• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PERSPEKTIF AZYUMARDI AZRA TAHUN 1983-2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjanan Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PERSPEKTIF AZYUMARDI AZRA TAHUN 1983-2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjanan Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

PERSPEKTIF AZYUMARDI AZRA

TAHUN 1983-2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjanan Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

MAFTUKHIN

NIM: 111 12 142

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka.

(Firman Allah)

(6)

PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

 Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, do‟a yang tak pernah lelah dipanjatkan untuk putra-putrinya, motivasi yang tak ternilai, baik dari segi materil atau non materil sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan.

 Kakakku tercinta Mbak Zakiyatul Fakhiroh dan Mbak Fasikhah yang tak

pernah lelah memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis.

 Segenap Keluarga besar Yayasan Al Furqon Pesantren Hidayatullah

Kendal, khususnya kepada Almarhum Ustadz Abi Hamzah Ar dan Umi Rofi‟ah dengan ikhlasnya mendidik penulis serta adik-adik.

 Segenap Keluarga besar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kendal,

khususnya Bapak Ustadz Sunardi, M.Ag., Bapak K.H. Misbakhul Fuad, M.Pd, dan guru-guru lainnya dengan ikhlas dan kesabarannya mendidik dan mengarahkan penulis, sehingga penulis bisa merasakan betapa pentingnya pendidikan.

 Segenap Keluarga besar Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Ledok

Salatiga, khususnya K.H. Maslikhuddin Yazid, K.H. Muslimin Al Asy‟ari,

Kyai Sa‟dullah dengan ikhlas dan sabar membimbing penulis yang nakal ini.

 Segenap Keluarga Yayasan Wakaf Literasi Islam Indonesia (WALI),

khususnya K.H Anis Maftukhin yang selalu mengajarkan menjadi manusia yang benar manusia, yakni hidup berkarya dan hidup bermanfaat.

 Segenap Keluarga besar TMI Pondok Pesantren Darul Amanah, para

masyayikh, para asatidz dan asatidzah yang dengan ikhlas mendidik. Meski hanya tiga tahun merasakan kebersamaan tapi tidak akan saya lupakan anugrah pertemuannya.

 Segenap guru-guru aktivis petani di Aliansi Petani Indonesia (API),

Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA). Maafkan penulis belum bisa apa-apa, tapi pengalaman dan ilmunya itu adalah harta yang tak ternilai, terima kasih atas ilmunya.

 Segenap sahabat dan teman seperjuangan di Pondok Pesantren Sunan Giri,

Banyak suka duka yang kita lalui, semoga ilmu yang kita dapatkan bermanfaat dan berkah. Maafkan penulis dengan segala kekurangan.

 Segenap keluarga besar LPM Dinamika IAIN Salatiga yang telah menjadi

(7)

 Teman-teman PPL, KKL, dan KKN yang berjuang bersama dalam suka dan duka untuk menyelesaikan tugas Negara.

 Teman-teman seperjuangan di Kampus IAIN Salatiga.

 Almamaterku tercinta IAIN Salatiga

 Pendamping hidup kelak InsyaAllah, yang namanya masih dirahasiakan

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PERSPEKTIF

AZYUMARDI AZRA TAHUN 1983-2016”. Sholawat dan Salam Allah SWT,

semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi

suri teladan bagi umatnya hingga hari kiamat.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat

diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai phak. Untuk itu, penulis

menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag. Selaku pembimbing yang telah

membimbing dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Ulfah Susilowati, M.SI. Selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membimbing dan mengarahkan selama kuliah.

6. Bapak/ Ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan

pelayanan kepada penulis.

7. Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. yang telah bersedia diwawancarai

(9)
(10)

ABSTRAK

Maftukhin. 2016. Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia Perspektif

Azyumardi Azra Tahun 1983-2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama

Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muh. Saerozi, M. Ag.

Kata kunci: Pembaruan, Pendidikan Islam, Azyumardi Azra.

Salah satu tokoh pembaru Pendidikan Islam di Indonesia yang berjasa mengkonversikan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN adalah Azyumardi Azra. Penulis tertarik mengetahui pemikirannya tentang pembaruan pendidikan Islam di Indonesia. Pertanyaan penelitian ini adalah: (1) Bagaimana biografi Azyumardi Azra? (2) Bagaimana pemikiran pendidikan Islam menurut Azyumardi Azra? (3) Bagaimana strategi pembaruan pendidikan Islam (perguruan tinggi Islam dan pesantren) menurut Azyumardi Azra? (4) Bagaimana relevansi pembaruan pendidikan Islam di Indonesia menurut Azyumardi Azra?

Metode penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research).

Sumber data primer, dari buku-buku karangan Azyumardi Azra yang berkaitan dengan pembaruan pendidikan Islam serta wawancara langsung dengannya. Sumber data skundernya, dari buku-buku lain yang berhubungan dengan penelitian. Analisa data yang digunakan adalah metode Analisis Isi.

Temuan penulis bahwa Azyumardi Azra adalah akademisi Muslim asal Indonesia yang dikenal juga cendekiawan Muslim. Pada masa kepemimpinannya berhasil mengkonversikan IAIN Syarif Hidayatullah menjadi UIN sebagai kampus pembaru Islam di Indonesia. Pembaruan pendidikan Islam adalah proses pemindahan nilai budaya dan pembentukan individu berdasarkan ajaran Islam supaya dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di bumi dan tercapai kebahagiaan dunia akhirat. Strategi pembaruan Pendidikan Islam ada dua, (1) Strategi di Perguruan Tinggi Islam dengan cara penataan organisasi, penyempurnaan sistem pendidikan dan kurikulum, peningkatan personal, reformulasi tujuan, simplifikasi beban perkuliahan, dekompartementalisasi, liberalisasi sistem sks, dan penguatan akhlakul karimah. (2) Strategi di Pondok Pesantren dengan cara pembaruan subtansi, metodologi, kelembagaan, fungsi, penguatan Islam wasatiyah dan penguatan jaringan pondok pesantren. Pemikiran pembaruan Azyumardi Azra sangat relevan dengan kondisi pendidikan di Indonesia supaya tidak ada dikotomi ilmu, tercapainya akhlakul karimah, kuatnya

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

BAB II BIOGRAFI AZYUMARDI AZRA ... 14

A. Latar Belakang Keluarga ... 14

B. Latar Belakang Pendidikan ... 15

C. Karir ... ... 17

D. Karya ... 20

E. Pengalaman Keagamaan ... 24

BAB III PEMIKIRAN PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM AZYUMARDI AZRA ... 26

A. Pemikiran Pendidikan Islam ... 26

(12)

2. Sumber Pendidikan Islam ... 30

3. Karakteristik Pendidikan Islam ... 30

4. Kurikulum Pendidikan Islam ... 32

5. Metode Pendidikan Islam ... 34

B. Strategi Pembaruan Pendidikan Islam ... 36

1. Pembaruan Perguruan Tinggi Islam ... 36

2. Pembaruan Pondok Pesaantren ... 48

BAB IV RELEVANSI PEMIKIRAN PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM AZYUMARDI AZRA ... 56

A. Relevansi Pemikiran Pembaruan Pendidikn Islam ... 56

1. Relevansi Arti dan Tujuan Pendidikan Islam ... 56

2. Relevansi Sumber Pendidikan Islam ... 59

3. Relevansi Karakteristik Pendidikan Islam ... 61

4. Relevansi Kurikulum Pendidikan Islam ... 63

5. Relevansi Metode Pendidikan Islam ... 65

B. Relevansi Strategi Pembaruan Pendidikan Islam ... 68

1. Relevansi Strategi Pembaruan Perguruan Tinggi Islam.... 68

2. Relevansi Strategi Pembaruan Pondok Pesantren ... 82

BAB V PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semangat pendidikan menjadi suatu keharusan bagi seluruh

anggota masyarakat, karena berawal dari pendidikan, kemajuan suatu

bangsa dan negara dapat dilihat. Mulyana (2002: 4) menyatakan bahwa

pendidikan dalam proses pembangunan memberikan kontribusi yang

sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, karena pendidikan

merupakan sarana dalam membangun watak bangsa.

Aktivitas kependidikan Islam di Indonesia pada dasarnya sudah

berlangsung dan berkembang sejak sebelum Indonesia merdeka hingga

sekarang. Hal ini dapat dilihat dari fenomena tumbuhkembangnya

program dan praktik pendidikan Islam yang dilaksanakan di Nusantara,

baik berupa pendidikan Pondok Pesantren, pendidikan Madrasah,

pendidikan umum yang bernafaskan Islam, pelajaran Pendidikan Agama

Islam yang diselenggarakan di lembaga-lembaga pendidikan umum

sebagai suatu mata pelajaran atau mata kuliah saja, maupun pendidikan

agama Islam yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok tertentu di

Masyarakat, serta di tempat-tempat ibadah dan media massa (Muhaimin:

2003: 1).

Menurut Azyumardi Azra dalam Kurniawan dan Mahrus (2013:

295-296), bahwa pendidikan Islam di era global dihadapkan pada masalah

(14)

memang secara rill dihadapi oleh sistem pemikiran Islam dan pendidikan

Islam pada umumnya antara lain: Pertama, pendidikan Islam krisis

konseptual. Krisis ini berkaitan dengan definisi dan pembatasan ilmu-ilmu

didalam sistem pendidikan Islam. Krisis konseptual yang dimaksud adalah

terjadinya pembagian ilmu-ilmu didalam keilmuan itu sendiri, yang

menyebabkan pengkotakan pada bidang kelembagaan. Kedua, pendidikan

Islam krisis kelembagaan. Krisis ini adalah akibat adanya dikotomisasi

antara lembaga-lembaga pendidikan yang menekankan kepada salah satu

aspek dari ilmu-ilmu yang ada, yaitu diantara ilmu agama atau ilmu

umum. Ketiga, adanya konflik antara tradisi pemikiran Islam dan

pendidikan Islam dengan modernisasi. Keempat, pendidikan Islam krisis

metodologi. Yang terjadi dikalangan lembaga pendidikan Islam sekarang

adalah lebih merupakan proses pengajaran dibandingkan dengan proses

pendidikan. Kelima, Krisis Orientasi. Lembaga pendidikan Islam pada

umumnya lebih berorientasi ke masa silam ketimbang masa depan dalam

batas-batas tertentu.

Melihat kenyataan ini, maka tak ayal lagi bahwa pendidikan Islam

perlu mendapat perhatian yang serius dalam menuntut pemberdayaan,

dengan usaha menata kembali keadaannya, terutama di Indonesia.

Keharusan ini, tentu dengan melihat keterkaitan dan peranannya di dalam

usaha pendidikan bangsa Indonesia yang mayoritas muslim, sehingga

perlu ada terobosan seperti perubahan model dan strategi pelaksanaannya

(15)

Langkah konkrit pembaruan pendidikan Islam di Indonesia, pernah

dilakukan oleh Azyumardi Azra, Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dari tahun 1998-2006, dengan cara mengkonversikan Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi

Universitas Islam Negeri (UIN). Langkah konversi ini mulai diintensifkan

pada masa kepemimpinan Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA dengan

dibukanya Jurusan Psikologi dan Pendidikan Matematika pada Fakultas

Tarbiyah, serta Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam pada Fakultas

Syariah pada tahun akademik 1998/1999. Untuk lebih memantapkan

langkah konversi ini, pada tahun 2000 dibuka Program Studi Agribisnis

dan Teknik Informatika bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor

(IPB) serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan

Program Studi Manajemen dan Akuntansi. Pada tahun 2001 diresmikan

Fakultas Psikologi dan Dirasat Islamiyah bekerja sama dengan Al-Azhar,

Mesir (https://id.wikipedia.org. Diakses 25 Oktober 2016).

Dengan keluarnya keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

031 tanggal 20 Mei 2002, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berubah

menjadi UIN. Peresmiannya dilakukan oleh Wakil Presiden Republik

Indonesia pada 8 Juni 2002 bersamaan dengan upacara Dies Natalis ke-45

dan Lustrum ke-9 serta pemancangan tiang pertama pembangunan

Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui dana Islamic

(16)

(https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Islam_Negeri_Syarif_Hidayatul

lah_Jakarta. Diakses 02 Januari 2017).

Perjuangan panjang itu membuahkan hasil dengan berbagai

penghargaan yang didapat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, antara lain,

(1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menempati peringkat 3 universitas di

Indonesia versi Google Scholar Citations Januari 2017, dan berada di

ranking pertama perguruan tinggi Islam di Indonesia (2) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta menjadi perguruan tinggi Islam pertama di Indonesia

yang mendapatkan sertifikasi ASEAN University Network-Quality

Assurance (AUN-QA) pada tanggal 26 April 2016 (3) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta menempati peringkat 20 universitas di Indonesia

versi Webometrics Januari 2015, dan berada di ranking pertama perguruan

tinggi Islam di Indonesia (4) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menempati

peringkat 36 universitas di Indonesia versi 4icu.org Januari 2015, dan

berada di ranking pertama perguruan tinggi Islam negeri di Indonesia

(https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Islam_Negeri_Syarif_Hidayatul

lah_Jakarta. Diakses 02 Januari 2017).

Berangkat dari persoalan pendidikan Islam di atas serta apa yang

dilakukan Azyumardi Azra, maka penulis tertarik mengangkat

pemikirannya sebagai bahan penulisan skripsi dengan sebuah judul “Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia Perspektif Azyumardi

(17)

mengenai pembaruan pendidikan Islam di Indonesia sebagai sebuah

jawaban atas berbagai persoalan yang sedang terjadi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana pemikiran pendidikan Islam menurut Azyumardi Azra?

2. Bagaimana strategi pembaruan pendidikan Islam (Pergurun Tinggi

Islam dan Pondok Pesantren) menurut Azyumardi Azra?

3. Bagaimana relevansi pembaruan pendidikan Islam di Indonesia

menurut Azyumardi Azra ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan objek pokok permasalahan maka tujuan yang ingin

dicapai adalah:

1. Mengetahui pemikiran pendidikan Islam menurut Azyumardi Azra.

2. Mengetahui strategi pembaruan pendidikan Islam (Pergurun Tinggi

Islam dan Pondok Pesantren) menurut Azyumardi Azra.

3. Mengetahui relevansi pembaruan pendidikan Islam di Indonesia

(18)

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat berrmanfaat dan memperkaya khazanah

teori pendidikan Islam di Indonesia. Selain itu, dapat menjadi

dorongan bagi peneliti lainnya untuk mengkaji lebih dalam dan

berkelanjutan, sehingga proses pengembangan pemikiran pendidikan

Islam akan terus berlanjut.

2. Secara Praktis

Dapat bermanfaat bagi civitas akademika Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam.

E. Telaah Pustaka

Sejauh pengamatan yang penulis ketahui terkait dengan penelitian

pemikiran Azyumardi Azra yang berhubungan dengan pendidikan Islam

antara lain:

1. Skripsi yang ditulis Ilham Arif, Jurusan Kependidikan Islam Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta tahun 2015 yang berjudul Modernisasi Pondok Pesantren

(Studi Pemikiran Azyumardi Azra). Jenis penelitiannya adalah

menggunakan penelitian kepustakaan (library research).

Dalam penelitian ini disimpulkan: Pertama, modernisasi yang dilakukan

pesantren dalam bentuk kelembagaan seperti pertanian, perikanan, atau

sekolah-sekolah umum di lingkungan pesantren telah menimbulkan

(19)

pesantren yaitu memasukkan ilmu-ilmu sekuler (umum) kedalam

kurikulum pesantren telah menimbulkan permasalahan. Oleh karena itu

menurut Azyumardi Azra pesantren harus mengkaji ulang secara cermat

dan hati-hati berbagai gagasan modernisasi tersebut dan pesantren harus

lebih mengorientasikan peningkatan kualitas para santrinya kearah

penguasaaan ilmu-ilmu agama. Adapun model pembelajaran metode

sorogan dan bandongan tetap relevan namun perlu dikembangkan

dengan dialogis. Azyumardi Azra juga mengharapkan bahwa

metodologi pesantren harus dipertahankan, yaitu proses pengajaran yang

berlangsung itu lebih merupakan learning, ta‟lim dari pada tarbiyah

yang terlihat formal.

2. Skripsi yang ditulis Neneng Siti Fatimah Nurul Aini, mahasiswa

Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2012 dengan judul “Pendidikan Karakter dalam Pandangan

Azyumardi Azra”. Penelitian yang dilakukan tersebut merupakan

penelitian kepustakaan.

Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pendidikan karakter

dalam pandangan Azyumardi Azra adalah proses suatu bangsa dalam

mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan

sebagai khalifah dan memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien

berdasarkan sumber-sumber Islam. Implikasi pendidikan karakter

Azyumardi Azra dalam pendidikan Islam yakni dengan pendidikan

(20)

3. Skripsi yang ditulis Ulfi Maslakhah, Jurusan Studi Pendidikan Agama

Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun

2013 dengan judul “Konsep Modernisasi Pendidikan Islam dan

Relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam (Telaah Pemikiran

Azyumardi Azra)”. Penelitian yang dilakukan tersebut merupakan

penelitian kepustakaan.

Hasil dari penelitian tersebut meliputi pemikiran tentang modernisme

tujuan, kurikulum, dan lembaga Pendidikan Islam. Tujuan pendidikan

Islam sekarang ini harus ada keseimbangan yakni bahagia dunia dan

akhirat, serta peningkatan kemampuan dalam bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi. Kurikulum Pendidikan Islam perlu dimasuki ilmu

pengetahuan dan teknologi agar nantinya tercipta sumber daya manusia

yang unggul dan tidak hanya dalam bidang agama namun juga ilmu

pengetahuan dan teknologi. Lembaga pendidikan Islam perlu juga

dikelola secara profesional dan terarah guna pencapaian hasil yang

memuaskan dalam pengembangan potensi peserta didik.

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa skripsi

yang penulis angkat mempunyai persamaan dan perbedaan dengan

beberapa penelitian yang sudah ada. Letak persamaan dapat dilihat dari

objek yang diteliti, yakni sama-sama meneliti pemikiran Azyumardi Azra

dalam pendidikan Islam. Sedangkan perbedaan terletak pada fokus kajian

yang diteliti. Pada penelitian pertama lebih fokus kepada modernisasi

(21)

pendidikan karakter menurut Azyumardi Azra, dan penelitian ketiga lebih

fokus pada konsep (hakikat) modernisasi Pendidikan Islam. Fokus

penelitian yang diangkat penulis ini berbeda dengan sebelumnya, yakni

fokusnya lebih menitikberatkan pada strategi pembaruan (modernisasi)

pendidikan Islam perguruan tinggi Islam dan pondok pesantren.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi

ini adalah penelitian studi tokoh. Sebagai jenis penelitian kualitatif,

studi tokoh juga menggunakan metode sebagaimana lazimnya dalam

penelitian kualitatif, yakni wawancara, observasi, dokumentasi, dan

catatan-catatan perjalanan hidup sang tokoh. Dengan demikian

penyusunan karya ilmiah ini didasarkan pada hasil studi terhadap

bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan pemikiran pendidikan

Islam Azyumardi Azra serta wawancara langsung.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian mengungkap suatu masalah atau

peristiwa sebagaimana adanya. Hasil penelitian ditekankan pada

gambaran secara objektif mengenai keadaan yang sebenarnya dari

objek yang diteliti (Nawawi,1993 31). Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan factual-historis. Pendekatan

factual-historis yaitu suatu pendekatan dengan mengemukakan

(22)

Pendekatan ini penulis gunakan untuk mengungkapkan

seluk-beluk perkembangan pemikiran Azyumardi Azra sampai pada

pemikirannya tentang pembaruan pendidikan Islam.

3. Pengumpulan data

a. Dokumentasi.

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode

dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).

Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara

pengumpulan dokumen buku karya Azyumardi Azra, dan

buku-buku lain yang ada kaitannya dengan permasalahan ini. Metode ini

disebut dengan metode dokumentasi. Data yang dikumpulkan

menjadi data primer dan data sekunder:

1) Sumber data primer, yaitu data yang diambil dari tokoh yang

sedang diteliti dalam penulisan skripsi ini. Adapun sumber data

primer dalam penelitian ini meliputi karya tulis Azyumardi Azra

dan wawancara.

Data primer pertama adalah dari hasil karya-karya Azyumardi

Azra, meliputi: (1) Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi

Menuju Milenium Baru, Jakarta: Raja Grafindo, 1999 (2) Esei-esei

Pendidikan Islam dan Cendekiawan Muslim, Jakarta: Logos

(23)

Data primer kedua, Wawancara. yaitu proses percakapan dengan

maksud untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,

organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua

pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dengan orang yang diwawancarai (interviewee).

(Bungin, 2011: 155.) Metode ini digunakan untuk mendapatkan

informasi tentang konsep pembaruan pendidikan Islam perspektif

Azyumardi Azra. Sedangkan yang menjadi narasumber dalam

wawancara penelitian ini adalah Azyumardi Azra yang dilakukan

pada pukul 10.00 tanggal 06 September 2016 di Universitas

Airlangga Surabaya.

2) Sumber data sekunder, yaitu data penunjang yang berkaitan

dengan tema pokok bahasan penelitian. Buku-buku penunjang

sebagian masih karya Azyumardi Azra yaitu (1) Islam Subtantif:

Agar Umat Tidak Menjadi Buih. Bandung: Mizan, 2000 (2)

Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan

Milenium III, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2012 (3) Reformis,

Dinamika Intelektual dan Gerakan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1999 (4) Dari Harvard sampai Makkah. Jakarta: Penerbit

Republika, 2005. Tidak ketinggalan juga diperoleh dari skripsi,

tesis, disertasi, jurnal, catatan, transkip, buku, surat kabar,

(24)

G. Teknik Analisis Data

Weber dalam Moleong (2002: 163) mengatakan bahwa kajian isi

adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur

untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.

Penulis menggunakan metode ini untuk menentukan arti atau maksud

dokumen yang diteliti.

Analisis dalam penelitian ini menggunakan model content analysis,

yakni suatu analisis tekstual dalam studi pustaka melalui investigasi

tekstual terhadap isi pesan atau suatu komunikasi sebagaimana terungkap

dalam literatur-literatur yang memiliki relevansi dengan tema penelitian

ini yang berorientasi pada upaya membangun sebuah konsep atau

memformulasikan suatu ide pemikiran melalui langkah-langkah penafsiran

terhadap teks.

Penelitian ini akan mengkaji dan menafsirkan pemikiran

pembaruan pendidikan Islam yang terdapat dalam buku, teks, atau data

lainnya yang berhubungan dengan pemikiran Azyumardi Azra secara

komprehensif. Satuan makna dan kategori dianalisis, dicari hubungan satu

dan lainnya untuk menemukan makna, arti, tujuan, dan isi dari kata yang

secara eksplisit maupun implisit berhubungan dengan pemikiran

pembaruan pendidikan Islam Azyumardi Azra. Hasil analisis ini kemudian

dideskripsikan dalam bentuk laporan penelitian sebagaimana pada

(25)

H. Sistematika Penulisan

Bagian awal, meliputi: sampul, lembar berlogo, judul (sama

dengan sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan,

pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak,

daftar isi, dan daftar lampiran. Bagian inti berisi:

BAB I: Pendahuluan berisi: Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kajian Pustaka,

Landasan Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II: Biografi Azyumardi Azra berisi: Biografi Azyumardi Azra

yang membahas tentang latar belakang keluarga, latar belakang

pendidikan, karir, pengalaman keagamaan, dan karyanya.

BAB III: Pemikiran Azyumardi Azra tentang pendidikan Islam di

Indonesia serta strategi pembaruan pendidikan Islam (Perguruan Tinggi

Islam dan Pondok Pesantren).

BAB IV: Relevansi Pemikiran Azyumardi Azra tentang pendidikan

Islam di Indonesia serta strategi pembaruan pendidikan Islam (Perguruan

Tinggi Islam dan Pondok Pesantren).

BAB V: Penutup berisi: Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA

(26)

BAB II

BIOGRAFI AZYUMARDI AZRA A. Latar Belakang Keluarga

Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., adalah seorang akademisi Muslim

asal Indonesia. Ia juga dikenal sebagai cendekiawan Muslim (Kompas, 22

November 2009 dalam www.kompas.com dikutip 20 Desember 2016).

Azyumardi Azra dilahirkan di Lubuk Alung, Sumatra Barat pada 4 Maret

1955 dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang agamis. Ia besar di

lingkungan Islam modernis , tetapi justru merasa asyik dalam tradisi Islam

tradisional (Masruroh dan Umiarso, 2011: 151). Azyumardi Azra

menyatakan bahwa pengalaman keislaman yang lebih intens justru ia

dapatkan setelah mempelajari tradisi ulama dan intelektual mereka (Azra,

2000: 19).

Ayah Azyumardi Azra seorang tukang kayu, pedagang kopra dan

cengkih, dan ibunya adalah seorang Guru Agama. Ia merupakan anak

ketiga dari enam bersaudara. Ayahnya bercita-cita keras agar semua

anak-anaknya bisa sekolah meskipun kondisi ekonomi tak memungkinkan untuk

membiayai. Azra menyatakan bahwa ia tahu, betapa sulitnya bagi

ayahnya, akan tetapi anak-anaknya selalu didorong agar belajar dan

balajar (Azra, 2000: 19).

Azyumardi Azra menyatakan bahwa meskipun orang tuanya tidak

sekolah tinggi tetapi selalu mengajarkan bahwa ilmu itu sangat penting,

(27)

sekolah dan semua menjadi sarjana. Orang tuanya sadar bahwa ilmu

sangat bermanfaat bagi kehidupan anak-anak kelak maka orang tuanya

selalu berusaha mendorong untuk selalu menuntut ilmu

(www.tokohindonesia.com. Dikutip 21 September 2016).

B. Latar Belakang Pendidikan

Azyumardi Azra memulai pendidikan formalnya pada umur 9

tahun di Sekolah Dasar (SD) disekitar rumahnya. Kemudian meneruskan

pendidikannya ke Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Padang.

(Masruroh dan Umiarso, 2011: 151). Setamat PGAN pada tahun 1975,

Azyumardi Azra sempat bersilang pendapat dengan kedua orangtuanya.

Pada awalnya, Azyumardi Azra tidak bercita-cita menggeluti studi

keislaman. Sebab, ia lebih berminat memasuki bidang pendidikan umum,

yakni Jurusan Sejarah di Universitas Andalas atau IKIP Padang karena

salah seorang gurunya gurunya menyarankan demikian. Akan tetapi, orang

tuanya menginginkan ia kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Padang. Pada akhirnya Azyumardi lebih memilih kuliah di IAIN Syarif

Hidayatullah (Azra, 2000; 20). Ia kuliah di Fakultas Tarbiyah, IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan aktif dalam beberapa organisasi intra dan ekstra

institut. Ia pernah menjadi ketua umum Senat Mahasiswa Fakultas

Tarbiyah (1979-1982). Lalu, ia juga pernah duduk sebagai ketua umum

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat (1981-1982).

Dengan kecerdasannya, setelah menyelesaikan kuliah S1 (1982),

(28)

melanjutkan program S2 di Universitas Columbia, New York, Amerika

Serikat dan pada tahun 1988 ia memperoleh gelar Master of Art (MA)

dari Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah. Sebenarnya usai S2,

seharusnya ia pulang ke tanah air karena tidak ada biaya untuk program

selanjutnya tapi karena memperoleh beasiswa Columbia University

President Fellowship, ia melanjutkan pada Departemen Sejarah. Dari

jurusan ini ia memperoleh gelar M.Phil pada tahun 1990.

Pada tahun yang sama (tahun 1990), Azyumardi Azra melanjutkan

studi program S3 di UCLA di bidang Sejarah dan memperoleh gelar Ph.D

(Doktor) pada tahun 1992 dengan disertasinya berjudul The Transmission

of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and

Malay-Indonesian Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries

(Syamsul Kurniawan dan Ewin Mahrus, 2013: 286). Kemudian diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterbitkan dengan judul “Jaringan

Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII”

yang diterbitkan oleh Mizan Bandung pada tahun 1998.

Disertasi doktor yang relatif berat itu merupakah hasil penelitian di

beberapa tempat, antara lain di Mesir, Belanda, dan Saudi Arabia.

Penelitian itu, atas biaya Ford Foundation yang menghabiskan waktu

setahun. Modal pengalamannya sebagai wartawan memudahkan ia untuk

menganalisis data dan mengorganisirnya menjadi tulisan disertasi

sehingga setelah mengumpulkan data, ia menulis disertasi yang tebal 600

(29)

Juni 1992 (Triyadi, 2009: 60). Setelah menyelesaikan program Doctoral

(S3), Azyumardi Azra terpilih lagi mengikuti program post doctoral di

Oxford University selama setahun (Ninik Masruroh dan Umiarso, 2011:

153).

C. Karir Azyumardi Azra

Di tengah kesibukan belajar di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra menyempatkan diri menjadi

wartawan majalah Panji Masyarakat tahun 1979-1985. Pada media rintisan

HAMKA ini, ia sangat produktif menulis untuk mempertajam

pemikiran-pemikirannya. Azyumardi Azra juga menempuh karir sebagai peneliti di

Lembaga Riset Kebudayaan Nasional (LRKN) LIPI tahun 1982-1983

(Masruroh dan Umiarso, 2011: 155).

Belum genap satu tahun di PPIM, Prof. Dr. H. M. Qurais Shihab

Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat itu, pada tanggal 1 Februari

1998, menunjuk Azyumardi Azra sebagai pembantu Rektor I. Banyak

langkah yang dilakukan Azyumardi Azra selama menjabat sebagai

pembantu Rektor I, salah satunya adalah mengeluarkan keputusan untuk

tamatan pesantren, walaupun hanya berbekal ijazah lokal tapi bisa diterima

menjadi mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah. Menurut Azyumardi Azra,

tamatan pesantren sangat memiliki potensi, khususnya di bidang bahasa

dan pengetahuan agama. Selain itu, alasan yang lain adalah untuk menjalin

hubungan dengan umat Islam khususnya dengan kalangan pesantren

(30)

Selanjutnya sejak tanggal 14 Oktober 1998 menjadi tahun yang

cukup bersejarah bagi Azyumardi Azra. Pada saat itulah Azyumardi Azra

dikukuhkan menjadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

menggantikan Qurais Shihab yang bertugas sebagai Duta Besar RI di

Mesir (Asnawan, 2010: 65).

Selama menjabat menjadi Rektor di IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Azyumardi Azra mempunyai perhatian terhadap peningkatan

kualitas dosen dan mahasiswa dengan menjalin kerjasama dengan

perguruan tinggi luar negeri, seperti Mesir dan Leiden serta merintis

kerjasama dengan Universitas Aligarh India, Australia National

University, dan Universitas di Philipina dan Malaysia (Azra, 2000: 18).

Pemegang jabatan tertinggi di lingkungan IAIN Jakarta,

Azyumardi Azra membawa misi mengembangkan IAIN menjadi

perguruan tinggi yang tidak hanya mengajarkan dan menjadi pusat

pengembangan ilmu agama, tetapi juga ilmu humaniora, ilmu sosial, dan

ilmu eksakta. Melalui konsep transformasi atau konvensi, IAIN menjadi

Universitas Islam Negeri (UIN), diharapkan ketiga bidang ilmu tersebut

akan dikembangkan di IAIN secara seimbang. Pada masa kepemimpinan,

status IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta berubah menjadi Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sejak tanggal 20 Mei 2002

(Kurniawan & Mahrus, 2013: 287).

Untuk kedua kalinya, Azyumardi Azra terpilih kembali menjadi

(31)

ditugasi menjadi Ketua Yayasan Wakaf Paramadina, yang sebelumnya

dijabat oleh Prof. Dr. Nurcholis Madjid. Dipilihnya Azyumardi Azra

menjadi Rektor, dikarenakan ia dikenal sebagai akademisi yang memiliki

integritas keilmuwan yang mumpuni (Wachidah, 2016: 56).

Disamping sibuk menjadi dosen dan mengurusi kampus, Azra juga aktif menjadi anggota dewan redaksi jurnal: Ulumul Qur‟an, Islamika,

editor chief Studia Islamika, dan Wakil Direktur Pusat Pengkajian Islam

dan Masyarakat (PPIM) IAIN Jakarta (Azra, 2002: 284). Ia juga dipercaya

menjadi dosen tamu di University of Philipines dan University Malaya

pada 1997. Azra juga aktif sebagai anggota SC SEASREO (Southeast

Asian Studies Regional Exchange Program) Toyota Foundation & The

Japan Foundation sejak ahun 1998 sampai sekarang. Selain itu, Azra juga

termasuk salah seorang pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI)

dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS)

(Azra, 2000: 26).

Dari berbagai daftar riwayat hidup Azyumardi Azra dalam setiap

buku yang diterbitkannya, dapat diketahui bahwa karir Azyumardi Azra

sebagai berikut:

1. Wartawan majalah Panji Masyarakat(1979 sampai 1985).

2. Lembaga Riset Kebudayaan Nasional-Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia LRKN LIPI (1982-1983).

3. Wakil direktur Pusat Penelitian Islam dan Masyarakat (PPIM) di

(32)

4. Anggota Dewan Redaksi Jurnal Ulumul Quran, Islamika, dan

Editorin-Chief Studia Islamika

5. Dosen tamu di University of Philippines (1997)

6. Dosen tamu di Universiti Malaya (1997).

7. Anggota pada SC SEASREO (Souhteast Asian Studies Regional

Exchange Program) Toyota Foundation & The Japan Foundation

(1998 sampai sekarang).

8. Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI)

9. Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial (HIPIIS).

10.Guru Besar Sejarah pada Fakultas Adab.

11.Pembantu Rektor I pada 1998 dan Rektor IAIN syarif Hidayatullah

Jakarta sejak 14 Oktober 1998.

12.Tahun 2002 , Azyumardi Azra juga ditugasi untuk menjadi Ketua

Yayasan Wakaf Paramadina, yang sebelumnya dipegang oleh

Nurcholish Madjid.

D. Karya-Karya Azyumardi Azra

Hingga kini lebih dari 15 buku yang telah Azra tulis, tidak

termasuk makalah dan jurnal-jurnal berbahasa Indonesia dan Inggris. Oleh

sebab itu, Azra tergolong penulis paling produktif, khususnya sejarah dan

kajian keislaman (Harian Kompas, 25 Maret 2004 dalam

www.kompas.com. Dikutip 20 Desember 2016).

Buku-buku yang ditulis dan diterbitkannya antara lain, buku

(33)

XVII Dan XVIII terbitan Mizan tahun 1994. Lalu, buku Pergolakan

Politik Islam: Dari Fundamentalis, Modernis, hingga Post Modernisme

terbitan Paramadina tahun 1996. Kemudian buku-buku Editannya seperti

Islam dan Masalah-Masalah Kemasyarakatan terbitan Pustaka Panjimas

tahun 1984, Perkembangan Modern dalam Islam terbitan Yayasan Obor

Indonesia tahun 1984, Agama di Tengah Sekulerasi Politik terbitan

Pusaka Panjimas tahun 1985 (Azra, 2003: 174).

Pada tahun 1999, Azra menerbitkan enam buku terbarunya dan

meluncurkannya pada tanggal 21 September 1999. Buku-buku tersebut

yaitu: Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium

Baru, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam terbitan Logos

Wacana Ilmu Ciputat, Islam Reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan

terbitan Paramadina Jakarta, Menuju Masyarakar Madani: Gagasan,

Fakta dan Tantangan, dan Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah

Wacana dan Kekuasaan terbitan Rosda Karya Bandung (Azra, 2000: 30).

Pada tahun 2000 Azra menerbitkan dan meluncurkan buku

kumpulan wawancaranya yaitu Islam Subtantif: Agar Umat Islam Tidak

Jadi Buih terbitan Mizan Bandung, Azra juga telah menyiapkan tiga

manuskrip bukunya berbahasa Inggris yang penerbitnya di Singapura,

ketiganya berjudul Islam In Indonesia: Continuity And Changes In

Modern World. Islam in Malay-Indonesia World dan Islam, dan Ulama

(34)

Pada tahun 2002, Azra kembali menerbitkan dan meluncuran

buku-buku terbarunya, antara lain: Historiografi Islam Kontemporer: Wacana,

Aktifitas dan Aktor Sejarah terbitan PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta,

Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi

terbitan Kompas Jakarta, Reposisi Hubungan Agama dan Negara: Merajut

Kerukunan Antar Umat terbitan Kompas Jakarta, Menggapai Solidaritas:

Tensi Antara Demokrasi, Fundamentalisme dan Humanisme terbitan

Pustaka Panjimas, Konflik Baru Antar Peradaban: Globalisasi,

Radikalisme dan Pluralitas terbitan Mizan Bandung, Islam Nusantara:

Jaringan Global dan Lokal terbitan Mizan Bandung (Azra, 2003: 134).

Bulan April tahun 2004, Azra meluncurkan bukunya yang berjudul

The Origins of Islamic in Reformation in South East Asia, buku tersebut

setebal 300 halaman dan disponsori oleh Studies Australian Association

(SAA) yang diterbitkan oleh penerbit komersial Allen dan Unwin

Australia, kemudian Hawai University Press dan KITLV Leiden, Belanda

(Harian Kompas, 25 Maret 2004 dalam www.kompas.com. Dikutip 20

Desember 2016).

Dari sekian banyak karya-karya Azra dikarenakan ia sudah

mengenal tulis menulis sejak mahasiswa. Sebelum lulus dari IAIN Jakarta

ia telah terjun dalam dunia jurnalistik (Azra, 2000: 38). Dari berbagai

daftar riwayat hidup Azyumardi Azra dalam setiap bukunya yang

(35)

1. Islam dan Masalah-Masalah Kemasyarakatan (Pustaka Panjimas,

1984).

2. Perkembangan Modern dalam Islam (Yayasan Obor Indonesia, 1984).

3. Agama di Tengah Sekulerasi Politik (Pusaka Panjimas, 1985).

4. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII

Dan XVIII (Mizan, 1994) yaitu berasal dari desertasinya.

5. Pergolakan Politik Islam : Dari Fundamentalis, Modernis, hingga Post

Modernisme (Paramadina, 1996).

6. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium Baru,

(Logos Wacana Ilmu, 1999).

7. Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam (Logos Wacana

Ilmu, 1999).

8. Islam Reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan (Paramadina,

1999)

9. Menuju Masyarakar Madani: Gagasan, Fakta dan Tantangan, (Rosda

Karya, 1999).

10. Renaisans Islam Asia Tenggara : Sejarah Wacana dan Kekuasaan

(Rosda Karya, 1999 ).

11. Islam Subtantif: Agar Umat Islam Tidak Jadi Buih (Mizan, 2000).

12. Historiografi Islam Kontemporer; Wacana, Aktifitas dan Aktor

Sejarah (PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002)

13. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan

(36)

14. Reposisi Hubungan Agama dan Negara: Merajut Kerukunan Antar

Umat (Kompas, 2002)

15. Menggapai Solidaritas: Tensi Antara Demokrasi, Fundamentalisme

dan Humanisme (Pustaka Panjimas, 2002)

16. Konflik Baru Antar Peadaban: Globalisasi, Radikalisme dan Pluralitas

(Mizan, 2002).

17. Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal (Mizan, 2002) (Azra,

2003: 134).

E. Pengalaman Keagamaan

Pendidikan keagamaan Azyumardi Azra yang diterimanya dimasa

kecil hingga dewasa begitu berkesan dihatinya. Namun, ia merasakan ada

perubahan yang cukup besar dalam pengalaman keagamaannya saat

menempuh pendidikan pasca sarjana, untuk meraih gelar MA dan Ph.D

dinegeri Barat. Konsentrasi studi saat itu memang sejarah Islam, lebih

khusus lagi mengenai tradisi ulama. Ia sangat tertarik dengan

kecenderungan para ulama yang sufistis. Sejak itulah mulai banyak

mempelajari ilmu tasawuf dan menemukan keasyikan tersendiri baginya,

dan meyakini betapa pentingnya tasawuf bagi kehidupan ini (Wachidah,

2016: 57). Azyumardi Azra menjelaskan perubahan yang cukup besar

dalam pengalaman keagamaannya ketika ia mendalami Islam bukan

dengan pendekatan dogmatis, tetapi historis (Triyadi, 2009: 80).

Azyumardi Azra kini merasa lebih bisa mengapresiasi tasawuf

(37)

betapa pentingnya tasawuf itu bagi kehidupan ini (Triyadi, 2009: 80).

Dengan pemahaman keagamaan seperti itu, pada 1991, Azyumardi Azra

berkesempatan mengunjungi Arab Saudi. Satu hal yang sangat berkesan

ketika sampai di sana yakni munculnya keharuan dalam dirinya. Ia

menyadari di tempat yang diinjak itulah Rasulullah pernah bersusah payah

menegakkan Islam. Semua kenangan itu seolah menjelma menjadi sebuah

buku, film, atau video, memperlihatkan bagaimana Rasulullah dan para

sahabat berjuang mengadakan pencerahan di tengah-tengah masyarakat

(38)

BAB III

PEMIKIRAN PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM AZYUMARDI AZRA

A. Pemikiran Pendidikan Islam Azyumardi Azra

1. Arti dan Tujuan Pendidikan Islam

Pengertian pendidikan Islam telah didefinisikan secara

berbeda-beda oleh orang-orang yang berlainan sesuai dengan pendapatnya

masing-masing. Tetapi, semua pendapat itu bertemu dalam pandangan,

bahwa pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa

mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan

untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien (Azra, 1998: 3).

Azyumardi Azra merumuskan, bahwa pendidikan secara umum

adalah proses pemindahan nilai-nilai budaya dari suatu generasi ke

generasi berikutnya (Azra, 1998: 5). Menurut Azyumardi Azra

pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu

berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan kepada Nabi

Muhammad SAW, agar dapat mencapai derajat yang tinggi supaya ia

mampu menunaikan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi, dan

berhasil mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat (Azra, 1998: 5).

Jika sistem pendidikan Barat sekarang ini sering disebut-sebut

mengalami krisis yang akut, itu tak lain karena proses yang terjadi

dalam pendidikan tak lain dari pada sekedar pengajaran. Pendidikan

yang berlangsung dalam schooling system tak lebih dari suatu proses

(39)

Akibatnya, katakanlah pengajaran menjadi suatu komoditi belaka

dengan berbagai implikasinya terhadap kehidupan sosial

kemasyarakatan. (Azra, 1999: 3).

Dari uraian di atas, dapat dilihat perbedaan antara pendidikan

pada umumnya dengan pendidikan Islam. Perbedaan utama yang paling

menonjol adalah pendidikan Islam bukan hanya mementingkan

pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga untuk

kebahagiaan akhirat. Lebih dari itu, pendidikan Islam berusaha

membentuk pribadi yang bernafaskan ajaran-ajaran Islam, sehingga

pribadi-pribadi yang terbentuk itu tidak terlepas dari nilai-nilai

agama.(Azra, 1998: 6).

Tujuan pendidikan Islam menurut Azyumardi Azra (1999: 8)

ada dua, yaitu tujuan umum/akhir dan tujuan khusus. Bagi Azra,

pendidikan Islam merupakan salah satu aspek saja dari ajaran Islam

secara keseluruhan. Karenanya, tujuan pendidikan Islam tidak terlepas

dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan

pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa kepadaNya, dan

dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan di akhirat.

Dalam konteks sosial-masyarakat, bangsa, dan negara maka pribadi

yang bertaqwa ini menjadi rahmatan lil alamin, baik dalam skala kecil

maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat

(40)

Tujuan hidup Muslim sebagaimana difirmankan Allah SWT,

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka

beribadah kepada-Ku” (Q.S. Al Dhariyat: 56)

“Wahai orang-orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah

sebenar-benar takwa kepada-Nya” (QS. Ali „Imran: 102)

Tujuan hidup Muslim atau tujuan akhir pendidikan Islam sesuai

ayat diatas adalah untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Tuhan

yang selalu taqwa dan mengabdi kepadaNya. Sebagai hamba Allah

yang bertaqwa, maka segala sesuatu yang diperoleh dalam proses

pendidikan Islam itu tidak lain termasuk dalam bagian perwujudan

pengabdian kepada Allah SWT. (Azra, 1998: 8)

Selain tujuan umum itu, tentu terdapat pula tujuan khusus yang

lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan

Islam. Tujuan khusus ini lebih praxis sifatnya, sehingga konsep

pendidikan Islam jadinya, tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam

dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan yang lebih praxis itu

dapat dirumuskan harapan-harapan yang ingin didalam tahap-tahap

tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang

(41)

Tujuan-tujuan khusus itu tahap-tahap penguasaan anak didik

terhadap bimbingan yang diberikan dalam berbagai aspeknya, pikiran,

perasaan, kemauan, intuisi, ketrampilan, atau dengan istilah lain

kognitif, efektif, dan motorik. Dari tahapan-tahapan inilah kemudian

dapat dicapai tujuan-tujuan yang lebih terperinci lengkap dengan

materi, metode dan sistem evaluasi. (Azra, 1999: 9).

Kaitannya dalam menjelaskan tujuan pendidikan Islam,

Azyumardi Azra (1998: 7) mengutip dari keterangannya Omar

Mohammad al Toumy al Syaibani, yaitu:

a. Tujuan individual yang berkaitan dengan individu-individu,

pelajaran (learning) dan dengan pribadi-pribadi mereka, dan apa

yang berkaitan dengan individu-individu tersebut pada perubahan

yang diinginkan pada tingkah laku, aktivitas dan pencapaiannya, dan

pada pertumbuhan yang diingini pada pribadi mereka, dan pada

persiapan yang dimestikan kepada mereka pada kehidupan dunia dan

akhirat.

b. Tujuan-tujuan sosial berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara

keseluruhan, dengan tingkah laku masyarakat umumnya, dengan apa

yang berkaitan dengan kehidupan ini tentang perubahan yang

diingini dan pertumbuhan, memperkaya pengalaman dan kemajuan

(42)

c. Tujuan prefesional yang berkaitan dengan pendidikan dan

pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai

suatu aktivitas di antara aktivitas-aktivitas masyarakat.

Menururt Azyumardi Azra (1999: 7) proses pendidikan Islam

berusaha mencapai ketiga tujuan itu, yakni tujuan individual, tujuan

sosial, tujuan profesional. Ketiga tujuan itu secara terpadu dan terarah

diusahakan agar tercapai dalam proses pendidikan Islam. Dengan tujuan

ini pula, jelas kemana pendidikan Islam diarahkan.

2. Sumber Pendidikan Islam

Selanjutnya sumber pendidikan Islam menurut Azyumardi Azra

(1998: 9-11) secara singkat adalah sebagai berikut:

a. Al Qur‟an

b. Sunnah

c. Kata-Kata Sahabat

d. Kemaslahatan Masyarakat

e. Nilai-nilai adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan sosial.

f. Hasil pemikiran-pemikiran dalam Islam

3. Karakteristik Pendidikan Islam

Menurut Azyumardi Azra (1998: 12-13), dari dasar-dasar

pendidikan Islam itulah kemudian dikembangkan suatu sitem

(43)

dengan sistem-sistem pendidikan lainnya. Secara singkat karakteristik

pendidikan Islam sebagai berikut:

Pertama. Penguasaan ilmu pengetahuan. Ajaran dasar Islam

mewajibkan mencari ilmu pengetahuan bagi setiap Muslim dan

Muslimat. Setiap Rasul yang diutus Allah lebih dahulu dibekali ilmu

pengetahuan, dan mereka diperintahkan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan itu.

Kedua. Pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu yang telah dikuasai

harus diberikan dan dikembangkan kepada orang lain.

Ketiga. Penekanan pada nilai-nilai akhlak (karakter) dalam penguasaan

dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang didapat

dari pendidikan Islam terikat oleh nilai-nilai akhlak.

Keempat, Penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, hanyalah

untuk pengabdian kepada Allah dan kemaslahatan umum.

Kelima, Penyesuaian kepada perkembangan anak. Pendidikan Islam

diberikan kepada anak sesuai dengan umur, kemampuan,

perkembangan jiwa dan bakat anak.

Keenam, Pengembangan kepribadian. Bakat alami dan kemampuan

pribadi tiap-tiap anak didik diberikan kesempatan berkembang sehingga

bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Pengembangan kepribadian

itu berkaitan dengan seluruh nilai dan sistem Islam, sehingga setiap

(44)

Ketujuh, Penekanan pada amal saleh dan tanggung jawab. Setiap anak

didorong untuk mengamalkan ilmu pengetahuan sehingga benar-benar

bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat Islam secara

keseluruhan. Amal saleh dan tanggung jawab itulah yang

menghantarkannya kepada kebahagiaan di hari kemudian kelak.

4. Kurikulum Pendidikan Islam

Azyumardi Azra (2012: 9) menyatakan, bahwa kurikulum

merupakan pencapaian tujuan-tujuan yang lebih terperinci lengkap

dengan materi, metode, dan sistem evaluasi melalui tahap-tahap

penguasaan peserta didik terhadap berbagai aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Perencanaan pendidikan Islam harus berlandaskan dua nilai

pokok dan permanen, yakni persatuan fundamental masyarakat Islam

tanpa dibatasi ruang dan waktu dan persatuan masyarakat internasional

berdasarkan kepentingan teknologi dan kebudayaan bersama atas

nilai-nilai kemanusiaan (Azra, 1998: 25).

Azra menegaskan, bahwa kurikulum pendidikan Islam jelas

selain mesti berorientasi kepada pembinaan dan pengembangan nilai

agama dalam diri peserta didik, kini harus pula memberikan penekanan

khusus pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hanya

dengan cara ini, pendidikan Islam bisa fungsional dalam menyiapkan

dan membina SDM seutuhnya, yang menguasai iptek dan berkeimanan

(45)

sistematis dan programatis dapat melakukan pengentasan kemiskinan

secara bertahap namun pasti (Azra, 2012: 66).)

Materi pendidikan Islam dalam pandangannya Azyumardi Azra

sangat luas, meliputi semua ilmu. Ilmu dalam Islam yang ada di alam

(dunia) dengan landasan kemanfaatannya, keperluannya dan bagi

bangsa Indonesia. Pandangannya tentang materi pendidikan Islam

sebagaimana para filosof terdahulu, seperti al Farabi, Ibnu Khaldun,

Ibn Sina juga al Ghazali, bahwa Ilmu dalam Islam ada dua sumber.

Pertama ayat kauniyah, ilmu yang diambil atau berasal dari alam

semesta, antara lain fisika, biologi, matematika, kedokteran, humaniora

dan lain sebagainya. Kedua ayat kauliyah, yakni ilmu yang diambil dari

al Qur‟an dan hadis Nabi, seperti tafsir, fikih, ushul fikih dan lain

sebagainya (Wawancara Ahmad Halawi dengan Azyumardi Azra,

selasa 21 Februari 2012).

Menurut Azyumardi Azra, semua ilmu yang bermanfaaat bagi

manusia itulah Islam, sampai keilmuan farmasi dan kedokteran,

demikian juga teknologi sehingga lulusannya dapat membuat alat-alat

untuk pemenuhan kebutuhan manusia, seperti transportasi, pesawat

boing, sehingga ketika ke Arab untuk menunaikan haji bisa digunakan

tanpa memakai dari orang lain selain Islam. Ia menjelaskan bahwa

matematika, IPA (fisika-biologi), IPS adalah ilmu-ilmu Islam yang

diambil dari ayat-ayat kauniyah. Sedangkan al Qur‟an, hadits, tafsir,

(46)

memperhatikan aspek kognisi sehingga dengan pengetahuan dapat

diinternalisasikan dalam aspek afektif, lebih lanjut ilmu yang didapat

mampu diamalkan (psikomotorik) (Wawancara Ahmad Halawi dengan

Azyumardi Azra, selasa 21 Februari 2012).

5. Metode Pendidikan Islam

Menurut Azyumardi Azra, metode dan strategi harus meliputi

tiga aspek kepribadian peserta didik, yakni kognitif, afektif, dan

psikomotor. Semua metode digunakan agar terjadi proses pembelajaran

yang efektif dan efesien sehingga mampu mencapai tujuan

pembelajaran nasional. Metode dalam pendidikan Islam harus

partisipasi, peserta didik dilibatkan ikut serta secara langsung dalam

memperoleh pengetahuan. Adapun dalam penggunaan metode Azra

mengingatkan agar disesuaikan dengan perkembangan peserta didik.

Penggunaan metode yang sesuai sangat ditekankan, karena akan dapat

dengan mudah diterima dan diamalkan oleh peserta didik (Wawancara

Ahmad Halawi dengan Azyumardi Azra, selasa 21 Februari 2012).

Metode pendidikan saat ini hanya menitikberatkan pada

kemampuan hafalan daripada kekuatan logika. Dengan kata lain,

menggunakan metode-metode pendidikan yang tidak layak bagi

pemikiran peserta didik sehingga kecenderungan seperti ini

menghasilkan sikap tidak kritis dan patuh terhadap dogma-dogma

(47)

Menurut Azra, proses pembelajaran membutuhkan metode yang

bervariasi, sehingga tidak menimbulkan kejemuan dan kebosanan bagi

peserta didik. Peserta didik jangan hanya dijejali atau diceramahi, tetapi

anak beri ruang untuk berpikir, mencari sendiri dari buku-buku bacaan

dan melaporkan hasilnya, mengakses internet dan lain sebagainya

(Wawancara Ahmad Halawi dengan Azyumardi Azra, selasa 21

Februari 2012).

Penekanan pendidikan Islam pada bimbingan, bukan pengajaran

yang mengandung konotasi otoritatif pihak pelaksana pendidikan,

katakanlah guru. Dengan bimbingan sesuai dengan ajaran-ajaran Islam

maka anak didik mempunyai ruang gerak yang cukup luas untuk

mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya. (Azra, 1999: 6).

Disini sang guru, lebih berfungsi sebagai fasilitator atau

penunjuk jalan kearah penggalian potensi anak didik. Dengan kerangka

dasar pengertian ini, maka guru menghormati anak didik sebagai

individu yang memiliki berbagai potensi. Dari kerangka pengertian dan

hubungan antara pendidik dengan anak didik semacam ini, dapat pula

sekaligus dihindari apa yang disebut banking concept dalam pendidikan

(Azra, 1999: 6).

Azyumardi Azra mengatakan bahwa untuk metode pendidikan

sholat, peserta didik langsung diajak praktek sholat di Musholla atau

(48)

antara teoritis dan praktis. Dengan demikian akan memberikan manfaat

baik di Dunia sampai Akhirat (Wawancara Ahmad Halawi dengan

Azyumardi Azra, selasa Februari 2012).

B. Strategi Pembaruan Azyumardi Azra terhadap Pendidikan Islam 1. Pembaruan Perguruan Tinggi Islam

a. Kritik terhadap Perguruan Tinggi Islam

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) adalah lembaga

pendidikan tinggi Islam milik negara Republik Indonesia yang

dikelola oleh Departemen Agama. IAIN merupakan institut yang

memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam tingkat

universitas, dan pusat pengembangan dan pendalaman ilmu

pengetahuan Islam (Azra, 1998: 124).

Azyumardi Azra (1998: 125) menjelaskan bahwa sampai

sekarang ini masih terdapat keluhan-keluhan baik dari IAIN sendiri

maupun dari kalangan masyarakat umumnya berkenaan dengan

proses pendidikan dan out put IAIN. Dari satu segi, keluhan atau

tepatnya kritik itu merupakan hal yang wajar, dan bahkan diperlukan

untuk mendorong proses inovasi dan penyempurnaan eksistensi

IAIN secara terus menerus, sehingga kehadirannya menjadi lebih

bermakna. Kelemahan-Kelemahan IAIN menurut Azyumardi Azra

(49)

1) Kelemahan kemampuan bahasa.

Bahasa Arab merupakan alat pokok untuk memahami Al-Qur‟an dan Hadits serta kitab-kitab keagamaan klasik (kitab

kuning), tetapi penguasaan bahasa Arab mahasiswa IAIN pada

umumnya sangat lemah, karena metode pengajaran bahasa yang

diterapkan relatif masih tradisional. Apa yang diberikan bukan “pelajaran bahasa”, tetapi “pelajaran tentang bahasa”. Hal ini

bukan hanya pada bahasa Arab, tetapi juga pada bahasa inggris.

Sebagaimana perkataan Azyumardi Azra,

”Jadi itu harus diperkuat, Jadi kalau bisa perguruan tinggi Islam

di Indonesia diwajibkan menggunkan bahasa Arab Inggris, seperti yang ada dipesantren, bahasanya harus digenjot, karena zaman sekarang zaman globalalisasi, ada MEA dan

macam-macam. jadi bahasa itu yang diperkuat” (Wawancara penulis dengan Azyumardi Azra, 06 September 2016).

2) Kelemahan sistem dan metode

Sistem dan metode di IAIN sampai sekarang ini umumnya

kurang memberikan kesempatan kepada pengembangan kualitas

mahasiswa secara maksimal. Sistem dan metode yang

berlangsung lebih bersifat satu arah, artinya lebih banyak berada

di tangan dosen.

Sistem pendidikan dan perkuliahan tepatnya lebih

mengikut apa yang disebut Freire sebagai The Banking Concept

of Education (Pendidikan ala Bank), yaitu bahwa dalam proses

(50)

mahasiswa sebagai pemilik tunggal ilmu sedangkan mahasiswa

adalah wadah kosong yang harus di isi. Jadi dosen lebih banyak

berperan sebagai subyek yang aktif, sementara mahasiswa

menjadi obyek yang pasif.

Sistem dan situasi pendidikan semacam itu pada giliranya

menghalangi munculnya daya kritis dan kreativitas mahasiswa.

Akhirnya tidak mampu menguak realitas, dan memberikan respon

guna mengubah realitas yang dapat menghadirkan dirinya secara

lebih fungsional.

3) Kelemahan sikap mental ilmiah

Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap mental ilmiah

belum terbentuk di IAIN, baik dikalangan dosen, apalagi

dikalangan mahasiswa. Suasana dikampus sampai sekarang ini

belum dikatakan ilmiah akademis, yang terlihat lebih merupakan

suasana rutinitas civitas akademika yang menyelenggarakan

proses pendidikan dari hari ke hari.

Azyumardi Azra dalam Zainal Abidin Bagir dkk. (2005:

203-205) mengemukakan bahwa lemahnya riset dan

pengembangan ilmiah di sebagian besar negara-negara Islam

terkait realitas institusi-institusi sains yang dimiliki kebanyakan

negara-negara Islam belum berfungsi optimal untuk mendorong

(51)

institusi sains terus tumbuh untuk mengantisipasi era globalisasi,

sementara di hampir kebanyakan negara Islam pertumbuhannya

sangat lambat. Di kebanyakan negara Islam, jumlah

institusi-institusi riset sains masih sangat rendah, anggaran yang

dialokasikan untuk program-program ilmiah hampir tidak

memadai, jumlah komunitas ilmiah dan produktivitas ilmuwan

juga masih rendah.

4) Kekurangan piranti keras

Sampai sekarang lembaga ini pada umumnya masih

menghadapi kekurangan piranti keras. Ini dapat dilihat dari

kurangnya sarana-sarana fisik yang memadai untuk menciptakan

lingkungan kampus ideal, karena yang disebut kampus hanyalah

ruang perkuliahan dan perkantoran. Begitu pula tidak

memadainya perumahan dosen, mengakibatkan intensitas

interaksi dosen-mahasiswa menjadi sangat terbatas.

Selain itu kekurangan tenaga dosen juga merupakan hal yang

dihadapi. Ratio dosen yang ada terus menjadi tak seimbang karena

semakin meningkatnya jumlah mahasiswa sehingga pada giliranya

bimbingan yang baik dan intensif tidak bisa dilaksanakan.

b. Strategi Pembaruan Perguruan Tinggi Islam

Menghadapi berbagai masalah di atas, terlihat betapa

(52)

Azra (1998:128), untuk mengatasi masalah-masalah itu berbagai

alternatif dan langkah telah dilakukan, yaitu:

1) Penataan organisasi

Banyaknya IAIN dengan fakultas-fakultasnya yang

tersebar di berbagai kota besar dan kecil menimbulkan perbedaan

sarana, fasilitas, dan faktor-faktor pendukung lain yang pada

giliranya juga mempengaruhi pengorganisasian.

Berhadapan dengan kenyataan itu maka dilakukan

langkah-langkah rasionalisasi sehingga lembaga ini hanya

terdapat di ibukota-ibukota propinsi. Dengan begitu sarana-sarana

yang diperlakukan dapat dimiliki secara lebih memadai, yang

dalam perkembangan selanjutnya akan mendukung

langkah-langkah ke arah penyempurnaan.

2) Penyempurnaan sistem pendidikan dan kurikulum

Dalam orientasi ini, struktur kurikulum IAIN diperbaiki.

Jumlah mata kuliah dikurangi, tetapi lebih terarah dan relevan

dengan tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum diarahkan untuk

memberikan keahlian kepada mahasiswa sesuai dengan

kebutuhan masyarakat masa kini dan masa depan. Dalam hal

sistem pendidikan diterapkan program yang dikenal dengan S1,

S2, dan S3. Dengan program S1, mahasiswa dimungkinkan untuk

(53)

Kenyataan yang demikian menurut Azyumardi Azra perlu

segera dicarikan solusi berupa pembaruan sistem dalam

pendidikan Islam sebab, pendidikan Islam merupakan suatu usaha

untuk mempersiapkan Muslim agar dapat menghadapi dan

menjawab tuntutan perkembangan zaman (Fita Purisna Ardianti,

2015: 21).

3) Peningkatan personal

Dari segi kuantitas, ratio dosen tidak berimbang dengan

jumlah mahasiswa. Untuk itu, dalam setiap tahun anggaran

dilakukan pengangkatan tenaga pengajar baru. Untuk peningkatan

kualitas tenaga pengajar juga telah dilakukan berbagai langkah,

yaitu dengan diberikan kesempatan mengikuti program pelatihan,

penelitian, dan pengembangan agama departemen agama, serta

mengikuti program latihan penelitian ilmu-ilmu sosial dan

program-program lain semisal S2, S3, dan lain-lain.

Pendidik dan tenaga kependidikan juga harus ditingkatkan

baik kuantitas maupun kualitasnya dengan cara pengiriman ke

universitas-universitas besar di Barat dimana mereka akan

mendapat pelatihan dalam pengajaran dan metodologi penelitian,

interpretasi dan analisis. Setelah menggali ilmu di negara-negara

yang pengetahuannya lebih maju maka dapat memberikan atau

(54)

Indonesia (https://anggaariskaa.blogspot.co.id. Diakses 28

Desember 2016).

Azyumardi Azra menambahkan strategi pembaruan

perguruan tinggi Islam didalam buku Pendidikan Islam: Tradisi dan

Modernisasi Menuju Milenium Baru (1999: 167-168), perlunya

meninjau kembali sistem pendidikan dan kurikulum yang selama ini

diterapkan di IAIN. Berdasarkan pengamatan dan analisis yang

dikemukakan, ada beberapa rekomendasi yang dapat diajukan untuk

pengembangan IAIN, yaitu:

1) Reformulasi Tujuan IAIN

Meskipun IAIN diharapkan menjadi pusat pengembangan

pemikiran Islam, sampai saat ini lebih berfungsi sebagai wadah

pembinaan calon pegawai dan guru ketimbang pemikir dan

intelektual Islam. Dalam hubungan ini, IAIN lebih berfungsi

sebagai training center ketimbang center of learning and

research (pusat pembelajaran dan penelitian) atau center of

Islamic thought (pusat pemikiran Islam). Dalam hal ini, sebaiknya

yang ada dipertahankan, sedang cita-cita tetap dilanjutkan.

Artinya ide-ide baru untuk berkembang maju tetap diusahakan.

Jika IAIN karena faktor-faktor tertentu tetap tidak bisa

melepaskan diri dari fungsinya sebagai training center,

Referensi

Dokumen terkait

Tabulasi silang antara Tingkat Stres dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Tingkat II dan III Fakultas keperawatan Universitas Katolik Widya mandala Surabaya Tahun Akdemik

Hasil kajian mendapati kedua-dua akhbar dalam talian itu telah memberikan pelaporan yang tinggi terhadap isu bauksit dan kebanyakannya ditulis dalam genre berita kejadian

Dengan merujuk kepada buku yang disusun dari sumber relevan, mahasiswa PGMI dapat terhindar dari kesalahan yang sering terjadi ketika kebanyakan orang membaca huruf tipis pada

Dengan banyaknya penyakit stroke yang terjadi pada saat ini di luar dari peralatan yang memadai, rumah sakit syafira sendiri telah menerapkan beberapa bentuk

Mardani (2014) menjelaskan bahwa jual beli murabahah adalah jual beli suatu barang dengan memberita- hukan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan

• Pergerakan bantuan bencana/kemanusiaan oleh NGO perlu mendapatkan kebenaran dari Jawatankuasa Pengurusan Bencana Negeri atau Jawatankuasa Pengurusan Bencana Daerah di kawasan

10 Dokumen Perencanaan 05 Jumlah peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana menunjang pelayanan peradilan 8 Layanan Pengelolaan 06 Jumlah terselenggaranya

Selama proses kehidupannya, manusia selalu membutuhkan ruang sebagai tem pat tinggalnya. Contoh yang sederhana adalah pada saat masih kecil atau masih bayi kamu