• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - HENI PRIHASWAWI BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - HENI PRIHASWAWI BAB I"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Standar kompetensi pada mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup empat aspek keterampilan berbahasa. Keempat aspek itu meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek ini memiliki peran yang sama penting bagi peserta didik untuk menguasai keterampilan berbahasa Indonesia. Namun demikian, keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan ekspresif-produktif yang sangat penting untuk dikuasai peserta didik dalam proses komunikasi tulis. Banyak orang yang sukses karena memiliki keterampilan komunikasi tulis yang bagus. Dengan demikian agar peserta didik dapat memiliki keterampilan berbahasa yang baik harus menguasai keterampilan menulis yang baik pula.

(2)

pembelajaran tidak akan sekadar menjadi hafalan yang mudah dilupakan sesaat setelah siswa menjalani tes. Dilihat dari segi pragmatiknya, keterampilan menulis dibutuhkan di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu, Arundati (2010: 12) menegaskan bahwa keterampilan menulis diperlukan untuk menuangkan buah pikiran secara teratur dan terorganisasi. Sejak dini siswa perlu dilatih agar dapat menuangkan ide kalimatnya secara kreatif dan imajinatif.

Keterampilan menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa, mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia. Menulis merupakan kemampuan seseorang mengungkapkan ide-ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtun, gagasan, ekspresif, enak dibaca dan dipahami orang lain (Marwoto, dkk, 1987: 12). Permasalahannya, menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang tidak mudah diajarkan. Menurut Sanjaya (2011), hal ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

(3)

kenyataannya keterampilan peserta didik dalam menulis masih kurang. Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan keterampilannya dalam menulis cerpen. Hal ini juga dialami siswa kelas X SMA Ma’arif Karangmoncol. Untuk mencapai kemampuan menulis, proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bukan sekadar pengajaran mengenai teori-teori sastra. Di samping memperoleh pengetahuan tentang teori-teorinya siswa pun dituntut untuk dapat mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaannya melalui sebuah karya sastra yang berupa cerpen. Sehingga pembelajaran pun menjadi menarik dan tidak membosankan.

Faktor lain penyebab kesulitan siswa dalam menulis adalah dari metode yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis. Hal tersebut seperti dinyatakan Arundati (2010: 12), bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan mengembangkan kalimat karena metode yang digunakan oleh guru kurang sesuai. Sejalan dengan itu, Suyono (2005: 8) menyatalan pembelajaran menulis yang diberikan kepada siswa kurang bervariasi. Yang paling sering diberikan dalam pembelajaran, siswa dilatih untuk membuat karangan dengan kerangka karangan yang telah disediakan, mengarang bebas, atau berlatih menulis bermacam-macam paragraf. Pembelajaran menulis pun akhirnya tetap kering dan membosankan sehingga siswa kurang berminat untuk berlatih menulis.

(4)

ditandai dengan suasana kelas yang tenang. Para siswa dengan tertib duduk di kursinya masing-masing, perhatian terpusat pada guru, dan guru menjelaskan (berceramah) di depan kelas. Padahal dengan kondisi yang demikian, siswa akan semakin tenggelam dalam kepasifan. Mereka belajar tidak lebih dari suatu rutinitas sehingga kurang tertantang terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa cenderung belajar secara individual, menghafal konsep-konsep yang abstrak dan teoretik, menerima rumus-rumus atau kaidah-kaidah tanpa banyak memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran (Arundati, 2010: 7).

(5)

informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain, sehingga metode ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis. Hasil penelitian Wulandari (2011) menunjukkan bahwa penerapan model mind mapping dapat meningkatkan hasil mengarang siswa kelas V SDN Suruhan Kidul 2. Demikian pula hasil penelitian Kurniawati (2010) yang menunjukkan bahwa metode mind mapping berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta.

Berdasarkan persoalan di atas maka peneliti tertarik untuk menguji keefektifan model pemetaan pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran menulis cerpen. Maka dari itu peneliti berkeinginan mengadakan penelitian yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek pada

Siswa Kelas X SMA Ma’arif Karangmoncol Kabupaten Purbalingga.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Keterampilan siswa dalam menulis cerpen masih rendah. Siswa mengalami kesulitan dalam menulis dengan baik dan terorganisir.

(6)

3. Guru cenderung mengajarkan sastra pada aspek pengetahuan, bukan pada aspek apresiasi yang dapat memacu kreativitas dan imajinasi siswa.

4. Guru kurang tepat dan variatif dalam memilih metode dalam pembelajaran menulis cerpen.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah metode mind mapping sama efektifnya dibandingkan dengan metode konvensional untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek pada siswa kelas X SMA Ma’arif Karangmoncol?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan metode mind mapping dibandingkan dengan metode konvensional untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek pada siswa kelas X SMA Ma’arif Karangmoncol.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

(7)

pada penerapan pembelajaran yang lain, hambatan-hambatan atau kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada penelitian dapat diantisipasi dengan lebih baik.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis cerpen melalui penerapan model pembelajaran yang tepat, khususnya mind mapping.

F. Definisi Operasional

Sebagai upaya untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dan pemaknaan dalam penulisan judul penelitian ini, ada beberapa istilah yang perlu diuraikan pengertiannya.

1. Efektivitas

Efektivitas adalah sesuatu yang dapat membawa hasil, berhasil guna, ada pengaruhnya terhadap pembelajaran, yaitu meningkatnya kemampuan siswa dalam menulis cerpen.

2. Penerapan

(8)

3. Kemampuan menulis cerpen

Kemampuan menulis cerpen adalah kecakapan untuk menuangkan gagasan, pemikiran dan imajinasi ke dalam bentuk tulisan (cerpen) yang isinya menceritakan sesuatu kejadian berdasarkan urutan waktu dan ada tokoh yang mengalami konflik.

4. Metode mind mapping

Metode mind mapping adalah metode atau teknik meringkas pemikiran tentang suatu hal ke dalam bentuk peta atau teknik grafik, sehingga hal tersebut lebih mudah untuk dipahami.

G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, pembelajaran menulis difokuskan pada menulis cerpen. Kemudian siswa yang diteliti adalah siswa kelas X SMA Ma’arif Karangmoncol Kabupaten Purbalingga.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Dari uaraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa optimalisasi peran masjid bukan hanya bersifat mikro saja yaitu sebagai tempat beribadah akan tetapi dalam

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemasaran, peran lembaga dan motivasi peternak terhadap perubahan perilaku peternak itik Tegal.. Penelitian ini dilaksanakan

Alhamdullillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang

Seringkali apabila tunggakan sewa berlaku ianya dikaitkan dengan masalah kemampuan yang dihadapi penyewa dan juga disebabkan faktor pengurusan yang lemah. Ada pula

(2) Bank Indonesia mencabut status BDP apabila Bank Indonesia telah menerima surat penetapan dari BPPN yang menyatakan program penyehatan terhadap Bank yang bersangkutan telah

Bedasarkan faktor-faktor tersebut, maka ketiadaan hubungan paparan debu terhirup dengan kapasitas vital paru pada pekerja penyapu pasar Johar kota Semarang, tidak

Hasil penelitian untuk faktor permintaan secara simultan ada pengaruh nyata antara tingkat pendapatan, selera, jumlah tanggungan dan harapan masa yang akan datang

Sehubungan hal itu perlu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengkaji dosis substitusi azolla dalam pakan komersil sebagai pakan yang memberikan nilai tinggi