• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DAN PENDEKATAN DIRECT INSTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 2 BANGSRI JEPARA TAHUN AJARAN 2016/20117 - STAIN Kudus Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DAN PENDEKATAN DIRECT INSTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 2 BANGSRI JEPARA TAHUN AJARAN 2016/20117 - STAIN Kudus Repository"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kemajuan

suatu bangsa. Hal tersebut sudah terbukti bahwa berbagai bangsa di dunia

menempatkan sektor pendidikan sebagai garda terdepan dalam prioritas

pembangunan bangsa. Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan yang

menentukan terhadap eksistensi dan perkembangan masyarakat, oleh karena

itu pendidikan merupakan proses usaha melestarikan, dan mengalihkan serta

menstransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya

kepada generasi penerus. Demikian pula dengan pendidikan Agama Islam.1 Kegiatan penelitian dan pembelajaran bidang studi agama di sekolah

adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa dan

berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber

utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.2

Pendidikan agama merupakan bagian dari kurikulum pendidikan yang

termuat dalam UUSPN No. 20/2003 pasal 37 ayat (1).3 Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang

bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain

dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk

mewujudkan persatuan nasional.4

1

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner), Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hlm. 11.

2

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikn Nasional Di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2006, hlm. 38.

3

Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 66.

4

(2)

Pendidikan agama Islam mempunyai kedudukan dan peranan yang

sangat penting dalam pembangunan nasional dan keberhasilan pembangunan

di segala bidang.5 Demikianlah, sejauh menyangkut fungsinya, pendidikan Islam mempunyai peranan penting dalam peningkatan kualitas SDM sesuai

dengan cirinya sebagai pendidikan agama, secara ideal pendidikan Islam

berfungsi dalam penyiapan SDM yang berkualitas tinggi, baik dalam

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam hal karakter, sikap

moral, dan penghayatan serta pengamalan ajaran agama. Singkatnya,

pendidikan Islam secara ideal berfungsi membina dan menyiapkan anak didik

yang berilmu, berteknologi, berketrampilan tinggi dan sekaligus beriman dan

beramal shaleh.6

Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus sedapat

mungkin memahami hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan objek

pendidikan.7 Ketepatan memilih metode dan pendekatan pembelajaran yang tidak saja membuat proses pembelajaran menarik tetapi juga memberikan

ruang bagi siswa untuk berkreatifitas dan terlibat secara aktif sepanjang proses

pembelajaran. Memudahkan pembelajaran bagi murid adalah tugas pendidik.

Hingga saat ini pelaksanaan pendidikan agama yang berlangsung di

sekolah masih dianggap kurang berhasil dalam menggarap sikap dan perilaku

keberagamaan peserta didik.8 Fakta lainnya adalah bahwa pembelajaran bidang studi agama di sekolah lebih di dominasi pencapaian kemampuan

kognitif dan kurang mengakomodasikan pengetahuan afektif dan

psikomotorik peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran PAI disekolah masih

menunjukan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti

halnya proses pembelajaran PAI di sekolah saat ini masih sebatas sebagai

proses penyampaian pengetahuan tentang agama Islam. Hanya sedikit yang

arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa. Hal ini

5

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm, 64.

6

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, 2006, hlm. 31.

7

Abdul Mujib, Ibid., hlm. 104.

8

(3)

dapat dilihat pada proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan

ceramah. Proses sudah dipahami oleh siswa. Artinya metode ceramah yang

digunakan guru ketika mengajar PAI berpeluang besar gagalnya proses

internalisasi nilai-nilai agama Islam pada diri siswa. Hal ini menyebabkan

siswa kurang termotivasi untuk belajar materi PAI. Akibatnya, siswa kurang

memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi

PAI yang menyebabkan tidak adanya motivasi siswa untuk belajar materi PAI.

Untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan maka dibutukan pendekatan

pembelajaran yang mampu untuk membuat siswa tertarik dan mengkondisikan

pembelajaran itu berpusat padanya (student centered) dalam proses

pembelajaran tersebut.9

Memperhatikan tantangan PAI disekolah tersebut di atas, agaknya

reaktualisasi yang diperlukan adalah menyangkut aspek metodologi

pembelajaran dari yang bersifat dogmatis-doktriner dan tradisional menuju

kepada pembelajaran yang lebih dinamis-aktual.10

Dalam dunia pendidikan, paradigma lama mengenai proses

belajar-mengajar bersumber pada teori (asumsi) tabula rasa John Locke. Locke

mengatakan bahwa pikiran seorang anak seperti kertas kosong yang putih

bersih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata lain, otak

seorang anak ibarat botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu

pengetahuan dan kebijaksanaan sang mahaguru.11 Berdasarkan asumsi ini dan asumsi yang sejenisnya, banyak guru melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar

mengajar seperti memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa. Tugas guru

adalah memberi dan tugas siswa adalah menerima. Guru memberi informasi

dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingatnya. Siswa adalah

penerima pengetahuan yang pasif dan guru memilki pengetahuan yang

nantinya akan dihafal oleh siswa.

9

Haidar Putra Daulay, Op.Cit., hlm. 46.

10

Muhaimin, Op.Cit., hlm. 31.

11

(4)

Guru memberikan informasi dan mengharapkan siswa untuk

menghafal dan mengingatnya, menurut pandangan ini siswa merupakan

penerima pengetahuan yang pasif. Paradigma lama ini juga berarti jika

seorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti

akan dapat mengajar. Dia tidak perlu tahu mengenai proses belajar mengajar

yang tepat. Dia hanya perlu menuangkan apa yang diketahuinya kedalam

botol kosong yang siap menerimanya. Banyak guru mengagnggap paradigma

lama ini sebagai satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode

ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat, dan hafal.12 Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah

suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai

bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah

lakunya, ketrampilannya, kecakapannya, daya reaksinya, daya penerimaannya

dan lain-lain yang ada pada diri individu. Oleh karena itu belajar adalah proses

yang aktif, belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat

melalui berbagai pengalaman.13

Dalam konteks pendidikan agama Islam sudah saatnya kita merubah

paradigma pengajaran yang selama ini lazim digunakan dalam proses belajar

mengajar PAI ke arah paradigma pembelajaran. Bukan rahasia lagi bahwa

paradigma belajar mengajar PAI kita selama ini masih berorientasi pada

pengajaran ketimbang pembelajarannya. Akibatnya dikalangan siswa, PAI

seringkali dipandang sebagai mata pelajaran yang menjemukan, sarat dengan

dogma dan indoktrinasi norma-norma agama yang kurang membuka ruang

bagi siswa untuk lebih kritis dan kreatif dalam proses belajar mengajar. Tidak

mengherankan jika kemudian siswa menjadi malas dan kurang bersemangat

mengikuti mata pelajaran ini.14 Hasil studi Xavery menyimpulkan

12

Anita lie, Ibid., hlm. 3.

13

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1989, hlm. 28.

14

(5)

kurangnya terdapat tiga masalah pokok yang melatarbelakangi keengganan

peserta didik mempelajari suatu mata pelajaran.

Pertama, masalah teknik pembelajaran yang tidak menumbuhkan

motivasi siswa. Kedua, eksistensi guru bukan sebagai fasilitator yang

membelajarkan siswa, melainkan pribadi yang belajar dan menggurui siswa.

Ketiga, penyampaian pesan pembelajaran dengan media yang kurang

interaktif dan atraktif.

Meskipun tidak di dukung data-data empiris hasil penelitian dapat

dilihat secara umum bahwa pembelajaran PAI di sekolah-sekolah masih

dihinggapi tiga persoalan tersebut diatas. Padahal dengan pemberlakuan

kurikulum 2013 peluang untuk menerapkan “paradigma pembelajaran” dalam kegiatan belajar mengajar PAI menjadi semakin mendesak dilakukan

mengingat posisi penting pendidikan agama Islam dalam sistem pendidikan

yang wajib diajarkan disemua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan dan

perannya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.15

Tuntutan dalam dunia pendidikan kini sudah banyak berubah. Kita

tidak bisa mempertahankan paradigma lama tersebut. Teori, penelitian, dan

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membuktikan bahwa para guru sudah

harus mengubah paradigma pengajaran. Pendidik perlu menyusun dan

melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan beberapa pokok

pemikiran yang mengacu pada aspek siswa dimana pengetahuan ditemukan,

dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri.16 Sehingga siswa membangun pengetahuannya secara aktif dan pengajar perlu berusaha

mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. Selain itu guru juga

harus mampu mengkondisikan kegiatan pembelajaran dalam pengembangan

kognitif siswa. Siswa harus dikondisikan dalam suasana interaksi dengan

orang lain, seperti antar siswa, antar siswa dengan guru dan siswa dengan

15

Qowaid, dkk, Ibid., hlm. 7.

16

(6)

masyarakat. Dengan interaksi intensif siswa akan mudah membangun

pemahamannya.

Dalam pengajaran di kelas guru hendaknya dapat memahami apa yang

sedang dialami siswa baik secara psikologis maupun sosiologis. Dengan

mengetahui perkembangan siswa maka akan memudahkan guru dalam

melaksanakan sistem pengajaran di kelas dan mencapai hasil belajar yang

optimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah

penggunaan pendekatan belajar. Seorang guru harus menggunakan

pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan proses pembelajaran.17

Salah satu prinsip pendekatan pembelajaran adalah guru tidak begitu

saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswalah yang harus aktif

membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Dalam suatu proses

pengembangan model-model pembelajaran melahirkan berbagai konsep

pendekatan belajar yang telah kita kenal yakni adalah pendekatan

konstruktivisme dan pendekatan direct instruction.

Adapun prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan

konstruktivisme telah melahirkan berbagai macam model-model

pembelajaran dan dari berbagai pandangan tersebut terdapat pandangan yang

sama bahwa dalam proses belajar siswa adalah pelaku aktif kegiatan belajar

dengan membangun sendiri pengetahuan berdasarkan

pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Tugas guru dalam pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan kontruktivis adalah membantu agar siswa mampu

membangun pengetahuannya sesuai dengan situasi konkrit, sehingga hasil

pembelajaran dapat ditingkatkan.18 Siswa tidak hanya menghafal fakta-fakta atau konsep-konsep dalam memperoleh pengetahuannya, tetapi siswa juga

bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

ketrampilan barunya. Sedangkan fokus utama dari pendekatan pembelajaran

17

La Iru dan La Ode Safiun Arihi, Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-Model Pembelajaran, Multi Presindo, Kendari, 2012, hlm. 3.

18

(7)

direct instruction adalah pelatihan-pelatihan yang dapat diterapkan dari

keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Tahap penting

dalam pengajaran langsung ini salah satunya adalah guru mempersiapkan dan

melaksanakan pelatihan terbimbing (keterlibatan siswa secara aktif dalam

pelatihan).19 Sehingga dalam pendekatan direct instruction ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas.

Pengembangan sistem pembelajaran pendidikan agama Islam

memerlukan jasa ilmu pembelajaran pada umumnya, sehingga diperlukan

upaya adaptasi terhadap perkembangan pembelajaran, disertai dengan

identifikasi sesuai dengan karakteristik pendidikan agama Islam itu sendiri.

Oleh karena itu perlu dicarikan solusi pemecahan agar pembelajaran PAI

dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa melalui upaya pengembangan

sistem pembelajaran PAI.

Upaya dalam pengembangan sistem pembelajaran pendidikan agama

Islam, salah satunya adalah dengan mengadaptasi gaya pembelajaran melalui

pendekatan konstruktivistik dan pendekatan direct instruction yang sesuai

dengan karakteristik dari pendidikan agama Islam. Penerapan pendekatan

konstruktivistik (constructivist) dan pendekatan direct instruction merupakan

pendekatan pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa. Siswa tidak

hanya menghafal fakta-fakta atau konsep-konsep dalam memperoleh

pengetahuannya, tetapi siswa juga bekerja sendiri, menemukan sendiri,

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. Dengan begitu,

siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang

baru dipelajarinya.

19

(8)

Berdasarkan latar belakang dan pemikiran diatas penulis tertarik untuk

meneliti fenomena diatas dengan judul “Pengaruh Penerapan Pendekatan

Konstruktivistik dan Pendekatan Direct Instruction Terhadap Hasil

Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2

Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka rumusan masalah yang akan

dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh penerapan pendekatan Konstruktivistik terhadap hasil

belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2

Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2016/2017?

2. Adakah pengaruh penerapan pendekatan Direct Instruction terhadap hasil

belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2

Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2016/2017?

3. Adakah pengaruh penerapan pendekatan Konstruktivistik dan pendekatan

Direct Instruction terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Negeri 2 Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang

ingin dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan pendekatan

Konstruktivistik terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Negeri 2 Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2016/2017.

2. Untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan pendekatan Direct

Instruction terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama

(9)

3. Untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan pendekatan

Konstruktivistik dan pendekatan Direct Instruction terhadap hasil belajar

siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2

Bangsri Jepara Tahun Ajaran 2016/2017.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan yang baik secara

teoritis maupun praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

a. Manfaat penelitian ini dapat membuktikan bahwa pendekatan

konstruktivistik dan pendekatan direct instruction dapat diterapkan

dengan baik, maka peserta didik akan mampu meningkatkan hasil

belajar melalui pengalaman belajarnya.

b. Bahan acuan bagi para peneliti selanjutnya yang ingin melakukan

penelitian terkait dengan pengaruh penerapan pendekatan

konstruktivistik dan pendekatan direct instruction terhadap hasil

belajar peserta didik.

2. Manfaat Praktik

a. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dan menumbuhkan pengetahuan dan rasa ingin tahu

pada materi ajar pendidikan agama Islam.

b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki dan

meningkatkan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam

pembelajaran.

c. Bagi Sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih

yang baik dalam meningkatkan pendidikan sekolah khususnya dalam

mata pelajaran pendidikan agama Islam.

d. Bagi Penulis

Dapat memberikan pengalaman khazanah keilmuan serta pengetahuan

dan juga sebagai acuan untuk mengaplikasi pengetahuan dalam

Referensi

Dokumen terkait

[r]

hasil penelitian Irjayanti sejalan dengan penelitian Anes et al (2015) yang menunjukkan hubungan yang siginifikan antara kadar debu semen dengan gangguan fungsi paru dengan p-

Ketika kebutuhan pangan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka manusia mulai melaksanakan perluasan lahan pertanian secara besar-

dalam ilmu pengetahuan perlu diusahakan secara optimal, nilai- nilai instrumental yang diusahakan tersebut perlu diarahkan dan digunakan untuk semakin dapat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dalam media pembelajaran berbasis Movie Maker serta untuk mengetahui respons dari peserta didik untuk mengembangkan

tersebut menunjukkan bahwa aktivitas analgesik senyawa asam 2-(3- klorobenzoiloksi)benzoat lebih tinggi daripada aktivitas analgesik senyawa asam asetilsalisilat

Jobdiscribtion : Pemilik saham terbesar, sebagai dewan Pengawasan dan Evaluasi seluruh rumah makan PTM. Serta menjadi atasan para pimpinan RM PTM setiap cabang

pelatihan pembuatan kerajinan tangan berupa kalung dari manik-manik untuk anak-anak dusun loputihc. Diana Rahayu