• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 5. Peta Kolonial Belanda Kota Sintang (Surnber:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 5. Peta Kolonial Belanda Kota Sintang (Surnber:"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Ill. KONDlSl UMUM KOTA SINTANG

3.1. Garnbaran Umurn Kota Sintang

Kota Sintang terletak di pinggiran sungai, tepatnya di sebelah utara pertemuan sungai Kapuas dan Melawi. Pada awalnya kota Sintang merupakan pusat kerajaan dan sejak tahun 1936 dijadikan sebagai pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dipindahkan ke sebelah timur sungai (Gambar 5). Pergolakan politik yang tejadi di wilayah Kalimantan Barat pada awal dekade 1960-an menjadikan kota Sintang sebagai salah satu pusat komando militer dengan didirikannya tangsi-tangsi militer, yang berdarnpak pada perkembangan fisik kota dengan dibangunnya jaringan jalan dalarn kota dan lapangan terbang Susiio Sintang.

Gambar 5. Peta Kolonial Belanda Kota Sintang (Surnber: http://kit.nl)

Selanjutnya kota Sintang sernakin berkembang setidaknya didorong oleh tiga faktor yaitu:

1. Secara politik administratif, Kota Sintang ditetapkan sebagai ibukota kabupaten sehingga orientasi ke kota ini yang semula bersifat administratif diikuti oleh orientasi sosial ekonomi.

2. Secara geografis letak Kota Sintang cukup strategis yaitu di pertemuan Sungai Kapuas dengan Sungai Melawi. Seperti halnya kota-kota lain di

(2)

Kalimantan, dimana pada jaman dahulu sungai merupakan urat nadi perekonomian terpenting, maka pertemuan dua sungai ini juga merupakan tempat yang paling strategis untuk membentuk/membangun permukiman. Semakin besar dan luas jangkauan sungai yang bertemu semakin pesat pula perkembangan permukiman di sekitar pertemuan sungai-sungai tersebut. 3. Potensi wilayah belakang Kota Sintang yang bukan saja mencakup wilayah

Kabupaten Sintang tetapi juga mencakup bagian timur yaitu Kabupaten Kapuas Hulu dan dan bagian selatan yaitu Kabupaten Melawi yang cukup berperan dalam mendukung perkembangan Kota Sintang sebagai pusat regional bagian timur Propinsi Kalimantan Barat.

3.2. Kondisi Fisik Kota Sintang

3.2.1. Letak Geografis dan Administrasi

Secara geografis letak Kota Sintang yaitu pada 0°09' LU -

O002'

LS dan 11 1°21' BT - 11 1°36' BT (Gambar 6), dengan batas-batas administrasi sebagai berikut :

Utara : Kecamatan Binjai Hulu dan Kelam Permai

a Timur : Kecamatan Dedai dan Kelam Permai Selatan : Kecarnatan Sungai Tebelian dan Dedai Barat : Kecamatan Tempunak

(3)

Kota Sintang mencakup sebagian dari tujuh wilayah Kelurahanldesa dari empat desa, enarn kelurahan, dua desa IDT dan 143 dusun yang terdapat di wilayah Kecamatan Sintang. Ketujuh wilayah adrninistratif itu adalah: Kelurahan Tanjung Pun, Kapuas Kanan Hulu, Kapuas Kanan Hilir, Kapuas Kin Hulu, Kapuas Kiri Hilir, Ladang dan Baning Kota.

Kota Sintang terdiri dari tiga Bagian Wilayah Kota (BWK) sesuai dengan pernbagian akibat aliran Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. BWK A seluas 1.700,11 Ha merupakan bagian barat-selatan kota. BWK B seluas 1.874,70 Ha merupakan bagian selatan-timur kota Sedangkan BWK C yang luasnya 554.18 Ha merupakan bagian utara kota. Detail wilayah masing-masing BWK didetailkan per desalkelurahan pada Tabel 2.

Kota Sintang sebagai lbukota Kabupaten Sintang merupakan salah satu kota kecamatan yang berada di jalur pelayaran Sungai Kapuas. Kota ini dapat ditempuh melalui jalur sungai, disamping juga dapat ditempuh melalui jalan darat sepanjang rt 395 krn dari ibukota propinsi (Pontianak). Untuk jalur udara sampai saat ini penerbangan ke bandara Susilo Sintang hanya sebatas pesawat berbadan kecil (bukan pesawat penumpang) atau sejenisnya.

Tabel 2. Luas Kawasan Kota Sintang

No. KelurahanlDesa Luas Wilayah

(%) Keterangan

{Ha)

BWK A

1. Kapuas Kanan Hulu 1042,06 25,24 2. Kapuas Kanan Hilir 658,05 15,94

Sub Jumlah 1.700,ll 41,17

BWK B

1. Tanjung Puri 918,Ol 22,23 Terdiri dari luas

2. Ladang 152,47 3.69 Daratan dan

3. Baning Kota 804,22 19,48 Perairan

Sub Jumlah 1.874,70 45,40

BWK C

1. Ka~uas Kiri Hulu 281.78 6.82

2. ~ a b u a s Kiri Hilir 272140 6;60

Sub Jumlah 554,18 13,42

Total 4.128,99 100,OO

(4)

3.2.2. Topografi dan Kemiringan Lereng

Dilihat dari aspek topografi, Kota Sintang berada pada ketinggian antara 15 sarnpai 50 meter di atas permukaan laut dengan kerniringan antara 0-15%. Daerah-daerah terbangun yang rnernpunyai ketinggian di atas 30 meter urnumnya terdapat di bagian tenggara kota sebelah tirnur dan tenggara hutan wisata Baning.

Sedangkan pada kawasan lainnya seperti sebagian besar kawasan utara kota di wilayah Kelurahan Kapuas Kin Hulu dan Kapuas Kin Hilir serta wilayah timur Kelurahan Kapuas Kanan Hulu dan Kapuas Kanan Hilir rnerupakan kawasan-kawasan yang relatif datar. Narnun sebagian kota di sebelah timur aliran Sungai Melawi umumnya rnemiliki topografi yang bergelombang sampai berbukit.

3.2.3. lklim

Data curah hujan di Kota Sintang secara urnum harnpir sama dengan daerah- daerah lain di Kabupaten Sintang. Data curah hujan rerata tahunan yang tercatat di Stasiun Meteorologi Bandaara Susilo Kota Sintang antara tahun 1997 sarnpai 2006

disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Data lklim Kabupaten Sintang Tahun 1997 sarnpai 2006 Unsur lklim (Nilai Rata-Rata)

Tahun Curah Suhu Kelembaban PenFnaran

Udara

Hujan Udara TekaMn Udara K e c h g i n

(mmlbln) (%) (%) M M(%) imb) (knof4J)

1997 287.2 17.8 27.3 85.4 77.3 1017.2 1 ~ 4

2006 214.4 16.0 27,O 86,O 5413 101 1,9 1 :9

Rerata 258.4 19.4 26,9 86,4 57,3 1011,4 13

Sumber Kabupaten Sintang Dalam Angka 1997-2006

Kota Sintang dikenal sebagai daerah penghujan dengan intensitas yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan Kota Sintang sebagian besar wilayahnya rnerupakan daerah perbukitan yaitu sebesar 62,74% serta dipengaruhi oleh keadaan daerah yang berhutan tropis dan disertai dengan kelernbaban udara yang cukup tinggi. Kelembaban udara relatif pada tahun 2006 sebesar 86%. Ternperatur udara rata-rata berkisar antara 27°C sarnpai dengan 27,5"C di rnana

(5)

temperatur udara terendah sebesar 26,7"C dan temperatur udara tertinggi sebesar 333°C. Penyinaran matahari yang dicatat dari Stasiun Meteorologi Bandara Udara Susilo Kota Sintang berkisar antara 17.0% sampai 85,0% dengan rata-rata 54,3%. Selain itu Kota Sintang terletak pada daerah yang beriklim tropis yang dikenal memiliki curah hujan yang tinggi.

Musim kemarau di Kota Sintang biasanya mulai pada bulan Juli sampai Agustus, sedangkan musim hujan terjadi bulan Januari sampai Mei yang seringkali menyebabkan banjir tahunan terutama pada dataran rendah sepanjang sungai Kapuas dan Melawi.

3.2.4. Hidrologi

Hampir di seluruh wilayah Kota Sintang, kondisi hidrologi didominasi oleh air hujan (curah hujan) dan air permukaan (sungai). Curah hujan yang jatuh di permukaan lahan akan mengalami berbagai proses, dan sebagian kecil saja yang efektif menjadi. simpanan air tanah. Hal ini disebabkan karena hampir seluruh Kota Sintang didominasi oleh material lempung di permukaan dan didasari oleh batuan-batuan tua yang relatif bersifat kedap air (impermeable).

Kondisi hidrologi Kota Sintang juga dipengaruhi oleh topografi Kota yang relatif datar yaitu antara 0-15% dan keberadaan sungai Kapuas dan Melawi yang membagi 3 bagian wilayah kota. Topografi datar dengan kemiringan lereng sangat kecil, Kota Sintang umumnya akan tergenang sehabis hujan di beberapa lokasi. Keberadaan sungai tersebut membantu sistem drainase kota yang ditunjang dengan adanya paritlsaluran sekunder yang bermuara di kedua sungai tersebut. Di samping itu, kedua sungai tersebut mempunyai arti penting bagi perikehidupan masyarakat Kota Sintang. Hal itu dapat terlihat fungsi sungai sebagai jalur transportasi, pemenuhan kebutuhan air bagi penduduk, dan juga untuk tempat tinggal dengan membangun rumah-rumah terapung (lanting). Kondisi ini merupakan fenomena unik yang ada di suatu daerah yang berbasiskan pada daerah aliran sungai.

Selain kedua sungai besar tersebut sebagai sistem tata air di Kota Sintang dan didukung oleh adanya sungai-sungai (anak sungai) kecil yang fungsinya sebagai drainase kota yaitu pada saat air Sungai Kapuas dan Sungai Melawi kering maka sungai-sungai ini berfungsi mengalirkan air hujan dan pada saat kedua sungai tersebut meluap maka sungai-sungai ini akan menampung luapan air dari kedua sungai tersebut. Beberapa sungai kecillparit yang penting bagi

(6)

sistem drainase kota ini adalah: Sungai Masuka, Sungai Jawai, Sungai Kera, Sungai Ponti, Sungai Pembunuh, Sungai Bawang, Sungai Kawat, Sungai Menyumbung, Sungai Ulak, Sungai Alai, Sungai Keriung, Sungai Menyurai.

3.2.5. Jenis Tanah

Tanah Kota Sintang umumnya bempa tanah aluvial, tanah gambut, dan tanah podsolik merah kuning. Sebaran pasti dan luas masing-masing jenis tanah ini belum diketahui secara jelas, tetapi secara umum tanah aluvial mendominasi semua wilayah yang dipengaruhi oleh pasang sumt air Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Tanah gambut mendominasi kawasan-kawasan berawa, sedangkan wilayah lainnya didominasi oleh tanah podsolik merah kuning seperti sebagian besar bagian timur dan tenggara kota.

Jenis tanah merupakan pengelompokkan sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang dimiliki berdasarkan jenis unsur hara yang terkandung di dalamnya. Jenis tanah merupakan faktor penentu dalam penilaian kemampuan lahan untuk pengembangan kegiatan pertanian. Berdasarkan kondisi fisiografi dan geologi yang berupa lembah atau dataran dengan batuan aluvium, maka kemungkinan tanah yang berkembang di Kota Sintang adalah tanah-tanah aluvial.

Tanah aluvial yang terdapat di Kota Sintang merupakan tanah dengan produktivitas rendah sampai sedang. Namun demikian, tanah ini merupakan tanah aluvial tua yang mengandung unsur asam-asaman cukup tinggi yang disebabkan oleh proses pembentukan gambut yang cukup intensif. Akibatnya tanah ini kurang produktif untuk pengembangan lahan pertanian tanaman semusim (padi sawah).

3.2.6. Potensi Lanskap

Pola lanskap Kota Sintang cukup menarik dan sangat potensial untuk dikembangkan menjadi elemen estetika kota yang menarik tanpa harus banyak merubah alamnya. Topografi dan kemiringan lahannya yang sangat variatif mampu menghindarkan kota ini dari kesan monoton yang membosankan. Selain itu Kota Sintang yang terletak di iklim tropis basah tentunya memiliki potensi apabila dikelola dengan baik, dengan iklim tropis yang bersahabat, kiranya persentase penghematan energinya akan jauh lebih besar dengan pemanfaatan sinar matahari, angin, hujan dan tumbuhan seoptimal mungkin. Selain itu bentuk, struktur, dan estetika kota yang berciri tropis akan memberikan kekhasan

(7)

tersendiri yang berbeda dengan kota-kota lainnya. Serta rnasyarakat penghuni kota tersebut, tentunya akan rnerasa lebih nyarnan bila berada di kota tropis yang mernungkinkan rnasyarakat untuk rnenikmati suasana udara luar yang serba lega, hijau dan segar.

Permasalahan aspek lanskap saat ini adalah kurangnya perhatian stakeholders dalarn ha1 pengembangan jenis-jenis vegetasi lokal, rnernanfaatkan topografi yang bervariasi, pernandang alarn kota yang bisa dijual (borrowing landscape) serta kurang dirnanfaatkannya Sungai Kapuas dan Melawi sebagai unsur alami yang sangat potensial sebagai potensi wisata air dan rnerupakan unsur penting dalarn pengembangan kota.

3.2.7. Pola Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan rnerupakan dirnensi ruang kegiatan manusia terhadap lingkungannya dalam rangka usaha rnernenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan konsentrasi manusia di suatu ternpat adalah akibat adanya kesernpatan untuk hidup di ternpat itu yang sesuai dengan profesi yang dirniliki rnasyarakat yang bersangkutan. Penggunaan lahan Kota Sintang didorninasi oleh kawasan non terbangun terutama, kebun carnpuran, kebun rakyat, hutan dan semak belukar. Permukirnan penduduk serta berbagai fasilitas sosial ekonorninya hanya rnencakup 35,25% dari luas.

Dan pengarnatanlsuwey lapangan ditarnbah dengan referensi data dari Bappeda Kabupaten Sintang, penggunaan lahan Kota Sintang secara umum rnasih didominasi oleh tanah kosong, kebun campuran, sernak belukar dan hutan, baru penggunaan lahan lainnya rnengikuti seperti penggunaan lahan untuk kegiatan fasilitas sosial ekonorni, perurnahan dan perkantoran, berikut luasan penggunaan lahan di kota Sintang (Tabel 4).

Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan di Kota Sintang 2006

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas

(Ha) (%)

1. Permukirnan 776,64 18.81

2. Fasilitas Sosial Ekonorni 678.87 16.44

3.

Hutan, Sernak Belukar, 2.258[24 M i 6 7

Lahan Terbuka, dan Kebun Carn~uran

4.

adi in

Air 415,24 10,06

JUMLAH 4.1 28,99 100,OO

(8)

3.3. Kondisi Sosial 3.3.1. Kependudukan

Penduduk Kota Sintang pada tahun 2006 telah rnencapai angka 52.065 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.261 jiwalha. Tabel 5 menunjukkan bahwa Kelurahan Tanjung Puri dan Kapuas Kanan Hulu rnemiliki jumlah penduduk yang terbanyak. Hal itu terkait dengan banyaknya fasilitas kehidupan yang ada di kawasan tersebut. Selain itu, Kelurahan Kapuas Kanan Hulu rnerupakan pusat perdagangan di Kota Sintang yang tentu saja menjadi daya tarik bagi penduduk untuk bertempat tinggal. Kemudian Kelurahan Tanjung puri merupakan pusat pemerintahan.

Tabel 5. Tren Jumlah Penduduk Kota Sintang Tahun 2001-2006

Nama Penduduk

No.

KelurahanlDesa 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1. Taniuns Puri .

-

10.838 11.058 12.904 13.128 13.352 13.690 2. Baning Kota ~ 6.186 6.312 8.244 8.388 8.531 9.305 3. Ladang 2.244 2.289 2.866 2.916 2.966 3.352 4. Kapuas Kanan Hulu 11.335 11.566 12.464 12.680 12.897 13.709 5. Kapuas Kanan Hilir 3.701 3.776 4.365 4.441 4.517 5.269 6. Kapuas Kin Hilir 2.124 2.167 2.249 2.288 2.327 2.634 7. Kapuas Kiri Hulu 3.466 3.536 3.870 3.937 4.004 4.106 Jumlah 39.894 40.704 46.962 47.778 48.594 52.065

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2001-2006 3.3.2. Angkatan Kerja

Angkatan kerja merupakan faktor penting dalarn proses produksi. Penduduk usia kerja biasanya dikelompokkan ke dalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Di Indonesia, mereka yang telah mencapai usia 10 tahun ke atas dianggap sebagai angkatan kerja. Pada tahun 2006, jumlah penduduk usia kerja (PUK) di Kota Sintang tercatat 42.192 jiwa (Tabel 6).

(9)

Tabel 6. Penduduk Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006

Golongan Laki-laki

Umur Perempuan Jumlah

10

-

14 3.017 3.046 6.063 15

-

19 3.414 3.965 7.379 20

-

24 2.503 2.731 5.234 25

-

29 2.485 2.753 5.238 30

-

34 2.507 2.282 4.789 35

-

39 2.187 1.806 3.993 40

-

44 1.765 1.315 3.080 45

-

49 1.228 91 2 2.140 50

-

54 817 61 9 1.436 55

-

59 609 458 1.067 60

-

64 359 353 712 65

-

69 254 230 484 70

-

74 138 136 274 75

+

124 179 303 2 0 0 6 21.407 20.785 42.1 92 2 0 0 5 21.069 20.428 41.497

Sumber: Kabupaten Sintang Dalam Angka 2006 3.4. Kondisi Ekonomi

Kemajuan ekonomi yang ditunjukkan oleh peningkatan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas harga berlaku dari tahun ke tahun belum menunjukkan perubahan nyata. Di samping karena terjadinya peningkatan produksi secara fisik, juga karena dipengaruhi oleh kenaikan harga atau inflasi. Untuk mengetahui laju pertumbuhan secara nyata, pengaruh inflasi hams dihilangkan. Oleh karena itu, PDRB diestimasi dengan menggunakan harga konstan sesuai dengan tingkat harga pada suatu tahun dasar yang telah ditetapkan. Dengan cara ini maka dapat diperkirakan laju perturnbuhan perekonomian setiap tahun atau selama periode tertentu.

Memasuki tahun 2006 PDRB Kabupaten Sintang atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.528.336,48 atau mengalami peningkatan sebesar 12,21%. Demikian juga yang terjadi pada PDRB atas dasar harga konstan 2000, dimana pada tahun 2005 angkanya mencapai Rp 1.002.989,52 kemudian meningkat menjadi Rp 1.052.442,26 pada tahun 2006 dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,93% Untuk lebih meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan sekaiigus mewujudkan pemerataan pendapatan, perlu adanya peningkatan mutu sumber daya manusia yang diikuti pengendalian jumlah penduduk serta peningkatan infrastruktur. Keterpaduan antara program pernerintah dengan

(10)

peran swasta dan rnasyarakat perlu diperhatikan guna rnenyelaraskan langkah dalarn menggali sektor-sektor potensial yang sekaligus memiliki potensi besar dalarn rnendukung perturnbuhan ekonorni.

3.4.1. Struktur Perekonomian

Perturnbuhan ekonorni secara nyata diikuti dengan perubahan harga yang cepat pada setiap sektor ekonomi rnengakibatkan struktur ekonomi dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Sektor yang mengalami perturnbuhan cepat dan disertai dengan harga yang rneningkat tajarn akan menggeser peranan sektor yang rnenunjukkan pertumbuhan dan harga yang rneningkat larnbat dalam perekonomian. Pada tahun 2006, struktur perekonomian masih didorninasi oleh sektor pertanian. Sektor ini rnemberikan surnbangan sebesar 52,22% terhadap keseluruhan perekonomian yang diunjukkan pada PDRB harga berlaku tahun tersebut. Kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 22,41%, sektor jasa sebesar 5,88%. Pola struktur ini masih tetap sarna dibanding tahun sebelurnnya meskipun peranan setiap sektor rnenunjukkan angka yang sernakin berimbang.

3.4.2. Perkembangan PDRB Per Kapita

Besarnya pendapatan regional per kapita dalarn ha1 ini PDRB per kapita rnerupakan salah satu indikator yang digunakan untuk rnengukur tingkat kesejahteraan penduduk. Pada tahun 2006 pendapatan regional per kapita yang tercermin dalarn PDRB per kapita atas dasat harga berlaku rnengalarni peningkatan dari 4,03 juta rupiah rnenjadi 4,44 juta rupiah atau naik sebesar 10,35%. Selanjutnya atas dasar harga konstan 2000, angka PDRB per kapita ini rnengalarni peningkatan sebesar 3,19%, yaitu dari 2,96 juta menjadi 3.06 juta rupiah.

Untuk lebih rneningkatkan pendapatan per kapita, maka laju pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan dan sebaliknya laju perturnbuhan penduduk perlu untuk dikendalikan. Karena pada dasarnya laju perturnbuhan penduduk yang cepat akan berpengaruh terhadap pernbangunan ekonorni terutarna sekali terhadap perkembangan pendapatan regional. Berikut disajikan peningkatan PDRB Kabupaten Sintang menurut harga konstan (Tabel 7).

(11)

Tabel 7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rupiah)

Lapangan Tahun Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 1. Pertanian 522.76334 593.684,57 628.034,71 706.169.52 798.054.71 2. Pertambangan 53.45473 59.023.27 64.404,60 71.037,31 77.671.28 &~enggali$n lndustri 3' Pengolahan 45.426-48 51.446,94 59.195,22 68.520.32 77.804,32

4. Listni. Gas & 4.426,16

Air Bersih 5.205.62 5.761.39 6.167,38 6.567.37 5. Bangunan 30.510.43 33,59574 36.481,23 41.672.72 47.766,94 6. Perdagangan, 224.585,03 245.101.22 269.191.18 304.012,15 342.559.72 Hotel & Restoran Pengangkutan 22558.28 24.071.34 25.645-43 27.596.74 29.938,91 7. BKomunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 42.185.45 46.154.12 50.017.17 54.236.43 58.030,93 P e ~ s a h a a n 9. Jasa-Jasa 63.689.85 69.005.85 75.879,90 82.588.58 89.942.32 PDRB 1.009.599,73 1.127.288.67 1.214.610,83 1.362.001,15 1.528.336,48

Gambar

Gambar 5. Peta Kolonial Belanda Kota Sintang  (Surnber: http://kit.nl)
Gambar 6. Peta Administrasi Kota Sintang
Tabel  5.  Tren Jumlah Penduduk Kota Sintang Tahun  2001-2006
Tabel  7.  Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)  Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rupiah)

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Lelang Pelaksanaan Normalisasi Saluran Sungai Kecil pada Dinas Sumber Daya Air dan Drainase Kota Banjarmasin akan melelangkan paket pekerjaan konstruksi

Panitia Lelang Pelaksanaan Normalisasi Saluran Sungai Besar pada Dinas Sumber Daya Air dan Drainase Kota Banjarmasin akan melelangkan paket pekerjaan konstruksi dengan

Pokja IV ULP Kegiatan Rehabilitasi/Pemeliharaan Normalisasi Saluran Sungai pada Dinas Sumber Daya Air dan Drainase Kota Banjarmasin akan melaksanakan Pemilihan Langsung

Panitia Lelang Kegiatan Rehabilitasi/Pemeliharaan Sungai Besar untuk Dinas Sumber Daya Air dan Drainase Kota Banjarmasin akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan

Akuifer tertekan yaitu yang bagian atas dan bawahnya merupakan lapisan kedap air, dimana tekanan airnya lebih besar dari tekanan atmosfer. Pada lapisan pembatasnya

Secara umum kondisi permukaan tapak adalah datar dengan ketinggian yang relatif sama, sejalan dengan itu berdasarkan data yang bersumber dari data Bappeda Kota Banjarmasin,

 Kronologis : Hujan intensitas sedang - lebat di wilayah Kota Cilegon menyebabkan air sungai meluap ke pemukiman dan drainase yang tidak berfungsi dengan baik pada hari Kamis,

Sebagian besar responden (80%) berasal dari luar Kabupaten/Kota Magelang dan sisanya (20%) berasal dari Kabupaten/Kota Magelang. Umumnya para responden melakukan