PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
PERSPEKTIF AZYUMARDI AZRA
TAHUN 1983-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjanan Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
MAFTUKHIN
NIM: 111 12 142
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka.
(Firman Allah)
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, do‟a yang tak pernah lelah dipanjatkan untuk putra-putrinya, motivasi yang tak ternilai, baik dari segi materil atau non materil sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan.
Kakakku tercinta Mbak Zakiyatul Fakhiroh dan Mbak Fasikhah yang tak
pernah lelah memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis.
Segenap Keluarga besar Yayasan Al Furqon Pesantren Hidayatullah
Kendal, khususnya kepada Almarhum Ustadz Abi Hamzah Ar dan Umi Rofi‟ah dengan ikhlasnya mendidik penulis serta adik-adik.
Segenap Keluarga besar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kendal,
khususnya Bapak Ustadz Sunardi, M.Ag., Bapak K.H. Misbakhul Fuad, M.Pd, dan guru-guru lainnya dengan ikhlas dan kesabarannya mendidik dan mengarahkan penulis, sehingga penulis bisa merasakan betapa pentingnya pendidikan.
Segenap Keluarga besar Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Ledok
Salatiga, khususnya K.H. Maslikhuddin Yazid, K.H. Muslimin Al Asy‟ari,
Kyai Sa‟dullah dengan ikhlas dan sabar membimbing penulis yang nakal ini.
Segenap Keluarga Yayasan Wakaf Literasi Islam Indonesia (WALI),
khususnya K.H Anis Maftukhin yang selalu mengajarkan menjadi manusia yang benar manusia, yakni hidup berkarya dan hidup bermanfaat.
Segenap Keluarga besar TMI Pondok Pesantren Darul Amanah, para
masyayikh, para asatidz dan asatidzah yang dengan ikhlas mendidik. Meski hanya tiga tahun merasakan kebersamaan tapi tidak akan saya lupakan anugrah pertemuannya.
Segenap guru-guru aktivis petani di Aliansi Petani Indonesia (API),
Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA). Maafkan penulis belum bisa apa-apa, tapi pengalaman dan ilmunya itu adalah harta yang tak ternilai, terima kasih atas ilmunya.
Segenap sahabat dan teman seperjuangan di Pondok Pesantren Sunan Giri,
Banyak suka duka yang kita lalui, semoga ilmu yang kita dapatkan bermanfaat dan berkah. Maafkan penulis dengan segala kekurangan.
Segenap keluarga besar LPM Dinamika IAIN Salatiga yang telah menjadi
Teman-teman PPL, KKL, dan KKN yang berjuang bersama dalam suka dan duka untuk menyelesaikan tugas Negara.
Teman-teman seperjuangan di Kampus IAIN Salatiga.
Almamaterku tercinta IAIN Salatiga
Pendamping hidup kelak InsyaAllah, yang namanya masih dirahasiakan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PERSPEKTIF
AZYUMARDI AZRA TAHUN 1983-2016”. Sholawat dan Salam Allah SWT,
semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi
suri teladan bagi umatnya hingga hari kiamat.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai phak. Untuk itu, penulis
menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag. Selaku pembimbing yang telah
membimbing dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Ulfah Susilowati, M.SI. Selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing dan mengarahkan selama kuliah.
6. Bapak/ Ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
pelayanan kepada penulis.
7. Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. yang telah bersedia diwawancarai
ABSTRAK
Maftukhin. 2016. Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia Perspektif
Azyumardi Azra Tahun 1983-2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muh. Saerozi, M. Ag.
Kata kunci: Pembaruan, Pendidikan Islam, Azyumardi Azra.
Salah satu tokoh pembaru Pendidikan Islam di Indonesia yang berjasa mengkonversikan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN adalah Azyumardi Azra. Penulis tertarik mengetahui pemikirannya tentang pembaruan pendidikan Islam di Indonesia. Pertanyaan penelitian ini adalah: (1) Bagaimana biografi Azyumardi Azra? (2) Bagaimana pemikiran pendidikan Islam menurut Azyumardi Azra? (3) Bagaimana strategi pembaruan pendidikan Islam (perguruan tinggi Islam dan pesantren) menurut Azyumardi Azra? (4) Bagaimana relevansi pembaruan pendidikan Islam di Indonesia menurut Azyumardi Azra?
Metode penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research).
Sumber data primer, dari buku-buku karangan Azyumardi Azra yang berkaitan dengan pembaruan pendidikan Islam serta wawancara langsung dengannya. Sumber data skundernya, dari buku-buku lain yang berhubungan dengan penelitian. Analisa data yang digunakan adalah metode Analisis Isi.
Temuan penulis bahwa Azyumardi Azra adalah akademisi Muslim asal Indonesia yang dikenal juga cendekiawan Muslim. Pada masa kepemimpinannya berhasil mengkonversikan IAIN Syarif Hidayatullah menjadi UIN sebagai kampus pembaru Islam di Indonesia. Pembaruan pendidikan Islam adalah proses pemindahan nilai budaya dan pembentukan individu berdasarkan ajaran Islam supaya dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di bumi dan tercapai kebahagiaan dunia akhirat. Strategi pembaruan Pendidikan Islam ada dua, (1) Strategi di Perguruan Tinggi Islam dengan cara penataan organisasi, penyempurnaan sistem pendidikan dan kurikulum, peningkatan personal, reformulasi tujuan, simplifikasi beban perkuliahan, dekompartementalisasi, liberalisasi sistem sks, dan penguatan akhlakul karimah. (2) Strategi di Pondok Pesantren dengan cara pembaruan subtansi, metodologi, kelembagaan, fungsi, penguatan Islam wasatiyah dan penguatan jaringan pondok pesantren. Pemikiran pembaruan Azyumardi Azra sangat relevan dengan kondisi pendidikan di Indonesia supaya tidak ada dikotomi ilmu, tercapainya akhlakul karimah, kuatnya
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
BAB II BIOGRAFI AZYUMARDI AZRA ... 14
A. Latar Belakang Keluarga ... 14
B. Latar Belakang Pendidikan ... 15
C. Karir ... ... 17
D. Karya ... 20
E. Pengalaman Keagamaan ... 24
BAB III PEMIKIRAN PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM AZYUMARDI AZRA ... 26
A. Pemikiran Pendidikan Islam ... 26
2. Sumber Pendidikan Islam ... 30
3. Karakteristik Pendidikan Islam ... 30
4. Kurikulum Pendidikan Islam ... 32
5. Metode Pendidikan Islam ... 34
B. Strategi Pembaruan Pendidikan Islam ... 36
1. Pembaruan Perguruan Tinggi Islam ... 36
2. Pembaruan Pondok Pesaantren ... 48
BAB IV RELEVANSI PEMIKIRAN PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM AZYUMARDI AZRA ... 56
A. Relevansi Pemikiran Pembaruan Pendidikn Islam ... 56
1. Relevansi Arti dan Tujuan Pendidikan Islam ... 56
2. Relevansi Sumber Pendidikan Islam ... 59
3. Relevansi Karakteristik Pendidikan Islam ... 61
4. Relevansi Kurikulum Pendidikan Islam ... 63
5. Relevansi Metode Pendidikan Islam ... 65
B. Relevansi Strategi Pembaruan Pendidikan Islam ... 68
1. Relevansi Strategi Pembaruan Perguruan Tinggi Islam.... 68
2. Relevansi Strategi Pembaruan Pondok Pesantren ... 82
BAB V PENUTUP ... 95
A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semangat pendidikan menjadi suatu keharusan bagi seluruh
anggota masyarakat, karena berawal dari pendidikan, kemajuan suatu
bangsa dan negara dapat dilihat. Mulyana (2002: 4) menyatakan bahwa
pendidikan dalam proses pembangunan memberikan kontribusi yang
sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, karena pendidikan
merupakan sarana dalam membangun watak bangsa.
Aktivitas kependidikan Islam di Indonesia pada dasarnya sudah
berlangsung dan berkembang sejak sebelum Indonesia merdeka hingga
sekarang. Hal ini dapat dilihat dari fenomena tumbuhkembangnya
program dan praktik pendidikan Islam yang dilaksanakan di Nusantara,
baik berupa pendidikan Pondok Pesantren, pendidikan Madrasah,
pendidikan umum yang bernafaskan Islam, pelajaran Pendidikan Agama
Islam yang diselenggarakan di lembaga-lembaga pendidikan umum
sebagai suatu mata pelajaran atau mata kuliah saja, maupun pendidikan
agama Islam yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok tertentu di
Masyarakat, serta di tempat-tempat ibadah dan media massa (Muhaimin:
2003: 1).
Menurut Azyumardi Azra dalam Kurniawan dan Mahrus (2013:
295-296), bahwa pendidikan Islam di era global dihadapkan pada masalah
memang secara rill dihadapi oleh sistem pemikiran Islam dan pendidikan
Islam pada umumnya antara lain: Pertama, pendidikan Islam krisis
konseptual. Krisis ini berkaitan dengan definisi dan pembatasan ilmu-ilmu
didalam sistem pendidikan Islam. Krisis konseptual yang dimaksud adalah
terjadinya pembagian ilmu-ilmu didalam keilmuan itu sendiri, yang
menyebabkan pengkotakan pada bidang kelembagaan. Kedua, pendidikan
Islam krisis kelembagaan. Krisis ini adalah akibat adanya dikotomisasi
antara lembaga-lembaga pendidikan yang menekankan kepada salah satu
aspek dari ilmu-ilmu yang ada, yaitu diantara ilmu agama atau ilmu
umum. Ketiga, adanya konflik antara tradisi pemikiran Islam dan
pendidikan Islam dengan modernisasi. Keempat, pendidikan Islam krisis
metodologi. Yang terjadi dikalangan lembaga pendidikan Islam sekarang
adalah lebih merupakan proses pengajaran dibandingkan dengan proses
pendidikan. Kelima, Krisis Orientasi. Lembaga pendidikan Islam pada
umumnya lebih berorientasi ke masa silam ketimbang masa depan dalam
batas-batas tertentu.
Melihat kenyataan ini, maka tak ayal lagi bahwa pendidikan Islam
perlu mendapat perhatian yang serius dalam menuntut pemberdayaan,
dengan usaha menata kembali keadaannya, terutama di Indonesia.
Keharusan ini, tentu dengan melihat keterkaitan dan peranannya di dalam
usaha pendidikan bangsa Indonesia yang mayoritas muslim, sehingga
perlu ada terobosan seperti perubahan model dan strategi pelaksanaannya
Langkah konkrit pembaruan pendidikan Islam di Indonesia, pernah
dilakukan oleh Azyumardi Azra, Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dari tahun 1998-2006, dengan cara mengkonversikan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi
Universitas Islam Negeri (UIN). Langkah konversi ini mulai diintensifkan
pada masa kepemimpinan Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA dengan
dibukanya Jurusan Psikologi dan Pendidikan Matematika pada Fakultas
Tarbiyah, serta Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam pada Fakultas
Syariah pada tahun akademik 1998/1999. Untuk lebih memantapkan
langkah konversi ini, pada tahun 2000 dibuka Program Studi Agribisnis
dan Teknik Informatika bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor
(IPB) serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan
Program Studi Manajemen dan Akuntansi. Pada tahun 2001 diresmikan
Fakultas Psikologi dan Dirasat Islamiyah bekerja sama dengan Al-Azhar,
Mesir (https://id.wikipedia.org. Diakses 25 Oktober 2016).
Dengan keluarnya keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
031 tanggal 20 Mei 2002, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berubah
menjadi UIN. Peresmiannya dilakukan oleh Wakil Presiden Republik
Indonesia pada 8 Juni 2002 bersamaan dengan upacara Dies Natalis ke-45
dan Lustrum ke-9 serta pemancangan tiang pertama pembangunan
Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui dana Islamic
(https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Islam_Negeri_Syarif_Hidayatul
lah_Jakarta. Diakses 02 Januari 2017).
Perjuangan panjang itu membuahkan hasil dengan berbagai
penghargaan yang didapat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, antara lain,
(1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menempati peringkat 3 universitas di
Indonesia versi Google Scholar Citations Januari 2017, dan berada di
ranking pertama perguruan tinggi Islam di Indonesia (2) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjadi perguruan tinggi Islam pertama di Indonesia
yang mendapatkan sertifikasi ASEAN University Network-Quality
Assurance (AUN-QA) pada tanggal 26 April 2016 (3) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menempati peringkat 20 universitas di Indonesia
versi Webometrics Januari 2015, dan berada di ranking pertama perguruan
tinggi Islam di Indonesia (4) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menempati
peringkat 36 universitas di Indonesia versi 4icu.org Januari 2015, dan
berada di ranking pertama perguruan tinggi Islam negeri di Indonesia
(https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Islam_Negeri_Syarif_Hidayatul
lah_Jakarta. Diakses 02 Januari 2017).
Berangkat dari persoalan pendidikan Islam di atas serta apa yang
dilakukan Azyumardi Azra, maka penulis tertarik mengangkat
pemikirannya sebagai bahan penulisan skripsi dengan sebuah judul “Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia Perspektif Azyumardi
mengenai pembaruan pendidikan Islam di Indonesia sebagai sebuah
jawaban atas berbagai persoalan yang sedang terjadi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana pemikiran pendidikan Islam menurut Azyumardi Azra?
2. Bagaimana strategi pembaruan pendidikan Islam (Pergurun Tinggi
Islam dan Pondok Pesantren) menurut Azyumardi Azra?
3. Bagaimana relevansi pembaruan pendidikan Islam di Indonesia
menurut Azyumardi Azra ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan objek pokok permasalahan maka tujuan yang ingin
dicapai adalah:
1. Mengetahui pemikiran pendidikan Islam menurut Azyumardi Azra.
2. Mengetahui strategi pembaruan pendidikan Islam (Pergurun Tinggi
Islam dan Pondok Pesantren) menurut Azyumardi Azra.
3. Mengetahui relevansi pembaruan pendidikan Islam di Indonesia
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini dapat berrmanfaat dan memperkaya khazanah
teori pendidikan Islam di Indonesia. Selain itu, dapat menjadi
dorongan bagi peneliti lainnya untuk mengkaji lebih dalam dan
berkelanjutan, sehingga proses pengembangan pemikiran pendidikan
Islam akan terus berlanjut.
2. Secara Praktis
Dapat bermanfaat bagi civitas akademika Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam.
E. Telaah Pustaka
Sejauh pengamatan yang penulis ketahui terkait dengan penelitian
pemikiran Azyumardi Azra yang berhubungan dengan pendidikan Islam
antara lain:
1. Skripsi yang ditulis Ilham Arif, Jurusan Kependidikan Islam Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 2015 yang berjudul Modernisasi Pondok Pesantren
(Studi Pemikiran Azyumardi Azra). Jenis penelitiannya adalah
menggunakan penelitian kepustakaan (library research).
Dalam penelitian ini disimpulkan: Pertama, modernisasi yang dilakukan
pesantren dalam bentuk kelembagaan seperti pertanian, perikanan, atau
sekolah-sekolah umum di lingkungan pesantren telah menimbulkan
pesantren yaitu memasukkan ilmu-ilmu sekuler (umum) kedalam
kurikulum pesantren telah menimbulkan permasalahan. Oleh karena itu
menurut Azyumardi Azra pesantren harus mengkaji ulang secara cermat
dan hati-hati berbagai gagasan modernisasi tersebut dan pesantren harus
lebih mengorientasikan peningkatan kualitas para santrinya kearah
penguasaaan ilmu-ilmu agama. Adapun model pembelajaran metode
sorogan dan bandongan tetap relevan namun perlu dikembangkan
dengan dialogis. Azyumardi Azra juga mengharapkan bahwa
metodologi pesantren harus dipertahankan, yaitu proses pengajaran yang
berlangsung itu lebih merupakan learning, ta‟lim dari pada tarbiyah
yang terlihat formal.
2. Skripsi yang ditulis Neneng Siti Fatimah Nurul Aini, mahasiswa
Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2012 dengan judul “Pendidikan Karakter dalam Pandangan
Azyumardi Azra”. Penelitian yang dilakukan tersebut merupakan
penelitian kepustakaan.
Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pendidikan karakter
dalam pandangan Azyumardi Azra adalah proses suatu bangsa dalam
mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan
sebagai khalifah dan memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien
berdasarkan sumber-sumber Islam. Implikasi pendidikan karakter
Azyumardi Azra dalam pendidikan Islam yakni dengan pendidikan
3. Skripsi yang ditulis Ulfi Maslakhah, Jurusan Studi Pendidikan Agama
Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun
2013 dengan judul “Konsep Modernisasi Pendidikan Islam dan
Relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam (Telaah Pemikiran
Azyumardi Azra)”. Penelitian yang dilakukan tersebut merupakan
penelitian kepustakaan.
Hasil dari penelitian tersebut meliputi pemikiran tentang modernisme
tujuan, kurikulum, dan lembaga Pendidikan Islam. Tujuan pendidikan
Islam sekarang ini harus ada keseimbangan yakni bahagia dunia dan
akhirat, serta peningkatan kemampuan dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kurikulum Pendidikan Islam perlu dimasuki ilmu
pengetahuan dan teknologi agar nantinya tercipta sumber daya manusia
yang unggul dan tidak hanya dalam bidang agama namun juga ilmu
pengetahuan dan teknologi. Lembaga pendidikan Islam perlu juga
dikelola secara profesional dan terarah guna pencapaian hasil yang
memuaskan dalam pengembangan potensi peserta didik.
Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa skripsi
yang penulis angkat mempunyai persamaan dan perbedaan dengan
beberapa penelitian yang sudah ada. Letak persamaan dapat dilihat dari
objek yang diteliti, yakni sama-sama meneliti pemikiran Azyumardi Azra
dalam pendidikan Islam. Sedangkan perbedaan terletak pada fokus kajian
yang diteliti. Pada penelitian pertama lebih fokus kepada modernisasi
pendidikan karakter menurut Azyumardi Azra, dan penelitian ketiga lebih
fokus pada konsep (hakikat) modernisasi Pendidikan Islam. Fokus
penelitian yang diangkat penulis ini berbeda dengan sebelumnya, yakni
fokusnya lebih menitikberatkan pada strategi pembaruan (modernisasi)
pendidikan Islam perguruan tinggi Islam dan pondok pesantren.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi
ini adalah penelitian studi tokoh. Sebagai jenis penelitian kualitatif,
studi tokoh juga menggunakan metode sebagaimana lazimnya dalam
penelitian kualitatif, yakni wawancara, observasi, dokumentasi, dan
catatan-catatan perjalanan hidup sang tokoh. Dengan demikian
penyusunan karya ilmiah ini didasarkan pada hasil studi terhadap
bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan pemikiran pendidikan
Islam Azyumardi Azra serta wawancara langsung.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian mengungkap suatu masalah atau
peristiwa sebagaimana adanya. Hasil penelitian ditekankan pada
gambaran secara objektif mengenai keadaan yang sebenarnya dari
objek yang diteliti (Nawawi,1993 31). Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan factual-historis. Pendekatan
factual-historis yaitu suatu pendekatan dengan mengemukakan
Pendekatan ini penulis gunakan untuk mengungkapkan
seluk-beluk perkembangan pemikiran Azyumardi Azra sampai pada
pemikirannya tentang pembaruan pendidikan Islam.
3. Pengumpulan data
a. Dokumentasi.
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).
Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara
pengumpulan dokumen buku karya Azyumardi Azra, dan
buku-buku lain yang ada kaitannya dengan permasalahan ini. Metode ini
disebut dengan metode dokumentasi. Data yang dikumpulkan
menjadi data primer dan data sekunder:
1) Sumber data primer, yaitu data yang diambil dari tokoh yang
sedang diteliti dalam penulisan skripsi ini. Adapun sumber data
primer dalam penelitian ini meliputi karya tulis Azyumardi Azra
dan wawancara.
Data primer pertama adalah dari hasil karya-karya Azyumardi
Azra, meliputi: (1) Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi
Menuju Milenium Baru, Jakarta: Raja Grafindo, 1999 (2) Esei-esei
Pendidikan Islam dan Cendekiawan Muslim, Jakarta: Logos
Data primer kedua, Wawancara. yaitu proses percakapan dengan
maksud untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,
organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua
pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dengan orang yang diwawancarai (interviewee).
(Bungin, 2011: 155.) Metode ini digunakan untuk mendapatkan
informasi tentang konsep pembaruan pendidikan Islam perspektif
Azyumardi Azra. Sedangkan yang menjadi narasumber dalam
wawancara penelitian ini adalah Azyumardi Azra yang dilakukan
pada pukul 10.00 tanggal 06 September 2016 di Universitas
Airlangga Surabaya.
2) Sumber data sekunder, yaitu data penunjang yang berkaitan
dengan tema pokok bahasan penelitian. Buku-buku penunjang
sebagian masih karya Azyumardi Azra yaitu (1) Islam Subtantif:
Agar Umat Tidak Menjadi Buih. Bandung: Mizan, 2000 (2)
Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2012 (3) Reformis,
Dinamika Intelektual dan Gerakan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1999 (4) Dari Harvard sampai Makkah. Jakarta: Penerbit
Republika, 2005. Tidak ketinggalan juga diperoleh dari skripsi,
tesis, disertasi, jurnal, catatan, transkip, buku, surat kabar,
G. Teknik Analisis Data
Weber dalam Moleong (2002: 163) mengatakan bahwa kajian isi
adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur
untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.
Penulis menggunakan metode ini untuk menentukan arti atau maksud
dokumen yang diteliti.
Analisis dalam penelitian ini menggunakan model content analysis,
yakni suatu analisis tekstual dalam studi pustaka melalui investigasi
tekstual terhadap isi pesan atau suatu komunikasi sebagaimana terungkap
dalam literatur-literatur yang memiliki relevansi dengan tema penelitian
ini yang berorientasi pada upaya membangun sebuah konsep atau
memformulasikan suatu ide pemikiran melalui langkah-langkah penafsiran
terhadap teks.
Penelitian ini akan mengkaji dan menafsirkan pemikiran
pembaruan pendidikan Islam yang terdapat dalam buku, teks, atau data
lainnya yang berhubungan dengan pemikiran Azyumardi Azra secara
komprehensif. Satuan makna dan kategori dianalisis, dicari hubungan satu
dan lainnya untuk menemukan makna, arti, tujuan, dan isi dari kata yang
secara eksplisit maupun implisit berhubungan dengan pemikiran
pembaruan pendidikan Islam Azyumardi Azra. Hasil analisis ini kemudian
dideskripsikan dalam bentuk laporan penelitian sebagaimana pada
H. Sistematika Penulisan
Bagian awal, meliputi: sampul, lembar berlogo, judul (sama
dengan sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan,
pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak,
daftar isi, dan daftar lampiran. Bagian inti berisi:
BAB I: Pendahuluan berisi: Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kajian Pustaka,
Landasan Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II: Biografi Azyumardi Azra berisi: Biografi Azyumardi Azra
yang membahas tentang latar belakang keluarga, latar belakang
pendidikan, karir, pengalaman keagamaan, dan karyanya.
BAB III: Pemikiran Azyumardi Azra tentang pendidikan Islam di
Indonesia serta strategi pembaruan pendidikan Islam (Perguruan Tinggi
Islam dan Pondok Pesantren).
BAB IV: Relevansi Pemikiran Azyumardi Azra tentang pendidikan
Islam di Indonesia serta strategi pembaruan pendidikan Islam (Perguruan
Tinggi Islam dan Pondok Pesantren).
BAB V: Penutup berisi: Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
BIOGRAFI AZYUMARDI AZRA A. Latar Belakang Keluarga
Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., adalah seorang akademisi Muslim
asal Indonesia. Ia juga dikenal sebagai cendekiawan Muslim (Kompas, 22
November 2009 dalam www.kompas.com dikutip 20 Desember 2016).
Azyumardi Azra dilahirkan di Lubuk Alung, Sumatra Barat pada 4 Maret
1955 dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang agamis. Ia besar di
lingkungan Islam modernis , tetapi justru merasa asyik dalam tradisi Islam
tradisional (Masruroh dan Umiarso, 2011: 151). Azyumardi Azra
menyatakan bahwa pengalaman keislaman yang lebih intens justru ia
dapatkan setelah mempelajari tradisi ulama dan intelektual mereka (Azra,
2000: 19).
Ayah Azyumardi Azra seorang tukang kayu, pedagang kopra dan
cengkih, dan ibunya adalah seorang Guru Agama. Ia merupakan anak
ketiga dari enam bersaudara. Ayahnya bercita-cita keras agar semua
anak-anaknya bisa sekolah meskipun kondisi ekonomi tak memungkinkan untuk
membiayai. Azra menyatakan bahwa ia tahu, betapa sulitnya bagi
ayahnya, akan tetapi anak-anaknya selalu didorong agar belajar dan
balajar (Azra, 2000: 19).
Azyumardi Azra menyatakan bahwa meskipun orang tuanya tidak
sekolah tinggi tetapi selalu mengajarkan bahwa ilmu itu sangat penting,
sekolah dan semua menjadi sarjana. Orang tuanya sadar bahwa ilmu
sangat bermanfaat bagi kehidupan anak-anak kelak maka orang tuanya
selalu berusaha mendorong untuk selalu menuntut ilmu
(www.tokohindonesia.com. Dikutip 21 September 2016).
B. Latar Belakang Pendidikan
Azyumardi Azra memulai pendidikan formalnya pada umur 9
tahun di Sekolah Dasar (SD) disekitar rumahnya. Kemudian meneruskan
pendidikannya ke Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Padang.
(Masruroh dan Umiarso, 2011: 151). Setamat PGAN pada tahun 1975,
Azyumardi Azra sempat bersilang pendapat dengan kedua orangtuanya.
Pada awalnya, Azyumardi Azra tidak bercita-cita menggeluti studi
keislaman. Sebab, ia lebih berminat memasuki bidang pendidikan umum,
yakni Jurusan Sejarah di Universitas Andalas atau IKIP Padang karena
salah seorang gurunya gurunya menyarankan demikian. Akan tetapi, orang
tuanya menginginkan ia kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Padang. Pada akhirnya Azyumardi lebih memilih kuliah di IAIN Syarif
Hidayatullah (Azra, 2000; 20). Ia kuliah di Fakultas Tarbiyah, IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan aktif dalam beberapa organisasi intra dan ekstra
institut. Ia pernah menjadi ketua umum Senat Mahasiswa Fakultas
Tarbiyah (1979-1982). Lalu, ia juga pernah duduk sebagai ketua umum
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat (1981-1982).
Dengan kecerdasannya, setelah menyelesaikan kuliah S1 (1982),
melanjutkan program S2 di Universitas Columbia, New York, Amerika
Serikat dan pada tahun 1988 ia memperoleh gelar Master of Art (MA)
dari Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah. Sebenarnya usai S2,
seharusnya ia pulang ke tanah air karena tidak ada biaya untuk program
selanjutnya tapi karena memperoleh beasiswa Columbia University
President Fellowship, ia melanjutkan pada Departemen Sejarah. Dari
jurusan ini ia memperoleh gelar M.Phil pada tahun 1990.
Pada tahun yang sama (tahun 1990), Azyumardi Azra melanjutkan
studi program S3 di UCLA di bidang Sejarah dan memperoleh gelar Ph.D
(Doktor) pada tahun 1992 dengan disertasinya berjudul The Transmission
of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and
Malay-Indonesian Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries
(Syamsul Kurniawan dan Ewin Mahrus, 2013: 286). Kemudian diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterbitkan dengan judul “Jaringan
Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII”
yang diterbitkan oleh Mizan Bandung pada tahun 1998.
Disertasi doktor yang relatif berat itu merupakah hasil penelitian di
beberapa tempat, antara lain di Mesir, Belanda, dan Saudi Arabia.
Penelitian itu, atas biaya Ford Foundation yang menghabiskan waktu
setahun. Modal pengalamannya sebagai wartawan memudahkan ia untuk
menganalisis data dan mengorganisirnya menjadi tulisan disertasi
sehingga setelah mengumpulkan data, ia menulis disertasi yang tebal 600
Juni 1992 (Triyadi, 2009: 60). Setelah menyelesaikan program Doctoral
(S3), Azyumardi Azra terpilih lagi mengikuti program post doctoral di
Oxford University selama setahun (Ninik Masruroh dan Umiarso, 2011:
153).
C. Karir Azyumardi Azra
Di tengah kesibukan belajar di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra menyempatkan diri menjadi
wartawan majalah Panji Masyarakat tahun 1979-1985. Pada media rintisan
HAMKA ini, ia sangat produktif menulis untuk mempertajam
pemikiran-pemikirannya. Azyumardi Azra juga menempuh karir sebagai peneliti di
Lembaga Riset Kebudayaan Nasional (LRKN) LIPI tahun 1982-1983
(Masruroh dan Umiarso, 2011: 155).
Belum genap satu tahun di PPIM, Prof. Dr. H. M. Qurais Shihab
Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat itu, pada tanggal 1 Februari
1998, menunjuk Azyumardi Azra sebagai pembantu Rektor I. Banyak
langkah yang dilakukan Azyumardi Azra selama menjabat sebagai
pembantu Rektor I, salah satunya adalah mengeluarkan keputusan untuk
tamatan pesantren, walaupun hanya berbekal ijazah lokal tapi bisa diterima
menjadi mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah. Menurut Azyumardi Azra,
tamatan pesantren sangat memiliki potensi, khususnya di bidang bahasa
dan pengetahuan agama. Selain itu, alasan yang lain adalah untuk menjalin
hubungan dengan umat Islam khususnya dengan kalangan pesantren
Selanjutnya sejak tanggal 14 Oktober 1998 menjadi tahun yang
cukup bersejarah bagi Azyumardi Azra. Pada saat itulah Azyumardi Azra
dikukuhkan menjadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
menggantikan Qurais Shihab yang bertugas sebagai Duta Besar RI di
Mesir (Asnawan, 2010: 65).
Selama menjabat menjadi Rektor di IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Azyumardi Azra mempunyai perhatian terhadap peningkatan
kualitas dosen dan mahasiswa dengan menjalin kerjasama dengan
perguruan tinggi luar negeri, seperti Mesir dan Leiden serta merintis
kerjasama dengan Universitas Aligarh India, Australia National
University, dan Universitas di Philipina dan Malaysia (Azra, 2000: 18).
Pemegang jabatan tertinggi di lingkungan IAIN Jakarta,
Azyumardi Azra membawa misi mengembangkan IAIN menjadi
perguruan tinggi yang tidak hanya mengajarkan dan menjadi pusat
pengembangan ilmu agama, tetapi juga ilmu humaniora, ilmu sosial, dan
ilmu eksakta. Melalui konsep transformasi atau konvensi, IAIN menjadi
Universitas Islam Negeri (UIN), diharapkan ketiga bidang ilmu tersebut
akan dikembangkan di IAIN secara seimbang. Pada masa kepemimpinan,
status IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta berubah menjadi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sejak tanggal 20 Mei 2002
(Kurniawan & Mahrus, 2013: 287).
Untuk kedua kalinya, Azyumardi Azra terpilih kembali menjadi
ditugasi menjadi Ketua Yayasan Wakaf Paramadina, yang sebelumnya
dijabat oleh Prof. Dr. Nurcholis Madjid. Dipilihnya Azyumardi Azra
menjadi Rektor, dikarenakan ia dikenal sebagai akademisi yang memiliki
integritas keilmuwan yang mumpuni (Wachidah, 2016: 56).
Disamping sibuk menjadi dosen dan mengurusi kampus, Azra juga aktif menjadi anggota dewan redaksi jurnal: Ulumul Qur‟an, Islamika,
editor chief Studia Islamika, dan Wakil Direktur Pusat Pengkajian Islam
dan Masyarakat (PPIM) IAIN Jakarta (Azra, 2002: 284). Ia juga dipercaya
menjadi dosen tamu di University of Philipines dan University Malaya
pada 1997. Azra juga aktif sebagai anggota SC SEASREO (Southeast
Asian Studies Regional Exchange Program) Toyota Foundation & The
Japan Foundation sejak ahun 1998 sampai sekarang. Selain itu, Azra juga
termasuk salah seorang pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI)
dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS)
(Azra, 2000: 26).
Dari berbagai daftar riwayat hidup Azyumardi Azra dalam setiap
buku yang diterbitkannya, dapat diketahui bahwa karir Azyumardi Azra
sebagai berikut:
1. Wartawan majalah Panji Masyarakat(1979 sampai 1985).
2. Lembaga Riset Kebudayaan Nasional-Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia LRKN LIPI (1982-1983).
3. Wakil direktur Pusat Penelitian Islam dan Masyarakat (PPIM) di
4. Anggota Dewan Redaksi Jurnal Ulumul Quran, Islamika, dan
Editorin-Chief Studia Islamika
5. Dosen tamu di University of Philippines (1997)
6. Dosen tamu di Universiti Malaya (1997).
7. Anggota pada SC SEASREO (Souhteast Asian Studies Regional
Exchange Program) Toyota Foundation & The Japan Foundation
(1998 sampai sekarang).
8. Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI)
9. Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial (HIPIIS).
10.Guru Besar Sejarah pada Fakultas Adab.
11.Pembantu Rektor I pada 1998 dan Rektor IAIN syarif Hidayatullah
Jakarta sejak 14 Oktober 1998.
12.Tahun 2002 , Azyumardi Azra juga ditugasi untuk menjadi Ketua
Yayasan Wakaf Paramadina, yang sebelumnya dipegang oleh
Nurcholish Madjid.
D. Karya-Karya Azyumardi Azra
Hingga kini lebih dari 15 buku yang telah Azra tulis, tidak
termasuk makalah dan jurnal-jurnal berbahasa Indonesia dan Inggris. Oleh
sebab itu, Azra tergolong penulis paling produktif, khususnya sejarah dan
kajian keislaman (Harian Kompas, 25 Maret 2004 dalam
www.kompas.com. Dikutip 20 Desember 2016).
Buku-buku yang ditulis dan diterbitkannya antara lain, buku
XVII Dan XVIII terbitan Mizan tahun 1994. Lalu, buku Pergolakan
Politik Islam: Dari Fundamentalis, Modernis, hingga Post Modernisme
terbitan Paramadina tahun 1996. Kemudian buku-buku Editannya seperti
Islam dan Masalah-Masalah Kemasyarakatan terbitan Pustaka Panjimas
tahun 1984, Perkembangan Modern dalam Islam terbitan Yayasan Obor
Indonesia tahun 1984, Agama di Tengah Sekulerasi Politik terbitan
Pusaka Panjimas tahun 1985 (Azra, 2003: 174).
Pada tahun 1999, Azra menerbitkan enam buku terbarunya dan
meluncurkannya pada tanggal 21 September 1999. Buku-buku tersebut
yaitu: Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium
Baru, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam terbitan Logos
Wacana Ilmu Ciputat, Islam Reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan
terbitan Paramadina Jakarta, Menuju Masyarakar Madani: Gagasan,
Fakta dan Tantangan, dan Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah
Wacana dan Kekuasaan terbitan Rosda Karya Bandung (Azra, 2000: 30).
Pada tahun 2000 Azra menerbitkan dan meluncurkan buku
kumpulan wawancaranya yaitu Islam Subtantif: Agar Umat Islam Tidak
Jadi Buih terbitan Mizan Bandung, Azra juga telah menyiapkan tiga
manuskrip bukunya berbahasa Inggris yang penerbitnya di Singapura,
ketiganya berjudul Islam In Indonesia: Continuity And Changes In
Modern World. Islam in Malay-Indonesia World dan Islam, dan Ulama
Pada tahun 2002, Azra kembali menerbitkan dan meluncuran
buku-buku terbarunya, antara lain: Historiografi Islam Kontemporer: Wacana,
Aktifitas dan Aktor Sejarah terbitan PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta,
Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi
terbitan Kompas Jakarta, Reposisi Hubungan Agama dan Negara: Merajut
Kerukunan Antar Umat terbitan Kompas Jakarta, Menggapai Solidaritas:
Tensi Antara Demokrasi, Fundamentalisme dan Humanisme terbitan
Pustaka Panjimas, Konflik Baru Antar Peradaban: Globalisasi,
Radikalisme dan Pluralitas terbitan Mizan Bandung, Islam Nusantara:
Jaringan Global dan Lokal terbitan Mizan Bandung (Azra, 2003: 134).
Bulan April tahun 2004, Azra meluncurkan bukunya yang berjudul
The Origins of Islamic in Reformation in South East Asia, buku tersebut
setebal 300 halaman dan disponsori oleh Studies Australian Association
(SAA) yang diterbitkan oleh penerbit komersial Allen dan Unwin
Australia, kemudian Hawai University Press dan KITLV Leiden, Belanda
(Harian Kompas, 25 Maret 2004 dalam www.kompas.com. Dikutip 20
Desember 2016).
Dari sekian banyak karya-karya Azra dikarenakan ia sudah
mengenal tulis menulis sejak mahasiswa. Sebelum lulus dari IAIN Jakarta
ia telah terjun dalam dunia jurnalistik (Azra, 2000: 38). Dari berbagai
daftar riwayat hidup Azyumardi Azra dalam setiap bukunya yang
1. Islam dan Masalah-Masalah Kemasyarakatan (Pustaka Panjimas,
1984).
2. Perkembangan Modern dalam Islam (Yayasan Obor Indonesia, 1984).
3. Agama di Tengah Sekulerasi Politik (Pusaka Panjimas, 1985).
4. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
Dan XVIII (Mizan, 1994) yaitu berasal dari desertasinya.
5. Pergolakan Politik Islam : Dari Fundamentalis, Modernis, hingga Post
Modernisme (Paramadina, 1996).
6. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium Baru,
(Logos Wacana Ilmu, 1999).
7. Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam (Logos Wacana
Ilmu, 1999).
8. Islam Reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan (Paramadina,
1999)
9. Menuju Masyarakar Madani: Gagasan, Fakta dan Tantangan, (Rosda
Karya, 1999).
10. Renaisans Islam Asia Tenggara : Sejarah Wacana dan Kekuasaan
(Rosda Karya, 1999 ).
11. Islam Subtantif: Agar Umat Islam Tidak Jadi Buih (Mizan, 2000).
12. Historiografi Islam Kontemporer; Wacana, Aktifitas dan Aktor
Sejarah (PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002)
13. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan
14. Reposisi Hubungan Agama dan Negara: Merajut Kerukunan Antar
Umat (Kompas, 2002)
15. Menggapai Solidaritas: Tensi Antara Demokrasi, Fundamentalisme
dan Humanisme (Pustaka Panjimas, 2002)
16. Konflik Baru Antar Peadaban: Globalisasi, Radikalisme dan Pluralitas
(Mizan, 2002).
17. Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal (Mizan, 2002) (Azra,
2003: 134).
E. Pengalaman Keagamaan
Pendidikan keagamaan Azyumardi Azra yang diterimanya dimasa
kecil hingga dewasa begitu berkesan dihatinya. Namun, ia merasakan ada
perubahan yang cukup besar dalam pengalaman keagamaannya saat
menempuh pendidikan pasca sarjana, untuk meraih gelar MA dan Ph.D
dinegeri Barat. Konsentrasi studi saat itu memang sejarah Islam, lebih
khusus lagi mengenai tradisi ulama. Ia sangat tertarik dengan
kecenderungan para ulama yang sufistis. Sejak itulah mulai banyak
mempelajari ilmu tasawuf dan menemukan keasyikan tersendiri baginya,
dan meyakini betapa pentingnya tasawuf bagi kehidupan ini (Wachidah,
2016: 57). Azyumardi Azra menjelaskan perubahan yang cukup besar
dalam pengalaman keagamaannya ketika ia mendalami Islam bukan
dengan pendekatan dogmatis, tetapi historis (Triyadi, 2009: 80).
Azyumardi Azra kini merasa lebih bisa mengapresiasi tasawuf
betapa pentingnya tasawuf itu bagi kehidupan ini (Triyadi, 2009: 80).
Dengan pemahaman keagamaan seperti itu, pada 1991, Azyumardi Azra
berkesempatan mengunjungi Arab Saudi. Satu hal yang sangat berkesan
ketika sampai di sana yakni munculnya keharuan dalam dirinya. Ia
menyadari di tempat yang diinjak itulah Rasulullah pernah bersusah payah
menegakkan Islam. Semua kenangan itu seolah menjelma menjadi sebuah
buku, film, atau video, memperlihatkan bagaimana Rasulullah dan para
sahabat berjuang mengadakan pencerahan di tengah-tengah masyarakat
BAB III
PEMIKIRAN PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM AZYUMARDI AZRA
A. Pemikiran Pendidikan Islam Azyumardi Azra
1. Arti dan Tujuan Pendidikan Islam
Pengertian pendidikan Islam telah didefinisikan secara
berbeda-beda oleh orang-orang yang berlainan sesuai dengan pendapatnya
masing-masing. Tetapi, semua pendapat itu bertemu dalam pandangan,
bahwa pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa
mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan
untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien (Azra, 1998: 3).
Azyumardi Azra merumuskan, bahwa pendidikan secara umum
adalah proses pemindahan nilai-nilai budaya dari suatu generasi ke
generasi berikutnya (Azra, 1998: 5). Menurut Azyumardi Azra
pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu
berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW, agar dapat mencapai derajat yang tinggi supaya ia
mampu menunaikan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi, dan
berhasil mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat (Azra, 1998: 5).
Jika sistem pendidikan Barat sekarang ini sering disebut-sebut
mengalami krisis yang akut, itu tak lain karena proses yang terjadi
dalam pendidikan tak lain dari pada sekedar pengajaran. Pendidikan
yang berlangsung dalam schooling system tak lebih dari suatu proses
Akibatnya, katakanlah pengajaran menjadi suatu komoditi belaka
dengan berbagai implikasinya terhadap kehidupan sosial
kemasyarakatan. (Azra, 1999: 3).
Dari uraian di atas, dapat dilihat perbedaan antara pendidikan
pada umumnya dengan pendidikan Islam. Perbedaan utama yang paling
menonjol adalah pendidikan Islam bukan hanya mementingkan
pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga untuk
kebahagiaan akhirat. Lebih dari itu, pendidikan Islam berusaha
membentuk pribadi yang bernafaskan ajaran-ajaran Islam, sehingga
pribadi-pribadi yang terbentuk itu tidak terlepas dari nilai-nilai
agama.(Azra, 1998: 6).
Tujuan pendidikan Islam menurut Azyumardi Azra (1999: 8)
ada dua, yaitu tujuan umum/akhir dan tujuan khusus. Bagi Azra,
pendidikan Islam merupakan salah satu aspek saja dari ajaran Islam
secara keseluruhan. Karenanya, tujuan pendidikan Islam tidak terlepas
dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan
pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa kepadaNya, dan
dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan di akhirat.
Dalam konteks sosial-masyarakat, bangsa, dan negara maka pribadi
yang bertaqwa ini menjadi rahmatan lil alamin, baik dalam skala kecil
maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat
Tujuan hidup Muslim sebagaimana difirmankan Allah SWT,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku” (Q.S. Al Dhariyat: 56)
“Wahai orang-orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya” (QS. Ali „Imran: 102)
Tujuan hidup Muslim atau tujuan akhir pendidikan Islam sesuai
ayat diatas adalah untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Tuhan
yang selalu taqwa dan mengabdi kepadaNya. Sebagai hamba Allah
yang bertaqwa, maka segala sesuatu yang diperoleh dalam proses
pendidikan Islam itu tidak lain termasuk dalam bagian perwujudan
pengabdian kepada Allah SWT. (Azra, 1998: 8)
Selain tujuan umum itu, tentu terdapat pula tujuan khusus yang
lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan
Islam. Tujuan khusus ini lebih praxis sifatnya, sehingga konsep
pendidikan Islam jadinya, tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam
dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan yang lebih praxis itu
dapat dirumuskan harapan-harapan yang ingin didalam tahap-tahap
tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang
Tujuan-tujuan khusus itu tahap-tahap penguasaan anak didik
terhadap bimbingan yang diberikan dalam berbagai aspeknya, pikiran,
perasaan, kemauan, intuisi, ketrampilan, atau dengan istilah lain
kognitif, efektif, dan motorik. Dari tahapan-tahapan inilah kemudian
dapat dicapai tujuan-tujuan yang lebih terperinci lengkap dengan
materi, metode dan sistem evaluasi. (Azra, 1999: 9).
Kaitannya dalam menjelaskan tujuan pendidikan Islam,
Azyumardi Azra (1998: 7) mengutip dari keterangannya Omar
Mohammad al Toumy al Syaibani, yaitu:
a. Tujuan individual yang berkaitan dengan individu-individu,
pelajaran (learning) dan dengan pribadi-pribadi mereka, dan apa
yang berkaitan dengan individu-individu tersebut pada perubahan
yang diinginkan pada tingkah laku, aktivitas dan pencapaiannya, dan
pada pertumbuhan yang diingini pada pribadi mereka, dan pada
persiapan yang dimestikan kepada mereka pada kehidupan dunia dan
akhirat.
b. Tujuan-tujuan sosial berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara
keseluruhan, dengan tingkah laku masyarakat umumnya, dengan apa
yang berkaitan dengan kehidupan ini tentang perubahan yang
diingini dan pertumbuhan, memperkaya pengalaman dan kemajuan
c. Tujuan prefesional yang berkaitan dengan pendidikan dan
pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai
suatu aktivitas di antara aktivitas-aktivitas masyarakat.
Menururt Azyumardi Azra (1999: 7) proses pendidikan Islam
berusaha mencapai ketiga tujuan itu, yakni tujuan individual, tujuan
sosial, tujuan profesional. Ketiga tujuan itu secara terpadu dan terarah
diusahakan agar tercapai dalam proses pendidikan Islam. Dengan tujuan
ini pula, jelas kemana pendidikan Islam diarahkan.
2. Sumber Pendidikan Islam
Selanjutnya sumber pendidikan Islam menurut Azyumardi Azra
(1998: 9-11) secara singkat adalah sebagai berikut:
a. Al Qur‟an
b. Sunnah
c. Kata-Kata Sahabat
d. Kemaslahatan Masyarakat
e. Nilai-nilai adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan sosial.
f. Hasil pemikiran-pemikiran dalam Islam
3. Karakteristik Pendidikan Islam
Menurut Azyumardi Azra (1998: 12-13), dari dasar-dasar
pendidikan Islam itulah kemudian dikembangkan suatu sitem
dengan sistem-sistem pendidikan lainnya. Secara singkat karakteristik
pendidikan Islam sebagai berikut:
Pertama. Penguasaan ilmu pengetahuan. Ajaran dasar Islam
mewajibkan mencari ilmu pengetahuan bagi setiap Muslim dan
Muslimat. Setiap Rasul yang diutus Allah lebih dahulu dibekali ilmu
pengetahuan, dan mereka diperintahkan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan itu.
Kedua. Pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu yang telah dikuasai
harus diberikan dan dikembangkan kepada orang lain.
Ketiga. Penekanan pada nilai-nilai akhlak (karakter) dalam penguasaan
dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang didapat
dari pendidikan Islam terikat oleh nilai-nilai akhlak.
Keempat, Penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, hanyalah
untuk pengabdian kepada Allah dan kemaslahatan umum.
Kelima, Penyesuaian kepada perkembangan anak. Pendidikan Islam
diberikan kepada anak sesuai dengan umur, kemampuan,
perkembangan jiwa dan bakat anak.
Keenam, Pengembangan kepribadian. Bakat alami dan kemampuan
pribadi tiap-tiap anak didik diberikan kesempatan berkembang sehingga
bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Pengembangan kepribadian
itu berkaitan dengan seluruh nilai dan sistem Islam, sehingga setiap
Ketujuh, Penekanan pada amal saleh dan tanggung jawab. Setiap anak
didorong untuk mengamalkan ilmu pengetahuan sehingga benar-benar
bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat Islam secara
keseluruhan. Amal saleh dan tanggung jawab itulah yang
menghantarkannya kepada kebahagiaan di hari kemudian kelak.
4. Kurikulum Pendidikan Islam
Azyumardi Azra (2012: 9) menyatakan, bahwa kurikulum
merupakan pencapaian tujuan-tujuan yang lebih terperinci lengkap
dengan materi, metode, dan sistem evaluasi melalui tahap-tahap
penguasaan peserta didik terhadap berbagai aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Perencanaan pendidikan Islam harus berlandaskan dua nilai
pokok dan permanen, yakni persatuan fundamental masyarakat Islam
tanpa dibatasi ruang dan waktu dan persatuan masyarakat internasional
berdasarkan kepentingan teknologi dan kebudayaan bersama atas
nilai-nilai kemanusiaan (Azra, 1998: 25).
Azra menegaskan, bahwa kurikulum pendidikan Islam jelas
selain mesti berorientasi kepada pembinaan dan pengembangan nilai
agama dalam diri peserta didik, kini harus pula memberikan penekanan
khusus pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hanya
dengan cara ini, pendidikan Islam bisa fungsional dalam menyiapkan
dan membina SDM seutuhnya, yang menguasai iptek dan berkeimanan
sistematis dan programatis dapat melakukan pengentasan kemiskinan
secara bertahap namun pasti (Azra, 2012: 66).)
Materi pendidikan Islam dalam pandangannya Azyumardi Azra
sangat luas, meliputi semua ilmu. Ilmu dalam Islam yang ada di alam
(dunia) dengan landasan kemanfaatannya, keperluannya dan bagi
bangsa Indonesia. Pandangannya tentang materi pendidikan Islam
sebagaimana para filosof terdahulu, seperti al Farabi, Ibnu Khaldun,
Ibn Sina juga al Ghazali, bahwa Ilmu dalam Islam ada dua sumber.
Pertama ayat kauniyah, ilmu yang diambil atau berasal dari alam
semesta, antara lain fisika, biologi, matematika, kedokteran, humaniora
dan lain sebagainya. Kedua ayat kauliyah, yakni ilmu yang diambil dari
al Qur‟an dan hadis Nabi, seperti tafsir, fikih, ushul fikih dan lain
sebagainya (Wawancara Ahmad Halawi dengan Azyumardi Azra,
selasa 21 Februari 2012).
Menurut Azyumardi Azra, semua ilmu yang bermanfaaat bagi
manusia itulah Islam, sampai keilmuan farmasi dan kedokteran,
demikian juga teknologi sehingga lulusannya dapat membuat alat-alat
untuk pemenuhan kebutuhan manusia, seperti transportasi, pesawat
boing, sehingga ketika ke Arab untuk menunaikan haji bisa digunakan
tanpa memakai dari orang lain selain Islam. Ia menjelaskan bahwa
matematika, IPA (fisika-biologi), IPS adalah ilmu-ilmu Islam yang
diambil dari ayat-ayat kauniyah. Sedangkan al Qur‟an, hadits, tafsir,
memperhatikan aspek kognisi sehingga dengan pengetahuan dapat
diinternalisasikan dalam aspek afektif, lebih lanjut ilmu yang didapat
mampu diamalkan (psikomotorik) (Wawancara Ahmad Halawi dengan
Azyumardi Azra, selasa 21 Februari 2012).
5. Metode Pendidikan Islam
Menurut Azyumardi Azra, metode dan strategi harus meliputi
tiga aspek kepribadian peserta didik, yakni kognitif, afektif, dan
psikomotor. Semua metode digunakan agar terjadi proses pembelajaran
yang efektif dan efesien sehingga mampu mencapai tujuan
pembelajaran nasional. Metode dalam pendidikan Islam harus
partisipasi, peserta didik dilibatkan ikut serta secara langsung dalam
memperoleh pengetahuan. Adapun dalam penggunaan metode Azra
mengingatkan agar disesuaikan dengan perkembangan peserta didik.
Penggunaan metode yang sesuai sangat ditekankan, karena akan dapat
dengan mudah diterima dan diamalkan oleh peserta didik (Wawancara
Ahmad Halawi dengan Azyumardi Azra, selasa 21 Februari 2012).
Metode pendidikan saat ini hanya menitikberatkan pada
kemampuan hafalan daripada kekuatan logika. Dengan kata lain,
menggunakan metode-metode pendidikan yang tidak layak bagi
pemikiran peserta didik sehingga kecenderungan seperti ini
menghasilkan sikap tidak kritis dan patuh terhadap dogma-dogma
Menurut Azra, proses pembelajaran membutuhkan metode yang
bervariasi, sehingga tidak menimbulkan kejemuan dan kebosanan bagi
peserta didik. Peserta didik jangan hanya dijejali atau diceramahi, tetapi
anak beri ruang untuk berpikir, mencari sendiri dari buku-buku bacaan
dan melaporkan hasilnya, mengakses internet dan lain sebagainya
(Wawancara Ahmad Halawi dengan Azyumardi Azra, selasa 21
Februari 2012).
Penekanan pendidikan Islam pada bimbingan, bukan pengajaran
yang mengandung konotasi otoritatif pihak pelaksana pendidikan,
katakanlah guru. Dengan bimbingan sesuai dengan ajaran-ajaran Islam
maka anak didik mempunyai ruang gerak yang cukup luas untuk
mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya. (Azra, 1999: 6).
Disini sang guru, lebih berfungsi sebagai fasilitator atau
penunjuk jalan kearah penggalian potensi anak didik. Dengan kerangka
dasar pengertian ini, maka guru menghormati anak didik sebagai
individu yang memiliki berbagai potensi. Dari kerangka pengertian dan
hubungan antara pendidik dengan anak didik semacam ini, dapat pula
sekaligus dihindari apa yang disebut banking concept dalam pendidikan
(Azra, 1999: 6).
Azyumardi Azra mengatakan bahwa untuk metode pendidikan
sholat, peserta didik langsung diajak praktek sholat di Musholla atau
antara teoritis dan praktis. Dengan demikian akan memberikan manfaat
baik di Dunia sampai Akhirat (Wawancara Ahmad Halawi dengan
Azyumardi Azra, selasa Februari 2012).
B. Strategi Pembaruan Azyumardi Azra terhadap Pendidikan Islam 1. Pembaruan Perguruan Tinggi Islam
a. Kritik terhadap Perguruan Tinggi Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) adalah lembaga
pendidikan tinggi Islam milik negara Republik Indonesia yang
dikelola oleh Departemen Agama. IAIN merupakan institut yang
memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam tingkat
universitas, dan pusat pengembangan dan pendalaman ilmu
pengetahuan Islam (Azra, 1998: 124).
Azyumardi Azra (1998: 125) menjelaskan bahwa sampai
sekarang ini masih terdapat keluhan-keluhan baik dari IAIN sendiri
maupun dari kalangan masyarakat umumnya berkenaan dengan
proses pendidikan dan out put IAIN. Dari satu segi, keluhan atau
tepatnya kritik itu merupakan hal yang wajar, dan bahkan diperlukan
untuk mendorong proses inovasi dan penyempurnaan eksistensi
IAIN secara terus menerus, sehingga kehadirannya menjadi lebih
bermakna. Kelemahan-Kelemahan IAIN menurut Azyumardi Azra
1) Kelemahan kemampuan bahasa.
Bahasa Arab merupakan alat pokok untuk memahami Al-Qur‟an dan Hadits serta kitab-kitab keagamaan klasik (kitab
kuning), tetapi penguasaan bahasa Arab mahasiswa IAIN pada
umumnya sangat lemah, karena metode pengajaran bahasa yang
diterapkan relatif masih tradisional. Apa yang diberikan bukan “pelajaran bahasa”, tetapi “pelajaran tentang bahasa”. Hal ini
bukan hanya pada bahasa Arab, tetapi juga pada bahasa inggris.
Sebagaimana perkataan Azyumardi Azra,
”Jadi itu harus diperkuat, Jadi kalau bisa perguruan tinggi Islam
di Indonesia diwajibkan menggunkan bahasa Arab Inggris, seperti yang ada dipesantren, bahasanya harus digenjot, karena zaman sekarang zaman globalalisasi, ada MEA dan
macam-macam. jadi bahasa itu yang diperkuat” (Wawancara penulis dengan Azyumardi Azra, 06 September 2016).
2) Kelemahan sistem dan metode
Sistem dan metode di IAIN sampai sekarang ini umumnya
kurang memberikan kesempatan kepada pengembangan kualitas
mahasiswa secara maksimal. Sistem dan metode yang
berlangsung lebih bersifat satu arah, artinya lebih banyak berada
di tangan dosen.
Sistem pendidikan dan perkuliahan tepatnya lebih
mengikut apa yang disebut Freire sebagai The Banking Concept
of Education (Pendidikan ala Bank), yaitu bahwa dalam proses
mahasiswa sebagai pemilik tunggal ilmu sedangkan mahasiswa
adalah wadah kosong yang harus di isi. Jadi dosen lebih banyak
berperan sebagai subyek yang aktif, sementara mahasiswa
menjadi obyek yang pasif.
Sistem dan situasi pendidikan semacam itu pada giliranya
menghalangi munculnya daya kritis dan kreativitas mahasiswa.
Akhirnya tidak mampu menguak realitas, dan memberikan respon
guna mengubah realitas yang dapat menghadirkan dirinya secara
lebih fungsional.
3) Kelemahan sikap mental ilmiah
Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap mental ilmiah
belum terbentuk di IAIN, baik dikalangan dosen, apalagi
dikalangan mahasiswa. Suasana dikampus sampai sekarang ini
belum dikatakan ilmiah akademis, yang terlihat lebih merupakan
suasana rutinitas civitas akademika yang menyelenggarakan
proses pendidikan dari hari ke hari.
Azyumardi Azra dalam Zainal Abidin Bagir dkk. (2005:
203-205) mengemukakan bahwa lemahnya riset dan
pengembangan ilmiah di sebagian besar negara-negara Islam
terkait realitas institusi-institusi sains yang dimiliki kebanyakan
negara-negara Islam belum berfungsi optimal untuk mendorong
institusi sains terus tumbuh untuk mengantisipasi era globalisasi,
sementara di hampir kebanyakan negara Islam pertumbuhannya
sangat lambat. Di kebanyakan negara Islam, jumlah
institusi-institusi riset sains masih sangat rendah, anggaran yang
dialokasikan untuk program-program ilmiah hampir tidak
memadai, jumlah komunitas ilmiah dan produktivitas ilmuwan
juga masih rendah.
4) Kekurangan piranti keras
Sampai sekarang lembaga ini pada umumnya masih
menghadapi kekurangan piranti keras. Ini dapat dilihat dari
kurangnya sarana-sarana fisik yang memadai untuk menciptakan
lingkungan kampus ideal, karena yang disebut kampus hanyalah
ruang perkuliahan dan perkantoran. Begitu pula tidak
memadainya perumahan dosen, mengakibatkan intensitas
interaksi dosen-mahasiswa menjadi sangat terbatas.
Selain itu kekurangan tenaga dosen juga merupakan hal yang
dihadapi. Ratio dosen yang ada terus menjadi tak seimbang karena
semakin meningkatnya jumlah mahasiswa sehingga pada giliranya
bimbingan yang baik dan intensif tidak bisa dilaksanakan.
b. Strategi Pembaruan Perguruan Tinggi Islam
Menghadapi berbagai masalah di atas, terlihat betapa
Azra (1998:128), untuk mengatasi masalah-masalah itu berbagai
alternatif dan langkah telah dilakukan, yaitu:
1) Penataan organisasi
Banyaknya IAIN dengan fakultas-fakultasnya yang
tersebar di berbagai kota besar dan kecil menimbulkan perbedaan
sarana, fasilitas, dan faktor-faktor pendukung lain yang pada
giliranya juga mempengaruhi pengorganisasian.
Berhadapan dengan kenyataan itu maka dilakukan
langkah-langkah rasionalisasi sehingga lembaga ini hanya
terdapat di ibukota-ibukota propinsi. Dengan begitu sarana-sarana
yang diperlakukan dapat dimiliki secara lebih memadai, yang
dalam perkembangan selanjutnya akan mendukung
langkah-langkah ke arah penyempurnaan.
2) Penyempurnaan sistem pendidikan dan kurikulum
Dalam orientasi ini, struktur kurikulum IAIN diperbaiki.
Jumlah mata kuliah dikurangi, tetapi lebih terarah dan relevan
dengan tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum diarahkan untuk
memberikan keahlian kepada mahasiswa sesuai dengan
kebutuhan masyarakat masa kini dan masa depan. Dalam hal
sistem pendidikan diterapkan program yang dikenal dengan S1,
S2, dan S3. Dengan program S1, mahasiswa dimungkinkan untuk
Kenyataan yang demikian menurut Azyumardi Azra perlu
segera dicarikan solusi berupa pembaruan sistem dalam
pendidikan Islam sebab, pendidikan Islam merupakan suatu usaha
untuk mempersiapkan Muslim agar dapat menghadapi dan
menjawab tuntutan perkembangan zaman (Fita Purisna Ardianti,
2015: 21).
3) Peningkatan personal
Dari segi kuantitas, ratio dosen tidak berimbang dengan
jumlah mahasiswa. Untuk itu, dalam setiap tahun anggaran
dilakukan pengangkatan tenaga pengajar baru. Untuk peningkatan
kualitas tenaga pengajar juga telah dilakukan berbagai langkah,
yaitu dengan diberikan kesempatan mengikuti program pelatihan,
penelitian, dan pengembangan agama departemen agama, serta
mengikuti program latihan penelitian ilmu-ilmu sosial dan
program-program lain semisal S2, S3, dan lain-lain.
Pendidik dan tenaga kependidikan juga harus ditingkatkan
baik kuantitas maupun kualitasnya dengan cara pengiriman ke
universitas-universitas besar di Barat dimana mereka akan
mendapat pelatihan dalam pengajaran dan metodologi penelitian,
interpretasi dan analisis. Setelah menggali ilmu di negara-negara
yang pengetahuannya lebih maju maka dapat memberikan atau
Indonesia (https://anggaariskaa.blogspot.co.id. Diakses 28
Desember 2016).
Azyumardi Azra menambahkan strategi pembaruan
perguruan tinggi Islam didalam buku Pendidikan Islam: Tradisi dan
Modernisasi Menuju Milenium Baru (1999: 167-168), perlunya
meninjau kembali sistem pendidikan dan kurikulum yang selama ini
diterapkan di IAIN. Berdasarkan pengamatan dan analisis yang
dikemukakan, ada beberapa rekomendasi yang dapat diajukan untuk
pengembangan IAIN, yaitu:
1) Reformulasi Tujuan IAIN
Meskipun IAIN diharapkan menjadi pusat pengembangan
pemikiran Islam, sampai saat ini lebih berfungsi sebagai wadah
pembinaan calon pegawai dan guru ketimbang pemikir dan
intelektual Islam. Dalam hubungan ini, IAIN lebih berfungsi
sebagai training center ketimbang center of learning and
research (pusat pembelajaran dan penelitian) atau center of
Islamic thought (pusat pemikiran Islam). Dalam hal ini, sebaiknya
yang ada dipertahankan, sedang cita-cita tetap dilanjutkan.
Artinya ide-ide baru untuk berkembang maju tetap diusahakan.
Jika IAIN karena faktor-faktor tertentu tetap tidak bisa
melepaskan diri dari fungsinya sebagai training center,