• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK PETANI KELAPA DAN PRODUKSI KOPRA RAKYAT DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK PETANI KELAPA DAN PRODUKSI KOPRA RAKYAT DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA Zeth Patty

Dosen Agroforestri Politeknik Perdamaian Halmahera – Tobelo ABSTRACT

The aim of this research was (1) to know the characteristic of coconut farmers (2) to analyse the factors infl uencing the production of copra, (3) to determine the infl uenc-ing of secondary crops on copra production. The location of this research was selected to avoid subjective sample selection. The collection of primary data was conducted through direct interview by utilizing a questionnaire. Farmer information was presented in the form of descriptive statistic data, for the factors infl uencing copra production, multiple linear regression with least square method (OLS) was used. The result of this research indicates that : (1) farmer but age group was 26 - 60 years 86,67%; about 57,78% had secondary education (SLTP and SLTA); and 30% of farmers planted their coconut trees using ideal plant spacing with 107 - 126 trees per hectare (2) factors infl uence copra production are : number of labourers, number of coconut trees, farmer experience and existence of secondary crops either as perennial or annual crop types (3) Cultivation of annual crops as secondary crops had an signifi cant infl uence on increasing copra production

Key words : characteristic, copra production, secondary crop PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang kehidupan perekenomiannya tidak bisa lepas dari sektor pertanian. Hal ini karena sektor pertanian, masih tetap memegang peranan penting yakni sebagai penyedia bahan pangan bagi seluruh masyarakat, serta menopang pertumbuhan industri dalam hal penyediaan bahan baku industri.Sub sektor perkebunan, merupakan bagian dari sektor pertanian yang memberikan kontribusi besar dalam perekonomian Indonesia. Secara umum tanaman perkebunan mempunyai peranan yang besar, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, pendapatan dari ekspor dan sumber pertumbuhan ekonomi.

Tanaman kelapa (Cocos nucifera. Linn.) dalam perekonomian Indonesia merupakan salah satu komoditi strategis karena perannya yang sangat besar, baik sebagai sumber pendapatan maupun sumber bahan baku industri. Data Direktorat Jenderal Perkebunan menunjukkan bahwa luas tanaman kelapa Indonesia mencapai 3.728.600 ha, sekitar 92,40% diantaranya adalah kelapa dalam yang diusahakan sebagai perkebunan rakyat, sedangkan kelapa hibrida hanya sekitar 4%. Salah satu produk olahan dari kelapa yang cukup potensial diperdagangkan

di pasar dunia adalah kopra, yang merupakan hasil pengeringan daging kelapa, dan banyak diusahakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan baku pembuatan minyak kelapa. Konsumsi kopra dalam pasar internasional dikelompokkan ke dalam sektor industri (bahan baku), karena kopra tidak dapat dikonsumsi langsung oleh konsumen akhir tetapi harus diubah menjadi Crude Coconut Oil (CCO), yang kemudian diubah menjadi minyak goreng, bahan baku olekimia untuk pembuatan sabun, kosmetik, dan lain sebagainya. Negara-negara yang dikenal sebagai penghasil utama kopra antara lain Filipina, Indonesia, India, Meksiko, Thailand dan Srilangka.

Data BPS Halmahera Utara tahun 2009, menunjukkan bahwa tanaman kelapa masih menjadi tanaman unggulan di daerah ini, dengan luas areal perkebunan kelapa mencapai 61.143,65 hektar dengan produksi ± 83.379,60 ton per tahun, dan jumlah petani kelapa yang mencapai 36.112 kepala keluarga. Luasnya perkebunan kelapa di daerah ini karena tanaman kelapa ( Cocos nucifera. Linn) memang sudah lama dikenal di daerah Halmahera Utara, sejak diintroduksi sekitar awal abad 19 yang lalu. Secara turun-temurun tanaman kelapa diusahakan sebagai tanaman

(2)

Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010

pekarangan, baik untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan, obat bahkan bahan kosmetika tradisional. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke daerah-daerah di Pasifik merupakan awal dimulainya usaha komersialisasi kelapa dalam bentuk perkebunan di daerah Pasifi k, termasuk daerah Tobelo di Kabupaten Halmahera Utara, yang kemudian dikenal dengan daerah WKO (Wari Klapper Onderneming dan Wosia Klapper Onderneming). Hal ini juga telah mendorong perkembangan usaha kelapa rakyat, tetapi terbatas dalam skala kecil. (Nanere, 2007).

Potensi kelapa di atas, mestinya menjadi potensi yang luar biasa bagi pengembangan ekonomi masyarakat, namun sayangnya kondisi yang terjadi adalah potensi yang ada belum dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga belum mampu melepaskan masyarakat dari kondisi kemiskinan. Kondisi kemiskinan di Halmahera Utara sampai saat ini masih cukup memprihatinkan. Hasil analisis dengan menggunakan 15 variabel kriteria penentuan status desa, menunjukkan bahwa 80% dari 196 desa, pada 17 kecamatan di kabupaten ini, dikategorikan desa tertinggal, dengan 19% penduduknya tergolong miskin. Masih tingginya tingkat kemiskinan masyarakat yang diduga sebagai akibat dari rendahnya produksi kopra dan pendapatan yang diterima. Kondisi ini dianggap perlu mendapat perhatian berbagai pihak terutama pemerintah daerah untuk mengkaji lebih jauh berbagai hal yang terkait dengan produksi kopra rakyat dan pendapatan yang diterima petani kelapa di daerah ini. Berdasarkan penjelasan

di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui karakteristik petani kelapa di Halmahera Utara, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopra, (3) mengetahui pengaruh tanaman sela terhadap produksi kopra.

METODE PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini mengunakan metode analisis deskriptif, yakni memusatkan pada suatu kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwapada masa sekarang (Nazir, 1983). Daerah sampel ditentukan secara sengaja (purposive sampling) yakni di Kecamatan Tobelo Selatan, Galela Barat dan Kao Utara, pada periode panen 2009 / 2010. Penentuan daerah penelitian didasarkan pada pertimbangan kecamatan tersebut merupakan daerah dengan luas lahan kelapa dan produksi kopra tertinggi di masing-masing wilayah. Petani sampel diambil secara acak (simple random sampling) sebanyak 90 petani sampel.

Analisis Data

Untuk karakteristik petani kelapa dijelaskan secara kualitatif dengan menggunakan metode statistik deskriptif, sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopra digunakan Metode Regresi Linier Berganda, disesuaikan dengan pendapat Soekartawi (2003) maupun Widarjono (2007), sebagai berikut :

ln Y = β0 + β1 ln X1 + β2 ln X2 + β3 ln X3 + β4 ln X4 + β5 ln X5 + β6 ln X6 + d1D11 + d1D12 + e Keterangan :

Y (Prod) : Produksi kopra (Kg) β0 : Intercept

β1, β2, β3, βn : Koefi sien regresi

X1 (Labour) : Jumlah tenaga kerja (HOK) X2 (Trees) : Jumlah tanaman menghasilkan

(pohon)

X3 (Age_trees): Umur tanaman kelapa (tahun) X4 (Land) : Luas lahan kelapa (ha) X5 ((Edu) : Pendidikan petani (tahun) X6 (Exprc) : Pengalaman Petani (tahun) D11 : D u m m y t a n a m a n s e l a tahunan d11 = 1 : Tanaman tahunan d11 = 0 : lainnya D12 : D u m m y t a n a m a n s e l a semusim d12 = 1 : Tanaman semusim d12 = 0 : lainnya

e : Faktor pengganggu (error) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan komoditi kopra dilakukan dengan pengujian model secara statistik yakni :

• Uji Koefisien Determinasi (R2) untuk mengukur proporsi atau persentase dari total variasi variabel dependen (Y) yang dapat

(3)

Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010

independen yang bersangkutan berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen.

Agar menghasilkan model regresi yang BLUE, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang diuji dalam penelitian ini yaitu :

Uji Multikolinieritas, untuk menguji apakah terdapat hubungan linier antara variabel independen di dalam regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Menurut Gu-jarati (2006), untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas, digunakan uji nilai koefi -sien korelasi, dimana apabila nilai koefi -sien korelasi ≥ 0,8 maka variabel bebas tersebut terjadi multikolinearitas dan sebaliknya jika nilai koefsien korelasi ≤0,8 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Uji Heterokedastisitas, untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidak-samaan varians dari residual satu pengama-tan ke pengamapengama-tan yang lain. Prosedur uji heteroskedastisitas dilakukan dengan meng-gunakan Uji White (Widarjono, 2007). Uji White didasarkan pada jumlah sampel (n) dikalikan dengan R2 yang akan mengikuti distribusi chi-squared dengan degree of free-dom sebanyak variabel independen, tidak termasuk konstanta. Mencari nilai F hitung dengan rumus (Widarjono, 2007) :

2 2

.

R

X

Df

n

=

Keterangan :

R2 = Koefi sien determinasi n = jumlah observasi

Jika nilai X2

hitung ≥ X2tabel , hipotesis nol (H0) ditolak, berarti terjadi heteroskedastisitas.

Jika nilai X2

hitung < X2tabel , hipotesis alternatif (Ha) ditolak, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi kondisi homoskedastisitas.

Ada atau tidak masalah heteroskedastisitas diketahui dengan cara membandingkan nilai probabilitas yang dihasilkan dengan nilai α 5%. Jika nilai probabilitas chi-squared lebih besar dari α 5%, maka dugaan adanya masalah heteroskedastisitas tidak signifi kan.

dijelaskan oleh variasi variabel independen (X). Koefi sien R2 diformulasikan sebagai berikut : (Widarjono, 2007)

[

]

[

2

]

2 2

(

)

ˆ

(

Y

Yi

Y

Y

R

Σ

Σ

=

Keterangan :

R2 = Koefi sien Determinasi

= Hasil estimasi nilai variabel dependen

Y

= Rata-rata nilai variabel dependent

Yi

= Nilai observasi variabel dependent ke i

Uji Signifi kansi Simultan (Uji F) untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependent, (Gujarati, 2006). Mencari nilai F hitung dengan rumus : (Widarjono, 2007)

)

(

/

)

1

(

)

1

(

/

2 2

k

n

R

k

R

F

=

Keterangan :

R2 = Koefi sien determinasi

K = Jumlah parameter yang diestimasi termasuk konstan

n = jumlah observasi

• Uji Signifikasi Individual (Uji t), untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Mencari nilai t hitung dengan rumus : (Gujarati, 2006)

i

S

i

t

hitung

β

β

=

Keterangan :

i

b

= Koefi sien Regresi variable ke i

i

Sb

= Standart error variabel ke-i

Jika nilai

t

hitung >

t

tabel , berarti hipotesis nol (H0) ditolak, berarti bahwa variabel independen bersangkutan berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen.

Jika nilai thitung

ttabel , berarti hipotesis alternatif (Ho) diterima, berarti bahwa variabel

Yi

i

S

i

β

β

(4)

Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Petani

Dalam bagian ini akan diuraikan tentang karakteristik petani kopra rakyat di Kabupaten Halmahera Utara yang antara lain meliputi umur petani, pengalaman, pendidikan formal yang pernah diikuti, serta luas lahan yang dikuasai. Distribusi umur dan pendidikan petani sampel mengikuti kategori umum di Indonesia, sedangkan distribusi pengalaman, jumlah tenaga kerja tangga menggunakan nilai interval antara nilai maksimum dan nilai minimum dari seluruh petani sampel yang berjumlah 90 orang. 1. Umur Petani

Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kemampuan kerja seseorang. Demikian juga dengan petani, umur petani sangat berhubungan erat dengan kemampuan fi sik petani dalam mengerjakan usahataninya. Umumnya semakin bertam-bah umur seseorang akan diikuti dengan makin menurunnya kemampuan fi siknya untuk mengerjakan pekerjaan dibebankan kepadanya. Data umur dapat dipakai se-bagai dasar untuk mengelompokkan petani ke dalam kelompok umur produktif atau kelompok umur yang sudah tidak produktif lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah petani sampel terdistribusi pada kel-ompok umur produktif yakni 26 - 60 tahun sebesar 86,67 %. Sisanya adalah petani yang sudah kurang produktif (kelompok umur 61-80 tahun) sebesar 13.33%.

2. Pendidikan Petani

Tingkat pendidikan petani akan mem-pengaruhi keberhasilan usahatani yang dijalankannya. Umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan petani, akan semakin mudah menerima dan menerapkan teknologi baru dalam usahatani, sehingga diharapkan tingkat keberhasilan usahatani dapat dit-ingkatkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum petani sampel pernah mengikuti pendidikan formal, meskipun terbatas pada pendidikan dasar dan menen-gah, dan hanya sekitar 10% dari jumlah petani sampel yang tidak menyelesaikan Pendidikan Dasar. Proporsi petani yang

berhasil menyelesaikan pendidikan dasar (SD) atau berpendidikan rendah berkisar 26,67%, sementara jumlah petani yang berpendidikan menengah (SLTP dan SLTA) mencapai 57,78%, sedangkan petani yang pernah mengikuti pendidikan tinggi hanya berjumlah 5 orang atau 5,55 %.

3. Pengalaman Petani

Pengalaman berusahatani adalah laman-ya petani menekuni kegiatan usahataninlaman-ya. Petani yang telah memiliki pengalaman kerja yang lebih biasanya akan memberikan hasil dan kemampuan kerja yang lebih baik dibandingkan dengan yang belum berpen-galaman. Umumnya petani kelapa telah mengenal metode pengolahan kopra sejak masih muda. Karena pengolahan kopra pada usahatani kelapa rakyat di Kabupaten Hal-mahera Utara merupakan hal yang ditekuni secara turun temurun dengan teknologi yang masih sangat tradisional. Ini menyebabkan faktor pengalaman akan sangat penting artinya bagi petani.

Karakteristik Usahatani Kelapa

1. Luas Lahan Kelapa

Lahan yang dikuasai petani merupakan salah satu faktor produksi penting dalam berusahatani. Banyak cara yang sering diapaki untuk mengukur besar kecilnya usahatani. Ukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas tanaman utama sesuai dengan yang dikemukakan oleh Her-nanto (1996). Distribusi Petani Menurut Ukuran Luas Lahan Kelapa di Kabupaten Halmahera Utara secara detail ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Petani Menurut Ukuran Luas La-han Kelapa di Kabupaten Halmahera Utara.

Luas Lahan (hektar)

Jumlah Petani Per Kecamatan (Orang) Galela

Barat

Tobelo

Selatan Kao Utara 0,5 – 1 12 13 16

1,1 – 2 6 7 6

2,1 - 3,5 10 5 6

3,5 2 5 2

Jumlah 30 30 30

(5)

Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010

Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan minimum yang dikuasai petani adalah sebesar 0,5 hektar sedangkan luas lahan maksimum adalah 6 hektar. Hal ini berarti petani dilokasi penelitian tidak dikategorikan petani dengan lahan sempit. Umumnya petani kelapa mengusasai lahan yang berukuran 0,5 - 1 hektar, yakni sebesar 45,56% yang sebagian besar terdistribusi pada Kecamatan Kao Utara. Untuk perse-ntase petani dengan ukuran luas lahan 2,1 – 3,5 hektar adalah sebesar 23,33% dari total petani, dan sebagian besar terdistribusi pada Kecamatan Galela Barat. Petani dengan ukuran luas lahan sangat luas (lebih luas dari 3,5 hektar) sebagian besar terdistribusi di Kecamatan Tobelo Selatan dengan perse-ntase sebesar 10% dari total petani. 2. Populasi Kelapa per Hektar

Populasi kelapa diartikan sebagai jumlah tanaman kelapa produktif per hektar, yang dimiliki oleh petani. Pada lokasi penelitian jumlah populasi kelapa per hektar rata-rata adalah sebanyak 144 pohon dengan jumlah minimum sebanyak 47 pohon dan jumlah maximum adalah 196 pohon. Besar kecilnya populasi tanaman kelapa sangat tergantung dari jarak tanam yang diterapkan oleh petani. Jumlah petani terbesar yakni mencapai 30% adalah kelompok petani yang menanam dengan jarak tanam ideal den-gan jumlah populasi 107 – 126 pohon/ha. Petani yang menanam dengan jarak tanam yang lebar hanya berkisar 5,55%, dengan jumlah populasi tanaman 47 – 66 pohon/ha. Populasi yang kecil selain oleh jarak tanam yang lebar juga karena banyaknya tanaman yang rusak atau mati. Sisanya sekitar 2,22% adalah peani yang menanam kelapa dengan jarak tanam yang sangat rapat sehingga populasi tanamannya mencapai 187 – 206 pohon/ha.

3. Umur Tanaman Kelapa

Dalam kondisi pertumbuhan yang optimal, jenis kelapa dalam telah dapat di-panen hasilnya setelah berumur 6 -7 tahun. Produksi buah kelapa akan terus meningkat sampai tanaman kelapa mencapai umur 60 – 65 tahun, bahkan lebih bila kondisi pertum-buhan tanaman tetap baik. Setelah mencapai umur puncak produksi, hasil buah kelapa akan turun secara berangsur-angsur.

Berdasarkan data, terlihat bahwa jumlah petani dominan terdistribusi pada tanaman kelapa berumur 18 sampai dengan 41 tahun yakni sekitar 55,5%. Sisanya sekitar 8,89% adalah petani dengan tanaman kelapa yang berumur muda, sedangkan petani pemilik tanaman tua berkisar 7,78%. Data ini menun-jukkan bahwa sebagian besar petani memi-liki tanaman kelapa yang masih produktif. Besarnya jumlah petani pada kelompok umur tanaman 18 – 41 tahun salah satunya penyebabnya adalah telah dilakukan per-emajaan tanaman kelapa sekitar awal tahun 1980 sampai dengan akhir tahun 1990-an, oleh Dinas Pertanian Kabupaten Maluku Utara, yang menanam sejumlah tanaman baru menggantikan tanaman tua.

Produksi Kopra

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi kopra dihasilkan per petani sampel adalah 4,227 ton dengan nilai produksi maksimum adalah 16,2 ton / tahun (± 5,60 ton pada musim panen pertama) dan nilai produksi minimum adalah 0,63 ton per tahun (±0,25 ton pada musim panen pertama), sedangkan rata-rata produktifi tas lahan adalah 2,014 ton/ha/tahun (± 0,731 ton per /ha per musim panen) dengan nilai produktifi tas lahan maksimum adalah 1,867 ton/ha/musim panen dan nilai minimum 0,25 ton/ ha/musim panen. Secara detail, rata-rata produksi dan produktifi tas kopra menurut musim panen di Kabupaten Halmahera Utara dapat disimak pada tabel 2.

(6)

Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 Tabel 2. Rata-rata Produksi dan Produktifi tas Kopra

Per Musim Panen di Kabupaten Halmahera Utara.

Uraian Per Kecamatan Galela Barat Tobelo Selatan Kao Utara

Produksi Kopra (kg / UT)

Musim Panen I Per Tahun 1.858 5.253 1.480 4.142 1.115 3.288 Produktifi tas (Kg/ha) Musim Panen I Per Tahun 853 2.380 698 1.914 641 1.749

Sumber : Data primer diolah, 2010

Tanaman Sela

Menurut Soeharyanto,dkk (2004), dan Atman, (2007), produksi tanaman kelapa cenderung meningkat apabila di bawahnya ditanami tanaman sela yang dikelola dengan baik. Penanaman tanaman sela oleh petani selain untuk meningkatkan produktivitas lahan, juga sebagai upaya meningkatkan pendapatan usahatani kelapa. Selain itu penanaman tanaman sela oleh petani juga sebagai sumber pendapatan alternative, bila tanaman kelapa sebagai tanaman utama mengalami kegagalan, baik pada produksi karena adanya serangan hama, ataupun terhadap pendapatan akibat jatuhnya harga kopra di pasaran. Kondisi dapat dipahami sebagai bentuk perlindungan petani terhadap keluarganya, artinya masih ada sumber pendapatan usahatani lain yang bisa diharapkan bila produksi tanaman utama mengalami kegagalan. Jumlah petani yang menanam tanaman sela di antara tanaman kelapa dapat disimak pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Petani Kelapa Menurut Lokasi dan Pola Penanaman Tanaman Sela

Jenis Tanaman Sela Jumlah Per Kecamatan Galela Barat Tobelo Selatan Kao Utara Tanaman tahunan Tanaman semusim Tahunan + semusim

Tanpa tanaman sela 17 6 2 5 13 4 1 12 5 2 0 23 Jumlah 30 30 30

Sumber : Data primer diolah, 2010

Data menunjukkan bahwa secara umum petani di lokasi penelitian, dapat dikatakan telah melaksanakan penanaman tanaman sela di antara kelapa. Ini ditunjukkan dengan adanya 66,6%

petani yang telah menanam tanaman sela, baik jenis tanaman tahunan, tanaman semusim maupun pola campuran dengan menanam tanaman tahunan dan semusim bersamaan. Jumlah petani yang paling banyak menanam tanaman sela ditemukan di Kecamatan Galela Barat yakni sebesar 18,88 %, sedangkan petani yang tidak menanam tanaman sela terbanyak berada pada daerah Kecamatan Kao Utara yakni 25,55% dari total petani. Data jenis tanaman sela yang ditanam, menunjukkan bahwa petani cenderung menanam jenis tanaman tahunan yakni sekitar 38,88%, sedangkan untuk tanaman semusim hanya berkisar 13,33% dari total petani. Jenis tanaman sela tahunan yang ditanami petani adalah tanaman pala dan kakao, sedangkan jenis tanaman semusim antara lain pisang, ubi-ubian dan jagung

Data yang ada juga menunjukkan bahwa jumlah petani yang tidak melakukan penanaman tanaman sela relatif besar yakni sebesar 44,44%. Besarnya jumlah petani yang tidak melakukan penanaman tanaman sela di lokasi penelitian disebabkan kurangnya pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki tentang cara mengusahakan jenis tanaman baru selain tanaman kelapa.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kopra

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopra digunakan analisis regresi berganda dengan model Ordinary Least Square (OLS). Produksi kopra yang dianalisis adalah produksi kopra pada saat penelitian dilaksanakan yaitu produksi musim panen I. Hasil analisis regresi secara rinci ditampilkan pada Tabel 4.

(7)

Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010

Tabel 4.Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kopra di Kabupaten Halmahera Utara

Variabel Dependent (Y) : Produksi Kopra

Variabel Expected Sign Koefi sienRegresi Std Error t-statistik Prob.

Constant + 1,041 0,742 1,402 0,1645 Labour (lnX1) + 0,240** 0,100 2,389 0,0192 Trees (lnX2) + 0,692*** 0,132 5,204 0,0000 Age_Trees (lnX3) _ -0,035ns 0,087 -0,411 0,6820 Land (lnX4) + 0,007ns 0,054 0,132 0,8947 Edu (lnX5) + 0,054ns 0,120 0,448 0,6551 Exprc (lnX6) + 0,213** 0,092 2,316 0,0231 Sela Tahunan (D11) + 0,167** 0,079 2,099 0,0388 Sela Semusim (D12) + 0,245** 0,102 2,395 0,0189 R-squared 0,8186 F-statistic 45,69

Adjusted R-squared 0,8006 Prob(F-statistic) 0,000*** Durbin-Watson stat 1,9082

Sumber : Analisis data primer, 2010 Keterangan :

***= Signifi kan pada tingkat kepercayaan 99 % ** = Signifi kan pada tingkat kepercayaan 95 %

* = Signifi kan pada tingkat kepercayaan 90 % Berdasarkan hasil regresi yang ditampilkan pada Tabel 4, maka dapat disusun persamaan regresinya sebagai berikut :

LnProd = 1,0410 + 0,2403Lnlabour + 0,6920LnTrees – 0,0357LnAge_trees + 0,007Lnland + 0,0541Lnedu + 0,2134Lnexprc + 0,1670d11 + 0,2453d12

Uji Statistik

Hasil uji regresi yang didapat kemudian dilanjutkan dengan uji statistik. Uji statistik yang dilakukan terhadap hasil regresi factor-faktor yang mempengaruhi produksi kopra dengan model Ordinary Least Square (OLS), meliputi uji ketepatan model (goodness of fi t) yang ditunjukkan oleh besarnya nilai koefi sien determinasi (R2), uji signifi kansi Simultan (uji F) untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel-variabel independen yang dimasukkan dalam model terhadap variabel dependen, serta uji signifi kasi individual (Uji t) untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

a. Koefi sien Determinasi (R2)

Hasil uji ketepatan model berdasarkan nilai koefisien deteminasi (R2) sebesar 0.8186 menunjukkan bahwa 81,86% variasi variabel dependen (produksi kopra) mampu dijelaskan oleh variabel independen yang

dimasukkan ke dalam model (tenaga kerja, jumlah tanaman kelapa, umur tanaman, luas lahan, pendidikan, dan pengalaman petani serta penanaman tanaman sela tahunan dan tanaman sela semusim), sedangkan sisanya sebesar 18,14% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model.

b. Uji F (Uji Signifi kansi Simultan)

Berdasarkan hasil analisis, nilai Fhitung adalah sebesar 45,69. Nilai tersebut menun-jukkan bahwa nilai Fhitung > FTabel pada tingkat kepercayaan 99 %. Hal ini berarti produksi kopra dipengaruhi secara simultan oleh variabel independen yang ada dalam model. Dengan demikian hipotesis pertama yang menduga bahwa produksi kopra dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja, jumlah tanaman kelapa, luas lahan kelapa, umur tanaman kelapa, tingkat pendidikan, pengalaman petani serta adanya tanaman sela tahunan dan tanaman sela semusim diterima.

(8)

Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 c. Uji t ( Uji Signifi kasi Individual)

Berdasarkan hasil uji signifikasi in-dividual (uji t), diketahui bahwa terdapat 5 variabel independen yang berpengaruh signifi kan terhadap produksi kopra, antara lain jumlah tenaga kerja (labour), jumlah tanaman (trees), pengalaman petani (exprc), tanaman sela baik pada jenis tanaman tahu-nan (D11) maupun jenis tanaman semusim (D12). Penjelasan secara rinci mengenai faktor-faktor yang berpengaruh signifi kan terhadap produksi kopra adalah sebagai berikut :

1) Variabel jumlah tenaga kerja (labour) Variabel jumlah tenaga kerja mempunyai nilai thitung sebesar 2,389 lebih besar dari nilai tTabel (1,671), sehingga dapat dis-impulkan bahwa variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh signifi kan terhadap produksi kopra pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai koefi sien regresi sebesar 0,240% dan bertanda positif dapat di-artikan bahwa kenaikan jumlah tenaga kerja sebesar 1 % akan meningkatkan produksi kopra sebesar 0,240%. 2) Variabel jumlah tanaman kelapa (trees) Variabel jumlah tanaman kelapa

mem-punyai nilai thitung sebesar 5,204 lebih besar dari tTabel (2,390), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah tanaman kelapa berpengaruh signifi kan terhadap produksi kopra pada tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan nilai koefi sien regresi sebesar 0,692% dan bertanda positif dapat diartikan bahwa kenaikan jumlah tanaman kelapa sebesar 1 % akan meningkatkan produksi kopra sebesar 0,692%.

3) Variabel pengalaman petani (Exprc) Variabel Pengalaman Petani

mempun-yai nilai thitung sebesar 2,316 lebih besar dari nilai tTabel (1,671) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pengala-man petani berpengaruh signifikan terhadap produksi kopra pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai koefi sien re-gresi sebesar 0,213 dan bertanda positif dapat diartikan bahwa setiap kenaikan pengalaman petani sebesar 1 % akan

meningkatkan produksi kopra sebesar 0,213%.

4) Variabel tanaman sela tahunan (D11) Variabel tanaman sela tahunan mempu-nyai nilai thitung sebesar 2,099 lebih besar dari nilai tTabel (1,671) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman petani berpengaruh signifi kan terhadap produksi kopra pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai koefi sien regresi sebesar 0,167% dan bertanda positif menun-jukkan bahwa produksi kopra pada lahan dengan tanaman sela tanaman tahunan lebih tinggi dibandingkan lahan tanpa tanaman sela.

5) Variabel tanaman sela semusim (D12) Variabel tanaman sela semusim mempu-nyai nilai thitung sebesar 2,395 lebih besar dari nilai tTabel (2,390), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tanaman sela semusim berpengaruh signifikan terhadap produksi kopra pada tingkat kepercayaan 99%. Nilai koefi sien re-gresi sebesar 0,245 dan bertanda positif menunjukkan bahwa produksi kopra pada lahan dengan tanaman sela tana-man semusim lebih tinggi dibandingkan lahan tanpa tanaman sela.

Hasil yang ditunjukkan pada variabel tanaman sela ini sesuai dengan hasil penelitian Kaat, H. dan Darwis, S.N. (1986), serta Darwis (1988), yang mengemukakan bahwa dengan adanya tanaman sela, maka pemupukan yang diberikan pada tanaman sela sebagian akan mengalir ke perakaran tanaman kelapa. Demikian juga dengan pengolahan tanah yang teratur dapat memperbaiki aerase tanah dan mengurangi gulma dan hama atau penyakit, sehingga produksi kelapa dapat meningkat.

Hasil regresi juga menunjukkan bahwa variabel lainnya yakni luas lahan (land), umur tanaman kelapa (age_trees) dan pendidikan petani (edu) tidak memberikan pengaruh yang signifi kan terhadap produksi kopra. Hasil uji menunjukkan bahwa variabel umur tanaman kelapa memberikan tanda negatif sesuai yang diharapkan, meskipun tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kopra. Kondisi ini diperkirakan karena umur tanaman kelapa yang dimiliki petani

(9)

Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010

tidak terlalu bervariasi karena telah dilakukan peremajaan yang berlangsung hampir serempak di awal tahun 1980. Besar kemungkinan variabel ini tidak memberikan pengaruh nyata terhadap produksi kopra karena dalam mengolah kopra, petani kelapa belum memanfaatkan pendidikan yang pernah diikuti untuk mengembangkan teknologi baru, sebaliknya tetap mempertahankan cara-cara tradisional yang diwarisi dari orang tua mereka.

Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk melihat ada tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik pada model yang digunakan. Dua pengujian yang dilakukan meliputi uji asumsi yang berkaitan dengan masalah adanya hubungan antara variabel independen di dalam regresi model (multikolinieritas) dan uji adanya varian variabel gangguan yang tidak konstan (heteroskedastisitas).

a. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah hubungan yang linier antara variabel independen di dalam regresi. Hasil deteksi multikolinieritas antara variabel independen dalam analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan kopra, yang ditampilkan dalam bentuk matriks korelasi menunjukkan bahwa hasil estimasi masih BLUE (best linier unbiased estimators) namun bukan yang terbaik, karena masih terdapat koefisien korelasi yang nilainya lebih besar dari 0,8 tetapi dengan persentasi yang sangat kecil. Secara umum model masih dapat dikatakan cukup baik sehingga model masih tetap bisa digunakan untuk analisis selanjutnya.

b. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi lain dari regresi dengan model Ordinary Least Square (OLS) meng-isyaratkan kondisi homogenitas varian er-ror. Untuk menguji ada tidaknya masalah heteroskedastisitas pada model digunakan Uji White. Hasil deteksi heteroskedastisitas antar variabel independen dalam analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopra ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Deteksi heteroskedstisitas dengan Uji White Terhadap Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kopra.

F-statistic 0.913730 Probability 0.548021 Obs*R-squared 13.11391 Probability 0.517574

Sumber : Analisis data primer, 2010 Hasil deteksi heteroskedastisitas dengan Uji White menunjukkan bahwa nilai probability obs*R-squared lebih besar dari alpha 0,05 yakni sebesar 0,517. Ini berarti bahwa model yang digunakan terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. jumlah petani sampel terdistribusi pada kelompok umur produktif yakni 26 - 60 tahun sebesar 86,67 %;

2. 57,78% petani yang berpendidikan menen-gah (SLTP dan SLTA).

3. 30% jumlah petani adalah kelompok petani yang menanam dengan jarak tanam ideal dengan jumlah populasi 107 – 126 pohon/ ha.

4. Faktor-faktor yang berpengaruh mening-katkan produksi kopra secara signifi kan adalah jumlah tenaga kerja, jumlah tanaman kelapa, pengalaman petani, dan keberadaan tanaman sela baik pada jenis tanaman tahu-nan maupun jenis tanaman semusim. 5. Penanaman tanaman semusim sebagai

tanaman sela berpengaruh meningkatkan produksi kopra secara signifi kan.

Saran

1. Perlunya upaya pemerintah untuk mendor-ong peningkatan produksi kopra rakyat baik lewat penanaman tanaman baru, peremajaan terhadap tanaman kelapa yang tidak lagi produktif, maupun penanaman tanaman semusim sebagai tanaman sela di antara tanaman kelapa.

2. Perlunya dikembangkannya jenis tanaman sela semusim sebagai komoditi alternatif bagi petani kelapa di lokasi penelitian untuk mendorong peningkatan produksi kelapa.

(10)

Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 DAFTAR PUSTAKA

Atman, 2007, Tanaman Sela Jagung dengan Kelapa, Artikel Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. VI, No.2

Biro Pusat Statistik (BPS), 2009. Halmahera Utara Dalam Angka. Halmahera Utara. Tobelo Darwis. S.N, 1988. Tanaman Sela di antara Kelapa, Seri pengembangan, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Industri No.2

Gujarati, D. 2006. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Erlangga. Jakarta. Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, IKAPI Jakarta.

Kaat, H. dan Darwis, S.N. 1986. Pengaruh tanaman sela terhadap produksi kelapa. Artikel Jurnal Penelitian Kelapa. Vol. 1. Balai Penelitian Kelapa Manado

Nanere. J.L , Pengembangan Halmahera Utara, suatu tinjauan komprehensif. Artikel Jurnal agroforestri, Volume II Nomor 3 september 2007, Politeknik Perdamaian Halmahera Nazir, M.1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia Jakarta.

Soekartawi, 2003, Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas, PT. Raja Grafi ndo Persada, Jakarta.

Soeharyanto, Suprapto dan Robiyo, 2004. Analisis Pendapatan dan Distribusi Pendapatan Usahatani Tanaman Perkebunan Berbasis Kelapa di Tabanan, Artikel jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Volume 7 No 2.

Widarjono, A. 2007. Ekonometrika : Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta

Gambar

Tabel 1.   Distribusi Petani Menurut Ukuran Luas La- La-han Kelapa di Kabupaten Halmahera Utara.
Tabel  3.  Distribusi Petani Kelapa Menurut Lokasi dan  Pola Penanaman Tanaman Sela
Tabel 4.Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi  Produksi Kopra di Kabupaten Halmahera Utara Variabel Dependent (Y) :  Produksi  Kopra

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran kandungan nitrat dan fosfat ketiga stasiun pengamatan dimuara sungai Salo’ Tellue menunjukan kisaran yang layak untuk budidaya rumput laut.Ditinjau

FKIP Universitas Mulawarman (UNMUL) sebagai salah satu institusi perguruan tinggi yang menghasilkan calon-calon guru di Kalimantan Timur harus menempatkan diri pada

Afinitas yang ditunjukkan oleh hasil docking katinon dan metabolitnya terhadap reseptor dopamin selaras dengan penelitian lain dengan reseptor dopamin dari

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang diberikan hak otonomi khusus dalam pengelolaan pemerintahan. Otonomi khusus tersebut secara yuridis dituangkan

Bila melihat kondisi sosial sebelumnya, apa yang terjadi di Amerika Serikat dan di negara-negara Eropa Barat serta Australia, sampai dengan Perang Dunia II, masyarakat mereka

Pada tahap ini dilakukan pembuatan saus buah merah dengan lima formulasi penambahan bahan pengental yang berbeda yaitu, pati ubi jalar (F1), tepung ubi jalar (F2), ubi jalar parut

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini populasi berjumlah 74 siswa dan diambil sample 35 siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5

Peta juga merumuskan sasar- an-sasaran ekonomi syariah, tahap- an-tahapan pelaksanaannya, langkah konkrit dan implementasinya De- ngan demikian, peta ekonomi Islam adalah