• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Gizi Dan Lama Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Siswi Di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Tahun 2015 Yulaeka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Status Gizi Dan Lama Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Siswi Di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Tahun 2015 Yulaeka"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Status Gizi Dan Lama Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Siswi Di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Tahun 2015

Yulaeka ABSTRAK

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Nilai normal hemoglobin pada wanita adalah 12 -16 gr/dl dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm3. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 10 siswi di SMK Perintis 29 Ungaran, diperoleh hasil bahwa 6 siswi mengalami anemia, namun lama menstruasi dan status gizi dalam keadaan normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dan lama menstruasi dengan kejadian anemia pada siswi di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Semarang.

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah siswi SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Semarang yang berjumlah 181 orang. Sampel yang diambil sebanyak 63 orang, dipilih secara purposive sampling. Data penelitian ini menggunakan data primer diperoleh melalui pemeriksaan indeks masa tubuh dan pemeriksaan kadar hemoglobin. Analisa data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Chi square.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia (p-value 0,008), ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia (p value 0,001).

Diharapkan siswi mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat gizi agar memiliki status gizi yang normal sehingga tidak mudah terserang anemia.

Kata kunci : Anemia, siswi, status gizi, lama menstruasi Kepustakaan : 26 pustaka (2004-2014)

(2)

ABSTRACT

Anemia is a condition when the levels of hemoglobin and erythrocytes are lower than normal. The normal value of hemoglobin in women is 12 -16 g / dl with erythrocytes from 3.5 to 4.5 jt / mm3. Based on the preliminary study that have been conducted on 10 female students of SMK Perintis 29 Ungaran, the results showed that 6 studentshave Anemia, but theduration of period and nutritional status are normal. This study aimed to determine the relationship between nutritional status,the duration of periodandAnemia of female students of SMK Perintis 29 Ungaran Semarang District.

This research is analytic with cross sectional study design. The population of this study is female students of SMK 29 Ungaran Semarang district, the total is 181 students. The samples taken are 63 students, chosen by purposive sampling. The data of this research used primary data obtained through checking up of body mass index and hemoglobin level. The data analysis used univariate analysis and bivariate analysis used Chi-square test.

The results of this study indicate that there is a relationship between the duration of periodandAnemia (p-value 0.008), there is a relationship between nutritional status andAnemia (p value 0.001).

Studentsare expected to consume foods that contain lots of nutrients in order to have a normal nutritional status that is not susceptible to Anemia.

Keywords : Anemia, students, nutritional status, duration of period Bibliographies : 26 references (2004-2014)

(3)

Pendahuluan

Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Penentuan anemia juga dapat dilakukan dengan mengukur hematokrit (Ht). Nilai hematokrit rata-rata setara dengan tiga kali kadar hemoglobin. Batasan hemoglobin untuk menentukan apakah seseorang terkena anemia gizi besi atau tidak sangat dipengaruhi oleh umur. Untuk anak-anak umur 6 bulan-5 tahun, dapat dikatakan menderita anemia gizi besi apabila kadar hemoglobinnya kurang dari 11 g/dl, umur 6-14 tahun kurang dari 12 g/dl, dewasa laki-laki kurang dari 13 g/dl, dewasa perempuan tidak hamil kurang dari 12 g/dl, dan dewasa perempuan hamil kurang dari 11 g/dl (Arisman, 2004).

Berdasarkan data survei aktual secara global tahun 2006 diketahui bahwa prevalensi anemia pada anak usia para sekolah, wanita hamil, dan wanita tidak hamil di dunia secara global berturut-turut sebagai berikut 47,4%, 41,8%, dan 30,2%. Prevalensi anemia wanita tidak hamil di benua Afrika adalah 44,4%, benua Asia 33,0%, benua Eropa 15,2%, benua Amerika Latin dan Caribbean (LAC) 23,5%, Benua Amerika Utara 7,6% dan Benua Oceania prevalensi anemia sebesar 20,2%. Anemia defisiensi besi merupakan penyebab tersering dan terbesar di Indonesia dan Negara yang sedang berkembang (Surtiretno, 2006). Angka prevalensi anemia di Indonesia, yaitu pada remaja wanita sebesar 26,50%, pada wanita usia subur sebesar 26,9%, pada ibu hamil sebesar 40,1% dan pada balita sebesar 47,0% (Burner, 2012).

Menurut SDKI-R tahun 2007, Sebesar 14 persen baik remaja perempuan maupun remaja laki-laki yang mengetahui dengan benar mengenai anemia karena hemoglobin rendah. Pengertian anemia lainnya yang paling sering disebut adalah kurang darah (remaja perempuan 77% dan remaja pria 63%). Anemia banyak dialami

oleh remaja antara umur 15-19 tahun. Seiring karena pengetahuan yang terbatas tentang menstruasi mengakibatkan terjadinya anemia (Martadisoebrata, dkk, 2005). Hal ini dikarenakan pada usia ini terjadi peningkatan kebutuhan zat besi akibat pertumbuhan, adanya menstruasi, sering membatasi konsumsi makan, serta pola konsumsinya sering menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi.

Remaja putri mempunyai risiko yang lebih tinggi terkena anemia daripada remaja putra. Pertama karena setiap bulan pada remaja putri mengalami haid. Seorang wanita yang mengalami haid yang banyak selama lebih dari lima hari dikhawatirkan akan kehilangan besi, sehingga membutuhkan besi pengganti lebih banyak daripada wanita yang haidnya hanya tiga hari dan sedikit. Kedua adalah karena remaja putri seringkali menjaga penampilan, keinginan untuk tetap langsing atau kurus sehingga berdiet dan mengurangi makan (Arisman, 2004).

Secara umum ada beberapa faktor penyebab anemia yaitu kehilangan darah secara kronis atau banyak darah menstruasi, lama menstruasi, asupan zat besi tidak cukup, penyerapan yang tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan akan zat besi, status gizi, penyakit malaria, infeksi-infeksi lain, serta pengetahuan tentang anemia. Faktor lama menstruasi dan status gizi adalah faktor yang sangat berhubungan dengan anemia. Secara normal, setiap harinya seorang wanita akan kehilangan sekitar 1-2 mg zat besi melalui ekskresi secara normal. Pada saat menstruasi kehilangan zat besi bisa bertambah hingga 1 mg. Status gizi pada remaja putri di Indonesia yaitu kurang zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak), kurang zat gizi mikro (vitamin, mineral). Pada manusia yang normal, kira-kira 20-25 mg besi per hari berasal dari besi hemolisis, dan hanya sekitar 1 mg berasal dari makanan.

Di dalam tubuh manusia, jumlah zat besi sangat bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis

(4)

tubuh. Pada orang dewasa sehat, jumlah zat besi diperkirakan lebih dari 4000 mg dengan sekitar 2500 mg ada dalam hemoglobin. Sebagian zat besi dalam tubuh (sekitar 1000 mg) disimpan di dalam hati dengan bentuk ferritin. Pada saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, zat besi ferritin dikeluarkan untuk memproduksi hemoglobin. Ketika tubuh tidak memproduksi zat besi dari makanan karena konsumsi kandungan makanan yang mengandung zat besi kurang, cadangan zat besi dari ferritin digunakan terus menerus, sehingga cadangan zat besi tersebut habis, hal tersebut yang bisa menyebabkan terjadinya anemia. Kurang zat gizi mikro dan makro menyebabkan tubuh menjadi kurus dan berat badan turun drastis, pendek, anemia, sakit terus – menerus, sehingga sebagai calon ibu tidak sehat (Prawirohardjo,2009).

Menurut Prawirohardjo (2009), pencegahan anemia yaitu setiap remaja diberi sulfas ferrosus glukonas ferrosus cukup 1 tablet sehari. Remaja dianjurkan untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Januari 2015 di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Semarang dengan pemeriksaan Hb menggunakan Hemoque digital pada 10 responden, didapatkan 6 responden dengan kadar Hb kurang dari 12 gr/dl dan 4 responden memiliki kadar Hb lebih dari 12 gr/dl. Lama menstruasi mereka rata – rata 3 – 7 hari. Rata – rata

mereka ganti pembalut 2 – 3 kali dalam sehari dan tiap pembalut terisi penuh darah. Untuk sarapan pagi mereka lebih sering makan ketika istirahat pertama pada pukul 10.00 pagi dibandingkan makan pagi dirumah karena selalu buru – buru ke sekolah. Mereka lebih sering mengalami nyeri perut karena telat makan dan tidak sarapan pagi, lemas, lelah dan mengantuk. Keadaan ini selalu membuat konsentrasi belajar mereka terganggu.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “ Hubungan Status Gizi dan Lama Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada siswi Di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015”.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif, dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Dengan jumlah populasi sebanyak 181 siswi dan sampel yang digunakan sebesar 66 siswi dengan menggunakan teknik quota sampling. Variabel independen adalah status gizi dan lama menstruasi, variabel dependen adalah kejadian anemia. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Intrumen penelitian menggunakan lembar observasi lama menstruasi, timbangan berat badan dan microtoa untuk status gizi, serta hemoque digital untuk pemeriksaan kadar Hb. Analisa data menggunakan analisis univariat dan analisa bivariat menggunakan uji chi square.

Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian didapatkan :

Tabel 4.1 Distrbusi Frekuensi Lama Menstruasi Responden di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015.

Lama Mentruasi Frekuensi Persentase (%)

Tidak Normal 37 58,7

Normal 26 41,3

(5)

Tabel 4.2 Distrbusi Frekuensi Status Gizi Responden di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015.

Status Gizi Frekuensi Persentase (%)

Kurus Normal Gemuk 16 35 12 24,5 55,6 19,0 Total 63 100,0

Tabel 4.3 Distrbusi Frekuensi Kejadian Anemia Responden di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015.

Kejadian Anemia Frekuensi Persentase (%) Anemia Tidak Anemia 32 31 50,8 49,2 Total 63 100,0

Tabel 4.4 Hubungan Lama Menstruasi dengan Kejadian Anemia Responden di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015.

Lama Menstruasi Kejadian Anemia Total p-value Anemia Tidak anemia f % f % f % Tidak normal Normal 24 8 64,9 30,8 13 18 35,1 69,2 37 26 100,0 100,0 0,008 Total 32 50,8% 31 49,2 63 100,0

Tabel 4.5 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia Responden di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015.

Status Gizi Kejadian Anemia Total p-value Anemia Tidak anemia f % f % f % Kurus Normal Gemuk 13 18 1 81,2 51,4 8,3 3 17 11 18,8 48,6 91,7 16 35 12 100,0 100,0 100,0 0,001 Total 32 50,8 31 49,2 63 100,0

(6)

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar lama menstruasi responden termasuk dalam kategori tidak normal, yaitu sebanyak 37 responden (58,7%), sedangkan yang termasuk dalam kategori normal sebanyak 26 responden (41,3%).

Maka dari hasil penelitian sebagian besar siswi mengalami ketidaknormalan dalam lamanya menstruasi. Menurut Chandran (2008) gangguan menstruasi adalah masalah yang umum terjadi pada masa remaja salah satunya adalah menoragia. Faktor fisik dan psikologis berperan pada masalah ini. Selain itu lama menstruasi dapat dipengaruhi oleh stress, yang dimana tubuh akan melepaskan hormon stress, yaitu hormon kortisol. Kortisol dapat mempengaruhi berbagai area tubuh, termasuk hormon estrogen.

Menurut Mayer dkk (2014) stimulasi estrogen yang konstan menghasilkan pertumbuhan endometrium yang berlebihan. Pengeluaran jaringan endometrium yang banyak dan tidak normal sehingga menyebabkan perdarahan yang lama atau pelepasan jaringan yang tidak teratur.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden yang mempunyai status gizi dalam kategori kurus, yaitu sebanyak 16 responden (24.5%), sedangkan yang mempunyai status gizi dalam kategori normal sebanyak 35 responden (55,6%), dan yang mempunyai status gizi dalam kategori gemuk sebanyak 12 responden (19,0%).

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan penggunaan zat gizi makanan didalam tubuh. Status gizi merupakan faktor penting untuk menilai seseorang dalam keadaan sehat atau tidak menderita penyakit akibat gangguan gizi baik secara mental maupun fisik. Ketidakseimbangan dalam penyediaan pangan menyebabkan

masalah dalam pemenuhan gizi, yakni masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih (Arisman, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang mengalami anemia sebanyak 32 responden (50,8%) dan responden yang tidak mengalami anemia sebanyak 31 responden (49,2%).

Pada hasil penelitian didapatkan lebih dari setengah responden mengalami anemia. Hal ini terjadi karena pada remaja siswi disebabkan oleh masalah asupan nutrisi dan kehilangan darah. Remaja siswi masih banyak yang mengabaikan nutrisi seimbang dan memiliki lama menstruasi yang tidak normal sehingga dapat mengakibatkan terjadinya anemia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 63 responden, dapat diketahui bahwa responden yang mengalami anemia dan lama menstruasi tidak normal sebanyak 24 responden (64,9%), responden yang mengalami anemia dan lama menstruasi normal sebanyak 8 responden (30,8%), responden yang tidak mengalami anemia dan lama menstruasi tidak normal sebanyak 13 responden (35,1%), sedangkan responden yang mengalami tidak mengalami anemia dan lama menstruasi normal sebanyak 18 responden (69,2%).

Hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia ini dilakukan dengan menggunakan rumus Chi square, didapatkan p-value sebesar 0,008 pada tarif signifikan 0,05. Karena p-value < 0,05 maha Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Semarang.

Pada hasil penelitian siswa yang mengalami lama menstruasi tidak normal dan anemia sebanyak 24 orang (64,9%). Anemia yang terjadi disebabkan oleh kehilangan darah yang berlebihan saat menstruasi sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin di

(7)

dalam darah. Pada remaja siswi dengan menstruasi yang lebih panjang pengeluaran darah yang dialami cenderung lebih banyak dari normal dan pengeluaran hemoglobin didalam tubuh ikut berkurang bersamaan dengan keluarnya darah haid, hemoglobin berfungsi untuk megikat oksigen di dalam darah, hemoglobin yang menurun pasokan oksigen didalam tubuh akan ikut berkurang sehingga tubuh hanya menyuplai oksigen dan darah untuk organ vital seperti jantung, paru-paru, otak. Oksigen yang berkurang diotak dapat menimbukan keadaan pusing, pucat, akral teraba dingin karena terjadinya penurunan sirkulasi darah kapiler sehingga dapat mengakibatkan terjadinya anemia.

Menurut Mayer, dkk (2014) kehilangan darah yang berlebihan mengakibatkan keluhan mudah lelah, pucat, tidak mampu berkonsentrasi, mudah tersinggung (iritabilitas), sakit kepala, dan rentan terhadap infeksi karena penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen sebagai akibat dari penurunan kadar hemoglobin. Terjadi penurunan curah jantung dan takikardia akibat penurunan perfusi oksigen dan terjadinya penurunan sirkulasi kapiler sehingga kuku terlihat pucat dan rapuh.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa responden yang mengalami anemia dan status gizi kurus sebanyak 13 responden (81,2%), responden yang mengalami anemia dan status gizi normal sebanyak 18 responden (51,4%), responden yang mengalami anemia dan status gizi gemuk sebanyak 1 responden (8,3%), responden yang tidak mengalami anemia dan status gizi kurus sebanyak 3 responden (18,8%), responden yang tidak mengalami anemia dan status gizi normal sebanyak 17 responden (48,6%), dan responden yang tidak mengalami anemia dan status gizi gemuk sebanyak 11 responden (91,7%).

Hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia ini dilakukan dengan

menggunakan rumus Chi square, didapatkan p-value sebesar 0,001 pada tarif signifikan 0,05. Karena p-value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada siswi di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Semarang.

Jumlah zat gizi seimbang didalam tubuh tidak mencukupi karena jumlah lemak yang berlebih. Terjadi metabolisme zat gizi didalam tubuh yang tidak seimbang, keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya anemia.

Menurut Supariasa (2012), perubahan biokimia terjadi di dalam darah karena rendahnya zat-zat gizi didalam darah, berupa rendahnya tingkat hemoglobin, serum vitamin A dan karoten. Terjadi beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat dan piruvat pada kekurangan vitamin. Apabila keadaan tersebut berlangsung lama, maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti tanda-tanda syaraf yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek, dan lain-lain.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan lama menstruasi dengan kejadian anemia pada siswi di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Semarang dapat disimpulkan bahwa:

1. Sebagian besar siswi SMK Perintis 29 Ungaran (58,7%) mengalami lama menstruasi dalam kategori tidak normal.

2. Sebagian besar siswi SMK Perintis 29 Ungaran (55,6%) mempunyai status gizi dalam kategori normal.

3. Sebagian besar siswi SMK Perintis 29 (50,8%) mengalami anemia.

4. Ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada siswi di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Semarang dengan p value sebesar 0,008 dan OR 4,154.

5. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada siswi di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten

(8)

Semarang dengan p value sebesar 0,001.

Saran

1. Bagi Peneliti

Bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti faktor – faktor lain seperti pengetahuan yang kurang, sosial budaya dan absospsi zat besi yang tidak adekuat, dan aktivitas siswi yang dapat mempengaruhi anemia pada siswi.

2. Bagi Institusi Tempat Penelitian

Bagi SMK Perintis 29 diharapkan dapat melakukan pemeriksaan kesehatan terutama pemeriksaan kadar Hb untuk mengetahui kejadian anemia dan memberikan pencegahan bagi siswi yang mengalami anemia.

3. Bagi Bidan

Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan remaja siswi tentang anemia dengan mengadakan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi dan asupan nutrisi seimbang untuk mencegah terjadinya anemia.

4. Bagi Responden

Bagi responden yang mengalami gangguan menstruasi seperti menstruasi yang terlalu lama, hendaknya mengkonsumsi tablet Fe dan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi seimbang untuk mencegah terjadinya anemia.

Daftar Pustaka

Abraham, dkk. (2014). Buku Ajar Pediatri Rudolph Ed.20, Vol, 2. Jakarta: EGC.

Achmad Djaeni. (2004). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa Profesi Di Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Almatsier. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta.

Arisman. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

Arumsari. (2008). Faktor Risiko Anemia Pada Remaja Putri Peserta Program Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) Di Kota Bekasi. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. diakses tanggal 15 November 2014

Banudi, La. (2013). Gizi Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC

Burner. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Jurnal Ilmu Pendidikan. (Online), (http://repository.usu.ac.id/ ), diakses tanggal 15 November 2014.

Depkes RI. (2010). Remaja Dan Anemia. UNICEF: Jakarta.

Dieny, Fillah. F. (2014). Permasalahan Gizi Pada Remaja Putri.

Yogyakarta: Graha Ilm

Dodik Briawan. (2011). Faktor Resiko Anemia Pada Siswi Peserta Program Suplementasi. Jurnal Gizi dan

Pangan. (http://repository.usu.ac.id/ ), diakses tanggal 15 November 2014.

Fillah, Fithra. (2014). Permasalahan Gizi Pada Remaja Putri. Yogyakarta: Graha Ilmu

Fitriani, Kurnia. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri.

(9)

http://ejournal-s1.undip.ac.id. Diakses tanggal 10 Februari 2015.

Jane, Coad. (2006). Anatomi dan Fisiologi Untuk Bidan. Jakarta: EGC.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. (2010). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Malonda, Nancy. Hubungan Antara Anemia Dengan hasil Belajar Siswi SMP Negeri 11 Manado. ejournal

Artikel Ilmiah.

http://ejournal.unsrat.ac.id. Diakses tanggal 10 Februari 2015.

Manuaba, Sri. K. D. S. et al. (2010). Buku Ajar Ginekologi. Jakarta: EGC Mary E. Beck. (2000). Ilmu Gizi dan Diet

Hubungan dengan penyakit-penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.

Mayer, dkk. (2014). Patofisiologi Penyakit. Jakarta: EGC

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta : Salemba Medika Permaesih D & Herman S. 2005

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Remaja. Buletin Penelitian Kesehatan. .

(http://repository.usu.ac.id/ ), diakses tanggal 15 November 2014.

Poltekkes Depkes. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Price, A.Sylvia., Wilson, M. 2005.

Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit.Jakarta: EGC. Proverawati. (2012). Anemia Dan Anemia

Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pusdu-BKKBN. (2011). Kajian Profil Penduduk Remaja (10-24 thn). Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan - BKKBN

R. Gandasoebrata. (2001). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta. Dian Pustaka

Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Soebroto, I. (2010). Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta: Bangkit

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D. Bandung : Alfabeta.

Supariasa, I. D. N., Bakri, B. & Fajar, I. (2012). Penilaian Status Gizi.

Jakarta: Penerbit Buku EGC.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

WHO Anthroplus. 2010

Yayuk Farida, dkk. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Gambar

Tabel 4.1 Distrbusi Frekuensi Lama Menstruasi Responden di SMK Perintis 29  Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015
Tabel  4.2  Distrbusi  Frekuensi  Status  Gizi  Responden  di  SMK  Perintis  29  Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2015

Referensi

Dokumen terkait

sekolah dengan orangtua dan peran orang tua siswa terhadap hasil belajar muatan Matematika semester gasal pada kelas rendah SD Negeri I Jagoan Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membuat suatu aplikasi yang dapat membantu pihak manajemen dalam memantau data penjualan yang kami tuangkan dalam bentuk skripsi

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat dan kasih yang diberikanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “ Game

RANCANGAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0.. PADA SMP NEGERI

Metodologi yang digunakan adalah dengan menganalisa sistem yang berjalan pada Rumah Bersalin dan Praktek Dokter Yayasan Dewi Adhi Suci, mengidentifikasi kebutuhan informasi yang

Pada perkembangan embrio selanjutnya, tampak adanya tonjolan (Gambar 2.H.), tonjolan pertama tersebut kemudian menjadi struktur seperti punggung dorsal atau menyerupai jambul

Sedangkan untuk kebutuhan di WC (water closed) maka dengan perencanaan sistem yang sama digunakan sistem air laut (sea water) yang disuplai ke tiap deck yang memiliki kamar

number tersebut harus dapat dihasilkan secara urut dalam number tersebut harus dapat dihasilkan secara urut dalam jumlah yang mengikuti algoritma tertentu dan sesuai dengan