HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PENDEKATAN MENGAJAR STUDENT CENTERED LEARNING (SCL) DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI KAMPUS DENGAN PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA
Studi Kasus : Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Prodi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2006-2007
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Nova Padmawati Prihatin 041334082
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
“I'm walking away, to find a better
day”
(by Craig David)
Skripsi ini ku persembahkan kepada:
Bapak dan Ibu tercinta
Juga adikku tersayang
MOTTO
“TUHAN AKAN MEMBERIKAN
YANG KITA BUTUHKAN
BUKAN
YANG KITA INGINKAN”
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus atas kasih, karunuia dan berkat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada program studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyusun hingga menyelesaikan skripsi ini penulis tidak lepas dari bimbingan serta bantuan yang diberikan oleh semua pihak, untuk itu penulis secara tulus mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah membimbing, menuntun, dan menyertai dalam setiap langkah penulis.
2. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Romo Ir. P. Wiryono, SJ serta staf karyawan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan.
3. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma.
5. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA selaku Dosen Pembimbing yang selalu sabar memberikan bimbingan, dukungan, kritik, saran, dan meluangkan waktu untuk penyelesaian skripsi ini.
memberikan doa yang tiada hentinya, dukungan, semangat, dan perhatian kepada penulis selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini.
7. Mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2006-2007 yang telah membantu penulis dalam pengisian kuesioner.
8. Mas Tejo yang selalu sabar memberikan dukungan, semangat, waktu dan perhatiannya selama penulis kuliah dan penyelesaian skripsi. Cepet selesai ya mas…..
9. Teman-teman setiaku Yuli di Bali, Yesi(pacul), Elin, Yessi di Tangerang, thanks banget semangatnya guy’s… I’ll be back…..
10. Teman-Teman kuliah Agnes(meong), Anna, Sisil, Vivin, Eli(mbek), Tanti, Via, Florie dan Santi yang selalu memberikan semangat, tempat curhat, dan tempat gila bareng selama kuliah.
11. Teman-teman PAK 04 thanks for all…..
12. Teman-teman kos Trembuku 1 Erna, Mbak Uci, Anne, Ririn, Sinta, Ani, Atik, Vero thank you….
13. Semua orang yang turut membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi dan perkuliahan penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya.
Yogyakarta, Juli 2009 Penulis
ABSTRAK
HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PENDEKATAN MENGAJAR STUDENT CENTERED LEARNING (SCL) DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI KAMPUS DENGAN PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA
Studi Kasus : Mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2006 & 2007
Nova Padmawati Prihatin Universitas Sanata Dharma
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar dengan prestasi belajar mahasiswa, (2) Hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar di kampus dengan prestasi belajar mahasiswa, (3) Hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL dan lingkungan belajar di kampus dengan prestasi belajar mahasiswa.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2006 & 2007. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2006 & 2007 yang berjumlah 124 mahasiswa. Jumlah sampel penelitian adalah 52 mahasiswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Untuk menjawab permasalahan pertama dan kedua digunakan analisis korelasi product moment, sedangkan untuk menjawab permasalahan ketiga digunakan analisis korelasi ganda.
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP OF STUDENT’S PERCEPTION TOWARD TEACHING APPROACH STUDENT CENTERED LEARNING(SCL) TEACHING LEARNING ENVIRONMENT LEARNING IN CAMPUS AND
STUDENT’S LEARNING ACHIEVEMENT
A Case Study : Student of Accounting Department 2006 & 2007 Generation
Nova Padmawati Prihatin Sanata Dharma University
2009
The aims of this research are to know whether there is positive and significant relationship between student’s perception : (1) toward teaching approach and Student Centered Learning teaching and student’s learning achievement; (2) environment learning in campus and student’s learning achievement; (3) approach Student Centered Learning teaching and environment learning in campus and student’s learning achievement.
This research was conducted in Accounting Department 2006 & 2007 generation. The population of this research are 124 students of Accounting Department. The samples are 52 students. The sampling technique is purposive sampling. The method of data collection are questionnaire and documentation. To answer the first and second problems, the writer used product moment correlation analysis, while to answer the third problems, the writer used double correlation analysis.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK... ix
ABCTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ... 1
B.
Batasan Masalah ... 2
C.
Rumusan Masalah ... 3
D.
Tujuan ... 3
E.
Manfaat Penelitian... 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar SCL ... 5
B.
Lingkungan Belajar di Kampus... 16
C.
Prestasi Belajar Mahasiswa ... 20
D.
Kerangka Berpikir ... 25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian ……….. 29
B.
Tempat dan Waktu Penelitian ……… 29
C.
Subyek dan Obyek Penelitian ……... 30
D.
Populasi, Sampel, dan Penarikan Sampel ...………. 30
E.
Operasional Variabel.... ………..… 31
F.
Teknik Pengumpulan Data ……….………....……… 34
G.
Teknik Pengujian Instrumen ... 34
H.
Teknik Analisis Data ... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM UNIVERSITAS
A.
Sejarah Universitas Sanata Dharma... 48
B.
Visi dan Misi... 50
C.
Tujuan Pendidikan di Sanata Dharma ... 51
D.
Yayasan... 51
E.
Pimpinan... 52
F.
Dewan Penyantun... 54
G.
Kemitraan... 54
H.
Lokasi Kampus... 64
I.
Statistik ... 64
J.
Fasilitas ... 66
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Responden... 68
B.
Deskripsi Data Penelitian ... 68
C.
Uji Normalitas ... 70
D.
Uji Linieritas ... 71
E.
Uji Hipotesis ... 73
BAB VI
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan... 85
B.
Keterbatasan Penelitian... 87
C.
Saran-Saran... 87
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan
Mengajar SCL... 31
Tabel 3.2 Operasional Variabel Lingkungan Belajar di Kampus ... 33
Tabel 3.3 Rangkuman Uji Validitas Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan
Mengajar
SCL...
36
Tabel 3.4 Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Kampus... 37
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen... 38
Tabel 3.6 Kategori Reliabilitas... 38
Tabel 3.7 PAP II... 39
Tabel 3.8 Interval Skor Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar
SCL... 40
Tabel 3.9 Interval Skor Lingkungan Belajar di Kampus ... 41
Tabel 3.10 Interval Skor Prestasi Belajar Mahasiswa... 42
Tabel 3.11 Koefisien Korelasi... 45
Tabel 5.1 Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar SCL ... 69
Tabel 5.2 Lingkungan Belajar di Kampus... 69
Tabel 5.3 Prestasi Belajar Mahasiswa... 70
Tabel 5.4 Hasil Pengujian Normalitas... 71
Tabel 5.5 Hasil Pengujian Linieritas... 72
Tabel 5.6 Korelasi Hubungan Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan
Mengajar SCL Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa ... 74
Tabel 5.7 Korelasi Hubungan Lingkungan Belajar di Kampus Dengan Prestasi
Belajar
Mahasiswa...
75
Tabel 5.8 Korelasi Ganda... 76
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Kuesioner Penelitian...92
Lampiran II Data Validitas Penelitian...81
Lampiran III Data Induk Penelitian ...100
Lampiran IV Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ...110
Lampiran V Uji Normalitas dan Uji Linieritas...113
Lampiran VI Korelasi Produk Moment dan Analisis Korelasi Ganda ...115
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan perkuliahan bertujuan untuk mendapatkan suatu prestasi
dalam dunia akademik. Prestasi tidak hanya bisa didapat dari dunia akademik
saja, banyak sekali tempat untuk memperoleh prestasi. Selain di bidang
akademik, prestasi juga bisa diperoleh contohnya di bidang olahraga,
kesenian, atau di bidang lainnya. Bagi mahasiswa, mereka harus belajar
dengan giat agar mereka dapat memperoleh nilai yang sangat baik sehingga
mereka dapat dikatakan berprestasi.
Prestasi belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan
atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran yang biasanya
diperoleh dari tes atau angka yang diberikan guru (Nasution, 2001:39).
Seorang mahasiswa dikatakan sukses dalam belajar apabila dia dapat
berprestasi dengan memiliki skor IPK yang tinggi, dan dikatakan sukses
dalam perkuliahan apabila dia dapat bekerja di tempat yang berkualitas sesuai
dengan kompetensi yang dimilikinya. Prestasi belajar itu sendiri dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi minat,
motivasi, kondisi psikis dan fisik siswa. Faktor eksternal sendiri merupakan
faktor yang berasal dari luar siswa seperti, pendekatan mengajar, proses
Pendekatan pembelajaran merupakan faktor yang berasal dari luar
siswa. Kemampuan mengajar dengan menggunakan pendekatan yang tepat
merupakan hal yang harus dimiliki dosen. Penggunaan pendekatan yang tepat
dapat menciptakan kegiatan belajar/mengajar yang optimal. Apabila salah
satu bagian dari faktor eksternal ini dapat terpenuhi maka tujuan
pembelajaran akan tercapai.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa
adalah lingkungan belajar, karena lingkungan mempengaruhi seseorang untuk
berkonsentrasi. Lingkungan yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik
adalah lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.
Agar prestasi belajar mahasiswa itu baik maka diharapkan lingkungan yang
ada di sekitar mahasiswa itu baik pula. Beberapa faktor di atas diduga dapat
mempengaruhi keberhasilan atau prestasi belajar mahasiswa, khususnya
mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Mengingat pentingnya mengetahui
beberapa faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar, untuk itu
penelitian ini akan meneliti “Hubungan Persepsi Mahasiswa Terhadap
Pendekatan Mengajar SCL dan Lingkungan Belajar di Kampus dengan
Prestasi Belajar Mahasiswa” Prodi PAK angkatan 2006 & 2007 Universitas
Sanata Dharma.
B. Batasan Masalah
Menyadari banyaknya masalah yang ada dalam usaha peningkatan
prestasi belajar mahasiswa maka dalam penelitian ini penulis membatasi
mengajar SCL dan lingkungan belajar di kampus dengan prestasi belajar
mahasiswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan positif antara persepsi mahasiswa terhadap
pendekatan mengajar SCL dengan prestasi belajar mahasiswa?
2. Apakah ada hubungan positif antara lingkungan belajar di kampus dengan
prestasi belajar mahasiswa?
3. Apakah ada hubungan positif antara persepsi mahasiswa terhadap
pendekatan mengajar SCL dan lingkungan belajar di kampus dengan
prestasi belajar mahasiswa?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara persepsi
mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL dengan prestasi belajar
mahasiswa.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan postif antara lingkungan belajar
di kampus dengan prestasi belajar mahasiswa.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara persepsi
mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL dan lingkungan belajar di
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas
Memberi masukan untuk dapat lebih meningkatkan kualitas universitas
secara umum serta kualitas dosen secara khusus melalui pemerkayaan
pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran, dengan lingkungan yang
lebih menunjang.
2. Bagi Dosen
Memberi masukan bagi dosen bahwa sebenarnya pendekatan SCL itu dapat
merangsang kemandirian mahasiswa dalam kegiatan belajar.
3. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan mahasiswa khususnya FKIP bahwa prestasi belajar
dapat diupayakan dengan pendekatan mengajar yang sesuai dengan tujuan
dan lingkungan belajar yang kondusif.
4. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan bahwa sebenarnya faktor pendekatan belajar SCL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Mengajar Dosen
1. Pengertian Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai proses yang mengorganisir dan
menggabungkan data-data indera kita (penginderaan) untuk
dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling
kita termasuk sadar akan diri sendiri (Davidoff, 1988:232). Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Thoha (1988:138) yang mengatakan bahwa
persepsi merupakan proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang
dalam memahami informasi tentang lingkungan baik melalui
pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk
persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu
penafsiran yang unik terhadap situasi.
Situasi itu sendiri lebih ditekankan oleh Rakhmat (1985:64),
sebagai pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Sarlito (1992:45) sendiri menyatakan bahwa persepsi merupakan sejumlah
penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat syaraf
yang lebih tinggi (otak), sehingga manusia bisa mengenali dan menilai
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan, dan
menginterpretasikan rangsangan dari lingkungannya melalui panca indera
sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diinderakan.
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Persepsi
Menurut Thoha (1988:158), faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi antara lain sebagai berikut:
a. Artibulasi
Artibulasi diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang mencari
kejelasan sebab-sebab dari perilaku orang lain. Seseorang tidak hanya
tertarik mengamati perilaku dalam organisasi saja, tetapi juga mencari
jawaban penyebab dari perilaku orang yang diamati. Penilaian orang
dan reaksinya terhadap perilakunya. Proses atribulasi ini sangat
bermanfaat karena meneliti sebab-sebab terjadinya suatu perilaku yang
diharapkannya persepsi terhadap orang lain.
b. Stereotype
Strereotype adalah suatu proses yang cenderung melihat orang lain
sebagai suatu bagian dari kelas atau kategori. Selain itu di dalam
Stereotype ini terdapat suatu persetujuan umum atas sifat-sifat yang
disandang dengan sifat yang senyatanya. Hal ini mengakibatkan suatu
c. Hallo Effect
Hallo Effect digunakan untuk menilai seseorang berdasarkan atas salah
satu sifat yang diketahui oleh yang menilai. Misalnya kerajinan,
kecerdasan, penampilan, kerjasama, dan lain sebagainya. Satu sifat
yang kebetulan dilihat oleh penilai dan dapat menutupi sifat-sifat
lainnya.
3. Pengertian Pendekatan Mengajar SCL
a. Pengertian Pendekatan
Pada umumnya kata approach diartikan pendekatan. Dalam
dunia pengajaran, kata ini lebih tepat diartikan a way of beginning
something yang artinya adalah cara memulai sesuatu. Jadi pendekatan
mengajar itu sendiri berarti cara memulai suatu pengajaran (Subana
2000:18).
Menurut Sanjaya (strategi pembelajaran 2006:125),
pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
(pendidik) terhadap proses pembelajaran. Pendekatan dalam
pembelajaran ada dua yaitu, pendekatan yang berpusat pada guru
(Instuctor Centered Learning) dan pendekatan yang berpusat pada
siswa (Student Centered Learning).
b. Pengertian Student Centered Learning ( SCL)
1) Student Centered Learning adalah suatu model pembelajaran yang
menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar.
Centered Learning yang menekankan pada transfer pengetahuan
dari guru ke murid yang relatif bersikap pasif
(http://faculty.petra.ac.id/arlinah/scl/scl/pdf.)
2) Student Centered Learning (SCL) adalah suatu harapan dengan
sekurang-kurangnya tiga alasan.
Pertama, sebagai dampak perkembangan teknologi informasi
memberikan peluang bagi penjaringan sumber informasi
pengetahuan oleh siapa pun, termasuk mahasiswa. Padahal dalam
kenyataannya, mahasiswa seringkali memperoleh kesempatan lebih
baik dibandingkan dosennya. Oleh karena itu mahasiswa harus
diberi ruang dan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan
awalnya dalam proses pembelajaran sebagai upaya membentuk
sendiri pemikirannya. Kedua, pendekatan ini telah menjadi
kebijakan universitas melalui rencana stratejik yang harus
diformulasikan dan ditranformasikan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran di seluruh program studi. Ketiga, sesungguhnya
dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada dosen terdapat
beberapa kelemahan, diantaranya memberikan peluang bagi
dominasi dosen, sehingga menganggap dirinya sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan; dan tidak memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuannya atau
(http://kjm.ugm.ac.id/web/index2.php?option=com_content&do_p
df=1&id=295.)
3) Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran
dengan menggunakan sepasang perspektif, yaitu fokus pada
individu pembelajar (keturunan, pengalaman, perspektif, latar
belakang, bakat, minat, kapasitas, dan kebutuhan) dengan fokus
pada pembelajaran (pengetahuan yang paling baik tentang
pembelajaran dan bagaimana hal itu timbul serta tentang praktik
pengajaran yang paling efektif dalam meningkatkan tingkat
motivasi, pembelajaran, dan prestasi bagi semua pembelajar)
(http://inparametric.com/bhinablog/download/pembelajaran_berb
asis_scl.pdf.)
Perspektif yang berpusat pada siswa ini merupakan suatu refleksi
dari duabelas (12) prinsip psikologis pembelajaran berpusat pada
siswa, 12 prinsip itu adalah:
Prinsip 1 : Dasar proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu
proses alamiah untuk mencapai tujuan yang bermakna secara
pribadi, bersifat aktif, dan melalui mediasi secara internal,
merupakan proses pencarian dan pembentukan makna terhadap
informasi dan pengalaman yang dipilih melalui persepsi unik,
Prinsip 2 : Tujuan proses pembelajaran. Siswa mencari untuk
menciptakan makna, representasi pengetahuan melalui kuantitas
dan kualitas data yang tersedia.
Prinsip 3: Pembentukan pengetahuan. Siswa mengkaitkan
informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya yang telah
dimiliki melalui cara-cara yang unik dan penuh makna.
Prinsip 4 : Pemikiran tingkat tinggi. Strategi tingkat tinggi untuk
memantau dan memonitor proses mental, menfasilitasi kreativitas
dan berpikir kritis.
Prinsip 5 : Pengaruh motivasi dalam pembelajaran. Kedalaman dan
keluasan informasi diproses, serta apa dan seberapa banyak hal itu
dipelajari dan diingat.
Prinsip 6 : Motivasi intrinsik untuk belajar. Individu pada dasarnya
memiliki rasa ingin tahu dan menikmati pembelajaran, tetapi
pemikiran dan emosi negatif (misalnya perasaan tidak aman, takut
gagal, malu, ketakutan mendapat hukuman) dapat mengancam
antusiasme mereka.
Prinsip 7 : Karakteristik tugas-tugas pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi. Rasa ingin tahu, kreativitas, dan berpikir
tingkat tinggi dapat distimulasi melalui tugas-tugas yang relevan.
Prinsip 8: Kendala dan peluang perkembangan. Kemajuan
emosional, dan sosial yang merupakan fungsi genetis yang unik
serta pengaruh faktor lingkungan.
Prinsip 9: Keberagaman sosial dan budaya. Pembelajaran
difasilitasi oleh interaksi sosial dan komunikasi dengan orang lain
melalui pengaturan yang fleksibel, keberagaman (usia, budaya,
latar belakang keluarga, dsb).
Prinsip 10 : Penerimaan sosial, harga diri, dan pembelajaran.
Pembelajaran dan harga diri sangat terkait ketika individu dihargai
dan dalam hubungan yang saling peduli satu dengan yang lain
sehingga mereka dapat saling mengetahui potensi, menghargai
bakat-bakat unik dengan tulus, dan menerima mereka saling dapat
menerima sebagai individu.
Prinsip 11 : Perbedaan individual dalam pembelajaran. Meskipun
prinsip-prinsip dasar pembelajaran dan motivasi berpengaruh pada
semua siswa, siswa memiliki perbedaan kemampuan dan preferensi
dalam model dan strategi pembelajaran. Perbedaan-perbedaan ini
merupakan pengaruh dari lingkungan dan keturunan.
Prinsip 12 : Filter kognitif. Keyakinan personal, pemikiran, dan
pemahaman berasal dari pembelajaran, hal ini dapat menjadi dasar
individual dalam pembentukan realitas.
c. Ciri-ciri SCL
1. Mahasiswa aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
2. Mahasiswa secara aktif terlibat dalam mengelola pengetahuan.
3. Tidak terfokus hanya pada penguasaan materi, tetapi juga
mengembangkan sikap belajar.
4. Multimedia
5. Fungsi dosen sebagai motivator dan fasilitator
6. Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan berkesinambungan
dan terintegrasi.
7. Penekanan pada proses pengembangan pengetahuan kesalahan
dapat digunakan sebagai sumber belajar.
8. Sesuai dengan pengembangan ilmu dengan pendekatan
interdisipliner.
9. Mahasiswa dan dosen belajar bersama dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan.
10.Mahasiswa melakukan pembelajaran dengan berbagai model
pembelajaran SCL.
11.Penekanan pada pencapaian kompetensi mahasiswa.
12.Penekanan pada bagaimana cara mahasiswa melakukan
pembelajaran.
13.Penekanan pada penguasaan hard skill dan soft skill mahasiswa.
Pendekatan SCL itu lebih mengutamakan pada aktifitas
mahasiswa dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
mahasiswa. Fungsi dosen sudah tidak lagi sebagai pemberi informasi
utama dan evaluator, tetapi fungsi dosen pada pendekatan SCL adalah:
1. Memfasilitasi:
Modul ajar, buku, handout, jurnal, hasil penelitian, waktu.
2. Memotivasi:
a) Dengan memberi perhatian pada siswa
b) Memberi materi yang relevan dengan tingkat kemampuan
mahasiswa dengan situasi yang kontekstual.
c) Memberi semangat dan kepercayaan pada mahasiswa bahwa ia
dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.
d) Memberi kepuasan pada mahasiswa terhadap pembelajaran
yang dilakukan.
3. Memberi tutorial:
Menunjukkan jalan/cara/metode yang dapat membantu mahasiswa
menelusuri dan menemukan penyelesaian masalah yang berkaitan
dengan materi pembelajaran.
4. Memberi umpan balik:
Memonitor dan mengkoreksi jalan pikiran/hasil kinerja agar
mencapai sasaran yang optimum sesuai kemampuannya.
Pembelajaran yang inovatif dengan metode yang berpusat pada
siswa memiliki keragaman model pembelajaran yang menuntut
partisipasi aktif dari siswa. Metode-metode tersebut diantaranya
(a). Berbagi informasi dengan cara: curah gagasan(brainstorming),
kooperatif, kolaboratif, diskusi kelompok, diskusi panel,
simposium dan seminar;
(b). Belajar dari pengalaman dengan cara: simulasi, bermain peran,
permainan, dan kelompok temu;
(c). Pembelajaran melalui pemecahan masalah dengan cara: studi
kasus, tutorial, dan lokakarya.
Variasi dari sejumlah ragam kegiatan belajar juga diyakini
akan cenderung menghasilkan pengetahuan yang tersimpan kuat dalam
memori siswa. Sebuah riset melaporkan perbandingan antara gaya
mengajar dengan persentase informasi yang diingat dalam jangka
waktu lama.
GAYA MENGAJAR INFORMASI YANG TERSMPAN LAMA
Ceramah 2% Ceramah disertai Demonstrasi 10%
Ceramah disertai demonstrasi dan latihan
terbimbing 20%
Ceramah disertai demonstrasi, praktek
terbimbing dan pemberian umpan balik 80%
Dari tabel di atas terlihat bahwa informasi yang kuat tersimpan
dihasilkan oleh gabungan antara sejumlah kegiatan yang melibatkan
berbagai kegiatan siswa.
d. Pembelajaran KBK dengan pendekatan SCL
1. Mengutamakan tercapainya kompetensi mahasiswa(kemampuan
2. Memberi pengalaman belajar mahasiswa(bukan hanya memberi
soal ujian/tes, sedangkan proses belajarnya tidak bisa diketahui).
3. Mahasiswa harus dapat menunjukkan hasil belajarnya/kinerjanya.
4. Pemberian tugas menjadi pokok dalam pembelajaran.
5. Mahasiswa mempresentasikan penyelesaian tugasnya, dibahas
bersama, dikoreksi, dan diperbaiki, merupakan proses yang penting
dalam pembelajaran SCL.
6. Penilaian proses sama pentingnya dengan penilaian hasil(ujian tulis
lebih banyak mengarah pada penilaian hasil belajar).
e. Pengukuran dan penilaian belajar
Penilaian belajar biasanya digunakan oleh pendidik untuk
menilai seseorang berhasil atau tidak dalam belajar melalui ujian
tertulis atau lisan. Biasanya seorang mahasiswa akan dinyatakan
berhasil apabila dia lulus dalam ujian tertulis maupun lisan dari suatu
mata kuliah dan dikatakan tidak lulus apabila mahasiswa tidak lulus
ujian tertulis maupun lisan yang diberikan oleh dosen.
Penilaian pembelajaran pada pendekatan SCL berbeda dengan
penilaian pembelajaran konvensional. Penilaian dengan menggunakan
pendekatan ini lebih menekankan pada kompeten atau tidak mahasiswa
terhadap mata kuliah yang diberikan. Jadi mahasiswa dikatakan
berhasil mengikuti perkuliahan apabila mereka kompeten atau
menguasai secara menyeluruh tentang mata kuliah yang diberikan oleh
B. Lingkungan Belajar di Kampus
Lingkungan belajar merupakan lingkungan yang dapat mempengaruhi
belajar peserta didik seperti lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat(Nasution, jurnal ilmu pendidikan hal 41).
Menurut Prayitno(1997: 41), lingkungan belajar dibagi menjadi dua
macam, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik.
1. Lingkungan fisik berkaitan dengan hal-hal yang ada di luar peserta didik
yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar, baik yang bersumber dari
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.
Contoh : Kerapihan lingkungan belajar baik di rumah, sekolah, maupun
perpustakaan.
2. Lingkungan nonfisik adalah segala hal yang ada di luar diri peserta didik
yang secara mental dapat mempengaruhi aktivitas belajarnya, baik yang
bersumber dari lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat.
Contoh : Kondisi lingkungan yang bising, keluarga yang broken home,
dan penerimaan sosial yang tidak baik.
Menurut Suryabrata(1983:8), faktor-faktor lingkungan dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: lingkungan alami dan
lingkungan sosial.
Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar pada keadaan udara
yang panas dan pengap. Di Indonesia, orang cenderung berpendapat bahwa
belajar pada pagi hari akan lebih baik hasilnya daripada belajar pada sore
hari.
Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan representasinya
(wakilnya) maupun yang berwujud hal-hal lain, langsung berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar
memecahkan soal akan terganggu, bila ada orang lain yang mondar-mandir di
dekatnya atau keluar masuk kamarnya, atau bercakap-cakap di dekat tempat
belajar itu. Representasi manusia seperti misalnya potret, tulisan, dan
rekaman suara juga berpengaruh. Dalam banyak hal pengaruhnya kurang
menguntungkan. Lingkungan sosial yang lain, seperti suara mesin pabrik,
hiruk-pikuk lalu lintas, juga berpengaruh terhadap belajar. Inilah antara lain
alasannya mengapa gedung sekolah didirikan di tempat jauh dari pabrik atau
tempat kerja dan jauh dari keributan lalu lintas.
Menurut Surakhmad (1982:23-26), Lingkungan belajar dibagi
menjadi 2 jenis yaitu, lingkungan rumah dan lingkungan universitas.
Lingkungan belajarpun memiliki 2 syarat yang harus dipenuhi sehingga
lingkungan tersebut dapat dikatakan menunjang kegiatan belajar.
Syarat-syarat itu adalah Syarat-syarat fisik dan juga mental.
a. Lingkungan rumah
Tempat tinggal perlu memenuhi syarat-syarat kesehatan,
ketenangan, dan penerangan. Dari sudut kesehatan, tempat tinggal harus
yang langsung berhubungan dengan udara bersih di luar. Karena selama
belajar kebanyakan posisi kita akan duduk dalam kamar maka udara bersih
diperlukan untuk mengatasi peracunan pernafasan dan mengurangi
kelelahan. Dari sudut ketenangan kita harus melihat apakah
setidak-tidaknya pada saat-saat tertentu kita dapat tenang belajar seorang diri.
Tempat belajar yang ramai akan mengacaukan pembagian waktu dan
konsentrasi belajar. Dari sudut penerangan kita perlu menyelidiki apakah
cukup penerangan dalam kamar belajar, karena penerangan yang kecil
akan melelahkan mata dan otak.
b. Lingkungan universitas
Kita harus mengenali universitas yang kita tempati dengan melihat
semua fasilitas yang dapat kita pergunakan. Bukan saja lokalitas atau
tempat-tempatnya tetapi juga laboratorium, perpustakaan,
perkumpulan-perkumpulan keilmuannya, serta orang-orang yang memegang peranan
utama di tiap-tiap bagian.
Lingkungan di universitas sangat mempengaruhi prestasi dari
seorang mahasiswa, seperti:
a. Tercipta disiplin di kampus yang mendorong terbentuknya disiplin
belajar
b. Mahasiswa menjadi pusat utama layanan pendidikan dan
pengembangan.
c. Terciptanya rasa nyaman di kampus untuk belajar. Rasa nyaman ini
pelayanan kepada peserta didik dengan kehangatan, keakraban, dan
kekeluargaan. Di samping itu, kebersihan lingkungan belajar juga
merupakan unsur penting bagi terciptanya rasa nyaman ini.
d. Tersedia buku-buku dan sarana pembelajaran lain yang memadai.
e. Keteladanan guru/dosen sebagai masyarakat terpelajar.
f. Kinerja profesional guru/dosen yang terandalkan; mereka mampu
memberi sugesti kepada anak didiknya.
g. Pemberian tugas mandiri dan terstruktur kepada peserta didik dan ini
direspons oleh peserta didik secara antusias.
h. Program kokurikuler dan ekstra kurikuler mengintegral dengan
program kurikuler.
i. Penetapan kriteria prestasi dalam pembelajaran yang dilakukan secara
objektif.
Lingkungan universitas itu sendiri terdiri dari kondisi fisik dan non
fisik. Kedua kondisi tersebut mempunyai peranan yang penting bagi
mahasiswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar.
1. Kondisi Fisik Ruangan Belajar
Sebuah lingkungan belajar yang efektif menuntut adanya
sebuah ruangan belajar yang kondusif, beberapa hal yang menjadi
faktor penentu terciptanya kondisi fisik ruang belajar yang baik adalah:
a. Temperatur Udara
b. Pencahayaan
c. Sirkulasi Udara
e. Kebersihan kelas
f. Dan Keamanan Kelas dari faktor-faktor pengganggu.
2. Kondisi non fisik
Faktor yang dimaksud yaitu aturan dan disiplin lebih
kepada penciptaan suasana belajar yang teratur dan disiplin,
seperti:
a. Waktu kegiatan belajar dan mengajar yang tepat, ciptakan
suasana belajar yang disiplin, seperti masuk kelas tepat waktu,
sehingga pada saat proses belajar mengajar berlangsung, sudah
tercipta kondisi kelas yang tenang.
b. Cara meminta izin ketika hendak keluar dari ruangan kelas,
jangan sampai ketika proses belajar berlangsung, banyak siswa
yang keluar masuk seenaknya, hal ini tentunya dapat
menganggu konsentrasi belajar di ruangan kelas.
c. Setiap pelajar mengetahui aturan dan tata cara pelaksanaan
proses belajar di kelas.
C. Prestasi Belajar Mahasiswa
1. Pengertian Belajar
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian belajar:
a. Menurut Roestiyah N.K:
Belajar itu hanya menambah dan mengumpulkan sejumlah ilmu
pengetahuan. Pendapat tersebut dalam praktik sangat banyak dianut di
mungkin dan murid giat untuk mengumpulkannya. Di sini sering
terlihat bahwa belajar itu disamakan dengan menghafal (Roestiah
N.K., 1982:149).
b. Menurut W.S Winkel belajar adalah:
Suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap (Winkel, 1987:4).
c. Menurut Oemar Hamalik (1975:4), hasil belajar adalah suatu bentuk
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Seseorang
dikatakan telah belajar, jika di dalam dirinya telah terjadi perubahan
tertentu, misalnya semula tidak dapat membaca menjadi dapat
membaca.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang
setelah mengikuti suatu program pendidikan. Menurut Nasution (Jurnal
Ilmu Pendidikan 2001:39), prestasi belajar adalah penguasaan seseorang
terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu pelajaran,
yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan oleh
guru.
Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input,
proses, dan output. Input berkaitan dengan masukan untuk kegiatan
dilaksanakan. Dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar tersebut akan
mendapat kecakapan maupun perubahan yang sesuai dengan tujuan.
Menurut Sunaryo (1983:10-13), bahwa tingkat kemampuan siswa dalam
proses belajar dapat diketahui dari prestasi belajarnya. Prestasi belajar
adalah hasil perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Menurut Jas (1987:34), prestasi belajar bisa dinyatakan
sebagaimana tercantum dalam raport atau ijazah, pendapat tersebut sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Wirawan (1976:20), yang menyampaikan
bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang dalam
usaha belajarnya seperti yang dinyatakan dalam raport.
Pernyataan tentang persepsi belajar makin diperlengkap dengan
pernyataan yang diberikan oleh Tirtonegoro (1984:42), yang mana
pencapaian hasil belajar dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf,
maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
anak dalam periode tertentu.
Menurut Sukardi (1983:30-31) menyatakan bahwa beberapa faktor
yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:
a. Faktor internal, ialah faktor yang menyangkut seluruh diri pribadi,
termasuk fisik maupun mental atau psikologisnya yang ikut
menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar.
b. Faktor eksternal, ialah faktor yang bersumber dari luar indvidu yang
alat-alat pelajaran yang tidak memadai, dan lingkungan sosial maupun
lingkungan alamiahnya.
Berdasarkan isi dari Buku Pedoman Program Studi Pendidikan
Akuntansi (2007:55-56), terdapat beberapa kriteria penilaian yang
dilakukan oleh universitas Sanata Dharma terhadap prestasi belajar
mahasiswa. Hasil pengukuran taraf pencapaian kompetensi mahasiswa
dinyatakan dalam bentuk skor. Penilaian hasil belajar mahasiswa dapat
didasarkan pada tiga kemungkinan sistem penilaian, yaitu:
a. Sistem Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Sistem penilaian ini menetapkan lebih dahulu batas lulus yang
mencerminkan sasaran materi perkuliahan yang dituntut.
b. Sistem Penilaian Acuan Norma (PAN)
Sistem penilaian ini membandingkan taraf prestasi yang dicapai oleh
seorang mahasiswa dengan taraf prestasi kelas/kelompoknya.
c. Sistem Penilaian Acuan Kombinasi (PAK)
Sistem penilaian ini membandingkan taraf prestasi kelompok yang
diharapkan dengan taraf prestasi kelompok yang nyata, kemudian
ditentukan batas lulus.
Sistem penilaian yang sesuai dengan pendekatan kompetensi
dan yang digunakan di Universitas Sanata Dharma adalah sistem PAP
yang disesuaikan. Nilai akhir keberhasilan mahasiswa dinyatakan
masing-masing dengan bobot kuantitatif (yang disebut angka mutu)
sebagai berikut:
A ekuivalen dengan bobot 4
B ekuivalen dengan bobot 3
C ekuivalen dengan bobot 2
D ekuivalen dengan bobot 1
E ekuivalen dengan bobot 0
Penilaian dilakukan terlebih dahulu dengan menetapkan batas
lulus yang merupakan batas minimum pencapaian kompetensi yang
diperlukan. Penilaian ini biasanya menggunakan acuan persentase
untuk dapat menentukan apakah seorang mahasiswa dapat lulus atau
tidak pada suatu mata pelajaran. Acuan persentase yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Persentase Nilai
≥ 80 A
66-79 B 56-65 C 50-55 D
≤ 49 E
Seorang mahasiswa juga dianggap telah berhasil dalam
kegiatan perkuliahan apabila mereka memperoleh Indeks Prestasi yang
tinggi. Ukuran tinggi rendahya IP dapat dilihat pada daftar
pengambilan sks yang boleh diambil oleh mahasiswa, semakin tinggi
IP Sementara SKS
3,00-4,00 25 2,50-2,99 22 2,00-2,49 19
≤ 1,99 15
Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh setelah mengikuti
suatu program studi yang biasanya tercantum dalam nilai raport dan
ijazah yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun
kalimat.
D. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
1. Hubungan Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar SCL
Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa
Pendekatan mengajar itu berarti titik tolak atau sudut pandang kita
(pendidik) terhadap proses pembelajaran (Sanjaya 2006:125). Pendekatan
dalam pembelajaran itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu, pendekatan yang
berpusat pada guru atau instruktur dan pendekatan yang berpusat pada
siswa
Pendekatan mengajar SCL merupakan salah satu pendekatan yang
dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang menjadikan peserta
didik sebagai pusat pembelajaran yang akan membuat mereka merasa
tertantang untuk belajar dan mencari tahu sendiri. Mahasiswa diberikan
banyak kesempatan untuk menyampaikan ide kreatif dalam belajar yang
diharapkan mereka dapat merasa senang terhadap suatu mata pelajaran.
mahasiswa akan berani mengutarakan pendapat dan ide kreatifitas dalam
kegiatan belajar. Dengan demikian kompetensi mereka terhadap suatu
pelajaran akan meningkat. Itu semua karena mereka diberikan kebebasan
untuk menemukan cara belajar seperti apa yang bisa membuat mereka
senang (Nasar, 32-33).
2. Hubungan Lingkungan Belajar di Kampus dengan Prestasi Belajar
Mahasiswa
Lingkungan belajar biasanya sangat mempengaruhi prestasi belajar
mahasiswa karena untuk belajar dengan baik diperlukan lingkungan hidup
yang merangsang suasana belajar, maka lingkungan penting sekali dalam
menentukan prestasi belajar (Surakhmad 1982:23). Hubungan antara
pengajar atau dosen terhadap mahasiswa juga akan berpengaruh pada
prestasi belajar mahasiswa. Apabila dosen memperlakukan mahasiswa
dengan baik atau apabila mahasiswa merasa diterima oleh dosen, maka
mahasiswa akan menjadi lebih percaya diri dan hal tersebut dapat
mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa itu sendiri. Menurut Prayitno
(1997: 41), keberhasilan mahasiswa ditentukan juga oleh lingkungan
belajar, karena lingkungan mempengaruhi seseorang untuk berkonsentrasi.
Lingkungan fisik dan non fisik juga ikut mempengaruhi prestasi belajar.
Seperti halnya lingkungan fisik yaitu kondisi kelas yang bersih dan
lingkungan nonfisik seperti mahasiswa tidak datang terlambat dalam
pelajaran akan membuat mahasiswa dapat lebih berkonsentrasi, sehingga
lebih optimal. Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh banyak faktor yang
salah satunya adalah faktor lingkungan. Prestasi yang baik akan dihasilkan
apabila lingkungan belajar mendukung. IPK yang tinggi dapat tercapai
apabila lingkungan belajar di kampus mendukung, seperti lingkungan fisik
dan juga lingkungan non fisik.
3. Hubungan Persepsi Belajar Mahasiswa Terhadap Pendekatan SCL
dan Lingkungan Belajar di Kampus dengan Prestasi Belajar
Mahasiswa
Menurut Prayitno (1997:40), kesuksesan belajar siswa atau
mahasiswa lebih banyak ditentukan oleh penguasaan materi, pendekatan
mengajar, sarana belajar, kondisi diri pribadi, dan lingkungan belajar.
Penguasaan materi yang baik akan membuat mahasiswa paham akan
pelajaran yang diberikan, sehingga pada saat ujian mahasiswa dapat
mengerjakan soal ujian dan dengan penguasaan materi yang baik maka
hasil yang diperoleh akan baik. Pendekatan mengajar juga berpengaruh
pada penguasaan materi seorang mahasiswa. Pendekatan mengajar yang
tepat & menarik akan membuat mahasiswa merasa senang terhadap
pelajaran yang diberikan. Selain itu sarana belajar, kondisi diri pribadi,
dan lingkungan belajar juga ikut mempengaruhi. Apabila seorang
mahasiswa sedang mengalami masalah ditambah lagi lingkungan belajar
seperti kondisi kelas kotor dan gaduh akan mempengaruhi konsentrasi
belajar mahasiswa. Apabila mahasiswa sulit untuk berkonsentrasi maka
4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Ada hubungan positif antara persepsi mahasiswa terhadap
pendekatan mengajar SCL dengan prestasi belajar mahasiswa.
H2: Ada hubungan positif antara lingkungan belajar di kampus dengan
prestasi belajar mahasiswa.
H3: Ada hubungan positif antara pendekatan mengajar SCL dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, yang dimaksud studi
kasus adalah penelitian terinci tentang seseorang atau sesuatu unit selama
kurun waktu tertentu (Consuello, 1993:73). Penelitian ini merupakan
penelitian yang dilaksanakan dengan cara mengamati kasus-kasus yang
terjadi di lingkungan kampus, khususnya di lingkungan kampus Sanata
Dharma. Jenis penelitian studi kasus ini bila dihubungkan dengan hasil
penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian hanya
berlaku bagi obyek yang diteliti saja dan tidak berlaku bagi obyek penelitian
yang lain. Penelitian ini hanya terbatas pada obyek tertentu saja yaitu
mahasiswa sebagai responden. Secara khusus, yang akan diteliti dari
responden adalah persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL,
lingkungan belajar di kampus, dan prestasi belajar mahasiswa.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Desember – Januari 2009.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Prodi PAK tahun
angkatan 2006-2007.
2. Obyek Penelitian
Persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL, lingkungan
belajar di kampus, dan prestasi belajar mahasiswa.
D. Populasi
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
1999:72). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa USD Prodi
Pendidikan Akuntansi.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi(Sugiyono, 1999:73), lebih ditekankan lagi jika sampel adalah
sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara
tertentu.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambialn sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
1999:78). Peneliti akan mengadakan penelitian sampel dan dalam hal ini
peneliti menetapkan seluruh mahasiswa prodi pendidikan akuntansi
PAK angkatan 2006 dan angkatan 2007 sebanyak 124 orang.
Pertimbangan ini diambil karena mahasiswa angkatan tersebut telah
memiliki pengalaman mengikuti perkuliahan dengan berbagai metode.
E. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL.
Persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL adalah
proses pemahaman yang dialami oleh mahasiswa dalam memahami
pendekatan mengajar SCL yang digunakan oleh dosen dalam kegiatan
pembelajaran. Pengukuran variabel persepsi mahasiswa terhadap
pendekatan mengajar SCL berdasarkan indikator yang disajikan dalam
tabel. Berikut ini disajikan tabel operasional:
Tabel 3.1
Tabel Operasional
Variabel Dimensi Indikator
Pertanyaan Positif Negatif Persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL Ciri-ciri SCL
Mahasiswa aktif dalam mengembangkan
pengetahuan & keterampilan yang dipelajari
1
Mahasiswa secara aktif terlibat dalam mengelola pengetahuan.
2
Tidak terfokus hanya pada penguasaan materi, tetapi juga mengembangkan sikap belajar
3
Penggunaan Multimedia 4
Fungsi dosen sebagai motivator
Fungsi dosen sebagai fasilitator
6
Penekanan pada proses pengembangan
pengetahuan yang mana
kesalahan dapat digunakan sebagai sumber
belajar
7
Mahasiswa melakukan pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran SCL.
8
Penilaian instrumen menggunakan skala Likert sebagai berikut:
Penilaian Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif
Skor Skor
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
2. Variabel lingkungan belajar
Lingkungan belajar merupakan lingkungan yang dapat
mempengaruhi belajar peserta didik, lingkungan belajar yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah lingkungan kampus. Pengukuran variabel
lingkungan belajar berdasarkan indikator yang disajikan dalam tabel
Tabel 3.2
Tabel Operasional
Variabel Dimensi Indikator Pertanyaan Positif Negatif
Lingkungan di kampus
Lingkungan Fisik
Temperatur udara 9
pencahayaan 10 Sirkulasi udara 11
Kondisi meja 12
bangku 13
Jendela kelas 14
Kebersihan kelas 15
Keamanan kelas 16
Lingkungan Non Fisik
kedisiplinan 17 aturan 18
Penilaian instrumen menggunakan skala Likert sebagai berikut:
Penilaian Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif
Skor Skor
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
3. Variabel prestasi belajar mahasiswa
Prestasi belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan
atau keterampilan tertentu dalam suatu pelajaran, yang lazimnya diperoleh
dari nilai tes atau angka yang diberikan dosen.
Pengukuran yang berdasarkan dari Buku Pedoman Program Studi
IP 3,00-4,00 diberi skor 4
IP 2,50-2,99 diberi skor 3
IP 2,00-2,49 diberi skor 2
IP ≤ 1,99 diberi skor 1
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik kuesioner tertutup
Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi
mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL dan lingkungan belajar di
kampus.
2. Metode dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar
mahasiswa.
G. Teknik Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Suatu alat ukur dikatakan valid atau sahih apabila suatu alat
pengukuran tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan tepat
atau teliti. Pengujian kevalidan alat ukur dapat menggunakan metode
analisis butir dengan menguji apakah item telah mengungkapkan faktor
atau indikator yang ingin diselidiki. Arikunto (1996:170) menyatakan
rumus perhitungan korelasi product moment dari Karl Pearson adalah
sebagai berikut:
( )( )
(
)
{
∑
∑
−∑
∑
}
{
∑
∑
−( )
∑
}
− = 2 2 2 2 y x N x x N y x xy NDengan keterangan:
rXY = koefisien korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan
N = Total Responden
= Total nilai responden
= Total nilai x
∑
XY = jumlah perkalian skor X dan skor Y∑
2x = jumlah kuadrat x
∑
2y = jumlah kuadrat y
Besarnya nilai r dapat dihitung dengan menggunakan taraf signifikansi
5%. Jika r positif, serta nilai r hitung > r tabel maka butir variabel tersebut
valid.
Uji validitas ini menggunakan komputer program SPSS versi
12.00, apabila diperoleh hasil r hitung untuk setiap butir lebih besar dari r
tabel dengan N = 52 dimana untuk df = 52 – 2 = 50 dengan taraf
signifikansi 5% menunjukkan nilai r tabel 0,279. Maka butir-butir soal
yang telah disusun ke dalam instrumen dinyatakan valid sehingga
pengambilan keputusan data penelitian dapat digunakan.
1.1 Uji Validitas Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar
SCL
Uji validitas persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar
SCL ini diujicobakan kepada 52 responden. Kuesioner tentang persepsi
pertanyaan dan setiap item mempunyai 4 pilihan jawaban. Dari tabel III
di bawah ini, dapat dilihat persepsi mahasiswa terhadap pendekatan
mengajar SCL mempunyai nilai r hitung yang lebih besar dari r tabel
0,279, sehingga dapat dikatakan bahwa item tersebut valid dan dapat
digunakan untuk pengambilan data penelitian.
Tabel 3.3
Uji Validitas Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar SCL
(X1)
No Item rxy R tabel N = 52 / α = 5% Keterangan
1 0,448 0,279 Valid
2 0,489 0,279 Valid
3 0,378 0,279 Valid
4 0,489 0,279 Valid
5 0,448 0,279 Valid
6 0,379 0,279 Valid
7 0,379 0,279 Valid
8 0,489 0,279 Valid
1.2 Uji Validitas Lingkungan Belajar di Kampus
Uji validitas lingkungan belajar di kampus ini diujicobakan
kepada 52 responden. Kuesioner tentang lingkungan belajar di kampus ini
terdiri dari 10 item pertanyaan dan setiap item mempunyai 4 pilihan
jawaban. Dari tabel IV di bawah ini, dapat dilihat kepemimpinan
mempunyai nilai r hitung yang lebih besar dari r tabel 0,279, sehingga
dapat dikatakan bahwa item tersebut valid dan dapat digunakan untuk
Tabel 3.4
Uji Validitas Lingkungan Belajar di Kampus (X2)
No Item rxy r tabel N = 52,α = 5% Keterangan
9 0,409 0,279 Valid
10 0,414 0,279 Valid
11 0,292 0,279 Valid
12 0,396 0,279 Valid
13 0,409 0,279 Valid
14 0,396 0,279 Valid
15 0,414 0,279 Valid
16 0,409 0,279 Valid
17 0,414 0,279 Valid
18 0,396 0,279 Valid
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas alat ukur adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut
dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya kapanpun alat tersebut
digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama (Sudjana,
1989:120-121).
Tingkat reliabilitas kuesioner diuji dengan menggunakan koefisien Alpha
Cronbach dengan menggunakan taraf signifikan 0,05 atau 5%.
Rumus Alpha (Arikunto, 1989:165):
r11 =
(
)
⎥⎢⎢⎣⎡ − ⎥⎥⎦⎤ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡−
∑
22 1 1 t b k k σ σ Kesimpulan:
Besarnya nilai r dapat dihitung dengan menggunakan taraf signifikansi
5%. Jika r alpha positif dan r alpha > r tabel, maka variabel tersebut
Uji reliabilitas ini menggunakan komputer program SPSS versi
12.00, apabila diperoleh hasil r hitung untuk setiap butir lebih besar dari r
tabel dengan N = 52 dimana untuk df = 52 – 2 = 50 dengan taraf
signifikansi 5% menunjukkan nilai r tabel 0,279. Maka butir-butir soal
yang telah disusun ke dalam instrumen dinyatakan reliabilitas sehingga
pengambilan data penelitian dapat digunakan.
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliabilitas instrument
Variabel Koefisien Alpha r-tabel (df = 50,α = 5%)
keterangan
Persepsi mahasiswa terhadap pendekatan
mengajar SCL
0,742 0,279 Reliabel
Lingkungan belajar di kampus
0,732 0,279 Reliabel
Tabel 3.6
Kategori Reliabilitas menurut:
Suharsimi Arikunto (1990:167)
Tinggi Sekali 0,800-1,000
Tinggi 0,699-0,799 Cukup 0,400-0,599 Rendah 0,200-0,399 Sangat Rendah < 0,2
Berdasarkan tabel di atas maka, bila nilai alpha 0,742 dan 0,732 termasuk
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif, terdiri dari 2 bagian yaitu mendeskripsikan
variabel persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL dan
lingkungan belajar di kampus. Skala skor pengukuran pada analisis data
deskriptif pada variabel persepsi mahasiswa terhadap pendekatan
mengajar SCL menggunakan mean (nilai rata-rata), yaitu membagi
jumlah nilai data oleh banyak data (Sudjana, 1996:66). Pada variabel
persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL dan lingkungan
belajar di kampus menggunakan Pedoman Acuan Patokan (PAP) tipe II
karena passing score 56 pada PAP tipe II merupakan persentil minimal,
maka semakin tinggi skor persepsi mahasiswa terhadap pendekatan
mengajar SCL dikategorikan sangat baik dan semakin tinggi skor maka
lingkungan belajar di kampus dikategorikan sangat menunjang. Tabel
PAP II sebagai berikut (Masidjo, 1995:153) :
Tabel 3.7
PAP II
81% - 100% 66% - 80% 56% - 65% 46% - 55%
a. Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar SCL
Skor tertinggi yang diharapkan dicapai dari 8 item pertanyaan
adalah 32 dan skor terendah adalah 8, maka selisih antara skor
tertinggi dengan skor terendah adalah 24, sehingga diperoleh:
Skor = nilai terendah + % (nilai tertinggi – nilai terendah)
Tingkat Penguasaan Kompetensi Kategori Kecenderungan Variabel
8 + (81% x 24) = 27,4 dibulatkan menjadi 27 Sangat Baik 8 + (66% x 24) = 23,8 dibulatkan menjadi 24 Baik 8 + (56% x 24) = 21,4 dibulatkan menjadi 21 Cukup Baik 8 + (46% x 24) = 19,0 dibulatkan menjadi 19 Tidak Baik
Dibawah 19 Sangat Tidak Baik
Disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 3.8
Interval Skor Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar
SCL
Interval Skor Keterangan 27 - 32 Sangat positif 25 – 26 Positif 21 – 24 Cukup positif 19 – 20 Negatif
8 – 18 Sangat negatif
Apabila skor penilaian makin tinggi maka persepsi mahasiswa
terhadap pendekatan mengajar SCL sangat baik sedangkan skor
penilaian makin rendah maka persepsi mahasiswa terhadap pendekatan
mengajar SCL sangat tidak baik.
b. Lingkungan Belajar di Kampus
Skor tertinggi yang diharapkan dicapai dari 10 item pertanyaan
adalah 40 dan skor terendah adalah 10, maka selisih antara skor
Skor = nilai terendah + % (nilai tertinggi – nilai terendah)
Tingkat Penguasaan Kompetensi Kategori Kecenderungan Variabel
10 + (81% x 30) = 34,3 dibulatkan menjadi 34 Sangat menunjang 10 + (66% x 30) = 29,8 dibulatkan menjadi 30 Menunjang 10 + (56% x 30) = 26,8 dibulatkan menjadi 27 Cukup Menunjang 10 + (46% x 30) = 21,8 dibulatkan menjadi 22 Tidak Menunjang Dibawah 22 Sangat Tidak Menunjang
Disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 3.9
Interval Skor Lingkungan Belajar di Kampus
Interval Skor Keterangan 34 - 40 Sangat menunjang 30 - 33 Menunjang 27 - 29 Cukup menunjang 22 - 26 Tidak menunjang 10 – 21 Sangat tidak menunjang
Apabila skor penilaian makin tinggi maka lingkungan belajar di
kampus sangat menunjang sedangkan skor penilaian makin rendah
maka lingkungan belajar di kampus sangat tidak menunjang.
c. Prestasi Belajar Mahasiswa
IPK tertinggi yang diharapkan dicapai adalah 4,00 dan IPK
terendah adalah 0,00, maka selisih antara IPK tertinggi dengan IPK
terendah adalah 4,00, sehingga diperoleh:
Skor = nilai terendah + %(nilai tertinggi – nilai terendah)
Tingkat Penguasaan Kompetensi Kategori Kecenderungan Variabel
0 + (56% x 4,00) = 2,24 Cukup Tinggi 0 + (46% x 4,00) = 1,84 Rendah Dibawah 1,84 Sangat Rendah
Tabel 3.10
Interval Skor Prestasi Belajar Mahasiswa
Interval Skor Keterangan 34 - 40 Sangat Baik 30 - 33 Baik 27 - 29 Cukup Baik 22 - 26 Tidak Baik 10 – 21 Sangat Tidak Baik
2. Pengujian prasyarat analisis
a. Uji Normalitas
Untuk menggunakan statistik inferensial dalam menganalisis
data terlebih dahulu harus melakukan pengujian terhadap data yang
dimiliki (Suharsimi Arikunto, 2003:391-392). Untuk menguji data
salah satunya dengan menggunakan normalitas data. Untuk menguji
normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test yang
dihitung dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS versi
12.00. Dengan uji signifikansi 5%, data dianggap normal apabila p>
0,05.
b. Uji Linieritas
Pengujian linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah
masing-masing variabel bebas mempunyai hubungan linier atau tidak
dengan variabel terikatnya. Untuk uji linieritas ini digunakan rumus
yang digunakan untuk mencari nilai F adalah sebagai berikut (Sudjana, 1996:332) : e S TC S F 2 2 = Keterangan :
( )
2 2 − = k TC JK s TC( )
k n E JK s e − = 2F : harga bilangan F untuk garis regresi
s2 TC : varian tuna cocok
s2e : varian kekeliruan
JK(TC) : jumlah kuadrat tuna cocok
JK(E) : jumlah kuadrat kekeliruan
Berdasarkan hasil perhitungan, maka hipotesis model regresi linier
ditolak jika F > F(1−α)(k−2,n−k) pada dk pembilang = (k-2) dan dk
penyebut = (n-k). Sebaliknya hipotesis model regresi linier diterima
jika F < F(1−α)(k−2,n−k) pada dk pembilang=(k-2) dan dk penyebut=(n-k).
3. Pengujian hipotesis
Variabel yang diuji:
1) Hubungan persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL
dengan prestasi belajar mahasiswa.
2) Hubungan lingkungan belajar di kampus dengan prestasi belajar
3) Hubungan persepsi mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL
dan lingkungan belajar di kampus dengan prestasi belajar mahasiswa
a. Perumusan hipotesis
Ho1 : Tidak ada hubungan positif antara persepsi mahasiswa terhadap
pendekatan mengajar SCL dengan prestasi belajar mahasiswa
Ha1 : Ada hubungan positif antara persepsi mahasiswa terhadap
pendekatan mengajar SCL dengan prestasi belajar mahasiswa
Ho2 : Tidak ada hubungan positif antara lingkungan belajar di
kampus dengan prestasi belajar mahasiswa
Ha2 : Ada hubungan positif antara lingkungan belajar di kampus
dengan prestasi belajar mahasiswa
b. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan teknik korelasi
sederhana. Teknik korelasi ini digunakan untuk mengetahui hubungan
masing-masing antara variabel bebas dengan variabel terikat. Rumus
yang digunakan adalah (Arikunto, 1989:205):
rxy
=(
∑
∑
2)(
∑
2)
y x
xy
Keterangan:
= Koefisien korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan
= Jumlah perkalian skor x dan skor y
Koefisien korelasi adalah besaran yang dapat menunjukkan
kekuatan hubungan antara dua variabel dan dapat diketahui
berdasarkan nilai r hasil analisis korelasi. Selanjutnya, besar nilai r
dapat diinterpretasi untuk memperkirakan kekuatan hubungan
korelasi, seperti yang ditampilkan pada tabel berikut (Budi, 91-92):
Tabel 3.11
Interval nilai r Interpretasi 0,001 – 0,200 Korelasi sangat lemah 0,201 – 0,400 Korelasi lemah 0,401 – 0,600 Korelasi cukup kuat 0,601 – 0,800 Korelasi kuat 0,801 – 1,000 Korelasi sangat kuat
Dengan range korelasi antara -1 sampai dengan 1. Untuk pengujian
keberartian koefisien korelasi maka dibandingkan antara t hitung
dengan t tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05 dengan db = n-2
(Sudjana, 1996:380).
t =
2
1 2
r n r
− −
Keterangan:
t = harga t-tes yang dicari
r = koefisien korelasi
n = jumlah sampel
c. Penarikan kesimpulan
Ha diterima apabila ttabel < thitung
Variabel hubungan persepsi mahasiswa terhadap pendekatan
mengajar SCL dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar
mahasiswa
a. Perumusan hipotesis
Ho = Tidak ada hubungan positif antara variabel persepsi
mahasiswa terhadap pendekatan mengajar SCL dan
lingkungan belajar di kampus dengan prestasi belajar
mahasiswa.
Ha = Ada hubungan positif antara variabel persepsi mahasiswa
terhadap pendekatan mengajar SCL dan lingkungan belajar di
kampus dengan prestasi belajar mahasiswa.
b. Pengujian hipotesis
Untuk pengujian hipotesis tersebut digunakan korelasi ganda, karena
terdiri dari dua atau lebih variabel bebas yang masing-masing
mempunyai korelasi dengan variabel terikat.
Ryx1x2 =
2 1 2 2 1 . 2 . 1 2 2 1 2 1 2 x x r x rx ryx ryx yx r yx r − − + Keterangan:
Ryx1x2 = Korelasi antara X1 dan X2 secara bersama-sama dengan
variabel Y.
ryx1 = Korelasi Product moment antara X1 dengan Y.
ryx2 = Korelasi product moment antara X2 dengan Y.
Untuk pengujian keberartian koefisien korelasi ganda dilakukan uji F.
Bila f hitung > f tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05 disimpulkan
signifikan (Sudjana, 1996:380). Berikut adalah rumus F hitung:
Fh =
(
)
(
1)
/ 1
/
2 2
− −
−R n k
K R
Keterangan:
Fh = F hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan F tabel.
R2= Koefisien korelasi ganda.
K = Jumlah variabel independen n = Jumlah anggota sampel
c. Penarikan kesimpulan
Ha diterima jika F hitung > F tabel
BAB IV
GAMBARAN UMUM UNIVERSITAS
A. Sejarah Universitas Sanata Dharma
Sanata Dharma pertama kali berdiri pada tanggal 20 Oktober 1955
dan diresmikan oleh pemerintah pada tanggal 17 Desember 1955 dengan nama
PTPG Sanata Dharma. Pada awalnya PTPG Sanata Dharma memiliki 4
jurusan yaitu: Bahasa Inggris, sejarah, IPA, dan ilmu mendidik. Para pembesar
misi Serikat Yesus menunjuk Pater prof. Nicolaus Driyarkara, S.J. menjadi
dekan PTPG Sanata Dharma dan Pater H.Loeff sebagai wakil dekan. Nama
Sanata Dharma diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J. yang waktu itu
menjadi pejabat Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di
kantor wali gereja Indonesia. ”Sanata Dharma” yang sebenarnya dibaca
”Sanyata Dharma” yang berarti ”kebaktian sebenarnya” atau ”pelayanan yang
nyata”. Kebaktian dan pelayanan itu ditunjukkan kepada tanah air dan gereja
(pro patria et eclessia)
PTPG Sanata Dharma berubah menjadi FKIP Sanata Dharma pada
bulan November 1958. Pada masa FKIP ini Sanata Dharma berhasil
memperoleh status ”disamakan” dengan negeri berdasarkan SK Mentri PTIP
No 1/1961 pada tanggal 6 Mei 1961 jo No. 77/1962 tanggal 11 Juli 1962.
Walaupun bagian dari Universitas Katolik Indonesia, secara de facto FKIP
Untuk mengatasi kerancuan antara menjadi bagian dari Universitas
Katolik Indonesia cabang Yogyakarta dengan kemandirian FKIP Sanata
Dharma sebagai sebuah institusi pendidikan, FKIP Sanata Dharma berubah
menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Mentri PTIP No. 237/B- Swt/
U/ 1965. Surat keputusan ini berlaku mulai tanggal 1 September 1965. Selain
melaksanakan program S1, IKIP Sanata Dharma juga dipercaya pemerintah
untuk mengelola Program Diploma I, II,dan III untuk jurusan Matematika,
Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS, PMP. Dan berbagai Program
Diploma ini ditutup pada tahun 1990 dan selanjutnya dibuka Program
Diploma II PGSD.
Akhirnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta
kemajuan jaman, tanggal 20 April 1993 sesuai dengan SK Mendigbud No. 46
/ D /