• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BERSAMA KABUPATEN SIJUNJUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BERSAMA KABUPATEN SIJUNJUNG"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

iii

PERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BERSAMA

KABUPATEN SIJUNJUNG

Robi Candra, Yurisman, Khadavi

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

E-mail : robiubh@yahoo.co.id, yurisman_pdg@yahoo.com, qhad_17@yahoo.com

Abstrak

Perencanaan ulang struktur gedung bersama Kabupaten Sijunjung dibangun lima lantai menggunakan konstruksi beton bertulang. Struktur atas (balok, kolom dan pelat) dan struktur bawah (pondasi) memakai mutu beton fc’= 25 Mpa dan mutu baja fy = 400 Mpa. Berdasarkan peta zonasi gempa Indonesia diperoleh nilai respons Spektra Percepatan, pada 1.0 detik, S1 adalah 0.59g berdasarkan SNI 1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung. Bangunan perkantoran dikategorikan risiko II, nilai spektrum respons percepatan desain Sa sama dengan SDS = 0,87 dan nilai Cs

yang di pakai adalah 0,10875. Perhitungan struktur dihitung berdasarkan SNI–03–2847– 2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dimana struktur harus dirancang untuk memikul semua beban yang dapat diterapkan. Menghitung gaya-gaya yang bekerja pada struktur digunakan program komputer. Hasil analisis didapatkan pelat ketebalan 120 mm menggunakan tulangan Ø10-175mm, balok dimensi 300mmx500mm menggunakan 6D19 pada daerah tekan, 2D19 daerah tarik dengan sengkang Ø10, kolom dengan dimensi 500mmx500mm menggunakan 16D19 untuk tulangan utama dan D13 untuk sengkang. Pondasi dipakai tiang pancang dengan diameter 350mm dengan kedalam 15m dengan 2 buah tiang dalam satu grup. Pile cap, tebalnya 600 mm , dan untuk penulangannya menggunakan 20D19 untuk tulangan tarik dan 10D19 untuk tulangan tekan. Kata kunci: beton bertulang, struktur, analisis

(2)

iv

RE-DESIGN OF THE STRUCTURE OF GEDUNG BERSAMA

DISTRICT SIJUNJUNG

Robi Candra, Yurisman, Khadavi

Department of Civil Engineering, Faculty of Civil Engineering and Planning University of Bung Hatta

E-mail: robiubh@yahoo.co.id, yurisman_pdg@yahoo.com, qhad_17@yahoo.com

Abstract

Re-design of the structure of Gedung Bersama Sijunjung constructed using a five-storey reinforced concrete construction. The upper structure (beams, columns and slabs) and the bottom structure (foundation) with using concrete quality fc '= 25 MPa and quality of steel fy = 400 MPa. Based on the seismic zoning map of Indonesia gained value Acceleration response spectra, at 1.0 seconds, 0.59g S1 is based on SNI 1726: 2012 on Procedures for Earthquake Resistance Planning For Building Structures. Office buildings categorized risks II, the value of the acceleration response spectrum Sa design together with SDS = 0.87 and Cs value in use is 0.10875. Calculation of the structure is calculated based on SNI 03-2847-2013 Requirements for Structural Concrete Building where the structure should be designed to carry all the load that can be applied. Calculate the forces acting on the structure used computer programs. The analysis results obtained plate thickness of 120 mm using Ø10-175mm reinforcement, beam dimensions 300mmx500mm using 6D19 on local press, local 2D19 pull the stirrup Ø10, using a column with dimensions of 500mmx500mm 16D19 and D13 to the main reinforcement for stirrups. Spoken foundation piles with a diameter of 350mm to 15m into the two poles in one group. Pile cap, thickness of 600 mm, and for penulangannya use 20D19 and 10D19 for tensile reinforcement for reinforcement press. Keywords : reinforced concrete, structure, analysis

(3)

iv 1. PENDAHULUAN

Pembangunan gedung bertingkat menjadi salah satu alternatif yang dapat menjadi solusi dalam hal keterbatasan lahan. Lahan yang tersedia tidak mencukupi dibanding dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, sehingga lahan yang ada harus dimanfaatkan dan dikelola secara maksimal agar menjadi lahan yang tepat guna.

Gedung Kantor Bersama ini akan menahan beban manusia yang sangat besar. Ditambah lagi dengan periode gempa yang sering di daerah Sumatera Barat sehingga pembangunan gedung bertingkat mempunyai risiko yang cukup besar. Namun dengan perencanaan dan pelaksanaan yang baik risiko dapat dikurangi bahkan dihindari. Dengan pertimbangan di atas penulis tertarik melakukan perhitungan ulang pada struktur Gedung Kantor Bersama Kabupaten Sijunjung yang sedang dalam tahap pelaksanaan

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

a. Membandingkan hasil perhitungan dari perencana dengan hasil perhitungan penulis, sehingga hasil akhir terdapat perbandingan pemakaian material besi tulangan.

b. Mempelajari dan menerapkan perencanaan struktur yang efisien, aman dan layak pakai.

c. Menggabungkan perencanaan struktur secara manual dan dengan menggunakan program komputer. Permasalahan yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini, yaitu sebagai berikut :

 Perhitungan dibatasi pada dimensi dan penulangan yaitu balok, kolom, pelat dan pondasi.

 Permodelan dan analisa struktur menggunakan program komputer. 2. METODOLOGI

Metodologi penulisan Tugas Akhir ini, yaitu dengan menggunakan studi literatur, dimana perhitungan yang dilakukan dengan berpedoman kepada buku-buku dan peraturan atau standar-standar yang ada. Sedangkan data-data yang digunakan didapat dari Konsultan Pengawas Gedung Kantor Bersama Kabupaten Sijunjung tersebut. Adapun rincian dari metodologi penulisan sebagai berikut :

 Mengetahui teori dasar-dasar perencanaan Beton Bertulang

 Mengetahui cara penganalisaan struktur beton bertulang

 Mengetahui cara pendetailan elemen-elemen struktur

(4)

v Data-data perhitungan yaitu data teknis, data struktural dan data lain yang mendukung.

2. Metode Analisis

 Analisa Beban Gempa

 Analisa Beban Gravitasi

 Kombinasi Pembebanan

 Analisa penggunaan Pondasi Tiang Pancang

Material beton memiliki kuat tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki oleh beton

Kelebihan Beton Sebagai Suatu Bahan Struktur.

1. Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan bahan lain.

2. Beton mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air.

3. Struktur beton bertulang sangat kokoh. 4. Beton tidak memerlukan biaya

pemeliharaan yang tinggi.

5. Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang sangat panjang.

6. Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk pondasi tapak, dinding basement, tiang tumpuan

jembatan, dan bangunan-bangunan semacamnya.

Kelemahan Beton Sebagai Suatu Bahan Struktur.

1. Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga memerlukan penggunaan tulangan tarik.

2. Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap ditempatnya sampai beton tersebut terus mengeras. 3. Rendahnya kekuatan per satuan berat

dari beton mengakibatkan beton bertulang menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur-struktur bentang panjang dimana berat beban mati beton yang besar akan sangat mempengaruhi momen lentur. 4. Rendahnya kekuatan per satuan

volume mengakibatkan beton akan berukuran relatif besar.

Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak untuk menjadi bentuk yang sangat beragam, mulai dari pelat, balok, dan kolom yang sederhana sampai atap kubah

Kuat Tekan beton (fc’ ) ditentukan dengan melakukann uji kegagalan terhadap silinder / kubus beton, yang berumur 28 hari pada tingkat pembebanan tertentu. Nilai-nilai kuat tekan beton seperti yang diperoleh dari hasil pengujian sangat dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari elemen uji dan cara pembebananya.

(5)

vi Gambar 1 Kurva tegangan – regangan beton

dengan kekuatan medium.

Sumber : Phil M. Ferguson, “ Dasar-Dasar Beton Bertulang”, Erlangga,Hal 35

Analisis struktur gedung bertingkat pada prinsipnya adalah meninjau respons struktur terhadap beban-beban yang bekerja tiap lantai yang kemudian diteruskan ke lantai berikutnya, kriteria desain serta menentukan tegangan dan gaya-gaya yang terjadi pada elemen struktur. Bangunan harus memenuhi kriteria berikut :

1. Kuat dan aman, serta mampu menahan beban rencana selama usia bangunan. 2. Merencanakan bangunan yang

memiliki tingkat daktalitas yang baik sesuai dengan yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku.

3. Ekonomis, berarti didesain seminimal mungkin tetapi mampu menahan beban terbesar yang diterimanya.

4. Mempunyai nilai keindahan (estetika) 3. DASAR TEORI

Dalam menentukan beban yang bekerja pada struktur digunakan peraturan-peraturan sebagai berikut :

1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI-03-2847 :2002)

2. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847 :2013) 3. Peraturan Pembebanan Indonesia

untuk Gedung (PPIUG 1983)

4. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Gedung dan Non Gedung (SNI 1726 : 2012)

Besar beban yang bekerja pada konstruksi ditentukan berdasarkan jenis dan fungsi bangunan yang akan dikerjakan.

Sebelum dilakukan analisis pembebanan terhadap suatu struktur yang akan direncanakan, tahap awal yang perlu dilakukan adalah perencanaan awal terhadap dimensi dari penampang kolom, balok dan pelat yang lebih dikenal dengan nama preliminary design. Perencanaan dimensi balok, pelat dan kolom ini disesuaikan dengan standar Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013).

Beban yang bekerja pada struktur utama berupa beban mati, beban hidup, dan beban gempa. Perhitungan penulangan struktur berdasarkan SNI 03-2847-2002 meliputi penulangan kolom, penulangan balok. Perhitungan penulangan berdasarkan hasil analisis program komputer.

(6)

vii 3. ANALISIS

Analisis Penulangan Pelat Data yang diperlukan :

fc’ = Kuat tekan beton

fy = Tegangan leleh baja tulangan yang disyaratkan

Wu = Beban terfaktor per unit luas pelat

b = Lebar pelat yang ditinjau d = Tebal pelat

Ф = 0,8 (faktor reduksi kekuatan untuk komponen yang memikul lentur murni) Langkah-langkah perhitungan : 1. Mu = ф.0,5 .b.d.fy.

            ' 2 d d a d

2. Didapat, cek nilai yang didapat dengan nilai min dan max

3. Tulangan tarik (As) =

.b.d

4. Tulangan tekan (As’) = 0,5 . As

Gambar 2 Flow chart perhitungan pelat Analisis Penulangan Balok

Data yang diperlukan :

fc’ = Kuat tekan beton, Mpa fy = Tegangan leleh baja

tulangan yang disyaratkan,Mpa Bb = Lebar plat yang ditinjau (diambil per 1 m = 1000 mm) hf = Tebal plat, mm

(7)

viii Mn = Kuat momen nominal

penampang, kN/m2

Ф = 0,8 (faktor reduksi untuk komponen yang memikul lentur murni)

p = Tebal penutup beton, mm d = tinggi efektif balok (jarak

dari serat tekan terluar ke pusat tulangan

tarik), mm

d' = Jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tekan, mm

Langkah-langkah perhitungan : 1. Tentukan tinggi efektif d , dan d’ 2. Hitung ρmax , ρmin

3. Hitung luas tulangan tarik dan tulangan tekan

4. Cek kebutuhan tulangan

5. Kontrol nilai momen. Syarat Mn > Mu

Gambar 3 Flow chart perhitungan Balok

Analisis Penulangan Kolom Data yang diperlukan :

fc’ = Kuat Tekan Beton, Mpa fy = Tegangan leleh baja tulangan

yang disyaratkan, Mpa H = Dimensi kolom (b = h) Mux = Momen terfaktor arah X Muy = Momen terfaktor arah y

(8)

ix Pu = Total gaya normal

arah memanjang dan melintang

Agr = Luas penampang (B x h)

Ф = 0,7 (faktor reduksi) Langkah-langkah perhitungan :

1. Eksentrisitas yang terjadi akibat beban rencana ey = ' P Mx ex = ' P My e = ey2 ex2

2. Asumsi angka penulangan As = As’ =

.b.d

3. Cek eksentrisitas yang terjadi dengan eksentrisitas balance eb cb = y f d  600 . 600 ab = β1. Cb Pnb = 0,85 fc’ b ab+ As’. fs’ – As . fy Mnb = 0,85fc’b.ab        2 2 b a h + As’ fs’        ' 2 d h + As fy        2 h d eb = nb nb P M

4. Cek jenis keruntuhan yang terjadi, - apabila e yang terjadi < eb , maka

keruntuhan tekan kapasitas penampang yang menerima tekan adalah Pn = 18 , 1 3 ' 5 , 0 ' '. 2     d he bhfc d d e fy As

- apabila e yang terjadi > eb , maka

keruntuhan tarik kapasitas penampang yang menerima tarik adalah Pn = 0,85                          d d fc fy d e h d e h ' 1 ' 85 , 0 2 2 2 2 2 2

(9)

x Gambar 4 Flow chart perhitungan Kolom

Untuk analisis perhitungan, sebagai kasusnya ditinjau suatu portal dari gedung bertingkat yang berada di Kabupaten Sijunjung, yaitu Gedung Kantor Bersama. Pada tugas akhir ini, penulis melakukan perencanaan ulang struktur gedung yang terdiri atas 5 lantai, yaitu tinggi masing-masing lantai adalah sebagai berikut : - Lantai 1 dari lantai dasar = 3,5 m - Lantai 2 dari lantai 1 = 3,9 m - Lantai 3 dari lantai 2 = 3,9 m - Lantai 4 (dak) dari lantai 3= 3,9 m Data-data struktur perencanaan awal Gedung Kantor Bersama adalah:

 Jumlah lantai : 5

 Tinggi lantai : 3,9m & 3,5m

 Tinggi total Gedung : 15,2 m

 Panjang Gedung : 54 m

 Lebar Gedung : 38.375 m

 Jenis struktur : Beton bertulang

 Fungsi : Kantor Pemerintahan

 Jenis tanah : Tanah lunak

 Tebal pelat : 12 cm  Dimensi balok : B1 300 x 500 mm B8 = 350x500 mm BA 1 = 250 x 450 mm BA 2 = 200x350 mm B1A = 300x650 mm  Dimensi kolom : K 500 x 500 mm  Mutu beton

- Pelat lantai : K 300 = fc 25 MPa - Balok : K 300 = fc 25 MPa - Kolom : K 300 = fc 25 MPa  Mutu baja: - Diameter < 10 mm BJTP-24 : fy = 2400 kg/cm2 - Diameter ≥ 10 mm BJTD-40 : fy = 4000 kg/cm2

Penulangan Plat Atap (DL) = 368 kg/m² (LL) = 150 kg/m² Wu = 1,2 DL + 1,6 LL = 1,2 (368) + 1,6 (150) = 681,6 Kg/m2

(10)

xi Plat diasumsikan terjepit sejati

Ly/Lx = 6/3 = 2

Dari grafik tabel beton bertulang (1991 ) Mlx = 0,001 Wu . Lx2. x dimana : x =

58

Mly = 0,001 Wu . Lx2. x dimana : x = 15

Mtx = -0,001 Wu . Lx2. x dimana : x = 82

Mty = -0,001 Wu . Lx2. x dimana : x = 53

Momen design plat atap : Mlx = 0,001 . 681,6. 32. 58 = 355,79 kg.m Mly = 0,001 . 681,6. 32. 15 = 92,02 kg.m Mtx = -0,001 .681,6. 32. 82 = -503,02kg.m Mty = -0,001 . 681,6. 32. 53 = -325,12 kg.m

Penulangan Lentur Balok AS B

Untuk keseragaman dimensi balok pada keseluruhan konstruksi, maka perencanaan didasarkan pada balok yang memberikan harga ketebalan terbesar yaitu pada kondisi balok dua tumpuan :

Tebal balok :

h  16

l

, dimana l diambil dari bentang yang terbesar yaitu 6 m.

h  16 6000mm

h  375 mm

ketentuan diatas berlaku untuk Fy = 400 Mpa, sedangkan untuk Fy selain itu, nilai tersebut dikalikan dengan faktor ( 0,4 + Fy/700 )

Maka : h  375 ( 0.4 + 320/700 ) h  321.43 mm

lebar balok ( bw ) diambil berdasarkan asumsi bahwa balok bukan balok tinggi, disini bw = 2/3h

maka : bw = 2/3. 321,43 mm = 214,287 mm

Jadi ukuran Balok yang direncanakan yaitu balok 300 mm x 500 mm dapat digunakan. Penulangan lentur balok induk dihitung terhadap momen maksimum yang terjadi masing-masing lantai.

Daerah tumpuan

Mu = 15074,8kg.m = 15074,8x 104 N.mm

(11)

xii d = h – p – Øtul.sengkang – ½ Øtul.utama = 500 – 40 – 10 – ½ .19 = 440,5 mm d’ = h – d = 500 – 440.5 = 59.5 mm

Koefisien kapasitas penampang

= 2,589 Mpa

Syarat rasio penulangan

= 0,0035 ρ maks = 0,75        fy x fy fc x 600 600 85 , 0 1 = 0,75       400 600 600 400 25 85 , 0 85 , 0 x x x = 0.0203

Nilai perbandingan tegangan

= 18,824

Maka diperoleh nilai rasio tulangan perlu

= 0,0531 ( 1 – 0,869)

Karena nilai

maka digunakan = 0,0035 Luas tulangan tarik ( As)

As = ρ x b x d

= 0,0035 x (300) x (440,5)

= 462,525 mm2 ....dipakai tulangan 6 D19 (1700.31 mm2)

Luas tulangan tekan ( As’) As’ = 0,5 x As

= 0,5 x (462,525)

= 231,2625 mm2 ..di pakai tulangan 4 D19 (1133,54 mm2)

Kontrol terhadap nilai ρmin dan ρmaks ρ = d b As . =(300)(440,5) 1700.31 = 0,0128 ρmin ≤ ρ ≤ ρmaks 0,0044 ≤ 0,0128 ≤ 0,0276 ……(memenuhi)

(12)

xiii

Daerah Lapangan Mu = 6711,58kg.m

= 6711,58x 104 N.mm Tinggi efektif balok (d)

d = h – p – Øtul.sengkang – ½ Øtul.utama = 500 – 40 – 10 – ½ .19 = 440,5 mm d’ = h – d = 500 – 440,5 = 59.5 mm

Koefisien kapasitas penampang

= 0,76 Mpa

Syarat rasio penulangan

= 0,0035 ρ maks = 0,75        fy x fy fc x 600 600 85 , 0 1 = 0,75       400 600 600 400 25 85 , 0 85 , 0 x x x = 0.0203

Nilai perbandingan tegangan

= 18,824

Maka diperoleh nilai rasio tulangan perlu

= 0,0531 ( 1 – 0,964)

Karena nilai

maka digunakan = 0,0035 Luas tulangan tarik ( As)

As = ρ x b x d

= 0,0035 x (300) x (440,5)

= 462,525 mm2...di pakai tulangan 4 D19 (1133,54 mm2)

Luas tulangan tekan ( As’) As’ = 0,5 x As

= 0,5 x (462,525)

= 231,263 mm2...di pakai tulangan 2 D19 (566,77 mm2)

(13)

xiv Kontrol terhadap nilai ρmin dan ρmaks

ρ = d b As . =(300)(440,5) 1133,54 = 0,0085 ρmin ≤ ρ ≤ ρmaks 0,0044 ≤ 0,0085≤ 0,0276 ……. (memenuhi)

Perhitungan selanjutnya ditabelkan

Penulangan struktur kolom dihitung berdasarkan gaya aksial maksimum dan momen lentur yang terjadi pada portal yang ditinjau. Langkah perhitungan kolom dibuat untuk lantai 1, sedangkan untuk kolom lantai selanjutnya ditabelkan

Penulangan Balok Anak

Penulangan lentur balok anak dihitung berdasarkan momen maksimun yang terjadi pada masing-masing bentang balok

Daerah tumpuan Mu = 8531,73 kg.m

= 8531,73 x 104 N.mm Tinggi efektif balok (d)

d = h – p – Øtul.sengkang – ½ Øtul.utama = 450 – 40 – 8 – ½ .19 = 392.5 mm d’ = h – d = 450 – 392.5 = 57.5 mm

Koefisien kapasitas penampang

= 2.215 Mpa

Syarat rasio penulangan

= 0,0035 ρ maks = 0,75        fy x fy fc x 600 600 85 , 0 1 = 0,75       400 600 600 400 25 85 , 0 85 , 0 x x x = 0.0203

Nilai perbandingan tegangan

= 18,824

(14)

xv = 0,0531 ( 1 – 0,889 )

Karena nilai

maka digunakan = 0,00589 Luas tulangan tarik ( As)

As = ρ x b x d

= 0,00589 x (250) x (392.5)

= 577,95 mm2 ...di pakai tulangan 4 D19 (1133,54 mm2)

Luas tulangan tekan ( As’) As’ = 0,5 x As

= 0,5 x (577,95)

= 288,975 mm2 ...di pakai tulangan 2 D19 (566.77 mm2)

Kontrol terhadap nilai ρmin dan ρmaks ρ = d b As . =(250)(392.5) 1133,54 = 0,011 ρmin ≤ ρ ≤ ρmaks 0,0044≤0,011≤0,0276 ………... (memenuhi) Daerah Lapangan Mu = 4265.87 kg.m = 4265.87 x 104 N.mm Tinggi efektif balok (d)

d = h – p – Øtul.sengkang – ½ Øtul.utama = 450 – 40 – 8 – ½ .19 = 392.5 mm d’ = h – d = 450 – 392.5 = 57.5 mm

Koefisien kapasitas penampang

= 1,107 Mpa

Syarat rasio penulangan

= 0,0035 ρ maks = 0,75        fy x fy fc x 600 600 85 , 0 1 = 0,75       400 600 600 400 25 85 , 0 85 , 0 x x x = 0.0203

Nilai perbandingan tegangan

= 18,824

(15)

xvi = 0,0531 ( 1 – 0,946 )

Karena nilai maka

digunakan = 0,0035 Luas tulangan tarik ( As)

As = ρ x b x d

= 0,0035 x (250) x (392.5)

= 343,437 mm2 ...di pakai tulangan 4 D19 (1133,54 mm2)

Luas tulangan tekan ( As’) As’ = 0,5 x As

= 0,5 x (343,437)

= 171,71 mm2 ...di pakai tulangan 2 D19 (566,77 mm2)

Kontrol terhadap nilai ρmin dan ρmaks ρ = d b As . =(250)(392,5) 1133,54 = 0,011 ρmin ≤ ρ ≤ ρmaks 0,0044 ≤ 0,011 ≤ 0,0276 ………...(memenuhi)

Perhitungan selanjutnya ditabelkan.

Penulangan Kolom K1 Lantai 1 Data kolom lantai 1 :

Gaya Aksial kolom (Pu) = 130397,62 kg = 1303976,2 N Momen yang terjadi (Mux)

= 41814,12 kg.m = 418141200 Nmm Momen yang terjadi (Muy)

= 23813,15kg.m = 238131500Nmm Tinggi kolom = 3500 mm Mutu beton (fc’) = 25 MPa Mutu baja (fy) = 400 MPa Selimut beton (p) = 40 mm Dimensi kolom (bxh) = (500 x 500) mm Tulangan utama = 19 mm Tulangan sengkang = 13 mm Tinggi efektif : d = h – tc – Øs – 1/2 Øt = 500 – 40 – 13 – ½ (19) = 437,5 mm d’ = h – d = 500 – 437,5 = 62,5 mm Pu’ =   65 . 0 1303976,2  Pu 2006117,231 N Eksentrisitas Momen lentur Arah X

(16)

xvii    1 2006117,23 238131500 ' Pu Muy ex 118,7 mm

Eksentrisitas Momen lentur arah Y

   1 2006117,23 418141200 ' Pu Mux ey 208,43 mm

Eksentrisitas Resultan momen lentur 2 2 ey ex e  = 118,72208,432 = 239,85 mm

Luas bruto penampang kolom Agr = b x h

= 500 x 500 = 250000 mm

Dari grafik pada gambar 9.8 Buku grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang diperoleh nilai r = 0.022

Luas tulangan perlu

Luas penampang batang tulangan

Gunakan 14 D 19 dengan luas aktual = 3967,39 mm

Berdasarkan perhitungan penulangan kolom diatas, maka jumlah tulangan 14 Ø 19 dapat digunakan.

Perhitungan penulangan kolom selanjutnya ditabelkan.

Perhitungan Struktur Bawah

Struktur bawah suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada dibagian bawah yang meliputi tie beam, pile cap, dan pondasi.

(17)

xviii Tie Beam (Sloof) adalah balok pengikat yang berfungsi sebagai pengaku bangunan secara keseluruhan dan dengan adanya tie beam maka daya jepit kolom ke pondasi semakin besar.

Perencanaan Dimensi Tie Beam Tie Beam bentang 6 m

Menurut tabel 11.5.3.3 SNI 03-2847-2002, menyatakan bahwa tebal minimum balok adalah : hmin = 16 L diambil 14 L hmin = 14 6000 = 428,57 mm ≈ 450 mm

Dari hasil ketebalan minimum diatas, dapat diambil ketebalan tie beam (h) = 500 mm dan untuk lebar tie beam (b) direncanakan : b = 3 2 h = 3 2 x 500 mm = 250 mm

Jadi diasumsikan dimensi sloof adalah 300/500

Pengecekan Dimensi Tie Beam Direncanakan dimensi sloof :

 (300 x 500) mm Inersia sloof : S1 = 12 1 x 30 x 503 = 6250 cm4 Dimensi kolom (50 x 50) cm Inersia kolom : I Kolom = 12 1 x 50 x 503 =520833,33 cm4 Syarat :

k kolom < k tie beam k kolom = L EI = 500 33 , 520833 ) 10 1 , 2 ( x 5 x = 182291665,5 cm4 k Sloof = L EI = 600 5 182291665, ) 10 1 , 2 ( x 5 x = 6380208293 cm4 Syarat : k kolom < k sloof 182291665,5 cm4 <6380208293 cm4 ……… (tidak memenuhi )

Karena dimensi tie beam tidak memenuhi, dimensi tie beam diatas dapat dipakai untuk perhitungan selanjutnya. Ambil lebar balok : b = 2/3 x h dan tinggi balok ; h = 50 cm

(18)

xix b = 2/3 x 50 = 33,33 cm ≈ 40 cm Inersia sloof = 12 1 x 40 x 503 = 416666,6667 cm4 k S1 = L EI = 600 7 416666,666 ) 10 1 , 2 ( x 5 x = 145833333,3 cm4 Syarat : k sloof > k kolom 145833333,3 cm4 ≥ 182291665,5 cm4 ……….(memenuhi)

Dimensi sloof yang dipakai : b = 40 cm dan h = 60 cm

Pemilihan Jenis Pondasi

Dari data tanah dengan menggunakan pengujian sondir didapatkan kedalaman tanah keras tercapat pada 10-20 meter. Dalam merencanakan suatu struktur bangunan dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi, pemilihan tipe pondasi didasarkan pada beberapa hal, yaitu : Fungsi bangunan atas, besarnya beban dan berat dari bangunan, keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan

didirikan, serta jumlah biaya yang akan dikeluarkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang dengan penampang berbentuk lingkaran. Dengan spesifikasi sebagai berikut :

Mutu beton (fc‘) = 25 Mpa Mutu Baja (fy) = 400 Mpa

Ukuran = ø 35 cm

Luas penampang = 961,625 cm2

Keliling = 109,9 cm

PENUTUP a. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan Tugas Akhir ini, dapat diambil kesimpulan berupa perbandingan hasil perhitungan penulis dengan perhitungan perencana adalah sebagai berikut berikut :

a) Penulangan Pelat Lantai t = 120 mm Perbandingan hasil perhitungan Pelat lantai antara penulis dan Perencana

Lantai Penulis Perencana

Lantai atap Lantai 4 Lantai 3 Lantai 2 Lantai 1 Ø 10 – 150 Ø 10 – 150 Ø 10 – 150 Ø 10 – 150 Ø 10 – 150 Ø 10 – 175 Ø 10 – 175 Ø 10 – 175 Ø 10 – 175 Ø 10 – 175

b) Penulangan Lentur & Geser Balok Induk Portal As-B

(19)

xx Tabel Perbandingan hasil perhitungan Balok Induk Portal AS-B antara penulis dan Perencana

c) Penulangan Lentur & Geser Balok Induk Portal AS-9

Tabel Perbandingan hasil perhitungan Balok Induk Portal AS-9 antara penulis dan Perencana

d) Penulangan Lentur dan Geser Balok Anak

Tabel Perbandingan hasil perhitungan Balok Anak antara penulis dan Perencana

e) Kolom

Tabel Perbandingan hasil perhitungan Kolom antara penulis dan Perencana

f) Tie Beam

Dari hasil perhitungan penulis didapatkan tie beam dengan ukuran 40/60 cm. dengan jumlah tulangan 6 D 19 untuk tulangan tarik dan 4 D 19 untuk tulangan tekan. Untuk tulangan geser digunakan tulangan Ø 8–200 mm.

g) Pondasi

Dari hasil perhitungan penulis dapat direncanakan pondasi dengan tipe pondasi tiang Pancang dengan diameter 35 cm, dan 2 buah tiang pancang dalam satu grup pada kedalaman 15 m.

(20)

xxi Untuk pile cap, tebalnya 600 mm dan untuk penulangannya, untuk tulangan tarik menggunakan 20 D 19 dan untuk tulangan tekan menggunakan 10 D 19.

b. Saran

1. Perhitungan struktur gedung diperlukan ketelitian agar hasil perhitungan akurat dan benar.

2. Perhitungan struktur gedung harus direncanakan dengan aman, kuat dan ekonomis.

3. Dalam perencanaan struktur gedung harus menggunakan dan mengikuti syarat-syarat / ketentuan-ketentuan/ standart-standart perencanaan untuk bangunan gedung yang berlaku, sehingga dapat menghasilkan perencanaan yang sesuai dengan apa yang diharapkan

Daftar Pustaka

W.C.Vis, Ir dan Gideon H. Kusuma, Ir. M.Eng. 1993. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Seri Beton 1. Penerbit : Erlangga. Jakarta.

W.C. Vis, Ir dan Gideon H. Kusuma, Ir. M.Eng. 1993. Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang berdasarkan SK SNI T-15-1991-03

Seri Beton 4. Penerbit : Erlangga. Jakarta.

Juniman Silalahi. 2008. Struktur Beton Bertulang 2 Berdasarkan Standar SNI-03-2847-2002. Penerbit : UNP Press . Padang

Juniman Silalahi. 2008. Mekanika Struktur Jilid 1 Berdasarkan Standar SNI-03-2847-2002. Penerbit : UNP Press . Padang

PPIUG 1983 Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, Offset. Bandung

SNI–03–2847–2002 Tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, BSN, 2002, Bandung.

SNI 1726:2012 Tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, BSN, 2012, Jakarta.

SNI-2847-2013. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung ,BSN,2013, Jakarta

Setiawan Agus. 2008. Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD Berdasarkan SNI 03-1729-2002 : Erlangga. Jakarta

Satyarno Iman Prof. Dr. Ir. M.E. dan Nawangalam Purbolaras,ST. M. Eng. 2012. Belajar Sap2000, Zamil Publising, Yogyakarta

Gambar

Gambar 2 Flow chart perhitungan pelat
Gambar 3 Flow chart perhitungan Balok
Gambar 4 Flow chart perhitungan Kolom
Tabel  Perbandingan  hasil  perhitungan  Balok  Induk  Portal  AS-9  antara  penulis  dan Perencana

Referensi

Dokumen terkait

 Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien ( pasien marah atau depresi ), maka komunikasi yang efektif adalah

Begitu juga kepala madrasah, ia harus mempunyai 4 (empat) kompetensi sebagai seorang pemimpin, salah satunya ialah profesionalisme. Dalam hal ini, salah satu

• Untuk mengetahui ketepatan klasifikasi calon mahasiswa baru yang mengikuti tes keterampilan SNMPTN 2010 dengan Analisis Diskriminan Linier dan Analisis Diskriminan Kernel?.. ITS

Hal ini terjadi karena telur yang rusak tersebut memiliki rentang nilai piksel antara nilai yang tedapat embrio dengan telur yang tidak ada embrionya (bagus ) dan

2) Algoritme Dijkstra dapat diimplementasikan/digunakan sebagai alternatif dalam penentuan jarak efisien suatu daerah kedaerah yang lain dalam hal ini adalah

Grafik 7 menunjukkan tingkat pemahaman pengunjung terhadap banyaknya orang yang sering berkunjung di Arboretum sudah tergolong tinggi (81,42%), sehingga mereka

Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir Memahami dasar-dasar kelistrikan, elektronika dan Menjelaskan arus, tegangan dan tahanan listrik5. keilmuan yang mendukung

Pada umumnya pengendalian kondisi sa- nit asi lingkungan belum dilakukan dengan baik oleh para pengraj in t empe di Kabupat en Lam- pung Barat. Fakt or yang memperburuk kondisi