menjadi

dekan PTPG Sanata Dharma dan Pater H.Loeff sebagai wakil dekan. Nama

Sanata Dharma diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J. yang waktu itu

menjadi pejabat Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di

kantor wali gereja Indonesia. ”Sanata Dharma” yang sebenarnya dibaca

”Sanyata Dharma” yang berarti ”kebaktian sebenarnya” atau ”pelayanan yang

nyata”. Kebaktian dan pelayanan itu ditunjukkan kepada tanah air dan gereja

(pro patria et eclessia)

PTPG Sanata Dharma berubah menjadi FKIP Sanata Dharma pada

bulan November 1958. Pada masa FKIP ini Sanata Dharma berhasil

memperoleh status ”disamakan” dengan negeri berdasarkan SK Mentri PTIP

No 1/1961 pada tanggal 6 Mei 1961 jo No. 77/1962 tanggal 11 Juli 1962.

Walaupun bagian dari Universitas Katolik Indonesia, secara de facto FKIP

(65)

Untuk mengatasi kerancuan antara menjadi bagian dari Universitas

Katolik Indonesia cabang Yogyakarta dengan kemandirian FKIP Sanata

Dharma sebagai sebuah institusi pendidikan, FKIP Sanata Dharma berubah

menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Mentri PTIP No. 237/B- Swt/

U/ 1965. Surat keputusan ini berlaku mulai tanggal 1 September 1965. Selain

melaksanakan program S1, IKIP Sanata Dharma juga dipercaya pemerintah

untuk mengelola Program Diploma I, II,dan III untuk jurusan Matematika,

Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS, PMP. Dan berbagai Program

Diploma ini ditutup pada tahun 1990 dan selanjutnya dibuka Program

Diploma II PGSD.

Akhirnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta

kemajuan jaman, tanggal 20 April 1993 sesuai dengan SK Mendigbud No. 46

/ D /

Gambar

tabel. Berikut ini disajikan tabel operasional:
Tabel Operasional
tabel dengan N = 52 dimana untuk df = 52 – 2 = 50 dengan taraf
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor yang menentukan pengiklan dalam memasang iklan pada website ini adalah

[r]

Tilaar (2002) Dengan demikian pengaruh kualitas pelayanan dalam hal ini bentuk fisik ( tangible ), empati ( empathy ), daya tanggap ( responsiveness ), keandalan

[r]

Menimbang a) Bahwa Panitia Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Reguler Mandiri Universitas Andalas Tahun 2010 telah melaksanakan evaluasi calon mahasiswa baru

[r]

Luaran wajib dari Penelitian Dosen Pemula ini adalah publikasi ilmiah dalam jurnal lokal.. yang mempunyai ISSN atau jurnal

Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus