RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013
Dalam mewujudkan pembangunan permukiman yang bersih, indah,
sehat dan nyaman harus disiapkan pula kerangka pengamanannya. Upaya
yang perlu dilakukan dalam menunjang hal tersebut apabila terbentuknya
safeguard pada kawasan permukiman tersebut. Dengan adanya safeguard
tersebut, maka akan menjamin terwujudnya kawasan permukiman
sebagaimana diidam-idamkan penghuninya. Orang yang bertempat tinggal
pada kawasan permukiman tersebut, tentu saja tidak ingin terganggu oleh
berbagai bentuk gangguan baik dalam bentuk kebisingan maupun limbah
dan sampah yang akan timbul di permukiman meraka.
Dalam upaya mewujudkan lingkunga yang bersih, sehat, indah dan
nyaman perlu adanya komitmen bersama pada setiap kawasan permukiman
dari setiap anggota masyarakatnya. Adapun hal-hal yang perlu mendapatkan
komitmen bersama setiap anggota masyarakat, khususnya dalam menjaga
kawasan permukiman dapat diuraikan sebagai berikut :
12.1. Safeguard Lingkungan
Kabupaten Merangin memiliki potensi sumberdaya alam (SDA)
cukup melimpah. Namun demikian, keberadaan sumberdaya tersebut
belum mampu dikelola dengan baik sejak beberapa dasawarsa terakhir
ini. Dalam pengelolaan SDA terlihat belum dibarengi dengan
pengelolaan dampak yang ditimbulkan secara memadai, sehingga
muncul anggapan bahwa SDA dikelola tanpa mempertimbangkan
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 304 konsekuensinya kegiatan eksploitasi SDA di daerah ini belum
sepenuhnya memperhatikan aspek keberlanjutannya. Oleh karena itu,
pemanfaatan SDA sering menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan, baik secara parsial maupun meluas ke berbagai daerah.
Kerusakan lingkungan secara umum diakibatkan karena
ketidak tahuan, kealpaan, ketidak pedulian, keserakahan, dan
kesalahan kebijakan yang diterapkan dalam kegiata itu. Dalam konteks
ini, kerusakan lingkungan sudah saatnya harus ditangani secara
bersama-sama, baik oleh eksekutif, legislatif, dunia usaha, dan bahkan
masyarakat luas.
Isu kritis lingkungan di Kabupaten Merangin adalah kerusakan
akibat aktifitas penambangan emas tanpa izin (PETI) dan
penambangan bahan ga,ian C secara illegal. Kedua akitifitas ini
mencakup luas lahan sekitar 613.000 hektar, meliputi Kecamatan Tabir,
Tabit Timur, Tabir Ilir, Tabir Ulu, Tabir Selatan, Bangko, Nalo Tantan,
Pamenang, Pamenang Barat, Renah Pamenang, Pamenang Selatan,
Pangkalan Jambu, Sungai Manau dan Renah Pembarap. Para
penambang tersebut dalam menjalankan kegiatannya telah
memanfaatkan air baik yang besumber dari aliran sungai maupun air
jebakan untuk media pembuangan limbah. Di sisi lain, sungai
merupakan bagian terpenting bagi kehidupan masyarakat setempat,
terutama untuk mendukung kehidupan sehari-hari seperti mencuci,
mandi, air minum, dan bahkan untuk keramba ikan. Sebagai akibat
kegiatan PETI dan penambangan liar ini, telah menjadikan fungsi
lingkungan di sekitar kegiatan menjadi terganggu, yaitu:
(1) berubahnya rona awal lingkungan, berupa lubang-lubang terbuka
yang ditinggalkan oleh para penambang.
(2) Tercemarnya air sungai dan air permukaan yang berpengaruh juga
terhadap biota air.
(3) Rusaknya ekosistem lingkungan sekitar lokasi kegiatan PETI dan
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 305 Secara rinci masalah lingkungan terdampak oleh PETI dan
penambangan galian C illegal dapat dikelompokkan menjadi 6 (enam)
aspek, yaitu:
(1) Ekologi. Kerusakan ekologi diakibatkan oleh terganggunya
ekosistem, kerusakan penutupan vegetasi hutan, vegetasi perdu
dan lahan terbuka, sehingga terjadi penurunan keragaman spesies
flora dan hilangnya habitat yang ada di sekitar lokasi
penambangan. Gangguan ekologis disebabkan pula oleh
penggunaan merkuri/air raksa yang tidak terkontrol, sehingga
menyebabkan pencemaran pada air dan tanah, kondisi ini
berdampak pada kesehatan manusia dan/atau makhluk hidup
lainnya yang hidup disekitarnya.
(2) Sosial Budaya. Praktek PETI dan penambangan galian C liar
membawa dampak sosial seperti munculnya kegiatan prostitusi,
perjudian, penjualan minuman keras (miras), dan peningkatan
kriminalitas.
(3) Hukum. Kegiatan PETI dan penambangan galian C liar dapat
berlangsung dan sulit dihapuskan karena adanya oknum-oknum
dari aparat Pemerintah Daerah yang turut mendukung (backing)
praktek itu. Hal ini tentu menimbulkan masalah hukum di
Kabupaten Merangin.
(4) Ekonomi. Pihak-pihak yang paling dirugikan oleh kegiatan PETI
dan penambangan galian C liar terutama adalah pemerintah
daerah, yaitu dalam bentuk hilangnya royalti, pajak, dan PAD.
Selain itu, masyarakat setempat tidak pula merasakan manfaat
dengan kehadiran PETI dan penambangan galian C liar tersebut.
(5) Kelembagaan. Dampak yang timbul pada lembaga yaitu
ketidakjelasan kewenangan atau tanggungjawab dalam
penanganan PETI dan penambangan galian C liar, karena
kegiatan itu bersifat ilegal.
(6) Manajemen. PETI dan penambangan galian C liar melakukan
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 306 efesien dan tidak pula dikelola dengan baik, sebagai akibatnya,
PETI tidak memperhitungkan dampak lingkungan yang ditimbulkan
dari kegiatan eksporasi dan/atau eksploitasi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
dampak negatif praktek PETI dan penambangan galian C liar lebih
banyak dibandingkan dengan dampak positifnya. Dampak negatif yang
dimaksud antara lain :
(1) suhu tanah meningkat, sehingga terjadi penurunan kesuburan
lahan;
(2) fungsi dan bentuk lahan berubah;
(3) akumulasi senyawa beracun semakin dekat ke permukaan tanah
dan beraaneka ragam;
(4) populasi hama meningkat;
(5) jenis biota tertentu menjadi punah;
(6) ekosistem air/sungai semakin rusak;
(7) kualitas air secara umum menurun;
(8) limbah batu/material galian semakin menumpuk.
Dalam rangka mengantisipasi dan mengendalikan kerusakan
lingkungan yang lebih serius, pemerintah daerah telah berupaya
menyusun program-program strategis, antara lain:
(1) Peningkatan kerjasama usaha antar kelompok. Dalam program ini
pemerintah berupaya melaksanakan/mengikuti temu usaha dan
lokakarya di dalam ataupun di luar daerah, mengundang investor,
dan melakukan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan
dunia usaha.
(2) Pamanfaatan SDA secara optimal namun seimbang dan ramah
lingkungan. Program utama di sini mencakup upaya melakukan
penyuluhan kelestarian lingkungan, peningkatan kinerja aparatur
pengelolaan SDA dan lingkungan, pengawasan dan pembinaan
terhadap industri pengelola SDA, inventarisasi perizinan dalam
pengelolaan SDA, reboisasi dan rehabilitasi lingkungan, dan
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 307 (3) Pemberhentian eksploitasi SDA ilegal. Upaya yang telah dilakukan
oleh pemerintah daerah yaitu dengan merazia kegiatan ilegal
tersebut.
(4) Penanganan dan pemecahan masalah dari kegiatan pembalakan
(illegal logging) dan PETI. Dalam konteks ini, solusi yang diberikan
oleh pemerintah yaitu memberikan bimbingan dan penerangan
lepada para pelaku kegiatan ilegal akan dampak dan bahaya yang
timbal terhadap lingkungan, dan memberikan alternatif dalam
mencari sumber kehidupan.
Melalui langkah-langkah operasional yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Merangin tersebut, diharapkan terjadinya
kerusakan lingkungan secara cepat mapun lambat dapat dikurangi.
Walaupun terjadinya kerusakan ini tidak dapat dihindarkan, baik melalui
kegiatan illegal maupun terprogram oleh pemerintah, tetapi secara lebih
jauh lagi, dampak yang timbul dapat diminimalkan. Sehingga tatanan
kehidupan masyarakat betul-betul dapat dihindarkan dari pengaruh
rusaknya lingkungan.
12.2. Penilaian Dampak Lingkungan dan Sub Proyek
Beranjak dari isu pokok sebagaimana diuraikan di atas, penilaian
terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh PETI dan
penambangan galian C liar dapat dilakukan pada setiap komponen
lingkungan, termasuk diantaranya adalah komponen sosial ekonomi
dan budaya ( sosekbud ), komponen kualitas udara, komponen fisika
kimia, dan komponen biologi.
Dampak sosekbud akibat PETI dan penambangan galian C liar
terlihat dengan masuknya masyarakat pendatang di daerah PETI dan
penambangan galian C liar, sehingga kultur budaya setempat berubah.
Secara spesifik perubahan yang terjadi yaitu munculnya praktek
prostitusi dan kegiatan asusila lainnya, perjudian, dan penggunaan
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 308 memegang peranan penting, diantaranya lembaga adat, tokoh
masyarakat, dan aparat pemerintah. Upaya persuasif perlu juga
dilakukan kepada para pelaku penambang ilegal. Penegakkan hukum
secara konsekuen dan konsisten harus dilakukan oleh pemerintah
daerah.
Dampak sosial lain yaitu hilangnya mata pencaharian penduduk
setempat, terutama yang berladang/berkebun/bersawah, karena lahan
mereka dijadikan kegiatan PETI dan areal penambangan galian C liar.
Dalam isu ini, masyarakat memerlukan matapencaharian alternatif
untuk menopang kehidupannya, oleh karena itu pemerintah perlu
melakukan kajian ekonomis dan memfasilitasi masyarakat untuk
mendapatkan sumber pencaharian baru. Penurunan kualitas udara
akibat kegiatan PETI dan penambangan galian C liar merupakan
dampak negatif yang ditimbulkan oleh pengoperasian mesin dompeng
dan penambang pasir liar. Alat ini menghasilkan emisi gas buang
seperti CO, SO2, metan dan Nox. Selain emisi gas buang, peralatan
yang digunakan dalam kagiatan PETI dan penambangan galian C liar
menimbulkan juga peningkatn debu di udara, sehingga kualitas udara
menurun. Kebisingan merupakan dampak lain dari penggunaan
alat-alat penambangan tersebut. Kondisi fisika-kimia sistem hidrologi di
daerah PETI dan penambangan galian C liar merupakan komponen
lingkungan yang juga mengalami degradasi kualitasnya. Perubahan itu
dapat dilihat dari beberapa parameter fisika dan kimia air yang
dianalisis dari contoh-contoh air Sungai Tabir seperti Dam Sesah,
Kecamatan Margo Tabir (sampel 1), Dam Betuk Kecamatan tabir Lintas
(sampel 2), dan Sungai Mesumai di Sungai Manau (sampel 3). Analisis
dilakukan pula dari contoh-contoh air yang diambil dari Sungai Mesumai
di Sungai manau (sampel 1), Sungai Tabir di Tanjung Ilir (sampel 2),
dan Sungai Belengo di Pamenang barat. Hasil analisis sampel-sampel
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 309
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 310
Perubahan kondisi lingkungan di lokasi PETI, penambangan
galian C illegal dan sekitarnya terlihat juga pada komponen biologi.
Pembersihan/pembukaan lahan telah mengakibatkan hilangnya
beberapa jenis vegetasi, dan suksesi alamiah di daerah ini biasanya
sulit terjadi. Terkait dengan kondisi ini, maka diperlukan upaya
revegetasi yang memerlukan studi lanjut guna mendapatkan jenis
tanaman yang sesuai dengan jenis lahan. Selain vegetasi, fauna yang
hidup di daerah itupun terkena dampak langsung dari kegiatan PETI,
karena areal tempat hidupnya semakin berkurang, yang berarti pula
lahan tempat mencari makan semakin menyusut. Akibat jangka panjang
dari perubahan kondisi ini tentu terkait dengan kemampuan fauna untuk
mempertahankan generasi semakin berkurang, sehingga populasi jenis
hewan tertentu di masa mendatang akan mengalami penurunan.
Dampak negatif terhadap kehidupan flora dan fauna tidak hanya
terlihat di lingkungan daratan, tetapi dialami juga oleh biota air. Hal itu
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 311 mengakibatkan penurunan kualitas air, yang terlihat dari adanya
peningkatan kekeruhan air, padatan tersuspensi, dan kandungan
minyak. Sebagai konsekuensi dari peningkatan unsur-unsur itu,
penetrasi cahaya yang diperlukan untuk proses fotosintesa biota air
semakin berkurang. Kondisi itu menyebabkan tingkat produktifitas
perairan semakin menurun pula. Penurunan tingkat prodktifitas akan
berakibat terganggunya keseimbangan level tropik pada daerah
terdampak, sehingga kelimpahan biota air pada wilayah itu akan
menurun. Persoalan lingkungan ini perlu mendapatkan perhatian ekstra
serius dari pemerintah dalam rangka mendapatkan pemecahan yang
tepat dan komprehensif.
12.3. Rencana Mitigasi dari Dampak Lingkungan
Dengan memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan oleh
PETI dan penambangan galian C illegal, Pemerintah Kabupaten
Merangin, dalam hal ini adalah Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Energi
dan Sumberdaya Mineral, telah berupaya melakukan berbagai kegiatan
dalam rangka menangani praktek pertambangan ilegal itu, diantaranya
adalah:
(1) menghibau para pelaku PETI untuk menghentikan kegiatannya;
(2) memantau dan mengawasi secara ketat segala jenis limbah yang
berasal dari kegiatan PETI dan penambangan galian C illegal;
(3) memantau dan melakukan pengecekan badan-badan air secara
periodik untuk memastikan tingkat pencemaran air tidak semakin
serius;
(4) merazia semua bentuk kegiatan ilegal yang mengeksploitasi SDA
secara sembarangan dan tidak peduli dengan dampak negatif
terhadap lingkungan;
(5) memberikan mata pencaharian alternatif bagi para pelaku PETI
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 312 Terkait dengan upaya-upaya penanganan dampak negatif tersebut,
maka dibuat strategi penaggulangannya seperti diperlihatkan pada
Gambar 12.1.
Gambar 12.1. Diagram yang Memperlihatkan Strategi Penanggulangan Dampak Negatif Terhadap
Lingkungan di daerah PETI.
Melalui skema tersebut di atas, langkah-langkah penanggulangan PETI
dan penanggulangan penambangan galian C liar dilakukan Pemerintah
Kabupaten Merangin. Langkah ini akan terus dilakukan, bahkan
disempurnakan sehingga kegiatan liar yang berkaitan dengan
penambangan dan dampaknya dapat dihindarkan secara dini. DAMPAK NEGATIF PETI
Fisik Kimia
Strategi
Rehabilitasi Dampak Kagiatan PETI dan Pemutusan Rantai Penegakan Hukum
Pemberdayaan
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 313 12.2. Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali
Kabupaten Merangin yang memiliki kepadatan penduduk yang
rendah, secara nyata masih memiliki ruang yang cukup untuk
penyediaan perumahan dan penyediaan prasarana lainnya. Namun
demikian, upaya pengadaan tanah dan permukiman warga sebagai
akibat kegiatan maupun terjadinya bencana tetap dipertimbangkan oleh
Pemerintah Kabupaten Merangin. Secara mendasar pengadaan tanah
adalah sebagai langkah yang perlu diambil dalam rangka
meningkatkan atau setidaknya memperbaiki, pendapatan dan standart
kehidupan warga yang terkena dampak akibat suatu kegiatan.
Prinsip yang diambil dalam pengadaan tanah dan permukiman
kembali ini, pada dasarnya untuk memecahkan permasalahan yang
mungkin timbul di daerah. Karena itu, secara dini harus dipikirkan agar
terlebih dulu diantisipasi sebelum muncul di lapangan. Prinsip-prinsip
yang diikuti tersebut adalah sebagai berikut :
1) Transparan. Kegiatan yang dilaksanakan harus dilakukan secara
transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak.
Informasi harus mencakup antara lain : daftar warga dan aset (
tanah, bangunan, tanaman, atau lainnya ) yang akan terkena
dampak.
2) Partisipasi. Warga yang berpotensi terkena dampak, harus terlibat
dalam seluruh tahap perencanaan, seperti penentuan lokasi
kegiatan, jumlah dan bentuk kompensasi serta tempat permukiman
kembali.
3) Adil. Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan
warga. Warga memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang
memadai, seperti tanah pengganti dan/atau uang tunai yang setara
dengan harga pasar tanah dan asetnya.
4) Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang
ditetapkan atau jika memungkinkan secara sukarela
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 314 5) Konstribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan
apabila :
Masyarakat yang terkena dampak mendapatkan manfaat yang
jauh lebih besar dibandingkan dengan harga tanah miliknya.
Tanah yang dihibahkan nilainya < 10 % dari nilai tanah,
bangunan atau aset lain yang produktif dan nilainya < 1 juta
rupiah.
Penadaan tanah yang dilakukan pemerintah Kabupaten
Merangin, secara umum masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan publik, baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun jangka
panjang. Hal ini sebagai akibat masih terbukanya peluang masyarakat
untuk mendapatkan tanah secara murah dan memenuhi perssyaratan
teknis perumahan. Sebagai akibatnya berbagai bentuk pengadaan
tanah, lebih didominasi oleh masyarakat. Sebagai gambaran terhadap
hal tersebut tercermin di bawah ini.
Tabel 12.4. Jenis dan Jumlah Pengadaan Tanah Di Kabupaten Merangin Tahun 2007
6 perseil 13.341 persil 13.347 persil
Dari gambaran sebagaimana tersebut di atas, secara jelas
bahwa untuk pengadaan tanah ini, mayoritas didominasi oleh
masyarakat, terutama untuk kebutuhan perkebunan, perumahan dan
perdagangan. Oleh karena itu, safeguard pengadaan tanah ini untuk
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 315 gesekan dalam pengadaan tanah, bak untuk kepentingan publik
maupun mendukung terciptanya kesejahteraan masyarakat masih
belum begitu mendesak.
Hal yang lebih penting dalam mendukung safeguard
pengadaan tanah ini, adalah masih banyaknya kepemilikan tanah yang
belum memeiliki kepasian hukum. Artinya, dari jumlah kepemilikan
lahan yang ada, maka mayoritas tanah yang ada masih belim memiliki
kepatian hitam diatas putihnya. Hal ini diakibatkan karena secara turun
temurun belum ada pewarisan secara surat meyurat. Sebagai akibatnya
sampai saat ini masih banyak yang belum memiliki sertitikat maupun