BAB V PENUTUP
B. Saran
Dari hasil kesimpulan diatas, perlu kiranya penulis memberikan saran konstruktif bagi dunia pendidikan Islam yaitu:
1. Bagi Pendidik
Berusaha semaksimal mungkin untuk selalu kreatif dan berinovasi dalam proses pembelajaran dengan berbagai metode yang digunakan, bukan hanya menggunakan metode ceramah, akan tetapi dapat menggunakan berbagai metode yang kekinian sehingga peserta didik atau mahasiswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan maksimal.
2. Bagi Instansi Pendidikan Islam
Telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa pembaruan pendidikan Islam adalah suatu keniscayaan. Maka perguruan tinggi Islam maupun pondok pesantren agar selalu berfikir kreatif dan cerdas untuk melakukan modernisasi pendidikan Islam secara berkelanjutan dan berkualitas.
3. Bagi Pemerintah
Diharapkan semaksimal mungkin mendorong dan mendukung
perguruan tinggi Islam dan pondok pesantren dalam
memodernisasinya, baik materil maupun moril. Karena tanpa dukungan dari pemerintah mustahil pendidikan Islam akan maju.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid dan Dian Andayani. 2006. Pendidikan Agama Islam
Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Abdul Mujib. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Arikunto. 2010. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).
Jakarta : Rineka Cipta.
Azyumardi Azra. 1998. Esei-Esei Intelektual Muslim Pendidikan Islam. Jakarta:
Logos Wacana Ilmu.
______________, 2012. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah
Tantangan Milenium III. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
______________. 1999. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
______________. 1999. Reformis, Dinamika Intelektual dan Gerakan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
______________. 2000. Islam Subtantif: Agar Umat Tidak Menjadi Buih.
Bandung: Mizan.
______________. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekontruksi dan
Demokratisasi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
______________. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media.
______________. 2005. Dari Harvard sampai Makkah. Jakarta: Penerbit
Republika.
Burhan Bungin. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: kencana.
Deddy Mulyana. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hasan Langgulung. 1980. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam.
Bandung: al Ma‟arif.
Hujair Sanaky. 2008. Mata Kuliah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta :
Fakultas FIAI dan Kedokteran Universitas Islam Indonesia.
Komaruddin Hidayat dan Hendro, Prasetyo. 2000. Problem & Prospek IAIN
(Antologi Pendidikan Tinggi Islam). Jakarta: Direktorat Pembinaan
Lexy Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Masykuri Abdilah. 1999. Demokrasi di Persimpangan Makna: Respon Intelektual
Muslim Indonesia terhadap Konsep Demokrasi 1966-1993. Yogyakarta:
Tiara Wacana Yogya.
Moeliono A.M. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Mohammad Tholhah Hasan. 2005. Islam dalam Perspektif Sosio Kultural.
Jakarta: Lanta bora Press.
Muhaimin. 2003. Paradigma Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Munawir A.W. 1997. Kamus Al-Munawwir (Arab-Indonesia Terlengkap).
Surabaya: Pustaka Progressif.
Nasution. 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nata Abuddin. 2001. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan
Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.
Nawawi Hadari. 1993. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada Universiti Perss.
Nurcholis Madjid. 1997. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:
Paramadina.
Slamet Triyadi. 2009. Modernisasi Pendidikan Islam Perspektif Prof. Dr.
Azyumardi Azra. Tesis (Online). Tersedia: http://digilib.uinsby.ac.id/7324/.
21 Juli 2016.
Syamsul Kurniawan, Erwin, dan Mahrus. 2013. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikn Islam. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.
Yulianto. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M2s.
Zakiah Daradjat. 1993. Ilmu Jiwa Agama. Jakarata : Bulan Bintang.
Zuhairi Misrawi. 2010. Membumikan Toleransi al-Quran; Inklusivisme,
Pluralisme dan Multikulturalisme. Jakarta: Moslem Moderate Society.
https://m.tempo.com. Diakses 1 Januari 2017. http://news.detik.com. Diakses 1 Januari 2017. https://www.merdeka.com. Diakses 1 Januari 2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Islam_Negeri_Syarif_Hidayatullah_Jaka rta. Diakses 02 Januari 2017
http://www.umy.ac.id. Diakses 28 Desember 2016.
http://ditpdpontren.kemenag.go.id. Diakses Diakses 5 Februari 2016 www.tokohindonesia.com. Diakses 21 Juli 2016.
Harian Kompas, 25 Maret 2004.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. Hari/Tanggal : 06 September 2016
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Universitas Airlangga Surabaya
Keterangan
P : Penulis
I : Nara Sumber
P : Assalamualaikum Prof ! I : Waalaikumsalam Wr. Wb.
P : Saya Maftukhin mahasiswa IAIN Salatiga yang ingin mengadakan wawancara dengan Prof untuk penelitian skripsi.
I : Oh ya, ya. Silahkan. Ya sudah langsung aja apa pertanyaannya?
P : Bagaimana keadaan pondok pesantren saat ini menurut pandangan Prof? I : Saya melihat bahwa pondok-pondok pesantren sudah maju, seperti Lirboyo,
Tebuireng itu sudah maju. Substansi, kelembagaan madrasah sudah berubah. Sistem sebelumnya hanya sorogan dan bandongan, sekarang sudah sistem klasikal. Bangunan-bangunan pun juga sudah megah, tidak seperti dulu lagi. P : Apa yang diperbaharui atau dimodernisasi Prof?
I : Kurikulum, metode pengajaran, bangunan dan yang lain sudah bagus. Yang dibutuhkan untuk saat ini bagaimana penguatan pemahaman keagamaan, yaitu
pemahaman keagamaan Islam washatiyah atau Islam moderat. Perkembangan
yang terjadi dalam beberapa terakhir ini, banyak penyebaran pemahaman keagamaan yang radikal.
P : Seberapa besar pengaruhnya Prof?
I : Yang sedang terjadi adalah penyebaran paham-paham Islam yang tidak sesuai. Mereka itu gigih dalam penyebaran. Berkembangnya mereka dapat pengikut dari satu-satu akhirnya menjadi banyak. Ini perlu dilakukan kenangkalan melalui sistem yang sistematis dengan cara penguatan islam wasatiyah. ini penting dilakukan.
P : Bagaimana caranya Prof?
I : Sekarang ini saya kira pesantren-pesantren besar itu harus membantu pesantren-pesantren kecil dalam modernisasinya, karena masih ada pesantren yang pembelajarannya ketinggalan, substansi pendidikan juga masih ketinggalan, nah pesantren-pesantren yang besar ini harus membantu, caranya dengan membangun jaringan pesantren seluruh Indonesia, tidak hanya di Indonesia tapi di Filipina, Thailand, Malaysia. Kita harus mengekspor
pesantren kita ini ketempat-tempat lain. Dari sudut substansi,
pembelajarannya, paham keagamaannya yakni wasatiyah-nya itu, harus
diekspor kenegara-negara lain. Itu gagasan yang baru. Pesantren Muhammadiyah sudah mulai banyak, pesantren PERSIS sudah ada di Jawa Timur, pesantren Nahdlatul Wathon juga banyak. Semua itu harus bikin jaringan, saling membantu mana yang masih tradisional, dimodernisasi dalam tiga hal itu tadi, fisik, kelembagaan, substansi pendidikan, dan metode pembelajarannya, jadi empat.
P : Berkaitan kyai konservatif bagaimana Prof?
I : Sekarang kyai sudah lebih terbuka, kalau pesantren-pesantren besar terbuka, kepemimpinannya lebih kolektif. Jadi kalau di Pesantren besar itu, kyai
utamanya wafat maka pesantrennya tidak bubar karena ada menejemennya,
menejemennya sudah cukup kuat.
P : Pandangan Perguruan Tnggi Islam saat ini menurut Prof Bagaimana?
I : Perguruan tinggi Islam saat ini, baik negeri maupun swasta maju sekali. Dulu kita cuma punya IAIN dan STAIN, tapi sejak 20 Mei 2002 IAIN Jakarta berubah menjadi UIN. Sejak itu terus beberapa IAIN menjadi UIN, termasuk STaIN Malang. Hingga sekarang jumlahnya sampai 11. Saya kira perguruan tinggi Islam Negeri, UIN, IAIN, dan STAIN sudah maju, gedungnya juga sudah bagus-bagus, Dosennya juga sudah mulai banyak, banyak Doktor, banyak Profesor.
P : Kemudian yang perlu dimodernisasi apanya Prof?
I : Saya kira sekarang tugas prioritas utama saat ini adalah penguatan akhlakul
karimah, budi pekerti, integritas, itu semua yang penting sekarang. Karena
kalau Mahasiswa tamat tidak memiliki akhlak yang baik itu, gak pas lah. Pembaruan di perguruan tinggi Islam hampis sudah terpenuhi dengan gagasan-gagasan di buku saya, cuma yang belum terlaksana adalah penyederhanaan kurikulum. Sekarang beban kurikulum masih banyak, mata kuliah masih banyak, kalau bagi saya mata kuliah cukup empat selama satu semester, tapi sks nya besar-besar 4 sks tau 5 sks atau 6 sks. Sekarang terlalu banyak 1 semester 12 mata kuliah. Jadi itu agenda kedepan, penyederhanaan kurikulum. Mata kuliah yang cabang-cabang dikembalikan ke induknya. Misalnya di Tarbiyah itu ada fiqih tarbawi, Fiqih Tarbawi sampai beberapa semester, cukup jika mau dikasih cukup satu semester, tidak usah fiqih
tarbawi satu, dua, sampai berapa itu empat, cukup satu saja. Mahasiswa didorong untuk lebih banyak belajar sendiri, karena abad kita saat ini adalah abad informasi.
P : Berkaitan mahasiswa saat ini, pandangan prof bagaimana?
I : Saya kira memang, aktivisme mahasiswa berkurang, aktivisme dalam arti aktivis sosial politik. Mungkin karena politik di Indonesia lebih stabil. Tapi dulu zaman-zaman Gus Dur jadi presiden, politik belum stabil dan banyak gejolak tapi semenjak masa SBY berkurang. Mahasiswa saat ini kecenderungan lebih aktif dalam isu-isu internal kampus. Misalnya saya gak tahu di UIN Malang, di UIN Surabaya ini mahasiswanya suka mendemo
Rektor, kadang-kadang kelakuan mahasiswanya juga gak bener, kaya tidak
ada akhlaknya, mengatakan Tuhan membusuk dan macam-macam, saya tidak
tau kalau di UIN Malang. Jadi mereka sibuk kedalam. Aksi-aksi mereka secara moral dan akhlak tidak selalu cocok.
P : Baiklah Prof. Itu aja sepertinya yang mau saya tanyakan. Jika nanti ada pertanyaan lagi boleh ya Prof?
I : Iya. Boleh.
P : Terima kasih banyak ya Prof atas waktunya. I : Iya, sama-sama. Hati-hati pulangnya. Kan jauh.