EFEKTIVITAS PERKEMBANGAN NILAI KEMANUSIAAN
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS
PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN
Skripsi
Oleh:
Helena Tiwi Indrayati
081134227
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
EFEKTIV
VITAS PE
ERKEMB
BANGAN N
NILAI KE
EMANUS
SIAAN
BASIS PA
ARADIGM
MA
NISIUS WIIROBRAJ
JAN
alah Satu Syarat
na Pendidiikan
uru Sekola
ah Dasar
ayati
v
MOTTO
Apabila kamu telah merasa
memiliki ilmu yang lebih dibanding orang
lain, janganlah kamu bersikap sombong
atas apa yang kau miliki sehingga
menjadikan dirimu orang yang
berbudi pekerti
( Pepatah Jawa )
Kupersembahkan kepada:
Keluarga besar Yayasan Kanisius.
Suami dan anak serta rekan-rekan
yang telah bersama baik dalam suka maupun duka
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenan dan
rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi dengan judul:
EFEKTIVITAS PERKEMBANGAN NILAI KEMANUSIAAN DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PPR (PARADIGMA PEDAGOGI
REFLEKTIF) PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS WIROBRAJAN. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan
gelar sarjana.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas
bantuannya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Ucapan terima kasih tersebut penulis
sampaikan antara lain kepada:
1. Bapak T. Sarkim, M.Ed., selaku dekan Fakultas PGSD Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2. Drs. Puji Purnomo, Msi, selaku Kaprodi Fakultas PGSD Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Susento, MS (alm.), selaku dosen pembimbing utama yang telah membimbing
penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, MA, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan saran dan masukan yang berharga selama penyusunan skripsi.
5. Bapak Drs.J. Sumedi, selaku dosen penguji
ix
6. Bapak Hr. Klidiatmoko , kepala sekolah SD Kanisius Wirobrajan yang
telah memberikan waktu dan tempat untuk terlaksananya penyelesaian
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga
saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
terwujudnya kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi semua
pihak yang akan menggunakannya.
Yogyakarta, 22 Juli 2011
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL...i
HALAMAN JUDUL...ii
HALAMAN PERSETUJUAN...iii
HALAMAN PENGESAHAN...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……...………...vii
KATA PENGANTAR...viii
DAFTAR ISI...x
ABSTRAK...xii
ABSTRACT………xiii
I. PENDAHULUAN...1
A. Latar belakang...4
B. Batasan masalah...4
C. Rumusan masalah...4
D. Pemecahan masalah...4
E. Batas pengertian...4
F. Tujuan penelitian...5
G. Manfaat ...5
xi
II. KAJIAN PUSTAKA...7
A. Belajar…...7
B. Pengertian PPR (Paradigma Pedagogi Reflektif)...8
C. Nilai kemanusiaan...12
D. Bilangan pecahan...13
E. Kerangka berpikir...15
F. Hipotesis...15
III. METODE PENELITIAN...14
A. Jenis Penelitian...16
B. Setting Penelitian...16
C. Prosedur Penelitian...17
D. Kriteria Keberhasilan Tindakan...17
E. Rencana Tindakan...17
F. Metode Pengumpulan Data...23
G. Metode Analisa Data...23
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...25
V. KESIMPULAN DAN SARAN...45
DAFTAR PUSTAKA...47
ABSTRAK
Helena Tiwi Indrayati, 2011. Efektivitas Perkembangan Nilai Kemanusiaan dalam Pembelajaran Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif pada siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan. Skripsi. Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas perkembangan nilai-nilai kemanusiaan dalam bidang studi matematika pada bilangan pecahan berpenyebut tidak sama dengan menggunakan model PPR.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas, yang dilakukan dalam 3 siklus yang masing-masing dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan empat langkah dalam setiap siklus yaitu perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, dan berulang pada siklus berikutnya. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan, yang berjumlah 36 siswa. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 sampai 12 April 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi/pengamatan, menganalisis bagaimana perkembangan nilai kemanusiaan dalam pembelajaran matematika berbasis paradigma pedagogi reflektif. Adapun indikator dari nilai kemanusiaan dalam kerjasama adalah aktif terlibat, bertukar pikiran dalam kelompok, dan membantu teman secara sukarela. Kriteria keberhasilan setiap siklus adalah siklus I 45%, 40%, 45%, siklus II 40%, 45%, 55% dan siklus III 45%, 50%, 55%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran PPR dapat meningkatkan efektifitas perkembangan nilai kemanusiaan peserta didik. Capaian perkembangan nilai kemanusiaan pada indikator I (aktif terlibat) pada siklus I: 80%, siklus II: 71,4%, dan siklus III: 94,4%; pada indicator II (bertukar pikiran dalam kelompok) siklus I: 68,5%, siklus II: 65,7%, dan siklus III: 94,4%; pada indicator III (membantu teman secara sukarela) pada siklus I: 71,4%, siklus II: 65,7%, dan siklus III 94,4%.
Kata kunci : efektivitas, nilai kemanusiaan, paradigma pedagogi reflektif, penelitian tindakan kelas
xiii
ABSTRACT
Helena Tiwi Indrayati. 2011. The Effectiveness of Humanity Value Development Through Reflective Pedagogy Paradigm based Math Learning Process for the Fourth Graders of Kanisius Wirobrajan Elementary School. Elementary School Teacher Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.
This research aims to know the level of effectivess of humanity value development in Math learning, especially on the topic of different denominators of fractions number using reflective pedagogy paradigm.
This research is a classroom action research, consist of three cycles. Each of that’s included four steps, there’re planning, action, observation, and reflection, which repeated in every subsequent cycles. The subject of this research were the fourth grade of Kanisius Wirobrajan Elementary School student on the addition of fraction numbers topics. The datas gathering has been done from 4th to 12th of April 2011. The datas were collected by direct observation, to analize how the humanity value development were done during math learning, using reflective pedagogy paradigm. The indicators of humanity values were the student’s involvement, exchanging ideas ane another, and helping friends. Student was the successful if the criteria of each cycle were: for the first cycle’re 45%,40%, and 45%, for second cycle’re 40%, 45%, and 55%, for the third cycle’re 45%, 50%, and 55%.
The result of research shiwed that Math-learning which used by reflective pedagogy paradigm could increase the effectiveness of student’s humanity value. The student’s achievement of humanity value development for the first indicator (high activity) were 80% (cycle I);71,4% (cycle II);and 94,4% (cycle III). The values for the second indicator (teamwork discussing) were 68,5% (cycle I), 65,7% (cycle II), and 94,4% (cycle III). For the third indicator (helping friends), the results were 71,4% (cyle I), 65,7% (cycle II), and 94,4% (cycle III).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan hak setiap warga negara untuk menjamin
kelangsungan hidupnya. Kehidupan seseorang perlu dikembangkan agar berguna
dan bermanfaat. Pendidikan yang diperoleh seseorang dapat berpengaruh pada
pembentukan hidupnya. Pendidikan bukan sekedar untuk menyiapkan sebuah
profesi, namun lebih untuk pengembangan pribadi manusia seutuhnya..
Pengembangan pribadi seseorang terkait dengan adanya proses pendidikan.
Proses pendidikan secara formal terjadi di sekolah dalam kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan belajar-mengajar terjadi bila ada dua elemen di dalamnya,
diantaranya yaitu guru dan siswa. Pada kegiatan ini terjadi proses belajar dan
pembentukan hidup. Proses belajar ini tidak hanya mengembangkan segi
intelektual, moral, dan sikap, namun juga membantu peserta didik semakin
menyadari dan menerima dirinya sendiri, serta mengembangkan nilai-nilai aspek
kehidupan dan menemukan sendiri sebagai ciptaan yang berharga.
Kegiatan belajar matematika akan tercapai optimal, apabila guru dapat
memilih metode yang tepat, dengan teknik-teknik penyampaian dan
langkah-langkah pelaksanaannya yang baik. Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan
telah dilakukan. Kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus
mengembangkan kemampuan dirinya
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
sesuatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, daya reaksi, dan daya
penerimaannya pada aspek-aspek individu (Natawidjaja,1984).
Belajar matematika bukan sekedar menghafal rumus. Mengkomunikasikan
ide-ide dalam angka menjadi bagian penting dalam mempelajari matematika.
Aplikasi matematika tidak hanya dilakukan secara matematis saja, melainkan
bagaimana caranya mengkomunikasikan matematika itu.
Hingga saat ini matematika masih menjadi momok bagi sebagian siswa. Oleh
karena itu, belajar matematika perlu dibuat semenarik mungkin. Dengan ini
diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang bukan hanya mengembangkan
kognitif siswa, tetapi juga dapat mengembangkan kemampuan non kognitif. Dalam
hal meningkatkan efektivitas belajar matematika diperlukan metode yang berbasis
Paradigma Pedagogi Reflektif ( PPR).
Proses pembelajaran matematika yang berbasis PPR, dapat menjadi semakin
bergaung dalam diri para siswa dan guru kalau mereka semua mengetahui,
memahami, dan mengenal secara lebih mendalam roh yang bergerak dan
3
Kegiatan pembelajaran matematika dibutuhkan suatu ketrampilan dan
kerjasama antar siswa untuk memahami dan menemukan suatu penyelesaian
masalah pembelajaran matematika yang sedang siswa hadapi. Siswa harus dilatih
untuk memahami persoalan yang dihadapinya.
Tujuan utama proses pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif, adalah mengintegrasikan pengetahuan matematika dan sikap batin siswa agar siswa
mampu melihat korelasi antara ilmu pengetahuan matematika yang didapat dan
dialaminya selama proses pembelajaran dengan realita konkret di tengah-tengah
masyarakat dan lingkungannya. Selain itu PPR juga bertujuan agar siswa memiliki
motivasi untuk bertindak atas dasar pengetahuan matematika yang telah dimiliki
dan dialaminya dan mampu mewujudnyatakan dalam bentuk aksi nyata, yang
bermanfaat bagi perkembangan kepribadian para siswa.
Untuk membentuk perilaku dan karakter siswa melalui kegiatan pembelajaran
matematika dibutuhkan suatu kerjasama antar siswa dan guru untuk saling
memahami dalam penyelesaian masalah dalam pembelajaran matematika hingga
dapat menumbuhkan antara pengetahuan matematika dengan nilai-nilai kehidupan.
Penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan tersebut dapat dilaksanakan melalui
tahap-tahap pembelajaran berbasis PPR yang memuat pengalaman, perwujudan aksi, dan
evaluasi sehingga terjadi penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan melalui proses
pembelajaran matematika.
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian pada
penjumlahan bilangan pecahan berpenyebut tidak sama dengan menggunakan model
pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR. C. Rumusan Masalah
Masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika dapat dirumuskan
sebagai berikut: Bagaimana efektivitas perkembangan nilai kemanusiaan dalam hal
kerjasama antar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran PPR yang terkait dengan Kompetensi Dasar ” penjumlahan pecahan
berpenyebut tidak sama “ pada siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan semester II
tahun pelajaran 2010/2011.
D. Pemecahan Masalah
Seperti telah dikemukakan pada bagian latar belakang masalah dan tersirat
dalam rumusan masalah, efektivitas perkembangan nilai kemanusiaan dalam
pembelajaran matematika akan diatasi dengan pendekatan PPR.
E. Batasan Pengertian
1. Efektivitas
Efektivitas dalam pembelajaran matematika adalah suatu tindakan guru dalam
mencapai sejumlah indikator keberhasilan perkembangan nilai kemanusiaan
5
2. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan melalui pembelajaran
matematika ini adalah nilai kerjasama antar peserta didik.
3. Pendekatan Paradigma Pedagogi Refletif ( PPR).
PPR merupakan model pendekatan belajar atau pembelajaran yang bertujuan
untuk mengembangkan atau meningkatkan efektivitas perkembangan nilai-nilai
kemanusiaan yang seutuhnya pada pesertadidik. Di dalam meningkatkan efektivitas
pembelajaran matematika yang berbasis PPR mempertimbangkan lima langkah
utama yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.
F. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas perkembangan
nilai-nilai kemanusiaan dalam bidang studi matematika pada bilangan pecahan
berpenyebut tidak sama menggunakan model PPR.
G. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Penelitian ini akan memberikan pengalaman pada siswa dalam
memahami bilangan pecahan yang berbasis PPR membantu siswa untuk
menjadi manusia yang utuh, secara intelektual berkompeten, terbuka untuk
perkembangan pengalaman yang mengenyam sesuatu hal dalam batin,
konteks sebagai kesiapan siswa untuk belajar, dan refleksi.
2. Bagi guru
Membantu para guru untuk:
a. Semakin memahami siswa
b. Bersedia mendampingi perkembangannya
c. Lebih baik dalam menyajikan materi ajarnya
d. Mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalaman sebagai guru,
pengajar, dan pendamping
3. Bagi sekolah
Dapat menambah satu bacaan yang bermanfaat untuk para guru
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
Dunia pendidikan di Indonesia diramaikan dengan berbagai persoalan seperti
ujian nasional, sertifikasi guru, pemerataan pendidikan, komersialisasi pendidikan,
korupsi, dan mutu pendidikan yang dianggap rendah. Persoalan di atas menyangkut
pendidikan, anak didik, proses pendidikan, dan pengambilan keputusan dalam dunia
pendidikan
Persoalan yang berkaiatan dengan anak didik atau peserta didik antara lain
tidak punya arah ke depan, kurang memilih sesuatu yang penting bagi kehidupan
masa depan yang lebih baik, konflik antar peserta didik, asal senang, tidak bergairah
dalam belajar, dan untuk apa hidup ini (Wees Ibnoe, 2008).
Efektivitas kegiatan belajar akan optimal, apabila guru dapat memilih metode
yang tepat, kemudian melaksanakan dengan teknik-teknik penyampaian yang baik
serta langkah-langkah pelaksanaan yang benar dan baik.
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan telah dilakukan. Kegiatan belajar
untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mengembangkan kemampuan dirinya.
Oleh karena itu belajar sebagai suatu kegiatan yang telah dikenal dan secara sadar
atau tidak dilakukan oleh manusia.
Proses belajar tidak cukup apabila hanya melibatkan otak. Semua daya
manusiawi harus digunakan. Dengan demikian kegiatan belajar selalu menghidupkan
baik unsur kognitif maupun afektif. Tanpa adanya perpaduan antara kedua unsur
tersebut, kegiatan belajar tidak akan menggerakkan siswa untuk melakukan suatu
perbuatan. Jadi, belajar adalah proses kerja terpadu yang mengaktifkan daya indera,
pikiran, perasaan, dan kehendak.
Segala kemampuan atau potensi yang ada pada diri manusia tidak akan
berfungsi. Untuk mengembangkan potensi pada manusia dimulai dari hal-hal yang
sifatnya kecil atau kurang berarti, kemudian sedikit demi sedikit dilatih atau
dibiasakan yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan. Untuk mencapai hal
tersebut di atas tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Untuk merumuskan definisi belajar yang memadai bukanlah suatu pekerjaan
yang mudah, karena itulah timbul berbagai definisi belajar yang dikemukakan oleh
para ahli. Di antaranya seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (1998) belajar adalah
suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang.
B. Pengertian PPR (Paradigma Pedagogi Reflektif)
PPR singkatan dari Paradigma Pedagogi Reflektif. Paradigma adalah suatu kerangka berfikir/model dari teori ilmu pengetahuan/perubahan model. Pengertian
paradigma dapat diartikan sebagai sebuah model dan atau pendekatan dalam proses
pembelajaran. Pedagogi artinya cara pengajar mendampingi para siswa dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya yang meliputi pandangan hidup dan visi
9
aspek pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa PPR adalah cara pandang tentang
pendidikan di sekolah yang menekankan pada pengintegrasian usaha penumbuhan
nilai-nilai kemanusiaan dan pengembangan kompetensi siswa melalui pelaksanaan
pembelajaran untuk semua mata pelajaran di sekolah. Penumbuhan nilai-nilai
kemanusiaan dilakukan sesuai dengan konteks siswa dan materi pelajaran, serta
melalui mekanisme pemberian pengalaman, refleksi, perwujudan aksi dan evaluasi.
Konteks siswa antara lain taraf perkembangan pribadi, kondisi social, budaya,
dan agama. Konteks materi pelajaran antara lain kompetensi dasar, ruang lingkup
materi, sifat materi, keterkaitan materi dengan kehidupan nyata, dan cara
mempelajarinya (Subagyo, 2005).
Pengembangan nilai kemanusiaan paling efektif dilakukan melalui
pengalaman, yaitu siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan. Untuk
mengembangkan nilai persaudaraan, siswa perlu mengalami rasa persaudaraan antar
teman dan dengan guru dalam kegiatan belajar di kelas, misalnya melalui kegiatan
kerja kelompok.
Refleksi adalah kegiatan siswa meninjau kembali pengalaman yang lalu.
Menurut Subagyo (2005), refleksi merupakan tahap di mana siswa menjadi sadar
sendiri mengenai kebaikan, keenakan, manfaat dan makna nilai yang diperjuangkan.
Untuk membantu siswa menyadari nilai kemanusiaan yang terkandung di dalam
pengalaman, guru memfasilitasi dengan mengajukan pertanyaan, member tugas
kepada siswa untuk mengkomunikasikan pendapat mereka dalam bentuk lisan, tulisan
atau gambar, dan mengajak siswa berdiskusi.
Hasil refleksi siswa atas pengalaman perlu ditindaklanjuti hingga siswa
mempunyai niat, bersikap, dan berbuat atas kemauan sendiri terkait dengan nilai
kemanusiaan yang diperjuangkan. Untuk membantu siswa mengembangkan niat,
sikap, dan perbuatan, guru memfasilitai dengan memberi kesempatan kepada siswa
untuk mempraktekan dalam pelajaran yang akan datang, atau memberi tugas sebagai
perwujudan aksi di sekolah, di rumah, atau di lingkungan tempat tinggal.
Reflektif dipakai dalam arti menyimak kembali dengan penuh perhatian bahan
studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usul, atau reaksi spontan agar dapat menangkap
maknanya secara lebih mendalam. Jadi reflektif mengandung pengertian sebuah
proses yang mampu memunculkan makna dalam pengalaman manusiawi dan erat
dengan pengalaman batin seseorang untuk menemukan nilai-nilai hidup yang hakiki
serta merupakan proses yang membentuk karakter/kepribadian dan melahirkan
kebebasan dalam penentuan sikap yang dapat dipertanggungjawabkan dengan baik
(Tim PPR, 2010).
PPR dapat pula diartikan sebagai pembelajaran yang mengintegrasikan bidang
studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan melalui pengalaman, aksi, dan
refleksi. PPR juga menekankan konteks proses belajar dan mengedepankan
pentingnya evaluasi (Subagyo, 2005).
Tujuan PPR adalah proses pembelajaran berbasiskan Paradigma Pedagogi
11
melihat korelasi antara ilmu pengetahuan yang didapat dan dialaminya selama proses
pembelajaran dengan realitas konkret di tengah-tengah masyarakat dan
lingkungannya. Selain itu PPR juga bertujuan agar siswa memiliki motivasi untuk
bertindak atas dasar pengetahuan yang telah dimiliki dan dialaminya dan mampu
mewujudnyatakan dalam bentuk aksi nyata, yang bermanfaat bagi perkembangan
kepribadian siswa.
Tujuan PPR bagi guru dan siswa adalah sebagai berikut:
a. Tujuan PPR bagi guru, yaitu membantu para guru untuk:
1. Semakin memahami siswa
2. Semakin bersedia mendampingi perkembangannya
3. Semakin lebih baik dalam menyajikan materi ajarnya
4. Memperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral
5. Mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan
6. Mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalaman sebagai
guru, pengajar, dan pendamping.
b. Tujuan PPR bagi siswa, yaitu membantu siswa untuk menjadi:
1. Manusia bagi sesama
2. Manusia yang utuh
3. Manusia yang secara intelektual berkompeten, terbuka untuk
perkembangan, Religius
4. Manusia yang sanggup mencintai/dicintai
5. Manusia yang berkomitmen untuk menegakkan keadilan dalam
pelayanannya pada orang lain
C. Nilai Kemanusiaan
Penilaian adalah upaya untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan tercapai atau tidak. Penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui
keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Salah satu prinsip dasar yang harus
senantiasa diperhatikan dan dipegang dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah
prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil
belajar untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi
pemahamannya terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
Secara garis besar, dalam sistem pendidikan nasional dibagi menjadi tiga
aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Dalam konteks
hasil belajar, maka ketiga aspek itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap
kegiatan evaluasi hasil belajar. Diantara ketiga aspek itu, aspek kognitiflah yang
paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan
para peserta didik dalam menguasai isi bahan pelajaran (Andersen, 1981).
Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Aspek
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Aspek afektif dibagi menjadi lima bagian yaitu receiving, responding, valuing, organization, dan characterization by evalue or calue complex.
Receiving adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari luar
13
Contoh, misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas dan
tidak disiplin harus disingkirkan. Responding adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikuti dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan
membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Contohnya adalah peserta didik tumbuh
hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau lebih dalam lagi tentang kedisiplinan.
Valuing adalah menilai atau menghargai artinya memberikan nilai terhadap suatu
kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan
membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kaitan proses belajar mengajar, peserta
didik tidak hanya menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka juga berkemampuan
untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Contohnya adalah
tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik
di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Organization adalah mengorganisasikan artinya mempertemukan perbedaan
nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal. Contohnya peserta didik
mendukung penegakkan disiplin nasional. Characterization by evalue or calue
complex yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang,
yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya (Andersen, 1981).
D. Bilangan Pecahan
Pendidikan matematika telah berkembang dengan cepat, disesuaikan dengan
kebutuhan dan tantangan yang bernuansa kemajuan sains dan teknologi. Terkait
dengan pembelajaran matematika, banyak kecenderungan baru yang tumbuh dan
berkembang, sebagai inovasi dan reformasi model pembelajaran yang diharapkan
sesuai dengan tantangan sekarang dan mendatang. Beberapa diantaranya adalah
model-model contextual learning, cooperative learning, Realistic Matematics
Education (RME), open-ended, manipulative material, concept map, quantum
teaching/learning, dan writing in matematics.
Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain
abstrak, deduktif, konsisten, hirarkis, dan logis. Soedjadi (1999) menyatakan bahwa
keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi,
dan prinsip.
Model pembelajaran matematika yang berkembang didasarkan pada
teori-teori belajar. Teori-teori-teori belajar menjadi tidak berguna jika makna dari konsep yang
dikembangkan tidak dipahami dengan baik. Jika suatu teori belajar ternyata efektif
untuk membantu guru menjadi lebih profesional, yaitu meningkatkan kesadaran guru
bahwa mereka wajib menolong siswa mengintegrasikan konsep baru dengan konsep
yang sudah ada maka teori itu berharga dan patut dipertimbangkan.
Untuk menanamkan pemahaman siswa tentang pengertian bilangan pecahan,
guru harus menyediakan beberapa benda kongkrit dan beberapa gambar yang
diharapkan dapat membantu membangun pemahaman kerjasama siswa terhadap
bilangan pecahan.
Bilangan pecahan merupakan bilangan yang mempunyai jumlah kurang atau
15
dan b bilangan bulat. a dinamakan pembilang, b dinamakan penyebut, dan garis di
bawah a dan di atas b disebut garis pecahan.
E. Kerangka Berpikir
Kerjasama adalah melakukan suatu kegiatan secara bersama-sama untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Kerjasama dilakukan seumur hidup manusia dalam
penerapan segala aspek kehidupannya. Hakikat manusia sebagai makluk social yang
mendasari manusia untuk membangun kerjasama satu sama lain. Kerjasama dapat
digunakan untuk menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan dan sesame
sehingga tercipta kerukunan serta memupuk persatuan dan kesatuan.
Kerjasama dilatih sejak anak kecil. Nilai kerjasama tidak bias diajarkan sekali
tempo. Nilai kerjasama akan membudaya pada anak-anak apabila dilakukan secara
terus menerus dan menjadi kegiatan pembiasaan. Penerapan kerjasama di lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Di lingkungan keluarga, pembiasaan kerjasama
ini dilakukan bersama orang tua dan kerabatnya. Di lingkungan sekolah, pembiasaan
ini dilakukan anak bersama guru dan teman sejawatnya sedangkan di masyarakat
anak melakukannya bersama tetangga dan teman-temannya.
Pendidikan yang berbasis PPR bertujuan untuk membina laki-laki dan
perempuan agar menjadi pribadi yang utuh dan bermakna bagi semua manusia
(forming men and women for others). Pribadi manusia yang utuh itu mengarah pada
integritas pribadi yang competence, conscience, dan compassion. Dinamika PPR terus menerus bergerak secara timbale balik dalam gerak spiral yang dinamis: Konteks,
Pengalaman, Refleksi, Aksi, dan Evaluasi. Keunggulan PPR adalah menjadikan para
siswa dan guru saling belajar mengembangkan kompetensi secara utuh (competence), saling mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani (conscience), dan saling terlibat dengan penuh bela rasa bagi sesame (compassion).
Untuk memperoleh 3C tersebut diperlukan latihan berulang-ulang dan secara
terus menerus yang terintegrasi dalam setiap pelajaran di sekolah. Pembelajaran
matematika berbasis PPR merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan
dalam mengajarkan siswa mengembangkan nilai kemanusiaan pada siswa kelas IV
SD Kanisius Wirobrajan. Model pembelajaran ini akan melatih siswa bekerja/belajar
secara berkelompok atau aktif berdiskusi dalam menyelesaikan soal matematika yang
terkait dengan penjumlahan berpenyebut tidak sama pada kelas IV SD Kanisius
Wirobrajan semester 2 tahun ajaran 2010/2011. Dengan begitu diharapkan siswa
dapat mengembangkan nilai kerjasama dengan baik serta bersinergi dengan
teman-temannya.
F. Hipotesis
Dari kerangka berpikir dapat ditarik suatu hipotesa yang mana penerapan PPR
pada pembelajaran matematika dapat secara efektif mengembangkan nilai
kemanusiaan pada siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan semester genap tahun
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Alat
pengambilan data yang dipakai adalah lembar obsevasi perkembangan nilai
kemanusiaan. Pada penelitian ini yang ditekankan oleh peneliti adalah nilai
kemanusiaan peserta didik.
B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilakukan di SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta.
Berada di jalan Hos Cokroaminoto No. 8 Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester dua tahun ajaran 2010/2011.
Tepatnya pada tanggal 4 sampai 12 April 2011.
3. Subyek Penelitian
Pada penelitian ini penulis mengambil subyek penelitian yaitu siswa kelas IV
SD Kanisius Wirobrajan. Jumlah siswa perempuan 17 sedangkan laki-laki 19,
jadi jumlah siswa 36.
4. Obyek Penelitian
Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah efektivitas perkembangan
nilai kemanusiaan peserta didik dalam pembelajaran matematika.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus terdiri
dari tiga kali pertemuan. Waktu untuk satu kali pertemuan adalah 2 jam
pelajaran (2 x 40 menit). Penelitian ini meliputi 4 langkah dalam setiap siklus
yaitu perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, dan berulang lagi pada siklus
berikutnya.
D. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Nilai Kemanusiaan: Kerjasama
Indikator Kerjasama Kriteria Keberhasilan Tindakan
Siklus I Siklus II Siklus III
Aktif terlibat
Bertukar Pikiran dalam Kelompok
Membantu teman secara sukarela
45%
a. Permintaan ijin kepada pihak sekolah SD Kanisius Wirobrajan
b. Identifikasi masalah
c. Mengkaji KD 6.3 tentang penjumlahan pecahan
d. Menyusun RPP, alat peraga, dan LKS
e. Mempersiapkan sumber bahan pengajaran
19
Siklus I
a. Perencanaan
1. Menyusun RPP dan LKS
2. Menyiapkan materi diskusi kelompok
3. Menyiapkan media pembelajaran
4. Menyiapkan lembar evaluasi
5. Menyiapkan lembar refleksi
6. Menyiapkan alat penilaian
b. Tindakan
1. Konteks:
- Tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui situasi tentang
pengetahuan yang dimilikinya terkait dengan materi yang akan
dibahas.
- Menjelaskan proses KBM secara umum
2. Pengalaman:
- Guru membentuk kelompok, masing-masing 4 siswa
- Siswa mendemonstrasikan tentang bilangan pecahan
- Siswa berdiskusi dalam kelompok membahas materi
- Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
- Menarik kesimpulan
3. Refleksi:
- Siswa merenungkan pertanyaan nilai apa yang didapatkan
4. Aksi:
- Melakukan tindakan nyata dari hasil refleksi
5. Evaluasi:
- Siswa mengevaluasi kegiatan belajar dengan menuliskan
jawaban dari pertanyaan guru
c. Pengamatan
1. Mengamati perilaku siswa dalam proses belajar dengan PPR
2. Mengamati keaktifan siswa dalam kerjasama kelompok
3. Mengamati siswa yang mau bertukar pikiran dalam kelompok
4. Mengamati siswa yang mau membantu teman dengan sukarela
d. Refleksi
1. Melakukan evaluasi terhadap KBM
2. Menganalisis hasil evaluasi
3. Memperbaiki kekurangan untuk daur berikutnya
Siklus II
a. Perencanaan
1. Menyusun RPP dan LKS
2. Menyiapkan materi diskusi kelompo
3. Menyiapkan lembar evaluasi
4. Menyiapkan lembar refleksi
21
b. Tindakan\
1. Konteks:
- Tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui situasi tentang
pengetahuan yang dimilikinya terkait dengan materi yang akan
dibahas.
- Menjelaskan proses KBM secara umum
2. Pengalaman :
- membentuk kelompok, masing-masing 4 siswa
- Siswa berdiskusi dalam kelompok membahas tentang penjumlahan
pecahan berpenyebut tidak sama
- Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
- Menarik kesimpulan
3. Refleksi:
- merenungkan pertanyaan nilai apa yang didapatkan
4. Aksi:
- melakukan tindakan nyata dari hasil refleksi
5. Evaluasi:
- siswa mengevaluasi kegiatan belajar dengan menuliskan jawaban dari
pertanyaan guru
c. Pengamatan
1. Mengamati perilaku siswa dalam proses belajar dengan PPR
2. Mengamati keaktifan siswa dalam kerjasama kelompok
3. Mengamati siswa yang mau bertukar pikiran dalam kelompok
4. Mengamati siswa yang mau membantu teman dengan sukarela
d. Refleksi
1. Melakukan evaluasi terhadap KBM
2. Menganalisis hasil evaluasi
3. Memperbaiki kekurangan untuk daur berikutnya
Siklus III
a. Perencanaan
1. Menyusun RPP dan LKS
2. Menyiapkan materi diskusi kelompok
3. Menyiapkan lembar evaluasi
4. Menyiapkan lembar refleksi
5. Menyiapkan alat penilaian
b. Tindakan
1. Konteks:
- Tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui situasi tentang
pengetahuan yang dimilikinya terkait dengan materi yang akan
dibahas.
- Menjelaskan proses KBM secara umum
2. Pengalaman :
23
- Siswa berdiskusi dalam kelompok membahas materi tentang
penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama
- Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
- Menarik kesimpulan
3. Refleksi:
- merenungkan pertanyaan nilai apa yang didapatkan
4. Aksi:
- melakukan tindakan nyata dari hasil refleksi
5. Evaluasi:
- siswa mengevaluasi kegiatan belajar dengan menuliskan jawaban dari
pertanyaan guru
c. Pengamatan
1. Mengamati perilaku siswa dalam proses belajar dengan PPR
2. Mengamati keaktifan siswa dalam kerjasama kelompok
3. Mengamati siswa yang mau bertukar pikiran dalam kelompok
4. Mengamati siswa yang mau membantu teman dengan sukarela
d. Refleksi
1. Melakukan evaluasi terhadap KBM
2. Menganalisis hasil evaluasi
3. Memperbaiki kekurangan untuk daur berikutnya
F. Metode Pengumpulan Data
Data penelitian terdiri dari:
1. Proses pembelajaran di kelas
Data proses pembelajaran di kelas dikumpulkan dengan metode observasi
langsung dan didukung dengan metode tak langsung meelalui perekaman
video.
2. Perkembangan nilai kemanusiaan
Data perkembangan nilai kemanusiaan dikumpulkan dengan metode
observasi langsung
Instrumen observasi terdiri dari:
1. Lembar observasi proses pembelajaran
2. Lembar observasi perkembangan nilai kemanusiaan
(tabel terlampir)
G. Metode Analisis Data
I. Data proses pembelajaran di kelas pada setiap akhir siklus PTK dianalisis dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Data dibandingkan dengan karakteristik pembelajaran berpola PPR, yaitu
a. Guru menyesuaikan perkembangan nilai kemanusiaan dengan kondisi
peserta didik dengan bahan.
b. Guru memberi kesempatan agar peserta didik mengalami nilai
kemanusiaan.
c. Guru memandu peserta didik merefleksikan pengalaman tersebut.
25
e. Guru menilai pertumbuhan nilai kemanusiaan pada diri peserta didik
dengan mengevaluasi pembelajaran.
2. Dari hasil perbandingan diidentifikasi kesulitan atau kelemahan dalam
pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan konteks, pengalaman, refleksi, aksi,
dan evaluasi
II. Data perkembangan nilai kemanusiaan pada setiap akhir siklus PTK dianalisis
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung jumlah peserta didik yang perilakunya menunjukkan
masing-masing indikator nilai kemanusiaan
2. Menghitung prosentase peserta didik di kelas yang perilakunya menunjukkan
masing-masing indikator nilai kemanusiaan
3. Membandingkan prosentase tersebut dengan kriteria keberhasilan tindakan
untuk masing-masing indikator nilai kemanusiaan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus 1
a. Pelaksanaan penelitian
Pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin tanggal 4 April 2011 jam ke -2
yaitu pada pukul 07.35-08.45. Pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas IV B SD
Kanisius Wirobrajan, dan diampu oleh guru kelas yang bersangkutan. Siswa hadir
berjumlah 35 orang, terdiri dari 19 siswa putra dan 16 siswa putri. Tidak hadir 1 orang
siswa karena sakit.
Materi pembelajaran adalah penjumlahan pecahan. Kompetensi dasar adalah
menjumlahkan pecahan. Adapun indikatornya adalah menjumlahkan dua pecahan
berpenyebut sama.
Sedangkan nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan adalah kerjasama.
Dengan indikator adalah (i) siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, (ii) siswa mau
bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok, dan (iii) siswa mau
dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan.
Observer terdiri dari 2 orang observer langsung, 1 orang observer tidak langsung
(kameramen handy cam), 1 orang penilai perkembangan nilai kemanusiaan, dan 1 orang korektor/penilai perkembangan kompetensi.
27
Proses pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Kegiatan awal meliputi:
konteks
1. Guru menyuruh salah satu siswa untuk memimpin doa
2. Guru memberikan salam
3. Guru bertanya kesiapan siswa dalam menghadapi materi
4. Guru memberi penjelasan tentang pecahan melalui contoh yang konkrit seperti
membagi roti
Kegiatan inti meliputi:
Pengalaman
1. Guru memberikan latihan soal kepada siswa
2. Siswa mengerjakan di papan tulis
3. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok
4. Guru membagikan LKS dalam kelompok
5. Siswa mengerjakan LKS dengan berdiskusi
6. Perwakilan dua kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi
Kegiatan akhir meliputi :
Refleksi
1. Guru memberikan refleksi secara individu kepada siswa
2. Siswa menyampaikan kendala yang dialami pada saat pembelajaran
Aksi
1. Siswa membantu temannya yang belum jelas dalam kelompok
2. Siswa melakukan presentasi di depan kelas
Evaluasi
1. Siswa mengerjakan LKS di dalam kelompok
2. Siswa mengerjakan evaluasi secara individu
b. Hasil penelitian
Hasil penilaian perkembangan nilai kemanusiaan dalam siklus 1 ini disajikan
dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1: Penilaian Perkembangan Nilai Kemanusiaan
SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA
LEMBAR OBSERVASI PERKEMBANGAN NILAI KEMANUSIAAN
Mata Pelajaran: Matematika Nilai Kemanusiaan: Kerjasama
Kelas: IVB Semester: 2 Tahun Ajaran: 2010/2011
No Nama Peserta
Didik
Skor Pertemuan I No Nama Peserta
29
Indikator 1 = Peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok
Indikator 2 = Peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok
Indikator 3 = Peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan
Tanda “+” berarti indikator nilai kemanusiaan yang bersangkutan tampak pada diri peserta didik
Tanda “-“ berarti indikator nilai kemanusiaan yang bersangkutan tidak tampak pada diri peserta didik
Tabel 4.2. Keberhasilan Siklus 1
Indikator Kriteria keberhasilan Persentase yang dicapai Kesimpulan
Indikator 1 45% 80% Berhasil
Indikator 2 40% 68,5% Berhasil
Indikator 3 45% 71,4% Berhasil
Keterangan:
Indikator 1 = Peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok
Indikator 2 = Peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok
Indikator 3 = Peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan
c. Refleksi
Refleksi tentang proses pembelajaran berbasis PPR adalah sebagai berikut:
1. Guru menyesuaikan perkembangan nilai kemanusiaan dengan konteks siswa
dan materi:
a. Di kegiatan awal guru mengecek kemampuan prasyarat
b. Materi peragaan sudah dikuasai oleh siswa
c. Siswa sudah sering melakukan kerja kelompok sehingga siswa sudah
siap untuk melakukan pengalaman
2. Guru memberi kesempatan agar siswa mengalami nilai kemanusiaan:
a. Siswa mendemonstrasikan nilai suatu pecahan dengan cara membagi roti
b. Siswa melakukan kerjasama dalam membagi satu roti menjadi empat
bagian sama besar
c. Siswa yang tidak maju memperhatikan dua temannya yang sedang
berdiskusi cara membagi roti sama besar
3. Guru memandu siswa merefleksikan pengalaman tersebut
4. Guru memandu siswa membangun niat atau melakukan aksi
5. Guru menilai perkembangan nilai kemanusiaan pada diri siswa dengan
mengevaluasi pembelajaran
Pada pertemuan pertama muncul suatu masalah dalam kerja kelompok ada
beberapa peserta didik yang pasif dikarenakan pembawaan individu peserta didik.
31
2. Siklus 2
a. Pelaksanaan penelitian
Pembelajaran dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 7 April 2011 jam ke -3 dan
ke - 4 yaitu pada pukul 09.00 - 10.10. Pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas IV B
SD Kanisius Wirobrajan, dan diampu oleh guru kelas yang bersangkutan. Siswa hadir
berjumlah 35 orang, terdiri dari 19 siswa putra dan 16 siswa putri. Tidak hadir 1 orang
siswa karena sakit.
Materi pembelajaran adalah penjumlahan pecahan. Kompetensi dasar adalah
menjumlahkan pecahan. Adapun indikatornya adalah menjumlahkan dua pecahan
berpenyebut tidak sama.
Sedangkan nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan adalah kerjasama.
Dengan indikator adalah (i) siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, (ii) siswa mau
bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok, dan (iii) siswa mau
dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan.
Observer terdiri dari 2 orang observer langsung, 1 orang obbserver tidak
langsung (kameramen handy cam), 1 orang penilai perkembangan nilai kemanusiaan, dan 1 orang korektor/penilai perkembangan kompetensi.
Proses pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Kegiatan awal meliputi:
konteks
1. Guru mengucapkan salam kepada siswa
2. Guru bertanya kesiapan siswa dalam menghadapi materi
3. Guru memberi penjelasan tentang pecahan berpenyebut tidak sama
Kegiatan inti meliputi:
Pengalaman
1. Guru memberikan latihan soal kepada siswa
2. Siswa mengerjakan di papan tulis
3. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok
4. Guru membagikan LKS dalam kelompok
5. Siswa mengerjakan LKS dengan berdiskusi
6. Perwakilan dua kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi
Kegiatan akhir meliputi :
Refleksi
1. Guru memberikan refleksi secara individu kepada siswa
2. Siswa menyampaikan kendala yang dialami pada saat pembelajaran
Aksi
1. Siswa membantu temannya yang belum jelas dalam kelompok
2. Siswa melakukan presentasi di depan kelas
Evaluasi
1. Siswa mengerjakan LKS di dalam kelompok
2. Siswa mengerjakan evaluasi secara individu
b. Hasil penelitian
Hasil penilaian perkembangan nilai kemanusiaan dalam siklus 2 ini disajikan
33
Tabel 4.3: Penilaian Perkembangan Nilai Kemanusiaan
SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA
LEMBAR OBSERVASI PERKEMBANGAN NILAI KEMANUSIAAN
Mata Pelajaran: Matematika Nilai Kemanusiaan: Kerjasama
Kelas: IVBSemester: 2 Tahun Ajaran: 2010/2011
No Nama Peserta
Didik
Skor Pertemuan I No Nama Peserta
Didik
Indikator 1 = Peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok
Indikator 2 = Peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok
Indikator 3 = Peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan Tanda “+” berarti indikator nilai kemanusiaan yang bersangkutan tampak pada diri
peserta didik
Tanda “-“ berarti indikator nilai kemanusiaan yang bersangkutan tidak tampak pada diri peserta didik
Tabel 4.4. Keberhasilan Siklus 2
Kriteria keberhasilan Prosentase yang dicapai Kesimpulan
Indikator 1 40% 71,4% Berhasil
Indikator 2 45% 65,7% Berhasil
Indikator 3 55% 65,7% Berhasil
Keterangan:
Indikator 1 = Peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok
Indikator 2 = Peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok
Indikator 3 = Peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan
c. Refleksi
Refleksi tentang proses pembelajaran berbasis PPR adalah sebagai berikut:
1. Guru menyesuaikan perkembangan nilai kemanusiaan dengan konteks siswa dan
materi:
a. Guru melakukan apersepsi mengenai materi operasi hitung pecahan
b. Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang cara menjumlahkan
pecahan dengan penyebut berbeda
2. Guru memberi kesempatan agar siswa mengalami nilai kemanusiaan:
a. Peserta didik melakukan pengalaman dibagi menjadi 9 kelompok
b. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok
c. Setiap kelompok diwakilkan dua peserta didik untuk maju
35
3. Guru memandu siswa merefleksikan pengalaman tersebut
a. Guru membagikan lembar refleksi kepada peserta didik secara individu
b. Peserta didik menyampaikan refleksi dengan cara tunjuk jari
c. Pengisian refleksi dilakukan serentak dengan panduan guru
4. Guru memandu siswa membangun niat atau melakukan aksi (peserta didik
berniat untuk bekerja sama yaitu dapat bertukar pikiran dengan teman saat kerja
dalam kelompok)
5. Guru menilai perkembangan nilai kemanusiaan pada diri siswa dengan
mengevaluasi pembelajaran
Pada pertemuan kedua muncul masalah dalam kerja kelompok yaitu ada anak
yang biasanya aktif, pada pertemuan kedua tidak aktif diduga karena masalah
kesehatan. Selain itu banyak peserta didik tidak aktif dalam kerja kelompok dikarenakan
materi lebih sulit sehingga peserta didik cenderung untuk berpikir sendiri.
3. Siklus 3
a. Pelaksanaan penelitian
Pembelajaran dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 12 April 2011 jam ke -3
dan 4 yaitu pada pukul 09.00-10.10. Pembelajaran dilaksanakan diruang kelas IV B
SD Kanisius Wirobrajan, dan diampu oleh guru kelas yang bersangkutan. Siswa hadir
berjumlah 36 orang, terdiri dari 19 siswa putra dan 16 siswa putri.
Materi pembelajaran adalah penjumlahan pecahan. Kompetensi dasar adalah
menjumlahkan pecahan. Adapun indikatornya adalah menyelesaikan soal-soal pecahan
yang berpenyebut tidak sama (remidi). Sedangkan nilai kemanusiaan yang akan
dikembangkan adalah kerjasama. Dengan indikator adalah (i) siswa aktif dalam
kegiatan diskusi kelompok, (ii) siswa mau bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan
diskusi kelompok, dan (iii) siswa mau dengan sukarela membantu teman yang
membutuhkan.
Observer terdiri dari 2 orang observer langsung, 1 orang observer tidak langsung
(kameramen handy cam), 1 orang penilai perkembangan nilai kemanusiaan, dan 1 orang korektor/penilai perkembangan kompetensi.
Proses pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir. Kegiatan awal meliputi:
Konteks
1. Guru mengucapkan salam dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin doa
2. Siswa maju membacakan hasil pekerjaan
3. Guru memberikan arahan pada siswa tentang materi yang dipresentasikan oleh
setiap kelompok
Kegiatan inti meliputi:
Pengalaman
1. Guru memberikan latihan soal kepada siswa
2. Siswa mengerjakan di papan tulis
37
4. Guru memberikan arahan kepada siswa untuk mengerjakan lembar evaluasi
5. Siswa mengerjakan LKS dengan berdiskusi
6. Guru menegaskan untuk memakai cara penyelesaian penjumlahan pecahan
Kegiatan akhir meliputi :
Refleksi
1. Guru memberikan refleksi secara serentak kepada siswa
2. Siswa menyampaikan kendala yang dialami pada saat pembelajaran
Aksi
1. Siswa membantu temannya yang belum jelas dalam kelompok
2. Siswa melakukan presentasi di depan kelas
Evaluasi
1. Siswa mengerjakan LKS dalam kelompok
2. Siswa mengerjakan evaluasi secara individu
b. Hasil penelitian
Hasil penilaian perkembangan nilai kemanusiaan dalam siklus 3 ini disajikan
dalam Tabel 4.5.
Tabel 4.5: Penilaian Perkembangan Nilai Kemanusiaan
SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA
LEMBAR OBSERVASI PERKEMBANGAN NILAI KEMANUSIAAN
Mata Pelajaran: Matematika Nilai Kemanusiaan: Kerjasama
Kelas: IVBSemester: 2 Tahun Ajaran: 2010/2011
No Nama Peserta
Didik
Skor Pertemuan I No Nama Peserta
Didik
Indikator 1 = Peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok
Indikator 2 = Peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok
Indikator 3 = Peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan Tanda “+” berarti indikator nilai kemanusiaan yang bersangkutan tampak pada diri
peserta didik
39
Tabel 4.6. Keberhasilan Siklus 3
Indikator Kriteria keberhasilan Persentase yang dicapai Kesimpulan
Indikator 1 45% 94,4% Berhasil
Indikator 2 50% 94,4% Berhasil
Indikator 3 55% 94,4% Berhasil
Keterangan:
Indikator 1 = Peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok
Indikator 2 = Peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti kegiatan diskusi kelompok
Indikator 3 = Peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang membutuhkan
c. Refleksi
Refleksi tentang proses pembelajaran berbasis PPR adalah sebagai berikut:
1. Guru menyesuaikan perkembangan nilai kemanusiaan dengan konteks siswa
dan materi:
a. Guru mengulang tentang konsep penjumlahan pecahan berpenyebut
sama dan tidak sama
b. Guru menekankan tentang KPK (Kelipatan Persekutuan Kecil)
c. Guru mengingatkan tentang indikator nilai kemanusiaan
2. Guru memberi kesempatan agar siswa mengalami nilai kemanusiaan:
a. Peserta didik dibagi menjadi 18 kelompok di mana setiap kelompok
terdiri dari dua peserta didik (tutor sebaya)
b. Proses dalam kerja kelompok dengan tutor sebaya tidak ada kesulitan
c. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi
d. Semua soal latihan dapat dipresentasikan dan didiskusikan oleh peserta
didik
3. Guru memandu siswa merefleksikan pengalaman tersebut (guru memberikan
refleksi kepada peserta didik dengan cara mendiktekan pertanyaan refleksi)
4. Guru memandu siswa membangun niat atau melakukan aksi
5. Guru menilai perkembangan nilai kemanusiaan pada diri siswa dengan
mengevaluasi pembelajaran.
Pada pertemuan ketiga muncul masalah dalam kerja kelompok ,ada satu
kelompok yang tidak dapat melakukan kerjasama dengan baik dikarenakan tidak cocok.
Dengan alasan ketidakcocokan dalam berteman menyebabkan mereka kurang atau sulit
untuk berkomunikasi dengan baik .
B. Pembahasan
Materi pembelajaran matematika berbasisi PPR adalah menjumlahkan dua
pecahan berpenyebut tidak sama dengan nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan
adalah kerjasama dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7: Hasil capaian Siklus
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
Target Capaian Target Capaian Target Capaian
Indikator 1 45% 80% 40% 71,4% 45% 94,4%
Indikator 2 40% 68,5% 45% 65,7% 50% 94,4%
Indikator 3 45% 71,4% 55% 65,7% 55% 94,4%
Siklus I
Dari hasil penelitian pada pertemuan pertama kriteria keberhasilan dari
indikator I, II, dan III sebesar 45%, 40%, dan 45%. Kriteria keberhasilan ini masih
cukup rendah karena disesuaikan dengan tingkat kesulitan siswa dalam mengikuti
41
peserta didik yang aktif dalam kegiatan diskusi kelompok sangat banyak. Pencapaian
indikator II menunjukkan 68,5%. Dan persentase ini terlihat ada beberapa peserta didik
bersifat tertutup atau malas untuk saling bertukar pikiran. Peserta didik yang mau
membantu secara sukarela kepada temannya (indikator III) sebesar 71,4%. Hal ini
menunjukkan peserta didik mau peduli sesama temannya yang sangat membutuhkan
bantuan dalam berdiskusi kelompok. Dengan membentuk beberapa kelompok yang
heterogen terdiri dari empat (4) orang setiap kelompok muncul kendala dalam kerja
kelompok. Hal ini dikarenakan beberapa individu tidak cocok atau tidak akrab dan
kurang bisa membaur dengan teman-teman di kelasnya. Peserta didik seperti ini perlu
diberi dorongan atau motivasi maupun pendekatan secara perlahan dan bertahap. Dari
empat kelompok ini ada juga yang tidak menerapkan nilai kerjasama.
Hasil diskusi kelompok peserta didik menyampaikan presentasi yang
diwakilkan oleh dua peserta didik dari tiap kelompok. Dalam menyampaikan
presentasi peserta didik mengalami kendala yaitu belum mengerti atau masih bingung
apa yang harus mereka presentasikan. Hal ini biasa terjadi dikarenakan peserta didik
baru pertama kali melakukan presentasi di hadapan para guru dan teman-temannya serta
Dari 10 soal hanya 2 soal yang dapat dipresentasikan, karena guru tidak
memperhitungkan atau mempertimbangkan tentang pengaturan waktu pada saat proses
pembelajaran.
Pada saat melakukan refleksi hasil pembelajaran dengan bimbingan guru,
siswa mengalami beberapa kesulitan sebagai berikut: (1) lembar refleksi tergabung
dengan LKS, (2) satu kelompok mendapatkan satu LKS sehingga refleksi tidak bisa
dilaksanakan secara individual, ketika diminta menyampaikan hasil refleksi peserta
didik menjawab secara bersama-sama sehingga tidak jelas dan kurang bermakna, (3)
pengisian refleksi tidak dilakukan secara serentak dengan panduan guru.
Peserta didik tidak melakukan tindakan untuk menindaklanjuti tentang niat yang
dibuat setelah refleksi dikarenakan guru belum sempat melakukan/melaksanakan sesuai
dengan rancangan dalam RPP. Hal lain yang mempengaruhi adalah mengenai
pengaturan waktu tidak dipertimbangkan pada saat proses pembelajaran.
Pada siklus I kriteria dibuat rendah karena adanya anggapan bahwa peserta didik
dalam berdiskusi kelompok masih mementingkan diri sendiri dan belum bisa kerjasama
dengan baik. Sesuai dengan pengamatan peserta didik berhasil dengan baik dalam
kerjasama. Keberhasilan pada siklus I tidak lepas dari pengarahan guru dengan
memotivasi dalam berdiskusi.
Siklus II
Kriteria keberhasilan pada siklus II materi kompetensi matematika lebih sulit
yaitu menjumlahkan pecahan berpenyebut tidak sama. Kriteria keberhasilan pada siklus
II yaitu indikator 1 sebesar 40%, indikator 2 sebesar 45% dan indikator 3 dengan nilai
55%. Dalam diskusi kelompok pada siklus II terdapat beberapa hambatan seperti
banyaknya peserta didik tidak aktif dalam kerja kelompok karena peserta didik
cenderung bekerja secara individual atau berfikir sendiri. Hal ini terlihat dari persentase
indikator 1 nilai aktif terlibat sebesar 71,4%, indikator 2 sebesar 65,7% dan indikator 3
sebesar 65,7%. Pada indikator 2 dan 3 sama nilainya dikarenakan peserta didik
43
Siklus III
Seperti hal-hal yang dilakukan pada siklus I dan II, guru membuka kegiatan
pembelajaran dengan berdoa dan salam. Selanjutnya guru melakukan apersepsi yaitu
dengan mengulang tentang konsep menjumlahkan pecahan berpenyebut sama dan tidak
sama. Guru menekankan juga KPK (Kelipatan Pesekutuan kecil), serta menyampaikan
tujuan dari pembelajaran yang mempunyai hubungan dengan indikator nilai
kemanusiaan. Dalam pengalaman peserta didik dibagi menjadi 18 kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari 2 peserta didik. Pembelajaran seperti ini sering juga disebut
dengan tutor sebaya. Proses dalam kerja kelompok dengan tutor sebaya tampak tidak
ada kesulitan/kendala yang berarti. Hanya ada satu kelompok yang tidak bisa
bekerjasama dengan baik dikarenakan mereka saling mempertahankan untuk bekerja
secara individual dan merasa tidak cocok dengan teman lainnya sehingga kurang ada
komunikasi.
Ketika peserta didik harus mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
mereka dapat melakukannya dengan baik. Hal ini terlihat dari semua soal latihan dapat
dipresentasikan dan didiskusikan dengan baik.
Guru memberikan refleksi kepada peserta didik dengan cara mendiktekan
pertanyaan refleksi. Kemudian peserta didik dapat menuliskan jawaban di balik lembar
evaluasi. Selanjutnya peserta didik merefleksikan hasil pembelajaran tanpa ada
kesulitan.Peserta didik melakukan tindakan spontan atau aksi sesuai dengan yang
direfleksikan dengan cara guru menanyakan secara lisan kepada peserta didik dan
hasilnya tidak ada kesulitan.
Hasil yang diperoleh pada siklus III mengalami peningkatan yang signifikan.
Hal ini karena peserta didik hanya mengulang kembali materi yang ada pada indikator I
dan II pada kompetensi matematika, sehingga peserta didik sudah paham dan mengerti.
Dari hasil di atas dapat dikatakan siklus III ini berhasil karena sudah melebihi target
yang ditetapkan yaitu 45% untuk indikator 1, 50% untuk indikator 2, dan 50% untuk
indikator 3. Hal ini dapat terlihat dari besarnya nilai indikator 1, 2, dan 3 sebesar 94,4%.
Prosentase nilai indikator 1,2, dan 3 bisa sama karena ada satu kelompok yang kurang
melaksanakan kegiatan kerja sama secara baik sehingga indikator tersebut tidak bisa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika
dengan menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat secara efektif mengembangkan nilai kemanusiaan dalam hal kerjasama antar peserta
didik. Hal ini dapat dilihat dari hasil setiap siklus.
1. Siklus I
- Indikator 1 (peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi
kelompok) sebesar 80%.
- Indikator 2 (peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti
kegiatan diskusi kelompok) sebesar 68%.
- Indikator 3 (peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang
membutuhkan) sebesar 71,4%.
2. Siklus II
- Indikator 1 (peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi
kelompok) sebesar 71,4%.
- Indikator 2 (peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti
kegiatan diskusi kelompok) sebesar 65,7%.
- Indikator 3 (peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang
membutuhkan) sebesar 65,7%.
3. Siklus III
- Indikator 1 (peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan diskusi
kelompok) sebesar 94,4%.
- Indikator 2 (peserta didik mau bertukar pikiran ketika mengikuti
kegiatan diskusi kelompok) sebesar 94,4%.
- Indikator 3 (peserta didik mau dengan sukarela membantu teman yang
membutuhkan) sebesar 94,4%.
B. Saran
Berdasarkan penelitian, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut.
Bagi guru:
1. Tidak menguasai model pembelajaran PPR
2. Kurangnya sosialisasi pembelajaran PPR kepada guru.
3. Kurangnya referensi tentang PPR.
Bagi sekolah:
1. Perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana khususnya buku PPR.
2. Perlu ditingkatkannya sosialisasi PPR.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Anonim. 2010. Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta.
Gatot M, dkk. 2008. Pembelajaran Matematika SD, Universitas Terbuka. Jakarta. Herman Hudojo. 1981. Teori Belajar untuk Pengajaran Matematika. Makalah,di
sampaikan dalam Lokakarya, Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G). Departemen P dan K
Nana sudjana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung
Nana Sudjana. 2000. Penilaian dan Penelitian Pendidikan. Sinar Baru. Bandung. Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ratna Wilis D. 1988. Teori-teori Belajar. Depdikbud. Jakarta.
Olivia L P. 2010. Matematika Tak Sekedar Hafal Rumus, Lomba Tingkat Nasional di UNY. Harian Jogja
Riyo Mursanto RB, SJ. 2011. Paradigma Pedagogi Reflektif, Mendampingi
Peserta Didik Menjadi Cerdas & Berkarakter. Yogyakarta: Kanisius.
Tim PPR SD Kelompok Ignatius. 2010. Paradigma Pedagogi Reflektif,
Pengertian dan Dinamika. Yogyakarta.
Tim PPR SD Kelompok Ignatius. 2010. Paradigma Pedagogi Reflektif, “Magics”
dan “Cura Personalis.” Yogyakarta.
49
51
53
55
57
59
Gambar 1: Siswa sedang melakukan diskusi
61
Gambar 3: siswa yang sedang membantu teman yang kesulitan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SD Kanisius Wirobrajan
Kelas/Semester : IV
Mata Pelajaran : Matematika
A. Standar Kompetensi
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
B. Kompetensi Dasar
6.3. Menjumlahkan pecahan
C. Indikator
a. Competence (akademik dan ketrampilan)
- Menjumlahkan dua pecahan berpenyebut sama
- Menjumlahkan dua pecahan berpenyebut tidak sama
b. Conscience (hati nurani)
- Memilih nilai-nilai kemanusiaan dalam menyelesaikan persoalan
sehari-hari dengan kerjasama
c. Compassion (kepedulian social)
- Merencanakan tindakan yang akan dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari
D. Tujuan Pembelajaran
a. Competence (akademik dan ketrampilan)
- Peserta didik dapat menjelaskan arti pecahan
- Peserta didik dapat menentukan besar nilai pecahan
b. Conscience (hati nurani)
- Peserta didik dapat menghargai pentingnya kerjasama dalam
63
c. Compassion (kepedulian social)
- Peserta didik dapat membangun niat untuk melakukan kerjasama
berdasarkan kesadaran diri sendiri
E. Materi pokok
• Arti dan Nilai pecahan
F. Kegiatan Pembelajaran
• Pertemuan I (Siklus I)
a. Pendekatan/Metode
- Pendekatan: PPR
- Metode: kerja kelompok, ceramah, presentasi
b. Langkah-langkah pembelajaran
1. Kegiatan awal
- Doa
- Salam
- Apersepsi: beberapa peserta didik membagi satu roti untuk 4
temannya secara adil
- Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
- Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang cara
menjumlahkan pecahan dengan penyebut sama
- Peserta didik membentuk kelompok (4 orang)
- Peserta didik berdiskusi tentang penjumlahan pecahan berpenyebut
sama
- Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi
- Peserta didik merefleksikan hasil pembelajaran dengan bimbingan
guru
- Peserta didik melakukan tindakan untuk membangun niat (sesuai
dengan yang direfleksikan)
3. Kegiatan akhir
- Peserta didik menjawab beberapa pertanyaan secara tertulis