• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL KONSPIRASI ALAM SEMESTA KARYA FIERSA BESARI SKRIPSI. Oleh FATIMAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL KONSPIRASI ALAM SEMESTA KARYA FIERSA BESARI SKRIPSI. Oleh FATIMAH"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL KONSPIRASI ALAM SEMESTA KARYA FIERSA BESARI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pendikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh FATIMAH 105331115516

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(2)
(3)
(4)

iv

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : FATIMAH

Stambuk : 105331115516

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Analisis Gaya Bahasa Pertentangan dalam Novel Konspirasi Alam Semesta Karya Fiersa Besari

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dan bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Juli 2020 Yang Membuat Perjanjian

FATIMAH

(5)

v

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : FATIMAH

Stambuk : 105331115516

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Analisis Gaya Bahasa Pertentangan dalam Novel Konspirasi Alam Semesta Karya Fiersa Besari

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya menyusun sendiri dan tidak dibuatkan oleh siapapun.

2. Dalam penyusunan skrips, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.

3. Saya tidak melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya. 4. Apabila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1, 2, dan 3 maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat, dengan penuh kesadaran.

Makassar, Juli 2020 Yang Membuat Perjanjian

(6)

vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Terikatlah pada tujuan, maka engkau akan dapat mengubah duniamu.

Kupersembahkan karya ini buat

Kedua orang tuaku, adik dan keluargaku, serta sahabatku

Atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis

(7)

vii ABSTRAK

Fatimah. 2020. Gaya Bahasa Pertentangan dalam Novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Muhammad Agus dan Mu’aliyah Hi.Asnawi.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa pertentangan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Gaya bahasa pertetangan adalah gaya bahasa yang maknanya bertentangan dengan kata-kata yang ada. Dapat dipahami bahwa gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang memiliki makna yang berbeda dengan kata-kata yang sudah ada atau kata-kata aslinya.

Fokus pada penelitian ini yaitu gaya bahasa pertentangan yang digunakan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang mendeskripsikan hasil analisis gaya bahasa yang terdapat dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Data dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung gaya bahasa pertentangan yang terdapat dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Sumber data yang digunakan adalah novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari dengan menggunakan teknik pengumpulan data secara baca dan catat. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan maka data dianalisis dengan cara menelaah, mengaitkan data tertulis berupa gaya bahasa pertentangan, selanjutnya dikutip untuk memperkuat analisis data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah seluruh penggunaan gaya bahasa adalah 28 majas, terdiri dari: (a) majas hiperbola berjumlah 12; (b) majas ironi berjumlah 1; (c) majas satire berjumlah 3; (d) majas paradoks berjumlah 6; (e) majas klimaks berjumlah 1; (f) majas anastrof dan inversi berjumlah 1; (g) majas sinisme berjumlah 2; (h) majas sarkasme berjumlah 2. Diketahui bahwa gaya bahasa pertentangan pada bagian hiperbola yang paling dominan digunakan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Makna gaya bahasa pertentangan sebagai penegasan agar pembaca bisa turut merasakan dan menciptakan imajinasi berdasarkan gaya bahasa pertentangan khususnya gaya bahasa hiperbola yang ditulis oleh Fiersa Besari. Selain itu penegasan pada novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari digunakan untuk menciptakan citra dari penulis itu sendiri agar muncul ciri khas kesusastraan atas karya-karyanya. Kata Kunci: Gaya bahasa, Pertentangan, Novel, Karya Sastra, Fiersa Besari

(8)

viii

KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim

Sebagai manusia ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala, sudah sepatutnyalah peneliti memanjatkan ke hadirat-Nya atas segala kelimpahan rahmat dan karunia serta kenikmatan yang diberikan kepada peneliti berupa nikmat iman, nikmat kesehatan, nikmat waktu, nikmat alam. Nikmat Allah itu sangat banyak dan berlimpah. Bahkan jika peneliti ingin melukiskan nikmat Allah Subhanahu Wata’ala menggunakan semua ranting pohon yang ada di dunia sebagai penanya dan seluruh air dilautan sebagai tintanya, maka semua ranting-ranting pohon dan air di lautan akan habis dan belum cukup untuk menuliskan nikmat-Nya yang senantiasa berbuat baik dan bermanfaat.

Shalawat serta salam tak lupa pula peneliti ucapkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya yang senantiasa berpegang teguh terhadap ajaran sunnahnya hingga akhir zaman. Manusia yang menjadi sang revolusionerislam yang telah menggulung tikar-tikar kebatilan dan membentangkan permadani-permadani islam hingga saat ini. Nabi yang telah membawa misi risalah islam sehingga peneliti dapat membedakan antara yang haq dan yang batil. Sehingga, kejahiliyaan tidak dirasakan oleh umat manusia di zaman yang serba digital ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan penelitian pada program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makasssar. Skripsi ini juga disusun agar

(9)

ix

dapat memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai gaya bahasa pertentangan yang terdapat dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Pada kesempatan ini segala rasa hormat, penilis mengucapkan terima kasih yang teramat tulus dari relung hati yang paling dalam dipersembahkan kepada kedua orang tua H. Lukman dan Hj. Juhria yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan dan mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Serta keluarga lainnya yang telah memberi dukungan, motivasi dan sumbangsinya selama penulis menuntut ilmu.

Penyelesaian skripsi ini tidak akan berjalan sebagaimana mestinya jika tidak adanya keterlibatan dari berbagai pihak yang dengan tulus ikhlas memberikan bantuan dan arahannya. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. M. Agus, M. Pd., dan Mu’aliyah Hi. Asnawi, S. S., S. Pd., M. Hum., selaku pembimbing I dan pembimbing II, yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dorongan, semangat, serta motivasi sejak awal penyusunan skripsi.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag., rektor Univeritas Muhammadiyah Makassar, Bapak Erwin Akib, S. Pd., M.Pd., Ph. D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar, serta Dr. Munirah, M.Pd., Ketua Juusan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Makassar, serta seluruh dosen dan para staf dalam lingkungan

(10)

x

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermamfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga peneliti ucapkan kepada teman-teman seperjuanganku terkhusus Selfiana Herman, Nur Rahmah Alfiyyah Ulfa, Sunarti, Rasdiana Rahman, Sri Ayu Warsari, Selviana Putri, Dewi Reskyana Bactiar, Ahyani Radhiani Rapi, Nazir karena telah berpartisipasi dan selalu menemaniku dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2016 atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi cahaya dalam hidupku.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, peneliti senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut bersifat membangun, karena peneliti yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berhenti sama sekali tanpa adanya kritikan. Semoga dapat memberikan mamfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.

Amin Ya Rabbil Alamin

Makassar, Juli 2020

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHASAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 9 C. Tujuan Penelitian ... 9 D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 11

1. Penelitian Relevan ... 11

2. Karya Sastra ... 13

3. Novel ... 14

4. Gaya Bahasa ... 16

5. Jenis-Jenis Gaya Bahasa ... 18

(12)

xii BAB III METODE PENELITIAN

A. Fokus dan Desain Penelitian ... 31

B. Definisi Istilah ... 32

C. Data dan Sumber Data ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35 B. Pembahasan ... 51 BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 54 B. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan salah satu kegiatan seni yang mempergunakan bahasa atau garis dan simbol-simbol lain sebagai alat, dan bersifat imajinatif. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah, dalam sudut pandang orang ketiga maupun orang pertama, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu mereka. Karya sastra dikenal dalam dua bentuk, yaitu fiksi dan nonfiksi.Jenis karya sastra fiksi adalah prosa, puisi, dan drama. Sedangkan contoh karya sastra nonfiksi adalah biografi, autobiografi, dan esai.

Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak sekadar merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur padu. Novel menceritakan suatu peristiwa pada waktu yang cukup panjang dengan beragam karakter yang diperankan oleh tokoh.

Novel salah satu bentuk prosa yang merupakan pengungkapan pengalaman atau rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan sikap dan watak pelaku. Novel merupakan karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia yang berisi sebuah model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai

(14)

unsur intrinsik seperti plot, tokoh, latar, tema, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa (Nurgiyantoro, 2012: 15).

Sebuah karya sastra baik novel, puisi, maupun drama mutlak memiliki gaya bahasa, yang mencerminkan cara seorang pengarang dalam menulis sebuah karya sastra. Gaya bahasa diungkapkan dengan cara khas, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat tercapai dengan maksimal. Gaya bahasa juga membantu pembaca untuk membedakan karya masing-masing pengarang, karena setiap pengarang memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan karyanya.

Gaya bahasa digunakan pengarang untuk membangun jalinan cerita dengan pemilihan diksi, ungkapan, majas (kiasan), dan sebagainya, yang menimbulkan kesan estetik dalam karya sastra. Gaya bahasa mencerminkan citarasa dan karakteristik personal, bersifat pribadi, milik perorangan, sehingga setiap pengarang memiliki gaya bahasanya sendiri-sendiri yang khas (Keraf, 2009: 113). Sedangkan, menurut Tarigan (2009:4) gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk menyakinkan atau mempengaruhi penyimak atau pembaca.

Adapun gaya bahasa yang berlaku di Indonesia dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandang. Tarigan (2009: 6) membedakan gaya bahasa menjadi empat, yaitu (a) gaya bahasa perbandingan, (b) gaya bahasa pertentangan, (c) gaya bahasa pertautan, dan (d) gaya bahasa perulangan. Tinjauan terhadap gaya bahasa dalam pembahasan ini ditekankan pada gaya

(15)

3

bahasa pertentangan. Menurut Tarigan (2009:53), berpendapat bahwa gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang maknanya bertentangan dengan kata-kata yang ada. Dapat dipahami bahwa gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang memiliki makna yang berbeda dengan kata-kata yang sudah ada atau kata-kata aslinya. Adapun jenis gaya bahasa pertentangan meliputi: hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, paralipsis, zeugma dan silepsis, satire, inuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, antiklimaks, apostrof, anastrof atau Inversi, apofasis atau preterisio, histeron proteron, hipalase, sinisme dan sarcasme.

Pengarang sebuah novel yang baik adalah pengarang yang dapat memainkan kata-kata, ia dapat menciptakan berbagai gaya bahasa dalam penceritaan berbagai rentetan alur dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel. Hal ini dikarenakan pada hakikatnya, gaya bahasa adalah ciri khas penulis dalam pengungkapan imajinasinya melalui bahasa tulis. Penulis mengutarakan hasratnya dalam penyampaian ide-idenya melalui bahasa kias, atau bukan bahasa sebenarnya dengan alasan agar pembaca tertarik untuk melanjutkan membaca sampai tuntas jalannya alur dalam cerita. Selain itu, penulis ingin menghadirkan sebuah karya sastra tulis berbentuk novel yang memiliki kekhasan dalam segi bahasa, sehingga membedakannya dengan bentuk sastra tulis lainnya.

Salah satu penulis yang karyanya paling banyak dibaca ialah Fiersa Besari atau biasa disapa (Bung) yang merupakan seorang penulis/sastrawan sekaligus musisi. Ciri khas penulisan Fiersa Besari, yaitu konsisten

(16)

menggunakan bahasa Indonesia baku dalam buku-bukunya. Fiersa tidak mengikuti tren menulis dengan bahasa percakapan ala orang Jakarta maupun menggunakan bahasa yang tidak baku, ia tampak melawan itu dengan menyuguhkan percakapan dalam tokohnya menggunakan bahasa baku. Lantas, ia juga membuktikan bahasa baku tetap asik dibaca. Dengan menggunakan bahasa yang baku dan sederhana, dapat mengait para pembaca dan mudah memahami isi bacaan. Serta disetiap bukunya tidak monoton menceritakan tetang romansa, tetapi juga menceritakan tentang keindahan alam dan perjalan kisah hidupnya.

Berikut beberapa contoh penggunaan gaya pilihan kata yang cenderung baku yang digunakan Fiersa Besari dalam novel Konspirasi Alam Semesta. (a) Pak Jodi minta bantuanmu, ucap pemuda gondrong itu, kemudian meneguk kopi hitam tanpa permisi (Besari, 2017: 5); (b) Ibunda Juang adalah wanita sederhana yang senantiasa mengingatkannya agar beribadah dan tak lupa Tuhan (Besari, 2017: 18); (c) Dokter mengambil secarik kertas dari atas meja. Ia kembali memandang ayah dan anak itu. Sang ayah memegang tangan Ana sekuat ia mampu. Bersiap dengan kemungkinan terburuk (Besari, 2017: 77). Beberapa kutipan tersebut, membuktikan bahwa Fiersa Besari konsisten menggunakan bahasa baku, yang secara leksikal sudah jelas dipahami tanpa harus memaknai secara gramatikal maupun semantis.

Sedangakan penulis seangkatannya salah satunya, yaitu Boy Candra juga menggunakan bahasa baku, tetapi ia lebih mengangkat karya fiksi romansa yang sering dialami anak muda zaman sekarang. Gaya bahasa yang

(17)

5

demikian membuat luluh dan terbawa perasaaan pembacanya. Gaya penulisan Boy Candra dalam karyanya memiliki ciri khas yang cenderung galau, yang diceritakan secara monoton, sehingga bagi pembaca yang tidak terlalu menyukai yang bergendre melankolis akan kurang suka dengan ceritanya. Maka dari itu, peneliti lebih tertarik memilih karya Fiersa Besari sebagai objek penelitian, karena menggunakan bahasa yang baku dan sederhana, dibandingkan Boy Candra yang penggunaan bahasanya yang melankolis dan monoton.

Berikut beberapa contoh penggunaan pilihan kata melankolis pada buku Boy Candra yang berjudul Satu Hari Di 2018 sebagai berikut. Betapa pun pahit hidup di rantau ini aku tanggung, Alisa.Aku hanya ingin lepas dari keinginanku untuk mencintaimu (Candra, 2017: 3). Pada kalimat tersebut menggunakan pilihan kata melankolis, yaitu pada kutipan pahit hidup, yang bermakna hidupnya yang susah. Sehingga ketika membaca kalimat tersebut, pembaca turut merasakan kesusahan dan kemurungan yang dialami tokoh dalam kutipan tersebut.

Penggunaan pilihan kata melankolis juga terdapat pada kutipan Izinkan aku memperbaiki kesalahanku.Aku ingin belajar mencintai orang yang mencintaiku.Aku ingin mencintaimu (Candra, 2017: 11). Pada kalimat tersebut menggunakan pilihan kata melankolis, yaitu pada kalimat Izinkan aku memperbaiki kesalahanku, yang bermakna penyesalan yang dialami tokoh.Sehingga ketika membaca kalimat tersebut, pembaca turut merasakan kesedihan sampai terbawa perasaan.

(18)

Serta penggunaan pilihan kata melankolis juga terdapat pada kutipan Kau memberiku rasa nyaman.Lalu kau mengabaikan aku.Menolak cintaku.Dengan sesukamu mengutak-atik hatiku, Alisa (Candra, 2017: 11). Pada kalimat tersebut menggunakan pilihan kata melankolis yaitu pada kalimat Menolak cintaku, yang memiliki makna kesedihan yang dialami tokoh.Sehingga ketika membaca kalimat tersebut, pembaca turut merasakan kesedihan seperti yang dialami tokoh. Dari beberapa kutipan tersebut, membuktikan bahwa gaya penulisan Boy Candra monoton melankolis.

Beberapa karya Fiersa Besari diantaranya, Garis Waktu, Konspirasi Alam Semesta, Catatan Juang, 11:11, Arah Langkah, dan Tapak Jejak. Penulis tertarik meneliti novel Konspirasi Alam Semesta dibandingkan dengan novel yang lain,karenasejak kemunculan novel Konspirasi Alam Semesta mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat. Novel Konspirasi Alam Semesta merupakan album musik yang pernah rilis pada tahun 2015, yang kemudian dipadu padan dengan naskah hingga akhirnya dilahirkan kembali dalam bentuk buku pada tahun 2017. Sedangkan, buku Fiersa Besari lainnya yaitu Garis Waktu, Catatan Juang, Arah Langkah dan Tapak Jejak, secara langsung dibukukan dalam bentuk novel yang ceritanya berdasarkan pengalaman penulis. Adapun novel yang berjudul 11:11, hampir sama dengan novel yang akan diteliti, yaitu Konspirasi Alam Semesta yang awalnya merupakan album musik, lalu dibukukan. Hal yang membedakan dengan buku Konspirasi Alam Semesta yang alur ceritanya bersautan antara bab demi bab.

(19)

7

Album 11:11 memiliki 11 sub judul dan kisah yang berbeda dan tidak saling berkaitan, dalam hal ini buku ini berupa cerita pendek (cerpen) bukan novel.

Selain itu, penggunaan gaya bahasa pada novel Konspirasi Alam Semesta cenderung menggunakan gaya bahasa pertentangan, diantaranya: hiperbola: Siang membakar kota (Besari, 2017: 4). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola kerena terkesan melebih-lebihkan cuaca panas dengan kata membakar. Pada kata membakar secara leksikal bermakna menghanguskan; memanggang, yang biasanya digunakan untuk membakar makanan contohnya, ayam; ikan. Adapun secara semantis kata membakar dalam kutipan siang membakar kotabermakna cuaca yang sangat panas di siang hari.

Selanjutnya, gaya bahasa satire: Ayah yang menunduk dihadapan negara cuma bisa bersikap keras dihadapan anak-anaknya (Besari, 2017 :17). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa satire, karena mengandung kritik tentang kelemahan manusia, dalam hal ini kritik tentang kelemahan seorang ayah. Maksudnya, ayah yang hanya bisa bersikap keras dihadapan anaknya namun lemah dihadapan negara.

Adapun contoh gaya bahasa sinisme: Hebat ya. Ibumu sakit, datang-datang kamu mau kenalkan kami sama orang asing (Besari, 2017: 103). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa sinisme, karena menggunakan hal yang berlawanan dengan tujuan agar orang tersindir secara lebih tajam dan menusuk perasaan, dalam hal ini terdapat pada kata hebat.

(20)

Kata hebat secara leksikal bermakana bagus, amat sangat, yang biasa digunakan untuk menyanjung.Adapun secara semantis kata hebat dalam kutipan Hebat ya. Ibumu sakit, datang-datang kamu mau kenalkan kami sama orang asing bermakna kesal, marah dengan maksud melontarkan kata yang berlawanan atau biasa disebut gaya bahasa sinesme untuk menyindir.

Penelitian ini didasari akan pentingnya penggunaan gaya bahasa dalam mengungkapkan suatu ungkapan yang maknanya berbeda dengan ungkapan yang dilontarakan maupun di tulis. Serta diharapkan dapat memperluas khazanah imu pengetahuan bagi penulis maupun pembaca, terutama bidang Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam mengkaji dan menelaah novel dengan tinjauan gaya bahasa, sehingga diharapkan dapat bermamfaat bagi perkembangan sastra Indonesia.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menganalisis novel Konspirasi Alam Semesta Karya Fiersa Besari. Analisis terhadap novel tersebut penulis batasi pada segi gaya bahasa pertentangan. Penelitian mengenai gaya bahasa pertentangan pada novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari belum pernah diteliti sebelumnya, khususnya di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Alasan lainnya yang melatar belakangi penelitian ini yaitu dapat menjadi pedoman dalam penulisan karya tulis yang serupa.Atas dasar itulah, peneliti melakukan

(21)

9

penelitian terhadap novel tersebut dengan judul “Analisis Gaya Bahasa Pertentangan dalam Novel Konspirasi Alam Semesta Karya Fiersa Besari”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Jenis gaya bahasa pertentangan apa sajakah yang terdapat dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya FiersaBesari?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mendeskripsikan jenis gaya bahasa pertentangan yang terdapat dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca, baik bersifat teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan perkembangan ilmu sastra.

b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya penggunaan teori-teori sastra secara teknik analisis terhadap karya sastra.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pengarang, penelitian ini dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan terutama bidang Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam analisis novel dengan tinjauan gaya bahasa.

(22)

b. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada mahasiswa dan guru, khususnya Program Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengkaji dan menelaah novel.

c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra dan meambah khazanah penelitian sastra Indonesia sehingga bermanfaat bagi perkembangan sastra Indonesia.

(23)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

Keberhasilan sebuah penelitian tergantung pada teori yang mendasarinya, karena teori merupakan landasan suatu penelitian yang berkaitan dengan kajian pustaka yang memunyai korelasi dengan masalah yang akan dibahas. Teori yang dipandang bernilai praktis sebagai pohon penunjang dalam pelaksanaan penelitian ini adalah yang berhubungan dengan sastra.

1. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang membahas tentang gaya bahasa dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari sejauh pengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Namun, ada beberapa penelitian yang dapat dijadikan sebagai referensi.

Penelitian mengenai gaya bahasa pernah dilakukan Novita Rihi Amalia (2010) dengan judul analisis gaya bahasa dan nilai-nilai pendidikan novel “Sang Pemimpi” karya Andrea Hirata. Berdasarkan hasil analisisnya yang dihimpun, peneliti menemukan dan menunjukkan bahwa novel “Sang Pemimpi” karya Andrea Hirata, penggunaan gaya bahasa personifikasi dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata sangat menonjol.

(24)

Penelitian mengenai gaya bahasa juga pernah dilakukan oleh Ika Wirna (2012) dengan judul gaya analisis gaya bahasa novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata. Berdasarkan hasil analisisnya yang dihimpun, peneliti menemukan dan menunjukkan bahwa novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata. Kamba penggunaan gaya bahasa persamaan/simile sangat menonjol.

Penelitian mengenai gaya bahasa pernah dilakukan oleh Hulmiati Idris (2014) dengan judul gaya bahasa ironi novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka. Berdasarkan hasil analisisnya yang dihimpun, peneliti menemukan dan menunjukkan bahwa novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka menggunakan gaya bahasa seperti : sindiran ironi verbal (pembalikan atau pemutarbalikan), ironi situasional (timbal balik antara bahasa dan peristiwa), dan ironi dramatis (kejadian yang menyedihkan).

Berdasarkan ketiga hasil penelitian di atas terdapat perbedaan dan persamaan pada penelitian ini. Persamaannya, yaitu sama-sama menganalisis mengenai gaya bahasa pada novel. Kemudian perbedaan analisis dari penelitian ini dengan analisis penelitian diatas yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Novita Rihi Amalia (2010) lebih banyak menggunakan gaya bahasa personifikasi. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ika Wirna (2012) lebih banyak menggunakan gaya bahasa persamaan simile. Serta penelitian yang dilakukan oleh Hulmiati Idris (2014) lebih memfokuskan pada gaya bahasa ironi, sedangkan tinjauan

(25)

13

terhadap gaya bahasa dalam pembahasan ini ditekankan pada gaya bahasa pertentangan, serta pada judul novel yang diteliti. Peneliti menggunakan novel yang berjudul Konspirasi Alam Semesta Karya Fiersa Besari.

2. Karya Sastra

Secara etimologi dalam bahasa Indonesia, kata sastra itu sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuna yang berarti tulisan.Istilah dalam bahasa Jawa Kuna berarti “tulisan-tulisan utama”. Sementara itu, kata “sastra” dalam Khazanah Jawa Kuna berasal dari bahasa Sangsakerta adalah sas yang berarti mengarahkan, mengajar atau memberi petunjuk atau intruksi. Sementara itu, akhiran tra biasanya menunjukkan alat atau sarana.Dengan demikian, sastra berarti alat untuk mengjar atau buku petunjuk atau buku intruksi atau buku pengajaran. Di samping kata sastra, kerap juga kata susastra kita di beberapa tulisan, yang berarti bahasa yang indah, Awalan su pada susastra mengaju pada arti indah. Karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah, dalam sudut pandang orang ketiga maupun orang pertama, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu mereka.

Menurut Al-ma’ruf (2009: 1) karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka ragam, baik yang mengandung aspek sosial, budaya, politik,

(26)

ekonomi, kemanusiaan, keagamaan, moral maupungender.Emsir (2016: 5) Sastra berarti alat untik mengajar atau buku petunjuk atau intruksi atau buku pengajaran. Di samping kata sastra, kerap juga kata susastraan kita di beberapa tulisan, yang berarti bahasa yang indah awalan su pada kata susastra mengaju pada arti indah.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa karya sastra adalah suatu karya dari hasil imajinasi baik lisan maupun tulisan yang bersifat imajinatif dan menggunakan alam dan manusia sebagai objeknya.

3. Novel

Novel oleh Sayuti (2000: 7) dikategorikan dalam bentuk karya fiksi yang bersifat formal.Bagi pembaca umum, pengategorian ini dapat menyadarkan 8 bahwa sebuah fiksi apapun bentuknya diciptakan dengan tujuan tertentu. Dengan demikian, pembaca dalam mengapresiasi sastra akan lebih baik. Pengategorian ini berarti juga bahwa novel yang kita anggap sulit dipahami, tidak berarti bahwa novel tersebut memang sulit. Pembaca tidak mungkin meminta penulis untuk menulis novel dengan gaya yang menurut anggapan pembaca luwes dan dapat dicerna dengan mudah, karena setiap novel yang diciptakan dengan suatu cara tertentu mempunyai tujuan tertentu pula.

Novel yang diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih tegas, dengan roman yang diartikan rancangannya lebih luas mengandung sejarah perkembagan yang biasanya terdiri dari beberapa

(27)

15

fragmen dan patut ditinjau kembali. Menurut Kosasih (2003: 250) mengemukakan bahwa novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Maksudnya jelas bahwa novel merupakan sebuah karya cipta manusia yang diwujudkan oleh seorang penulis melalui penggambaran berbagai kisah hidup yang dialami seseorang dengan untaian kisah, baik suka maupun duka yang muncul dalam kehidupan sang tokoh yang diceritakan dalam karya fiksi berbentuk novel.

Nurgiantoro (2012: 11) menjelaskan bahwa segi panjang cerita, novel (jauh) lebih panjang dari pada cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil dan dapat melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Hal itu mencakup unsur cerita yang membangun novel itu. Dipihak lain, kelebihan novel yang khas adalah kemampuannya menyampaikan permasalahan yang kompleks secara penuh, mengkreasikan sebuah dunia yang jadi. Hal ini berarti membaca sebuah novel menjadi lebih muda sekalis menjadi lebih sulit dari pada membaca cerpen.Ia lebih muda karena tidak menuntut kita memahami masalah yang kompleks dalam bentuk (dan waktu) yang sedikit. Sebaliknya, ia lebih sulit karena berupa penulisan dalam skala lebih besar dari pada cerpen. Hal inilah yang menurut Stanton, merupakan perbedaan terpenting antara novel dengan cerpen.

(28)

Wicaksono (2014) menyatakan bahwa novel adalah suatu jenis karya sastra yang berbentuk prosa fiksi dalam ukuran yang panjang (setidaknya 40.000 kata dan lebih kompleks dari cerpen) dan luasyang di dalamnya menceritakan konflik-konflik kehidupan manusia yang dapat mengubah nasib tokohnya. Novel tidak sekadar merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur padu. Novel menceritakan suatu peristiwa pada waktu yang cukup panjang dengan beragam karakter yang diperankan oleh tokoh.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa novel adalah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang bersifat imajinatif yang di dalamnya menceritakan sebagian kehidupan seseorang yang diciptakan oleh pengarang dengan sudut pandang pengaran atau orang lain.

4. Gaya Bahasa

Retno dan Qoni’ah (2012:195) gaya bahasa adalah cara mengungkapkan perasaan atau pikiran dengan bahasa sedemikian rupa, sehingga kesan dan efek terhadap pembaca atau pendengar dapat dicapai semaksimal dan seintensif mungkin. Menurut Keraf (2010: 113) gaya bahasa dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Bahasa merupakan media yang digunakan pengarang untuk mengekspresikan pengalaman batin dan memproyeksikan kepribadiannya.

(29)

17

Bahasa merupakan faktor yang penting dalam puisi karena bahasa merupakan media utama dalam penciptaan sebuah puisi. Bahasa adalah media penciptaan karya sastra.Bahasa dalam sastra tidak hanya sekadar media tapi di dalamnya terdapat tujuan sifat-sifat puisi. Istilah gaya bahasa atau plastik bahasa berasal dari kata plassein (latin) yaitu membentuk. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut style is manner of writingor speaking, yaitu ragam, cara, kebiasaan dalam memulai berbicara. Gaya bahasa digunakan pengarang untuk membangun jalinan cerita dengan pemilihan diksi, ungkapan, majas (kiasan), dan sebagainya, yang menimbulkan kesan estetik dalam karya sastra. Gaya bahasa mencerminkan citarasa dan karakteristik personal, bersifat pribadi, milik perorangan, sehingga setiap pengarang memiliki gaya bahasanya sendiri-sendiri yang khas.Serta menurut Endraswara (2003: 73) menyatakan bahwa gaya bahasa merupakan seni yang dipengaruhi oleh nurani. Dapat dipahami bahwa, gaya bahasa adalah suatu seni atau keindahan yang diperoleh dan menyatu dengan perasaan seorang penulis.

Guntur Tarigan (2009:4) mengemukakan bahwa gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk menyakinkan atau mempengaruhi penyimak atau pembaca. Gaya bahasa dan kosakata memunyai hubungan erat, hubungan timbal balik. Semakin kaya kosakata seseorang, beragam pulalah gaya bahasa yang dipakainya. Peningkatan pemakaian gaya bahasa jelas turut memperkaya kosakata pemakainya. Itulah sebabnya maka dalam

(30)

pengajaran gaya bahasa merupakan suatu teknik penting untuk mengembangkan kosakata para siswa.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, penulis dapat simpulkan bahwa gaya bahasa adalah cita rasa atau ciri khas pengaran dalam menyampaikan hasratnya melalui bahasa kias atau bukan makna yang sebenarnya dengan media tulisan.

5. Jenis-Jenis Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang berlaku di Indonesia, gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandang. Guntur Tarigan (2009: 6) membedakan gaya bahasa menjadi empat, yaitu (a) gaya bahasa perbandingan, (b) gaya bahasa pertentangan, (c) gaya bahasa pertautan, dan (d) gaya bahasa perulangan. Tinjauan terhadap gaya bahasa dalam pembahasa ini ditekankan pada gaya bahasa pertentangan. Menurut Guntur Tarigan (2009:53) berpendapat bahwa “Gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang maknanya bertentangan dengan kata-kata yang ada”. Dapat dipahami bahwa gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang memiliki makna yang berbeda dengan kata yang sudah ada atau kata-kata aslinya. Adapun jenis gaya bahasa pertentangan meliputi: hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, paralepsis, zeugma dan silepsis, satire, inuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, antiklimaks, apostrof, anastrof atau Inversi, apofasis atau preterisio, histeron proteron, hipalase, sinisme dan sarkasme. Berikut bebepara penjelasan mengenai gaya bahasa pertentangan antara lain.

(31)

19

a. Gaya Bahasa Hiperbola

Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan jumlahnya, ukuranya dan sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat (Guntur Tarigan 2009: 55). Contoh:

1) Pekerjaan ini benar-benar memeras otak. 2) Honda naik kelas.

b. Gaya Bahasa Litotes

Litotes, majas ini digunakan untuk melemahkan ungkapan pikiran, jadi untuk menampilkan gagasan tentang sesuatu yang kuat atau besar dengan ungkapan yang lemah.

Contoh: “ Silakan singgah digubuk saya”. c. Gaya Bahasa Ironi

Pada gaya bahasa ironi, pengujar menyampaikan sesuatu yang sebaliknya dari apa yang ingin dikatakannya, jadi di sini terdapat satu penanda dengan dua kemungkinan petanda. Ironi mengandung antonimi atau oposisi antara kedua tataran isi. Ironi juga mengandung kesenjangan yang cukup kuat antara makna harfiah dan makna kiasan. Didalam ironi terdapat keharusan yang sering bertumpu pada makna inversi semantis, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Hal ini menjadi ciri ironi. Apabila dilihat dari wilayah maknanya, ironi tidak

(32)

banyak berbeda dengan majas pertentangan lainnya. Namun dalam ironi salah satu bentuk (penanda) tidak hadir, jadi bersifat implisit. Perlu diingat bahwa pemahaman ironi sangat tergantung dari konteks (bahkan beberapa ahli bahasa membedakan ironi dari majas lainnya, karena hal tersebut). Apabila konteks tidak mendukung ironi, maka ujaran yang mengandung ejekan dapat menjadi pujian.

Contoh:

1) “Wah, pemerintah sekarang memang sukses, ya!” “Benarkah pendapatmu demikian?”

2) “Ya, tentu saja, sukses dalam menaikkan harga-harga”.

Di sini, tampak ada dua petanda.Leksem sukses biasanya mengandung komponen makna positif, tetapi kadang-kadang juga dapat mempunyai makna negatif apabila konteks mendukungnya. Pada ujaran pertama, leksem sukses masih mengandung kemungkinan bermakna positif (sebagaimana lazimnya), namun pada ujaran yang ke-3 laksem itu diikuti frasa Menaikkan harga-harga yang secara konotatif mempunyai makna negatif. Oposisi makna ini menunjukkan adanya ironi. Di sini, konteks bersifat tekstual, sehingga tidak mungkin ada makna pujian. Berkat konteksnya, ujaran yang mengandung gagasan positif, dapat menyembunyikan makna yang negatif.

Berikut ini dikemukakan bagan wilayah makna ironi: Sebenarnya, hampir semua majas memerlukan konteks, baik tekstual maupun situasional. Meskipun demikian, ironi selalu terdiri dari unsur

(33)

21

pragmatika khusus: mengujarkan sesuatu dengan ironis selalu kurang lebih ditujukan pada sasaran bulan-bulanan. Dikatakan bahwa ironi sering kali digunakan untuk mengolok-olok. Menyampaikan sesuatu dengan ironis adalah menggunakan kosakata yang seakan meninggikan nilai padahal merendahkannya. Selain perubahan petanda, dalam ironi juga ada perubahan acuan.

d. Gaya Bahasa Oksimoron

Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan, namun sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks.

Contoh : “Keramah-tamahan yang bengis”. e. Gaya Bahasa Paronomasia

Paronomasia adalah suatu gaya bahasa yang berisi pengajaran kata-kata yang berbunyi sama tetapi bermakna lain.

Contoh : “Mari kita kubik beramai-ramai kacang tanah yang setengah kubik banyaknya ini”.

f. Gaya Bahasa Paralepsis

Paralipsisi adalah gaya bahasa yang merupakan satu formula yang dipergunakan sebagai saran untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri.

Contoh :“Semoga Tuhan Yang Mahakuasa menolak doa kita ini, (maaf) bukan, maksud saya mengabulkannya”.

(34)

g. Gaya Bahasa Zeugma dan Silepsis

Silepsis dan zeugma adalah gaya di mana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satu yang mempunyai hubungan dengan kata pertama. Gaya bahasa silepsis, konstruksi yang dipergunakan itu secara gramatikal benar, tetapi secara semantik tidak benar. Misalnya: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya. Sedangkan zeugma, yang dipakai untuk membawahi kedua kata berikutnya, sebenarnya hanya cocok untuk salah satu kata itu (baik secara logis maupun secara gramatikal).

Contoh: “Ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada kami”.

h. Gaya Bahasa Satire

Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini tidak harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia.

Contoh: “Jangan pernah berpikir kau adalah dewa, menghadapi masalah seperti ini pun kau sudah kewalahan”.

i. Gaya Bahasa Inuendo

Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.

Contoh : “Setiap ada pesta ia pasti sedikit mabuk karena kebanyakan minum”.

(35)

23

j. Gaya Bahasa Antifrasis

Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri.

Contoh : “Lihatlah sang raksasa telah datang (maksudnya si cebol)”. k. Gaya Bahasa Paradoks

Paradoks adalah opini atau argumen yang berlawanan dengan pendapat umum, bisa dianggap aneh atau luar biasa. Dikatakan juga paradoks, suatu proposisi yang salah tetapi sekaligus juga benar. Sering kali di balik gagasan yang mengherankan, paradoks menyembunyikan kebenaran yang dapat dipertahankan. Majas ini, ada dua penanda yang mempunyai makna yang beroposisi. Kedua penanda muncul, jadi tidak bersifat implisit. Namun, oposisi itu ada dalam makna kata saja, sedangkan di dalam kehidupan seringkali paradoks itu tidak merupakan oposisi melainkan menguatkan makna.

Contoh: “aku merasa kesepian di tengah keramaian ini”.

Berikut ini akan dikemukakan bagan wilayah makna. Bagan wilayah makna ini perlu dikemukakan dalam lingkup konteks pengujaran (di sini dikemukakan dengan bentuk persegi panjang) karena bila tidak, majas paradoks tak akan dipahami dan kata-kata yang ada hanya akan dianggap aneh. Leksem kesepian, sehingga tentu saja beroposisi dengan leksem keramaian. Sedangkan dalam tataran denotatif gagasan tampak mengherankan atau aneh.Walaupun

(36)

demikian, secara konotatif, keduanya merupakan paradoks, karena sebenarnya hal ini sering terjadi bila seseorang merasa tidak mempunyai hubungan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya.Inilah yang disebut paradoks.

Contoh lain: “Meskipun hatinya sangat panas, kepalanya tetap dingin”. Leksem panas dan leksem dingin mengandung komponen makna yang berlawanan. Ujaran itu tampak aneh, luar biasa, karena hati dan kepala yang dimaksud, berada dalam diri satu manusia.Jadi, acuannya tidak sesuai dengan pendapat umum. Meskipun demikian secara koperstif hal itu bisa saja terjadi, bahkan seharusnya demikian.Inilah yang disebut paradoks.

l. Gaya Bahasa Klimaks

Majas Klimaks adalah suatu gaya bahasa yang umumnya digunakan untuk menyatakan suatu hal secara runtut atau berurutan sesuatu dari tingkat rendah ke tingkat tinggi sehingga mencapai makna memuncak. Dari yang rendah menuju yang lebih tinggi tingkatannya atau sering disebut berbentuk hirarki.Majas ini lazimnya dapat ditemukan dalam percakapan sehari-hari, serta dalam beragam karya satra juga seperti dalam karya ilmiah. Penggunannya digunakan untuk menegaskan gagasan atau maksud yang ingin disampaikan kepada para pendengar ataupun pembaca.

(37)

25

Contoh:

1) Nikmati serunya internetan di PONSEL LEPTOP atau PC dengan Flash Unlimited.

2) Ingin sehat, bayar murah dan dapatkan kesehatan berguna sering seringlah pakai Treadmill JACO.

m. Gaya Bahasa Antiklimaks

Gaya bahasa antiklimaks adalah kebalikan gaya bahasa klimaks. Antiklimaks adalah gaya yang digunakan untuk menyatakan beberapa peristiwa, hal atau keadaan secara berturut-turut, mulai dari urutan pikiran yang paling penting ke urutan pikiran yang kurang penting. Contoh:

1) Kamera 12 megapixels, harga 10 megapixels!

2) Motor otomatis berkecepatan tinggi dengan mesin 125 cc yang seirit 115 cc.

n. Gaya Bahasa Apostrof

Apostrof adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Cara ini biasanya dilakukan oleh orator klasik, seperti dalam pidato yang disampaikan kepada suatu massa, si orator secara tiba tiba mengarahkan pembicaraan langsung kepada sesuatu yang tidak hadir: kepada mereka yang sudah meninggal, atau kepada barang atau objek khayalan atau sesuatu yang abstrak, sehingga tampaknya ia tidak berbicara kepada hadirin.

(38)

Contoh: “Hai kamu dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu penindasan ini”.

o. Gaya Bahasa Anastrof dan Inversi

Anastrof atau inversi adalah semacam gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Contoh: “Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat perangainya”.

p. Gaya Bahasa Apofasis dan Preterisio

Apofasis atau disebut juga dengan preterisio merupakan sebuah gaya di mana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi nampaknya menyangkal. Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya ia menekankan hal itu.

Contoh: “Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara”.

q. Gaya Bahasa Histeron Preteron

Histeron proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang wajar, misalnya menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian pada awal peristiwa. Gaya bahasa ini juga disebut hiperbaton.

(39)

27

r. Gaya Bahasa Hipalase

Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu digunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain.

Contoh: “Ia berbaring di atas sebuah kasur yang gelisah” (yang gelisah adalah manusianya bukan kasurnya).

s. Gaya Bahasa Sinisme

Sinisme adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan hal yang berlawanan dengan tujuan agar orang tersindir secara lebih tajam dan menusuk perasaan.

Contoh: “Kau kan sudah hebat, tak perlu lagi mendengar nasihat orang tua seperti aku ini!”

t. Gaya Bahasa Sarkasme

Sarkasme adalah gaya bahasa yang melontarkan tanggapan secara pedas dan kasar tanpa menghiraukan perasaan orang lain.

Contoh: “Sikapmu seperti anjing dan sifatmu seperti babi!”. B. Kerangka Pikir

Setelah memperhatikan uraian-uraian yang terdapat pada daftar pustaka diatas, maka pada bagian ini akan dijelaskan beberapa hal yang dijadikan penulis sebagai landasan berpikir berikutnya. Landasan tersebut akan mengarahkan penulis untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini, guna memcahkan masalah yang telah dipaparkan. Maka dari itu

(40)

akan diuraikan secara rinci landasan berpikir yang dijadikan pegangan dalam penelitian ini.

Karya sastra adalah suatu karya fiksi dari hasil imajinasi baik lisan maupun tulisan yang bersifat imajinatif menggunakan alam dan manusia sebagai objeknya.Karya sastra terbagi menjadi tiga, yaitu puisi, prosa, dan drama. Puisi merupakan bentuk karya sastra yang terikat oleh irama, rima serta diuraikan menggunakan diksi atau kata-kata pilihan, dan penyusunan bait dan baris yang bahasanya terlihat indah dan penuh makna. Adapun, prosa merupakan bentuk seni sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang bebas, dan cenderung tidak terikat oleh irama, diksi, rima, kemerduan bunyi, kaidah, serta pedoman kesusastraan lainnya.Serta, drama merupakan suatu karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan mempunyai maksud untuk menampilkan sebuah pertunjukan yang diperankan oleh aktor.

Peneliti lebih fokus pada bentuk karya sastra, yaitu prosa.Beberapa jenis prosa diantaranya novel, cerpen, roman, riwayat, kritik, resensi dan esai.Namun, peneliti lebih menekankan pada novel sebagai objek kajiannya yang berjudul Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari.Terdapat dua unsur pembangun dalam novel, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur pembangun dari dalam, unsur intrinsik terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat. Unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun karya sastra dari luar, yang di dalamnya terdapat latar belakang pembuatan karya sastra, latar belakang pengarang dan kondisi sosial budaya.

(41)

29

Penelian ini lebih memfokuskan ke unsur intrinsik, yaitu gaya bahasa. Gaya bahasa adalah ciri khas pengaran dalam menyampaikan hasratnya melalui media tulisan. Gaya bahasa menurut Guntur Tarigan, terbagi menjadi empat gaya bahasa yaitu gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan. Fokus penelitian ini adalah gaya bahasa pertentangan.

Gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang maknanya bertentangan dengan kata-kata yang ada. Adapun jenis gaya bahasa pertentangan meliputi: hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, paralipsis, zeugma dan silepsis, satire, inuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, antiklimaks, apostrof, anastrof atau Inversi, apofasis atau preterisio, histeron proteron, hipalase, sinisme dan sarkasme.

Selanjutnya, peneliti menganalisis gaya bahasa pertentangan dengan mendeskripsikan secara rinci tentang gaya bahasa pertentangan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Setelah dilakukan analisis, peneliti menghasilkan temuan.Berikut ini dipaparkan kerangka pikir penelitian.

(42)

Bagan 2.1 Kerangka Pikir

Puisi Prosa Drama

Novel “Konspirasi Alam Semesta” Karya Fiersa Besari

Intrinsik Ekstrinsik

Perulangan

Karya Sastra

Gaya Bahasa

Perbandingan Pertentangann Pertautan Perulangan

“Analisis Gaya Bahasa dalam Novel Konspirasi Alam Semesta Karya

(43)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Fokus dan Desain Penelitian 1. Fokus Penelitian

Berdasarkan judul penelitian tersebut, fokus penelitian ini adalah gaya bahasa pertentangan yang digunakan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian pada hakikatnya merupakan strategi yang mengatur ruang atau teknis penelitian agar memperoleh data maupu kesimpulan penelitian dengan kemingkinan munculnya kontaminasi yang paling kecil dan variabel lain.

Untuk memudahkan memperoleh data dan kesimpulan secara objektif tentang gaya bahasa pertentangan yang digunakan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari, yaitu mengadakan studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan variabel berupa membandingkan dengan penulis yang lain, dan membandingkan dengan novel-novel yang lain.

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Saryono, (2010: 1) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau

(44)

digambarakan melalui pendekatan kuantitatif. Langkah yang dilakukan adalah menganalisis teks sastra (novel) untuk menemukan permasalahan yang berhubungan dengan gaya bahasa pertentangan yang terdapat dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari.

B. Definisi Istilah 1. Karya Sastra

Karya sastra adalah suatu karya dari hasil imajinasi baik lisan maupun tulisan yang bersifat imajinatif dan menggunakan alam dan manusia sebagai objeknya.

2. Prosa

Prosa adalah suatu karya sastra yang bentuknya tulisan bebas dan tidak terikat dengan berbagai aturan dalam menulis seperti rima, diksi, irama, dan lain sebagainya.

3. Novel

Novel merupakan suatu karya prosa yang berbentuk cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dan kehidupan orang-orang (tokoh cerita), dan kejadian ini menimbulkan konflik suatu pertikaian yang mengalihkan urusan nasib mereka.

4. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah ciri khas pengaran dalam menyampaikan hasratnya melalui media tulisan.

(45)

33

5. Novel Konspirasi Alam Semesta

Novel Konspirasi Alam Semesta merupakan novel karangan Fiersa Besari, yang mengisahkan tentang Juang Astrajingga atau kerap disapa Juang dengan Ana Tidae atau kerap disapa Ana. Pertemuan pertama antara Ana dan Juang terjadi secara tidak sengaja, di sebuah kawasan Palasari yang menjajakan buku buku. Konspirasi alam semesta berkisah tentang hubungan sepasang kekasih. Mereka dipertemukan oleh keramahan semesta dan dipisahkan juga oleh kesemena-menaan semesta. Juang, adalah seseorang yang suka berpindah dari satu pelukan ke pelukan lainnya. Baginya, pelukan adalah pelukan, soal perasaan lain cerita. Lelaki itu kelewat liar untuk diikat, kelewat batu untuk melankolis.

C. Data dan Sumber Data 1. Data

Data dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung gaya bahasa pertentangan yang terdapat dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Dengan mengutip kata dan kalimat yang dianggap sesuai dengan judul yang diteliti.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari, cetakan pertama, terbit tahun 2017 setebal 235 halaman, penerbit Media Kita.

(46)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang pemulis gunakan untuk memperoleh data dan informasi mengenai gaya bahasa, yaitu dengan melakukan penulisan pustaka (percetakan). Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut.

1. Teknik Baca

Teknik membaca yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membaca teks novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari.

2. Teknik Catat

Teknik catat merupakan tindak lanjut dari teknik membaca, hasil pengumpulan data yang diperoleh, yaitu berupa hasil analisis gaya bahasa pertentangan yang terdapat dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari.

E. Teknik Analisis Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan maka data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan gaya bahasa pertentangan yang dijadikan acuan penelitian meliputi:

1. Menelaah seluruh data yang telah diperoleh berupa gaya bahasa pertentangan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. 2. Mereduksi dan mengaitkan data tertulis berupa gaya bahasa pertentangan,

selanjutnya dikutip untuk memperkuat analisis data.

3. Bila pemaparan penelitian sudah dianggap sesuai, maka hasil penelitian dianggap sebagai hasil akhir.

(47)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Sebuah karya sastra baik novel, puisi, maupun drama mutlak memiliki gaya bahasa yang mencerminkan cara seorang pengarang dalam menulis sebuah karya sastra. Gaya bahasa diungkapkan dengan ciri khas, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat tercapai dengan maksimal. Gaya bahasa juga membantu pembaca untuk membedakan karya masing-masing pengarang, karena setiap pengarang memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan karyanya. Gaya bahasa digunakan pengarang untuk membangun jalinan cerita dengan pemilihan diksi, ungkapan, majas (kiasan), dan sebagainya, yang menimbulkan kesan estetik dalam karya sastra. Menurut Tarigan (2009:4) mengemukakan bahwa gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk menyakinkan atau mempengaruhi penyimak atau pembaca. Novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari, sebagai salah satu novel yang memuat berbagai unsur gaya bahasa didalamnya. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, berikut ini akan dikaji uraian data mengenai gaya bahasa pertentangan yang terdapat dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari.

(48)

1. Gaya Bahasa Hiperbola

Gaya bahasa hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan jumlahnya, ukurannya dan sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan pengaruhnya. Gaya bahasa hiperbola tampak pada kutipan berikut.

“Siang membakar kota selagi lelaki kumal itu duduk disebuah kedai kopi di daerah buah batu” (Besari, 2017: 4).

Kutipan tersebut merupakan data pertama dari dua belas majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis gaya bahasa pertentangan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena terkesan melebih-lebihkan cuaca yang panas dengan kata membakar yang secara leksikal bermakna memanggang (aplikasi KBBI EDISI V), yang biasanya digunakan untuk membakar makanan contohnya, ayam, ikan. Berikut contoh pada kalimat: (a) Ayah sedangmembakar ikan di halama rumah, (b) Ayah sedang membakar sampah di depan rumah. Adapun secara semantis kata membakar dalam kutipan siang membakar kota bermakana cuaca yang sangat panas disiang hari. Berikut contoh kalimat jika dimaknai secara leksikal: meskipun terik membakar tulangku aku tetap akan pergi.

“Ia lebih memilih untuk tenggelam dalam alunan nada Guntur Satria, dibandingkan lagu dari Sixpance None The Richer yang disuguhkan kafe” (Besari, 2017: 7).

Kalimat pada pernyataan tersebut merupakan data kedua dari dua belas majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis gaya bahasa

(49)

37

pertentangan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena terkesan melebih-lebihkan keadaan dengan menggunakan kata tenggelam. Pada kata tenggelam yang secara leksikal bermakna masuk terbenam kedalam air (aplikasi KBBI EDISI V), yang biasa digunakan pada suatu kejadian atau peristiwa. Berikut contoh pada kalimat: (a) Adit tenggelam di sungai, (b) Bagas tenggelam di kolam renang.Adapun secara semantis kata tenggelam dalam kutipan di atasbermakana mendengarkan dan menikmati lagu. Berikut contoh kalimat jika dimaknai secara leksikal: Bagas seakan tenggelam kedasar lautan ketika mendengar Ibunya meninggal.

“Juang menyorot langit, sambil berdoa tak ada awan yang bermain-main di angkasa” (Besari, 2017: 24).

Kalimat tersebut merupakan data ketiga dari dua belas majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis gaya bahasa pertentangan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena terkesan melebih-lebihkan keadaan dengan kalimat awan yang bermain-main yang secara leksikal kalimat tersebut bermakana harapan Juang agar hujan tidak turun. Berikut contoh kalimat jika dimaknai secara leksikal: Adit sedang bermain layangan dengan tenang menatap ke atas melihat camar dan awan yang bermain-main.

“Cacing-cacing dalam perut yang telah berdemo membuat mereka sigap dalam menyantap mie rebus” (Besari, 2017: 44).

(50)

Kutipan tersebut termasuk data keempat dari dua belas majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis gaya bahasa pertentangan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena kata berdemo terkesan melebih-lebihkan keadaan. Pada kata berdemo yang secara leksikal bermakna unjuk rasa (aplikasi KBBI EDISI V), yang biasanya dilakukan oleh sekelompok mahasiswa. Berikut contoh pada kalimat: (a) mahasiswa berdemo didepan kantor DPRD Sulawesi Selatan, (b) masyarakat berdemo menuntut kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM.Adapun secara semantis kata berdemo pada kutipan diatas bermakana perut mereka yang tengah kelaparan. Contoh kalimat jika dimaknai secara leksikal: kawanan sapi sedang berdemo disepanjang jalan raya Antang.

“Wanita itu berupaya bangun, tetapi rasa sakit mencubit dengan kuat” (Besari, 2017: 103).

Pernyataan tersebut merupakan data kelima dari dua belas majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis gaya bahasa pertentangan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Pernyataan tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena seakan melebih-lebihkan rasa sakit dengan kata mencubit yang bermakana mencubit ibu jari dengan telunjuk atau jari lain (aplikasi KBBI EDISI V) yang menerangkan suatu tindakan. Berikut contoh pada kalimat: (a) Ibu mencubit Ayah karena kesal, (b) Kakak mencubit Adik karna nakal. Adapun secara semantis kata mencubit pada kutipan diatas bermakana rasa

(51)

39

sakit yang menyerang. Contoh kalimat jika dimaknai secara leksikal: lelaki itu mencoba beranjak dari keterpurukan namun rasa sakit kembali mencubit batinnya.

“Raja Ampat tetap membuat air liur sebagian orang yang belum pernah pergi kesana menetes deras” (Besari, 2017: 130).

Kutipan tersebut merupakan data keenam dari dua belas majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis gaya bahasa pertentangan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karenaterkesan melebih-lebihkan keadaan dengan kalimat menetes deras yang secara leksikal bermakna jatuh menitik sangat cepat (aplikasi KBBI EDISI V) yang menerangkan suatu kejadian. Berikut contoh pada kalimat: (a) air di ember menetes deras karna bocor, (b) hujan menetes deras dari langit dengan cepat. Sedangkan secara semantis bermakana keinginan seseorang untuk pergi ke Raja Ampat. Contoh kalimat jika dimaknai secara leksikal: Fati ingin pergi melihat melihat salju, sudah lama angannya menetes deras untuk kesana.

“Kapal pelni terus membelah lautan dengan tubuh besarnya, menyanyikan lagu tentang seorang lelaki yang digerogoti cemburu” (Besari, 2017: 143).

Kalimat tersebut merupakan data ketujuh dari dua belas majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis gaya bahasa pertentangan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karenaterkesan melebih-lebihkan keadaan dengan kalimat membelah lautan yang secara leksikal bermakna memisah atas dua bagian laut yang besar (aplikasi KBBI EDISI

(52)

V) yang biasanya digunakan dalam memotong suatu benda maupun makanan. Berikut contoh pada kalimat: (a) Ibu membelah ikan menjadi dua bagian, (b) Ayah membelah buah semangka menjadi empat bagian. Secara secara semantis bermakna kapal pelni yang sedang melewati lautan. Contoh kalimat jika dimaknai secara leksikal: ombaknya sangat tinggi dan angin kencang seakan membelah lautan.

“Pesawat membawanya ke bandung setelah beberapa kali transit, ketempat di mana sesosok malaikat sedang terluka” (Besari, 2017: 152).

Kalimat pada pernyataan tersebut merupakan data kedelapan dari dua belas majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis gaya bahasa pertentangan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena terkesan melebih-lebihkan sesuatul hal dengan menggunakan kata malaikat yang secara leksikal bermakna makhluk Allah yang taat (aplikasi KBBI EDISI V) yang tidak dimiliki oleh manusia. Berikut contoh pada kalimat: (a) malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu kepada rasul-rasul Allah, (b) malaikat Izroil bertugas mencabut nyawa makhluk hidup. Adapun secara semantis kata malaikat dalam kutipan diatas bermakana seseorang yang dikasihi yang dianggap seperti malaikat yaitu Ana. Contoh kalimat jika dimaknai secara leksikal: Nunu sangat baik, bahkan malaikatpun kalah baiknya.

(53)

41

Kutipan tersebut termasuk data kesembilan dari dua belas majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis gaya bahasa pertentangan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena terkesan melebih-lebihkan sesuatu hal dengan menggunakan kata malaikat yang secara leksikal bermakana mahluk Allah yang taat (aplikasi KBBI EDISI V) yang tidak dimiliki oleh manusia. Berikut contoh pada kalimat: (a) malaikat Isrofil bertugas meniup sangkakala pada hari kiamat, (b) malaikat Izroil bertugas mencabut nyawa makhluk hidup.Adapun secara semantis kata malaikat dalam kutipan diatas bermakana seseorang yang dikasihi yang dianggap seperti malaikat, yaitu Ana anak dari david. Contoh kalimat jika dimaknai secara leksikal: Sari sangat baik, bahkan malaikatpun kalah baiknya. “Seolah monster itu tidak pernah datang dalam hidupku” (Besari, 2017: 164).

Kalimat pada pernyataan tersebut merupakan data kesepuluh dari dua belas majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis gaya bahasa pertentangan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena terkesan melebih-lebihkan sesuatu hal dengan menggunakan kata monster yang secara leksikal bermakana makhluk yang berukuran luar biasa (aplikasi KBBI EDISI V) yang biasa ditemukan dalam suatu film. Berikut contoh pada kalimat: (a) power rangers sedang melawan monster, (b) monster itu sangat besar dan jahat di film.Adapun secara semantis kata

(54)

monster dalam kutipan diatasbermakana penyakit yang dialami oleh tokoh Ana. Contoh kalimat jika dimaknai secara leksikal: lelaki itu bagai monster yang siap menerkam.

“Kami berdua tenggelam dalam kerumunan manusia” (Besari, 2017: 174). Kutipan tersebut termasuk data kesebelas dari dua belas majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis gaya bahasa pertentangan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena terkesan melebih-lebihkan keadaan dengan menggunakan kata tenggelam yang secara leksikal bermakana masuk terbenam ke dalam air (aplikasi KBBI EDISI V), yang biasa digunakan pada suatu kejadian atau peristiwa. Berikut contoh pada kalimat: (a) Adik tenggelam di kolam renang, (b) Raka tenggelam di sungai.Adapun secara semantis kata tenggelam dalam kutipan diatasbermakana mereka berdua ikut serta bergabung dalam kerumunan manusia. Berikut contoh kalimat jika dimaknai secara leksikal: Bagas seakan tenggelam kedasar lautan ketika mendengar Ibunya meninggal. “Dan Juang masih jadi lelaki yang sama, yang memagari dirinya dengan idealism, yang terbangun dengan mata berapi-api setiap kali kata nasionalisme dipekiknya” (Besari, 2017: 195).

Kutipan terseebut merupakan data kedua belas dari dua belas majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis gaya bahasa pertentangan dalam novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Kutipan tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena terkesan melebih-lebihkan sesuatu hal dengan menggunakan kata memagari yang secara

Gambar

Tabel  1.Gaya  bahasa  pertentangan  dalam  novel  Konspirasi  Alam  Semesta  karya Fiersa Besari
Gambar Novel Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral, mendeskripsikan gaya bahasa yang

Masalah yang akan digali dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana gaya bahasa dalam novel Teratak karya Evi Idwati, dan (2) Gaya bahasa apa yang terdapat pada novel

Berdasarkan hasil analisis novel Perahu Kertas yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat gaya bahasa pertentangan yang didominasi dengan penggunaan gaya

Adapun konflik batin yang dialami oleh Ana Tidae karena adanya berbagai keinginan yang tidak sesuai dengan kenyataan, dorongan id yang tidak dapat terpenuhi menimbulkan

Dari hasil analisis dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan bahwa dalam novel Men Coblong karya Oka Rusmini, terdapat dua bentuk gaya bahasa satire yaitu; gaya bahasa

Tujuan penelitian yang berjudul analisis gaya bahasa pada novel anak Pondok Senja karya Mulasih Tary adalah untuk mendeskripsikan jenis gaya bahasa dan fungsi gaya

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata, dapat disimpulkan ada 28 jenis gaya bahasa, sebagai berikut: Gaya bahasa

Data kualitatif tersebut berupa struktur kalimat atau kata-kata yang mengandung gaya bahasa retoris dan kiasan yang ditemukan dalam novel Sinta karya Sunarno Sisworahardjo.. Objek