• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PERKEMBANGAN NILAI KEMANUSIAAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS PERKEMBANGAN NILAI KEMANUSIAAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN Skripsi"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PERKEMBANGAN NILAI KEMANUSIAAN

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS

PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN

Skripsi

Oleh:

Helena Tiwi Indrayati

081134227

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

EFEKTIV

VITAS PE

ERKEMB

BANGAN N

NILAI KE

EMANUS

SIAAN

BASIS PA

ARADIGM

MA

NISIUS WIIROBRAJ

JAN

alah Satu Syarat

na Pendidiikan

uru Sekola

ah Dasar

ayati

(3)
(4)

 

(5)

v   

MOTTO

Apabila kamu telah merasa

memiliki ilmu yang lebih dibanding orang

lain, janganlah kamu bersikap sombong

atas apa yang kau miliki sehingga

menjadikan dirimu orang yang

berbudi pekerti

( Pepatah Jawa )

Kupersembahkan kepada:

Keluarga besar Yayasan Kanisius.

Suami dan anak serta rekan-rekan

yang telah bersama baik dalam suka maupun duka

 

(6)

 

(7)

 

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenan dan

rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi dengan judul:

EFEKTIVITAS PERKEMBANGAN NILAI KEMANUSIAAN DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PPR (PARADIGMA PEDAGOGI

REFLEKTIF) PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan

gelar sarjana.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas

bantuannya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Ucapan terima kasih tersebut penulis

sampaikan antara lain kepada:

1. Bapak T. Sarkim, M.Ed., selaku dekan Fakultas PGSD Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2. Drs. Puji Purnomo, Msi, selaku Kaprodi Fakultas PGSD Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Susento, MS (alm.), selaku dosen pembimbing utama yang telah membimbing

penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, MA, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

memberikan saran dan masukan yang berharga selama penyusunan skripsi.

5. Bapak Drs.J. Sumedi, selaku dosen penguji

(9)

ix   

6. Bapak Hr. Klidiatmoko , kepala sekolah SD Kanisius Wirobrajan yang

telah memberikan waktu dan tempat untuk terlaksananya penyelesaian

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga

saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi

terwujudnya kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan

sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi semua

pihak yang akan menggunakannya.

Yogyakarta, 22 Juli 2011

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL...i

HALAMAN JUDUL...ii

HALAMAN PERSETUJUAN...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……...………...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI...x

ABSTRAK...xii

ABSTRACT………xiii

I. PENDAHULUAN...1

A. Latar belakang...4

B. Batasan masalah...4

C. Rumusan masalah...4

D. Pemecahan masalah...4

E. Batas pengertian...4

F. Tujuan penelitian...5

G. Manfaat ...5

(11)

xi   

II. KAJIAN PUSTAKA...7

A. Belajar…...7

B. Pengertian PPR (Paradigma Pedagogi Reflektif)...8

C. Nilai kemanusiaan...12

D. Bilangan pecahan...13

E. Kerangka berpikir...15

F. Hipotesis...15

III. METODE PENELITIAN...14

A. Jenis Penelitian...16

B. Setting Penelitian...16

C. Prosedur Penelitian...17

D. Kriteria Keberhasilan Tindakan...17

E. Rencana Tindakan...17

F. Metode Pengumpulan Data...23

G. Metode Analisa Data...23

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...25

V. KESIMPULAN DAN SARAN...45

DAFTAR PUSTAKA...47

(12)

ABSTRAK

Helena Tiwi Indrayati, 2011. Efektivitas Perkembangan Nilai Kemanusiaan dalam Pembelajaran Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif pada siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan. Skripsi. Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas perkembangan nilai-nilai kemanusiaan dalam bidang studi matematika pada bilangan pecahan berpenyebut tidak sama dengan menggunakan model PPR.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas, yang dilakukan dalam 3 siklus yang masing-masing dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan empat langkah dalam setiap siklus yaitu perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, dan berulang pada siklus berikutnya. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan, yang berjumlah 36 siswa. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 sampai 12 April 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi/pengamatan, menganalisis bagaimana perkembangan nilai kemanusiaan dalam pembelajaran matematika berbasis paradigma pedagogi reflektif. Adapun indikator dari nilai kemanusiaan dalam kerjasama adalah aktif terlibat, bertukar pikiran dalam kelompok, dan membantu teman secara sukarela. Kriteria keberhasilan setiap siklus adalah siklus I 45%, 40%, 45%, siklus II 40%, 45%, 55% dan siklus III 45%, 50%, 55%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran PPR dapat meningkatkan efektifitas perkembangan nilai kemanusiaan peserta didik. Capaian perkembangan nilai kemanusiaan pada indikator I (aktif terlibat) pada siklus I: 80%, siklus II: 71,4%, dan siklus III: 94,4%; pada indicator II (bertukar pikiran dalam kelompok) siklus I: 68,5%, siklus II: 65,7%, dan siklus III: 94,4%; pada indicator III (membantu teman secara sukarela) pada siklus I: 71,4%, siklus II: 65,7%, dan siklus III 94,4%.

Kata kunci : efektivitas, nilai kemanusiaan, paradigma pedagogi reflektif, penelitian tindakan kelas

(13)

xiii   

ABSTRACT

Helena Tiwi Indrayati. 2011. The Effectiveness of Humanity Value Development Through Reflective Pedagogy Paradigm based Math Learning Process for the Fourth Graders of Kanisius Wirobrajan Elementary School. Elementary School Teacher Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This research aims to know the level of effectivess of humanity value development in Math learning, especially on the topic of different denominators of fractions number using reflective pedagogy paradigm.

This research is a classroom action research, consist of three cycles. Each of that’s included four steps, there’re planning, action, observation, and reflection, which repeated in every subsequent cycles. The subject of this research were the fourth grade of Kanisius Wirobrajan Elementary School student on the addition of fraction numbers topics. The datas gathering has been done from 4th to 12th of April 2011. The datas were collected by direct observation, to analize how the humanity value development were done during math learning, using reflective pedagogy paradigm. The indicators of humanity values were the student’s involvement, exchanging ideas ane another, and helping friends. Student was the successful if the criteria of each cycle were: for the first cycle’re 45%,40%, and 45%, for second cycle’re 40%, 45%, and 55%, for the third cycle’re 45%, 50%, and 55%.

The result of research shiwed that Math-learning which used by reflective pedagogy paradigm could increase the effectiveness of student’s humanity value. The student’s achievement of humanity value development for the first indicator (high activity) were 80% (cycle I);71,4% (cycle II);and 94,4% (cycle III). The values for the second indicator (teamwork discussing) were 68,5% (cycle I), 65,7% (cycle II), and 94,4% (cycle III). For the third indicator (helping friends), the results were 71,4% (cyle I), 65,7% (cycle II), and 94,4% (cycle III).

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan hak setiap warga negara untuk menjamin

kelangsungan hidupnya. Kehidupan seseorang perlu dikembangkan agar berguna

dan bermanfaat. Pendidikan yang diperoleh seseorang dapat berpengaruh pada

pembentukan hidupnya. Pendidikan bukan sekedar untuk menyiapkan sebuah

profesi, namun lebih untuk pengembangan pribadi manusia seutuhnya..

Pengembangan pribadi seseorang terkait dengan adanya proses pendidikan.

Proses pendidikan secara formal terjadi di sekolah dalam kegiatan belajar

mengajar. Kegiatan belajar-mengajar terjadi bila ada dua elemen di dalamnya,

diantaranya yaitu guru dan siswa. Pada kegiatan ini terjadi proses belajar dan

pembentukan hidup. Proses belajar ini tidak hanya mengembangkan segi

intelektual, moral, dan sikap, namun juga membantu peserta didik semakin

menyadari dan menerima dirinya sendiri, serta mengembangkan nilai-nilai aspek

kehidupan dan menemukan sendiri sebagai ciptaan yang berharga.

Kegiatan belajar matematika akan tercapai optimal, apabila guru dapat

memilih metode yang tepat, dengan teknik-teknik penyampaian dan

langkah-langkah pelaksanaannya yang baik. Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan

(15)

 

telah dilakukan. Kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus

mengembangkan kemampuan dirinya

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

sesuatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan

sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, daya reaksi, dan daya

penerimaannya pada aspek-aspek individu (Natawidjaja,1984).

Belajar matematika bukan sekedar menghafal rumus. Mengkomunikasikan

ide-ide dalam angka menjadi bagian penting dalam mempelajari matematika.

Aplikasi matematika tidak hanya dilakukan secara matematis saja, melainkan

bagaimana caranya mengkomunikasikan matematika itu.

Hingga saat ini matematika masih menjadi momok bagi sebagian siswa. Oleh

karena itu, belajar matematika perlu dibuat semenarik mungkin. Dengan ini

diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang bukan hanya mengembangkan

kognitif siswa, tetapi juga dapat mengembangkan kemampuan non kognitif. Dalam

hal meningkatkan efektivitas belajar matematika diperlukan metode yang berbasis

Paradigma Pedagogi Reflektif ( PPR).

Proses pembelajaran matematika yang berbasis PPR, dapat menjadi semakin

bergaung dalam diri para siswa dan guru kalau mereka semua mengetahui,

memahami, dan mengenal secara lebih mendalam roh yang bergerak dan

(16)

3   

Kegiatan pembelajaran matematika dibutuhkan suatu ketrampilan dan

kerjasama antar siswa untuk memahami dan menemukan suatu penyelesaian

masalah pembelajaran matematika yang sedang siswa hadapi. Siswa harus dilatih

untuk memahami persoalan yang dihadapinya.

Tujuan utama proses pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif, adalah mengintegrasikan pengetahuan matematika dan sikap batin siswa agar siswa

mampu melihat korelasi antara ilmu pengetahuan matematika yang didapat dan

dialaminya selama proses pembelajaran dengan realita konkret di tengah-tengah

masyarakat dan lingkungannya. Selain itu PPR juga bertujuan agar siswa memiliki

motivasi untuk bertindak atas dasar pengetahuan matematika yang telah dimiliki

dan dialaminya dan mampu mewujudnyatakan dalam bentuk aksi nyata, yang

bermanfaat bagi perkembangan kepribadian para siswa.

Untuk membentuk perilaku dan karakter siswa melalui kegiatan pembelajaran

matematika dibutuhkan suatu kerjasama antar siswa dan guru untuk saling

memahami dalam penyelesaian masalah dalam pembelajaran matematika hingga

dapat menumbuhkan antara pengetahuan matematika dengan nilai-nilai kehidupan.

Penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan tersebut dapat dilaksanakan melalui

tahap-tahap pembelajaran berbasis PPR yang memuat pengalaman, perwujudan aksi, dan

evaluasi sehingga terjadi penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan melalui proses

pembelajaran matematika.

(17)

 

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian pada

penjumlahan bilangan pecahan berpenyebut tidak sama dengan menggunakan model

pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR. C. Rumusan Masalah

Masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika dapat dirumuskan

sebagai berikut: Bagaimana efektivitas perkembangan nilai kemanusiaan dalam hal

kerjasama antar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran PPR yang terkait dengan Kompetensi Dasar ” penjumlahan pecahan

berpenyebut tidak sama “ pada siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan semester II

tahun pelajaran 2010/2011.

D. Pemecahan Masalah

Seperti telah dikemukakan pada bagian latar belakang masalah dan tersirat

dalam rumusan masalah, efektivitas perkembangan nilai kemanusiaan dalam

pembelajaran matematika akan diatasi dengan pendekatan PPR.

E. Batasan Pengertian

1. Efektivitas

Efektivitas dalam pembelajaran matematika adalah suatu tindakan guru dalam

mencapai sejumlah indikator keberhasilan perkembangan nilai kemanusiaan

(18)

5   

2. Nilai Kemanusiaan

Nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan melalui pembelajaran

matematika ini adalah nilai kerjasama antar peserta didik.

3. Pendekatan Paradigma Pedagogi Refletif ( PPR).

PPR merupakan model pendekatan belajar atau pembelajaran yang bertujuan

untuk mengembangkan atau meningkatkan efektivitas perkembangan nilai-nilai

kemanusiaan yang seutuhnya pada pesertadidik. Di dalam meningkatkan efektivitas

pembelajaran matematika yang berbasis PPR mempertimbangkan lima langkah

utama yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.

F. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas perkembangan

nilai-nilai kemanusiaan dalam bidang studi matematika pada bilangan pecahan

berpenyebut tidak sama menggunakan model PPR.

G. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Penelitian ini akan memberikan pengalaman pada siswa dalam

memahami bilangan pecahan yang berbasis PPR membantu siswa untuk

menjadi manusia yang utuh, secara intelektual berkompeten, terbuka untuk

perkembangan pengalaman yang mengenyam sesuatu hal dalam batin,

konteks sebagai kesiapan siswa untuk belajar, dan refleksi.

(19)

 

2. Bagi guru

Membantu para guru untuk:

a. Semakin memahami siswa

b. Bersedia mendampingi perkembangannya

c. Lebih baik dalam menyajikan materi ajarnya

d. Mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalaman sebagai guru,

pengajar, dan pendamping

3. Bagi sekolah

Dapat menambah satu bacaan yang bermanfaat untuk para guru

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Dunia pendidikan di Indonesia diramaikan dengan berbagai persoalan seperti

ujian nasional, sertifikasi guru, pemerataan pendidikan, komersialisasi pendidikan,

korupsi, dan mutu pendidikan yang dianggap rendah. Persoalan di atas menyangkut

pendidikan, anak didik, proses pendidikan, dan pengambilan keputusan dalam dunia

pendidikan

Persoalan yang berkaiatan dengan anak didik atau peserta didik antara lain

tidak punya arah ke depan, kurang memilih sesuatu yang penting bagi kehidupan

masa depan yang lebih baik, konflik antar peserta didik, asal senang, tidak bergairah

dalam belajar, dan untuk apa hidup ini (Wees Ibnoe, 2008).

Efektivitas kegiatan belajar akan optimal, apabila guru dapat memilih metode

yang tepat, kemudian melaksanakan dengan teknik-teknik penyampaian yang baik

serta langkah-langkah pelaksanaan yang benar dan baik.

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan telah dilakukan. Kegiatan belajar

untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mengembangkan kemampuan dirinya.

Oleh karena itu belajar sebagai suatu kegiatan yang telah dikenal dan secara sadar

atau tidak dilakukan oleh manusia.

(21)

 

Proses belajar tidak cukup apabila hanya melibatkan otak. Semua daya

manusiawi harus digunakan. Dengan demikian kegiatan belajar selalu menghidupkan

baik unsur kognitif maupun afektif. Tanpa adanya perpaduan antara kedua unsur

tersebut, kegiatan belajar tidak akan menggerakkan siswa untuk melakukan suatu

perbuatan. Jadi, belajar adalah proses kerja terpadu yang mengaktifkan daya indera,

pikiran, perasaan, dan kehendak.

Segala kemampuan atau potensi yang ada pada diri manusia tidak akan

berfungsi. Untuk mengembangkan potensi pada manusia dimulai dari hal-hal yang

sifatnya kecil atau kurang berarti, kemudian sedikit demi sedikit dilatih atau

dibiasakan yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan. Untuk mencapai hal

tersebut di atas tidak terlepas dari kegiatan belajar.

Untuk merumuskan definisi belajar yang memadai bukanlah suatu pekerjaan

yang mudah, karena itulah timbul berbagai definisi belajar yang dikemukakan oleh

para ahli. Di antaranya seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (1998) belajar adalah

suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang.

B. Pengertian PPR (Paradigma Pedagogi Reflektif)

PPR singkatan dari Paradigma Pedagogi Reflektif. Paradigma adalah suatu kerangka berfikir/model dari teori ilmu pengetahuan/perubahan model. Pengertian

paradigma dapat diartikan sebagai sebuah model dan atau pendekatan dalam proses

pembelajaran. Pedagogi artinya cara pengajar mendampingi para siswa dalam proses

pertumbuhan dan perkembangannya yang meliputi pandangan hidup dan visi

(22)

 

aspek pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa PPR adalah cara pandang tentang

pendidikan di sekolah yang menekankan pada pengintegrasian usaha penumbuhan

nilai-nilai kemanusiaan dan pengembangan kompetensi siswa melalui pelaksanaan

pembelajaran untuk semua mata pelajaran di sekolah. Penumbuhan nilai-nilai

kemanusiaan dilakukan sesuai dengan konteks siswa dan materi pelajaran, serta

melalui mekanisme pemberian pengalaman, refleksi, perwujudan aksi dan evaluasi.

Konteks siswa antara lain taraf perkembangan pribadi, kondisi social, budaya,

dan agama. Konteks materi pelajaran antara lain kompetensi dasar, ruang lingkup

materi, sifat materi, keterkaitan materi dengan kehidupan nyata, dan cara

mempelajarinya (Subagyo, 2005).

Pengembangan nilai kemanusiaan paling efektif dilakukan melalui

pengalaman, yaitu siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan. Untuk

mengembangkan nilai persaudaraan, siswa perlu mengalami rasa persaudaraan antar

teman dan dengan guru dalam kegiatan belajar di kelas, misalnya melalui kegiatan

kerja kelompok.

Refleksi adalah kegiatan siswa meninjau kembali pengalaman yang lalu.

Menurut Subagyo (2005), refleksi merupakan tahap di mana siswa menjadi sadar

sendiri mengenai kebaikan, keenakan, manfaat dan makna nilai yang diperjuangkan.

Untuk membantu siswa menyadari nilai kemanusiaan yang terkandung di dalam

pengalaman, guru memfasilitasi dengan mengajukan pertanyaan, member tugas

(23)

 

kepada siswa untuk mengkomunikasikan pendapat mereka dalam bentuk lisan, tulisan

atau gambar, dan mengajak siswa berdiskusi.

Hasil refleksi siswa atas pengalaman perlu ditindaklanjuti hingga siswa

mempunyai niat, bersikap, dan berbuat atas kemauan sendiri terkait dengan nilai

kemanusiaan yang diperjuangkan. Untuk membantu siswa mengembangkan niat,

sikap, dan perbuatan, guru memfasilitai dengan memberi kesempatan kepada siswa

untuk mempraktekan dalam pelajaran yang akan datang, atau memberi tugas sebagai

perwujudan aksi di sekolah, di rumah, atau di lingkungan tempat tinggal.

Reflektif dipakai dalam arti menyimak kembali dengan penuh perhatian bahan

studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usul, atau reaksi spontan agar dapat menangkap

maknanya secara lebih mendalam. Jadi reflektif mengandung pengertian sebuah

proses yang mampu memunculkan makna dalam pengalaman manusiawi dan erat

dengan pengalaman batin seseorang untuk menemukan nilai-nilai hidup yang hakiki

serta merupakan proses yang membentuk karakter/kepribadian dan melahirkan

kebebasan dalam penentuan sikap yang dapat dipertanggungjawabkan dengan baik

(Tim PPR, 2010).

PPR dapat pula diartikan sebagai pembelajaran yang mengintegrasikan bidang

studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan melalui pengalaman, aksi, dan

refleksi. PPR juga menekankan konteks proses belajar dan mengedepankan

pentingnya evaluasi (Subagyo, 2005).

Tujuan PPR adalah proses pembelajaran berbasiskan Paradigma Pedagogi

(24)

11 

 

melihat korelasi antara ilmu pengetahuan yang didapat dan dialaminya selama proses

pembelajaran dengan realitas konkret di tengah-tengah masyarakat dan

lingkungannya. Selain itu PPR juga bertujuan agar siswa memiliki motivasi untuk

bertindak atas dasar pengetahuan yang telah dimiliki dan dialaminya dan mampu

mewujudnyatakan dalam bentuk aksi nyata, yang bermanfaat bagi perkembangan

kepribadian siswa.

Tujuan PPR bagi guru dan siswa adalah sebagai berikut:

a. Tujuan PPR bagi guru, yaitu membantu para guru untuk:

1. Semakin memahami siswa

2. Semakin bersedia mendampingi perkembangannya

3. Semakin lebih baik dalam menyajikan materi ajarnya

4. Memperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral

5. Mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan

6. Mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalaman sebagai

guru, pengajar, dan pendamping.

b. Tujuan PPR bagi siswa, yaitu membantu siswa untuk menjadi:

1. Manusia bagi sesama

2. Manusia yang utuh

3. Manusia yang secara intelektual berkompeten, terbuka untuk

perkembangan, Religius

4. Manusia yang sanggup mencintai/dicintai

(25)

 

5. Manusia yang berkomitmen untuk menegakkan keadilan dalam

pelayanannya pada orang lain

C. Nilai Kemanusiaan

Penilaian adalah upaya untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah

ditetapkan tercapai atau tidak. Penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui

keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Salah satu prinsip dasar yang harus

senantiasa diperhatikan dan dipegang dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah

prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil

belajar untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi

pemahamannya terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.

Secara garis besar, dalam sistem pendidikan nasional dibagi menjadi tiga

aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Dalam konteks

hasil belajar, maka ketiga aspek itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap

kegiatan evaluasi hasil belajar. Diantara ketiga aspek itu, aspek kognitiflah yang

paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan

para peserta didik dalam menguasai isi bahan pelajaran (Andersen, 1981).

Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Aspek

afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.

Aspek afektif dibagi menjadi lima bagian yaitu receiving, responding, valuing, organization, dan characterization by evalue or calue complex.

Receiving adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari luar

(26)

13 

 

Contoh, misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas dan

tidak disiplin harus disingkirkan. Responding adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikuti dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan

membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Contohnya adalah peserta didik tumbuh

hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau lebih dalam lagi tentang kedisiplinan.

Valuing adalah menilai atau menghargai artinya memberikan nilai terhadap suatu

kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan

membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kaitan proses belajar mengajar, peserta

didik tidak hanya menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka juga berkemampuan

untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Contohnya adalah

tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik

di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Organization adalah mengorganisasikan artinya mempertemukan perbedaan

nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal. Contohnya peserta didik

mendukung penegakkan disiplin nasional. Characterization by evalue or calue

complex yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang,

yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya (Andersen, 1981).

D. Bilangan Pecahan

Pendidikan matematika telah berkembang dengan cepat, disesuaikan dengan

kebutuhan dan tantangan yang bernuansa kemajuan sains dan teknologi. Terkait

dengan pembelajaran matematika, banyak kecenderungan baru yang tumbuh dan

(27)

 

berkembang, sebagai inovasi dan reformasi model pembelajaran yang diharapkan

sesuai dengan tantangan sekarang dan mendatang. Beberapa diantaranya adalah

model-model contextual learning, cooperative learning, Realistic Matematics

Education (RME), open-ended, manipulative material, concept map, quantum

teaching/learning, dan writing in matematics.

Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain

abstrak, deduktif, konsisten, hirarkis, dan logis. Soedjadi (1999) menyatakan bahwa

keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi,

dan prinsip.

Model pembelajaran matematika yang berkembang didasarkan pada

teori-teori belajar. Teori-teori-teori belajar menjadi tidak berguna jika makna dari konsep yang

dikembangkan tidak dipahami dengan baik. Jika suatu teori belajar ternyata efektif

untuk membantu guru menjadi lebih profesional, yaitu meningkatkan kesadaran guru

bahwa mereka wajib menolong siswa mengintegrasikan konsep baru dengan konsep

yang sudah ada maka teori itu berharga dan patut dipertimbangkan.

Untuk menanamkan pemahaman siswa tentang pengertian bilangan pecahan,

guru harus menyediakan beberapa benda kongkrit dan beberapa gambar yang

diharapkan dapat membantu membangun pemahaman kerjasama siswa terhadap

bilangan pecahan.

Bilangan pecahan merupakan bilangan yang mempunyai jumlah kurang atau

(28)

15 

 

dan b bilangan bulat. a dinamakan pembilang, b dinamakan penyebut, dan garis di

bawah a dan di atas b disebut garis pecahan.

E. Kerangka Berpikir

Kerjasama adalah melakukan suatu kegiatan secara bersama-sama untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Kerjasama dilakukan seumur hidup manusia dalam

penerapan segala aspek kehidupannya. Hakikat manusia sebagai makluk social yang

mendasari manusia untuk membangun kerjasama satu sama lain. Kerjasama dapat

digunakan untuk menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan dan sesame

sehingga tercipta kerukunan serta memupuk persatuan dan kesatuan.

Kerjasama dilatih sejak anak kecil. Nilai kerjasama tidak bias diajarkan sekali

tempo. Nilai kerjasama akan membudaya pada anak-anak apabila dilakukan secara

terus menerus dan menjadi kegiatan pembiasaan. Penerapan kerjasama di lingkungan

keluarga, sekolah, dan masyarakat. Di lingkungan keluarga, pembiasaan kerjasama

ini dilakukan bersama orang tua dan kerabatnya. Di lingkungan sekolah, pembiasaan

ini dilakukan anak bersama guru dan teman sejawatnya sedangkan di masyarakat

anak melakukannya bersama tetangga dan teman-temannya.

Pendidikan yang berbasis PPR bertujuan untuk membina laki-laki dan

perempuan agar menjadi pribadi yang utuh dan bermakna bagi semua manusia

(forming men and women for others). Pribadi manusia yang utuh itu mengarah pada

integritas pribadi yang competence, conscience, dan compassion. Dinamika PPR terus menerus bergerak secara timbale balik dalam gerak spiral yang dinamis: Konteks,

(29)

 

Pengalaman, Refleksi, Aksi, dan Evaluasi. Keunggulan PPR adalah menjadikan para

siswa dan guru saling belajar mengembangkan kompetensi secara utuh (competence), saling mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani (conscience), dan saling terlibat dengan penuh bela rasa bagi sesame (compassion).

Untuk memperoleh 3C tersebut diperlukan latihan berulang-ulang dan secara

terus menerus yang terintegrasi dalam setiap pelajaran di sekolah. Pembelajaran

matematika berbasis PPR merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan

dalam mengajarkan siswa mengembangkan nilai kemanusiaan pada siswa kelas IV

SD Kanisius Wirobrajan. Model pembelajaran ini akan melatih siswa bekerja/belajar

secara berkelompok atau aktif berdiskusi dalam menyelesaikan soal matematika yang

terkait dengan penjumlahan berpenyebut tidak sama pada kelas IV SD Kanisius

Wirobrajan semester 2 tahun ajaran 2010/2011. Dengan begitu diharapkan siswa

dapat mengembangkan nilai kerjasama dengan baik serta bersinergi dengan

teman-temannya.

F. Hipotesis

Dari kerangka berpikir dapat ditarik suatu hipotesa yang mana penerapan PPR

pada pembelajaran matematika dapat secara efektif mengembangkan nilai

kemanusiaan pada siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan semester genap tahun

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Alat

pengambilan data yang dipakai adalah lembar obsevasi perkembangan nilai

kemanusiaan. Pada penelitian ini yang ditekankan oleh peneliti adalah nilai

kemanusiaan peserta didik.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini akan dilakukan di SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta.

Berada di jalan Hos Cokroaminoto No. 8 Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester dua tahun ajaran 2010/2011.

Tepatnya pada tanggal 4 sampai 12 April 2011.

3. Subyek Penelitian

Pada penelitian ini penulis mengambil subyek penelitian yaitu siswa kelas IV

SD Kanisius Wirobrajan. Jumlah siswa perempuan 17 sedangkan laki-laki 19,

jadi jumlah siswa 36.

4. Obyek Penelitian

Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah efektivitas perkembangan

nilai kemanusiaan peserta didik dalam pembelajaran matematika.

(31)

 

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus terdiri

dari tiga kali pertemuan. Waktu untuk satu kali pertemuan adalah 2 jam

pelajaran (2 x 40 menit). Penelitian ini meliputi 4 langkah dalam setiap siklus

yaitu perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, dan berulang lagi pada siklus

berikutnya.

D. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Nilai Kemanusiaan: Kerjasama

Indikator Kerjasama Kriteria Keberhasilan Tindakan

Siklus I Siklus II Siklus III

Aktif terlibat

Bertukar Pikiran dalam Kelompok

Membantu teman secara sukarela

45%

a. Permintaan ijin kepada pihak sekolah SD Kanisius Wirobrajan

b. Identifikasi masalah

c. Mengkaji KD 6.3 tentang penjumlahan pecahan

d. Menyusun RPP, alat peraga, dan LKS

e. Mempersiapkan sumber bahan pengajaran

(32)

19   

Siklus I

a. Perencanaan

1. Menyusun RPP dan LKS

2. Menyiapkan materi diskusi kelompok

3. Menyiapkan media pembelajaran

4. Menyiapkan lembar evaluasi

5. Menyiapkan lembar refleksi

6. Menyiapkan alat penilaian

b. Tindakan

1. Konteks:

- Tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui situasi tentang

pengetahuan yang dimilikinya terkait dengan materi yang akan

dibahas.

- Menjelaskan proses KBM secara umum

2. Pengalaman:

- Guru membentuk kelompok, masing-masing 4 siswa

- Siswa mendemonstrasikan tentang bilangan pecahan

- Siswa berdiskusi dalam kelompok membahas materi

- Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok

- Menarik kesimpulan

3. Refleksi:

(33)

 

- Siswa merenungkan pertanyaan nilai apa yang didapatkan

4. Aksi:

- Melakukan tindakan nyata dari hasil refleksi

5. Evaluasi:

- Siswa mengevaluasi kegiatan belajar dengan menuliskan

jawaban dari pertanyaan guru

c. Pengamatan

1. Mengamati perilaku siswa dalam proses belajar dengan PPR

2. Mengamati keaktifan siswa dalam kerjasama kelompok

3. Mengamati siswa yang mau bertukar pikiran dalam kelompok

4. Mengamati siswa yang mau membantu teman dengan sukarela

d. Refleksi

1. Melakukan evaluasi terhadap KBM

2. Menganalisis hasil evaluasi

3. Memperbaiki kekurangan untuk daur berikutnya

Siklus II

a. Perencanaan

1. Menyusun RPP dan LKS

2. Menyiapkan materi diskusi kelompo

3. Menyiapkan lembar evaluasi

4. Menyiapkan lembar refleksi

(34)

21   

b. Tindakan\

1. Konteks:

- Tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui situasi tentang

pengetahuan yang dimilikinya terkait dengan materi yang akan

dibahas.

- Menjelaskan proses KBM secara umum

2. Pengalaman :

- membentuk kelompok, masing-masing 4 siswa

- Siswa berdiskusi dalam kelompok membahas tentang penjumlahan

pecahan berpenyebut tidak sama

- Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok

- Menarik kesimpulan

3. Refleksi:

- merenungkan pertanyaan nilai apa yang didapatkan

4. Aksi:

- melakukan tindakan nyata dari hasil refleksi

5. Evaluasi:

- siswa mengevaluasi kegiatan belajar dengan menuliskan jawaban dari

pertanyaan guru

c. Pengamatan

1. Mengamati perilaku siswa dalam proses belajar dengan PPR

(35)

 

2. Mengamati keaktifan siswa dalam kerjasama kelompok

3. Mengamati siswa yang mau bertukar pikiran dalam kelompok

4. Mengamati siswa yang mau membantu teman dengan sukarela

d. Refleksi

1. Melakukan evaluasi terhadap KBM

2. Menganalisis hasil evaluasi

3. Memperbaiki kekurangan untuk daur berikutnya

Siklus III

a. Perencanaan

1. Menyusun RPP dan LKS

2. Menyiapkan materi diskusi kelompok

3. Menyiapkan lembar evaluasi

4. Menyiapkan lembar refleksi

5. Menyiapkan alat penilaian

b. Tindakan

1. Konteks:

- Tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui situasi tentang

pengetahuan yang dimilikinya terkait dengan materi yang akan

dibahas.

- Menjelaskan proses KBM secara umum

2. Pengalaman :

(36)

23   

- Siswa berdiskusi dalam kelompok membahas materi tentang

penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama

- Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok

- Menarik kesimpulan

3. Refleksi:

- merenungkan pertanyaan nilai apa yang didapatkan

4. Aksi:

- melakukan tindakan nyata dari hasil refleksi

5. Evaluasi:

- siswa mengevaluasi kegiatan belajar dengan menuliskan jawaban dari

pertanyaan guru

c. Pengamatan

1. Mengamati perilaku siswa dalam proses belajar dengan PPR

2. Mengamati keaktifan siswa dalam kerjasama kelompok

3. Mengamati siswa yang mau bertukar pikiran dalam kelompok

4. Mengamati siswa yang mau membantu teman dengan sukarela

d. Refleksi

1. Melakukan evaluasi terhadap KBM

2. Menganalisis hasil evaluasi

3. Memperbaiki kekurangan untuk daur berikutnya

F. Metode Pengumpulan Data

(37)

 

Data penelitian terdiri dari:

1. Proses pembelajaran di kelas

Data proses pembelajaran di kelas dikumpulkan dengan metode observasi

langsung dan didukung dengan metode tak langsung meelalui perekaman

video.

2. Perkembangan nilai kemanusiaan

Data perkembangan nilai kemanusiaan dikumpulkan dengan metode

observasi langsung

Instrumen observasi terdiri dari:

1. Lembar observasi proses pembelajaran

2. Lembar observasi perkembangan nilai kemanusiaan

(tabel terlampir)

G. Metode Analisis Data

I. Data proses pembelajaran di kelas pada setiap akhir siklus PTK dianalisis dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Data dibandingkan dengan karakteristik pembelajaran berpola PPR, yaitu

a. Guru menyesuaikan perkembangan nilai kemanusiaan dengan kondisi

peserta didik dengan bahan.

b. Guru memberi kesempatan agar peserta didik mengalami nilai

kemanusiaan.

c. Guru memandu peserta didik merefleksikan pengalaman tersebut.

(38)

25   

e. Guru menilai pertumbuhan nilai kemanusiaan pada diri peserta didik

dengan mengevaluasi pembelajaran.

2. Dari hasil perbandingan diidentifikasi kesulitan atau kelemahan dalam

pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan konteks, pengalaman, refleksi, aksi,

dan evaluasi

II. Data perkembangan nilai kemanusiaan pada setiap akhir siklus PTK dianalisis

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah peserta didik yang perilakunya menunjukkan

masing-masing indikator nilai kemanusiaan

2. Menghitung prosentase peserta didik di kelas yang perilakunya menunjukkan

masing-masing indikator nilai kemanusiaan

3. Membandingkan prosentase tersebut dengan kriteria keberhasilan tindakan

untuk masing-masing indikator nilai kemanusiaan

(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Siklus 1

a. Pelaksanaan penelitian

Pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin tanggal 4 April 2011 jam ke -2

yaitu pada pukul 07.35-08.45. Pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas IV B SD

Kanisius Wirobrajan, dan diampu oleh guru kelas yang bersangkutan. Siswa hadir

berjumlah 35 orang, terdiri dari 19 siswa putra dan 16 siswa putri. Tidak hadir 1 orang

siswa karena sakit.

Materi pembelajaran adalah penjumlahan pecahan. Kompetensi dasar adalah

menjumlahkan pecahan. Adapun indikatornya adalah menjumlahkan dua pecahan

berpenyebut sama.

Sedangkan nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan adalah kerjasama.

Dengan indikator adalah (i) siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, (ii) siswa mau

bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok, dan (iii) siswa mau

dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan.

Observer terdiri dari 2 orang observer langsung, 1 orang observer tidak langsung

(kameramen handy cam), 1 orang penilai perkembangan nilai kemanusiaan, dan 1 orang korektor/penilai perkembangan kompetensi.

(40)

27   

Proses pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

Kegiatan awal meliputi:

konteks

1. Guru menyuruh salah satu siswa untuk memimpin doa

2. Guru memberikan salam

3. Guru bertanya kesiapan siswa dalam menghadapi materi

4. Guru memberi penjelasan tentang pecahan melalui contoh yang konkrit seperti

membagi roti

Kegiatan inti meliputi:

Pengalaman

1. Guru memberikan latihan soal kepada siswa

2. Siswa mengerjakan di papan tulis

3. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok

4. Guru membagikan LKS dalam kelompok

5. Siswa mengerjakan LKS dengan berdiskusi

6. Perwakilan dua kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi

Kegiatan akhir meliputi :

Refleksi

1. Guru memberikan refleksi secara individu kepada siswa

2. Siswa menyampaikan kendala yang dialami pada saat pembelajaran

Aksi

1. Siswa membantu temannya yang belum jelas dalam kelompok

(41)

 

2. Siswa melakukan presentasi di depan kelas

Evaluasi

1. Siswa mengerjakan LKS di dalam kelompok

2. Siswa mengerjakan evaluasi secara individu

b. Hasil penelitian

Hasil penilaian perkembangan nilai kemanusiaan dalam siklus 1 ini disajikan

dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1: Penilaian Perkembangan Nilai Kemanusiaan

SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA

LEMBAR OBSERVASI PERKEMBANGAN NILAI KEMANUSIAAN

Mata Pelajaran: Matematika Nilai Kemanusiaan: Kerjasama

Kelas: IVB Semester: 2 Tahun Ajaran: 2010/2011

No Nama Peserta

Didik

Skor Pertemuan I No Nama Peserta

(42)

29 

Indikator 1 = Peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok

Indikator 2 = Peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok

Indikator 3 = Peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan

Tanda “+” berarti indikator nilai kemanusiaan yang bersangkutan tampak pada diri peserta didik

Tanda “-“ berarti indikator nilai kemanusiaan yang bersangkutan tidak tampak pada diri peserta didik

Tabel 4.2. Keberhasilan Siklus 1

Indikator Kriteria keberhasilan Persentase yang dicapai Kesimpulan

Indikator 1 45% 80% Berhasil

Indikator 2 40% 68,5% Berhasil

Indikator 3 45% 71,4% Berhasil

Keterangan:

Indikator 1 = Peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok

Indikator 2 = Peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok

Indikator 3 = Peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan

c. Refleksi

Refleksi tentang proses pembelajaran berbasis PPR adalah sebagai berikut:

1. Guru menyesuaikan perkembangan nilai kemanusiaan dengan konteks siswa

dan materi:

(43)

 

a. Di kegiatan awal guru mengecek kemampuan prasyarat

b. Materi peragaan sudah dikuasai oleh siswa

c. Siswa sudah sering melakukan kerja kelompok sehingga siswa sudah

siap untuk melakukan pengalaman

2. Guru memberi kesempatan agar siswa mengalami nilai kemanusiaan:

a. Siswa mendemonstrasikan nilai suatu pecahan dengan cara membagi roti

b. Siswa melakukan kerjasama dalam membagi satu roti menjadi empat

bagian sama besar

c. Siswa yang tidak maju memperhatikan dua temannya yang sedang

berdiskusi cara membagi roti sama besar

3. Guru memandu siswa merefleksikan pengalaman tersebut

4. Guru memandu siswa membangun niat atau melakukan aksi

5. Guru menilai perkembangan nilai kemanusiaan pada diri siswa dengan

mengevaluasi pembelajaran

Pada pertemuan pertama muncul suatu masalah dalam kerja kelompok ada

beberapa peserta didik yang pasif dikarenakan pembawaan individu peserta didik.

(44)

31   

2. Siklus 2

a. Pelaksanaan penelitian

Pembelajaran dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 7 April 2011 jam ke -3 dan

ke - 4 yaitu pada pukul 09.00 - 10.10. Pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas IV B

SD Kanisius Wirobrajan, dan diampu oleh guru kelas yang bersangkutan. Siswa hadir

berjumlah 35 orang, terdiri dari 19 siswa putra dan 16 siswa putri. Tidak hadir 1 orang

siswa karena sakit.

Materi pembelajaran adalah penjumlahan pecahan. Kompetensi dasar adalah

menjumlahkan pecahan. Adapun indikatornya adalah menjumlahkan dua pecahan

berpenyebut tidak sama.

Sedangkan nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan adalah kerjasama.

Dengan indikator adalah (i) siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, (ii) siswa mau

bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok, dan (iii) siswa mau

dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan.

Observer terdiri dari 2 orang observer langsung, 1 orang obbserver tidak

langsung (kameramen handy cam), 1 orang penilai perkembangan nilai kemanusiaan, dan 1 orang korektor/penilai perkembangan kompetensi.

Proses pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

Kegiatan awal meliputi:

konteks

1. Guru mengucapkan salam kepada siswa

2. Guru bertanya kesiapan siswa dalam menghadapi materi

(45)

 

3. Guru memberi penjelasan tentang pecahan berpenyebut tidak sama

Kegiatan inti meliputi:

Pengalaman

1. Guru memberikan latihan soal kepada siswa

2. Siswa mengerjakan di papan tulis

3. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok

4. Guru membagikan LKS dalam kelompok

5. Siswa mengerjakan LKS dengan berdiskusi

6. Perwakilan dua kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi

Kegiatan akhir meliputi :

Refleksi

1. Guru memberikan refleksi secara individu kepada siswa

2. Siswa menyampaikan kendala yang dialami pada saat pembelajaran

Aksi

1. Siswa membantu temannya yang belum jelas dalam kelompok

2. Siswa melakukan presentasi di depan kelas

Evaluasi

1. Siswa mengerjakan LKS di dalam kelompok

2. Siswa mengerjakan evaluasi secara individu

b. Hasil penelitian

Hasil penilaian perkembangan nilai kemanusiaan dalam siklus 2 ini disajikan

(46)

33   

Tabel 4.3: Penilaian Perkembangan Nilai Kemanusiaan

SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA

LEMBAR OBSERVASI PERKEMBANGAN NILAI KEMANUSIAAN

Mata Pelajaran: Matematika Nilai Kemanusiaan: Kerjasama

Kelas: IVBSemester: 2 Tahun Ajaran: 2010/2011

No Nama Peserta

Didik

Skor Pertemuan I No Nama Peserta

Didik

Indikator 1 = Peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok

Indikator 2 = Peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok

Indikator 3 = Peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan Tanda “+” berarti indikator nilai kemanusiaan yang bersangkutan tampak pada diri

peserta didik

Tanda “-“ berarti indikator nilai kemanusiaan yang bersangkutan tidak tampak pada diri peserta didik

(47)

 

Tabel 4.4. Keberhasilan Siklus 2

Kriteria keberhasilan Prosentase yang dicapai Kesimpulan

Indikator 1 40% 71,4% Berhasil

Indikator 2 45% 65,7% Berhasil

Indikator 3 55% 65,7% Berhasil

Keterangan:

Indikator 1 = Peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok

Indikator 2 = Peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok

Indikator 3 = Peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan

c. Refleksi

Refleksi tentang proses pembelajaran berbasis PPR adalah sebagai berikut:

1. Guru menyesuaikan perkembangan nilai kemanusiaan dengan konteks siswa dan

materi:

a. Guru melakukan apersepsi mengenai materi operasi hitung pecahan

b. Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang cara menjumlahkan

pecahan dengan penyebut berbeda

2. Guru memberi kesempatan agar siswa mengalami nilai kemanusiaan:

a. Peserta didik melakukan pengalaman dibagi menjadi 9 kelompok

b. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok

c. Setiap kelompok diwakilkan dua peserta didik untuk maju

(48)

35   

3. Guru memandu siswa merefleksikan pengalaman tersebut

a. Guru membagikan lembar refleksi kepada peserta didik secara individu

b. Peserta didik menyampaikan refleksi dengan cara tunjuk jari

c. Pengisian refleksi dilakukan serentak dengan panduan guru

4. Guru memandu siswa membangun niat atau melakukan aksi (peserta didik

berniat untuk bekerja sama yaitu dapat bertukar pikiran dengan teman saat kerja

dalam kelompok)

5. Guru menilai perkembangan nilai kemanusiaan pada diri siswa dengan

mengevaluasi pembelajaran

Pada pertemuan kedua muncul masalah dalam kerja kelompok yaitu ada anak

yang biasanya aktif, pada pertemuan kedua tidak aktif diduga karena masalah

kesehatan. Selain itu banyak peserta didik tidak aktif dalam kerja kelompok dikarenakan

materi lebih sulit sehingga peserta didik cenderung untuk berpikir sendiri.

3. Siklus 3

a. Pelaksanaan penelitian

Pembelajaran dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 12 April 2011 jam ke -3

dan 4 yaitu pada pukul 09.00-10.10. Pembelajaran dilaksanakan diruang kelas IV B

SD Kanisius Wirobrajan, dan diampu oleh guru kelas yang bersangkutan. Siswa hadir

berjumlah 36 orang, terdiri dari 19 siswa putra dan 16 siswa putri.

(49)

 

Materi pembelajaran adalah penjumlahan pecahan. Kompetensi dasar adalah

menjumlahkan pecahan. Adapun indikatornya adalah menyelesaikan soal-soal pecahan

yang berpenyebut tidak sama (remidi). Sedangkan nilai kemanusiaan yang akan

dikembangkan adalah kerjasama. Dengan indikator adalah (i) siswa aktif dalam

kegiatan diskusi kelompok, (ii) siswa mau bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan

diskusi kelompok, dan (iii) siswa mau dengan sukarela membantu teman yang

membutuhkan.

Observer terdiri dari 2 orang observer langsung, 1 orang observer tidak langsung

(kameramen handy cam), 1 orang penilai perkembangan nilai kemanusiaan, dan 1 orang korektor/penilai perkembangan kompetensi.

Proses pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan

akhir. Kegiatan awal meliputi:

Konteks

1. Guru mengucapkan salam dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin doa

2. Siswa maju membacakan hasil pekerjaan

3. Guru memberikan arahan pada siswa tentang materi yang dipresentasikan oleh

setiap kelompok

Kegiatan inti meliputi:

Pengalaman

1. Guru memberikan latihan soal kepada siswa

2. Siswa mengerjakan di papan tulis

(50)

37   

4. Guru memberikan arahan kepada siswa untuk mengerjakan lembar evaluasi

5. Siswa mengerjakan LKS dengan berdiskusi

6. Guru menegaskan untuk memakai cara penyelesaian penjumlahan pecahan

Kegiatan akhir meliputi :

Refleksi

1. Guru memberikan refleksi secara serentak kepada siswa

2. Siswa menyampaikan kendala yang dialami pada saat pembelajaran

Aksi

1. Siswa membantu temannya yang belum jelas dalam kelompok

2. Siswa melakukan presentasi di depan kelas

Evaluasi

1. Siswa mengerjakan LKS dalam kelompok

2. Siswa mengerjakan evaluasi secara individu

b. Hasil penelitian

Hasil penilaian perkembangan nilai kemanusiaan dalam siklus 3 ini disajikan

dalam Tabel 4.5.

(51)

 

Tabel 4.5: Penilaian Perkembangan Nilai Kemanusiaan

SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA

LEMBAR OBSERVASI PERKEMBANGAN NILAI KEMANUSIAAN

Mata Pelajaran: Matematika Nilai Kemanusiaan: Kerjasama

Kelas: IVBSemester: 2 Tahun Ajaran: 2010/2011

No Nama Peserta

Didik

Skor Pertemuan I No Nama Peserta

Didik

Indikator 1 = Peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok

Indikator 2 = Peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok

Indikator 3 = Peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan Tanda “+” berarti indikator nilai kemanusiaan yang bersangkutan tampak pada diri

peserta didik

(52)

39   

Tabel 4.6. Keberhasilan Siklus 3

Indikator Kriteria keberhasilan Persentase yang dicapai Kesimpulan

Indikator 1 45% 94,4% Berhasil

Indikator 2 50% 94,4% Berhasil

Indikator 3 55% 94,4% Berhasil

Keterangan:

Indikator 1 = Peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok

Indikator 2 = Peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok

Indikator 3 = Peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan

c. Refleksi

Refleksi tentang proses pembelajaran berbasis PPR adalah sebagai berikut:

1. Guru menyesuaikan perkembangan nilai kemanusiaan dengan konteks siswa

dan materi:

a. Guru mengulang tentang konsep penjumlahan pecahan berpenyebut

sama dan tidak sama

b. Guru menekankan tentang KPK (Kelipatan Persekutuan Kecil)

c. Guru mengingatkan tentang indikator nilai kemanusiaan

2. Guru memberi kesempatan agar siswa mengalami nilai kemanusiaan:

a. Peserta didik dibagi menjadi 18 kelompok di mana setiap kelompok

terdiri dari dua peserta didik (tutor sebaya)

b. Proses dalam kerja kelompok dengan tutor sebaya tidak ada kesulitan

c. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi

d. Semua soal latihan dapat dipresentasikan dan didiskusikan oleh peserta

didik

(53)

 

3. Guru memandu siswa merefleksikan pengalaman tersebut (guru memberikan

refleksi kepada peserta didik dengan cara mendiktekan pertanyaan refleksi)

4. Guru memandu siswa membangun niat atau melakukan aksi

5. Guru menilai perkembangan nilai kemanusiaan pada diri siswa dengan

mengevaluasi pembelajaran.

Pada pertemuan ketiga muncul masalah dalam kerja kelompok ,ada satu

kelompok yang tidak dapat melakukan kerjasama dengan baik dikarenakan tidak cocok.

Dengan alasan ketidakcocokan dalam berteman menyebabkan mereka kurang atau sulit

untuk berkomunikasi dengan baik .

B. Pembahasan

Materi pembelajaran matematika berbasisi PPR adalah menjumlahkan dua

pecahan berpenyebut tidak sama dengan nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan

adalah kerjasama dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7: Hasil capaian Siklus

SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III

Target Capaian Target Capaian Target Capaian

Indikator 1 45% 80% 40% 71,4% 45% 94,4%

Indikator 2 40% 68,5% 45% 65,7% 50% 94,4%

Indikator 3 45% 71,4% 55% 65,7% 55% 94,4%

Siklus I

Dari hasil penelitian pada pertemuan pertama kriteria keberhasilan dari

indikator I, II, dan III sebesar 45%, 40%, dan 45%. Kriteria keberhasilan ini masih

cukup rendah karena disesuaikan dengan tingkat kesulitan siswa dalam mengikuti

(54)

41   

peserta didik yang aktif dalam kegiatan diskusi kelompok sangat banyak. Pencapaian

indikator II menunjukkan 68,5%. Dan persentase ini terlihat ada beberapa peserta didik

bersifat tertutup atau malas untuk saling bertukar pikiran. Peserta didik yang mau

membantu secara sukarela kepada temannya (indikator III) sebesar 71,4%. Hal ini

menunjukkan peserta didik mau peduli sesama temannya yang sangat membutuhkan

bantuan dalam berdiskusi kelompok. Dengan membentuk beberapa kelompok yang

heterogen terdiri dari empat (4) orang setiap kelompok muncul kendala dalam kerja

kelompok. Hal ini dikarenakan beberapa individu tidak cocok atau tidak akrab dan

kurang bisa membaur dengan teman-teman di kelasnya. Peserta didik seperti ini perlu

diberi dorongan atau motivasi maupun pendekatan secara perlahan dan bertahap. Dari

empat kelompok ini ada juga yang tidak menerapkan nilai kerjasama.

Hasil diskusi kelompok peserta didik menyampaikan presentasi yang

diwakilkan oleh dua peserta didik dari tiap kelompok. Dalam menyampaikan

presentasi peserta didik mengalami kendala yaitu belum mengerti atau masih bingung

apa yang harus mereka presentasikan. Hal ini biasa terjadi dikarenakan peserta didik

baru pertama kali melakukan presentasi di hadapan para guru dan teman-temannya serta

Dari 10 soal hanya 2 soal yang dapat dipresentasikan, karena guru tidak

memperhitungkan atau mempertimbangkan tentang pengaturan waktu pada saat proses

pembelajaran.

Pada saat melakukan refleksi hasil pembelajaran dengan bimbingan guru,

siswa mengalami beberapa kesulitan sebagai berikut: (1) lembar refleksi tergabung

dengan LKS, (2) satu kelompok mendapatkan satu LKS sehingga refleksi tidak bisa

(55)

 

dilaksanakan secara individual, ketika diminta menyampaikan hasil refleksi peserta

didik menjawab secara bersama-sama sehingga tidak jelas dan kurang bermakna, (3)

pengisian refleksi tidak dilakukan secara serentak dengan panduan guru.

Peserta didik tidak melakukan tindakan untuk menindaklanjuti tentang niat yang

dibuat setelah refleksi dikarenakan guru belum sempat melakukan/melaksanakan sesuai

dengan rancangan dalam RPP. Hal lain yang mempengaruhi adalah mengenai

pengaturan waktu tidak dipertimbangkan pada saat proses pembelajaran.

Pada siklus I kriteria dibuat rendah karena adanya anggapan bahwa peserta didik

dalam berdiskusi kelompok masih mementingkan diri sendiri dan belum bisa kerjasama

dengan baik. Sesuai dengan pengamatan peserta didik berhasil dengan baik dalam

kerjasama. Keberhasilan pada siklus I tidak lepas dari pengarahan guru dengan

memotivasi dalam berdiskusi.

Siklus II

Kriteria keberhasilan pada siklus II materi kompetensi matematika lebih sulit

yaitu menjumlahkan pecahan berpenyebut tidak sama. Kriteria keberhasilan pada siklus

II yaitu indikator 1 sebesar 40%, indikator 2 sebesar 45% dan indikator 3 dengan nilai

55%. Dalam diskusi kelompok pada siklus II terdapat beberapa hambatan seperti

banyaknya peserta didik tidak aktif dalam kerja kelompok karena peserta didik

cenderung bekerja secara individual atau berfikir sendiri. Hal ini terlihat dari persentase

indikator 1 nilai aktif terlibat sebesar 71,4%, indikator 2 sebesar 65,7% dan indikator 3

sebesar 65,7%. Pada indikator 2 dan 3 sama nilainya dikarenakan peserta didik

(56)

43   

Siklus III

Seperti hal-hal yang dilakukan pada siklus I dan II, guru membuka kegiatan

pembelajaran dengan berdoa dan salam. Selanjutnya guru melakukan apersepsi yaitu

dengan mengulang tentang konsep menjumlahkan pecahan berpenyebut sama dan tidak

sama. Guru menekankan juga KPK (Kelipatan Pesekutuan kecil), serta menyampaikan

tujuan dari pembelajaran yang mempunyai hubungan dengan indikator nilai

kemanusiaan. Dalam pengalaman peserta didik dibagi menjadi 18 kelompok. Setiap

kelompok terdiri dari 2 peserta didik. Pembelajaran seperti ini sering juga disebut

dengan tutor sebaya. Proses dalam kerja kelompok dengan tutor sebaya tampak tidak

ada kesulitan/kendala yang berarti. Hanya ada satu kelompok yang tidak bisa

bekerjasama dengan baik dikarenakan mereka saling mempertahankan untuk bekerja

secara individual dan merasa tidak cocok dengan teman lainnya sehingga kurang ada

komunikasi.

Ketika peserta didik harus mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas

mereka dapat melakukannya dengan baik. Hal ini terlihat dari semua soal latihan dapat

dipresentasikan dan didiskusikan dengan baik.

Guru memberikan refleksi kepada peserta didik dengan cara mendiktekan

pertanyaan refleksi. Kemudian peserta didik dapat menuliskan jawaban di balik lembar

evaluasi. Selanjutnya peserta didik merefleksikan hasil pembelajaran tanpa ada

kesulitan.Peserta didik melakukan tindakan spontan atau aksi sesuai dengan yang

direfleksikan dengan cara guru menanyakan secara lisan kepada peserta didik dan

hasilnya tidak ada kesulitan.

(57)

 

Hasil yang diperoleh pada siklus III mengalami peningkatan yang signifikan.

Hal ini karena peserta didik hanya mengulang kembali materi yang ada pada indikator I

dan II pada kompetensi matematika, sehingga peserta didik sudah paham dan mengerti.

Dari hasil di atas dapat dikatakan siklus III ini berhasil karena sudah melebihi target

yang ditetapkan yaitu 45% untuk indikator 1, 50% untuk indikator 2, dan 50% untuk

indikator 3. Hal ini dapat terlihat dari besarnya nilai indikator 1, 2, dan 3 sebesar 94,4%.

Prosentase nilai indikator 1,2, dan 3 bisa sama karena ada satu kelompok yang kurang

melaksanakan kegiatan kerja sama secara baik sehingga indikator tersebut tidak bisa

(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika

dengan menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat secara efektif mengembangkan nilai kemanusiaan dalam hal kerjasama antar peserta

didik. Hal ini dapat dilihat dari hasil setiap siklus.

1. Siklus I

- Indikator 1 (peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi

kelompok) sebesar 80%.

- Indikator 2 (peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti

kegiatan diskusi kelompok) sebesar 68%.

- Indikator 3 (peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang

membutuhkan) sebesar 71,4%.

2. Siklus II

- Indikator 1 (peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi

kelompok) sebesar 71,4%.

- Indikator 2 (peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti

kegiatan diskusi kelompok) sebesar 65,7%.

- Indikator 3 (peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang

membutuhkan) sebesar 65,7%.

(59)

 

3. Siklus III

- Indikator 1 (peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi

kelompok) sebesar 94,4%.

- Indikator 2 (peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti

kegiatan diskusi kelompok) sebesar 94,4%.

- Indikator 3 (peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang

membutuhkan) sebesar 94,4%.

B. Saran

Berdasarkan penelitian, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut.

Bagi guru:

1. Tidak menguasai model pembelajaran PPR

2. Kurangnya sosialisasi pembelajaran PPR kepada guru.

3. Kurangnya referensi tentang PPR.

Bagi sekolah:

1. Perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana khususnya buku PPR.

2. Perlu ditingkatkannya sosialisasi PPR.

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Anonim. 2010. Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta.

Gatot M, dkk. 2008. Pembelajaran Matematika SD, Universitas Terbuka. Jakarta. Herman Hudojo. 1981. Teori Belajar untuk Pengajaran Matematika. Makalah,di

sampaikan dalam Lokakarya, Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G). Departemen P dan K

Nana sudjana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung

Nana Sudjana. 2000. Penilaian dan Penelitian Pendidikan. Sinar Baru. Bandung. Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Ratna Wilis D. 1988. Teori-teori Belajar. Depdikbud. Jakarta.

Olivia L P. 2010. Matematika Tak Sekedar Hafal Rumus, Lomba Tingkat Nasional di UNY. Harian Jogja

Riyo Mursanto RB, SJ. 2011. Paradigma Pedagogi Reflektif, Mendampingi

Peserta Didik Menjadi Cerdas & Berkarakter. Yogyakarta: Kanisius.

Tim PPR SD Kelompok Ignatius. 2010. Paradigma Pedagogi Reflektif,

Pengertian dan Dinamika. Yogyakarta.

Tim PPR SD Kelompok Ignatius. 2010. Paradigma Pedagogi Reflektif, “Magics”

dan “Cura Personalis.” Yogyakarta.

(61)

 

(62)

49   

(63)
(64)

51   

(65)
(66)

53   

(67)
(68)

55   

(69)
(70)

57   

(71)
(72)

59   

Gambar 1: Siswa sedang melakukan diskusi

(73)

 

(74)

61   

Gambar 3: siswa yang sedang membantu teman yang kesulitan

(75)

 

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SD Kanisius Wirobrajan

Kelas/Semester : IV

Mata Pelajaran : Matematika

A. Standar Kompetensi

6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

B. Kompetensi Dasar

6.3. Menjumlahkan pecahan

C. Indikator

a. Competence (akademik dan ketrampilan)

- Menjumlahkan dua pecahan berpenyebut sama

- Menjumlahkan dua pecahan berpenyebut tidak sama

b. Conscience (hati nurani)

- Memilih nilai-nilai kemanusiaan dalam menyelesaikan persoalan

sehari-hari dengan kerjasama

c. Compassion (kepedulian social)

- Merencanakan tindakan yang akan dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari

D. Tujuan Pembelajaran

a. Competence (akademik dan ketrampilan)

- Peserta didik dapat menjelaskan arti pecahan

- Peserta didik dapat menentukan besar nilai pecahan

b. Conscience (hati nurani)

- Peserta didik dapat menghargai pentingnya kerjasama dalam

(76)

63   

c. Compassion (kepedulian social)

- Peserta didik dapat membangun niat untuk melakukan kerjasama

berdasarkan kesadaran diri sendiri

E. Materi pokok

• Arti dan Nilai pecahan

F. Kegiatan Pembelajaran

• Pertemuan I (Siklus I)

a. Pendekatan/Metode

- Pendekatan: PPR

- Metode: kerja kelompok, ceramah, presentasi

b. Langkah-langkah pembelajaran

1. Kegiatan awal

- Doa

- Salam

- Apersepsi: beberapa peserta didik membagi satu roti untuk 4

temannya secara adil

- Menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Kegiatan inti

- Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang cara

menjumlahkan pecahan dengan penyebut sama

- Peserta didik membentuk kelompok (4 orang)

- Peserta didik berdiskusi tentang penjumlahan pecahan berpenyebut

sama

- Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi

- Peserta didik merefleksikan hasil pembelajaran dengan bimbingan

guru

- Peserta didik melakukan tindakan untuk membangun niat (sesuai

dengan yang direfleksikan)

3. Kegiatan akhir

- Peserta didik menjawab beberapa pertanyaan secara tertulis

Gambar

Tabel 4.1: Penilaian Perkembangan Nilai Kemanusiaan
Tabel 4.3: Penilaian Perkembangan Nilai Kemanusiaan
Tabel 4.4. Keberhasilan Siklus 2
Tabel 4.5: Penilaian Perkembangan Nilai Kemanusiaan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Private Sub HelpToolStripMenuItem_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles HelpToolStripMenuItem.Click. frmHelp.Show()

Menurut ulama fiqh, setiap akad ini mempunyai akinat hukum, yaitu tercapainya sasaran yang ingin dicapai sejak semula, seperti pemindahan hak milik dari penjual

Sebagai dasar dalam pengembangan pemuliaan tanaman padi, hasil penelitian memperlihatkan bahwa varietas Inpari 13 merupakan varietas yang secara konsisten menunjukkan

Untuk memacu dan memicu Guru bidang studi Matematika, Fisika dan Kimia untuk meningkatkan kompetensi dan memiliki metode pembelajaran yang Inovatif dan Kreatif

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap

Contoh SBR (styrene butadiene rubber) merupakan kopolimer acak dari butadiene dan stirena (25% stirena dan 75% butadiena) yang diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi..

Berdasarkan definisi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa perancangan sistem informasi akuntansi kas adalah perancangan sistem yang menyediakan

Tiga pertanyaan pokok yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) apa model pembelajaran yang dikuasai dan dominan dilakukan oleh guru Penjasorkes SMP yang ada