• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 5021821e1a BAB IIIBAB III ARAAHAN KEBIJAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 5021821e1a BAB IIIBAB III ARAAHAN KEBIJAKAN"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

Arahan Kebijakan dan

Rencana Strategis

Infrastruktur Bidang Cipta

Karya

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

3.1.1 Rencana Pembangunan Bidang Cipta Karya

3.1.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi

(2)

Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai

berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan

penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.

b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan

berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk

mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

(3)

Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan

berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh. RPJMN ke 4 (2020-2024):

terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

3.1.1.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional III (2015-2019)

RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita). RPJMN III ditetapkan melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015. Arahan sesuai dengan Target RPJMN III yang didukung Infrastruktur Bidang Cipta Karya yakni dalam pemenuhan Standar Pelayanan Minimal.

Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen; 2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia; 3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung; 6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik,

sampah

dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar; 7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk

keserasiannya terhadap lingkungan

Sasaran pembangunan perkotaan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

(4)

10 Kota Baru 20 Kota Sedang 7 Kawasan Metropolitan

Eksisting

39 Pusat Pertumbuhan

Baru 5 Kawasan

Metropolitan Baru

penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa;

2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7 kawasan perkotaan metropolitan yang sudah ada untuk diarahkan sebagai

Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berskala global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi;

3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percotohan (best practices) perwujudan kota berkelanjutan;

4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau kawasan perkotaan metropolitan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan;

5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

Sasaran pembangunan perkotaan yang didukung oleh infrastruktur permukiman bidang Cipta Karya yakni diprioritaskan pada: 5 Kawasan Metropolitan Baru, 7 Kawasan Metropolitan Eksisting, 20 Kota Sedang, 39 Pusat Pertumbuhan Baru, 10 Kota Baru.

Gambar 3.1

(5)

3.1.1.2 Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya 2015-2019

Tujuan dan Sasaran Strategis Ditjen Cipta Karya merupakan turunan dari visi

Kementerian PUPR tahun 2015-2019, yaitu “Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang Handal dalam Mendukung Indonesia yang

Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Infrastruktur

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang handal diartikan sebagai tingkat dan kondisi ketersediaan, keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang lebih sejahtera.

Berdasarkan Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 sasaran strategis yang fokus perhatian Ditjen Cipta Karya adalah meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan. Adapun indikator kinerja outcome-nya Direktorat Jenderal Cipta Karya meliputi:

1. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat.

2. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak.

3. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat

(6)

Gambar 3.2

Peta Strategi Kementerian PUPR 2015-2019

Berdasarkan arahan kebijakan serta memperhatikan peluang dan tantangan yang ada dalam pembangunan infrastruktur permukiman, maka tujuan yang akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan adalah:

1. Melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan dalam bidang Cipta Karya dengan mengedepankan prinsip keterpaduan, inklusifitas, dan berkelanjutan.

2. Melaksanakan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman berdasarkan

penataan ruang di kabupaten/kota/kawasan strategis.

3. Menyediakan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal.

(7)

5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang profesional dengan menerapkan prinsip good governance.

Gambar 3.3

Strategi Gerakan Nasional 100-0-100

Untuk mewujudkan sasaran strategis tersebut, maka sasaran program Ditjen Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat, dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan

akses air minum

(8)

Tabel 3.1

Sasaran Program Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1 Arahan Strategis Pulau Kalimanatan (RTR Pulau)

A. Sistem Perkotaan Nasional

Strategi operasionalisasi perwujudan sistem perkotaan nasional terkait dengan

wilayah Kalimantan Tengah pada umumnya secara regional yakni PKN Palangkaraya, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, dan PKW Sampit. Beberapa strategi operasionalisasi yang diarahkan meliputi:

1. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu yaitu pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi di PKW Muara Teweh, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, dan PKW Tanah Grogot.

2. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan lanjut dan industri jasa hasil perkebunan kelapa sawit dan karet yang berdaya saing dan ramah lingkungan meliputi:

a. pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di

(9)

b. pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKW Singkawang, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Putussibau,

PKW/PKSN Entikong, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh,

PKW Sampit, PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW Kotabaru, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, PKW Tanah Grogot, PKW Sendawar, PKW Malinau, PKSN Simanggaris, PKSN Long Midang, dan PKSN Long Pahangai.

3. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil hutan yang berdaya saing dan ramah lingkungan meliputi:

a. Pusat industri hilir pengolahan hasil hutan di PKN Palangkaraya dan PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang;

b. Pusat pengolahan hasil hutan di PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW/PKSN Entikong, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit,

PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, PKW Tanlumbis, dan PKW Sendawar.

4. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKW Mempawah, PKW Singkawang, PKW

Sambas, PKW Ketapang, PKW/PKSN Entikong, PKW Sanggau, PKW Sintang,

PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh,

PKW Sampit, PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru.

(10)

Kotabaru, PKW Tanjung Redeb, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, dan PKW Sangata.

6. Pengembangan PKN, PKW, dan PKSN sebagai pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya meliputi:

a. pusat pengembangan ekowisata di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Putussibau, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Kotabaru, PKW Tanjung Redeb, PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, PKW Tanah Grogot, PKSN Nanga Badau, PKSN Long Midang, PKSN Long Pahangai, dan PKSN Long Nawang; dan

b. pusat pengembangan wisata budaya di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Mempawah, PKW Putussibau, PKW Sintang, PKW Amuntai, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, dan PKW Sendawar.

7. Pengembangan pusat kegiatan ekonomi di PKN dan PKW yang berdekatan/menghadap badan air dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Mempawah, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas,

PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW

Tanjung Selor, dan PKW Tanah Grogot.

8. Pengembangan jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi dengan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i meliputi pengembangan jaringan drainase di:

a. PKN Palangkaraya yang terintegrasi dengan Sungai Kahayan;

b. PKW Kuala Kapuas yang terintegrasi dengan Sungai Kapuas dan Sungai Kahayan;

(11)

d. PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Martapura, dan PKW Marabahan yang terintegrasi dengan Sungai Barito;

e. PKW Sampit yang terintegrasi dengan Sungai Mentaya;

9. Penataan kawasan perkotaan yang adaptif terhadap ancaman bencana banjir

dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Mempawah, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW Tanjung Selor, dan PKW Tanah Grogot.

10. Pengendalian perkembangan fisik PKN dan PKW untuk kelestarian lahan pertanian pangan berkelanjutan dan kawasan berfungsi lindung dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Putussibau, dan PKW Malinau.

B. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Strategi operasionalisasi kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya meliputi:

1. Pemertahanan luasan dan pelestarian kawasan bergambut untuk menjaga sistem tata air alami dan ekosistem kawasan dilakukan pada kawasan

bergambut di Kabupaten Sambas, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kapuas

Hulu, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Nunukan.

(12)

3. Pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan resapan air dilakukan pada hulu Sungai Barito, hulu Sungai Kahayan, hulu Sungai Katingan, hulu

Sungai Kapuas, hulu Sungai Melawi, hulu Sungai Seruyan, hulu Sungai Sesayap, hulu Sungai Sembakung, hulu Sungai Berau, hulu Sungai Kayan, dan

hulu Sungai Mahakam.

C. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Setempat

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan setempat meliputi:

1. Pengendalian perkembangan kawasan terbangun yang mengganggu dan/atau merusak fungsi sempadan sungai dilakukan di sempadan Sungai Seruyan di WS Seruyan;

2. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi kawasan sekitar danau atau waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan pada:

kawasan sekitar Danau Sentarum (Kabupaten Kapuas Hulu), Danau

Bekuan (Kabupaten Kapuas Hulu), Danau Belida (Kabupaten Kapuas Hulu), Danau Genali (Kabupaten Kapuas Hulu), Danau Tang

(Kabupaten Kapuas Hulu), Danau Bangkau (Kabupaten Hulu Sungai

Selatan dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah), Danau Bitin (Kabupaten Hulu Sungai Utara), Danau Cembulu (Kabupaten Seruyan), Danau

(13)

D. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan

cagar budaya meliputi :

1. Pemertahanan dan rehabilitasi luasan suaka margasatwa, cagar alam, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam dilakukan pada:

a. Taman Nasional Betung Kerihun (Kabupaten Kapuas Hulu),Taman Nasional Danau Sentarum (Kabupaten Kapuas Hulu), Taman Nasional Gunung Palung (Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang), Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang, dan Kabupaten Katingan), Taman Nasional Tanjung Putting (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan), Taman Nasional Sebangau (Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kota Palangkaraya, Taman Nasional Kayan Mentarang (Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Bulungan), dan Taman Nasional Kutai (Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kota Bontang);

b. Taman Nasional Betung Kerihun (Kabupaten Kapuas Hulu), Taman Nasional Danau Sentarum (Kabupaten Kapuas Hulu), Taman Nasional Gunung Palung (Kabupaten Kayong Utara-Kabupaten Ketapang), Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (Kabupaten Melawi-Kabupaten Sintang-Melawi-Kabupaten Katingan), Taman Nasional Tanjung

Puting (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan), Taman Nasional Sebangau (Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangkaraya), Taman Nasional Kayan Mentarang (Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Bulungan), dan Taman Nasional Kutai (Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kota Bontang).

(14)

Raya, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur,

Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Banjar,

Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Nunukan.

E. Kawasan Rawan Bencana Alam

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan rawan bencana alam dilakukan dengan mengembangkan jaringan drainase yang terintegrasi dengan sungai pada kawasan perkotaan yang rawan banjir.

1. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan rawan bencana alam geologi dilakukan pada: kawasan rawan gerakan tanah di Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Lamandau, Kota Balikpapan, Kabupaten Kutai Barat, Kota Bontang, Kabupaten Sangata, Kota Samarinda, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kotabaru, dan Kabupaten Tanah Bumbu; 2. Penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan

lokasi dan jalur evakuasi bencana, pembangunan prasarana dan sarana

(15)

3. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan imbuhan air tanah dilakukan pada kawasan imbuhan air tanah di CAT Paloh

(Kabupaten Sambas dan Negara Malaysia), CAT Tanjung Selor (Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan,

dan Negara Malaysia), CAT Palangkaraya-Banjarmasin (Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten , Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kota Palangkaraya, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kota Banjarmasin dan Kota Banjar Baru), CAT Muarapayang (Kabupaten Barito Utara dan Kabupaten Paser), dan CAT Muara Lahai (Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Murung Raya, dan Kabupaten Barito Utara).

F. Kawasan Lindung Lainnya

Strategi operasionalisasi perwujudan pengelolaan kawasan lindung lainnya meliputi:

1. Koridor ekosistem bekantan, gabon, gajah, dan orang utan yang menghubungkan antarekosistem dataran rendah, yaitu: koridor ekosistem yang menghubungkan Suaka Margasatwa Lamandau (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Sukamara), Cagar Alam Gunung Raya Pasi (Kota Singkawang

dan Kabupaten Bengkayang), Taman Nasional Gunung Palung (Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang), Taman Nasional Tanjung Puting (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan), dan Taman Wisata Alam Tanjung Keluang (Kabupaten Kotawaringin Barat);

(16)

Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang), Taman Nasional Tanjung Puting (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan), dan Taman Wisata

Alam Tanjung Keluang (Kabupaten Kotawaringin Barat);

3. Pengembangan prasarana yang ramah lingkungan sebagai pendukung koridor

ekosistem sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dilakukan pada: koridor ekosistem bekantan, gabon, gajah, dan orang utan yang menghubungkan: Suaka Margasatwa Lamandau (Kabupaten Kotawaringin Barat-Kabupaten Sukamara), Cagar Alam Gunung Raya Pasi (Kota Singkawang dan Kabupaten Bengkayang), Taman Nasional Gunung Palung (Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang), Taman Nasional Tanjung Puting (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan), dan Taman Wisata Alam Tanjung Keluang (Kabupaten Kotawaringin Barat);

G. Kawasan Budi Daya Strategis Nasional

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan:

1. kawasan peruntukan hutan; 2. kawasan peruntukan pertanian; 3. kawasan peruntukan perikanan; 4. kawasan peruntukan pertambangan;

5. kawasan peruntukan industri;

6. kawasan peruntukan pariwisata; dan

7. kawasan peruntukan permukiman.

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf a meliputi:

(17)

Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten

Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Murung

Raya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Malinau.

2. Pemertahanan kelestarian keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa endemik kawasan dengan meningkatkan fungsi ekologis di kawasan peruntukan hutan dilakukan pada kawasan peruntukan hutan di Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Gunung Mas,

Kabupaten Kapuas, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan,

Kabupaten Hulu Sungai

(18)

Pulang Pisau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Tabalong,

Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten

Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Malinau.

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan perikanan dilakukan di :

1. Pengembangan kegiatan perikanan budi daya dengan

memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan pada kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Sambas, Kabupaten Pontianak, Kota Singkawang, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan,

Kabupaten Kapuas, Kota Banjarmasin, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Timur, dan Kabupaten Bulungan.

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan pertambangan dilakukan di:

1. Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, batubara,

serta minyak dan gas bumi dengan memperhatikan daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup meliputi:

(19)

Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Kapuas Hulu,

Kabupaten Lamandau, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten

Sukamara, Kota Palangkaraya, Kabupaten Gunung Mas, Kota Muara Teweh, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Paser, Kabupaten Berau, Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kota Balikpapan;

b. Kawasan peruntukan pertambangan batubara di Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Katingan, Kota Palangkaraya,

Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Malinau,

2. Pengendalian perkembangan kawasan pertambangan yang mengganggu

kawasan berfungsi lindung meliputi:

a. Kawasan peruntukan pertambangan mineral di Kabupaten Pontianak, Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau,

(20)

Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Paser, Kabupaten Berau, Kota Samarinda, Kabupaten Kutai

Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kota Balikpapan;

b. kawasan peruntukan pertambangan batubara di Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Katingan, Kota Palangkaraya, Kabupaten Kapuas,

Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Paser, Kabupaten Tarakan, Kota Bontang, Kota Samarinda, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kota Banjarbaru; dan 3. Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pasca tambang pada kawasan

peruntukan pertambangan untuk memulihkan kualitas lingkungan dan ekosistem sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan pada:

(21)

Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kota

Palangkaraya, Kabupaten Gunung Mas, Kota Muara Teweh, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Murung Raya,

Kabupaten Kapuas, Kabupaten Paser, Kabupaten Berau, Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kota Balikpapan; dan

b. kawasan peruntukan pertambangan batubara di Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Katingan, Kota Palangkaraya,

Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Paser, Kabupaten Tarakan, Kota Bontang, Kota Samarinda, Kabupaten Tabalong,

Kabupaten Balangan, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar, Kabupaten Hulu Sungai

Tengah, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kota Banjarbaru.

Kawasan andalan terdiri atas kawasan andalan dengan sektor unggulan kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, industri, dan pariwisata. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan andalan terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan:

(22)

3. kawasan andalan dengan sektor unggulan perkebunan; 4. kawasan andalan dengan sektor unggulan perikanan;

5. kawasan andalan dengan sektor unggulan pertambangan; 6. kawasan andalan dengan sektor unggulan industri; dan

7. kawasan andalan dengan sektor unggulan pariwisata

3.1.2.2 Arahan Strategis Rencana Tata Ruang Provinsi (RTRW) Provinsi

Kalimantan Tengah

Sistem pusat permukiman di Provinsi Kalimantan Tengah, berdasarkan Perda No 8 Tahun 2003, menetapkan:

1. Kota Utama, meliputi Kota Palangkaraya, Kota Kuala Kapuas, Kota Sampit, dan Kota Pangkalan Bun;

2. Kota cepat tumbuh, meliputi Kota Buntok, Muara Teweh, Puruk Cahu, Ampah, Pulang Pisau, Kasongan, Sukamara, Nanga Bulik, Kuala Pembuang, Tumbang Samba, Kuala Kurun, Tamiang Layang dan Pagatan;

3. Kota kecamatan yang didorong pertumbuhan dan pengembangannya meliputi Kota Kotawaringin Lama, Kudangan, Pangkut, Tumbang Sangai, Tumbang Senamang, Samuda, Pelantaran, Tumbang Jutuh, Bawan, Lampeong, Kandui, Timpah, Bahaur, Palingkau, Dadahup.

Kota kota utama memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Kota Palangka Raya berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Propinsi, Pusat

Pendidikan, Kota Kebudayaan, Pusat Perdagangan dan Jasa;

2. Kota Kuala Kapuas berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Kota Pelabuhan, Kota Industri, Agropolitan, Pusat Perdagangan dan Jasa;

3. Kota Sampit berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Kota Pelabuhan Laut, Kota Industri, Pusat Perdagangan dan Jasa;

4. Kota Pangkalan Bun berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Kota Pelabuhan Laut, Kota Industri, Pusat Perdagangan dan Jasa.

(23)

Kawasan cagar alam dan suaka margasatwa meliputi:

a. Cagar Alam Pararawen I dan Pararawen II terletak di Kabupaten Barito

Utara;

b. Cagar Alam Bukit Tangkiling terletak di Kota Palangka Raya;

c. Cagar Alam Bukit Sapat Hawung terletak di Kabupaten Murung Raya; d. Cagar Alam Tumbang Tahai Tangkiling terletak di Kota Palangka Raya; e. Cagar Alam Air Terjun Molau Besar terletak di Kabupaten Barito Utara; f. Cagar Alain Bukit Bakitap terletak di Kabupaten Murung Raya;

g. Suaka Margasatwa Sungai Lamandau di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Sukamara.

Suaka Alam Laut dan Perairannya yaitu Suaka Alam Laut Gosong Sanggora di Teluk Kumai Kecamatan Arut Selatan dan Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat. Taman Nasional dan Taman Wisata Alam, terdiri dari :

a. Taman Nasional Tanjung Putting terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan;

b. Taman Nasional Bukit Raya Bukit Baka terletak di Kabupaten Katingan; c. Taman Wisata Air Terjun Poran terletak di Kabupaten Barito Utara; d. Taman Wisata Bukit Tangki1ing terletak di Kota Palangka Raya;

e. Taman Wisata. Tanjong Keluang terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat;

f. Taman Wisata Ujung Pandaran di Kabupaten Kotawringin Timur; g. Taman Wisata Liang Saragih di Kabupaten Barito Timur.

B. Kawasan Pertambangan

Kawasan Pertambangan, terdiri dari :

1. Pertambangan emas terletak di semua kabupaten;

(24)

3. Pertambangan gamping terletak di Kabupaten Kapuas, Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara, Murung Raya, dan Gunung Mas;

4. Pertambangan granit terletak di semua kabupten dan kota; 5. Pertambangan pasir terletak di semua kabupaten dan kota;

6. Pertambangan minyak bumi terletak di Kabupaten Barito Selatan, Barito Utara, Kapuas, dan Barito Timur;

7. Pertambangan batu permata dan setengah permata di semua kabupaten dan kota.

C. Kawasan Industri

Kawasan Industri yang diprioritaskan pengembangannya adalah di Kota Pangkalan Bun, Sampit, Palangka Raya, Pulang Pisau, Kuala Kapuas, Tamiang Layang, Buntok, Muara Teweh, Puruk Cahu, Kasongan, Sukamara, Nanga Bulik, Kuala Pembuang, dan Kota Kuala Kurun.

D. Kawasan Pariwisata

Kawasan Pariwisata mencakup kawasan yang memiliki potensi besar untuk keperluan pariwisata di semua kabupaten dan kota.

E. Kawasan Permukiman

Kawasan Permukiman mencakup :

1. Kawasan Permukiman Perkotaan, yaitu kawasan ibukota propinsi, kabupaten, dan kecamatan;

2. Kawasan Permukiman Perdesaan, yaitu kawasan permukiman perdesaan di seluruh desa-desa di Propinsi Kalimantan Tengah;

3. Kawasan Permukiman Rawan Bencana Alam. F. Sistem Pusat-Pusat Permukiman

Sistem Pusat-Pusat Permukiman di Propinsi Kalimantan Tengah dilihat dalam konteks wilayah propinsi serta keterkaitannya satu sama lain, baik secara spasial maupun fungsional, mencakup :

(25)

2. Kota Sukamara berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pusat Industri dan Pusat Perdagangan dan Jasa;

3. Kota Nanga Bulik berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Agro-industri dan Pusat Perdagangan dan Jasa;

4. Kota Sampit berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pelabuhan Laut, Agro-industri Kehutanan, Pusat Perdagangan dan Jasa;

5. Kota Kasongan berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten; Pusat Perdagangan dan Jasa;

6. Kota Kuala Pembuang berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pusat Industri, Agro Polita dan Pusat Perdagangan dan Jasa;

7. Kota Palangka Raya berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Propinsi, Pusat Pendidikan dan Kebudayan, Pusat Industri serta Pusat Perdagangan dan Jasa;

8. Kota Kuala Kapuas berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pusat Industri, Agropolitan, Pusat Perdagangan dan Jasa;

9. Kota Kuala Kurun berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Agro-Industri dan Pusat Perdagangan dan Jasa;

10. Kota Pulang Pisau berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten,

Pusat AgroIndustri dan Pusat Perdagangan dan Jasa;

11. Kota Buntok berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pusat

Agro-Industri dan Pusat Perdagangan dan Jasa;

12. Kota Tamiyang Layang berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, AgroIndustri dan Pusat Perdagangan dan Jasa;

13. Kota Muara Teweh berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Agro-Industri dan Pusat Perdagangan dan Jasa;

(26)

G. Kawasan Prioritas

Kawasan yang diprioritaskan pengembangan atau penaelolaannya adalah:

1. Kawasan perdesaan terpencil, terisolir, dan terbelakang;

2. Kawasan perdesaan di wilayah perbatasan dengan Kalimantan Barat,

Kalimantan Timur dan Kahmantan Selatan,

3. Kawasan Sentra Produksi Pertanian Tanaman Pangim dan Hortiknitura, Perkebunan, Perikanan, kehewanan dan Kawasan Sentra industri, 4. Kawasan Sekitar jalur jalan Lintas Kalimantan:

5. Kawasan Andalan Sampit dan sekitarnya;

6. Kawasan Andalan Pangkalan Bun dan sekitarnya, 7. Kawasan Andalan Muara Teweh dan sekitarnya; 8. Kawasan Andalan Buntok dan sekitarnya:

9. Kawasan Andalan Kuala Kapuas dan sekitarnya;

10. Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu (Kapet) DAS KAKAB; 11. Kawasan Taman Nasional Tanjung, Putting;

12. Taman Nasional Bukit Raya Bukit Baka:

13. Suaka Alam Laut Gosona Sanggora di Teluk Kumai.

3.1.2.3 Arahan Strategis Rencana Tata Ruang Kabupaten Barito Selatan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BARITO SELATAN TAHUN TAHUN 2014 – 2034

Penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan untuk mewujudkan wilayah yang maju dan mandiri serta berdaya saing tinggi melalui pemanfaatan sumber daya alam secara optimum berbasiskan agroindustri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kebijakan penataan ruang Kabupaten Barito Selatan, terdiri atas :

A. Pemerataan ekonomi wilayah Kabupaten

(27)

a. mengembangkan sistem prasarana transportasi melalui pembangunan dan peningkatan jalan penghubung antar perdesaan dan perkotaan;

b. membangun dermaga penyeberangan antar kota di Kabupaten;

c. membangun jaringan rel kereta api sebagai simpul transportasi;

d. mengembangkan fungsi kecamatan sebagai simpul produksi hasil perkebunan, industri olahan hasil hutan ikutan, peternakan dan perikanan; dan

e. membangun dan meningkatkan sistem prasarana transportasi darat untuk membuka aksesibilitas antar kecamatan, kelurahan dan desa serta sentra-sentra produksi secara terencana dan terpadu

B. Peningkatan peluang investasi;

Strategi yang diperlukan untuk peningkatan peluang investasi meliputi:

a. mengembangkan dan mengelola sumber daya hutan yang memiliki nilai

ekonomi tinggi;

b. meningkatkan kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola hutan sebagai hutan kerakyatan yang produktif;

c. memberikan kepastian hukum untuk berusaha/menanamkan modal di setiap bidang usaha;

d. memanfaatkan sumberdaya hutan bersama masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan; dan

e. membina komunitas masyarakat hutan dengan optimalisasi potensi komunitas adat dayak untuk membangun dan mengembangkan perkebunan dan industri olahan hasil hutan

C. Peningkatan produksi agroindustri;

Strategi yang diperlukan dalam rangka untuk peningkatan produksi agroindustri meliputi:

(28)

b. meningkatkan dan mengembangkan kawasan agropolitan dengan melengkapi fasilitas perdagangan pusat koleksi distribusi dan jasa pendukung komoditas

pertanian kawasan;

c. memanfaatkan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat;

d. meningkatkan teknologi pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan yang bernilai ekonomi tinggi; dan

e. memperkuat pemasaran hasil pertanian.

D. Penguatan kawasan konservasi untuk kelestarian lingkungan.

Strategi yang diperlukan untuk penguatan kawasan konservasi untuk kelestarian lingkungan meliputi:

a. memperkuat dan menetapkan kawasan lindung yang tidak boleh dialihfungsikan;

b. menetapkan tata batas kawasan lindung dan kawasan budidaya;

c. membangun dan memelihara embung, tabat pada beberapa titik yang terintegrasi untuk mencegah kebakaran hutan;

d. menyusun dan melaksanakan program rehabilitasi lingkungan yang berbasis masyarakat dan kearifan lokal;

e. meningkatkan sistem pengelolaan dan pengendalian lingkungan terhadap kerusakan dan pencemaran lingkungan; dan

f. menggalang kerjasama regional, nasional dan internasional dalam rangka pemulihanfungsi kawasan lindung.

E. Peningkatanfungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.

Strategi yang diperlukan dalam peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan meliputi:

(29)

b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai

zona penyangga; dan

c. memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.

3.1.2 Struktur Ruang Wialayah

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Barito Selatan meliputi pusat-pusat kegiatan, sistem jaringan prasarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya.

A. Pusat-pusat kegiatan;

Sistem pusat kegiatan di Kabupaten Barito Selatan dikembangkan secara hierarki dan dalam bentuk pusat pelayanan, sesuai kebijakan, potensi, dan rencana pengembangan wilayah Kabupaten .

Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Barito Selatan antara lain yaitu:

 PKW yaitu Buntok di Kecamatan Dusun Selatan;

 PKLp yang terdiri dari Bangkuang di Kecamatan Karau Kuala dan Tabak Kanilan di Kecamatan Gunung Bintang Awai.

 PPK yang terdiri dari Mangkatip di Kecamatan Dusun Hilir, Rantau Kujang di Jenamas dan Pendang di Kecamatan Dusun Utara.

 PPL yang terdiri dari Kalahien di Kecamatan Dusun Selatan, Patas di Kecamatan Gunung Bintang Awai dan Tarusan di KecamatanDusun Utara

B. Sistem jaringan prasarana utama

Sistem jaringan prasarana utama antara lain yaitu:

 Sistem jaringan transportasi darat terdiri dari jaringan jalan dan jembatan, jaringan prasarana lalu lintas, jaringan pelayanan lalu lintas, jaringan angkutan sungai,danau dan penyeberangan.

(30)

Terminal Khusus berada di Kecamatan Dusun Hilir, Terminal Khusus berada di Kecamatan Karau Kuala,Terminal Khusus berada di Kecamatan Dusun

Utara; dan Terminal Khusus berada di kecamatan Dusun Selatan. Alur pelayaran yaitu Alur Pelayaran Perairan Pedalaman Sungai Barito yang

meliputi Barito Selatan – Kalimantan Selatan, Barito Selatan – Barito Utara – Murung Raya dan Barito Selatan – Batanjung

 Sistem jaringan perkeretaapian yang terdiri dari Sistem Jaringan Jalur Kereta Api Utama Provinsi meliputi Puruk Cahu-Muara Teweh-Buntok-Mengkatip-Kuala Kapuas-Betanjung, Sistem Jaringan Kereta Api antar kota meliputi Prioritas sedang yaitu Muara Teweh-Buntok-Tanjung dan Prioritas Rendah yaitu Buntok-Palangkaraya , Simpul Jaringan Jalur Kereta Api Barang meliputi Buntok (Kab. Barito Selatan)

 Sistem jaringan transportasi udara yang terdiri dari Tatanan kebandarudaraan yaituBandar UdaraPengumpang di Sanggu Kecamatan Dusun Selatan dan Ruang udara untuk penerbangan diatur lebih lanjut dalam rencana induk bandar udara

C. Sistem jaringan prasarana lainnya

Sistem jaringan prasarana lainnya terdiri atas :

 Sistem jaringan energi meliputi pembangkit tenaga listrik dan jaringan prasarana energy

 Sistem jaringan telekomunikasi meliputi jaringan kabel fiber optik underground yang berada di Kecamatan Dusun Selatan, Karau Kuala, dan Gunung Bintang Awai. Sistem jaringan adalah jaringan komunikasi yang dikelola oleh swasta dan/atau Badan Usaha Milik Negara dengan lokasi tersebar di setiap Kecamatan. Sistem jaringan satelit adalah jaringan komunikasi yang dikelola oleh swasta.

(31)

 Sistem prasarana pengelolaan lingkungan meliputi Sistem jaringan air limbah, Sistem jaringan drainase dan Sistem jaringan persampahan

3.1.3. Penetapan Kawasan Strategis

3.1.3.1 Berdasarkan sudut kepentingan ekonomi

Pengembangan kawasan strategis kabupaten dipandang dari sudut kepentingan ekonomi antara lain yaitu :

 Kawasan agropolitan, meliputi Pararapak di Kecamatan Dusun Selatan, Pendang di Kecamatan Dusun Utara, dan Tabak Kanilan di Kecamatan Gunung Bintang Awai;

 Kawasan pengembangan produksi rotan di Buntok (Kecamatan Dusun Selatan) dan Mangkatip (Kecamatan Dusun Hilir);

 Kawasan perkotaan Buntok;  Kawasan perkotaan Bangkuang;  Kawasan perkotaan Tabak Kanilan;  Kawasan perkotaan Pendang;  Kawasan perkotaan Mengkatip;  Kawasan perkotaan Rantau Kujang;  Kawasan perkotaan Patas;

 Kawasan perkotaan Sababilah;  Kawasan perkotaan Kalahien;

3.1.3.2 Berdasarkan sudut kepentingan sosial budaya dan suaka alam

Pengembangan kawasan strategis kabupaten dipandang dari sudut kepentingan sosial budaya dan suaka alam yaitu kawasan pengembalaan kerbau rawa di Tampulang, Rangga Ilung, dan Kelanis

3.1.3.3 Berdasarkan sudut kepentingandaya dukung lingkungan

(32)

3.1.4 Penetapan Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana alam, meliputi:

 Kawasan rawan bencana longsor tebing sungai meliputi sepanjang aliran Sungai Barito dan Sungai Ayuh

 Kawasan rawan bencana longsor, rockfall dan landslide meliputi Wilayah Kecamatan Gunung Bintang Awai di Kecamatan Dusun Utara

 Kawasan rawan bencana banjir meliputi seluruh kecamatan yang berada di sepanjang aliran Sungai Barito, Sungai Mangkatip dan Sungai Ayuh;

3.2 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Kebijakan Prioritas Direktorat Jenderal Cipta Karya sesuai Amanat RPJMN III Tahun 2015-2019 yakni:

1. Mendukung sistem perkotaan nasional: metropolitan eksisting, metropolitan baru, kota baru, kota sedang, dan kawasan pusat pertumbuhan baru

2. Mendukung WPS, Pelabuhan Strategis, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, dan Kawasan Industri Prioritas

3. Mendukung Kawasan Perbatasan di Kawasan PLBN dan Kawasan Permukiman Perbatasan

4. Mendukung Pengurangan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan 5. Mendukung Pembangunan SPAM Regional dan SPAM Kota Binaan 6. Mendukung Pembangunan TPA Regional dan ITF

(33)

Gambar 3.2

Keterpaduan Pembangunan

Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Dareah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota.

Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan,

(34)

wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim.

Gambar 3.2

Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR 2015-2019

Provinsi Kalimantan Tengah termasuk dalam Wilayah Pengembangan Strategis

(WPS) Nomor 22, yang meliputi Kota Palangkaraya-Banjarmasin-Batulicin. Selain termasuk dalam WPS, Provinsi Kalimantan Tengah menjadi salah satu dari 24 Pengembangan Pelabuhan Strategis yakni yang berada di Kota Sampit. Kemudian juga termasuk dalam 25 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yakni Tanjung Puting. Arahan Kebijakan Prioritas Nasional inilah yang menjadi acuan dalam pengembangan Infrastruktur dalam mendukung aktivitas di dalamnya dan menumbuhkembangkan sektor perekonimian bagi Provinsi Kalimantan Tengah.

(35)

Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTengger-Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara

(KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan Ende-Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan

(KSPNP Tanjung Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).

Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/ Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali (12 PKN, 35 PKW); Kepulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5 PKN, 25 PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN, 11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau (3 PKN,

11 PKW, 3 PKSN).

(36)

3.2.1 Arahan Rencana Pembangunan Daerah

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DALAM

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BARITO SELATAN

Arah Kebijakan, Strategi dan Program Pengembangan Kota

Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Barito Selatan adalah:

“Terwujudnya Kondisi yang mantap dalam Tatanan Masyarakat Barito Selatan menuju Dahani Dahanai Tuntung Tulus”

Misi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Barito Selatan, mencakup:

1. Membangun dan Meningkatkan Infrastruktur untuk membuka isolasi daerah melalui pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan jalan jembatan, dermaga, dan pelabuhan udara, sehingga memiliki keterkaitan antara daerah satu dengan yang lain.

2. Mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan merata serta terakses. 3. Menjamin kesehatan dasar masyarakat yang merata dan terakses.

4. Mengembangkan perekonomian masyarakat melalui pengelolaan pertanian dalam arti luas dengan berorietansi pasar yang didukung dengan

kelembagaan, teknologi dan kemudahan permodalan serta informasi yang didukung oleh prasarana penunjang.

5. Mengembangkan kapasitas kelembagaan Pemerintah Daerah, penguatan kapasitas SDM masyarakat dan Pemerintah dalam rangka meningkatakan pelayanan kepada publik yang lebih baik untuk mewujudkan Good Governance.

(37)

Meningkatkan pemberdayaan dalam pengelolaan hutan dan memanfaatkan potensi pertambangan untuk menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan pendapatan

daerah

3.2.2 Arah kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Barito

Selatan yaitu:

3.2.2.1 Kebijakan Umum

Perumusan kebijakan umum bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan daerah Kabupaten Barito Selatan dengan rumusan indikator kinerja sasaran yang menjadi acuan penyusunan program pembangunan jangka menengah daerah berdasarkan strategi dan arah kebijakan yang ditetapkan.

1. Kebijakan Umum Strategi 1 (Kesatu) Peningkatan infrastruktur kota

Buntok, kecamatan dan desa.

Sebagai kabupaten yang berdasarkan hirarki sistem perkotaan nasional dalam RTRWN dan RTRW Provinsi Kalimantan Tengah, bahwa Kabupaten Barito Selatan ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) merupakan wilayah yang telah menjadi PKL dan memliki potensi melayani kegiatan beberapa kabupaten atau provinsi, maka masalah transportasi, komunikasi, dan informatika perlu mendapat perhatian yang serius. Dan pada saat yang sama pembangunan infrastruktur dilaksanakan secara bertahap untuk terus

membuka isolasi wilayah kabupaten. Dengan misi dimana lima tahun kedepan pengembangan ekonomi diarahkan pada ekonomi kerakyatan maka kebijakan

umum diarahkan pada program-program yang secara khusus memberikan daya dukung pada pengembangan ekonomi lokal.

Kebijakan umum untuk mendukung pencapaian strategi ini adalah sebagai berikut:

1) Perbaikan regulasi dan pengaturan bidang transportasi, komunikasi, dan informatika;

(38)

prioritas pada daya dukungnya bagi pengembangan ekonomi lokal dan kerakyatan.

2. Kebijakan Umum Strategi 2 (Kedua): Pengembangan Infrastruktur

pengairan

Kebijakan umum untuk mendukung pencapaian strategi ini adalah membangun dan memelihara infrastruktur pengairan makro dan mikro serta pencetakan sawah sesuai dengan kondisi wilayah.

3. Kebijakan Umum Strategi ke 3 (Ketiga) : Perbaikan Sistem dan Akses

Pendidikan

Kondisi pendidikan di Barito Selatan masih membutuhkan perbaikan sistem penyelenggaraan pendidikan. Dalam menciptakan pembelajaran yang baik diperlukan perbaikan sistem pendidikan. Sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

Kebijakan umum untuk mendukung strategi ini adalah:

1) Perbaikan sistem bagi tenaga pendidik dan kependidikan untuk merangsang dan meningkatkan motivasi pengabdian dan prefesionalisme dalam bekerja;

2) Peningkatan kapasitas organisasi dan manajerial serta dukungan infrastruktur data dan informasi pendidikan;

3) Peningkatan dukungan sarana dan prasarana pendidikan serta infrastruktur

pendidikan secara bertahap.

4. Kebijakan Umum Strategi ke-4 (Keempat) : Perbaikan Sistem dan Akses

Kesehatan

Salah satu permasalahan yang terjadi di Kabupaten Barito Selatan adalah masih terbatasnya jangkauan pelayanan kesehatan dan masih rendahnya mutu pelayanan kesehatan di daerah pedesaan. Perbaikan sistem dan akses kesehatan dinilai penting untuk meningkatkan derajat kesehatan baik masyarakat di kota maupun di pedesaan.

Kebijakan umum untuk mendukung pencapaian strategi ini adalah sebagai berikut:

(39)

2) Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan;

3) Peningkatan dan dukungan sarana dan prasarana serta infrastruktur bidang

kesehatan secara bertahap.

5. Kebijakan Umum Strategi ke 5 (Kelima) : Menyelenggarakan sistem dan

kemitraan ekonomi kerakyatan

Kebijakan umum untuk mendukung pencapaian strategi ini adalah sebagai berikut:

1) Penguatan pilar dan fundamentasi sistem ekonomi kerakyatan yang berbasis sumber daya dan bahan baku lokal;

2) Pengembangan ekonomi kerakyatan disokong oleh industri kecil dan menengah serta koperasi yang handal;

3) Peningkatan produksi dan perluasan jaringan pemasaran dalam rangka peningkatan daya saing,

4) Pengembangan kemitraan usaha antara ekonomi kerakyatan dengan ekonomi skala besar

5) Pengembangan industri kecil dan menengah

6. Kebijakan Umum Strategi ke-6 (Keenam) : Peningkatan kapasitas aparatur

dan standar operasional birokrasi

Kebijakan umum untuk mendukung pencapaian strategi tersebut adalah peningkatan kapasitas aparatur dilakukan secara terencana dan sistematis,

dihubungkan dengan perencanaan karier untuk menghasilkan layanan dan kinerja yang lebih baik

7. Kebijakan Umum Strategi ke-7 (Ketujuh) : Peningkatan daya saing

masyarakat

Kebijakan umum untuk mendukung pencapaian strategi ini adalah sebagai berikut:

1) Peningkatan ketrampilan masyarakat yang menunjang perekonomian melalui efektifitas fungsi BLK dan sejenisnya.

2) Rekruitmen, diklat bagi tenaga penyuluh, instruktur serta fasilitator.

(40)

4) Peningkatan sarana dan prasarana, fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka penguatan dan pengembangan kapasitas

lembaga kemasyarakatan.

8. Kebijakan Umum Strategi ke-8 (Kedelapan) : Penguatan sendi budaya dan

kearifan lokal yang mendukung aktivitas pembangunan

Kebijakan umum untuk mendukung pencapaian strategi tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pengembangan dan penguatan peran budaya lokal dalam aktivitas sosial dan ekonomi kemasyarakatan;

2) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kamtibmas dan pemberantasan

3) penyakit masyarakat.

4) Pembuatan pembuatan regulasi dalam rangka penggunaan simbol-simbol adat dalam bidang seni dan budaya dalam acara-acara resmi pemerintahan

5) Pelaksanaan sosialisasi tentang budaya dan kesenian lokal dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan budaya lokal

9. Kebijakan Umum Strategi ke-9 (Kesembilan): Pengelolaan sumberdaya

alam yang

mendukung pengembangan ekonomi unggulan daerah

Terlaksananya pengelolaan sumberdaya alam yang sesuai dengan arahan rencana tata ruang wilayah kabupaten dan provinsi serta selaras dengan

sasaran pembangunan diharapkan dapat menumbuhkan dan mengembangkan pengembangan ekonomi unggulan daerah dalam rangka penciptaan lapangan kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan asli daerah seraya tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

Kebijakan umum untuk mendukung pencapaian strategi ini adalah:

(41)

dan pengendalian pencemaran lingkungan hidup dengan memperhatikan kesetaraan gender.

2) Pengembangan usaha sumber daya mineral dan energy dengan mewujudkan kemitraan dalam pengusahaan sumber daya mineral dan energi guna

peningkatan ekonomi rakyat dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Kebijakan umum yang pertama diharapkan sumber daya alam dapat tetap mendukung perekonomian Kalimantan Tengah dan perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengorbankan daya dukung dan fungsi lingkungan hidupnya, agar kelak tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.Kebijakan kedua diharapkan bahwa pemanfaatan sumber daya mineral dan energy secara bersama-sama memberikan peningkatan ekonomi rakyat dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3.2.2.2 Program Pembangunan Daerah

Berbagai program prioritas yang telah terpilih melalui beberapa tahap pembahasan pada masing-masing strategi dinamakan program pembangunan daerah. Program pembangunan daerah adalah program prioritas untuk mencapai visi dan misi pembangunan jangka menengah daerah. Program pembangunan daerah dibuat di masing-masing strategi untuk menunjukkan cerita strategi dan kelogisannya mencapai sasaran terkait.

A. Program Pembangunan Daerah Strategi 1 (Pertama) Peningkatan

infrastruktur kota Buntok, kecamatan dan desa.

Program pembangunan daerah yang dilakukan untuk mencapai strategi tersebut diatas adalah:

1) Program Penyusunan Sistem Transportasi

2) Program Penyusunan Sistem Komunikasi dan Informatika 3) Program Pembangunan Jalan dan Jembatan

4) Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

(42)

7) Program Pembangunan/Pengadaan Sarana dan Prasarana Komunikasi Dan Informatika

8) Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Komunikasi dan Informatika

9) Program Peningkatan Pelayanan Perhubungan

10.)Program Peningkatan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan 11).Program Peningkatan Prasarana dan Fasilitas Transportasi Udara

B. Program Pembangunan Strategi 2 (Kedua) : Pengembangan infrastruktur

pengairan

Strategi ini dilakukan dengan membangun dan memelihara infrastruktur pengairan makro dan mikro serta peningkatan pencetakans sawah. Program pembangunan daerah yang dilakukan untuk mencapai strategi tersebut di atas adalah:

1) Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya

2) Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-Gorong 3) Program Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

C. Program Pembangunan Daerah Strategi 3 (Ketiga) : Perbaikan sistem dan

akses pendidikan.

Program pembangunan daerah yang dilakukan untuk mencapai strategi tersebut

diatas adalah:

1) Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

2) Program Peningkatan Kesejahteraan Tenaga Pendidik dan Kependidikan 3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

4) Program Peningkatan Manajemen Pelayanan Pendidikan 5) Program Pengembangan Data/Informasi

6) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun 7) Program Pendidikan Menengah

(43)

9) Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendidikan 10) Program Pembangunan Jalan dan Jembatan

11) Program Pengadaan Alat Angkutan Jalan Raya 12) Program Pengadaan Alat Angkutan Air

D. Program Pembangunan Daerah Strategi 4 (Keempat) : Perbaikan sistem

dan akses kesehatan

Program pembangunan daerah yang dilakukan untuk mencapai strategi tersebut diatas adalah:

1) Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan 2) Program Upaya Kesehatan Masyarakat

3) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

4) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu Melahirkan dan Anak 5) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita

6) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia 7) Program Peningkatan Pelayanan Tenaga Kesehatan

8) Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana Dan Prasarana Tenaga Kesehatan

9) Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Kesehatan

10) Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Infrastruktur Kesehatan 11) Program Pembangunan Rumah Ibadah dan Fasilitas Sosial

E. Program Pembangunan Daerah Strategi 5 (Kelima) : Menyelenggarakan

sistem dan kemitraan ekonomi kerakyatan.

(44)

industri kecil dan menengah. Program pembangunan daerah yang dilakukan untuk mencapai strategi tersebut diatas adalah:

1) Program Peningkatan Akses Terhadap Sumber Daya Produktif 2) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

3) Program Peningkatan Iklim Usaha Yang Kondusif Bagi Koperasi dan UMKM 4) Program Penguatan Kelembagaan Koperasi

5) Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi 6) Program Penguatan Kelembagaan Koperasi

7) Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan

8) Program Pengembangan dan Pengendalian Perikanan Tangkap 9) Program Penanganan Kerawanan Pangan

10) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 11) Program Ketersediaan dan Cadangan Pangan

12) Program Peningkatan Daya Saing SDM Koperasi dan UMKM 13) Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan 14) Program Penganekaragaman dan Keamanan Pangan

15) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian 16) Program Peningkatan Kesempatan Kerja

17) Program Peningkatan Peran Perempuan Di Perdesaan 18) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Perkebunan

19) Program Peningkatan Produksi Pertanian 20) Program Peningkatan Produksi Perkebunan

21) Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian

22) Program Pemberdayaan Penyuluh Perkebunan Lapangan 23) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

24) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan 25) Program Pengembangan Wirausaha

(45)

30) Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan 31) Program Penumbuhan Industri Agro

32) Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya 33) Program Peningkatan Daya Saing Produk Perikanan

34) Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan 35) Program Distribusi dan Pangan

36) Program Penyelenggaraan Penyuluhan

37) Program Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan

38) Program Peningkatan Efesiensi Perdagangan Dalam Negeri

F. Program Pembangunan Daerah Strategi 6 (Keenam) : Peningkatan

kapasitas aparatur dan standar operasional birokrasi.

Program pembangunan daerah yang dilakukan untuk mencapai strategi tersebut diatas adalah:

1). Program Peningkatan Kapasitas Aparatur

G. Program Pembangunan Daerah Strategi 7 (Ketujuh): Peningkatan Daya

Saing Masyarakat

Program pembangunan daerah yang dilakukan untuk mencapai strategi tersebut diatas adalah:

1) Program Pendidikan Non Formal

2) Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya)

3) Program Peningkatan Kualitas dan Produktifitas Tenaga Kerja 4) Program Peningkatan Kesempatan Kerja

5) Program Peningkatan Iklim Usaha Yang Kondusif Bagi Koperasi dan UMKM 6) Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan 7) Program Peningkatan Akses Terhadap Sumberdaya Produktif

(46)

9) Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan 10) Program Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan Budaya

11) Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan

12) Program Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan

Hidup Pemuda

13) Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga 14) Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan

15) Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Desa 16) Program Pengembangan Produk dan Pemasaran Bagi Koperasi dan UMKM

H. Program Pembangunan Daerah Strategi ke-8 (Delapan) : Penguatan seni

budaya dan kearifan lokal yang mendukung aktivitas pembangunan

Program pembangunan daerah yang dilakukan untuk mencapai strategi tersebut di atas adalah:

1) Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan

2) Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat (Pekat) 3) Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan 4) Program Pemeliharaan Kamtibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal 5) Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan

6) Program Pengembangan Kekayaan dan Keragaman Budaya

7) Program Pendidikan Politik Masyarakat

8) Program Pengelolaan Kekayaan dan Keragaman Budaya

I. Program Pembangunan Daerah Strategi ke-9 (Kesembilan ): Penataan Tata

Ruang untuk pengelolaan sumberdaya alam dan energi yang mendukung

pengembangan ekonomi unggulan daerah dan keberlanjutan lingkungan

hidup Program pembangunan daerah yang dilakukan untuk mencapai strategi ini adalah:

1) Program Pengembangan Cluster Ekonomi 2) Program Perencanaan Tata Ruang

(47)

4) Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang

5) Program Peningkatan Kota Buntok Sebagai Pusat Kegiatan Wilayah yang

melayani kegiatan skala provinsi dan beberapa kabupaten/kota 6) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

7) Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Hidup

8) Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumberdaya Mineral Dan Batubara, Migas Dan Panas Bumi

9) Program Penyiapan Pengembangan Wilayah Pertambangan 10) Program Mitigasi dan Adaptasi Bencana serta Perubahan Iklim

11) Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagaan Listrikan dan Energi

Ringkasan kebijakan umum dan program pembangunan masing-masing strategi dapat dilihat

pada Tabel 7.2 berikut ini.

Tabel 3.2

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah

Strategi 1 : Peningkatan Infrastruktur Kota Buntok, Kecamatan dan Perdesaan

Kebijakan Umum Program Pembangunan Daerah prioritas pada daya

ukungnya bagi

pengembangan ekonomi lokal dan kerakyatan

1) Program penyusunan sistem transportasi

2) Program penyusunan

Sistem Komunikasi

dan Informatika

 Perda/Perkada Sistem

Komunikasi & Informatika

Kendaraan Roda 4 menuju Pemukiman

 Panjang jalan dilalui

kendaraan Roda 4

menuju kegiatan produksi·

 Jumlah jembatan yang

Dinas Pekerjaan

(48)

menghubungkan antar daerah produksi

 Jalan penghubung dari

kabupaten ke ibukota

provinsi, antar kabupaten/

kota, dari dan ke

kecamatan /desa

4) Program rehabilitasi/ Pemeliharaan rutin jalan dan jembatan

 Jumlah

perbaikan-perbaikan jalan

· Jumlah tower komunikasi ·Dinas

Perhubungan,

· Jumlah penumpang yang di layani per-tahun

· Jumlah master plan · Jumlah perencanaan

Strategi 2 : Pengembangan infrastruktur pengairan dan pengembangan energi kelistrikan

Kebijakan Umum Program Pembangunan Daerah

Indikator SKPD

Gambar

Gambar 3.2 Peta Strategi Kementerian PUPR 2015-2019
Gambar 3.3 Strategi Gerakan Nasional 100-0-100
Gambar 3.2 Keterpaduan Pembangunan
Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR 2015-2019
+2

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kortisol pada kedua kelompok yang diberi obat analgetik ketorolak ataupun kelompok yang diberi

pengajuan pembebasan bersyarat, AHM mengumpulkan Foto Copy KTP Istrinya selaku penjamin dan Foto Copy Kartu Keluarga (KK) sedangakn SANH mengumpulkan Foto Copy KTP ibu kandungnya

Gambar 3.10 Emisi CO 2 dari hutan di Indonesia (Sumber : Hasil perhitungan) Emisi CO 2 dari kebakaran hutan dan pembukaan lahan ditunjukkan pada Tabel 3.3 [Siti Asiati, dkk,

Abstrak : Berdasarkan hasil wawancara mengenai mata pelajaran pengetahuan kelainan kulit dengan beberapa guru di SMK Negeri 2 Ponorogo diperoleh informasi bahwa

beberapa kesimpulan bahwa Perangkat pembelajaran berorientasi inkuiri terbimbing yang telah dikembangkan layak untuk digunakan dalam pembelajaran biologi, dan efektif

Sebuah tag RFID selangkah lebih maju dengan mengemisikan sebuah nomor seri unik di antara jutaan obyek yang identik, sehingga ia dapat mengindikasikan “Ini

besi cor yang mana membuat kualitas produk rendah karena adanya bagian permukaan dari molten metal yang meleleh menempel pada permukaan pipa.. rendah dan umur

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh Pelayanan, sanksi dan pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan dalam melakukan pembayaran Pajak Bumi dan