• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK SOSIAL PADA MASYARAKAT MELAYU PATANI DI THAILAND SELATAN - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONFLIK SOSIAL PADA MASYARAKAT MELAYU PATANI DI THAILAND SELATAN - Raden Intan Repository"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

KONFLIK SOSIAL PADA MASYARAKAT MELAYU PATANI DI THAILAND SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat Guna memperoleh gelar sarjana

Oleh : Naslan Wadeng NPM : 1331040017

Program studi :Pemikiran Politik Islam

FAKULTAS USULUDDIN DAN STUDI AGAMA

(2)

ABSTRAK

KONFLIK SOSIAL PADA MASYARAKAT MELAYU PATANI DI THAILAND SELATAN

Oleh: NaslanWadeng

Upaya-upaya modernisasi dan pembaruan-pembaruan administrative untuk menyatukan negara yang telah dimulai di bawah raja-raja yang terdahulu kehilangan momentumnya. Negara kembali terancam desintegrasi sebagai akibat adanya konflik-konflik kekuasaan di pusat dan persaingan etnis di daedah-daerah. Dan pada waktu itu juga pemerintahan mengupayakan asimilasi kebudayaan melayu Patani hingga menjadi kebuyaan melayu Patani berkurang. Maka etnis Melayu mempertahankan indentitas mereka dengan berbagai cara sehingga ada perlawanan etnis Melayu dengan pemerintah Thailand dalam mempertahankan indentitas mereka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Latar belakang dan Penyelesaian konflik sosial pada masyarakat Melayu Patani di Thailand Selatan, dalam aspek sosial politik, ekonomi, budaya, dan agama. Penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data dengan melakukan Obvervasi, Wawancara, dan Dokumentasi melalui responden mahasiswa 15 orang, guru-guru 5 orang, dan pemerintahan lokal 5 orang. Kesemua objek penelitian ini merupakan masyarakat Melayu Patani dan wakil dari pemerintahan local kemudian data-data yang berhasil dikumpulkan, lalu di analisa dengan metode analisa kualitatif.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa, konflik sosial pada Masyarakat Melayu Patani di Thailand Selatan dilator belakangi di antara lain sebagai berikut: 1. Kehilangan kekuasaan kerajaan Islam Mealayu Patani dan kehilangan system kerajaan Melayu Patani yang menjadi bagian dari pemerintahan Thailand; 2. Dalam bidang ekonomi terjadi ketidak adilan dalam pembagian hasil bumi demi kesejahteraan masyarakat Melayu Patani; 3. Dalam bidang budaya, tidak member ruang dan kesempatan untuk berkembangnya keragaman, bahasa Melayu, dan kehidupan sosial keagamaan dengan system asimilasi sejak pemerintah pardana menteri Thailand .Ketiga factor tersebut merupakan latar belakang utama menjadi konflik Thailand selatan.Adapun Penyekesaian/solusi konflik sosial di Thailand Selatan adalah sebagai berikut:1. Pemerintahan Thailand member hak memerintah Wilayah bagi orang MelayuPatani, kerajaan Thailand yang ke-5 memberi hak bagi orang Melayu memerintah Wilayah-wilayah yang di bagi oleh pemerintahan Thailand, dengan kekuasaan terbatas; 2. Membuka kesempatan untuk perkerjaan,

(3)
(4)
(5)

MOTTO



























Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah

kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Dialah yang Maha

mendengar lagi Maha mengetahui. .1* (QS Al Anfal : 61)

























































































Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan

janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika

kamu dahulu (masaJahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan

hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara;

dan kamu telah berada di tepijurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu

daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar

kamu mendapat petunjuk..2**(QS Ali Imran :103)

1

* Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Jalaluddin As-Suyuti, TafsirJalalain, (bandung, 2016), h.696.

2

(6)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini penulis persembah kanpada orang-orang yang selalu

terselesaikannya karya ini, di antaranya:

1. Kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Samsyuddin yang selalu

memberikan motivasi yang sangat besar untuk menggapai

keberhasilanku dan dengan sabar melimpahi aku dengan do‟a dan

kasih sayang.

2. Bapak dan ibu Dosen yang telah mendidik dan memberika nbimbingan

dan menyelesaikan perkuliahan dan skripsi.

3. Kepada teman-temanku di jurusan PPI angkatan 2013, yang selalu

memberikan keceriaan dan semangat untuk meraih kesuksesan.

4. Sahabat-sahabat tercinta dari Persatuan Mahasiswa Melayu Patani di

Indonesia (PMMPI), yang selalu memberikan semangat dan terima

kasih atas setiap jasa baik kalian.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Naslan bin Samsyuddin, dilahirkan di Patani Thailand, pada Tanggal 23

November 1994, anak yang pertama dari tiga saudara, dari pasangan Bapak

Samsyuddin dan Mashitoh.

Jenis Pendidikan Penulis adalah:

1. Sekolah Tadika, di kecamatan pulagung, Wilayah Patani Tahun 1998.

2. Sekolah Dasar pulagung patani, mulaidari 2001-2007

3. Madrasah As-saqafah Al-islamiah Agung mulai dari 2008-2011.

(8)

KATA PENGANTAR

بِـسْ بِ رَّلا بِ مَ سْ رَّلا بِ بِـــــــــــــــــــسْ بِ

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat AIlah SWT yang telah

melimpahkan karunia berupa ilmu pengetahuan, kesehatan, dan petunjuk,

sehinggas kripsi yang berjudul“ konflik sosial pada Masyarakat Melayu Patani Di

Thailand Selatan” dapat di selesaikan dengan baik. Shalawat serta salam di

sampaikan kepada nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan pengikutnya yang

setia.

Skripsi ini merupakan bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan studi

program strata satu (S-1), pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden

Intan Lampung, guna memperoleh gelar Sarjana Ushuluddin dan Studi dalam

jurusan Pemikiran Politik Islam. Atas bantuan semua pihak dalam proses

penyelesaian skripsi ini taklupa dihaturkan terima kasih sedalam-dalamnya

kepada :

1. Prof. Dr. H. Moh. Mukti, M.Ag.,selaku Rektor UIN Raden Intan Lampung;

2. Dr. H. ArsyadSobby Kesuma, Lc., M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

dan Studi Amaga serta para Wakil Dekan di lingkungan Fakultas Ushuluddin

dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung;

3. Dr. Nadirsah Hawari, MA selaku ketua Jurusan Pemikiran Politik Islam dan

IbuTin Amalia Fitri,M.Si. selaku sekretaris jurusan Pemikiran Politik Islam

(9)

4. Drs. Effendi M. Hum, selaku pembimbing I, dan Tin Amalia Fitri,M.Si. selaku

pembimbing II, yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk

memberikan bimbingan dan arahan bagi tersusunnya skripsi ini;

5. Para dosen serta para staf karyawan Fakultas Usbuluddin dan Studi Agama

UIN Raden Intan Lampung yang telah membimbing dan membantu peneliti

selama mengikuti Perkuliahan;

6. Bapak, Ibu, dan Adik serta teman-teman dekat, yang senantiasa mendo‟akan,

membantu, serta memberikan dukungan dalam upaya menyelesaikan skripsi

ini;

7. Sahabat-sahabat mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Angkatan

2013.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian dan tulisan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Hal itu, tidak lain disebabkan karena keterbatasan kemampuan

yang dimiliki. Demikian yang penulis dapat sampaikan diharapkan betapapun

kecilnya karya tulis (hasil penelitian) ini dapat menjadi sumbangan yang cukup

berarti dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 24 Februari 2018 Peneliti,

(10)
(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I. PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ... 1

B. Alasan Memilih Judul ... 2

C. Latar Belakang Masalah ... 2

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penilitian … ... 6

F. Tinjauan Pustaka ... 6

G. Metode Penelitian... 7

BAB II. MENGENAL BERAGAM KONFLIK SOSIAL DAN PENYELESAINYA A. Konflik Sosial ... 12

a. Pengertian Konflik Sosial ... 12

b. Macam-macam Konflik ... 14

c. Faktor Penyebab Konflik ... 17

B. Solusi/Penyelesaian Konflik Sosial ... 24

1.Pengertian Pnyelesaian konflik sosial ... 24

2. macam-macam penyelesaian konflik sosial ... 25

BAB III. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Geografi Patani... 32

B. Demografi Patani ... 34

C. Sekilas Sejarah Kerajaan Islam Melayu Patani ... 54

D. Sekilas Sejarah Konflik Soaial di Thailand Selatan ... 58

BAB IV. ANALISA LATAR BELAKANG KONFLIK DAN PENYELESAIANNYA A. Latar belakang konflik ... 65

(12)

2. Konflik bidang ekonomi, Ketidak keadilan dalam

pembagian hasil bumi. ... 72 3. Konflik bidang budaya, Tidak memberi keruangan

keragaman. ... 74

B. Penyelesaian/Solusi. ... 77

1. Bidang politik, Pemerintahan Thailand memberi

hakmemerintah Wilayah bagi Orang Melayu Patani. ... 79 2. Bidang ekonomi, membuka kesempatan untuk

perkerjaan... 83 3. Bidang Budaya, kebebasan dalam berbudaya... 85

C. Harapan masyarakat Melayu Patani di Masa Depan. ... 87 BAB V. PENUTUP

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul

Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca dalam memahami skripsi ini,

maka secara singkat terlebih dahulu penulis akan menguraikan dan menjelaskan

istilah-istilah dari judul skripsi “Konflik Sosial pada Masyarakat Melayu Patani di Thailand Selatan

Konflik Sosialdapat diartikan sebagai pertentangan kepentingan oleh pihak

yang berbeda,3 yaitu merupakan Konflik antara etnis Melayu Patani dengan

Pemerintahan Thailand

Masyarakat MelayuPatani adalahMasyarakat adalah suatu kelompok

manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang

sama-sama ditaati dalam lingkungannya.4yang tinggal di Patani. Patani adalah

patani yang dimaksudkan dalam buku ini bukanlah Wilayah atau “Changwad

pattani” sebagaimana yang wujud dalam peta negara Thai (Thailand) sekarang

tetapi adalah merujuk kepada sebuah negeri yang sepandannya adalah lebih luas;

iaitu meliputi Wilayah-wilayah Narathiwat, Yala dan sebahagian dari songkhla

(daerah-daerah sebayor dan tibor).5Yaitu Masyarakat yang kebangsaan melayu

patani yang tinggal di Thailand Selatan sekarang.

Thailand Selatan adalah merupakan sejumlah kawasan di Thailand yang

berbatasan dengan Semenanjung Malaysia. Tempat ini terdiri dari 14 wilayah

3

Rusdiana, M.M. “Manajemen Konflik” (CV Pustaka Setia 2015) h. 129 4

Abu Ahmadi,Ilmu Sosial Dasar,(PT Asdi Mahasatya,Jakarta,2009), h. 96-97. 5

(14)

yang diantaranya adalah Wilayah Narathiwat, Wilayah Pattani, Wilayah

Yala, Wilayah Songkhla dan Wilayah Satun. Mayoritas penduduknya adalah

orang Melayu dan beragama Islam meskipun Thailand diperintah oleh

kerajaan Buddha.6 YaituWilayah-wilayah yang kebangsaan Melayu Patani

Berdasarkan Penjelasan istilah-istilah judul di atas maka definisi

judul“Konflik Sosial pada Masyarakat Melayu Patanidi Thailand Selatan”adalah

tentang latar belakang dan penyelesaian konflik sosial yang terjadi antara

Pemerintahan Thailand dan etnis Melayu Patani.

B. Alasan Memilih judul

Ada beberapa alasan mengapa penulis tertarik dan memilik judul ini:

1. Alasan objektif

Penulis ingin mengetahui mengapa konflik sosial antara Masyarakat

Melayu patani dengan Pemerintahan Thailand sampai saat ini masih

yerjadi meskipun konflik sudah terjadi cukup lama.

2. Alasan subyektif

Judul yang diangkat ada relevansinya dengan jurusan penulis yaitu

Pemikiran Politik Islam.

C. Latar belakang Masalah

Setiap masyarakat memiliki perbedaan di berbagai bidang, baik di segi

pemikiran dan pendapat, terutama bagi masyarakat demokrasi, yang sangat

menghargai perbedaan sebagai landasan utama. Oleh karena itu harus memahami,

6

(15)

dan menerima antara satu sama lain, baik di segi pemikiran, agama, budaya, dan

kepercayaan.

Masyarakat Melayu di tiga provinsi Selatan Thai (dikenali juga sebagai

masyarakat Melayu Patani) merupakan salah satu kelompak minoritas di negara

Thai, tetapi merupakan kelompak mayoritas di tiga wilayah selatan Thai.Mereka

ini merupakan orang Melayu dari segi kebudayaan, adat istiadat dan juga rupa

paras.7

Sejak tahun 1785 M Patani terkenal dengan bumi jajahan Thailand, dan

diresmikan pada tahun 1902 Msebagai bagian dari Negara Thailand, selama 117

tahun (1785-1902) Thailand menggunakan berbagai politik atau cara untuk

melemahkan Negara Patani,menurut Organisasi Human Rights Watch, selama

kurun waktu itu banyak warga muslim yang diculik disiksa dan dibunuh tanpa

alasan, selama berpuluh-puluh dekaderakyat Patani berada didalam

tekanan/tindasan Thailand, dan tidak memiliki kebebasan untuk mengamalkan

budaya, Agama dan sebagainya.

Tekanan dan penindasan itu mendorong rakyat Patani berusaha keras

untuk melepaskan diri dari jajahan Thailand yang selama ini merenggut

kemerdekaan mereka.Tujuan utama rakyat Patani adalah untuk mempertahankan

wilayah atau daerah mereka yang telah dikuasai oleh kerajaan Thailand selama

berabad-abad lamanya, sekaligus untuk mempertahankan nilai-nilai Agama,

7“Bahasa Melayu Patani di Tiga Wilayah Selatan Thai”

(16)

budaya dan nilai-nilai keislaman yang selama ini mereka anut.Rakyat Patani

menjadikan perjuangan mereka sebagai jihad karena jihad merupakan kewajiban

bagi umat Islam apalagi terhadap kepentingan agama.

Sejak 1906, sesuai dengan perjanjian Inggris-Siam,Thailand secara resmi

mengambil alih negara-negara di Melayu Utara: Pattani, Narathiwat, Songkhla,

satun dan Yala, yang kemudian menjadi provinsi di Thailand. Sementara Negara

di Melayu utara yang lain: Kedah, Kelantan, Perlis dan Terangganu oleh Inggris

dimasukkan sebagai bagian dari Malaysia.

Sejak penyatuan kelima Negara di wilayah Melayu Utara ke dalam bagian

dari Thailand, terjadi benturan budaya antara Muslim Melayu dan Budhis

Thailand.Pada awal pemerintahan Thailand yang dikuasai oleh tentara Jenderal

Luang Pibunsonkram, (1938-1944) MarshalSarit Thanarat, (1958-1963) dan para

Jendral lainnya, kebijakan nasionalisme budaya Thailand menjadi kebijakan

utama. Thaisasi upaya penggunaan budaya dan bahasa Thai secara kuat di seluruh

Thailand, termasuk Wilayah Selatan, membuat benturan budaya yang keras, yang

menimbulkan resistensi sangat kuat bagi Muslim Melayu di Thailand Selatan.

Dua peristiwa yang mengenaskan pada tahun 2004 sangat menarik perhatian

semua pihak baik di Thailand maupun di luar Thailand.

Upaya-upaya modernisasi dan pembaruan-pembaruan administratif untuk

menyatukan negara yang telah dimulai di bawah raja-raja yang terdahulu

kehilangan momentumnya.Negara kembali terancam desintegrasi sebagai akibat

(17)

daedah-daerah.8Dan pada waktu itu juga pemerintah mengupayakan asimilasi kebudayaan

melayu patani hingga menjadi kebuyaan melayupatani berkurang.Maka etnis

melayu mempertahankan indentitas mereka dengan berbagai cara sehingga ada

perlawanan itnis melayu dengan pemerintah Thailand dalam mempertahankan

indentitas mereka

Maka sampai sekarang perlawanan etnis melayu patani terhadap

pemerintahan Thailand masih terus terjadi, menyebabkan kondisi tidak aman

dalam aktivitas keseharian masyarakat Melayu Patani di Thailand Selatan.Setiap

terjadi konflik senjata antara tentera dan masyarakat Melayu Patani di Thailand

Selatan, yang terjadi kurban dalam masyarakat.Tidak selesainya konflik antara

masyarakat Melayu Patani dengan pemerintahan Thailandsampai saat ini, yang

melatar belakangi dilakukan penelitian ini.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di atas sehingga rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Latar belakang konflik Sosial pada Masyarakat Melayu Patani di

Thailand Selatan?

2. Bagaiamanakah penyelesaian konflik Sosial pada Masyarakat Melayu

Patani di Thailand Selatan

8

(18)

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, antara lain :

1. Untuk mengetahui apakah Latar belakang konflik sosial pada

Masyarakat Melayu Patani di Thailand Selatan.

2. Untuk bagaimanakah penyelesaian konflik sosial pada Masyarakat

Melayu Patani di Thailand Selatan.

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis hasil dari penelitian ini untuk menambah khazanah

keilmuan terkait bidang Politik khususnya tentang penyelesaian konftik.

2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam upaya mencari solusi yang terbaik guna mengatasi

konflik politik yang terjadi di wilayah Thailand Selatan.

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauaan pustaka dilakukan, idealnya agar peneliti mengtahui hal-hal apa

yang telah diteliti dan belum diteliti sehingga tidak terjadi duplikasi

penelitian. Ada beberapa hasilpenelitian yang peneliti tertemukan, terkait

dengan penelitian ini, yaitu sebagai beriku:

1. Skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PEMERINTAHAN PERDANA MENTERI THAKSIN SHINAWATRA

DALAM MEYELESAIKAN KONFLIK MINORITAS MUSLIM DI

THAILAND SELATAN” yang ditulis oleh Muhammad Fikri Sama-ae,

fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, unversitas muhammadiyah Jakarta

(19)

Pemerintahan Perdana Menteri Thasin Shinawatra dalam upaya

penyelesaian konflik di Thaland Selatan, penelitian ini yang sama tentang

konflik di Thailand Selatan maka yang berbedanya Kebijakan

Pemerintahan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra.

2. Skripsi yang berjudul “ KONFLIK ANTARA MASYARAKAT

DENGAN PEMERINTAH (STUDI KASUS PADA EKSPLORASI

TAMBANG DI KECAMATAN LAMBU KABUPATEN BIMA NUSA

TENGGARA BARAT) yang ditulis oleh Sahlan Fakutas Ilmu sosial dan

Politik, Universitas Hasanuddin Makassar 2015 . Skripsi ini menfokuskan

kajiannya Eksplorasi tamban, penelitian ini yang sama tentang konflik

maka yang berbedanya Pada Eksplorasi Tambang Di Kecamatan Lambu

Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

Penelitian diatas berbeda dengan apa yang sedang penulis teliti saat

ini dalamhal ini berfokuskan kaliannya latar belakang dan penyelesaian

konflik sosial pada masyarakat Melayu Patani.

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian a. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (field research)

yaitu “suatu penelitian yang langsung dilakukan dilapangan atau pada

responden”.9

Penelitian ini merujuk kepada masyarakat Melayu

patani.Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang

9

(20)

berhubungan dengan konflik sosial pada masyarakat melayu patani di

Thailand Selatan.

b. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yakni suatu penelitian yang bertujuan

untuk menggambarkan secara objektif dari objek penelitian.10Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa deskriptif eksploratif riset yang

mengklarifikasikan data yang bersifat kualitatif. Penelitian ini

dimaksudkan untuk menerangkan dan menggambarkan objek latar

belakang dan penyelesaian konflik .

H. Sumber data

Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder.

a. Data primer

Data yang diperoleh dari sumber utama penelitian, yaitu hasil wawancara

dengan responden, sumber data primer penelitian adalah Masyarakat

Melayu Patani yang paham tentang konflik antara Masyarakat melayu

Patani dan pemerintah Thailand yaitu Mahasiswa Patani 15 orang,

Guru-guru 5 orang, dan bagian dari pemerintah yaitu pemerintahan lokal 5

orang, dan penelitian menggunakan teknik sampling daerah digunakan

untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data

sangat banyak luas, misal penduduk dari suatu Negara, propinsi atau

kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan

10

(21)

sumbar data, maka pengambil sampelnya berdasarkan daerah popilasi

yang telah ditetapkan.11

b. Data sekunder

Data sekunder penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan

Konflik Sosial.

I. Metode pengumpulan data

1. Metode interview

Percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.12Metode ini

dilakukan sebagai metode utama untuk mengumpulkan informasi

mengenai konflik sosial pada Masyarakat Melayu Patani.Peneliti

mengunakan Model wawancara tidak langsung misalnya melalui

telefon, chating, dan email (wawancara tertulis).13

2. Metode observasi

Pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur - unsur

yang tampak dalam suatu gejala atau gejala pada objek penelitian.Unsur

unsur yang tampak itu disebut data atau informasi yang harus diamati dan

11

Sugiyono, Metode Penelitan Pendidikan Pendekatan Kuanlitatif, kualitatif, dan R&D, (Alfabeta, Bandung, 2015),h.121

12

Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif, Remadja karya (Bandung: 1989), Cet. 1. h. 148

13

Vafi Saefulah, Teknik Wawancara Jurlistik,

(22)

dicatat secara benar dan lengkap.14Metode ini untuk memperoleh data dan

mencatat mengenai konflik sosial pada Masyarakat Melayu Patani di

Thailand Selatan. Metode ini juga dapat bermanfaat untuk menjelaskan

data yang objektif dari data yang dikemukakan oleh para responden

melalui interview, dengan demikian data yang diperoleh benar merupakan

data yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah”pengumpulan data melalui peninggalan

tertulis, terutama berupa arsip-arsip juga termasuk buku-buku tentang

pendapat , teori, dalil atau hukum - hukum dan sebagainya yang

berhubungan dengan masalah penyelidikan”.15

Metode dokumentasi

dijadikan sebagai metode pelengkap.Data yang digali adalah data yang

berkenaan dengan konflik sosial pada masyarakat melayu patani.

J. Metode analisis data

Data yang diperoleh dilapangan dianalisis dengan menggunakan teknik

analisis kualitatif yaitu :”Digambarkan dengan kata kata atau kalimat, dipisahkan

menurut kategori untuk diambil suatu kesimpulan .”Dalam menarik kesimpulan

akhir penulis menggunakan metode berfikir induktif.Berfikir induktif yaitu

“berangkat dari fakta fakta yang khusus, peristiwa - peristiwa yang konkrit”

kemudian ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum.

14

Hadari Nawawi,Instrumen Penelitian Sosial, (Yogyakarta, Gajah Mada University 1995), h. 74.

15

(23)

Teknik analisis yang digunakan deskriptif analisis, mencari gambaran

yang sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta yang berkaitan dengan

(24)

BAB II

MENGENAL BERAGAM KONFLIK SOSIAL DAN SOLUSINYA A. Konflik Sosial

1. Pengertian Konflik Sosial

Pangalaman umun, yang diperkuat oleh kesaksian sejarah

menunjukan bahwa relasi sosial yang ditandai dengan kompetisi yang tidak

terkendali dapat berkembang menjadi penentangan dan jika penentangan ini

menegang tajam akan memunculkan konflik. Kata konflik berasal dari bahasa

Latin, confligere, yang berarti pertarungan. Dalam pengertian sosiologis,

konflik dapat dipahami sebagai suatu “proses sosial” di mana dua orang atau

dua kelompok orang berusaha menyinkirkan pihak lain dengan cara

menhancurkan atau membuatnya tidak berdaya.16

Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin con yang

berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan.Di ssatu sisi,

“konflik” dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan,

pendapat, dan lain-lainyang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Di

sisi lain, William Chang meragukan bahawa akar konflik ada pada ketidak

kepuasan batin, kecemburuan, iri hati, kebencian, masalah perut, masalah

tanah, masalah tempat tinggal, masalah pekerjaan, masalah uang dan masalah

kekuasaan. Chang mengajukan pendapatnya bahwa selain unsur-unsur di atas,

emosi manusia sesaat pun dapat memicu terjadinya konflik sosial.

16

(25)

Dalm International Encyclopaedia of The Social Sciences Vol. 3(hlm.

236-241) diuraikan mengenai pengertian konflik dari aspek antropologi, yakni

suatu gejala pertentangan yang ditimbulkan sebagai akibat dari persaingan

antara paling tidak dua pihak; di mana tiap-tiap pihak dapat berupa

perorangan, keluarga, kelompok kekerabatan, satu komunitas, atau

mungkinsatu lapisan kelas sosialpendukung ideologi tertentu, satu organisasi

politik, satu suku bangsa, atau satu pemeluk agama tertentu. Demikian

pihak-pihak yang dapat terlibat dalam konflik meliputi banyak macam bentuk dan

ukurannya.Selain itu, padat pula dipahami bahwa pengertian konflik secara

antropologis tersebut tidak berdiri sendiri, malainkan secara bersama-sama

dengan pengertian konflik menurut aspek-aspek lain yang semuanya itu turut

ambil bagian dalam memunculkan konflik sosial dalam kehidupan kolektif

manusia (Chang, 2001).17

Daniel Webster mendefinisikan konflik sebagai:

1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok

satu sama lain.

2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan ( misalnya: pertentangan

pendapat, kepentingan, atau pertentangan antarindividu ).

3. Perselisihan akibat kebutuhan, dorongan, keinginan, atau tuntutun

yang pertentangan.

4. Perseteruan.18

17

Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosialogi Politik,(Prenadamedia Group-Jakarta,2013), h.54

18

(26)

Konflik adalah segala bentuk interaksi yang bersifat oposisi atau

suatu interaksi yang bersifat antagonis (berlawanan, bertentangan atau

berseberanagan).19

2. Macam-macam konflik

Mengelompokkan konflik, penyebab konflik, dan reaksi terhadap konflik

kedalam kategori tertentu bukanlah pekerjaan yang mudah. Setelah

mempelajari bab ini, anda dapat memhamai kategori berikut ini: konflik diri,

konflik antarindividu, konflik dalam kelompok dan konflik antarkelompok.

1. Konflik diri adalah ganguan emosi yang terjadi dalam diriseseorang

karena dituntut menyelesaikan suatu pekerjaan atau memenuhi suatu

harapan, sementara pengalaman, minat, tujuan, dan tata nilainya tidak

sanggup memenuhinya. Hal ini menjadi beban baginya. Konflik ini pun

bisa terjadi apabila mengalaman, minat, tujuan, atau tata nilai pribadinya

bertentangan satu sama lain. Konflik diri mencerminkan perbedaan antara

apa yang anda katakan, inginkan, dan apa yang anada lakukan untuk

mewujudkan keinginan itu. Konflik diri menhambat kehudupan

sehari-hari dan bahkan dapat mengakibatkan orang kehilangan akal sehingga

tidak tahu harus mengerja apa.

Pada tahap paling ringan, konflik diri menimbulkan pusing kepada

dan nyeri punggung.Konflik diri dapat diatasi dengan teknik mengatasi

stres yang dikenal sangat ampuh untuk mengatasi konflik jenis ini.

Konflik tahap kedua ditandai oleh stres yang sudah “parah” kalau orang

19

(27)

punya pikiran lebih baik mati daripada hidup, ia sudah berada konflik diri

tingkat ketiga.

2. Konflik antarindividu adalah konflik antara dua individu. Setiap orang

mempunyai empat kebutuhan dasar psikologis yang bisa mencetuskan

konflik bila tidak terpenuhi. Keempat kebutuhan dasar psikologis ini

adalah keinginan untuk dihargai dan diperlakukan sebagai manusia,

keinginan untuk memegan kendali, keinginan untuk memiliki harga diri

yang tinggi, dan keinginan untuk konsisten.

Keinginan untuk dihargai dan diperlakukan sebagai manusia. Kita

semua menginginkan orang mengakui martabat kita, serta menghargai

kita dan jerih payah yang kita berikan. Itulah sebabanya penghargaan

merupakan alat motivasi yang ampuh. Kita senang sekali jika dipuji

setelah menyesaikan sesuatu perkerjaan dengan baik, dan dihargai atas

sumbangan pikiran yang kita berikan. Bila kita merasa tidak dihargai atau

dianggap dapat di perlakukan sekehendak hati orang lain, atau dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan orang lain, ini berarti keinginan kita

untuk dihargai telah di langgar. Pelanggaran itu memicu reaksi kita,

berupa rasa takut atau amarah.

Keinginan untuk memegan kendali. Memegan kendali adalah keinginan

semua orang dan beberapa orang keinginan ini besa besar sekali. Orang

yang memiliki keinginan yang sangat berlebihan untuk memegan kendali

(28)

diri anda. Ingatlah hal ini selalu bila di masa datang anda berhadapan

dengan orang yang selalu ingin mengendalikan segala sesuatu.

Keinginan untuk memiliki harga diri.Rasa harga diri yang tinggi adalah

landasan yang kokoh untuk menghadapi barbagai jenis situasi. Harga diri

dalah kunci bagi kemampuan kita untuk memberi jawaban, bukan untuk

reaksi. Memjawab suatu persoalan adalah pendekatan positif, terkendali,

dan berorientasi memecahkan masalah. Reaksi adalah langkah negatif,

dan sering kali tidak tepat, penuh emosi, dan tanpa pikir panjang.

(Misalnya, pasein yang mengikuti perintah dokter vs. pasien yang rewel

bila disuruh minum obat.)

Keinginan untuk konsisten. Bila anda mengambil sikap tegas mengenai

suatu masalah dan tidak mengubah pendirian anda lagi, akan salah.

Keinginan untuk konsisten bersama dengan keinginan untuk benar demi

menyelamatkan muka, menjadi faktor penting dalam setiap konflik.

3. Konflik dalam kelompok adalah konflik yang terjadi antara individu

dalam suatu kelompok ( tim, departemen, perusahaan, dsb.), sedangkan

konflik antarkelompok melibatkan lebih dari satu kelompok (beberapa

tim, departemen, organisasi, dsb.). Aspek kelompok menambah kerumitan

konflik. Setiap orang tidak hanya harus mengatasi konflik dalam dirinya

dan konflik antara dia dengan orang lain, tetapi juga harus berhadapan

dengan keseluruhan interaksi dengan semua pelaku yang terlibat. Konflik

(29)

besar karena politik, desas-desus, dan hasutan. Persoalan yang bartambah

banyak ini menciptakan lapisan kerumitan baru bagi setiap konflik.

4. Konflik antarkelompok adalah yang paling rumit dan serius bagi

perusahaan. Setiap kali konflik bertambah panas dan menyembar di antara

kelompok. desas-desus dan gunjingan akan membawa kekacauanyang

akhirnya merusak anda dan perusahaan.20

3. Faktor penyebab konflik

Faktor penyebab konflik adalah teori konflik sosial

berkesenimbungan (protected social confliet/PSC). Teori ini

dikembangkan oleh edward azar (1990) yang merujuk kepada

kondisi-kondisi tertentu yang mendorong timbulnya permusuhan antar

kelompok komunal berupa kebencian rasial, etnik, kultur atau agama

yang berlangsung lama dan seringkali mencuat dalam bentuk aksi-aksi

kekerasan aporadis.21

Menurut Azar ada empat variabel yang menjadi pra-kondisi

timbulnya konflik sosial yang berkempanjangan (Protacted sosial

conflict / PSC), yakni : (1) muatan komunal (Communal cintent), (2)

kebutuhan dasar manusia (Humon Needs), (3) peran negara/pemerintah

(Governmonce and the states’ Role), (4) keterkaitan internasional

(International Linkages). Masing-masing faktor di atas dapat

dijelaskan secara berikut:

20

Deborah Hutauruk, Daniel P. Purba, Margaretha H. Eddy,Kiat Mengenai Konflik,Translation Copyright 2006, h.12-17.

21

(30)

1. Muatan komunal (Communal Content)

Muatan komunal, menurut Azar, merupakan faktor yang palimg

dominan dalam mendorong munculnya konflik sosial yang

berkepanjangan.Ia menegas bahwa elemen yang paling signifikan dari

faktor-faktor yang mengaruh kepada penbentukan PSC adalah

masyarakat yang memiliki komposisi „multi-komunal‟

Masyarakat multi-komunal, baik yang terbentuk sebagai hasil dari

kebijakan kolonial atau kompetisi historis, sering mengakibatkan

dominasi satu atau gabungan kelompok komunal yang tidak baik

responsif terhadap kelompok komunal yang lain. Kondisi semacam ini

dapat menhambat proses pembangunan, bangsa, merusak tatanan

sosial dan akhirnyamelahirkan fragmentasi dan konflik sosial yang

berlarut-larut solusi untuk mendamaikan konflik macam ini menurut

Azar, adalah dengan menegalakan intergrasi atau kerja sama sosial.22

2. Kebutuhan Dasar Manusia (Human Needs)

Kebutuhan Dasar manusia (Human Needs) menupakan variabel kedua

yang dapat mengubah kondisi-kondisi yang semula tidak berpotensi

konflik. Kebutuhan ontologis yang paling jelas individu atau

kelompok adalah kelangsungan hidup yang bergantung pada kepuasan

atas kebutuhan –kebutuhan dasar. Dalam kelangkaan dunia fisik,

kebutuhan dasar ini jarang terbagi secara adil atau merata.Sementara

satu kelompok/individu dapat menikmati kebutuhan tersebut secara

22

(31)

berlimpah, kelompok/individu yang lainnya justru sebaliknya.Keluhan

akibat kekurangan kebutuhan biasanya diiekpresikan secara

kolektif.Kegagalan pihak berwenang dalam merespons keluhan

tersebut menimbulkan ceruk konflik sosial yang berlarut-larut.

Azar juga mengingatkan bahwa kebutuhan pembangunan tidak

selalu harus berupa fisik dan juga tidak terpenuhi kebutuhan materi

tersebut tidak selalu mengarah langsung ke konflik.Kuncinya adalah

sejauh mana kelompok minoritas mengakses pasar atau lembaga

politik atau memperoleh pengakuan eksistensi komunal.

3. Peran pemerinyah dan negara

Peran pemerintah dan negara merupakan variabel, yang menurut Azar,

dapat menimbulkan konflik yang berpanjangan.Salah satu peran

negara, demikian Azar menegaskan, adalah memastikan bahwa semua

kelompok komunal di bawah yurisdiksinya mampu memenuhi

kebutuhan dasar mereka. Ia mencatat bahwa di negara-negara yang

mengalami konflik sosial berkempanjangan, kekuasaan politik

cenderung didominasi oleh satu kelompok identitas yang

memgunakan sumber daya untuk mempertahankan kekuasaannya ini,

atas kelompok yang lain. Untuk memapankan kekuasaannya ini,

kelompok yang berkuasa akan berupaya meredam seminimal mungkin

partisipasi kelompok minoritas.23

23

(32)

Berdasar catatannya ini Azar kemudian menyimpulkan bahwa,

krisis semacam itu akan memperburuk situasi kompetitif atau konflik

yang sudah ada sebelumnya dan mengurangi kemampuan Negara

untuk memenuhi kebutuhan dasar serta menyebabkan berkembangnya

krisis secara lebih lanjut. Dengan kata lain, tipologi rejim dan tingkat

legitimasi menjadi variabel penghubung yang sangat penting antara

kebutuhan dengan konflik sosial yang berkempanjangan

4. Keterkaitan dengan dunia Internasional

Variabel ke empat ini tidak ada hubungannya dengan peran

pemerintah/negara dalam memberi akses kepada kelompok-kelompok

komunal untuk memenuhi kebutuhan dasar, keamanan atau

pengakuan, tetapi sejauh mana kebijakan internal ditentukan oleh

hubungan internasional.24

Azar membagi hubungan internasional kedua bentuk yang berbeda,

yakni ketergantungan ekonomi dan hubung klien. Negara-negara yang

secara ekonomi tergantung pada sistem ekonomi Internasional, pada

gilirannya akan menjadi lemah karena kebijakan pembangunan

ekonominya ditentukan pengaruh luar. Ketergantungan inilah yang

sering menjadi penolakan akses bagi kebutuhan kelompok-kelompok

komunal menjadi makin parah, mendistorsi sistem politik dan

ekonomi dalam negeri. Hal yang sama terjadi dalam hubungan klient

dimana masalah keamanan suatu negara dijamin dengan imbalan

24

(33)

kesetian. Kondisi semacam ini berpotensi mengaggu tanggung jawab

utama mereka, karena loyalitas klient akanmengorbankan otonomi dan

kemerdekaan, atau berhubungan dengan kebutuhan masyarakat

sendiri, demi megejar kebijakan dalam dan luar negeri.

Selaian dari empat variabel yang menjadi pra-kondisi timbulnya

konflik sosial berkepanjangan (PSC) ada lagi suatu komponen lain

yang berperan dalam mengaktifkan potensi konflik yang tersembunyi

yang oleh Azar diberi nama dinamika proses (process dynamics,)

Dalam dinamika proses ini ada tiga faktor kunci yang mendorong

akselerasi konflik, yaitu :

a. Strategi-strategi dan Aksi Komunal

Variabel ini mengacu pada potensi „pemicu‟ yang mengatifkan

konflik laten yang kemudian meningkat menjadi konflik yang lebih

luas dan mungkin disertai kekerasan. Azar merangkum proses ini

sebagai beikut : pada awalnya, meski tidak selalu demikian, suatu

pemicu dapat berupa peristiwa sepele, misalnya : penghinaan

seseorang yang memiliki ikatan komunal yang kuat. Tapi masalah

sepele itu cederung menjadi titik balik karena perlakuan terhadap

individu dipandang perlakuan kolektif. Pengakuan kolektif terhadap

keluhan perseorangan tadi secara alami akan menyebabkan protes

secara kolektif. Protif kolektif biasanya diikuti dengan oleh aksi

represif atau penekanan.Pada saat ketegangan meningkat,

(34)

konstituen mereka, tidak hanya untuk peristiwa itu saja tetapi juga

untuk berbagai isu-isu lain yang melibatkan keamanan komunal, akses

dan keamanan kebutuhan dasar (misalnya isu kemiskinan dan

ketidaksdilan politik).

Berkembangnya insiden tersebut ke isu lain selanjutnya

meningkatkan momentom untuk mengorganisir dan memobilisasi

sumbar daya. Pada saat tingkat organisasi komunal dan memobilisasi

menjadi lebih besar, kelompok komunal lalu berusaha untuk

merumuskan strategi dan taktik yang lebih beragam, yang mungkin

melibatkan penbangkangan sipil, perang geliya atau gerakan

seperatif.Sejauh mana peningkatan ini menjadi sebagian dipengaruhi

oleh kemampuan kelompok komunal untuk secara efektif

mengorganisir dan mengembangkan kepemimpinan yang serta

kecenderungan mereka untuk mengumpulkan dukungan di luar

batas-batas nasional yang pada gilirannya mengakibatkan konflik bersifat

regional.

b. Strategi dan Tindakan Negara

Azar mencatat bahwa dalam kebanyakan kasus, respon negara

terhadap keluhan komunal, terutama yang memiliki struktur

pemerintah yang lemah, biasanya berupa represi koersif atau kooptasi

instrukmental untuk menyembunyikan tanda luar kelemahan atau

kekalahan.Dalam banyak kasus, respon militan atau keras merupakan

(35)

komunal. Strategi keras tersebut mengundang tangapan yang samadari

kelompok-kelompok militan yang ditekan. Kooptasi bisa berfunsi

untuk mengurangi keluhan komunal, tetapi biasanya dianggap sebagai

manuver taktis untuk memecah oposisi dan mengalihkan

perhatiannya.Kegagalan strategi kooptasi lebih lanjut membenarkan

pilihan represif koersif, yang mengarah ke spiral atas bentrokan

kekerasan.

c. Makanisme konflik yang melekat

Persepsi dan motivasi di balik perilaku negara dan aktor-aktor

komunal timbul berdasarkan pengalaman dan rasa takut terhadap

kelompok-kelompok komunal tertentu. Dalam interaksi ini kesan

buruk cenderung dihubungkan ke pihak lain, bahkan mungkin ada

juga pemalsuan, sehingga cetra negatif secara timbul balik muncul

mengakibatkan antagonisme komunal serta memperkuat konflik sosial

yang berlarut-larut.25

Menurut Paul Conn, konflik ini disebabkan oleh dua hal yaitu

:pertama,

Kemajemukan horizontal yakni masyarakat majemuk secara

kultural seperti suku, bangsa, agama, bahasa dan rasanya dan

masyarakat majemuk secara horizontal sosial dalam arti perbedaan

perkerjaan dan profesi.Kedua,kemajuan vertikal seperti struktur

masyarakat yang terpolarisasikan menurut pemiliki kekayaan,

25

(36)

pengatahuan dan kekuasaan. “Yang lebih ironis adalah kemajemukan

masyarakat secara kultural ini sangat mudah menimbulkan konflik

sebab masing-masing orang berusahamempertahankan budaya lain.

Bahkan ini bisa menimbulkan sebuah ketegangan konflik berupa

perang saudara (Civil war), separatisme dan lainnya

Berdasarkan kedua penyebab konflik di atas, ada ahli lain

menambahkan bahwa konflik itu bisa muncul dari faktor internal

maupun juga dari faktor sketrem. Faktor internal muncul dari dalam

diri orang, kelompok masyarakat, organisasi atupun negara itu sendiri

sehingga penyelesaiannya membutuhkan hal-hal yang bersifat

kekeluargaan, sedangkan faktor eksternal muncul ketika orang,

kelompok masyarakat, organisasi atau negara itu berhadapan dengan

yang lainnya sehingga proses penyelesaiannya berbelit-belit, bisa

melalui perundingan atau dialog hingga penyelesaian dengan cara

kekerasan, sebab masing-masing pihak ingin mempertahankan atau

memperebutkan sesuatu yang diinginkan.26

B. Solusi / penyelesaian

1. Pengertian penyelesaian Konflik Sosial

Penyelesaian memiliki 1 arti.Penyelesaian berasal dari kata dasar

selesai. Penyelesaian memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda

26

(37)

sehingga penyelesaian dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat,

atau semua benda dan segala yang berbedakan.27

Penyelesaian konflik secara sosiologis, dapat berbentuk proses sosial

yang bersifat menggabungkan (associative processes) serta proses sosial

yang menceraikan (dissociative processes). Proses sosial yang bersifat

asosiatif diarahkan dapa terwujudnya nilai-nilai seperti keadilan sosial,

cinta kasih, kerukunan, solidaritas. Sebaliknya proses sosial yang bersifat

disosiatif mengarah pada terciptanya nilai-nilai negatif atau asocial, seperti

kebencian, permusuhan, egoism, kesombongan, pertentangan, perpecahan

dan sebagainya, jadi, proses sosial asosiatif dapat dapat dikatakan proses

positif. Proses sosial yang disosiatif disebut proses negatif. Sehubungan

dengan hal ini, proses sosial yang asosiatif dapat digunakan sebagai usaha

menyelesaikan konflik.

2. Macam-macam penyelesaian Konflik

Gaya manajemen konflik ada lima pendekatan dalam manajemen

konflik sudah umum diterima. Tidak ada satu pendekatan pun yang efektif

untuk semua situasi. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan

kemampuan menggunakan setiap gaya sesuai situasi.

1. Kolaborasi (kerja sama) dalah gaya menangani konflik sama-sama menang.

Orang yang memilih gaya ini mencoba mengadakan pertukaran

informasi. Ada keinginan untuk melihat sedalam mungkin semua

27

(38)

perbedaan yang ada dan mencari pemecahan yang disepakati

semua pihal.Gaya ini erat kaitannya dengan metode memecahkan

persoalan dan paling efektif untuk persoalan yang kompleks.

Gaya ini mendorong orang berpikir kreatif. Salah satu

kelebihan gaya ini dalah orang berusaha mencari berbagai

alternatif. Semua pihak terdorong untuk mempertimbangkan semua

informasi dari berbagai nara sumber dan perspektif. Namun, gaya

ini tidak efektif bila pihak-pihak yang terlibat konflik tidak punya

niat untuk menyelesaikan masalah atau atau bila waktu terbatas.

Kerja sama butuh waktu. Bila diaplikasiakan dapa tahap konflik

lebih tinngi, gaya ini dapat menimbulkan kecewaan karena logika

dan pertimbangan rasional sering dikatakan oleh emosi yang terkait

dengan suatu pendirian atau sikap.

Gaya kolaborasi menyatukan langkah semua pihak pada upaya

mencari pemecahan bagi persoalan yang kompleks.gaya ini tepat

digunakan bila orang dan masalah jelas terpisah, dan biasanya

tidak efektif bila pihak-pihak yang bertikai memang ingin

bertengkar. Gaya ini dapt menjadi motivator positif dalam sesi

brainstorming atau problem-solving.Pastikan setiap orang yang

berkepentingan ikut berpartisipasi.

2. Mengikuti kemampuan orang lain atau disebut juga placating

(memuaskan), adalah gaya lain untuk mengatasi konflik. Gaya ini

(39)

diri sendiri barangkali mencerminkan rasa rendah diri orang

tersebut. Gaya ini juga dapat diguna dengan sengaja untuk

menyanjung-nyanjung orang lain, sehungga buatnya merasa lebih

tenang dalm menghadapi persoalan. Menggunakan gaya ini untuk

memuji orang lain ada manfaatnya, terutama bila posisi anda

secara positis tidak berbahaya dalm berusahaan. Gaya mengikuti

kemapuan orang lain berusaha menyembunyikan perbedaan yang

ada antara pihak-pihak terlibat sejauh mungkin dan mencari

titik-titik persamaan. Perhatian yang besar pada kepentingan orang lain

menyebabkan seseorang berusaha memuaskan kebutuhan orang

laindengan mengorbankan kepemtingan sendiri. Bila digunakan

secara efektif, gaya dapat memelihara hubungan yang baik.

Mengikuti kemampuan orang lain yang diguna secara tak sadar,

akan mendorong berpandangan tentang bahwa anda bersikap

seperti, “silakan perlakukan saya sekehendak hati anda.”

Gaya ini berguna bagi peminpin perusahaan yang tidak begitu

yakin akan posisinya atau khawatir telah berbuat kesalahan.

Dengan menggunakan gaya mengikuti kemampuan orang lain,

dia secara pasif menerima kekuasaan orang lain, mengulur

waktu untuk melihat perkembangan keadaan, dan mencari

alternatif pemecahan.

Gaya ini memberikan kekuasaan dapa orang lain. Jika

(40)

membangun kepercayaan dan rasa percaya diri dapa pihak lain.

Jika anda merasa pasti dengan posisi anda, gaya ini padat

digunakan sebagai mekanisme untuk melimpahkan wewenang.

3. Mendominasi ( menonjolkan kemampuan sendiri) adalah kebaikan dari gaya yang mengikuti kemampuan orang lain. Gaya

ini menekankan kepentingan sendiri. Pada gaya yang mengikuti

kemampuan orang lain, seseorang mengesampingankan

kepentingan sendiri. pada gaya mendominasi, kepentingan orang

lain tidak digubris sama sekali.gaya ini efektif bial keputusan perlu

segera diambil atau jika persoalan yang dihadapi tidak penting.

Gaya ini bisa reaksioner, didorong oelh keinginan menyelamatkan

diri sendiri.Ini tercermin dalam aliran filsafat yang mengatakan,

“lebih baik menembak mareka dari ditembak”. Bila suatu persoalan

penting, gaya ini akan memaksa pihak lain memusatkan perhatian

pada kebutuhan-kebutuhan yang spesifik.

Gaya dominasi bisa efektif bila ada perbedaan besar tingkat

pengetahuanyang dimiliki. Kemampuan menyajikan fakta,

pernimbangan berbagai persoalan, memberi nasihat yang jutu, dan

menggerakkan langkah nyata selama konflik, akan sangat berguna.

Namun, langkah yang nyata dimiliki sisi lain, yaitu langkah yang

salah.Salah menggunakan kekuasaan dapat menghambat sukses di

(41)

sering dikaitkan dengan sikap preman dan “taktik kekerasan”

tukang catut kekuasaan.

Gaya ini sebaiknya hanya digunakan bila sangat diperlukan. Gaya

ini berlaku selama anda memiliki hak dan kekuasaan perusahaan

yang memiliki stuktur hierarkis yang ketat cenderung menukai

gaya ini. Gaya bergaris dengan jelas siapa anak buah dan siapa

berwenang mengambil keputusan. Jika anda bekerja di perusahaan

yang menggunakan gaya untuk menghadapi bekerja dan konflik,

anda akan melihat faktor sikap pendukung “pokoknya selamat

dulu.”

4. Menhindari adalah gaya keempat dalm menangani konflik. Orang yang menggunakan gaya ini tidak memberi nilai yang tinggi pada

dirinya atau orang lain. Ini adalah gaya “jangan merusak suasana”.

Aspek negatif dari gaya ini dalah melemparkan masalah pada

orang lainatau mengesampingkan masalah. Orang menggunakan

gaya ini menarik diri dari situasi yang ada dan membiarkan orang

lain untuk menyelesaikannya.

Bila persoalan yang dihadapi tidak penting, mengulur-ulur waktu

dapat mengdinginkan suasana – suatu cara efektif mengguna gaya

menghindari. Gaya ini juga efektif dalam hal keperluan

waktu.Misalnya, ketika rapat direksi, stu mata acara rapat

(42)

Di sisi lain, gaya inibisa menjengkelkan bagi pihak lain karena

harus menunggu lama untuk mendapatkan jawaban dan tidak

banyak memberikan kepuasan, sehingga konflik cenderung akan

terus berlanjut. Gaya menghindari mengulur waktu, maka

gunakanlah dengan bijaksana. Jika anda melihat seseorang

menggunakannya, itu pertanda ia tidak yakin dan perlu waktu

untuk mempelajari situasi itu. Pastikan ada tindakan nyata bila

waktu telah tersedia.Konflik biasanya tidak lenyap seiring

berjalannya waktu.

5. kompromi adalah gaya lain untuk menangani konflik. Gaya ini digambarkan terletak di tengah-tengah diagram “lima gaya

menajemen konflik” yang sudah disebutkan di atas tadi. Nilai gaya

ini tidak tinggi dan tidak juga rendah, tergantung nilai kepentingan

orang lain atau kepentingan diri sendiri. Gaya ini berorientasi pada

jalan tengah, karena setiap orang punya sesuatu untuk ditawarkan

dan diterima. Gaya ini sangat efektif bila belah pihak sama-sama

benar, tetapi menghasil penyelesaikan keliru bila salah pihak salah.

Gaya kompromi paling efektif bila persoalan yang dihadapi

kompleks atau bila kekuasaan seimbang.Kompromi dapat dipilih

bila cara-cara lain tidak membuahkan hasil dan kedua pihak

bersedia menjelaskan pendapat masing-masing dan mencari jalan

(43)

konsesi.Semua pihak jelas harus bersedia mengorbankan sesuatu

agar penyelesaian tercapai.

Keahlian bernegosiasi dan tawar-menawar adalah penlengkap gaya

kompromi. Manfaatnya, pihak-pihak yang bersangkutan didorong

untuk membicarakan persoalan yang dihadapi dan mencapai

kesepakatan.Mempertahankan sikap netral sangat sulit. Jangan

terkejuk jika anda dituduh berpihak bila menggunakan gaya ini.

Perusahaan akan menghadapi kesulitan kalau pekerja terdiri atas

pihak yang menang dan pihak yang kalah. Karenanya, gunakan

gaya ini hanya bial kerugian kedua belah pihak dapat dapat ditekan

sekecil-kecilnya!28

28

(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM OPJEK PENELITIAN

A. Geografis Patani (Thailand Selatan)

Jumlah penduduk Muslim di negara Thailand adalah sekitar 15 persen,

jauh lebih sedikit dibandingkan dengan penganut Budha yang jumlah sekitar 80

persen. Mayoritas penduduk yang Muslim ini tinggal di Selatan

Thailand,khususnya di provinsi Patani, Yala dan Narathiwat. Tiga Provinsi ini

sangat mewarnai dinamika di Thailand Selatan. Ini dikarenakan tradisi Muslim di

wilayah ini telah mengakar sejak zaman kerajaan Sri Vijaya yang menguasai

Wilayah Asia Tenggara, termasuk Thailand Selatan29

Thailand Selatan letaknya di Semenanjung Tanah Melayu, yang dahulu

dikenal dalam sejarah sebagai Semenanjung Emas. Kawasan Selatan yang

berbentuk semenanjung itu terletak diantara garis lintang dan garisan bujur.

Bentuk buminya adalah bujur memanjang yang panjangnya dari Utara ke Selatan

sejauh 600 km. Lebarnya pula, di kawasan yang paling luas ialah 250 km dan

yang paling sempit 64 km. Keluasan bumi di Selatan ialah 70.715.15 km persegi

yaitu 13.78 % daripada keseluruhan bumi di Thailand

Patani merupakan salah satu provinsi (changwatd) di Selatan Thailand,

Provinsi provinsi yang bertetangga (dari arah selatan tenggara searah jarum jam

adalah Narathiwat (Menara), Yala (Jala) dan Songkhla (Senggora).Masyarakat

Melayu setempat menyebut provinsi mereka.Patani Darussalam atau Patani Raya.

29

(45)

Patani terletak di Semenanjung Melayu dengan pantai Teluk Thailand di

sebelah utara. Di bagian selatan terdapat gunung-gunung dan atraksi turisme

seperti taman negara Budo-Sungai Padi yang yang berada di perbatasan provinsi

Yala (Jala), dan Narathiwat (Menara). Di sini juga terdapat beberapa tumbuhan

yang agak unik seperti palma Bangsoon dan rotan Takathong. Di kawasan

perbatasan dengan Songkhla dan Yala pula terdapat sebuah taman rimba yang

terkenal dengan gunung terjunnya, Namtok Sai Khao.30

Patani adalah salah satu Negeri terletak di dunia Melayu. Kini dibawah

kekuasaan pemerintah Thailand atau dikenal dengan panggilan empat propinsi dan

lima kabupaten selatan. Patani‟ mempunyai keluasan tanah sebanyak 16,495 km

persegi, mengikut pecehan kawasan provinsi-provinsi sebagai berikut:

Tabel 1.1 letak geografis

Provinsi Keluasan

Pattani 1,940

Yala 4,521

Naratiwat 4,475

Satul 2,479

Pattani Barat (sebagian

Songgora) Tiba, Cenak,

Sabayoi, Nawi, Sadawa

3,080

Total 16,495 km persergi

30Wikipedia, “Provinsi Patani”,

(46)

Kebiadaban tentara Thailand terhadap umat Bangsa Melayu di Patani

sebenarnya telah mengakar sejak berdirinya negeri gajah putih itu.Ini tidak hanya

menyangkut soal ketegangan budaya tetapi juga soal ketegangan

berbangsa.Bangsa Thai yang mayoritas beragama Buddha kelihatannya belum

menerima orang Patani sebagai masyarakat sebangsa.

Secara geografis Patani diklaim sebagai wilayah kerajaan Thai tetapi

sebaliknya secara demografis dan kultural Patani selalu dilihat sebagai bangsa lain

yang kehadirannya dianggap mengganggu keutuhan bangsa itu, akibatnya mereka

didiskriminasi karena berbeda ras berbeda etnis, dengan demikian juga beda

kultur. Perbedaan itu, yang membuat pemerintah Thai bersikap diskriminatif

bahkan cenderung diekpresikan dengan tindak kekerasan baik yang terbatas

maupun massa.31

B. Demografi Patani (Thailand Selatan)

Patanian terdiri dari banyak etnis meliputi beberapa warga penduduk

bangsa. Dahulu Negeri Patani dapat menjadi masyarakat multikultural dengan

terdiri dari Melayu Muslim, Melayu Buddha, Cina Muslim, Cina Buddha, Thai

Muslim, Thai Buddha dan lain-lain yang mempunyai mayoritas penduduk melayu

muslim beragama Islam.

Patani merupakan salah satu daripada empat provinsi Thailand yang

mempunyai mayoritas penduduk beragama Islam 90% Thai Buddha 7%, Thai

Cina 3% .

31

(47)

Gambar1.4 : Demografi

Berdasar data pusat statistik Kerakyatan 2012, bahwa jumlah penduduk di

Patani seramai 2,659,958 orang. Mayoritas 90% adalahetnis Melayu Muslim, dan

beberapa Suku Bangsa lain sepertisiam, Cina, Arab, Afganistan, India. Berikut

adalah pecahan penduduk mengikut Provinsi.

Tabel 1.2

Provinsi Jumlah Penduduk

Beragama Islam

Patani 671,615 88%

(48)

Narathiwat 757,397 82%

Stul 305,879 74%

Patani Barat (Sebagian Songgora) tiba-Canak-Sabaya-Nawi, Sadawa

424,253 75%

Total 2,659,958 90%

a. Aspek politik

kehidupan minoritas Muslim di Thailand. Secara geografis, umat Muslim di

Thailand bertempat di empat wilayah selatan Thailand yaitu; Patani, Yala,

Narathiwat dan Satun.

Dalam tatanan sosial, muslimin Thailand mendapatkan julukan yang

kurang enak untuk didengar.Yaitu khaek yang berarti orang luar, pendatang atau

tamu.Meskipun pada mulanya khaek merupakan term untuk makro-etnis bagi

orang selain Thai tapi lama kelamaan term tersebut dipakai pemerintah untuk

mendeskripsikan kaum melayu-muslim diselatan Thailand.

Hingga istilah Thai-Islam dibuat pada 1940-an. Akan tetapi istilah ini

menimblkan kontradiksi karena istilah “Thai” merupakan sinonim dari kata

“Budha” sedangkan “Islam” identik dengan kaum muslim melayu pada waktu itu.

Jadi bagaimana mungkin seseorang menjadi budha dan muslim pada satu waktu?

Maka dari itu kaum muslim melayu lebih suka dipanggil Malay-Islam,

Dari problem rasial seperti di atas, timbullah pengelompokan kaum

(49)

Pertama, assimilated group.Atau golongan yang terasimilasi atau berbaur dengan kaum mayoritas yaitu agama masyarakat Thai-Budha pada segala bidang tatanan

kehidupan hanya saja tidak sampai pada masalah keagamaan.

Kedua, unassimilated group.Atau golongan yang tidak berbaur namun menyendiri di Thailand bagian selatan. Yang masih menunjukkan kultur

melayu-Islam pada nama, bahasa dan adat. Golongan ini bertempat tinggal di daerah Yala,

Narathiwat dan Pattani.Kecuali daerah Satun yang sudah terasimilasi dengan

kelompok mayoritas Thai.

Dalam kaca mata historis, kehidpan sosio-politik kaum muslim Thailand

selatan khususnya di patani bisa dibagi menjadi tiga fase.

kerajaan melayu Pattani, Menurut A.Teeuw dan Wyatt kerajaan ini berdiri sendiri tanpa aturan dari kerajaan Siam atau Thailand. Fase ini dimulai sekitar

abad ke-14.dimana kerajaan melayu patani telah dibentuk,

“A.Teeuw dan Wyatt berpendapat bahawa Patani telah ditubuhkan sekitar

pertengahan abad ke-14 dan ke-15. Pendapat mereka berasaskan kepada tulisan

Tomes Pires dan lawatan Laksamana Cheng Ho ke rantau ini dalam tahun

1404-1433 T.M. (Teeuw & Wyatt 1970,3). Mengikut Hikayat Patani pula, Kerajaan

Melayu Patani berasal dari kerajaan Melayu yang berpusat di Kota Mahligai yang

diperintah oleh Phya Tu Kerab Mahayana (Teeuw & Wyatt 1970,68).”

Kehidupan Pattani di semenanjung Siam yang strategis menjadi tujuan pedagang

(50)

ramai dan sibuk.Sehingga dalam waktu yang singkat patani telah menjadi kerajaan

yang kuat dan ramai dari segi ekonomi maupun politik.Hubungan patani dengan

luar negeri yang baik menjadikannya selamat dari penjajahan negara Siam,

Portugis dan Belanda.

Islam masuk di kerajaan Melayu-Pattani sekitar abad ke-13. Keadaan yang seperti

ini menjadikan kerjaan melayu patani menjadi tuuan para pedagang pedagang

muslim maupun non muslim dari belahan bumi barat dan menancapkan ajaran

agama Islam pada sekitar abad ke-13.

Beberapa bagian dimana kerajaan melayu Pattani mendapatkan hak

otonomi dari kerajaan Siam sebelum tahun 1808 M. Dan lambat laun mendapat

pengaruh dari Sukhotai. Penjelasan struktur melayu patani di bawah kekuasan

(51)

Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa muslim Pattani menjadi minoritas

yang sepenuhnya diatur dibawah kekuasaan Thailand. Hingga pada akhirnya

muslim Thailand yang berada di wilayah selatan Thailand dibagi dalam empat

propinsi, Patani, Yala, Narathiwat dan Patuni.

Dimana masuknya pengaruh pengaruh barat pada awal abad ke-19 telah

merubah Siam menjadi modern pada berbagai bidang, ekonomi, politik dan

pendidikan, hal serupa telah memberi pengaruh pada generasi muda muslim

Thailand selatan yang selama ini dalam kekuasaan Thailand dan menumbuhkan Pre-1808 Patani was an autonomous state and gradually came under Sukhothai

influence as a vassal state and under Ayutthaya control as a tributary

state.

1808 Bangkok ruled and divided Patani into 7 muang [states]: (1) Patani (2)

Nongchik (3)Yaring (4) Raman (5) Yala (6) Saiburi (7) Rangae

1832

1838

Revolts in the “Seven States”

1901 Bangkok under Rama V launched a central administration of the

provinces and issued the “Regulations Concerning the Administration of the Area of the Seven Provinces” which aimed at increasing centralized

Thai control over the area.

1902 Raja of Patani, Abdul Kadir, led a rebellion against the Thai Reform.

1906 The “Seven States” were made into a Circle[monthon] Patani

1909 The Anglo-Siamese Agreement established the present border between

Thailand and Malaysia.

1932 Revolution overthrew the monarchy

1933 Abolished the Circle system; re-organization of the southernmost area

into (1) Pattani Province (2) Yala Province (3) Narathiwat Province and

(52)

semangat nasionalisme dalam diri mereka untuk menjadi merdeka dan berdiri

sendiri dari kekangan Thailand.

Dimulailah perjuangan untuk menuntut kemerdekaan bagi wilayah muslim

Thailand pattani dan empat wilayah lainnya di Thailand selatan. Kesempatan

untuk merdeka semakin terbuka lebar ketika terjadi terjadi perang pasifik dengan

Thailand dan Jepang melawan Britain dan Amerika.Setelah kekalahan Britain di

melayu dan kekalahan Amerika di Hawai, pada 21 Disember 1941, Pibul

Songgram berpihak kepada Jepang. Sebagai imbalan, Jepang berjanji akan

menyerahkan wilayah melayu utara, Kelantan, Kedah, Trengganu dan Perlis

Kepada Thailand.

Pada 25 januari 1941, Thailand mengobarkan perang melawan Britain,

akan tetapi berbeda dengan Amerika yang membiarkan kedua negara tersebut

bertikai. Hal ini dimanfaatkan oleh Pattani dan wilayah muslim Thailand selatan

untuk memanfaatkan Britain membantu mereka merdeka dari belenggu Thailand

dan dipimpin oleh tengku Muhyidin.

Akan tetapi Britain mempunyai kehendak lain dibalik perseteruannya dengan

Thailand sehingga tengku Muhyidin sadar bahwasanya dirinya telah menajadi

mangsa percaturan politik Britain-Thailand.

Kegagalan tengku Muhyidin dalam membebaskan wilayah selatan Thailand telah

menggalakkan ulama muslim untuk turun berjuang di wilayah terbuka. Akan

tetapi mereka sadar bahwa keadaan politik yang ada menjadikan mereka sulit

(53)

mengakui kedaulatan Thailand pada 1 janurai 1941. Hal ini menyisakan satu

solusi bagi umat muslim di Thailand selatan, yaitu menuntut otonomi penuh bagi

empat wilayah Thailand selatan dari penguasa thailand.

Kegagalan merebut kemerdekaan bagi wilalyah muslim di Thailand

selatan telah memunculkan gerakan gerakan baru yang lebih besar. Pada tahun

1950 dan seterusnya hubungan melayu muslim Thailand selatan dengan penguasa

Thailand diliputi ketidakpercayaan, kecurigaan dan kesalah pahaman yang

berlarut larut. Hal itu dikarenakan ketidak setujuan komunitas muslim pada aturan

aturan dan proses asimilasiyang dilakukan oleh pemerintah Thailand kepada

komunitas muslim,

Pada tahun 1970, diberlakukan operasi pembersihan gerakan

anti-pemerintah diwilayah muslim Thailand selatan. Keadaan menekan tersebut

menimbulkan reaksi keras dari komunitas muslim dengan bermunculannya

gerakan pemberontakan dan pembebasan wilayah muslim Thailand selatan;

Barisan Nasional Pembebasan Pattani (BNPP), Barisan Revolusi Nasional (BRN),

Bertubuhan perpaduan Pembebasan Pattani (PPPP) atau PULO. Yang menjadi

motor pergerakan pembebasan muslim Pattani dan

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Beragama

Referensi

Dokumen terkait

Orang Lampung suka akan kemegahan dan ingin dihormati sehingga mereka menginginkan naik gelar ke gelar yang paling tinggi yaitu penyimbang, jika dalam masyarakat saibatin

Hukum Perdata (Keluarga) Islam Indonesia dan Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Muslim: Studi Sejarah, Metode Pembaruan, dan Materi & Status Perempuan

Mata pelajaran fiqih, dapat memberi siswa pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan yang baik terhadap nilai-nilai atau hukum-hukum Syariat Islam, sehingga mereka mengetahui

Adapun mengenai pemikiran Azyumardi Azra terhadap pendidikan Islam yakni perhatiannya terhadap demokratisasi dan modernisasi pendidikan Islam dengan tujuan agar

Tujuan merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu sangat penting sebab menentukan

Polittik pemerintah Thailand menjadi tekanan terhadap masyarakat Melayu sehingga masyarakat Melayu diwaktu itu sehingga tidak berani untuk mempergrakdalam tidak

orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena

adalah orang-orang yang diikat hatinya untuk mencondongkan mereka pada Islam,. atau untuk mengokohkan mereka pada Islam, atau untuk menghilangkan