• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL GARIS WAKTU KARYA FIERSA BESARI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL GARIS WAKTU KARYA FIERSA BESARI SKRIPSI"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana program studiPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH RAHMAWATI

105331104317

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

ingatlah sejauh mana kamu berjuang sejauh ini.

Selalu bersuyur apa yang kamu punya hari ini, dan teruslah berjuang untuk mewujudkan seua mimpimu

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk ibunda dan ayah tercinta, keluarga besarku, dan sahabat – sahabat tersayang yang tidak pernah

Berhenti berdoa dan saling mendoakan, Selalu memotivasi dan memberi kekuatan.

(7)

vii Pembimbing II. Anzar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendekripsikan diksi atau pilihan kata yang dipergunakan dalam novel garis waktu karya Fiersa. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, suatu peneliti yang menghasikan data deskriptif berupa kata tertulis . Pengumpulan data dilakukan dengan teknik membaca dan mencatat.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari terdapat Diksi dan gaya bahasa. Diksi adalah pilihan kata, dalam pemilihan kata yang tepat sesuai dengan konteks kalimat akan memberikan efek tersendiri dalam menyampaikan informasi, baik melalui bahasa tulis maupun lisan. Gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau menulis lebih khusus ialah pemakaian ragam bahasa tertetu untuk memperoleh efek tertentu. Efek yang dimaksud dalam hal ini adalah estetis yang meghasilkan nilai seni.

Kata kunci: Diksi, gaya bahasa dan novel.

(8)

viii

Segala puji penulis hanturkan atas kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, dia menciptakan manusia dengan sepasang mata agar dapat memandang hamparan ciptaan-Nya, sehingga manusia sadar akan besar kuasa-Nya. Shalawat serta salam tak lupa penulis kirimkan kepada baginda nabiullah Muhammad Sallallahu’alaihi wasallam. Nabi yang telah mengorbankan segalanya demi memperjuangkan islam dan menjadi suri tauladan bagi umat manusia.

Kesempurnaan bagaikan fatamorgana, yang semakin dikejar, semakin hilang dari pandangan. Karena jika manusia mencari kesempurnaan, maka manusia tidak akan pernah merasa puas. Begitupun dengan tulisan ini, penulis ingin menggapai kesempurnaan, namun penulis hanya manusia yang memiliki keterbatasan. Segala daya dan upaya penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini menjadi baik dan bermanfaat.

Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang memotivasi penulis dalam merampungkan tulisan ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis, Rowa dan Junaeda yang selalu merawat, membesarkan, dan membiayai, penulis sehingga mampu mencicipi dunia pendidikan dan tak hentinya memberi dukungan, nasihat, serta motivasi bagi penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis hanturkan kepada dosen pembimbing I dan II yaitu Bapak Dr. H. Syahruddin, M.Pd. dan Bapak Dr. Anzar, S. Pd., M. Pd.

atas bimbingannya dalam penyusunan tulisan ini. Semoga allah SWT.

(9)

ix

memberikan bantuan dalam penulis ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, . Ag. Sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Periode 2020-2-2004 yang telah memberikan kesempatan bagi penulis menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Erwin Akib, S. Pd., M. Pd., Ph. D. Selaku dekan fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan fakultas terbaik demi lancarnya kegiatan perkuliahan di Fakultas.

3. Dr. Munirah, M. Pd. dan Dr. Muhammad Akhir, M. Pd. selaku ketua dan sekretaris Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengatur dan membuat segala kebijakan di Prodi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia serta menajadi tuntunan penulis selama menajdi mahasiswa.

4. Dosen - dosen pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang ternilai harganya selama masa pendidikan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan krtik dan sastra dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut bersifat membangun mudah – mudahan tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi dari pribadi penulis. Aamiin.

(10)

x

Penulis

(11)

xi

KARTU KONTROL PEMBIMBING 1...

KARTU KONTROL PEMBIMBING 11...

HALAMAN PENGESAHAN ...

SURAT PERNYATAAN...

SURAT PERJANJIAN ...

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang ...

B. Rumusan Masalah...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Penelitian ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...

A. Kajian Pustaka ...

1. Penelitian yang Relevan ...

2. Diksi... ...

3. sastra ...

4. Unsur Pembangun Novel ...

5. Novel Garis Waktu... ...

6. Gaya bahasa... ... ...

A. KerangkaPikir ...

BAB III METODE PENELITIAN ...

A. Jenis Penelitian ...

B. Data dan Sumber Data ...

(12)

xii

BAB 1V HASIL DAN PENELITIAN ...

A. Hasil dan penelitian ...

B. Pembahasan ...

BAB V PENUTUP ...

A. Simpulan ...

B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

Lampiran ...

(13)

1

Kehidupan yang dituangkan dalam karya sastra mencakup hubungan manusia dengan lingkungan dan masyarakat, hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan dirinya, dan hubungan manusia dengan tuhan. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra merupakan ekspresi kehidupan manusia yang tidak akan lepas dari akar masyarakatnya oleh karena itu karya sastra disebut struktur yang komplek.

Karya sastra pada hakikatnya merupakan replika kehidupan nyata. Segala hal yang diceritakan dalam sebuah karya satra tidak lepas dari aktivitas kehidupan sehari - hari. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karya sastra juga berfungsi sebagai hiburan tetapi karya sastra juga berfungsi sebagai kritik sosial. Walupun berbentuk fiksi misalnya, cerpen, novel, dan drama, persoalan yang dirasakan oleh pengarang tidak lepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari hari. Hanya saja dalam penyampaiannya pengarang sering mengemas dengan gaya berbeda-beda dan syarat pesan moral bagi kehidupan manusia. Rimang, (2011) Menyatakan bahwa karya sastra baik sebagai kreatifitas estetis maupun respons kehidupan sosial, mencoba mengungkapkan perilaku manusia dalam suatu komunikasi yang dianggap berarti bagi aspirasi kehidupan seniman, manusia pada umumnya.

Sastra berkaitan erat dengan manusia dan kehidupanya. Manusia menghidupi sastra, kekuatan sastra yang dahsyat mampu mengubah moralitas dan karakter manusia ke dalam persepsi kehidupan yang berbeda. Menurut Lestari,

(14)

2

kemanusiaan tidak sekadar meghadirkan dan memotret begitu saja, melainkan secara substansial menyarankan bagaimana proses kreatif pengarang dalam megekspresikan gagasan-gagasan keindahannya. Sastra atau kesusatraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan). Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan strukur yang bermakna. novel tidak sekadar merupakan serangkai tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur. Novel menceritakan suatu peristiwa pada waktu yang cukup panjang dengan beragam karakter yang diperankan oleh tokoh.

Novel merupakan karya yang diciptakan melalui imajinasi seorang pengarang sehingga menciptakan sebuah keindahan sastra. Gambaran - gambaran yang diciptakan pengarang tentunya berkaitan dengan kehidupan manusia dan hal yang melingkupi termasuk nilai-nilai. Dalam novel terdapat banyak pengajaran di dalamnya sehingga dapat mendorong pembacanya berperilaku yang baik dalam kehidupan sosial. Novel adalah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur tersebut sengaja diadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa di dalamnya.

(15)

Novel merupakan salah satu bentuk prosa yang pengungkapan pengalaman atau rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan sikap dan watak pelaku. Novel merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur – unsur padu. Novel merupakan karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia yang berisi sebuah model kehidupan yang didealkan, dunia imajinasi yang dibangun melalui sebagai kehidupan sebagai unsur intrinsik seperti plot, tokoh, latar, tema, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa, persoalan gaya merupakan persoalan yang penting gaya menunjukkan diri pengarang dan sekaligus dapat membedakan pengarang yang satu dengan pengarang lain, yaitu konsisten menggunakan Bahasa Indonesia baku di dalam bukunya,

Fiersa Besari tidak mengikuti tren menulis dengan bahasa percakapan orang Jakarta maupun menggunakan bahasa yang tidak baku. Iya tampak melawan itu dengan menyungguhkan percakapan dalam tokohnya menggunakan bahasa baku, lantas iya juga membuktikan bahasa baku tetap asyik dibaca, dengan menggunakan bahasa yang baku, dapat mengait para pembaca dan sudah memahami isi bacaan, serta setiap bukunya tidak menoton menceritakan tentang romansa, tetapi juga menceritakan tentang keindahan alam dan perjalanan kisah hidupnya.

Analisis terhadap gaya sastra tentang keadaan konteks sosial sebagai cermin zaman, konteks sosial situasi pengarang sangat penting untuk dikaji, karena dengan mengkaji terlebih dahulu konteks sosial sebagai cermin zaman dan konteks sosial situasi pengarang diksi tentang bagaimana pengarang menulis novel tersebut garis waktu karya Fiersa Besari. Konteks atau penggunaan gaya

(16)

bahasa sebagai cerminan penerapan dalam novel sehingga menjadikannya menarik perhatian lebih pembaca dan berdasarkan hal tersebut novel menarik untuk dikaji terlebih dahulu, sebab dengan melihat kedua masalah tersebut akan menjadi pengantar utama untuk melihat konteks gaya bahasa dan pengunaan diksi yang terdapat dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari.

H.B Jasin mengemukakan bahwa soal pilihan kata adalah soal gaya memilih dan mempergunakan kata sesuai dengan isi yang ingin disampaikan ialah soal kata gaya, juga bagaimana menyusun kalimat secara efektif, secara estetis, yakin memberikan kesan yang dikehendaki pada si penerima gaya. Oleh sebab itu persoalan gaya meliputi gaya cerita dan mempergunakan bahasa, konsekuensi hal demikian adalah tiap - tiap pengarang memiliki ciri khas tersendiri, kadang sedang menggunakan kalimat - kalimat panjang dan juga ada yang senang menggunakan kalimat kalimat pendek. Persoalan itu ditentukan oleh usai pengarang perkembangan cerita dan tema cerita.

Menurut Tarigan (Laila, 2016) Gaya bahasa merupakan bentuk retorika yaitu pengunaan kata kata dalam berbicara dalam menulis untuk menyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca. Salah satu penulis yang karyanya paling banyak dibaca ialah Fiersa Besari atau disapa (Bung) yang merupakan seorang penulis atau sastrawan sekaligus musisi. Ciri khas penulis Fiersa Besari sastra dari bahasa sanskerta yang berari tulisan atau karangan secara ringkas dan padat menyatakan bahwa sastra adalah segala sesuatu yang tertulis, pemakaian bahasa dalam bentuk tulis, meskipun tidak semua bahasa tulis adalah sastra. Isi yang baik artinya berguna dan mengandung nilai pendidikan. Karya sastra sebagai

(17)

hasil cipta manusia selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai nilai kehidupan seperti mitos, moral dan budaya melalui persperktif masyarakat dengan karya sastra. Karya sastra adalah pengungkapan ideologi pelaku baik berupa prosa, prosa puisi, dan drama, munculnya sebuah ide didasari oleh sebuah konsep bersumber dari sederatan pengalaman. Pengalaman tersebut dapat berbentuk fisik., pengalaman batin dan pengalaman budaya. Dari ketiga unsur karya sastra tersebut novel yang paling mendapat tempat dan hasil di masyakarat

Wujud dari karya sastra seharusnya tidak hanya sebagai media untuk menghibur tetapi juga sebagai media untuk mendidik, mengkritik, dan mencoba memperbaiki keadaan dalam masyarakat serta harus mampu mempengaruhi dan meyakinkan pembaca melalui hasil karyanya. Hal ini karenakan pola pikir pengarang dipengetahui oleh kepekaan serat kondisi sosial masyarakat yang melingkupinya, hati nurani manusianya, dan kepakaan terhadap kedaan zaman, selain itu, tugas sastra juga sebagai pelopor pembaharuan yang mampu memberikan pengakuan terhadap suatu gejala kemasyarakatan Ratna Juariyatun (2011). Peran sastra menjadi sangat penting untuk membawa perubahan besar dalam masyarakat, serta menjadi penengah dalam menyuarakan hal - hal tidak selaras yang dapar menimbulkan adanya pengakuan suatu gejala dalam masyarakat.

Jenis karya sastra yang sering menjadi media utama dalam menyampaikan berbagai macam konflik dalam masyarakat adalah novel. Dalam novel segala sesuatu yang diceritkan tentunya dapat dipastikan merupakan hasil refleksi pengarang dan terinspirasi dari dunia nyata masyarakat yang berada disekitarnya.

(18)

Novel mampu menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan yang tidak jarang dijadikan sebagai cermin mengenai permasalahan nasib kehidupan, keuntungan, dan peruntungan, eksploitasi, pelecehan seksual, ekploitasi, pelecahan seksual, perselingkuhan, percintaan, kemelaratan, kejahatan, diskriminasi, dan keglamouran serta aspek-aspek kehidupan yang lain.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah diksi dan gaya bahasa dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari?

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendekripsikan diksi atau pilihan kata yang dipergunakan dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari.

D. Manfaat kajian

Adapun manfaat dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

Secara teoretis ini diharapkan dapat menambahkan kekayaan penelitian dalam bidang linguistik yang berhubungan dengan diksi dan gaya bahasa pada novel garis waktu karya Fiersa Besari. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti tentang diksi dan gaya bahasa dalam mengkaji karya sastra khususnya novel.

(19)

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis, manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagi guru bahasa Indonesia, penelitian diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang diksi dan gaya bahasa.

b. Bagi mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, penlitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan terhadap keanekaragaman diksi dan gaya bahasa dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari. khususnya bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.

c. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan dapat menambahkan referensi penelitian selanjutnya.

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian pustaka

1. Penelitian Relevan

Hasil penelitian yang sama pernah dilakukan oleh (Wardarita &

Ardiansyah, 2020) dengan judul Analisis Diksi dan Gaya Bahasa dalam novel London love story karya Tisa Ts. Pengertian diksi atau pilihan kata menurut (Gorys Keraf, 2009), pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata yang tepat atau menggunakan ungkapan- ungkapan yang tepat. Pemajasan (Figurative language, figures of chought) merupakan teknik pengungkapan bahasayang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan atau makna yang tersirat.

Nurhikma, (2009) Novel merupakan salah satu jenis karya sastra.

Dalam novel pengarang memaparkan realitas kehidupan manusia yang dibungkus dengan rapi dengan menggunakan bahasa. Novel London love story adalah salah satu dari beberapa novel karya Tisa TS yang sarat dengan diksi dan gaya bahasa.Novel London Love Story adalah novel terbaru selain dari Magic hour.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Mustafa, (2019) dengan judul Analisis Gaya Bahasa dalam Novel Sang Pemimpi Karya Anrea Hirata.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati di latar belakangi oleh kurangnya

(21)

bahan ajar yg menarik bagi siswa oleh karena itu penulis menganalisis novel sang pemimpi karya Anrea Hirata dalam hal penggunaan gaya bahasa untuk dijakdikan bahan ajar yang menarik bagi siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuatitaf desain deskripsi. Fenomena yang diteliti adalah gaya bahasa dalam novel Sang pemimpi karya AnreaHinata.

Hasil penelitian ini menemukan empat gaya pada novel tersebut yaitu, gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan, dan gaya bahasa perulangan.

Penelitan selanjutnya dilakukan oleh Wulandari, (2014) dengan judul pengunaan Diksi dan Gaya Bahasa dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman. penelitian ini berusaha mengungkapkan diksi dan gaya bahasa yang digunakan oleh Habibi burrahman El Shirazy dengan menuangkan ide dan gagasanya dalam Novel pudarnya pesona Cleopatra ini didasarkan pada kekhasan gaya bahasa yang digunakan oleh penuli yang tampak dalam karyanya

Peneliti selanjtunya dilakukan oleh Triyandani, (2019) dengan judul kekuatan Diksi dalam Buku Puisi Tarian Hujan. Dari seratus dua sajak terhimpun dalam buku puisi Jane sebagian besar mengunakan diksi yang memiliki gaya sugestif. Kekuatan diksi sangat didasri oleh penyair, kata atau rangkaian kata dipilih penyair dengan maksud untuk menimbulkan efek tertentu pada diri pembaca, seperti ingin menonjolkan bagian tertentu, ingin mengungah simpati atau menghindar dari hal-hal yang monoton.

(22)

2. Diksi

Penggunaan diksi (piilihan kata) dalam penulisan ilmiah atau karya fiksi menjadi aspek yang sangat penting dalam pembangunan kalimat yang efektif dan utuh. Pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan konteks kalimat akan memberikan efek tersendiri dalam menyampaikan informasi, baik melalui bahasa tulis maupun lisan. Pengunaan kata yang tidak sesuai dengan konteks atau masih asing bagi pembaca atau pendengar akan berdampak terhadap keefektifan tulisan dan miskomunikasi antara penulis dan pembaca atau antara pembicara dan pendengar.

Hal ini perlu diperhatikan dalam menyampaikan pesan, baik melalui bahasa tulisan maupun bahasa lisan. keterbatasan kosa kata yang memilki penulis dan pembaca atau penutur dan pendengar, oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya kondisi tersebut, pemahan dan kesadaran akan pentingnya memiliki kemampuan menguasai kosa kata dan pemilihan kosa kata menjadi suatu keharusan, baik itu bagi penulis dan pembicara maupun pembaca dan pendengarnya.

Diksi merupakan kemampuan untuk membedakan konteks dan makna dari gagasan yang ingin disampaikan. Keraf, (2016) mengemukakan bahwa diksi mencakup kata-kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan dengan cara menggabungkan kata yang tepat, dan gaya yang paling baik digunakan dalam situasi tertentu.

(23)

Alkhadiah, (1998) mengemukakan bahwa kata meruapakan salah satu unsur dasar bahasa yang sangat penting. Pemilihan kata atau diksi yang baik berpengaruh bagi pembaca atau penulis untuk menyatakan pikiran dan perasaan sehingga tidak terjadi kesenjangan interaksi.

Pilihan kata bertujuan agar orang lain atau pembaca memahami pikiran dan perasaan penulis secara tepat. Dengan demikian, seorang penulis dituntut untuk dapat melakukan pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakainya dalam karangan atau tulisan yang dibuatnya. Keraf Ekoyanantiasih, (2015) Menegaskan bahwa seorang yang luas kosa katanya dan mengetahui tepat batasan pengertianya akan mengungkapkan pula secara tepat hal yang dimaksudkan.

Ketepatan pengunaan diksi mempengaruhi untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca. Dengan demikian, penulis harus berusaha sebaik-baiknya dalam memilih kata guna mencapai maksud yang disampaikan. Ketepatan pemilihan kata tidak akan menimbulkan kesenjangan interaksi antara pengarang dan pembaca.

Keraf (1991:24) Mengemukakan bahwa Untuk mencapai ketepatan pemilihan kata dalam menulis, seorang penulis perlu memperhatikan beberapa petunjuk:

1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi bila dua kata mempunyai makna yang mirip, penulis harus menetapkan yang mana harus digunakan untuk mengungkapan maksudnya. Kalau pengertian

(24)

dasar yang diinginkan, maka sebaiknya memilih kata yang denotative.

Kalau menghendaki reaksi yang akan dicapai.

2. Membedakan secara cermat kata- kata yang hampir bersinonim. Kata kata yang bersinonim tidak selalu memilki distribusi yang selalu melengkapi. Oleh karena itu, penulis harus hati hati memilih kata untuk mencapaikan hal yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interprestasi yang berlainan.

3. Membedakan kata kata yang mirip dengan ejaan. Penulis sangat perlu membedakan kata kata yang mirip agar tidak terjadi salah paham.

Misalnya: preposisi

4. Hindari kata kata ciptaan sendiri. Perkembangan bahasa tampak bertambahnya jumlah kata baru. Kata baru biasanya muncul untuk pertama kali karena oleh orang orang terkenal.

5. Waspadalah terhadap pengunaan akhiran asing. terutama kata kata asing. Misalnya Kultur – kulturan, idiom – diomatik

6. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis. Contoh: ingat akan bukan ingat terhadap, mengharapkan akan, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi sesuatu 7. Menjamin ketepatan diksi, penulis harus membedakan kata umum dan

kata khusus. Kata khusus lebih lebih menggambarkan sesuatu dari pada kata umum

8. Mempergunakan kata kata indra yang menunjukkan persepsi yang khusus.

(25)

9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata kata yang sudah dikenal

10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

dengan hal tersebut pemilihan kata dalam menulis, penulisan harus menyesuaikan dengan topik yang telah dipilih. Menulis dalam satu bidan ilmu harus menguasai kata-kata dan istilahnya. Jika tidak membedakan kesalahan pemilihan kata dan mengakibatkan gagasan yang ditulis tidak dipahami oleh pembaca.

Dapat disimpulkan bahwa diksi atau pilihan kata yang sesuai dengan konteks kalimat akan mencegah terjadinya kesalah pahaman antara pengarang dan pembaca ataupun penutur dengan pendengar. Diksi dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan dengan cara menggabungkan kata yang tepat, dan gaya bahasa yang tepat dalam penggunaanya.

3. Sastra

Pada zaman modern ini kedudukan sastra semakin meningkat dan semakin penting. Sastra tidak hanya memberikan kenikmatan dan kepuasan batin, tetapi juga sebagai sarana penyampaian pesan moral kepada masyarakat atas realitas sosial. Karya sastra tercipta dalam kurun waktu tertentu dapat terjadi penggerak tentang keadaan dan situasi yang terjadi pada masa penciptaan karya sastra itu, baik sosial budaya, agama, politik, ekonomi, dan pendidikan, selain itu karya sastra dapat digunakan sebagai dokumen sosial budaya yang menangkap realita dari masa

(26)

tertentu, tetapi bukan menjadi keharusan bahwa karya sastra yang tercipta merupakan pencerminan situasi kondisi pada saat karya sastra ditulis.

Salah satu bentuk “susastra” sebagai penuangan ide kreatif pengarang adalah novel,

Menurut Al-ma’ruf, (2009) Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan memiliki keanekaragaman, baik yang mengandung aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, kemanusiaan, dan kebiasaan. Suwartini, (2013) menyatakan bahwa sastra berarti alat unik pengajaran, buku petunjuk, dan intruksi terhadap seseorang. karya sastra sering menceritakan sebuah kisah, dalam sudut pandang orang ketiga maupun orang pertama .

Karya sastra merupakan media yang biasa digunakan oleh pengarang tujuannya untuk menyampaikan isi pemikiran ataupun gagasannya (Fitriani, 2019:33). Gagasan-gagasan tersebut biasanya juga disampaikan dalam bentuk pengalamannya sehingga memberikan pemikirannya dan imajinasinya kepada pembaca. Sastra ini bukan hanya lahir dari suatu kejadian melainkan sastra ini juga lahir dari kesaaran yang dimiliki oleh penciptanya. Pada dasarnya karya sastra ini sifatnya imajinatif dan fiktif. Namun, sastra ini juga bisa ditanggung jawabkan oleh penulisnya.

(27)

A. Jenis Jenis sastra 1. Puisi

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang berupa hasil dan ungkapan perasaan seorang penulis. Penulis puisi ini lebih dikenal dengan sebutan penyair. Pembuatan dan penyusunan puisi ini mementingkan irama, rima, penyusunan lirik dan bait. Puisi dibuat dengan mengandung banyak makna. Puisi ini juga merupaan pegubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan dipilah secara tertata dan cermat sehingga memberikan pertajaman kesadaran terhadap pengalaman dan membangkitkan tanggapan melalui pernyataan bunyi dan irama serta mengandung makna. Puisi juga hasil dari imajinatif penulis tetapi lebih menekankan pada kekatan bahasa (Musrifah, 2018:46).

2. Prosa

Prosa merupakan jenis karya sastra yang bentuknya adalah tulisan bebas. Bebas yang dimaksud adalah tidak terikat dengan beberapa peraturan yang ada seperti rima, diksi dan irama seperti pada puisi.

Makna dalam prosa ini sifatnya denotatif atau memiliki makna yang sebenarnya. Jika alam prosa terdapat kata-kata kiasan maka hanya digunakan sebagai ornament di bagian tertentu saja untuk memberikan keindahan dalam penulisan prosa (Musrifah, 2018:52).

Prosa juga merupakan bentuk karya sastra yang mengandung makna sebenarnya. Namun, terdapat beberapa kata kiasan yang digunakan dalam prosa. Kata kiasan ini merupakan kata-kata yang indah namun tidak

(28)

memberikan penggambaran makna yang sebenarnya. Kiasan ini hanya sebagai bentuk keindahan dan penekanan terhadap hal-hal yang disampaikan. Prosa yang terdapat kiasan merupakan kumpulan kelompok kata untuk mengiaskan sesuatu hal sebagai bentuk penjelasan makna yang ditampilkan dalam prosa.

Prosa juga merupakan jenis karya sastra yang bentuknya adalah tulisan bebas. Bebas yang dimaksud adalah tidak terikat dengan beberapa peraturan yang ada seperti rima, diksi dan irama seperti pada puisi. Makna dalam prosa ini sifatnya denotative atau memiliki makna yang sebenarnya (Musrifah, 2018:53).

3. Drama

Drama adalah suatu karya sastra yang dibawakan oleh pemainya.

Kata drama berasal dari bahasa yunani draomai, yang berarti bertindak, bereaksi, berlaku. jadi dramabisa berarti suatu perbuatan atau tindakan.

Secara umum pengertian drama karya sastra berupa dialog yang dibawakan atau diperankan oleh para pelaku. Pementasan naskah drama disebut juga dengan teater. Drama dalam arti luas adalah segala bentuk tayangan yang mendandung cerita yang disajikan di hadapan masyarakat luas. Sedangkan dalam arti sempit, drama adalah kisah manusia dalam masyarakat yang dipentaskan di atas panggung.

Drama adalah salah satu genre (Jenis) karya sastra yang menggambarkan kehidupan manusia dengan gerak. Drama ini menyajikan

(29)

realitas kehidupan, karakter dan tingkah laku manusia melalui peran dan dialog yang dibawakan.

Tjahjono (1988:186) Mengemukakan drama yang termasuk karya sastra adalah naskah ceritanya. Sebagai karya sastra, drama itu unik.

Drama diciptkan tidak hanya untuk dibaca, tetapi juga memungkinkan untuk dipentaskan. Drama sebagai tontonan atau pertunjukan untuk dipentaskan, drama sebagai tontonan atau pertunjukan sering disebut sebagai teater sebagai seni pertunjukan. Drama memiliki karakter fana, artinya dimulai pada suatu malam dan berakhir pada malam yang sama.

4. Novel

Sebagai karya sastra, novel merupakan sarana atau media untuk mendeskripsikan pemikiran pengarang ketika pengarang mengedepankan nilai - nilai moral dalam karyanya, maka data atau informasi yang ia sajikan bisa jadi berasal dari orang lain atau pengalamannya sendiri

Nurgiyanto (Hartini & Wibowo, 2017), Menjelaskan bahwa segi panjang cerita novel jauh lebih panjang dari cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan alur cerita secara bebas, menyajikan kata, kalimat, paragraf lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan dapat melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Hal tersebut bergantung pada unsur pembangun novel. kelebihan novel yang khas adalah kemampuanya menyampaikan permasalahan yang kompleks secara penuh, mengkreasikan sebuah dunia yang utuh dalam imajinasi.

Berbeda dengan cerpen, yang tidak menuntut pembaca memahami

(30)

masalah yang kompleks dalam alur cerita dan penjelasan yang tidak detail. Sebaliknya, novel lebih mudah untuk dipahami penjelasan dalam alur ceritanya yang lebih kompleks. Hal ini merupakan perbedaan mendasar antara novel dengan cerpen.

Wicaksono, (2017) Mengemukakan bahwa novel adalah suatu jenis karya sastra yang berbentuk prosa fiksi dalam ukuran yang panjang, Minimal 40.000 kata dan lebih kompleks dari cerpen, dan pembahasan yang lebih luas yang lebih menceritakan konflik - konflik kehidupan manusia. Novel tidak hanya sekedar merupakan serangkaian tulisan yang padu, tetapi novel menceritakan suatu peristiwa yang cukup panjang dengan ragam karakter yang diperangkan oleh tokoh.

Novel yang diartikan sebagai konsentrasi kehidupan yang lebih tegas, dengan rancanganya yang lebih luas dan mengandung sejarah perkembangan manusia yang biasanya terdiri dari beberapa fragmen dan patut ditinjau kembali. Menurut Kosasih (Zulaifah 2019), mengemukakan bahwa novel adalah karya imajinasi yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh, maksudnya jelas bahwa novel meruapakan sebuah karya cipta manusia yg diwujudkan jelas bahwa novel merupakan sebuah karya cipta manusia yang diwujudkan oleh seorang penulis melalui penggambaran berbagai kisah hidup yang dialami seseorang dengan untaian kisah, baik suka maupun duka yang muncul dalam kehidupan sang tokoh yang diceritakan dalam fiksi berbentuk novel.

(31)

Dari pengertian novel di atas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang bersifat imajinatif dan meceritakan sebuah kisah kehidupan yang kompleks dalam bentuk imajinasi dan mimesis.

a. Unsur unsur intrinsik 1. Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan kajian unsur fiksi yang biasanya disebut sebagai tokoh, penokohan dan watak. Tokoh dalam cerita merupakan orang - orang yang ditampilkan pada suatu karya yang naratif ataupun drama. Tokoh ini dapat ditafsirkan oleh para pembaca dengan mengambil sisi moralitas dan kualitas moral seperti dalam mengekspresikan suatu hal. Tokoh dalam cerita ini akan memberikan dan menampilkan kualitas karyanya.

Penggambaran melalui ekspresi ini dapat juga dilakukan melalui tindakan ataupun perilaku (Werdiningsih, 2016:61). Peristiwa dalam karya fiksi ini merupakan bentuk peristiwa yang diambil dalam kehidupan sehari - hari sehingga selalui disesuaikan dengan karakter tokoh atau pelaku yang sesuai dengan kenyataannya.

Pelaku ini mengalami sebuah peristiwa dalam sebuah cerita fiksi ini sehingga dapat menjalin cerita. Hal ini disebut dengan tokoh karena bermain dalam cerita fiksi serta mampu menjalin suatu cerita dalam karya fiksi tersebut. Tokoh ini merupakan salah satu seorang yang perannya penting dakam suatu karya sastra

(32)

seperti novel. Hal ini disebabkan karena apabila dalam suatu karya sastra tersebut tidak terdapat tokoh yang berperan dan bermain dalam karya sastra ini maka alur cerita dalam novel tersebut juga tidak akan hidup dan tidak memberikan kemenarikan tersendiri.

Tanpa adanya kemenarikan suatu karya sastra maka tidak dapat mengundang banyak peminat untuk membaca karya sastra tersebut (Fitriani, 2019:35). Tokoh disetiap cerita novel ini memiliki karakteristik yang berbeda - beda. Sifatnya berbeda-beda sehingga tokoh ini dapat digolongkan menjadi beberapa jenis.

Beberapa jenis tersebut yaitu tokoh sentral atau tokoh utama dan tokoh yang biasanya digunakan untuk tambahan atau tokoh figuran. Tokoh dalam karya fiksi ini dapat juga dibedakan oleh beberapa hal sebagai berikut :

1. Berdasarkan peranannya maka setiap tokoh ini akan dibagi menjadi dua jenis sesuai dengan peranannya yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama ini merupakan peran penting dalam alur cerita novel tersebut karena penceritaannya memfokuskan pada tokoh utama ini. Selanjutnya, tokoh tambahan ini merupakan tokoh yang pernannya sebagai pelengkap saja (Wonga, 2016). Tokoh tambahan ini seing digunakanuntuk memenuhi kekurangan saja karena tidak lengkap apabila tokoh yang dimainkan kurang.

(33)

Tokoh dalam karya fiksi ini selanjutnya terbagi atas penampilan tokoh. Penampilan tokoh ini merupakan bentuk - bentuk penampilan dari tokoh yang ditentukan. Tokoh protagonist ini merupakan salah satu tokoh yang sangat dikagumi. Tokoh protagonist ini merupakan salah satu tokoh dengan sifat yang baik.

Tokoh - tokoh protagonist menampilkan ekspekstasi yang tinggi atau harapan yang tinggi. Jenis tokoh yang dibedakan menjadi jenis perwatakan. Tokoh ini dibagi menjadi dua atas tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana ini merupakan tokoh yang hanya memiliki beberapa kepribadian tertentu saja. Sedangkan, pada tokoh yang bulat maka tokoh bersifat kompleksitas yang diungkap dari dirinya sendiri untuk ehidupan pribadinya sendiri juga (Wonga, 2016:34).

Penokohan ini merupakan hal yang hampir sama dengan tokoh namun penokohan ini merupakan bentuk pelukisan gambarann dari tokoh tersebut. Tokoh ini merupakan orang yang berperan dari suatu karya sastra tersebut sedangkan penokohan ini merupakan sifat atau karakteristik tokoh dalam karya sastra (Mbulu, 2017:12). Penokohan ini juga merupakan salah satu keinginan pengaranag untuk menampilkan tokoh atau perilaku dalam penokohan. Setiap pengarag karya sastra ini berusaha memunculkan karakternya secara acak. Setiap pengarang tentunya akan menampilkan penokohan ini secara baik dan sempurna.

(34)

Pelukisan tokoh dalam karya fiksi ini dapat dibagi menjadi dua yaitu pelukisan secara langsung. Pelukisan secara langsung ini disebut sebagai teknik menganalisis penokohan (Aurelia, 2016:21).

Penokoha ini akan memberikan deskripsi, uraian ataupun beberapa bentuk penjelasan secara langsung. Sedangan, pelukisan tokoh yang secara tidak langsung ini merupakan pengarang yang mendeskripsikan tokoh - tokohnya dalam karya sastra. Pelukisan tokoh ini dapat dilukiskan dengan menampilkan watak dari tokoh tersebut yang bisa juga diambil melalui kenyataan yang ada.

Sebagian besar tokoh-tokoh dalam karya sastra ini berupa manusia atau makhluk lain yang sifatnya mirip dengan manusia.

Tokoh cerita ini akhirnya diartikan perlu digambarkan secara wajar karena mempunyai unsur pikiran dan perasaan. Tokoh - tokoh dalam karya fiksi ini harus dibuat secara wajar terutama bagi karya fiksi yang menggunakan tokoh manusia untuk meyakinkan pembaca bahwa tokoh tersebut seperti manusia yang sebenarnya (Wonga, 2016:38). Melalui pengangkatan tokoh yang sebenarnya maka pengarang karya fiksi ini dapat memberikan watak dan karakter yang sesuai , penempatan karakternya serta pelukisannya dalam cerita agar mampu memberikan gambaran secara jelas terhadap pembacanya.

Perawatakan dalam novel ini dibedakan menjadi dua yaitu tokoh statis serta tokoh yang berkembang (Wonga, 2016:42). Jika

(35)

seorang pengarang memberikan perubahan perwatakan tokoh dalam ceritanya maka disebut sebagai tokoh yang berkembang.

Namun, apabila dalam cerita tersebut seorang tokoh tersebut dalam ceritanya tidak mengalami perkembangan maka disebut sebagai tokoh statis karena tidak mengalami perubahan baik mulai awal cerita hingga akhir cerita

b. Alur

Alur ini merupakan rangkaian-rangkaian peristiwa pada karya sastra. Alur ini hrus dibuat agar penyusunan novel dapat tersistematis menggambarkan kejadian peristiwa secara berurutan dan berhubungan.

Pada alur cerita ini terdapat tahap penyesuian dimana pengarang akan mengenalkan tokoh - tokoh terlebih dahulu melalui latar belakang cerita kemudian mulai masuk ke tahap permunculan konflik. Tahap ini pengarag karya sastra mulai mengeluarkan sebuah kejadian atau konflik dimana konflik ini dapat terus dikembangkan hingga sampai tahap peningkatan konflik dimana konflik ini semakin memuncak hingga tahap klimaks. Setelah tahap klimaks maka pengarang akan mulai memunculkan penyelesaian konflik (Musrifah, 2018:70)

c. Latar atau Setting

Latar atau setting ini merupakan salah satu unsur intrinsik di sebuah karya sastra. Latar atau setting ini meliputi ruang, waktu serta suasana yang terjadi di suatu peristiwa pada karya sastra. Latar juga dapat diartikan sebagai waktu atau berlangsungnya suatu peristiwa

(36)

karena latar ini juga dapat berfungsi sebagai metonomia yang digunakan mengekspresikan tokoh.

d. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan posisi pengarang dalam sastra atau cerita pada karya sastra. Pengarang bisa membuat kisah dalam karya sastra dengan menggunakan sudut pandang. Sudut pandang yang digunakan biasanya menggunakan sudut pertama dan ketiga. Sudut pandang pertama merupakan penempatan yang menjadi tokoh “Aku”

dengan menceritakan dirinya sendiri. Sedangkan, sudut pandang orang ketiga adalah seorang yang posisinya sebagai narator dan berada diluar cerita dengan menyebut “Dia”.

e. Tema

Tema ini merupakan salah satu struktur dalam penyusunan novel.

Sebelum novel ini disusun maka harus menyusun tema terlebih dahulu.

Tema ini merupakan sebuah makna cerita yang secara khusus mampu memberikan keterangan terkait sebagian besar unsurnya secara sederhana.

Tema ini berupa gagasan dasar yang mampu menopang sebuah karya sastra dan terkandung dalam suatu teks. Tema ini posisinya sejajar dengan makna suatu pengalaman manusia yang bisa diingat dan terdapat banyak cerita yang menggambarkan kejadian tersebut sehingga dapat di ingat mulai keci, remaja, dewasa dan tua.

(37)

f. Pesan Moral

Pesan moral merupakan amanat atau pesan moral yang kehadirannya ini dipertahankan dalam sebuah cerita dengan dukungan dari unsur lainnya seperti alur dan tokoh. Amanat dan pesan yang ada dalam karya sastra ini mengacu pada sikap, tingkah laku dan kesopanan serta pergaulan yang dihadirkan oleh pengarang melalui tokoh cerita tersebut.

a. Jenis- jenis Novel

Menurut Al (2019) novel terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan 3 unsur yaitu jenis novel berdasarkan nyata atau tidaknya, berdasarkan genrenya serta berdasarkan isi dan tokohnya.

1. Berdasarkan nyata atau tidaknya sebuah cerita, novel terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Novel fiksi, jenis novel yang satu ini yaitu yang sesuai dengan namanya,novel ini berkisah tentang hal yang fiktif dan tidak pernah terjadi, tokoh, alur maupun latar belakangnya hanya sebuah rekaan penulis saja. contohnya: Twillight dan Harry Potter.

b. Novel non Fiksi novel ini kebalikan dari sebuah novel fiksi yaitu sebuah novel yang mencritakan tentang hal yang nyata yang sudah pernah terjadi, biasanya jenis novel ini berdasarkan sebuah pengalaman seseorang, dan kisah nyata atau berdasarkan sejarah. Contoh: Laskar Pelangi.

(38)

2. Berdasarkan Genrenya novel terbagi menjadi lima jenis yaitu

a. Novel Romantis, Novel romantis merupakan novel yang menceritakan tentang kisah - kisah percintaan dan juga tentang kasih sayang. Contoh: Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan Mihrab Cinta.

b. Novel Komedi, Novel komedi berisikan tentang sebuah cerita yang mengandung unsur humor serta hal-hal yang lucu sehingga membuat pembacanya terhibur dan tertawa. Contoh: Marmut Merah Jambu, Manusia Setengah Salmon.

c. Novel Misteri, Novel misteri merupakan jenis novel yang menggambarkan kisah - kisah atau cerita penuh misteri yang biasanya ceritanya menimbulkan teka - teki dan penasaran si pembacanya. Contoh: Sherlock, Holmes, Metropolis, Rebecca, dan Agatha Christie.

d. Novel Horor, Novel horor menceritakan tentang suatu hal yang menyeramkan, menakutkan serta membuat si pembaca merasa tegang dan berdebar-debar. Contoh: Dracula, Bangku Kosong, Kereta Manggarai.

e. Novel Inspiratif, Novel inspiratif berisikan tentang cerita yang mampu menginspirasi banyak orang, terutama pada pembacanya.

Novel ini ditujukan untuk memberikan pesan moral atau membangkitkan motivasi para pembacanya. Contoh: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Negeri 5 Menara.

(39)

3. Berdasarkan isi dan tokohnya novel terbagi menjadi lima jenis yaitu:

a) Novel Teenlit, Novel teenlit merupakan novel yang berisikan tentang kehidupan remaja serta masa perkembangan yang terjadi pada remaja. Contoh: Dealova, Paris I’m In Love, Roman picisan, Perahu Kertas.

b) Novel Chicklit, Novel chicklit berisikan tentang cerita seputar wanita muda dan berbagai permasalahan yang dihadapinya.

Contoh: Miss Jutek, Testpack, Klub Santap Malam Rahasia.

c) Novel Songlit, Novel songlit merupakan jenis novel yang pembuatannya bermula dari sebuah lagu.Contoh: Ruang Rindu, Lelaki Buaya Darat, Surat Cinta Untuk Starla.

d) Novel Dewasa, Novel dewasa merupakan novel yang diperuntukkan hanya untuk orang dewasa saja. Hal ini disebabkan karena isi dari novel ini biasanya mengandung hal yang sedikit sensualitas serta tentang asmara.

Contoh: Saman dan Larung, dan On The Island.

5. Gaya bahasa

Dengan gaya bahasa yang baik akan mempengaruhi penilaian seseorang terhadap sebuah tulisan, menurut Tarigan( Surfilanti, 2013) Mengemukakan bahwa gaya bahasa merupakan cara untuk menyampaikan pikiran melalui bahasa secara khas atau khusus untuk memperhatikan kepribadian dan jiwa penulis (penggunaan bahasa). Gaya bahasa juga merupakan ekspresi personal manusia untuk menyampaikan

(40)

maksudnya dengan bahasa lisan maupun dengan bahasa tulisan. Setiap pengarang memiliki bahasa khasnya untuk melukiskan peristiwa peristiwa lewat media bahasa, seperti jenis bahasa yang digunakan, kata- katanya, sifat atau ciri khas imajinasi, struktur, dan irama kalimat- kalimatnya.

Menurut Nurgiantoro, (2018) gaya bahasa ditandai oleh ciri ciri formal kebahasaan seperti pilihan kata, strukut kalimat, bentuk bentuk bahasa figurative, pengunaan kohesi dan lain lain. Menurut Leech dan Short (Nurgiantoro, 2018) gaya bahasa meruapakan cara pengunaan bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, dengan demikian gaya bahasa dapat bermacam macam sifatnya, tergantung dari konteks, bentuk, dan tujuan penuturan itu sendiri. Adanya konteks dan bentuk gaya bahasa, akan menentukan gaya bahasa sebuah karya. Gaya bahasa memiliki banyak ragam, hal itu disebabkan oleh dasar penggolongan yang berbeda. Maka dari itu, perlunya pemahaman tentang jenis ragam bahasa. Secara singkat Keraf (2004: 136).

jenis-jenis gaya bahasa dijelaskan sebagai berikut :

a. Gaya Bahasa hiperbola

Gaya bahasa hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang melebih - lebihkan jumlahnya, ukuranya dan sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebatt, meningkatkan kesan pengaruhnya.

(41)

b. Gaya Bahasa Personifikasi

Personifikasi adalah salah satu jenis majas perbandingan. Dengan demikian, majas personifikasi adalah gaya bahasa yang menyatakan benda mati sebagai sesuatu yng seolah olah layak manusia.

Personifikasi banyak digunakan di dalam karya satra seperti puisi.

c. Gaya bahasa Smile

Majas smile adalah majas bertatut yang membandingkan dua hal yang secara hakiki berbeda, tetapi dianggap mengandung segi yang serupa, dinyatakan secara eksplitis dengan kata.

d. Gaya bahasa metafora

Metafora merupakan majas yang menggambarkan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas sifat yang hampir sama atau bahkan sama. Majas metafora disebut juga majas persamaan atau perbandingan.

6. Unsur pembangun novel

Sebagaimana telah dikemukakan dalam defenisi novel bahwa di dalam pengertian novel adalah ada beberapa unsur yang membangun. Pada hakekatnya novel dibangun oleh dua unsur yang membangun.pada hakikatnya novel dibangun oleh dua unsur yaitu, Suwada dalam Yusniar (2019 :10)

a. Unsur luar (ekstrinsik) yaitu: yang berada di luar cerita yang ikuti mempengaruhi kehadiranya karya tersebut misalnya faktor sosial,

(42)

konflik memucak ekonomi, kebudayaan, politik, keagaaman, tata nilai yang dianut masyarakat, latar belakang masyarakat, latar belakang pengarang, nilai historis, keadaan psikologis pengarang, psikologis pembaca, penerapan prinsip psikologis dalam karya sastra.

b. Unsur dalam (intrinsik) yaitu: unsur yang membentuk fiksi tersebut seperti perwatakan, tema, plot, pusat pengisahan, latar dan gaya bahasa.

7. Novel garis waktu

Novel ini menceritkan sebuah garis waktu proses bagaimana menghapus sebuah luka yang mendalam. Buku ini merupakan sebuah rangkuman tulisan sang penulis yang selama (2012-2016) aktif menulis dibeberapa soal media. Novel ini merupakan repsentasi peristiwa penting penulis yang mengajarkan tentang mencintai dengan keikhlasan. kisah asmara dari perkenalan, jatuh cinta, hingga perpisahan. Disini pembaca akan tahu sudut pandang seseorang yang mencintai perempuan yang telah memilki kekasih. mencoba tersenyum dengan keadaan sampai sampai akhirnya situasi berpihak kepadanya. tetapi takdir berkata lain, sehingga Perjuangan kandas dan pada akhirnya. novel garis waktu karya Fiersa Besari ini mengajarkan bahwa cinta tak harus memilki.

Novel “ Garis Waktu” karya Fiersa Besari ini ditulis dengan bahasa puitis sangat kental. Menceritakan perjalan hidup pada suatu garis waktu, tentang pertemuan kemudian dipisahkan. Tentang pertemuan kemudian dipisahkan. Tentang terluka dan kehilangan pegangan. Tentang fase dimana

(43)

kita rindu pada masa lalu dan ingin mengulang kembali masa-masa itu.

maka sesungguhnya yang terbaik adalah ikhlas. Melepaskan sesuatu dengan hati yang lapang. Percaya bahwa segalanya adalah rentetan kisah yang tak pernah bisa kita ubah semau diri. Terlepas dari bahasanya yang puitis novel ini ditulis dengan realita atau kehidupan asli yang benar-benar didalam oleh manusia pada tiap fasenya. Disinilah tertulis setiap fase yang harus kita lewati, bersiap dengan segala kenyataan tak tak terduga. Pada akhirnya, garis waktu tak pernah merangkak mundur. Ia maju bersama kisah berlalu dan menyongsong kisah baru kedepanya. Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya. Kemudian, satu orang tersebut akan menjadi bagian terbesar dalam agendamu, dan hatimu takkan memberikan pilihan apapun.

g. Kerangka Pikir

Sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Salah satu jenis dari karya sastra adalah novel.

Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang bersifat imajinatif yang menceritakan sebuah kisah kehidupan yang kompleks dalam bentuk imajinasi dan mimesis. Sesuai dengan objek penelitian yang mengkaji novel garis waktu karya Fiersa Besari yang menceritakan tentang sebuah kisah yang menghapus luka mendalam dan konflik yang begitu dramatis. Untuk memahami maksud dari novel garis

(44)

waktu karya Fiersa Besari, maka hal yang harus di perhatikan dalam novel tersebut adalah diksi dan gaya bahasa, sehingga tidak terjadi kesenjangan interaksi antara pengarang dan pembaca.

Diksi adalah piilihan kata dalam penulisan ilmiah atau karya fiksi yang menjadi aspek yang sangat penting dalam pembangunan kalimat yang efektif dan utuh. Sedangkan gaya bahasa merupakan cara untuk menyampaikan pikiran melalui bahasa secara khas atau khusus untuk memperhatikan kepribadian dan jiwa pengarang. dalam penggunaan gaya bahasa, hal yang penting diperhatikan adalah jenis gaya bahasa. secara umum jenis gaya bahasa terbagi menjadi empat yaitu, personifikasi, aufemisme, alegori, dan hiperbola. Karya sastra dibedakan menjadi 3 bagian yaitu puisi, prosa, dan drama. Pada penelitian ini akan fokus pada karya sastra prosa. Prosa dalam hal ini adalah novel yang berjudul Surga Kecil di Atas Awan karya Kirana Kejora.

Pada penelitian ini akan menganalisis nilai moral yang terdapat pada novel tersebut. Lalu pada tahap analisis mengenai nilai-nilai moral dalam novel tersebut. Kemudian penarikan temuan yang dilakukan setelah mengetahui hasil dari analisis novel serta mengandung kesimpulan pada penelitian ini. Berikut merupakan bagan kerangka pikir:

(45)

Bagan kerangka pikir NOVEL GARIS WAKTU

Karya Fiersa Besari

GAYA BAHASA

ANALISIS

TEMUAN DIKSI

KARYA SASTRA

(46)

34 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis kualitatif, penelitian dilakukan dengan menggunakan metode yang bersifat analisis deskriptif kualitatif, Analisis mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam. Jenis penelitian ini juga berupa metode penelitian tentang diksi dan gaya bahasa.

Menurut Bogdan dan Taylor ( Nugrahani & Hum, 2014) menjelaskan bahwa peneletian kualitatif adalah satu cara prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa upacara atau tulisan dan perilaku orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu mengahsilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu keadaan konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komperensif, dan holistik.

B. Data dan sumber data a. Data

Sumber data dari Penelitian ini ialah karya sastra berupa berupa novel yang berjudul garis waktu karya Fiersa Besari Sumber Data. Dengan mengutip kata dan kalimat yang dianggap sesuai dengan judul yang diteliti.

(47)

b. Sumber Data

Sumber Data dalam penelitian ini adalah novel Garis Waktu Karya Fiersa Besari, Terbit tahun 2006, tebal buku 212 Halaman, Penerbit Media Kita.

C. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang penulis digunakan untuk memperboleh data dan informasi Teknik mengenai diksi dan gaya bahasa, yaitu dengan melakukan penulisan pustaka (percetakan) adapun langkah - langkah penulisan dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut.

a. Teknik membaca

Teknik membaca yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membaca teks novel garis waktu karya Fiersa Besari.

b. Teknik mencatat

Teknik mencatat merupakan tindak lanjut dari teknik membaca, hasil pengumpulan data yang diporoleh, yaitu hasil analisis diksi dan gaya bahasa yang terdapat dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari

D. Teknik analisis data

Analisis dan kualitatif biasanya digunakan untuk karya tulis ilmiah yang mengkaji novel karya sastra dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari. Adapun langkah langkah yang dilakukan penulis untuk menganalisis data penelitian.

Berdasarkan diksi dan gaya bahasa adalah sebagai berikut.

(48)

1. Menelaah seluruh data yang diperoleh berupa diksi dan gaya bahasa dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari.

2. Mereduksi dan mengaitkan data tertulis, berupa diksi dan gaya bahasa yang dikutip untuk memperkuat analisis data

3. Bila pemaparan penelitian sudah dianggap sesuai, maka hasil penelitian dianggap sebagai hasil akhir.

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

a. Penggunaan Gaya Bahasa

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, berikut ini akan dikaji uraian data mengenai diksi dan gaya bahasa dalam novel garis waaktu karya Fiersa Besari.

b. Gaya Bahasa Hiperbola

Gaya bahasa hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang melebih – lebihkan jumlahnya, ukuranya dan sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatakan kesan pengaruhnya. Gaya bahasa hiperbola tampak pada kalimat berikut.

“ Merasakan sebagian dirimu masih menancap di jantungku ketika aku tertatih menjauh” ( Besari, 2006 :153).

Kutipan tersebut merupakan data pertama dari tiga majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya bahasa dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari. Dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena terkesan melebih - lebihkan kata menancap yang secara leksikal bermakna tercacak oleh benda tajam ( aplikasi KKBI V), yang biasanya digunakan pada kata

(50)

paku, pisau. Contoh: a. sebuah paku menacap pada tembok b. ibu mengambil pisau yang menacap pada kayu.

“Sambil memandang matamu merasakan jantungku ingin meledak, lalu melihat senyumanmu menghentikan duniaku” ( Besari, 2006 : 68)

Dalam Kutipan tersebut terdapat dua majas hiperbola yang ditemukan. Dalam analisis diksi dan gaya bahasa dalam novel garis waktu karya Fiersa besari. dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena terkesan melebih lebihkan kata meledak yang secaera leksikal bermakna meletus (aplikasi KBBI V) Berikut contoh pada kalimat: a.ban motor Rika meledak b. Bom yang dilemparkanya itu meledak tanpa mengenai sasarannya. kata selanjutnya yang mengandung majas hiperbola pada kutipan tersebut yaitu menghentikan duniaku, karena terkesan berlebihan bahwa tidak mungkin senyuman seseorang mampu menghentikan dunia.

“Dan kau bagaikan pecandu yang rela menggandakan jiwa demi menatap matamu sekali lagi” (Besari, 2006:12)

Dalam kutipan tersebut merupakan data keempat dari majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya bahasa dalam garis waktu kaya Fiersa Besari. kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena terksesan

(51)

melebih lebihkan kata menggandakan yang secara leksikal bermakna tampak lebih dari satu (aplikasi KBBI V) yang biasanya digunakan pada kata benda seperti, Kunci dan Dokumen. Contoh:

a. Dila menggandakan kunci pagarnya b. ayah mengadakan ke uangan di tempat kerjanya.

“Disampingmu, aku sanggup melewati pijar mereka”

( Besari,2006: 72)

Dalam kutipan tersebut merupakan data keempat dari majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya bahasa dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari dikategorikn sebagai gaya bahasa hiperbola karena terkesan melebih lebihkan kata Pijar yang secara leksikal bermakna percikan logam (aplikasi KBBI V) berikut conth kalimat yang biasa digunakan pada kalimat benda seperti, Pisau, Besi. Contoh: a. Adik memotong sayuran di dapur dengan pisau yang tajam b. besi dirumah adik sudah lama dan berkarat.

“Jagat raya meledak menjadi jutaan kembang api”

(Besari, 2006:24)

Pada kutipan tersebut merupakan data kelima dari majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya bahasa dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari, dikategorikan sebagai

(52)

gaya bahasa hiperbola karena terkesan melebih lebihkan kata Jagat raya yang seara leksikal bermakna seluruh dunia (aplikasi KBBI V). Berikut contoh yang biasa digunakan pada kata seluruh dunia

a. pergantian tahun sudah dekat seluruh dunia mengadakan pesta kembang api b. seluruh dunia tetap mematuhi protokol kesehatan selamat covid 19.

“Ketika senja menguning diantara jalanan” ( Besari, 2006:76)

Pada kutipan tersebut merupakan data keenam dari majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya bahasa dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari, dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena matahari terbenam senja ( Aplikasi KBBI V). Berikut contoh yang bisa digunakan pada matahari terbenam. a. Sore hari Dila sedang ke dermaga melihat senja. b.

Senja di sore hari sangatlah indah.

Tapi mereka punya hati sekuat baja ( Besari, 2006: 91)

Pada kutipan tersebut merupakan data ketujuh dari majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya bahas dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari, dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena sesuatu yang keras baja ( Aplikasi KBBI V). Berikut contoh yang bisa digunakan pada kata baja

(53)

a. Mereka seperti baja yang keras, yang membuat sebuah lokomotif terus berjalan. b. Teruslah berjuang meski negara kita di serang oleh pandemi

B. Gaya bahasa Personifikasi

Personifikasi dalah salah satu jenis majas perbandingan. Dengan demikian, majas personifikasi adalah gaya bahasa yang menyatakan benda mati sebagai sesuatu yang seolah olah layak manusia. Personifikasi banyak digunakan di dalam karya sastra sperti puisi.

“ Aku lupa bahwa bintang pun bernyawa, hutan pun benapas” (Besari, 2006:8)

Pada kutipan tersebut terdapat dua majas personifikasi.

dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata bintang pun bernayawa dan hutan pun beranapas yang terkesan menganggap benda mati seolah hidup.

“ Dan aku hanya mampu menjadi korban dari kerinduan yang mencekik, yang tersenyum dengan pipih merah merona tatkala kau menyapaku.

( Besari,2006: 16)

Pada kutipan tersebut terdapat satu majas peronifikasi, dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata mencekik , dikateorikan sebagai majas personafiksi karena terdapat kata mencekik yang

(54)

terkesan mengangkat memengang leher sehingga yang dipegang dicekam dan tidak bernafas.

“Lagi - lagi imajinasi menertawakanku karena selalu berhasil menemuimu (Besari, 2006:24)

Pada kutipan tersebut terdapat satu majas personifikasi, dikatogorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata imajinasi menertawakanku yang teksesan menganggap bahwa imanjinasi merupakan sesuatu yang hidup layaknya seorang manusia.

“Dan bayangan dicermin tertawa mengejekku” (Besari, 2006:16)

Pada Kalimat tersebut terdapat satu majas personifikasi, dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata mengejek.

dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena kalimat tersebut bertentangan dengan makna yang sebenarnya atau berlawanan dengan apa yang dikatakan, dalam hal ini terdapat pada kata mengejek (aplikasi KBBI EDISI V), yang biasa digunakan untuk menghina seseorang.

“Aku tidak tahu caranya menghargai mentari yang membakar langit hingga kemerahan” (Besari, 2006: 7).

kalimat tersebut terdapat satu majas personifikasi, dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata mengahargai kalimat tersebut bertentangan dengan makna menghormati ( Aplikasi KBBI V) yang biasa digunakan untuk menghargai sesuatu.

(55)

“ Aku tidak tahu caranya mencium wangi hujan yang membasahi bumi”

( Besari, 2006: 7)

Pada kutipan tersebut terdapat dua majas personifikasi, dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata mencium wangi hujan yang bumi membasahi yang terkesan menganggap membasahi tanah dan mengeluarkan wangi yang harum.

“ Dan tangan kita pernah pernah saling bergandengan di anatara perjumpaan dan selamat tinggal” ( Besari, 2006 : 8)

Pada kutipan tersebut terdapat terdapat satu majas personifikasi, dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata bergandengan yang terkesan menganggap berpegangan tangan .

“ Biarkan hatiku berpesata pora. Biarlah aku bersenandung gembira”

( Besari,2006 : 60)

Pada kutipan tersebut terdapat satu majas personifikasi, dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata bersenandung yang berarti bernanyi yang terkesan mengangap menyanyi dengan suara lembut untuk menghibur diri sendiri atau meninabobokan bayi supaya tertidur.

“ sesekali ombak menggodaku . katanya, lebih baik sendirian tapi punya seseorang yang peduli, dari pada punya pasangan tapi merasa sendiri”

(56)

( Besari, 2006: 132).

Pada kutipan tersebut terdapat majas personifikasi karena terdapat kata menggoda, yang berarti mengajak seseorang berbuat kebaikan atau berbuat kejahatan.

“ Aku sudah bersiap untuk kehilanganmu, sebagaimana aku bersiap melepaskanmu” ( Besari, 2006: 132)

Pada kutipan tersebut terdapat majas personifiksi dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata melepaskanmu yang terkesan menganggap melepaskan segala sesuatu.

“ Pernahka rasa bersalah mengejek dan menertwakanmu? Mati – matian aku tutup telinga, namu suara itu malah semakin kuat berteriak.

( Besari, 2006 : 143- 144) pada kutipan tersebut terdapat majas personifikasi karena terdapat kata menertawakanmu, yang berarti menghina seseorang dengan tingkah laku yang mencemooh.

C. Gaya bahasa metafora

Gaya bahasa metafora rasa kesal Pada kutipan tersebut mengandung majas sarkasme karena terkesan mengandung celaan. Metafora merupakan majas yang menggambarkan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas sifat yang hampir sama atau bahkan sama. Majas metafora disebut juga majas persamaan atau perbandingan.

(57)

“ dan pagi – pagiku hanyalah repetisi membosankan untuk mengenyangkan logika. Aku lupa bintang pun bernyawa, hutan pun bernapas.

( Besari, 2006:8).

Pagi- pagiku hanyalah repetisi yang secara leksikal dalam metafora bermakna rutinitas seperti repetisi yaitu di ulang terus menerus, di lakukakan karena pemikiran manusia yang di metaforakan dengan untuk mengenyangkan logika.

“ Kau idamkan tanganku didalam gengamanmu di dalam jabatanku selama beberapa detik. aku idamkan tanganku di dalam genggamanmu untuk selamanya. ( Besari, 2006: 11)

Kau idamkan secara leksikal dalam metafora menjelaskan mengenai dan harapan keinginan terus untuk terus bersama.

“ Mungkin kau adalah malaikat yang seedang menyamar, diturunkan bersama lusinan boom atom yang meledakkan dimensiku. Dan aku hanya bisa pasrah membiarkan perkenalan kita dimulai” ( Besari, 2006: 12)

Mungkin kau adalah malaikat yang sedang menyamar, diturngkan bersama lusinan boom atom yang sedang meledakkan.

“ Senyum seindah senja itu tak pernah gagal membuatku kelagapan, membias jingga sebelum akhirnya menggirinku pada kegelapan. ( Besari, 2006: 39)

“ Senja yang secara lekikal dalam metafora merupakan sesuatu yang indah sehingga menggambarkan sebuah senyuman yang indah”.

(58)

“Ketika senja menguning diantara jalan” (Besari,2006:76)

Senja yang secara leksikal dalam metafora bermakna setengah gelap sesudah matahari terbenam.

“ Tapi mereka punya hati sekuat baja, yang sanggup menerima pukulan bertubi – tubi demi kebahgiaan anaknya” ( Besari, 2006: 91).

Baja yang secara leksikal dalam metafora bermakna sesuatu yang keras dan kuat.

” Coba kau ingat kembali perjungan kita mencari dermaga yang semestinya melabunkan kapal kita. Walau itu kau dan aku kuat menghadang ombak dan badai.”

Yang secara leksikal dalam metafora menggambarkan keinginan agar orang dicintai mengingatkan perjuangan dalam sebuah hubungan. dengan perjuangan kita mencari dermaga yang semestinya mendarat kapal kita. Kau dan aku kuat menghadang, dan permasalahan dalam majas metafora dengan ombak dan badai.

“ kau laksana mawar yang menggoda untuk ku peluk, terus kupeluk walau dirimu melukai” ( Besari, 2006: 153)

Menggoda yang secara leksikal dalam metafora bermakna mengajak seseorang untuk menuju jalan yang lebih baik.

Kita jadi malu berpendapat karena berpendapat kita dicemooh”

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti tertarik menggunakan judul Analisis Gaya Bahasa Hiperbola dan Personifikasi Pada Novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi karena kebanyakan memang pengarang

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan diksi yang digunakan oleh Donny Dhirgantoro dalam novel 5 cm ; (2) untuk mendeskripsikan gaya bahasa

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam novel Jejak Keruh karya Hamzah Puandi Ilyas, mendeskripsikan gaya bahasa hiperbola yang

Masalah yang akan digali dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana gaya bahasa dalam novel Teratak karya Evi Idwati, dan (2) Gaya bahasa apa yang terdapat pada novel

Penggunaan kata dalam novel Tapak Jejak karya Fiersa Besari yang maknanya berbeda dengan makna aslinya digunakan karena konteks kalimat yang membuat kata tersebut berubah

Penggunaan kata dalam novel Tapak Jejak karya Fiersa Besari yang maknanya berbeda dengan makna aslinya digunakan karena konteks kalimat yang membuat kata tersebut berubah

menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang berjudul “Diksi, Citraan, dan Majas dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari: Implikasinya bagi Pengajaran Bahasa

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tokoh utama Juang dalam novel “Konspirasi Alam Semesta’’ karya Fiersa Besari dapat diklasifikasikan berdasarkan analisis