• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1504156615BAB 3 ARAHAN STRATEGIS NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1504156615BAB 3 ARAHAN STRATEGIS NASIONAL"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir III - 1

3

3..11 RERENNCCAANNAA TTAATTAA RURUAANNGG WWIILLAAYYAAHH SSEEBBAAGGAAII AARRAAHHAANN SSPPAASSIIALAL RRPPII22-- JJMM

3

3..11..1.1. ARARAAHHAANN RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH NNAASSIIOONANALL ((RRTTRRWWNN))

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

1. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:

a. ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; b. keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

c. keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

d. keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; e. keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

f. pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;

g. keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah; h. keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan

i. pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

2. Berdasarkan Sistem Perkotaan Nasional, di Jawa Tengah yang termasuk PKN adalah: Surakarta, Kawasan Perkotaan Semarang, Kendal, Demak, Ungaran, Purwodadi (Kedungsepur) dan Cilacap. Sedangkan untuk PKW adalah: Boyolali, Klaten, Salatiga, Tegal, Pekalongan, Kudus, Cepu, Magelang, Wonosobo, Kebumen, Purwokerto

(2)

Laporan Akhir III - 2

3

3..11..2.2. RERENNCCAANNAA TTAATTAA RURUAANNGG WWIILLAAYYAAHH KKAAWWAASSAANN SSTTRRAATTEEGGIISS NNAASSIIOONNAALL

Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan untuk mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya dan kegiatan budi daya unggulan sebagai “penggerak utama

pengembangan wilayah”, Pusat-Pusat Pertumbuhan tersebut dapat berupa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri (KI), Kawasan Perdagangan bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) dan lain sebagainya.

Berdasarkan Buku III RPJMN 2015-2019 Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa (Sumatra, Maluku, Kalimantan, Sulawesi dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah yang selaras serta peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur.

Catatan :

Mendasarkan pada uraian diatas Kota Pekalongan tidak termasuk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Strategis Nasional

3

3..11..3.3. RERENNCCAANNAA TTAATTAA RURUAANNGG WWIILLAAYYAAHH PPUULLAAUU

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

1) Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang;

2) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.;

3) Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dan lain-lain

Kota Pekalongan dalam tataran RTRW Pulau Jawa-Bali termasuk dalam substansi yang termuat dalam Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali. Substansi dalam RTRW Pulau Jawa Bali yang diamanatkan untuk Kota Pekalongan tertuang dalam beberapa strategi operasionalisasi yaitu :

1. Strategi operasionalisasi perwujudan jaringan jalan nasional, yaitu pembangunan Jalan Bypass Brebes – Tegal dan Pembangunan Jalan Lingkar (Sumpiuh, Brebes, Luar Semarang, Pekalongan)

2. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yaitu pengembangan desain, fashion, dan kerajinan

Catatan :

(3)

Laporan Akhir III - 3 TABEL 3.1. PERPRES NO 28 TAHUN 2012 TENTANG RTR PULAU JAWA BALI

NO MUATAN ISI

1 Strategi

Pengembangan Sistem Pusat Permukiman A.

Pengembangan PKW di Pulau Jawa-Bali meliputi upaya untuk:

a. mendorong pengembangan kota-kota Pandeglang,

Rangkas Bitung, Cianjur, Purwakarta-Cikampek, Sumedang, Indramayu, Kadipaten, Tasikmalaya, Boyolali, Klaten, Salatiga, Pekalongan, Kudus, Cepu, Purwokerto, Wonosobo, Magelang, Bantul, Sleman, Jombang, Malang, Probolinggo, Pasuruan, Tuban, Tulung Agung, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Sampang, Sumenep, Singaraja, Negara, dan Semarapura sebagai pusat pelayanan sekunder;

b. mengendalikan pengembangan kota-kota Cilegon, Sukabumi, Kuningan, Tegal, Kebumen, dan Situbondo sebagai pusat pelayanan sekunder sesuai dengan daya dukung lingkungannya.

2 Jenis Pelayanan Jasa pemerintahan, pertanian

tanaman pangan, industri pengolahan, perdagangan, dan perikanan.

3 Strategi Pengembangan

a. Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi melalui peningkatan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kegiatan pemerintahan, pertanian tanaman pangan, industri pengolahan, perdagangan, dan perikanan.

b. Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan.

c. Mengembangkan prasarana pendukung kegiatan industri dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. d. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota

(jalan, persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar nasional guna mendukung kegiatan perkotaan.

e. Meningkatkan aksesibilitas menuju kota utama lain

(Pekalongan-Pemalang-Tegal- Brebes, Pekalongan-Kendal-Semarang) dengan memanfaatkan jaringan jalan dan jalan rel secara terpadu.

f. Pengendalian pengembangan koridor-koridor pembangunan perkotaan yang diprioritaskan pada koridor Brebes-Tegal-Pekalongan.

g. Peningkatan pelabuhan-pelabuhan perikanan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung yang memadai. h. Pengendalian perkembangan kawasan Kota Pekalongan dari

bencana rawan banjir.

i. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Pekalongan. j. Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai

pelengkap dari RTRW k. kota.

l. Sumber: Diolah dari Data Sekunder, 2015

(4)

Laporan Akhir

(5)

Laporan Akhir

(6)

Laporan Akhir

III - 6

3

3..11..4.4. RERENNCCAANNAA TTAATTAA RURUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) PPRROOVVIINNSSII JAJAWWAA TTEENNGGAAHH

TABEL 3.2. KEBIJAKAN PERDA PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG RTRW PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009-2029

NO MUATAN ISI

1 TUJUAN Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi adalah terwujudnya ruang Provinsi Jawa Tengah yang lestari dengan

memperhatikan pemerataan pembangunan wilayah.

2 B. SISTEM PERKOTAAN

PKN, meliputi:

a.kawasan perkotaan Semarang – Kendal – Demak – Ungaran Purwodadi (Kedungsepur);

b.Surakarta, meliputi Kota Surakarta dan sekitarnya; dan c.Cilacap, meliputi kawasan perkotaan Cilacap dan

sekitarnya.

PKW, meliputi:

Purwokerto, Kebumen, Wonosobo, Boyolali, Klaten, Cepu, Kudus, Kota Magelang, Kota Pekalongan, Kota Tegal dan Kota Salatiga.

PKL, meliputi:

Kroya, Majenang, Wangon, Ajibarang, Banyumas, Purbalingga, Bobotsari, Sokaraja, Banjarnegara, Klampok, Gombong, Karanganyar Kebumen,Prembun, Kutoarjo, Purworejo, Mungkid, Muntilan, Mertoyudan, Borobudur, Secang, Ampel, Sukoharjo, Kartasura, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Jaten, Delanggu, Prambanan, Tawangmangu, Blora, Purwodadi, Gubug, Godong, Rembang, Pati, Juwana, Tayu, Jepara, Pecangaan, Demak, Mranggen, Ungaran, Ambarawa, Temanggung, Parakan, Kendal, Boja, Kaliwungu, Weleri, Sukorejo, Batang, Kajen, Wiradesa, Comal, Pemalang, Slawi-Adiwerna, Ketanggungan-Kersana, Bumiayu, Brebes.

C. SISTEM

PERWILAYAHAN

a. Kedungsepur yang meliputi Kabupaten Kendal,

Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang (Ungaran), Kota Semarang, Kota Salatiga dan Kabupaten Grobogan (Purwodadi), dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi, Nasional dan Internasional;

b. Juwana-Jepara-Kudus-Pati (Wanarakuti) yang berpusat di Kudus, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi dan Nasional;

c. Surakarta dan sekitarnya (Subosukawonosraten), yang terdiri dari Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi, Nasional dan Internasional;

d. Bregasmalang, yaitu Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Slawi (Kabupaten Tegal), dan Kabupaten Pemalang, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi dan Nasional;

e. Petanglong yang terdiri dari Kabupaten Pekalongan,

(7)

Laporan Akhir

III - 7

NO MUATAN ISI

dan Provinsi;

f. Barlingmascakeb, meliputi Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi dan Nasional (khusus Cilacap);

g. Purwomanggung meliputi Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kota Magelang, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi;

h. Banglor yang terdiri dari Kabupaten Rembang dan Kabupaten Blora dengan pusat di Cepu, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi.

KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT

KEPENTINGAN PERTUMBUHAN EKONOMI

a. Kawasan Perkotaan Kendal - Demak - Ungaran - Salatiga - Semarang - Purwodadi (Kedungsepur);

b. Kawasan Perkotaan Surakarta-Boyolali-Sukoharjo-Karanganyar - Wonogiri - Sragen-Klaten

(Subosukawonosraten);

c. Kawasan Perkotaan Brebes-Tegal-Slawi-Pemalang (Bregasmalang);

d. Kawasan Perkotaan Juwana-Jepara-Kudus-Pati (Wanarakuti);

e. Kawasan Perkotaan Pekalongan-Batang-Kabupaten

Pekalongan (Petanglong);

f. Kawasan Perkotaan Purwokerto dan sekitarnya g. Kawasan Perkotaan Magelang dan sekitarnya; h. Kawasan Perkotaan Cilacap dan sekitarnya;

i. Kawasan Perkotaan Gombong-Karanganyar-Kebumen; j. Kawasan Perkotaan Purworejo-Kutoarjo;

k. Kawasan Perkotaaan Wonosobo dan sekitarnya; l. Kawasan Perkotaan Temanggung-Parakan;

Sumber: Diolah dari Data Sekunder, 2015

(8)

Laporan Akhir

(9)

Laporan Akhir

(10)

Laporan Akhir III - 10

3

3..1.1.55.. RERENNCCAANNAA TATATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKOOTTAA PPEEKKAALLOONGNGANAN

Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Peraturan Daerah Kota Pekalongan yang mengatur RTRW Kota Pekalongan Tahun 2009 – 2029 tertuang dalam Perda Kota Pekalongan Nomor 30 tahun 2011

Adapun arahan dalam RTRW Kota Pekalongan terkait Penetepan Kawasan Strategis Kota (KSK) Kota Pekalongan adalah sebagai berikut :

1. Kawasan Strategis Kota yang didasari pada sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi berbasis perdagangan jasa, antara lain :

a. Kawasan koridor Jalan dr. Sutomo di Kelurahan Landungsari, Kelurahan Noyontaan, Kelurahan Sokorejo, Kelurahan Karangmalang, Kelurahan Baros dan Kelurahan Gamer Kecamatan Pekalongan Timur;

b. Kawasan koridor Jalan WR. Supratman, di Kelurahan Panjang Wetan dan Kelurahan Krapyak Lor Kecamatan Pekalongan Utara;

c. Kawasan koridor Jalan Hayam Wuruk – Jalan dr. Cipto - Jalan dr. Wahidin; d. Kawasan koridor Jalan Urip Sumoharjo – Jalan Gatot Subroto (Pasar Banyurip); e. Kawasan koridor Jalan Gajah Mada – Jalan Merdeka – Jalan Pemuda;

f. kawasan koridor Jalan KH. Mansyur – Jalan Jenderal Sudirman – Jalan dr. Setiabudi. 2. Kawasan Strategis Kota yang didasari pada sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi

berbasis perikanan, antara lain

a. pengembangan kawasan minapolitan, dengan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan sebagai zone inti, Kecamatan Pekalongan Utara sebagai zone pendukung dan wilayah lain sebagai zone terkait;

b. kawasan minapolitan akan ditetapkan melalui Peraturan Walikota; dan

c. pengelolaan ruang laut dan pesisir diatur dalam Peraturan Walikota tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Kota Pekalongan

3. Kawasan Strategis Kota yang didasari pada sudut kepentingan social budaya, antara lain a. kawasan kota lama Jetayu, yang terdiri atas:

 kawasan cagar budaya sekitar Lapangan Jetayu di Kelurahan Panjang Wetan Kecamatan Pekalongan Utara sebagai kawasan heritage, dimana terdapat aset bangunan bersejarah yang harus dilindungi dan dilestarikan;

 kawasan cagar budaya di Kelurahan Krapyak Kidul dan Kelurahan Krapyak Lor Kecamatan Pekalongan Utara sebagai tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat tradisi Syawalan; dan

b. Lingkungan etnis Kampung Arab di Kelurahan Sugih Waras, Kelurahan Klego dan Kelurahan Poncol Kecamatan Pekalongan Timur, serta Kampung Pecinan di Kelurahan Sampangan Kecamatan Pekalongan Timur, sebagai tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya.

4. Kawasan Strategis Kota yang didasari pada sudut kepentingan lingkungan, antara lain a. kawasan polder pengendali banjir dan rob di Kelurahan Kandang Panjang Kecamatan

Pekalongan Utara; dan

b. kawasan konservasi pantai yang diperuntukkan bagi pengembangan hutan bakau (mangrove) dan terumbu karang, seluas kurang lebih 80 (delapan puluh hektar, terletak di wilayah pantai Kelurahan Bandengan, Kelurahan Kandang Panjang, Kelurahan Panjang

(11)

Laporan Akhir III - 11

(12)

Laporan Akhir III - 12

Sedangkan arahan dalam RTRW Kota Pekalongan terkait Arahan Pola Ruang dan Struktur ruang Kota Pekalongan akan dijabarkan sebagai berikut :

1. Arahan Pola Ruang

A. Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

A.1 Pengelolaan Kawasan Perlindungan Setempat

1) Sempadan sungai dengan luas kurang lebih 54 (lima puluh empat) hektar, meliputi:

 kawasan sempadan sungai bertanggul dengan lebar sempadan sungai kurang lebih 3 (tiga) meter, terdiri dari:

 Sungai Kupang;

 Sungai Gawe;

 Sungai Banger Lama; dan

 Sungai Gabus.

 kawasan sempadan sungai tidak bertanggul, dengan lebar sempadan sungai kurang lebih 10 (sepuluh) meter terdiri dari:

 Sungai Meduri; dan

 Sungai Bremi.

2) Sempadan pantai, diperuntukkan perlindungan pantai dari erosi dan abrasi serta perlindungan untuk mangrove dan terumbu karang, selebar 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi dengan luas kurang lebih 120 (seratus dua puluh) hektar ke arah darat yang berlokasi di Kecamatan Pekalongan Utara meliputi:

 Kelurahan Bandengan;  Kelurahan Kandang Panjang;  Kelurahan Panjang Baru;  Kelurahan Panjang Wetan;  Kelurahan Krapyak Lor; dan  Kelurahan Degayu.

A.1 Ruang terbuka hijau (RTH) Kota 1) RTH publik;

 taman kota terdistribusi di Kecamatan Pekalongan Utara, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kecamatan Pekalongan Barat dan Kecamatan Pekalongan Timur, dengan luas kurang lebih 27 (dua puluh tujuh) hektar;

 sempadan sungai tersebar diseluruh wilayah Kota, dengan luas kurang lebih 359 (tiga ratus lima puluh Sembilan) hektar;

 sempadan SUTT terletak di Kecamatan Pekalongan Selatan dan Kecamatan Pekalongan Barat, dengan luas kurang lebih 15 (lima belas) hektar;

 sempadan rel kereta api terletak di Kecamatan Pekalongan Timur dan Kecamatan Pekalongan Barat, dengan luas kurang lebih 8 (delapan)hektar;

(13)

Laporan Akhir III - 13

 sempadan saluran drainase primer tersebar diseluruh wilayah Kota, dengan luas kurang lebih 159 (seratus lima puluh Sembilan) hektar;  lapangan olah raga tersebar diseluruh wilayah Kota, dengan luas

kurang lebih 19 (Sembilan belas) hektar;

 taman makam pahlawan terletak di Kelurahan Panjang Baru Kecamatan Pekalongan Utara dan pemakaman umum tersebar diseluruh wilayah Kota Pekalongan, dengan luas kurang lebih 41(empat puluh satu) hektar;

 RTH kawasan pariwisata terletak di Kelurahan Krapyak Lor dan Kelurahan Panjang Wetan Kecamatan Pekalongan Utara, dengan luas kurang lebih 1 (satu) hektar;

 RTH kawasan perkantoran pemerintah terletak di Kelurahan Podosugih Kecamatan Pekalongan Barat, dengan luas kurang lebih 2 (dua) hektar;

 RTH fasilitas pendidikan tersebar diseluruh wilayah Kota, dengan luas kurang lebih 5 (lima) hektar;

 RTH fasilitas kesehatan tersebar diseluruh wilayah Kota, dengan luas kurang lebih 1 (satu) hektar;

 RTH fasilitas peribadatan tersebar diseluruh wilayah Kota, dengan luas kurang lebih 0,5 (setengah) hektar;

 sempadan jalan tersebar diseluruh wilayah Kota, dengan luas kurang lebih 124 (seratus dua puluh empat) hektar;

 RTH Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan terletak di Kelurahan Krapyak Lor dan Kelurahan Panjang Wetan Kecamatan Pekalongan Utara, dengan luas kurang lebih 4 (empat) hektar; dan  RTH kawasan terminal bis terletak di Kelurahan Gamer Kecamatan

Pekalongan Timur, dengan luas kurang lebih 0,3 (nol koma tiga) hektar.

2) RTH privat eksisting seluas 552 (lima ratus lima puluh dua) hektar atau sekitar kurang lebih 12 (dua belas) persen dari luas wilayah Kota yang meliputi:

 RTH pekarangan rumah tinggal seluas 470 (empat ratus tujuh puluh) hektar;

 RTH kawasan peruntukan perdagangan dan jasa seluas 8 (delapan) hektar;

 RTH kawasan efektif perikanan seluas 67 (enam puluh tujuh) hektar;  RTH kawasan peruntukan industri seluas 5 (lima) hektar;

 RTH kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan seluas 0,3 ( nol koma tiga) hektar; dan

 RTH kawasan Sabuk Hijau Tempat Pemrosesan Akhir Sampah seluas 0,4 (nol koma empat) hektar.

3) Rencana pengembangan RTH Publik Kota seluas 907 (Sembilan ratus tujuh) hektar atau sekitar kurang lebih 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota, meliputi:

(14)

Laporan Akhir III - 14

 sempadan pantai dipesisir utara wilayah Kota, dengan luas kurang lebih 61 (enam puluh satu) hektar;

 sempadan sungai tersebar diseluruh wilayah Kota, dengan luas kurang lebih 359 (tiga ratus lima puluh sembilan) hektar;

 sempadan SUTT terletak di Kecamatan Pekalongan Selatan dan Kecamatan Pekalongan Barat, dengan luas kurang lebih 15 (lima belas) hektar;

 sempadan rel kereta api terletak di Kecamatan Pekalongan Timur dan Kecamatan Pekalongan Barat, dengan luas kurang lebih 8 (delapan) hektar;

 kawasan hutan kota terletak di Kelurahan Yosorejo Kecamatan Pekalongan Selatan, di Kelurahan Sokorejo, Kelurahan Landungsari dan Kelurahan Poncol Kecamatan Pekalongan Timur, di Kelurahan Podosugih Kecamatan Pekalongan Barat, dan di Kelurahan Krapyak Lor Kecamatan Pekalongan Utara, dengan luas kurang lebih 5 (lima) hektar;

 sempadan saluran drainase primer tersebar diseluruh wilayah Kota, dengan luas kurang lebih 159 (seratus lima puluh Sembilan) hektar;  lapangan olah raga tersebar diseluruh wilayah Kota, dengan luas

kurang lebih 24 (dua puluh empat) hektar;

 taman makam pahlawan terletak di Kelurahan Panjang Baru Kecamatan Pekalongan Utara dan pemakaman umum tersebar diseluruh wilayah Kota Pekalongan, dengan luas kurang lebih 41 (empat puluh satu) hektar;

 RTH kawasan pariwisata terletak di Kelurahan Krapyak Lor dan Kelurahan Panjang Wetan Kecamatan Pekalongan Utara, dengan luas kurang lebih 4 (empat) hektar;

 RTH kawasan perkantoran pemerintah terletak di Kelurahan Podosugih Kecamatan Pekalongan Barat, dengan luas kurang lebih 2 (dua) hektar;

 RTH fasilitas pendidikan tersebar diseluruh wilayah Kota, dengan luas kurang lebih 5 (lima) hektar;

 RTH fasilitas kesehatan tersebar diseluruh wilayah Kota, dengan luas kurang lebih 1 (satu) hektar;

 RTH fasilitas peribadatan tersebar diseluruh wilayah Kota, dengan luas kurang lebih 0,5 (setengah) hektar;

 sempadan polder terletak di Kelurahan Kandang Panjang dan Kelurahan Krapyak Lor Kecamatan Pekalongan Utara, dengan luas kurang lebih 6 (enam) hektar;

 sempadan jalan tersebar diseluruh wilayah Kota, dengan luas kurang lebih 124 (seratus dua puluh empat) hektar;

 RTH Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan terletak di Kelurahan Krapyak Lor dan Kelurahan Panjang Wetan Kecamatan Pekalongan Utara, dengan luas kurang lebih 4 (empat) hektar;

 RTH kawasan terminal bis terletak di Kelurahan Gamer Kecamatan Pekalongan Timur, dengan luas kurang lebih 0,3 (nol koma tiga) hektar; dan

(15)

Laporan Akhir III - 15

4) Rencana pengembangan RTH Privat seluas 585 (lima ratus delapan puluh lima) hektar atau sekitar kurang lebih 12 (dua belas) persen dari luas wilayah kota, meliputi:

 RTH pekarangan rumah tinggal seluas 515 (lima ratus lima belas) hektar;

 RTH kawasan peruntukan perdagangan dan jasa seluas 24 (dua puluh empat) hektar;

 RTH kawasan efektif perikanan seluas 35 (tiga puluh lima) hektar;  RTH kawasan peruntukan industri seluas 9 (Sembilan) hektar;

 RTH kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan seluas 0,5 (nol koma lima) hektar; dan

 RTH kawasan Sabuk Hijau Tempat Pemrosesan Akhir Sampah seluas 0,5 (nol koma lima) hektar

5) RTH publik eksisting meliputi kawasan seluas kurang lebih 833 (delapan ratus tiga puluh tiga) hektar atau sekitar kurang lebih 18 (delapan belas) persen dari luas wilayah kota yang meliputi:

 taman kota terdistribusi di Kecamatan Pekalongan Utara, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kecamatan Pekalongan Barat dan Kecamatan Pekalongan Timur, dengan luas kurang lebih 27 (dua puluh tujuh) hektar;

 sempadan pantai dipesisir utara wilayah Kota, dengan luas kurang lebih 61 (enam puluh satu) hektar;

A.2 Pengelolaan kawasan cagar budaya;

Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b seluas kurang lebih 100 (seratus) Hektar meliputi:

1) Kawasan Heritage Lapangan Jetayu di Kelurahan Panjang Wetan Kecamatan Pekalongan Utara;

2) Kawasan Tradisi Syawalan di Kelurahan Krapyak Lor dan Kelurahan Krapyak Kidul Kecamatan Pekalongan Utara

B. Rencana Pengembangan Kawasan Budi Daya Kota

B.1 Rencana kawasan peruntukan perumahan, terdiri atas:

1) Rencana kawasan peruntukan perumahan berkepadatan tinggi terdapat di Kelurahan Kauman Kecamatan Pekalongan Timur, dengan luas lahan kurang lebih 2 (dua) hektar.

2) Rencana kawasan peruntukan perumahan berkepadatan sedang terdapat di semua Kelurahan di Kecamatan Pekalongan Barat, dengan luas lahan kurang lebih 450 (empat ratus lima puluh) hektar.

3) Rencana kawasan peruntukan perumahan berkepadatan rendah terdapat di semua Kelurahan di Kecamatan Pekalongan Selatan, di semua Kelurahan di Kecamatan Pekalongan Timur kecuali Kelurahan Kauman dan di semua Kelurahan di Kecamatan Pekalongan Utara, dengan luas lahan kurang lebih 1348 (seribu tiga ratus empat puluh delapan) hektar.

(16)

Laporan Akhir III - 16

 polder Bandengsari seluas lebih kurang 6 (enam) hektar di Kelurahan Kandang Panjang Kecamatan Pekalongan Utara; dan

 kolam retensi Sungai Banger Lama seluas lebih kurang 3 (tiga) hektar di Kelurahan Krapyak Lor Kecamatan Pekalongan Utara.

2) kawasan tambak/rawa kering;

Kelurahan Bandengan,Kelurahan Kandang Panjang, Kelurahan Panjang Baru, Kelurahan Panjang Wetan, Kelurahan Krapyak Lor dan Kelurahan Degayu Kecamatan Pekalongan Utara.

3) kawasan stadion olah raga seluas lebih kurang 1.000 (seribu) hektar di kawasan stadion olah raga seluas lebih kurang 4 (empat) hektar di Kelurahan di Kraton Kidul Kecamatan Pekalongan Barat.

4) ruang-ruang parkir terbuka pada gedung-gedung.

(17)

Laporan Akhir III - 17

(18)

Laporan Akhir III - 18

2. Arahan Struktur Ruang A. Pusat Pelayanan Kota

A.1 Pusat Pelayanan Kota

Kawasan Alun-alun Pekalongan di sebagian Kelurahan Kauman, sebagian Kelurahan Keputran dan sebagian Kelurahan Sugih Waras Kecamatan Pekalongan Timur sebagai pusat kegiatan perdagangan-jasa skala regional dan pusat pelayanan peribadatan skala regional

A.2 Pusat Pelayanan Lingkungan

1) Kawasan di Kelurahan Noyontaan Kecamatan Pekalongan Timur, dengan fungsi pusat perdagangan-jasa skala lingkungan;

2) Kawasan di Kelurahan Landungsari Kecamatan Pekalongan Timur dengan fungsi pusat perdagangan-jasa skala lingkungan;

3) Kawasan di Kelurahan Kuripan Kidul Kecamatan Pekalongan Selatan dengan fungsi pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan;

4) Kawasan di Kelurahan Buaran Kecamatan Pekalongan Selatan dengan fungsi pusat pelayanan pendidikan skala kecamatan, pusat pelayanan kesehatan skala kecamatan dan pusat pengembangan agama Islam skala kota;

5) Kawasan di Kelurahan Poncol Kecamatan Pekalongan Timur dengan fungsi pusat perdagangan dan jasa skala lingkungan;

6) Kawasan di Kelurahan Gamer Kecamatan Pekalongan Timur dengan fungsi pusat perdagangan dan jasa skala lingkungan; dan

7) Kawasan di Kelurahan Tirto Kecamatan Pekalongan Barat dengan fungsi pusat pelayanan pemerintahan skala kota dan pusat pelayanan pendidikan skala kota

B. Sistem Prasarana Kota

B.1 Prasarana air baku untuk air bersih

1) dilakukan dengan regionalisasi SPAM Petanglong, yang berasal dari wilayah Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan, terdiri atas :  sumber air baku dari Sungai Kupang Sambong di Desa Cepagan

Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang, pemanfaatan melalui Instalasi Pengolah Air (IPA);

 sumber air baku dari mata air Desa Kembanglangit Kecamatan Blado Kabupaten Batang, pemanfaatan dengan pengambilan langsung;  sumber air baku dari mata air di Desa Rogoselo Kecamatan Doro

Kabupaten Pekalongan, pemanfaatan dengan pengambilan langsung; dan

 sumber air baku dari Sungai Wisnu di Desa Lolong Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan, pemanfaatan melalui IPA 2) Sistem pengendalian daya rusak air, dilakukan dengan cara:

 memperbanyak infiltrasi air permukaan ke dalam tanah dengan melakukan penghijauan pada daerah-daerah lahan yang kosong;  mengembangkan sistem polder / kolam retensi dan stasiun pompa di

(19)

Laporan Akhir III - 19

 menempatkan pintu air dan stasiun pompa di Sungai Sepucung Kelurahan Panjang Wetan, Sungai Sikenteng Kelurahan Krapyak Lor dan Sungai Banger Hilir Kelurahan Degayu; dan

 mengembangkan sistem tanggul penahan gelombang pasang (revetment) dan sistem pengarah aliran air laut (groin) untuk pengamanan pantai terhadap gelombang pasang dan abrasi.

3) pengembangan sistem jaringan perpipaan meliputi:

 penyediaan sarana dan prasarana air minum kota dengan jaringan perpipaan yang terdiri dari:

 sumber air bersih dari Instalasi Pengolah Air (IPA);  jaringan transmisi; dan

 jaringan distribusi.

 sumber air bersih dari Instalasi Pengolah Air (IPA) sebagaimana tersebut pada huruf a angka 1 yaitu:

 air bersih dari IPA yang terletak di Kelurahan Kuripan Lor Kecamatan Pekalongan Selatan dengan kapasitas kurang lebih 1.500 (seribu lima ratus) l/dt, yang sumber air bakunya berasal dari Sungai Kupang Sambong di Desa Cepagan Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang;

 air bersih dari IPA yang terletak di Kelurahan Buaran Kecamatan Pekalongan Selatan dengan kapasitas kurang lebih 1650 (seribu enam ratus lima puluh) l/dt, yang sumber air bakunya berasal dari Sungai Wisnu di Desa Lolong Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan.

 jaringan transmisi yaitu:

 melewati wilayah: Kelurahan Kertoharjo, Kelurahan Jenggot, Kelurahan Kradenan, Kelurahan Banyurip Alit, dan Kelurahan Buaran Kecamatan Pekalongan Selatan – Kelurahan Pringlangu, Kelurahan Medono, Kelurahan Podosugih, Kelurahan Kebulen, dan Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat, dengan jalur pipa:

 Jl. Gatot Subroto – Jl. Urip Sumoharjo – Jl. KH. Mansyur – Jl. Jenderal Sudirman – Jl. dr. Wahidin – Jl. Teratai;

 Jl. Letjen. Suprapto – Jl. Pelita II;  Jl. Otto Iskandardinata.

 melewati wilayah: Kelurahan Duwet dan Kelurahan Soko Kecamatan Pekalongan Selatan – Kelurahan Sokorejo, Kelurahan Baros, Kelurahan Gamer, Kelurahan Karangmalang, Kelurahan Noyontaan, Kelurahan Poncol dan Kelurahan Klego Kecamatan Pekalongan Timur, dengan jalur pipa lewat Jl. dr. Sutomo – Jl. dr.Setiabudi.

(20)

Laporan Akhir III - 20

 wilayah Kecamatan Pekalongan Barat.

4) Pengembangan sistem jaringan non perpipaan meliputi Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di wilayah yang belum terjangkau air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum.

B.2 Pengembangan sistem pengolah limbah domestik/rumah tangga, terdiri atas: 1) sistem on site meliputi kawasan-kawasan terbangun yang telah ada di

Kecamatan Pekalongan Timur, Kecamatan Pekalongan Selatan dan Kecamatan Pekalongan Barat;

2) sistem off site pada daerah pantai di Kecamatan Pekalongan Utara meliputi:

 IPAL di Kelurahan Bandengan dengan kapasitas 30 (tiga puluh)m3/hari;

 IPAL di Kelurahan Kandang Panjang dengan kapasitas 40 (empat puluh) m3 /hari;

 IPAL di Kelurahan Panjang Baru dengan kapasitas 30 (tiga puluh) m 3/hari;

 IPAL di Kelurahan Panjang Wetan dengan kapasitas 40 (empat puluh) m3 /hari;

 IPAL di Kelurahan Krapyak Lor dengan kapasitas 40 (empat puluh)m3/hari; dan

 IPAL di Kelurahan Degayu dengan kapasitas 30 (tiga puluh) m3/hari 3) Pengembangan sistem pengolah limbah Industri, meliputi pembangunan

unit instalasi pengolahan air limbah (IPAL) terpadu untuk industri maupun home industry, yang memenuhi baku mutu lingkungan, pada lokasi-lokasi industri atau home industry di:

 Kelurahan Degayu Kecamatan Pekalongan Utara, dengan kapasitas kurang lebih 400 (empat ratus) m3/hari;

 Kelurahan Krapyak Lor Kecamatan Pekalongan Utara, dengan kapasitas kurang lebih 400 (empat ratus) m3/hari;

 Kelurahan Panjang Wetan Kecamatan Pekalongan Utara, dengan kapasitas kurang lebih 400 (empat ratus) m3/hari;

 Kelurahan Jenggot Kecamatan Pekalongan Selatan, dengan kapasitas kurang lebih 400 (empat ratus) m3/hari;

 Kelurahan Duwet Kecamatan Pekalongan Selatan, dengan kapasitas kurang lebih 120 (seratus dua puluh) m3/hari;

 Kelurahan Kauman Kecamatan Pekalongan Timur, dengan kapasitas kurang lebih 150 (seratus lima puluh) m3/hari; dan

 Kelurahan Kergon Kecamatan Pekalongan Barat, dengan kapasitas kurang lebih 150(seratus lima puluh) m3/hari.

B.3 Rencana Sistem Persampahan, terdiri atas: 1) Tempat penampungan sementara terletak di:

 Kelurahan Panjang Wetan;  Kelurahan Dukuh;

 Pasar Landungsari; dan  Pasar Banjarsari.

(21)

Laporan Akhir III - 21

 Panjang Wetan (Komplek Pelabuhan Perikanan Nusantara);  Krapyak Kidul; Kelurahan Degayu Kecamatan Pekalongan Utara seluas kurang lebih 4,36 (empat koma tiga enam) hektar dengan kapasitas kurang lebih 600 (enam ratus) m3/hari, dan menggunakan sistem controlled landfill yang akan ditingkatkan menjadi sanitary landfill. TPA Degayu ini direncanakan terintegrasi dengan TPA regional.

4) Tempat pemrosesan akhir sampah regional terletak di wilayah Kabupaten Pekalongan dan dilakukan pengelolaannya dengan bekerjasama antara Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten Pekalongan dan Pemerintah Kota Pekalongan.

5) Rencana pengelolaan sistem persampahan terdiri atas:

 pengembangan pengelolaan sampah di kota meliputi tahap pengumpulan, tahap pengangkutan, dan tahap pemrosesan akhir;  mengupayakan pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana

persampahan untuk 3 (tiga) tahap;

 penerapan konsep 3R (reduce, reuse, recycle) untuk menuju konsep zero waste;

 mengupayakan keberlanjutan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat; dan

 pengembangan TPA Degayu menjadi seluas kurang lebih 5 (lima) hektar diarahkan ke sebelah selatan dengan memberikan buffer zone pada sekeliling TPA.

B.4 Sistem drainase, terdiri atas: 1) Jaringan primer, meliputi:

 Sungai Meduri;  Sungai Bremi;  Sungai Asem Binatur;

(22)

Laporan Akhir III - 22

 Sungai Banger.

2) Jaringan sekunder, meliputi:  Sub sistem Bremi, terdiri dari:

 drainase Banyurip;  drainase Boyolangu;  drainase Binagriya; dan  drainase Podosugih.

 Sub sistem Bandengsari, terdiri dari:  drainase Perintis Kemerdekaan kiri;  drainase Perintis Kemerdekaan kanan;  drainase Pabean;

 drainase Jeruksari;

 drainase Patriot kiri ruas 1;  drainase Patriot kiri ruas 2;  drainase Patriot kanan;  drainase Kandang Panjang;  drainase Bandengan;  drainase Kranding; dan  drainase Krematorium.  Sub sistem Loji, terdiri dari:

 drainase WR. Supratman;  drainase Kunthi; dan  drainase Panjang Wetan.

 Sub sistem Banger Lama, terdiri dari:  drainase Jlamprang; dan

 drainase Truntum.

 Sub sistem Sibulanan, terdiri dari:  drainase Slamaran;

 drainase Mahoni; dan  drainase Sibulanan.

 Sub sistem Banger Hilir, terdiri dari:  drainase Klumprit;

 drainase Dekoro;  drainase Degayu; dan  drainase Susukan.

 Sub sistem Banger Hulu, terdiri dari:  drainase Sitotok;

 drainase Cokroaminoto;  drainase Cepangan;  drainase Sokorejo;

 drainase dr. Soetomo; dan  drainase Landungsari.

(23)

Laporan Akhir III - 23

(24)

Laporan Akhir III - 24

3

3..22 ARARAAHHAANN SSTTRRAATTEEGGIISS NNAASSIIOONNAALL

3.2.1 KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN)

KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN) ialah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan. Hal ini karena secara nasional KSN berpengaruh sangat penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan / atau lingkungan, termasuk wilayah di dalamnya yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Di dalam PP No. 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), ditetapkan 76 KSN yang memiliki kepentingan ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi, serta pertahanan dan keamanan.

Hingga saat ini, telah ditetapkan 4 (empat) Perpres RTR KSN Perkotaan yaitu RTR Jabodetabekpunjur (Perpres 54/2008), Sarbagita (Perpres 45/2011), Mamminasata (Perpres 55/2011) dan Mebidangro (Perpres 62/2011). Masing-masing KSN tersebut memiliki karakteristik dan tantangan yang berbedabeda. Dengan demikian kebijakan dan program yang spesifik diperlukan agar tujuan RTR KSN tersebut berhasil. Namun di antara empat KSN tersebut, hanya Jabodetabekpunjur yang sudah sering diulas. Artikel ini akan membahas permasalahan ketiga KSN lainnya, yaitu Mamminasata, Mebidangro, dan Sarbagita. Bagaimana RTR kawasan Perkotaan tersebut ditetapkan, apa visi KSN tersebut, tujuan RTR KSN, isu-isu, dan strategi untuk mencapai tujuan.

Untuk KSN di Provinsi Jawa Tengah diantaranya:

1. Kawasan Pangandaran – Kalipuncang – Segara Anakan – Nusakambangan (Pacangsanak) (Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah)

2. Kawasan Perkotaan Kendal – Demak – Ungaran – Salatiga – Semarang - Purwodadi (Kedung Sepur)

3. Kawasan Borobudur dan Sekitarnya (Provinsi Jawa Tengah)

4. Kawasan Candi Prambanan (Provinsi Jawa Tengah)

5. Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta)

3.2.2 PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN)

PKSN ditetapkan dengan kriteria:

1. pusat permukiman yang berpotensi dan telah disepakati sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga;

2. pusat permukiman yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;

3. pusat permukiman yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya.

Pola pengelolaan PKSN meliputi:

1. pengembangan fasilitas pelayanan keimigrasian, kepabean, karantina, dan keamanan;

(25)

Laporan Akhir III - 25

3. mendorong pengembangan wilayah sekitarnya agar tercipta keserasian antara kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup;

4. mendorong kerja sama saling menguntungkan dengan negara tetangga dengan melibatkan pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha.

Kota Pekalongan dalam RTR Nasional tidak/ bukan merupakan PKSN

3.2.3 PUSAT KEGIATAN NASIONAL (PKN)

Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional atau beberapa propinsi.

PKN ditetapkan dengan kriteria:

1. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

2. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa propinsi;

3. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa propinsi.

Kota Pekalongan dalam RTR Nasional tidak/ bukan merupakan PKN, Kedudukannya sebagai PKW

3.2.4 MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

TABEL 3.3. KEBIJAKAN DAN REGULASI TERKAIT

NO KEBIJAKAN ISI KETERANGAN

1 MP3EI

Strategi khusus Koridor

Ekonomi Jawa:

Mengembangkan industri yang mendukung pelestarian daya dukung air dan

lingkungan. Secara umum, Koridor Ekonomi Jawa memiliki kondisi yang lebih baik di bidang ekonomi dan sosial,

(26)

Laporan Akhir III - 26

NO KEBIJAKAN ISI KETERANGAN

2. Koridor Ekonomi Jawa memiliki beberapa hal yang harus dibenahi

 Tingginya tingkat kesenjangan PDRB dan kesenjangan kesejahteraan di antara provinsi di dalam koridor;

 Pertumbuhan tidak merata sepanjang rantai nilai, kemajuan sektor manufaktur tidak diikuti kemajuan sektor-sektor yang lain;

 Kurangnya investasi domestik maupun asing;

 Kurang memadainya infrastruktur dasar.

3. Fokus pembangunan ekonomi Koridor Ekonomi Jawa adalah pada kegiatan

 Ekonomi utama makanan minuman, tekstil, dan peralatan transportasi.  Selain itu terdapat pula aspirasi untuk

mengembangkan kegiatan ekonomi utama perkapalan, telematika, dan alat Utama sistem senjata (alutsista).

Sumber: Data Sekunder diolah Tahun 2015

(27)

Laporan Akhir III - 27

3.2.5 KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)

KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona:

a. pengolahan ekspor; b. logistik;

c. industri;

d. pengembangan teknologi; e. pariwisata;

f. energi; dan/atau g. ekonomi lain.

Delapan KEK itu sudah ditetapkan pemerintah pada akhir tahun 2014 lalu. Rinciannya yakni KEK Sei Mangkei kabupaten Simalungun, Sumatera Utara; KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Selanjutnya KEK Palu, Kota Palu, Sulawesi Tengah; KEK Morotai, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara.

Lainnya, KEK Tanjung Api-Api Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan; KEK Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Banten; KEK Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat; dan KEK Belitung, Kota Bitung, Sulawesi Utara.

Gambar

TABEL 3.1.
TABEL 3.2. KEBIJAKAN PERDA PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG RTRW PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009-2029
TABEL 3.3. KEBIJAKAN DAN REGULASI TERKAIT

Referensi

Dokumen terkait

POTLUCK SEDERHANA : Acara ini dibuat sesederhana mungkin karena kami potluck (membawa hidangan masing2) dan bertempat di jalan raya Puri Bintaro pada salah satu warga dengan

Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian

Tabel Tabel Pengujian Id kas us uji Deskripsi Prosedur pengujian Input pengujian Output yang diharapka n Hasil yang diperole h kesimpul an UC- 1 Mengelola data

Kuta Raja Kota Banda Aceh Lampaseh Kota Kuta Raja.. 20 020/SK/PPK/2016

Bakteri vibrio yang pathogen dapat hidup di bagian tubuh organisme lain baik di luar tubuh dengan jalan menempel, maupun pada organ tubuh bagian dalam seperti hati, usus

Penggunaan Benzil Amino Purine pada Pertumbuhan Kalus Kapas secara In Vitro.. Embriogenesis Somatik Langsung Pada

Artikel ini memaparkan hasil sintesa kajian literatur terkait pengembangan scaffolding, terutama tentang bagaimana membangun kerangka scaffolding yang terintegrasi

Besar hubungan yang dihasilkan oleh variabel bebas X (tipe kepribadian Enterprising) terhadap variabel terikat Y (kinerja karyawan) dijelaskan dengan hasil analisis nilai