• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 KERANGKA KELEMBAGAAN - DOCRPIJM 1483068383BAB VI KERANGKA REGULASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "6.1 KERANGKA KELEMBAGAAN - DOCRPIJM 1483068383BAB VI KERANGKA REGULASI"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR VI | 1 6.1 KERANGKA KELEMBAGAAN

Tujuan peningkatan kelembagaan daerah terkait langsung dengan pembangunan

prasarana kota Bidang Cipta Karya, yaitu agar investasi pembangunan dapat dilaksanakan secara

optimal oleh Pemerintah Kabupaten/Kota serta terjamin keberlanjutannya. Dalam pembangunan

prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang

dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu

organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan

tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang

menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia

sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja

suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan

sebagai satu kesatuan.

Aspek kelembagaan dibahas pada masing-masing sektor pembangunan dengan

memperhatikan fungsi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan antar sektor pembangunan

prasarana kota, sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi/instansi.

Kelembagaan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah perlu dioptimalisasi dan dikoordinasikan serta

KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

B

agian ini membahas mengenai kerangka kelembagaan

(2)

LAPORAN AKHIR VI | 2 disinkronisasi uraian jabaran dari fungsi-fungsi sesuai dengan kedudukan dan tugas

masing-masing unit organisasi/instansi dan perangkatnya, guna tercapai tujuan peningkatan kelembagaan

yang mendukung kegiatan pembangunan prasarana kota termasuk didalamnya Bappeda,

Dinas-dinas, PDAM, dan lain-lain.

Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

A. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BEPPEDA)

Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Kepala Bappeda dibantu oleh

Sekretaris dan beberapa kepala bidang. Tugas dan fungsi dari masing-masing bidang adalah

sebagai berikut:

1. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan administratif kepada seluruh

unit kerja Badan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sekretariat mempunyai

fungsi :

a. Pengelola urusan umum, rumah tangga, hubungan masyarakat dan

keprotokolan;

b. Pengelola administrasi dan urusan kepegawaian;

c. Pengelola penyusunan dan pertanggungjawaban anggaran serta administrasi

keuangan.

2. Sub Bagian Perencanaan

Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas pokok menyiapkan rencana kerja dan

program kerja serta melakukan koordinasi intern tentang penyusunan program kerja

Badan serta pelaporannya.

3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok menyelenggarakan

kegiatan surat menyurat, kearsipan, urusan perlengkapan dan rumah tangga, hubungan

masyarakat serta keprotokolan serta mengumpulkan bahan, melaksanakan pelayanan

serta mengelola administratif kepegawaian.

4. Sub Bagian Keuangan

Sub Bag ian Keuang an mem puny ai tugas poko k menyusun rencana dan

pertanggungjawaban anggaran serta mengelola administrasi keuangan.

(3)

LAPORAN AKHIR VI | 3 Bidang Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan

perumusan kebijakan, melaksanakan dan koordinasi kegiatan perencanaan penelitian

dan pengembangan dibidang ekonomi, sosial budaya dan fisik prasarana dalam upaya

perencanaan pembangunan kota. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut,

Bidang Penelitian dan Pengembangan mempunyai fungsi :

a.

Penyiapan bahan dan perumusan kebijaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan dibidang ekonomi;

b.

Penyiapan bahan dan perumusan kebijaksanaan teknis dalam upaya penelitian dan pengembangan sosial budaya masyarakat;

c.

Penyiapan bahan dan perumusan kebijaksanaan teknis dalam upaya penelitian dan pengembangan fisik prasarana;

d.

Pengkoordinasi dan sinkronisasi penelitian dan pengembangan dibidang ekonomi, sosial budaya dan fisik prasarana serta pelaksanaan kerja sama

penelitian dengan lembaga-lembaga peneliti lainnya;

e.

Pelaporan hasil penelitian dan pengembangan untuk bahan perencanaan pembangunan selanjutnya.

Dalam pelaksanaanya Kepala Bidang Penelitian dan pengembangan di bantu oleh 2 Sub

Bidang, yakni :

a.

Sub Bidang Ekonomi, Sosial dan budaya mempunyai tugas pokok mengumpulkan bahan perumusan kebijaksanaan kegiatan penelitian dan

pengembangan untuk merencanakan pembangunan kota, melaksanakan dan

mengkoordinasikan penelitian serta mengadakan kerja sama penelitian dibidang

ekonomi, Sosial dan Budaya dengan lembaga-lembaga lainnya.

b.

Sub Bidang Fisik Prasarana mempunyai tugas pokok mengumpulkan bahan perumusan kebijaksanaan kegiatan penelitian dan perencanaan pembangunan

di kota, melaksanakan dan mengkoordinasikan penelitian serta mengadakan kerja

sama penelitian dibidang fisik prasarana dengan lembaga-lembaga lainnya.

6. Bidang Ekonomi

Bidang Ekonomi mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan perumusan kebijakan,

melaksanakan dan koordinasi kegiatan perencanaan pembangunan pertanian, industri,

kelistrikan, perdagangan dan penanaman modal, koperasi dan tenaga kerja serta

(4)

LAPORAN AKHIR VI | 4 Ekonomi mempunyai fungsi:

a.

Penyiapan bahan dan perumusan kebijakan, pelaksana, koordinasi perencanaan pembangunan dan pengembangan pertanian, peternakan, perikanan dan

perkebunan;

b.

Penyiapan bahan dan perumusan kebijakan, pelaksana, koordinasi perencanaan pembangunan dan pengembangan industri, perdagangan dan penanaman modal

serta koperasi dan tenaga kerja;

c.

Penyiapan bahan dan perumusan kebijakan, pelaksana, koordinasi perencanaan pembangunan dan pengembangan dunia usaha;

d.

Pelaksanaan inventarisasi permasalahan perencanaan, program dan proyek dibidang ekonomi serta perumusan kebijakan langkah-langkah pemecahannya.

Dalam pelaksanaanya Kepala Bidang Ekonomi di bantu oleh:

a.

Sub Bidang Industri dan Perdagangan dan mempunyai tugas pokok mengumpulkan bahan, melaksanakan, mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program

pengembangan dan pembangunan rencana dan program pengembangan dan

pembangunan industri dan perdagangan.

b.

Sub Bidang Pertanian mempunyai tugas pokok mengumpulkan bahan, melaksanakan, mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program pengembangan dan

pembangunan pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan.

7. Bidang Fisik dan Prasarana

Bidang Fisik dan Prasarana mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan perumusan

kebijaksanaan, melakukan dan melaksanakan, mengkoordinasikan kegiatan perencanaan

pembangunan dibidang perhubungan dan pariwisata, tata ruang dan tata guna lahan,

serta lingkungan hidup. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang Fisik dan

Prasarana mempunyai fungsi :

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksana, koordinasi rencana pembangunan

perhubungan dan pariwisata;

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksana, koordinasi rencana pembangunan

tata ruang dan tata guna lahan;

c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksana, koordinasi rencana pembangunan

(5)

LAPORAN AKHIR VI | 5 d. Pelaksana inventarisasi permasalahan, perencanaan, program dan proyek dibidang

fisik prasarana serta perumusan kebijakan langkah-langkah pemecahan;

e. Penyiapan dan koordinasi penyusunan RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kota),

RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota), RTTRK (Rencana Teknis Tata Ruang

Kota).

Dalam pelaksanaanya Kepala Bidang Ekonomi di bantu oleh :

a. Sub Bidang Perhubungan dan Pariwisata mempunyai tugas pokok mengumpulkan

bahan penyusunan perumusan kebijakan, melaksanakan dan mengkoordinasikan

rencana dan program pembangunan jalan dan jembatan, darat dan sungai, pos dan

telekomunikasi serta pariwisata.

b. Sub Bidang Tata Ruang, Guna Lahan dan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok

mengumpulkan bahan penyusunan perumusan kebijakan, melaksanakan dan

mengkoordinasikan rencana dan program pengaturan tata ruang dan tata guna lahan,

RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kota), RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota),

RTTRK (Rencana Teknis Tata Ruang Kota) serta pengaturan, pemanfaatan dan

pemeliharaan lingkungan hidup yang seimbang dan serasi.

8. Bidang Sosial Budaya

Bidang Sosial Budaya mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan perumusan kebijakan,

melaksanakan dan koordinasi kegiatan perencanaan pembangunan dibidang pendidikan,

mental spritual, pemerintahan, kesejahteraan rakyat, informasi dan komunikasi, pemuda dan

olah raga, kependudukan serta pemberdayaan masyarakat.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang Sosial Budaya mempunyai fungsi:

a.

Penyiapan bahan dan perumusan kebijakan, pelaksana, koordinasi kegiatan

b.

perencanaan pembangunan dan pengembangan pendidikan, pemuda dan olah raga, kebudayaan, agama, hukum dan pemerintahan;

c.

Penyiapan bahan dan perumusan kebijakan, pelaksana, koordinasi kegiatan perencanaan pembangunan dan pengembangan ketenagakerjaan, pemberdayaan

kemasyarakatan, kependudukan, kesehatan, perumahan rakyat dan pemberdayaan

wanita;

(6)

LAPORAN AKHIR VI | 6

e.

Pelaksana inventarisasi permasalahan, perencanaan, program dan proyek serta

perumusan kebijakan langkah- langkah pemecahan.

Dalam pelaksanaanya Kepala Bidang Ekonomi di bantu oleh:

a.

Sub Bidang Pendidikan Mental Spritual mempunyai tugas pokok mengumpulkan bahan penyusunan perumusan kebijakan, melaksanakan dan mengkoordinasikan

rencana dan program pembangunan untuk pengembangan pendidikan, pemuda dan

olah raga, kebudayaan, agama, hukum dan pemerintah.

b.

Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan dan Kependudukan mempunyai tugas pokok mengumpulkan bahan penyusunan perumusan kebijakan, melaksanakan dan

mengkoordinasikan rencana dan program pembangunan untuk pengembangan

ketenagakerjaan, pemberdayaan kemasyarakatan, kependudukan, kesehatan,

perumahan rakyat dan pemberdayaan wanita.

B. Dinas Pekerjaan Umum

Pada Dinas Pekerjaan Umum, bidang yang menangani masalah keciptakaryaan adalah Bidang

Cipta Karya dan tata Ruang. Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang dipimpin oleh Kepala Bidang yang

mempunyai Tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pekerjaan Umum dalam membina,

mengkoordinasikan, merumuskan, dan menyelengarakan serta mengevaluasi kebijakan

pemerintah daerah di Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang.

Tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang

Kabupaten Hulu Sungai Tengah antara lain :

1. Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang di Pimpin oleh Kepala Bidang

2. Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas

Pekerjaan Umum dalam membina, mengkordinasikan, merumuskan dan

menyelengarakan serta mengevaluasi kebijakan pemerintah daerah di Bidang Cipta Karya dan

Tata Ruang dan membawahi:

a. Seksi Penataan Ruang dan Bangunan;

b. Seksi Prasarana Pemukiman;

c. Seksi Prasarana Penyehatan Lingkungan.

Seksi yang berkaitan langsung dengan pengelolaan sanitasi sebagaimana tertuang dalam

Perda Nomor 11 Tahun 2011 adalah Seksi Prasarana Penyehatan dan Lingkungan dengan uraian

tugas sebagai berikut:

(7)

LAPORAN AKHIR VI | 7 a. Menyusun rencana program prasarana penyehatan lingkungan termasuk bidang air

bersih dan sanitasi.

b. Menginvetarisasi dan mendata prasarana penyehatan lingkungan termasuk bidang air

bersih dan sanitasi yang telah ada.

c. Penyuluhan/sosialisasi peletakan prasarana penyehatan lingkungan termsuk bidang air

bersih dan sanitasi pada lokasi yang akan di bangun.

d. Memberikan bimbingan teknis kepada masyrakat mengenai penyehatan llingkungan

termasuk bidang Air Bersih dan sanitasi berdasaran petunjuk untuk meningkatkan

peran serta mereka dalam pemeliharaan lingkungan.

e. Pelaksanaan dan peremajaan prasarana penyehatan lingkungan termasuk bidang air

bersih dan sanitasi perkembangan kota dan desa.

f. Pengendalian dan pengawasan prasarana penyehatan lingkungan termasuk bidang air

bersih dan sanitasi pada lokasi yang sudah di bangun/belum di bangun.

g. Membuat jadwal kegiataan bidang prasarana penyehatan lingkungan termasuk

bidang air bersih dan sanitasi.

h. Berkerjasama dengan seksi lain baik lisan maupun tertulis sehingga dalam

peleksanaan pekerjaan berjalan lancar.

i. Memberikan nilai DP-3 kepada bawahn berdasarkan prestasi kerja.

j. Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh atasan.

2. Tugas Pokok dan Fungsi Pelaksana Seksi Prasarana Penyehatan Lingkungan menangani

Pemeroses Gambar Rencana / Desain, antara lain:

a. Membantu menyusun rencana program bidang Air bersih perkotaan.

b. Membantu Menginvetarisasi sarana dan prasarana air bersih di daerah perkotaan.

c. Membantu pelaksanaan dan pengawasan penurunan tingkat kebocoran air termasuk

rehabilitasi atau bangunan baru dan system pengolahan air bersih serta system

jaringan pipa transmisi ,distribusi dan tersier.

d. Membantu pelaksanaan pembangunan kawasan baru yang belum terlayani system

jaringan pipa distribusi dan tersier termasuk pelayanan sambungan rumah dan

Hydrant umum,terminal air dan hydrant kebakaran.

e. Membantu memberikan bimbingan teknis kepada masyarakat mengenai penyehatan

lingkungan berdasarkan petunjuk untuk meningkatkan peran serta mereka dalam

(8)

LAPORAN AKHIR VI | 8 f. Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh atasan.

3. Tugas Pokok dan Fungsi Pelaksana Seksi Prasarana Penyehatan Lingkungan menangani

Pengawasan dan Perencanaan Prasarana Penyehatan Lingkungan, antara lain :

a. Membantu menyusun rencana program bidang sanitasi.

b. Membantu menginventaarisasi sarana dan prasarana sanitasi.

c. Membantu pelaksanaan dan pengawasan sistem pelayanan pengolahan limbah dan

peningkatan serta pemeliharaannya.

d. Membantu memberikan bimbingan teknis kepada masyarakat mengenai penyehatan

lingkungan berdasarkan petunjuk untuk meningkatkan peran serta mereka dalam

pemeliharaan lingkungan.

e. Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh atasan.

4. Tugas Pokok dan Fungsi Pelaksana Seksi Prasarana Penyehatan Lingkungan menangani

Survey pada Seksi Prasarana Penyehatan Lingkungan, antara lain :

a. Membantu menyusun rencana program bidang air bersih dan perdesaan.

b. Membantu menginventaarisasi sarana dan dan prasarana air bersih di daerah

perdesaan.

c. Membantu pelaksanaan dan pengawasan rehabilitasi atau bangunan baru dan system

pengolahan air bersih, serta system jaringan pipa transmisi, distribusi dan tesier di

daerah perdesaan.

d. Membantu pelaksanaan pembangunan kawasan baru yang belum terlayani sistem

penyediaan air bersih.

e. Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh atasan.

Berikut struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat dilihat

(9)

LAPORAN AKHIR VI | 9 Gambar 6.1

Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kab. Hulu Sungai Tengah

C. Badan Pengelola Lingkungan Hidup

Badan ini merupakan salah satu instansi yang mengurusi bidang keciptakaryaan, khususnya

bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman, terutama menyangkut masalah air limbah dan

persampahan. Bidang yang menangani adalah Bidang Pengelolaan Limbah Domestik dan

Bukan Domestik. Bidang ini terdiri dari dua sub bidang, yaitu Subbid Kebersihan dan

Pertamanan serta Subbid Pengelolaan Limbah Domestik dan Bukan Domestik. Bidang

Pengelolaan Limbah Domestik dan Bukan Domestik mempunyai Tugas melaksanakan sebagian

tugas BPLH dalam melaksanakan dan mengatur Pengelolaan Limbah Domestik termasuk

penataan taman dan kebersihan kota sebagaimana di atur dalam Peraturan Bupati Hulu

Sungai Tengah Nomor 48 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan

Pengelola Lingkungan Hidup Hulu Sungai Tengah sebagaimana tertuang dalam paragraf 2 Bidang

Pengelolaan Limbah Domestik dan Bukan Domestik Pasal 10, yaitu:

Pasal 10

(1) Bidang Pengelolaan Limbah Domestik dan Bukan Domestik di Pimpin oleh Kabid.

(2) Bidang Pengelolaan Limbah Domestik dan Bukan Domestik mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tigas BPLH dalam melaksanakan dan mengatur Pengelolaan

(10)

LAPORAN AKHIR VI | 10 (3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana di maksud pada ayat (2) Bidang Pengelolaan

Limbah Domestik dan Bukan Domestik menyelengarakan Fungsi :

a.

Penyusunan rencana program dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah domestik dan bukan domestik serta penataan pertamanan dan kebersihan di

Kabupaten Hulu Sungai Tengah

b.

Pengkoordinasian program dan kegiatan pengelolaan limbah domestik dan bukan domestik serta penataan pertamanan dan Kebersihan kota

c.

Pengelolaan adminitrasi kegiatan.

(4) Uraian Tugas Bidang Pengelolaan Limbah Domestik dan Bukan Domestik sebagaimana di

maksud dalam ayat (2) di rinci sebagai berikut :

a. Menyiapkan penyusunan program bidang pengelolaan sampah ,limbah domestik dan

bukan domestik berdasarkan program program kerja BPLH sebagai pedoman

pelaksanaan tugas;

b. Mendistribusikan tugas kepada semua pegawai sesuai dengan bidang tugas masing

masing;

c. Mengatur pengawasan Pengelolaan Sampah, Limbah, Pemulihan akibat pencemaran,

Limbah berbahaya dan sistim tanggap darurat;

d. Memberikan petunjuk dan arahan pengelolaan kebersihan dan pertamanan serta

limbah domestik dan bukan domestik;

e. Memberikan rekomondasi ijin pengumpulan limbah B3 kecuali minyak pelumas/oli bekas

dan penyimpanan sementara limbah B3 skala Kabupaten;

f. Menerima, melaporkan dan menindaklanjuti pengaduaan masyarakatdi bidang

pengelolaan kebersihan dan limbah;

g. Mengatur, mendistribusikan dan mengkoordinasikan tugas-tugas bawahan sesuai

dengan bid angnya masing masing;

h. Memberika petunjuk dan bimbingan teknis serta pengawasan kepada bawahan;

i. Menyiapkan bahan penegakan hokum pelaku pelanggaran pembuangan Limbah B3

j. Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas sebagai pertanggungjawaban dan bahan

masukan bagi tingkat organ isasi di atasnya;

k. Melaksanakan tugas lain yang di berikan yang di berikan oleh tingkat organisasi di

atasnya untuk kelancaran tugas bidang kebersihan dan pertamanan.

(11)

LAPORAN AKHIR VI | 11 a. Sub Bidang Kebersihan dan Pertamanan.

b. Sub Bidang Pengelolaan Limbah Domestik dan Bukan Domestik.

Pasal 11

(1) Sub Bidang Kebersihan dan Pertamanan di pimmpin oleh Kasubid

(2) Sub Bidang Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

Bidang Pen gelolaan Limbah Domestik dan Bukan Domestik dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan pengelolaan kebersihan dan Pertamanan di wilayah Kota Barabai termasuk

pengelolaan sampah di TPS maupun di TPA

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana di maksud pada ayat (2), Sub Bidang Kebersihan

dan Pertamanan menyelengarakan fungsi:

a.

Pengelolaan Kebersihan dan Pertamanan Kota Barabai

b.

Pengelolaan sampah di TPS maupun TPA

c.

Pengkoordinasian kebijakan Teknis Kebersihan dan Pertamanan Kota Barabai;

d.

Penataan Taman Kota Barabai

(4) Uraian tugas Sub Bidang Kebersihan dan Pertamanan sebagaimana di maksud pada ayat

(2) di rinci sebagai berikut :

a.

Menyusun rencana kegiatan Sub Bidang Kebersihan dan pertamanan berdasarkan program kerja BPLH sebgai pedoman pelaksanaan tugas;

b.

Mendistribusikan tugas kepada semua pegawai sesuai dengan bidang tugas;

c.

Memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan agar pelaksanaan tugas sesuai denga prosedur dan rencana program yang telah di tetapkan;

d.

Melaksanakan pemeliharaan, pengawasan dan pengendaliaan kebersihan persampahan lingkungan pasar, jalan, bahu jalan, saluran drainase dan RTH;

e.

Melaksanakan pemeliharaan trotoar, media jalan tugu, lampu hias, lampu taman, pot kembang, tanaman pelindung dan tanaman peneduh;

f.

Mengatur, mengendalikan, memantau dan mengelola angkutan sampah serta kegiatan yang berhubungan dengan pemrosesan akhir sampah;

g.

Membuat rencana pendapatan daerah yang bersumber dari ristribusi persampahan

h.

Menyiapkan segala keperluaan sarana dan prasarana dalam rangka pengelolaan

kebersihan dan pertamanan.

(12)

LAPORAN AKHIR VI | 12 masukan bagi tingkat organisasi di atasnya;

j.

Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh tingkat organisasi di atasnya. Pasal 12

(1) Sub Bidang Pengelolaan Limbah Domestik dan Bukan Domestik dipimpin oleh Kasubid.

(2) Sub Bidang Pengelolaan Limbah Domestik dan Bukan Domestik mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengelolaan Limbah Domestik dan Bukan Domestik

dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan Pengelolaan Limbah Domestik dan bukan

domestic di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana di maksud pada ayat (2), sub bidang

pengelolaan Limbah Domestik dan bukan Domestik menyelengarakan fungsi :

a.

Pengkoordinasian kebijakan teknis Pengelolaan Limbah Domestik dan bukan Domestik;

b.

Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi Pengelolaan Limbah Domestik dan Buka Domestik;

(4) Uraian tugas Sub Bidang Pengelolaan Limbah domestik dan bukan domestik sebagaimana

di maksud pada ayat (2) dirinci sebagai berikut:

a.

Menyusun rencana kegiatan Sub Bidang Pengelolaan Limbah Domestik dan bukan Domestik berdasarkan program kerja BPLH sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

b.

Mendistribusikan tugas kepada semua pegawai sesuai dengan pedoman tugas masing masing;

c.

Meneliti dan mengoreksi tugas semua pegawai sesuai dengan bidang tugas masing masing;

d.

Menilai prestasi kerja bawahan sesuai dengan hasil kerja yang di capai dan pedoman penilaian sebagai pertimbangan untuk pengembangan karir pegawai;

e.

Mengatur, mengendalikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanan pengelolaan limbah domestik dan bukan domestik;

f.

Melaksanakan dan mengembangkan sistem pengelolaan sampah domestik yang ramah lingkungan;

g.

Menyiapkan bahan penyuluhan/pembinaan/sosialisasi tentang limbah B3 dan melakukan koordinasi dalam penetapan tata cara pengelolaan limbah B3;

(13)

LAPORAN AKHIR VI | 13 pengendaliaan limbah;

i.

Melaksanakan pemantauan penataan ijin dan surat peryataan pelaksanaan pengelolaan limbah B3;

j.

Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh tingkat organisasi di atasnya untuk kelancaran tugas.

Struktur organisasi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat

dilihat pada gambar 6.2.

Gambar 6.2

Struktur Organisasi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kab. Hulu Sungai Tengah

D. PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah Badan

Usaha Milik Daerah yang memiliki tugas dan kewajiban dalam menyelenggarakan

pengolahan, penyediaan, serta pelayanan air bersih, melalui pengelolaan infrastruktur fasilitas air

bersih serta pengaturan sistem distribusi, dituntut untuk senantiasa dapat mengadakan

pembenahan di bidang pelayanan dengan cara mengembangkan pelayanan secara profesional

(14)

LAPORAN AKHIR VI | 14 PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah dihadapkan pada masalah yang menyangkut

pelayanan, yakni masih kurangnya kualitas pelayanan yang diberikan kepada para

pelanggannya. Karena itu, kualitas pelayanan PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang mampu

memberikan kepuasan kepada pelanggannya menjadi salah satu isu penting dalam

mewujudkan sistem pelayanan publik yang profesional dan dapat diandalkan.

Kelangsungan usaha dari Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Hulu Sungai Tengah,

sangat tergantung dari keberadaan dan kesetiaan dari para pelanggannya. Sementara di lain

pihak kesetiaan para pelanggan akan senantiasa menuntut keseimbangan adanya keunggulan

pelayanan yang makin memuaskan. Maka tidak ada pilihan lain bagi Perusahaan Daerah Air

Minum Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebagai badan usaha yang eksistensinya bergerak dalam

pelayanan publik, dituntut untuk membangun serta mengembangkan pelayanan yang

berkualitas secara terus menerus dan berkelanjutan, sehingga pada akhirnya dapat menanggulangi

berbagai keluhan atas ketidakpuasan yang selama ini dirasakan oleh para pelanggan, sekaligus

mengusahakan peningkatan kepuasan pelanggan secara nyata, tepat, dan terarah.

Untuk menunjang kinerja PDAM dalam melayani masyakarat diperlukan struktur

organisasi yang jelas sehingga dapat tercipta pelayanan yang baik kepada masyarakat. Struktur

organisasi PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah cukup memadahi baik dipandang dari sudut

kompleksitas struktur maupun ukuran kelompok manajemen. PDAM Kabupaten Hulu Sungai

Tengah berkedudukan di Kota Barbai sebagai kantor pusat dan mempunyai 6 (enam) ibukota

kecamatan (IKK), yaitu:

1. IKK Batu Benawa (Pagat)

2. IKK Ilung (Batang Alai Timur)

3. IKK Haruyan

4. IKK Pandawan

5. IKK Birayang (Batang Alai Selatan)

6. IKK Pantai Hambawang (Kasarangan)

Susunan badan pengawas dan direksi PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebagai berikut:

(15)

LAPORAN AKHIR VI | 15 Berdasarkan keputusan bupati hulu sungai tengah nomor 500/195/690/ tahun 2015 tanggal 21

Agustus 2015 tentang pengangkatan anggota badan pengawasan PDAM masa bakti 2015-2018,

ditetapkan:

Tabel 6.1

Anggota Badan Pengawasan PDAM Masa Bakti 2015-2018

Jabatan Nama Unsur Yang Diwakili

Ketua/ Anggota Ahmad Fatoni Profesional

Sekretaris/ Anggota Hamsinah Pemerintah Daerah/ Ex Officio

Kabag Hukum Setda

Anggota Yazid Fahmi Konsumen

 Direksi:

Berdasarkan keputusan bupati hulu sungai tengah nomor 500/460690 tahun 2015 tanggal 25

februari 2015 tentang pengangkatan direktur perusahaan daerah air minum (PDAM) Kabupaten

Hulu Sungai Tengah masa jabatan 2015-2019 mengangkat Rusdi Aziz, SE. MAP sebagai Direktur

PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah sampai dengan 2019. Adapun Jumlah personil menurut

jabatannya per 31 Desember 2015 sebagai berikut

1. Direktur :1

2. Kepala Bagian :3

3. Kepala seksi :8

4. Koordinator IKK :7

5. Staf BNA Barabai :16

6. Staf IKK Birayang : 4

7. Staf IKK Ilung : 4

8. Staf IKK Pagat : 5

9. Staf IKK Pandawan : 4

10. Staf IKK Pantai Hambawang : 10

11. Staf IKK Haruyan : 4

12. Staf IKK Pantai Hambawang : 6

Jumlah pegawai per 31 Desember 2015 sebanyak 68 orang, dengan tingkat pendidikan dan

(16)

LAPORAN AKHIR VI | 16 Tabel 6.2

Jumlah pegawai PDAM per 31 Desember 2015

No Pendidikan Pegawai tetap Pegawai honor/

kontrak Jumlah

1 S1/ S2 7 2 9

2 Diploma 3 - 3

3 SLTA 33 10 43

4 SLTP 4 3 7

5 SD 4 2 6

Jumlah 51 17 68

Sumber: Laporan evaluasi kinerja PDAM, 2015

Program manajemen kinerja pada dasarnya adalah sebuah proses dalam MSDM. Selain

itu penggunaan istilah “manajemen” mempunyai implikasi, bahwa kegiatan tersebut harus

dilaksanakan sebagai proses manajemen umum, yang dimulai dengan penetapan sasaran dan

di akhiri dengan evaluasi. Proses tersebut pada garis besarnya terdiri dari lima kegiatan utama

yaitu:

a. Merumuskan tanggung jawab dan tugas yang harus dicapai oleh karyawan dan rumusan

tersebut disepakati bersama.

b. Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh karyawan untuk

kurun waktu tertentu. Termasuk dalam tahap ini adalah penetapan standar prestasi dan

tolak ukurnya.

c. Melakukan “monitoring”, melakukan koreksi, memberikan kesempatan dan bantuan yang

diperlukan bawahan.

d. Menilai prestasi karyawan tersebut dengan cara membandingkan prestasi yang dicapai

dengan standar atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam tahap penilaian

ini harus tercakup pula kegiatan mengidentifikasi bidang-bidang yang ada dan dirasakan

terdapat kelemahan pada orang yang dinilai.

e. Memberikan umpan balik pada karyawan yang dinilai dengan seluruh hasil penilaian yang

dilakukan. Disini juga dibicarakan cara-cara untuk memperbaiki kelemahan yang telah

diketahui dengan tujuan meningkatkan prestasi kerja pada priode berikutnya.

Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan

kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah

(17)

LAPORAN AKHIR VI | 17 kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi

peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu

mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam

melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya

juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam

keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang

dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara

substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam

Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya

menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan. Dengan

mengacu pada tabel berikut, dapat dicantumkan penjabaran peran masing- masing instansi

dalam pembangunan bidang Cipta Karya.

Tabel 6.3.

Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya di Kabupaten Hulu Sungai Tengah

NO. INSTANSI PERAN INSTANSI DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CK

UNIT/BAGIAN YANG

MENANGANI

PEMBANGUNAN BIDANG

CK

1 Badan

Perencanaan

Pembangunan

Daerah (Bappeda)

a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksana,

koordinasi rencana pembangunan perhubungan

dan pariwisata;

b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksana,

koordinasi rencana pembangunan tata ruang dan

tata guna lahan;

c) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksana,

koordinasi rencana pembangunan dan pengaturan

lingkungan hidup;

d) Pelaksana inventarisasi permasalahan,

perencanaan, program dan proyek dibidang fisik

prasarana serta perumusan kebijakan

(18)

LAPORAN AKHIR VI | 18

NO. INSTANSI PERAN INSTANSI DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CK

UNIT/BAGIAN YANG

a) Perumusan kebijakan teknis dalam bidang

penataan ruang dan cipta karya;

b) Penyelenggaraan urusan dan pelayanan dibidang

penataan ruang dan cipta karya;

c) Perumusan dan penetapan kebijakan operasional,

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan

evaluasi terhadap pengawasan bidang penataan

ruang dan cipta karya;

a) Perumusan kebijakan teknis dalam bidang

kebersihan;

b) Perumusan dan penetapan kebijakan operasional,

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan

evaluasi terhadap pelaksanaan pengangkutan

sampah dan tempat pembuangan akhir;

c) Perumusan dan penetapan kebijakan operasional,

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan

evaluasi peningkatan kebersihan;

d) Perumusan dan penetapan kebijakan operasional,

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan

evaluasi terhadap penanggulangan dan

4 PDAM a) Menyusun perencanaan, melakukan koordinasi dan

pengawas seluruh kegiatan operasional PDAM;

b) Membina Pegawai;

c) Mengurus dan mengelola kekayaan PDAM;

d) Menyelenggarakan administrasi umum dan

keuangan;

e) Menyusun rencana strategi Bisnis 5 (lima) tahunan

(Business Plan/Corporate Plan) yang disahkan oleh

Walikota melalui usul Dewan Pengawas;

f)

Tugas Direksi PDAM

Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah didukung oleh Sumber Daya

(19)

LAPORAN AKHIR VI | 19 Cipta Karya adalah lulusan SMA dan Sarjana. Kondisi SDM di keorganisasian instansi yang

menangani bidang Cipta Karya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 6.4

Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya

Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang

Pendidikan

A. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Tujuan dari analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan

keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun

keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif keorganisasian bidang Cipta Karya

adalah sebagai berikut:

1. Struktur Organisasi

(20)

LAPORAN AKHIR VI | 20 sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk mendukung program

pembangunan khususnya Bidang Cipta Karya.

b.

Semua jabatan pada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terkait dengan bidang Cipta Karya telah terisi sehingga tidak ada perangkapan jabatan.

2. Tugas dan Fungsi Organisasi

a.

Pembagian tugas dan fungsi antara satuan kerja telah merata demikian pula wewenang dan tanggungjawab sudah jelas.

b.

Uraian tugas para pimpinan telah ada yang dirumuskan dalam SK Kepala Daerah sehingga telah jelas dan mampu menghindari kemungkinan tumpang tindih yang

tidak perlu.

3. Faktor-Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Struktur Organisasi

a.

Dari segi struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah sangat dipengaruhi dan tergantung kepada Pemerintah Pusat, dalam arti sepenuhnya

mengikuti pedoman yang diberikan oleh pemerintah Pusat.

b.

Bertambahnya jumlah penduduk serta kemampuan APBD Kabupaten Hulu Sungai Tengah sangat mempengaruhi struktur organisasi yang ada.

4. Permasalahan Dalam Keorganisasian

a.

Pengangkatan pejabat untuk menduduki jabatan tertentu dalam struktur SKPD masih menekankan pangkat/golongan.

b.

Koordinasi external antara lembaga terkait dengan bidang Cipta Karya masih kurang.

c.

Allokasi personil ke instansi sering tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan

seperti keahlian dan latar belakang pendidikan.

d.

Seringnya terjadi mutasi khususnya SDM yang memiliki kemampuan di bidang Cipta Karya ke instansi di luar bidang Cipta Karya.

e.

Kurangnya sarana dan prasarana bidang Cipta Karya seperti kurangnya sarana angkutan sampah, fasilitas sarana dan prasarana air limbah, serta saluran drainase.

f.

Terbatasnya biaya operasi dan pemeliharaan serta biaya pembangunan untuk sarana dan prasarana sanitasi.

(21)

LAPORAN AKHIR VI | 21 B. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk

mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran

produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif ketatalaksanaan bidang Cipta Karya di

Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah sebagai berikut:

1. Perda Penetapan Organisasi Pemerintah

Perda penetapan organisasi sudah menguraikan tugas pokok dan fungsi dari

masing-masing dinas/unit kerja yang ada.

2. Mekanisme hubungan kerja internal dan eksternal

Koordinasi internal didalam satuan kerja yang ada sudah dilakukan demikian pula halnya

koordinasi eksternal antara satuan kerja terkait bidang Cipta Karya namun perlu

ditingkatkan lagi.

3. Acuan PP nomor 41 tahun 2007

Organisasi bidang ke Cipta Karyaan sudah mengacu pada PP nomor 41 Tahun 2007 dan

semua sektor bidang Cipta Karya sudah masuk dalam struktur yang ada seperti bidang air

minum, air limbah, persampahan dan drainase.

4. Permasalahan dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah

Tugas, wewenang dan tanggungjawab dari tiap unit kerja sudah jelas, namun dalam

pelaksanaanya terkendala jumlah SDM yang terbatas dan kemampuan yang tidak

merata.

5. Faktor eksternal yang mempengaruhi ketata laksanaan perangkat kerja daerah

Adanya tugas-tugas lain dari Kepala Daerah yang dibebankan kepada kepala satuan kerja

di luar tugas pokok dan fungsinya.

C. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM Bidang

Cipta Karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM

Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif Sumber Daya Manusia Bidang Cipta Karya adalah

sebagai berikut:

1. Ketersediaan SDM

SDM yang tersedia belum memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas

dalam satuan kerja perangkat daerah khususnya bidang Cipta Karya.

(22)

LAPORAN AKHIR VI | 22 a. Adanya tambahan pegawai namun sering tidak sesuai dengan kebutuhan yang

diperlukan seperti keahlian dan latar belakang pendidikan

b. Pegawai yang memiliki kemampuan dibidang Cipta Karya di mutasi ke satuan kerja

yang tidak terkait dengan bidang Cipta Karya

c. Reward bagi SDM yang berprestasi dan funishment kepada SDM yang melakukan

kesalahan belum dijalankan sebagaimana mestinya

3. Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM

a. Kurangnya pelatihan serta kemauan personil untuk mengembangkan diri dan

berusaha untuk tahu dan maju khususnya pada hal-hal terkait dengan pekerjaan

yang baru

b. Adanya aturan dari Pemerintahan Pusat terkait dengan penerimaan PNS yang

memprioritaskan tenaga honor serta pengadaan tenaga medis dan tenaga guru.

D. Analisis SWOT Kelembagaan

Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang

digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang

(opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat

diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi

keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT.

Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari

peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan untuk

mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu

menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi

kelemahan untuk menjawab tantangan yang ada (strategi W-T).

Berdasarkan informasi serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM

bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis

(23)

LAPORAN AKHIR VI | 23

b. Pengembangan SPAM untuk

seluruh kota

d. Kesempatan kerjasma dg

perusahaan swasta dalam

memanfaatkan dana CSR

e. Adanya kesempatan untuk

mengikuti Bimtek dari pusat

terkait dengan tugas pokok

dan fungsi

f. Adanya kesempatan

mendapatkan bantuan hibah

dari lembaga donor (Ausaid,

penduduk dan Pesatnya

perkembangan daerah

urban mengakibatkan

beban prasarana dasar

khususnya sanitasi semakin

berat dan tidak terkontrol

b. Kondisi topografi relatif

datar sehingga menyulitkan

pengaliran sistem drainase

dan air limbah dengan sistem

grafitasi

mempunyai kewenangan yang

a. Segera menyiapkan

persaratan/ dokumen yang

dibutuhkan

pemerintah pusat dan

lembaga donor sebagai

a. Meningkatkan sosialisasi

kepada masyarakat dan

(24)

LAPORAN AKHIR VI | 24 kuat karena ditetapkan ber

dasarkan Perda

b. Tersedianya dokumen

perencanaan yg cukup

lengkap seperti RPJMD,

RISPAM, SSK, SPPIP, Bisnis

plan PDAM dll

c. Pembagian tugas dan fungsi

antara satuan kerja telah

merata demikian pula

wewenang dan

tanggungjawab sudah jelas

d. Uraian tugas para pimpinan

telah ada yang dirumuskan

dalam SK Walikota sehingga

telah jelas dan mampu

pengembang terkait dengan

isu lingkungan.

c. Memberikan kesempatan

seluasluasnya kepada

pegawai untuk mengikuti

pelatihan/bimtek

d. Meningkatkan disiplin dan

motivasi kerja kepada

pegawai dengan menerapkan

sistem reward dan

funishment

e. Penempatan personil yang

tepat sesuai dengan

keahlian dan latar belakang

pendidikan

c. Penerapan teknologi yang

tepat untukmenghadapi

kondisi topograpi yang ada

KELEMAHAN (W)

a. Koordinasi external antara

lembaga terkait bidang Cipta

pengelolaan kawasan masih

kurang.

c. Kinerja lembaga pengelola

bidang cipta karya belum

a. Meningkatkan kinerja lembaga-

lembaga yang terkait dengan

bidang Cipta karya

b. Pengadaan pegawai yang

memiliki pendidikan dan

kemampuan di bidang Cipta

Karya

c. Menerapkan reward dan

funishment kepada pegawai.

d. Menerapkan program karier

pegawai

e. Campaign kepada pengambil

keputusan terkait (DPR dan

eksekutip) terkait dengan

a. Meningkatkan kinerja

pegawai dalammelasanakan

fungsi

koordinasi dan penyuluhan

kepada masyarakat

b. Meningkatkan kinerja

pembiayaan bidang Cipta

karya dg memanfaatkan

dana dari masyarakat,

swasta/CSR,

pemerintah pusat, dan

lembaga donor dalam

pengembangan sanitasi.

c. Memperbaikikinerja sistem

(25)

LAPORAN AKHIR VI | 25 maksimal

d. Dukungan dana APBD untuk

operasi & pemeliharaan serta

pembangunan sanitasi sangat

kurang

SDM yang tersedia kurang

memadai baik dari segi

jumlah maupun kualitas

khususnya dalam bidang

Cipta Karya

f. Kurangnya sarana dan

prasarana bidang Cipta

Karya seperti sarana &

prasarana persampahan, air

limbah, drainase.

g. Jangkauan pelayanan

sarana dan prasarana kota

belum memadai dan

merata.

h.Allokasi pegawai ke

instasi tidak sesuai dengan

yang dibutuhkan

i. Adanya mutasi pegawai

yang memiliki

kemampuan di bidang

Cipta Karya ke instansi di

luar Cipta Karya

j. Pemberian reward bagi SDM

belum berjalan

sebagaimana mestinya

e. Law Inforcement dalam

penegakan hukum terkait

lingkungan.

isu lingkungan. mencegah allokasi pegawai

yang tidak sesuai dengan

kebutuhan s e r t a m u t a s i

(26)

LAPORAN AKHIR VI | 26  RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

A. Rencana Pengembangan Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana

pengembangan keorganisasian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah sebagai berikut:

1.

Meningkatkan kinerja manajemen bidang ciptakarya dalam perencanaan, pelaksanaan dan monev.

2.

Mengalokasikan dana APBD yang ada didukung dengan sumber pendanaan lainnya seperti dari APBD Provinsi, APBN Pusat, swasta melalui dana CSR serta lembaga donor

untuk meningkatkan pelayanan san itasi.

3.

Bekerjasama dengan instansi terkait lainnya untuk melakukan tindakan hukum bagi masyarakat atau badan usaha yang melakukan pelanggaran Perda khususnya yang terkait

dengan isu-isu lingkungan.

4.

Bekerjasama dengan instansi terkait lainnya melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat terkait isu lingkungan termasuk Perda.

5.

Dinas/badan Lebih selektif dalam pengadaan tenaga kontrak sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan.

B. Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana

pengembangan tata laksana di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah sebagai berikut:

1.

Meningkatkankoordinasi dengan menambah intensitas pertemuan untuk membahas permasalahan sanitasi.

2.

Pengadaan pegawai baru yang memiliki keahlian dan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan.

C. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana

pengembangan SDM di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah sebagai berikut:

1.

Pengadaan pegawai baru yang memiliki keahlian dan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan.

(27)

LAPORAN AKHIR VI | 27

3.

Meningkatkan kesejahteraan pegawai.

4.

Menerapkan reward dan funishment kepada semua pegawai.

5.

Memperbaiki sistem manajemen kepegawaian yang ada.

Tabel 6.6.

Permasalahan, Strategi dan Indikasi Program Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Permasalahan Strategi Indikasi Program (5 tahun)

kedepan

Aspek Organisasi

a. Pengangkatan pejabat

yang akan menduduki posisi

tertentu dalam struktur

SKPD lebih

menekankan syarat

pangkat/golongan

b. Belum optimalnya

manajemen bidang cipta

karya mengikuti sistem

perencanaan,

pengorganisasian dan

Monev:

c. Koordinasi external antara

lembaga terkait dengan

bidang Cipta Karya masih

kurang

d. Keterbatasan anggaran

APBD di sektor cipta karya

e. Belum maksimalnya

penerapan peraturan, terkait

dengan isu-isu lingkungan

f. Kurangnya sarana dan

prasarana bidang Cipta Karya

g. Kurangnya pemahaman

masyarakat akan pentingnya

sanitasi untuk

pendanaan lainnya seperti

dari APBD Provinsi, APBN

Pusat, swasta melalui dana

CSR serta lembaga donor

untuk meningkatkan

pelayanan sanitasi

d. Bekerjasama dengan instansi terkait lainnya untuk

melakukan tindakan hukum

bagi masyarakat atau badan

usaha yang melakukan

pelanggaran Perda

khususnya yang terkait

dengan isu-isu lingkungan

e. Bekerjasama dengan instansi terkait lainnya melakukan

kegiatan sosialisasi kepada

a. Sosialisasi dan penyebar

luasan semua

dokumen perencanaan yang

ada (RPJMD, SSK,

RISPAM, SPPIP, SPM dll)

kepada semua

pegawai yang terlibat

dalam perencanaan,

menyiapkan anggaran yang

memadai

c. Sosialisasi kepada

masyarakat terkait dengan

PERDA tentang Larangan

membuang sampah tidak

pada tempatnya

d. Membentuk tim Penyidik

PNS (PPNS) untuk menindak

masyarakat/badan hukum

(28)

LAPORAN AKHIR VI | 28

Permasalahan Strategi Indikasi Program (5 tahun)

kedepan

kesehatan lingkungan dan

masyarakat

masyarakat terkait isu2

lingkungan termasuk Perda.

f. Dinas/badan Lebih selektif dalam pengadaan tenaga

kontrak sesuai dengan

kriteria yang dibutuhkan. tanggungjawab dari masing

unit kerja sudahjelas n a m u n d a

e. Tidak meratanya kemampuan

pegawai serta kurangnya

pelatihan/ bimtek khususnya

terkait bidang

a. Pengadaan pegawai baru yang memiliki keahlian dan

pendidikan yang sesuai dengan

kebutuhan

b. Meningkatkan kemampuan

staf teknis dalam

melaksanakan tugas pokok

dan fungsi dengan memberi

kesempatan untuk mengikuti

pelatihan di bidang Cipta

karya

c. Meningkatkan kesejahteraan pegawai

d. Menerapkan reward dan funishment kepada semua

pegawai

e. Memperbaiki system

a. Pengadaan pegawai baru sesuai denga\

kualifikasi yang dibutuhkan

b. Mengusulkan Pelatihan kepada semua staf teknis

c. Mengusulkan penambahan anggaran kesejahteraan

pegawai dalam APBD

(29)

LAPORAN AKHIR VI | 29

Permasalahan Strategi Indikasi Program (5 tahun)

kedepan

keciptakaryaan.

f. Adanya pegawai yang berprestasi pindah ke

instansi lain di luar bidang

Cipta Karya

g. Allokasi pegawai kelembaga terkait dengan bidang Cipta

karya tidak sesuai dengan

keahlian dan latar belakang

pendidikan yang dibutuhkan

manajemen kepegawaian

yang ada

6.2 KERANGKA REGULASI

UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU SPPN)

telah mengamanatkan penanganan kerangka regulasi yang sejalan dengan kerangka pendanaan

sejak proses perencanaan. Oleh karena itu pengelolaan kerangka regulasi sejak proses

perencanaan kebijakan dan juga perencanaan regulasinya akan meningkatkan kualitas kebijakan

dan regulasi yang tertib sehingga memungkinkan setiap tindakan dapat memberikan manfaat

yang lebih optimal.

UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada Pasal

18 merupakan langkah terobosan untuk mensinergikan antara kebijakan dan regulasi, yaitu

mengatur bahwa Prolegnas disusun berdasarkan perintah Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945; perintah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; perintah

undang undang lainnya; sistem perencanaan pembangunan nasional; rencana pembangunan

jangka panjang nasional;rencana pembangunan jangka menengah;rencana kerja pemerintah dan

rencana strategis Dewan Perwakilan Rakyat; dan aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat”.

Urgensi integrasi kerangka regulasi dalam dokumen perencanaan sangat dibutuhkan karena

kerangka regulasi bertujuan untuk:

1. Mengarahkan proses perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan sesuai

kebutuhan pembangunan;

2. Meningkatkan kualitas peraturan perundang-undangan dalam rangka mendukung

(30)

LAPORAN AKHIR VI | 30 3. Meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan pembentukan

peraturan perundang-undangan.

Guna memantapkan upaya untuk mensinergikan antara kebijakan dengan kerangka

regulasi, beberapa prinsip yang perlu diterapkan secara konsisten dan konsekuen adalah sebagai

berikut:

1. Penyusunan Kerangka Regulasi dalam penyusunan RPJMN dan RKP dimaksudkan untuk

memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku masyarakat, termasuk swasta dan

penyelenggara negara dalam rangka mewujudkan Tujuan Bernegara sebagaimana

tercantum pada Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Penyusunan Kerangka Regulasi dilakukan dengan mempertim-bangkan dampak, biaya,

manfaat dan kerugiannya untuk masyarakat;

3. Kerangka Regulasi disusun dengan mempertimbangkan asas pembentukan dan asas

materi peraturan perundang-undangan yang baik;

4. Penyusunan Kerangka Regulasi dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan

(stakeholder) terkait;

5. Kerangka Regulasi Jangka Menengah berisi kebutuhan Regulasi dan/atau arah kerangka

regulasi yang akan dibentuk sejalan dengan kebijakan pembangunan nasional yang

tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN);

6. Kerangka Regulasi Tahunan berisi kebutuhan regulasi dan/atau regulasi di bawah

Undang-Undang yang dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintah

(RKP) Tahunan untuk mewujudkan pemenuhan RPJMN.

Sejalan dengan RPJMN tahap III, 2015-2019, sinergi antara kebijakan dan kerangka

regulasi dilakukan untuk memantapkan pembangunan nasional di berbagai bidang

pembangunan. Siklus perumusan kebijakan dan pembentukan regulasi tergambar dalam Gambar

6.4 Pada gambar tersebut, langkah perumusan kebijakan diawali dengan kegiatan pengkajian dan

penelitian. Pengkajian meliputi kegiatan perumusan masalah (problem definition) atau penetapan tujuan (objective setting) dan evaluasi terhadap regulasi yang berkaitan dengan substansi kebijakan. Langkah berikutnya adalah penyelenggaraan penelitian secara mendalam (indepth analysis) terhadap substansi kajian yang telah ditetapkan. Proses penelitian harus dilakukan dengan memperhitungkan konsep analisis dampak biaya dan manfaat (Cost and Benefit Analysis

(31)

LAPORAN AKHIR VI | 31 dari pengkajian dan penelitian adalah rekomendasi yang meliputi 2 (dua) yaitu, (1) merevisi/

membentuk/mencabut undang-undang; (2) merevisi/membentuk/ mencabut peraturan

pemerintah dan dibawahnya; dan menetapkan kebijakan dalam rangka melaksanakan

undang-undang.

Arah kerangka regulasi dan/atau kebutuhan regulasi dalam lima tahun dimaksudkan

pedoman penyusunan Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Jangka Menengah (2015-2019).

Pengelolaan perumusan kebjakan dan pembentukan regulasi yang ditunjukkan dalam Gambar 6.4

dilaksanakan secara bertahap dalam kerangka lima tahunan dengan perencanaan. Pada tahun

pertama dilakukan pengkajian dan penelitian yang dilanjutkan dengan penyusunan rekomendasi

hasil pengkajian dan penelitian yang bersifat pengaturan ditindaklanjuti dengan penyusunan

naskah akademik dan rancangan undang-undang pada tahun kedua. Pada tahun ketiga, seluruh

proses ini diakhiri dengan pembahasan RUU yang selanjutnya ditetapkan menjadi

undang-undang.

Gambar 6.3

Siklus Perumusan Kebijakan Dan Pembantukan Regulasi

Sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan reformasi regulasi adalah mewujudkan

regulasi yang berkualitas, sederhana dan tertib dalam kerangka pembangunan nasional terutama

untuk mendukung pelaksanaan RPJMN III 2015-2019. Langkah yang akan dilakukan dalam rangka

pelaksanaan kerangka regulasi adalah: (i) pemetaan arah/kebutuhan kerangka regulasi

pelaksanaan regulasi yang sejalan dengan prioritas kebijakan dibidang sumber daya alam; sumber

(32)

LAPORAN AKHIR VI | 32 kebijakan dan regulasi dalam RPJMN III dengan Program Legislasi Nasional; (iii) mempercepat

pelaksanaan penyederhanaan dan harmonisasi regulasi untuk mendukung pencapaian RPJMN III.

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan

peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan Kabupaten/kota, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah

organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah. Dasar utama

penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan

pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi

perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan

keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus

diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis,

jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang

akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu,

kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak

senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan

bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah

berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah

Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini

(33)

LAPORAN AKHIR VI | 33 pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib

yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta

Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan

Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan,

Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang

diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling

banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing

bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

4. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2014 tentang RPJMN 2015-2019.

Buku RPJMN 2015-2019 terdiri dari tiga (3) buku yang saling terkait.

1. Buku I RPJMN memuat Prioritas Nasional, Program Lintas, dan program/kegiatan

Prioritas Nasional. Buku I mencerminkan Platform Presiden sehingga Prioritas Nasional dapat bersifat lintas bidang dan atau sama dengan Prioritas Bidang.

Namun pada saat penyusunan rancangan teknokratik RPJMN, karena Prioritas

Nasional belum ditentukan maka Prioritas pembangunan pada Buku I dipilih dari

isu-isu strategis utama 9 (sembilan) Bidang Pembangunan.

2. Buku II RPJMN memuat Prioritas Bidang, Program Lintas, dan program/kegiatan

Prioritas Bidang. Satu bidang dapat berkontribusi terhadap lebih dari satu

Prioritas Nasional.

3. Buku III RPJMN berisi rencana pengembangan wilayah pulau, dan sinergi

pembangunan pusat-daerah dan antar daerah. Buku III merumuskan rencana

pembangunan Bidang/K-L untuk mendukung arah pengembangan pulau dengan

basis wilayah Provinsi, sehingga secara komprehensif dapat terlihat

program-program yang akan dilaksanakan oleh Nasional di masing-masing Provinsi.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

(34)

LAPORAN AKHIR VI | 34 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi

Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi

birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan

secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah.

Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur

dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi

pemerintah daerah.

Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah

dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga)

pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan

program, yaitu :

a. Program Manajemen Perubahan, meliputi penyusunan strategi manajemen

perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi

manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai

peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan

Pemda;

c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi restrukturisasi tugas

dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi,

tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

d. Penataan Tatalaksana, meliputi penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan

fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi penataan sistem rekrutmen

pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan,

asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

f. Penguatan Pengawasan, meliputi penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

(SPIP) dan Pen ingkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi penguatan akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan

(35)

LAPORAN AKHIR VI | 35 h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi penerapan standar pelayanan pada unit kerja

masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam

Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh

proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan

fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah.

Presiden menginstruksi- kan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna

terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan

bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing- masing.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar

Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang

menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang

ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari

beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya

untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam

koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota

bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan

penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang

baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis

Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat

(36)

LAPORAN AKHIR VI | 36 Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan

dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk

memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan

minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan

tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta

Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan,

persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai

Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam

menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan

formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus

diperhatikan adalah beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja.

Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan

perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan

Gambar

Gambar 6.1 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kab. Hulu Sungai Tengah
Gambar 6.2 Struktur Organisasi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kab. Hulu Sungai Tengah
Tabel 6.1
Tabel 6.2
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara stres ibu dengan dukungan sosial yang diberikan pada anak autis seperti yang disimpulkan

dengan permasalahan orang lain SS S TS STS 31 Saya beranggapan ayah mampu. bekerjasama dengan ibu

Persaingan yang ketat antar lembaga keuangan dibidang perbankan mengharuskan setiap lembaga keuangan mengoptimalkan strategi dalam memperkenalkan perusahaan dan produknya

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pelaku pernikahan dini di desa Wonoharjo yang memiliki pemahaman agama yang baik, terbukti pada keutuhan keluarga mereka yang masih

4.2 Kompensasi Finansial Langsung yang Paling mempengaruhi Kepuasan Kerja Karyawan Distro dan Butik Termurah Palembang

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Akhir yang telah saya buat ini dengan judul “ Aplikasi RFID Sebagai Identifikasi pada Prototype Pengatur Solenoid Valve

1. Bagaimana langkah-langkah pengembangan media pembelajaran berbantuan Website dengan pendekatan etnomatematika pada materi Bangun ruang sisi datar pada siswa SMPN

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh biaya promosi yang terdiri dari biaya periklanan, biaya penjualan pribadi, biaya promosi penjualan, biaya