• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kabupaten/kota di Jawa Tengah dari tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kabupaten/kota di Jawa Tengah dari tahun"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Prastyo (2010) yang dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di kabupaten/kota di Jawa Tengah dari tahun 2003-2007.

Hasil dari penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan dan tingkat penganguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2003-2007 cukup layak digunakan karena telah memenuhi dan melewati uji multikolinearitas, uji heteroskedasitas, uji autokolerasi, dan uji normalitas. Hasil uji keofisien determinasi (𝑅2) pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan dan tingakat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa besarnya nilai 𝑅2 cukup tinggi yaitu 0,982677.

Nilai ini berarti model yang dibentuk cukup baik oleh variabel-variabel dependen tingkat kemiskinan dapat di jelaskan dengan variabel-variabel independen yakni pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, tingkat penganguran, dummy benchmark yakni kota semarang, dan dummy wilayah-wilayah kabupaten dan kota Provinsi Jawa Tengah.

Uji F-statistik menujukkan bahwa semua variabel independen dalam model regresi pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, dan tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2003-2007

(2)

yakni pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, tingkat pengangguran, serta dummy wilayah secara bersama-sama mempengaruhi variabel tingkat kemiskinan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan adalah variabel pertumbuhan ekonomi,upah minimum, pendidikan, dan tingkat pengangguran.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Syahrullah (2014) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PDRB, Pendidikan, Dan Pengangguran terhadap Tingkat kemiskinan di provinsi Banten. Adapun alat analisis yang dilakukan penelitian ini adalah metode data panel dengan menggunakan uji chow, hausman test. Pengujian Hipotesis dengan menggunakan: (Uji t), (Uji F), Uji Koefisien Determinan.

Dengan hasil penelitian bahwa PDRB berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Kemiskinan, Pendidikan tidak signifikan terhadap Kemiskinan di provinsi Banten. Pengangguran berpengaruh positif signifikan dan positif terhadap Kemiskinan di provinsi Banten, Secara bersama-sama variabel PDRB, Pendidikan, dan Pengangguran berpengaruh terhadap Kemiskinan di provinsi Banten pada periode 2009-2012.

Penelitian oleh Endrayani (2016) Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Bali. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Lokasi penelitian ini di Kabupaten/Kota Provinsi Bali.Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan path analysis menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh menurunkan kemiskinan melalui pengangguran di Provinsi Bali.

(3)

Tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap kemiskinan melalui pengangguran di Provinsi Bali.Investasi berpengaruh meningkatkan kemiskinan melalui pengangguran di Provinsi Bali baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel intervening yaitupengangguran.

Relevansi penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel yang digunakan yaitu, ketimpangan pendapatan, pengangguran terbuka dan IPM. Sedangkan kesamaan adalah sama-sama meneliti tentang kemiskinan. B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Kemiskinan

Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Pengertian lainnya Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makananyang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi

(4)

pengeluaran.Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Konsep dari Garis Kemiskinan menurut BPS yaitu:

a. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

b. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll)

c. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk

perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.

Rumus dalam penghitungan garis kemiskinan (Menurut BPS) ialah: GK = GKM + GKBM

Keterangan:

GK = Garis Kemiskinan

GKM = Garis Kemiskinan Makanan

(5)

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

Menurut Sharp,dkk dalam Kuncoro (2000:107) penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi yaitu:

a. Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang

b. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia c. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal

Kemiskinan dapat ditinjau dari 2 sisi, yaitu: Pertama, kemiskinan absolut, di mana pendekatan ini diidentifikasikan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan tertentu. Kedua, Kemiskinan relatif yaitu pangsa pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing golongan pendapatan. (Kuncoro 2000:102)

(6)

2. Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Ketimpangan diartikan sebagai ketidaksetaran tingkat pendapatan. Menurut Wilkinson dan pickett dalam Maipita (2014:151) Ketimpangan pendapatan merupakan indikator bagaimana sumber daya didistribusikan ke masyarakat. Ketimpangan yang tinggi dapat berakibat buruk bagi kehidupan sosial, dan dapat menjadi penyebab konflik.

Kurva Lorenz dalam Rizky Permana (2016) menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional dikalangan lapisan-lapisan penduduk. Kurva ini terletak di dalam sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase kumulatif penduduk.

Kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar tersebut. Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus) menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal (semakin lengkung), maka ia mencerminkan keadaan yang semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin timpang dan tidak merata.

Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui ketimpangan distibusi pendapatan adalah rasio gini (gini ratio) dan kriteria Bank Dunia (Badan Pusat Statistik, 1994).Gini ratio dikemukakan oleh C.GINI yang melihat adanya hubungan antara jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh keluarga atau individu dengan total pendapatan.

(7)

Gambar 2.1 Kurva Lorenz

Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan mempunyai selang nilai antara 0 sampai dengan 1. Bila Gini Ratio mendekati nol menunjukkan adanya ketimpangan yang rendah dan bila Gini Ratio mendekati satu menunjukkan ketimpangan yang tinggi. Rumus yang dipakai untukmenghitung nilai Gini Ratio adalah :

G = 1– Σ I = k Pi (Qi + Qi -1) Keterangan :

G = Gini Ratio

Pi = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i Qi = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas-i Qi-1= Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i

(8)

Nilai Ratio berkisar antara nol dan satu. Bila rasio gini sama dengan nol berarti distribusi pendapatan sangat merata karena setiap golongan penduduk menerima bagian pendapatan yang sama, namun bila rasio gini sama dengan satu menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan distribusi pendapatan yang sempurna karena seluruh pendapatannya hanya dinikmati satu orang saja. (Kuncoro, 2000:115).

Menurut Bank Dunia dalam Kuncoro (2000) ketimpangan distribusi pendapatan dikategorikan:

a. Tinggi, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima kurang dari 12 persen bagian pendapatan

b. Sedang, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima 12 hingga 17 persen bagian pendapatan.

c. Rendah, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih dari 17 persen bagian pendapatan.

3. Pengangguran

Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Oleh sebab itu, menurut Sadono Sukirno (2000) dalam Saputra pengangguran biasanya dibedakan atas 3 jenis berdasarkan keadaan yang menyebabkannya, antara lain:

(9)

a. Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan olehtindakan seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencarikerja yang lebih baik atau sesuai dengan keinginannya.

b. Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan olehadanya perubahan struktur dalam perekonomian.

c. Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan

olehkelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengurangandalam permintaan agregat.

Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh peroleh yang diingikannya. Menurut Badan Pusat Statistik dalam Kuncoro (2000:174) pengangguran terbagi menjadi tiga yaitu:

a. Pengangguran Terbuka (Unemployment) didasarkan pada konsep seluruh angkatan kerja yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan pertama kali maupun yang pernah bekrja sebelumnya.

b. Setengah Pengangguran (Underemployment) pekerja yang masih mencari pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka yang bekerja dengan jam kerja rendah (di bawah sepertiga jam kerja normal, atau berarti bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu) namun masih menerima pekerjaan, serta mereka yang tidak mencari pekerjaan namun mau menerima pekerjaan. c. Pengangguran Parah (Severe Underemployment) bila ia termasuk

(10)

Karakteristik pengangguran di Indonesia menurut Kuncoro (2000) adalah: a. Tingkat pengangguran terbuka tergolong rendah apabila (4,4 persen dari

total angkatan kerja), penganggur di dominasi kaum muda dengan usia antara 15 sampai 19 tahun (13 persen) dan 20 sampai 24 tahun (14 persen). Kedua kelompok usia ini hampir mencapai 70 persen dari pengangguran total.

b. Tingkat pengangguran tertinggi menurut tingkat pendidikan dialami oleh lulusan SMA dan perguruan tinggi yang masing – masing sebesar 16,9 persen dari jumlah angkatan kerja.

Indikator yang biasa dipakai untuk menkur tingkat pengangguran terbuka (TPT) merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja yang biasanya dinyatakan dalam persen. Yang secara sistematis dimana TPT dapat dihitung sebagai berikut:

TPT = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑋 100%

4. Indeks Pembangunan Manusia

Menurut Maipita (2014:127) Human Development Indeks (HDI) merupakan suatu ringkasan ukuran pembangunan manusia dari sisi yang lebih luas. HDI mengukur pencapaian rata – rata di berbagai negara dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia yaitu:

(11)

b. Pengetahuan, diukur dari tingkat melek huruf orang dewasa dan kombinasi rasio angka partisipasi kasar untuk jenjang sekolah dasar, menengah, dan atas,

c. Standar hidup yang layak, diukur dengan GDP per kapita dalam paritas daya beli.

Sebelum HDI dihitung, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap Indeks masing – masing dimensi, yaitu dimensi harapan hidup, pendidikan, dan hidup layak.

Menurut Badan Pusat Statistik, Indeks pembangunan manusia adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara didunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasi apakah sebuah negara tersebut negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Menurut Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia dibentuk oleh tiga dimensi yaitu:

a. Umur panjang dan hidup sehat b. Pengetahuan

c. Standar hidup layak.

Rumus umum yang dipakai adalah sebagai berikut : IPM =1/3 (X1 + X2 + X3)

(12)

Dimana:

X1 = Indeks Harapan Hidup X2 = Indeks Pendidikan

X3 = Indeks Standart Hidup Layak

Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehinggabernilai antara 0 (terburuk) dan 1 (terbaik). Untuk memudahkan dalam analisabiasanya indeks ini dikalikan 100.

Manfaat IPM menurut BPS, yaitu:

a. IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia.

b. IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara.

c. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 – 100,0 dengan katagori sebagai berikut :

 Tinggi: IPM lebih dari 80,0

 Menengah Atas: IPM antara 66,0 – 79,9  Menengah Bawah: IPM antara 50,0 – 65,9

(13)

 Rendah: IPM kurang dari 50,0

5. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

a. Pengaruh ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan Menurut Todaro (2000) dalam Linggar Dewa Anggara, Pengaruh antara ketimpangan distribusi pendapatan terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk cenderung berdampak negatif terhadap penduduk miskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin. Sebagian besar keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak sehingga kondisi perekonomian mereka yang berada di garis kemiskinan semakin memburuk seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan.

Menurut Maipita (2014) tingkat pendapatan rata-rata dan ketimpangan pendapatan dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan. Peningkatan pendapatan rata-rata dapat mengurangi kemiskinan, sedangkan peningkatan ketidak-merataan (kesenjangan pendapatan) dapat menambah kemiskinan. Oleh karena itu, bila ketimpangan meningkat maka kemiskinan juga akan meningkat.

b. Pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan

Todaro (2003) dalam Ady Soejoto dan ameilia karisma, Pengangguran memiliki hubungan yang sangat erat dalam mempengaruhi pada tingkat kemiskinan. Standar hidup yang rendah dimanifestasikan secara kualitatif dan kuantitatif dalam bentuk tingkat pendapatan yang sangt rendah, perumahan yang kurang layak, kesehatan yang buruk, bekal pendidikan yang minim, atau bahkan

(14)

tidak ada sama sekali, angka kematian bayi yang tinggi, usia harapan hidup yang relatif sangat singkat dan peluang mendapatkan kerja yang rendah. Dalam hal peluang untuk mendapatkan kerja yang rendah berarti pengangguran. Pengangguran yang tinggi akan menyebabkan pendapatan berkurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari yang pada akhirnya akan mengalami kemiskinan, dengan demiklian jumlah pengangguran memiliki hubungan positif terhadap kemiskinan.

Menurut Sadono Sukirno (2004) dalam Whisnu Adhi Saputra, efek buruk dari pengangguran adalahmengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraanmasyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang merekaterjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabilapengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selaluberlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kesejahteraan masyarakat danprospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.

c. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat Kemiskinan

Lanjouw, dkk. (2001) dalam Whisnu Adhi Saputra menyatakan pembangunan manusia di Indonesiaadalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang pendidikandan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan penduduktidak miskin, karena bagi penduduk miskin aset utama adalah tenaga kasarmereka. Adanya fasilitas pendidikan dan

(15)

kesehatan murah akan sangat membantuuntuk meningkatkan produktifitas, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan.

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan telaah pustaka dan di perkuat dengan penelitian terdahulu diduga bahwa Ketimpangan Distriusi Pendapatan, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali. Maka secara sederhana kerangka pemikiran dapat dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Dari gambar 2.1 diatas kerangka pemikiran diatas dapat disimpulkan bahwa variabel ketimpangan distribusi pendapatan, tingkat Pengangguran terbuka, dan indeks pembangunan manusia berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali. Ketimpangan Distribusi Pendapatan Tingkat Pengangguran Terbuka Indeks Pembangunan Manusia Tingkat Kemiskinan

(16)

Berdasarkan pada rumusan masalah, tinjauan, serta tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis dugaan sementara (hipotesis) yang dipakai adalah diduga bahwa ketimpangan distribusi pendapatan, tingkat pengangguran terbuka, dan indeks pembangunan manusia berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan pada 9 Kabupaten dan Kota di Provinsi Bali.

Gambar

Gambar 2.1  Kurva Lorenz
Gambar 2.2  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor tersebut antara lain : (1.) Jenis material yang dipindahkan (material coil berbentuk gulungan, lembaran coil berbentuk persegi panjang, lembaran coil berbentuk

Terlepas dari keberadaan villa di Banjar Canggu terdapat suatu asumsi yang menggambarkan dengan keberadaan villa ini hanya sedikit masyarakat lokal yang di terima bekerja

Berdasarkan uraian penjelasan di atas, maka timbul keinginan peneliti untuk membuat penelitian yang berjudul “Mediasi Faktor Kepribadian dan Pembelajaran pada

Untuk transaksi lindung nilai,jika kurs masa depan lebih tinggi dari pada kurs tunai,maka selisih antara kurs ini disebut premi atas kontrak pertukaran masa

agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan

Sarana Prasaran PKD belum ada Pemdes,Kader kesehatan, Bidan desa Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan POS PKD Dianggarkan Dalam APBDesa. 2 1 18 Kegiatan pengadaan

Gedung Sinar Mas Land Plaza, Grand Boulevard, BSD Green Office Park, BSD City, Tangerang 15345, Desa Sampora, Kec.. GLOBALINDO AGUNG

SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang bertujuan agar didapatnya semua data hasil kegiatan Puskesmas