• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pada bulan Februari 2010 Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Umum naik 0,04 persen dibanding bulan sebelumnya. Kenaikan IHPB terbesar terjadi pada Sektor Pertanian sebesar 0,64 persen, utamanya adalah Tanaman Pangan yang memberi andil positif sebesar 0,09 persen . Pada bulan ini Sektor Pertambangan dan Penggalian naik 0,27 persen, Industri 0,39 persen, sedangkan Kelompok Barang Impor turun 1,03 persen, dan Kelompok Barang Ekspor 0,46 persen.

IHPB Bahan Baku dan Barang Konsumsi pada bulan Februari 2010 naik masing-masing 0,05 dan 0,36 persen, sedangkan IHPB Barang Modal mengalami penurunan sebesar 0,10 persen. Kenaikan harga Bahan Baku tersebut disebabkan kenaikan harga Bahan Baku Lokal sebesar 0,43 persen, sedangkan Bahan Baku Impor turun 1,22 persen.

IHPB Bahan Bangunan/Konstruksi pada Februari 2010 naik 0,06 persen terhadap bulan sebelumnya, antara lain disebabkan kenaikan harga semen (0,48%), dan barang-barang lainya dari bahan bukan logam (0,51%). Sedangkan yang mengalami penurunan harga adalah hasil kilang minyak lainnya (0,83%), dan bahan bangunan dari logam (0,26%).

No. 24/04/Th. XIII, 1 April 2010

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

FEBRUARI 2010 HARGA GROSIR NAIK 0,04 PERSEN, HARGA GROSIR BAHAN BAKU NAIK

0,05 PERSEN

Perkembangan Harga Perdagangan Besar/Grosir/Agen

Secara umum, harga grosir berbagai barang pada bulan Februari 2010 menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS, pada bulan Februari 2010 IHPB Umum adalah 167,41 atau naik 0,04 persen dari IHPB Januari 2010 sebesar 167,35.

Kenaikan persentase perubahan IHPB terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks seluruh sektor. Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri naik masing-masing 0,64; 0,27; dan 0,39 persen. Sebaliknya, Kelompok Barang Impor, dan Kelompok Barang Ekspor turun masing-masing sebesar 1,03 dan 0,46 persen. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Februari 2010 antara lain sayur-sayuran, kelapa sawit, padi/gabah, beras, minyak kelapa sawit, dan rokok kretek. Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan harga antara lain minyak bumi impor, barang-barang hasil kilang minyak impor, solar industri, minyak bakar industri, dan ikan laut.

Pada bulan Februari 2010 Sektor Industri merupakan penyumbang andil terbesar pada inflasi HPB, yaitu sebesar 0,18 persen. Sektor Pertanian, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian, menyumbang andil positif masing-masing sebesar 0,11 dan 0,005 persen. Sebaliknya, Kelompok Barang Impor, dan Kelompok Barang Ekspor masing-masing memberikan andil negatif sebesar 0,17 dan 0,08 persen.

(2)

IHPB Bahan Bangunan/Konstruksi yang terdiri dari 5 (lima) kelompok jenis bangunan pada bulan Februari 2010 secara umum mengalami kenaikan indeks sebesar 0,06 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Pada bulan ini seluruh kelompok jenis bangunan mengalami kenaikan indeks, Kelompok Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal naik sebesar 0,03 persen; Kelompok Bangunan Pekerjaan Umum untuk Pertanian 0,05 persen; Kelompok Bangunan Pekerjaan Umum untuk Jalan, Jembatan dan Pelabuhan 0,10 persen; Kelompok Bangunan dan Instalasi Listrik, Gas, Air Minum dan Komunikasi 0,07 persen; dan Kelompok Bangunan Lainnya 0,04 persen.

Tabel 1

Persentase Perubahan dan Andil Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Indonesia Bulan Februari 2010 menurut Sektor/Kelompok Barang (2005=100)

Sektor/Kelompok Barang IHPB Januari 2010 IHPB Februari 2010 Perubahan IHPB Feb. 2010 thd Jan. 2010 (%) Andil Inflasi HPB Feb. 2010 (1) (2) (3) (4) (5) 1 Pertanian 222,44 223,86 0,64 0,11 2 Pertambangan & Penggalian 209,83 210,39 0,27 0,005 3 Industri 169,19 169,85 0,39 0,18 4 Impor 159,55 157,90 -1,03 -0,17 5 Ekspor 135,49 134,87 -0,46 -0,08

Umum 167,35 167,41 0,04 0.04

Umum Tanpa Ekspor 176,69 176,95 0,15 0,12 Umum Tanpa Ekspor Migas 169,82 170,05 0,14 0,13 Umum Tanpa Impor 168,99 169,41 0,25 0,21 Umum Tanpa Impor dan Ekspor Migas 172,12 172,79 0,39 0,30 Umum Tanpa Impor dan Ekspor 181,65 182,47 0,45 0,29

Bahan Baku

IHPB Bahan Baku pada Februari 2010 mengalami inflasi atau kenaikan indeks sebesar 0,05 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 175,54 pada Januari 2010 menjadi 175,64 pada Februari 2010. Kenaikan harga Bahan Baku disebabkan oleh kenaikan harga Bahan Baku Lokal sebesar 0,43 persen, sedangkan harga Bahan Baku Impor mengalami penurunan sebesar 1,22 persen. Penyebab kenaikan harga Bahan Baku Lokal antara lain kenaikan harga komoditas di Subsektor Tanaman Perkebunan sebesar 1,49 persen, Kelompok Hasil Pemotongan Hewan naik sebesar 0,24 persen, dan Kelompok Pemintalan dan Pertenunan tekstil 1,11 persen. Ketiganya memberikan andil inflasi Bahan Baku masing-masing sebesar 0,07; 0,003; dan 0,03 persen. Berbeda dengan Bahan Baku Lokal, Bahan Baku Impor mengalami deflasi 1,22 persen atau terjadi penurunan indeks dari 155,88 pada Januari 2010 menjadi 153,98 pada Februari 2010. Penurunan Bahan Baku Impor disebabkan antara lain oleh penurunan harga komoditas di Subsektor Hasil Industri Pengilangan Minyak sebesar 2,61 persen dan Subsektor Barang Elektronik, Komunikasi dan Perlengkapannya sebesar 0,47 persen. Kedua subsektor tersebut memberikan andil negatif terhadap inflasi masing-masing sebesar 0,08, dan 0,003 persen.

(3)

Kelompok Barang Konsumsi

Kelompok Barang Konsumsi pada Februari 2010 mengalami inflasi sebesar 0,36 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau terjadi kenaikan indeks dari 181,83 pada Januari 2010 menjadi 182,48 pada Februari 2010. Sektor Pertanian dan Sektor Industri memberikan andil positif sebesar 0,04, dan 0,42 persen. Sebaliknya, Kelompok Barang Impor memberikan andil negatif sebesar 0,10 persen.

Pada Sektor Pertanian, Subsektor Tanaman Pangan menyumbang sebesar 0,07 persen, dan merupakan pemberi andil terbesar. Sebaliknya, Subsektor Perikanan memberikan andil negatif 0,05 persen. Di Sektor Industri, Subsektor Industri Penggilingan Padi dan Biji-bijian, Subsektor Industri Makanan Lainnya, dan Subsektor Industri Alat-alat Angkutan masing-masing memberikan andil positif 0,02; 0,03; dan 0,02 persen.

Kelompok Barang Modal

Pada Februari 2010, IHPB Barang Modal mengalami deflasi sebesar 0,10 persen atau terjadi penurunan indeks dari 151,60 pada Januari 2010 menjadi 151,45 pada Februari 2010. Penurunan ini utamanya disebabkan penurunan indeks Kelompok Barang Impor sebesar 0,25 persen. Sebaliknya, Sektor Pertanian dan Industri mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,49, dan 0,04 persen. Pada bulan ini, Subsektor Alat-alat Berat dan Mesin Industri Impor dan Subsektor Barang Elektronik dan Komunikasi Impor merupakan pemberi andil negatif pada deflasi Kelompok Barang Modal dengan menyumbang masing-masing sebesar 0,08, dan 0,01 persen.

Tabel 2

Persentase Perubahan dan Andil Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Bahan Baku, Barang Konsumsi, dan Barang Modal Indonesia

Bulan Februari 2010 Menurut Sektor (2005=100)

Kelompok/Sektor IHPB Januari 2010 IHPB Februari 2010

Perubahan IHPB Feb. 2010 thd Jan. 2010 (%) Andil Inflasi Februari 2010 (1) (2) (3) (4) (5) I. Bahan Baku 175,54 175,64 0,05 0,05 Bahan Baku Lokal 182,34 183,12 0,43 0,33

1.1. Pertanian 214,03 216,13 0,98 0,20 1.2. Pertambangan dan Penggalian 209,81 210,38 0,27 0,01 1.3. Industri 170,86 171,24 0,22 0,12

Bahan Baku impor 155,88 153,98 -1,22 -0,28 II. Barang Konsumsi 181,83 182,48 0,36 0,36

2.1. Pertanian 235,70 236,06 0,15 0,04 2.2. Pertambangan dan Penggalian 268,34 268,34 0,00 0,00 2.3. Industri 170,46 171,60 0,67 0,42 2.4. Impor 162,61 161,19 -0,87 -0,10

III. Barang modal 151.60 151,45 -0,10 -0,10

3.1. Pertanian 211,63 212,67 0,49 0,002 3.2. Industri 135,93 135,98 0,04 0,02 3.3. Impor 172,69 172,25 -0,25 -0,12

(4)

Kelompok Bangunan/Konstruksi

IHPB Bahan Bangunan/Konstruksi Indonesia pada Februari 2010 mengalami kenaikan dari 189,24 pada Januari 2010 menjadi 189,35 pada Februari 2010 atau terjadi inflasi sebesar 0,06 persen. Lima kelompok bangunan dalam IHPB Bahan Bangunan/Konstruksi, seluruhnya memberikan andil positif pada inflasi konstruksi Indonesia. Kelompok Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal 0,02 persen, Kelompok Bangunan Pekerjaan Umum untuk Pertanian 0,01 persen, Kelompok Pekerjaan Umum untuk Jalan, Jembatan dan Pelabuhan 0,03 persen, Kelompok Bangunan dan Instalasi Listrik, Gas, Air Minum dan Komunikasi 0,003 persen, dan Kelompok Bangunan Lainnya 0,002 persen.

Tabel 3

Persentase Perubahan dan Andil Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Bahan Bangunan/Konstruksi Indonesia

Bulan Februari 2010 Menurut Kelompok Jenis Bangunan (2005=100) Kelompok Bangunan IHPB Januari 2010 IHPB Februari 2010 Perubahan IHPB Februari 2010 thd Januari 2010 (%) Andil Inflasi Februari 2010 (1) (2) (3) (4) (5) Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan

Tempat Tinggal

183,94 184,00 0,03 0,02 Bangunan Pekerjaan Umum Untuk

Pertanian

199,60 199,70 0,05 0,01 Pekerjaan Umum Untuk Jalan, Jembatan

dan Pelabuhan

196,86 197,06 0,10 0,03 Bangunan dan Instalasi Listrik, Gas, Air

Minum dan Komunikasi

179,75 179,87 0,07 0,003 Bangunan Lainnya 189,83 189,91 0,04 0,002 Konstruksi Indonesia 189,24 189,35 0,06 0,06

Kelompok bahan bangunan yang mengalami kenaikan harga pada bulan Februari 2010, antara lain: barang-barang lainnya dari bahan bukan logam 0,51 persen, semen 0,48 persen, dan kayu gergajian dan awetan 0,47 persen. Sedangkan kelompok bahan bangunan yang mengalami penurunan harga adalah hasil kilang minyak 0,83 persen dan bahan bangunan dari logam 0,26 persen.

(5)

Tabel 4

Persentase Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Kelompok Bahan Bangunan/Konstruksi Indonesia Bulan Februari 2010

(2005=100)

Kelompok Bahan Bangunan IHPB Jan. 2010 IHPB Feb. 2010 Perubahan IHPB Feb. 2010 thd Jan. 2010 (%) (1) (2) (3) (4) 1. Kayu gelondongan 214,16 214,14 -0,01 2. Barang galian segala jenis 221,51 221,87 0,16 3. Kayu gergajian dan awetan 288,50 289,85 0,47 4. Kayu lapis dan sejenisnya 149,31 149,28 -0.02 5. Bahan bangunan dari kayu 275,99 276,33 0,12 6. Kertas dan sejenisnya 174,93 174,87 -0,03 7. Cat, vernis dan lak 169,48 169,59 0,06 8. Aspal 285,37 285,79 0,15 9. Hasil kilang minyak lainnya 197,75 196,10 -0,83 10. Barang-barang dari karet 215,89 216,13 0,11 11. Barang-barang plastik 149,35 149,69 0,23 12. Kaca lembaran 167,28 167,89 0,36 13. Bahan bangunan dari keramik dan tanah liat 194,23 194,75 0,27 14. Semen 171,73 172,56 0,48 15. Batu split 192,73 193,55 0,43 16. Barang-barang lainnya dari bahan bukan logam 181,94 182,86 0,51 17. Barang-barang dari besi dan baja dasar 152,89 152,85 -0,03 18. Barang-barang dari logam dasar bukan besi 118,74 118,90 0,13 19. Alat pertukangan dari logam 180,34 180,88 0,30 20. Bahan bangunan dari logam 189,53 189,03 -0,26 21. Barang-barang logam lainnya 183,22 184,05 0,45 22. Alat-alat berat dan perlengkapannya 146,02 145,93 -0,06 23. Mesin pembangkit dan motor listrik 120,60 121,11 0,42 24. Perlengkapan listrik lainnya 181,90 182,33 0,24 25. Aki (accu) 208,55 209,36 0,39

Referensi

Dokumen terkait

Desain Perangkat Lunak (Lanjutan) Struktur Navigasi adalah alur dari suatu program yang merupakan rancangan hubungan (rantai kerja) dari beberapa area yang berbeda

kebenaannya, atau datanya kurang jelas, misalnya data korban rusuh kalianda kemaren, data yang dibuat sama watawan bebeda sama data koban yang ada di abdul moeloek, yah

Taksonomi pengetahuan (knowledge) dari Bloom degan revisi oleh.. Anderson meliputi: knowing/ remembering, understanding, appllying, analyzing, evaluating, dan creating.

 Melaksanakan administrasi aktiva tetap dan penyusutan.  Mereview harga pokok dan proyek-proyek di Galangan maupun Cabang.  Monitoring, menyiapkan dan melaporakan

 Apabila knalpot belum dilepas maka terlebih dahulu melepaskan knalpot,setelah itu lepaskanlah intake manifol dengan menggunakan kunci yang tepat dan posisi membuka membuka

Agar visi dan misi Pemerintah Kabupaten Bogor tercapai maka harus ada pembaharuan kebijakan penyusunan APBD dengan pendekatan model pemenuhan lima kebutuhan dasar atau

(1996) adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Sedangkan iklim kelas

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi cross sectional dan subjek penelitian sejumlah 36 orang guru dan karyawan SMA Negeri 1