• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akhadiah, S. (1998). Menulis II. Jakarta: Karunia Universitas Terbuka.

Al-Ma’ruf, A. I. (2009). Kajian stilistika aspek bahasa figuratif novel ronggeng dukuh paruk karya Ahmad Tohari. Kajian Linguistik dan Sastra,

Ekoyanantiasih, R. E. (2015). Majas Metafora dalam Pemberitaan Olahraga di Media Massa Cetak. Pujangga,

Gorys Keraf, D. (2009). Diksi dan gaya bahasa. Gramedia Pustaka Utama.

Hartini, H., & Wibowo, S. B. (2017). Analisis perwatakan tokoh utama dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi (psikologi sastra) dan kontribusinya dalam pembelajaran sastra di MTs Parang Magetan.

Linguista: jurnal ilmiah bahasa, sastra, dan pembelajarannya, 1(1), 1–5.

Ht, F. (2010). Pengantar Sosiologi Sastra: Dari Strukturalisme Genetik sampai Post-modernisme. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Ibrahim, S. (2017). Analisis Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Novel Mimpi Bayang Jingga Karya Sanie B. Kuncoro. Jurnal Sasindo Unpam, 3(3).

Juariyatun, N. (2011). Penderiataan Batin Tokoh Ibrahim dalam Novel Air MAta KAsih KArya Taufiqurrahman Al-AzizY: Tinjauan Sosiologi Sastra [PhD Thesis]. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Keraf, G. (2016). Tata bahasa Indonesia Untuk Sekolah Menengah Atas. Ende.

Laila, M. P. (2016). Gaya Bahasa Perbandingan dalam kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja Karya M Aan Mansyur (Tinjauan Stilistika). Jurnal Gramatika, 2(2), 79994.

Lestari, A. K. (2012). Aspek Moralitas dalam Novel Edensor Karya Andrea Hirata: Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra. Suluk Indo, 1(2), 167–178.

Mustafa, D. R. (2019). Analisis Gaya Bahasa Dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata. Diksatrasia, 3(2).

Musrifah.2008. Feminisme liberal dalam novel sepenggal Bulan Untukmu Karya Zhaenal Fanani. Jurnal Lingua. Vol. 2, No.1.

Nugrahani, F., & Hum, M. (2014). Metode penelitian kualitatif. Solo: Cakra Books.

Nurgiantoro, B. (2018). Stilistika. UGM PRESS.

Nurhikma, N. (2019). Gaya Bahasa dalam Debat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Republik Indonesia pada Pemilihan Umum 2019 [PhD Thesis]. Universitas Negeri Makassar.

Rimang, S. S. (2011). Kajian Sastra Teori dan Praktik. Yogyakarta: Aura Pustaka.

Suhendi, D. (2014). Citra Perempuan Rasional-Emosional dalam Novel Layar Terkembang: Analisis Kritik Sastra Feminis.

Surfilanti, N. I. (2013). Diksi dan Gaya Bahasa dalam Percakapan “Sentilan Sentilun.”

Suwartini, I. (2013). Kajian Feminisme Dan Nilai Pendidikan Dalam Novel Mimi Lan Mintuna Karya Remy Sylado [PhD Thesis]. UNS (Sebelas Maret University).

Wicaksono, A. (2017). Pengkajian Prosa Fiksi (edisi revisi). Garudhawaca.

Wulandari, E. D. R. (2014). Penggunaan Diksi dan Gaya Bahasa dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy [PhD Thesis]. University of Muhammadiyah Malang. Wonga, D. 2006.

Citra Perempuan dalam Kumpulan Cerita Rakyat Flores Timur Lamaholot. Yokyakarta: Prodi Bahasa Dan Sastra Indonesia,

UNY. Vol. 5, No. 4. Wonga, D. 2006. Citra Perempuan dalam Kumpulan Cerita Rakyat Flores

Timur Lamaholot. Yokyakarta: Prodi Bahasa Dan Sastra Indonesia,

Yusniar. 2019. Aspek Feminisme Tokoh Suad Dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan Karya Ihsan Abdul Quddus. Skripsi, Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Zulaifa, D. (2019). Analisis onomatope novel opera orang kaya karya Ita Sembirirng [PhD Thesis].

Lampiran 1Gambar Sampul Novel Garis Waktu karya Fiersa Besari

Lampiran 2

Biografi Fiersa Besari

Fiersa Besari merupakan laki – laki kelahiran bandung pada tanggal 3 Maret. Bung merupakan sapaan akrab untuk Fiersa. Setelah menyelesaikan studinya di STBA Yapari ABA Bandung, Bung yang telah lama sudah jatuh cintah terhadap dunia musik membuat sebuah studio komersil ddi tahun 2009, di sana juga Bung merekam karya- karyanya. Bukan dalam segi bentuk seni musik saja, namun Bung juga memberanikan diri untuk merambat dunia tuli,hal tersebut yang seharusnya telah Bung jalani jauh sebelum lulus dari disiplin tersebut yang seharusnya telah Bung jalani jauh sebelum lulus dari disiplin ilmunya, sastra. Saat ini Bung juga aktif diruangan imajinasi, yaitu sebuah kedai yang merangkp sebagai studio rekaman.

Pada kelahiran Bandung ini telah menerbitkan buku yang sangat diminati di pasaran dari tahun 2006 hingga 2009. Beberapa karya sastra Fiersa Besari diantaranya, Garis Waktu, Konspirasi Alam semesta, Catatan Juang, 11:11, arah langkah, dan tapak jejak. Kegemaran dalam menulis serta menciptakan lagu dengan gaya sastra yan indah, tak banyak orang tahu bahwa pria kelahiran Bandung ini adalah seorang pendiri komunitas pencipta buku. Komunitas yang ia dirikan diberi nama “ Pecandu Buku” komunitas ini bergerak di bindang literasi yang nantinya bertujuan untuk menyebarkan virus membaca kepada para anggotanya.

Hal positif yang didpatkan oleh anggota komintas ini selain kegemaran dalam membaca, mereka juga sering membuat ulasan buku yng telah mereka baca dan menggugahnya ke dalam media sosial. Hal unik yang meledak pada penulis ini adalah seseorang yang menggemari sesuatu berbau petualangan yang telah membawanya ke titik penemuan dalam dirinya dengan berpetualangan melalui akun Youtube dalam bentuk vidio dengan jumlah subscriber mencapai 1,36 juta di dalam Channel Youtube-nya. Ia kerap membagikan kesukaanya dalam bidang fotografi dan tips menulis buku.

Lampiran 3

Sinopsis Novel Garis Waktu Karya Fiersa Besari

Buku ini merupakan representasi peristiwa penting penulis yang menjajarkan kita tentang mencintai dan keikhlasan. Novel garis waktu karya Fiersa Besari berikut ini cocok juga untuk dijadikan refrensi geng ada satu quetes yang akan membungkam mulut gebetan kalian biar gak tanya lagi. Buku ini dapat menjadikan bahan renungan bahwa akan ada pelangi setelah hujan dan akan ada kebahagiaan setalah berlalu.

Dan kamu tentu saja dinarasikan oleh si aku yang menurut saya adalah sudut pandang dan pengalaman nyata Bung Fiersa Besari sendiri. Jarak waktu dan kelas sosila hanyalah angka bagi dua orang yang saling memperjuangkan usia satu sama lain. Buku ini berisi rentengan cerita dengan format kumpulan surat yang merupakan penjelasan perasaan - perasaan tentang dirinya sendiri pada wanitanya secara kronologis dari April.

Garis waktu menceritakan tentang sosok aku, pada sebuah garis waktu yang akan maju akan ada pada saatnya kau bertemu dengan. Sinopsis novel garis wakt.pada sebuah garis waktu yang akan maju akan ada waktu yang tepat untuk kehilangan. Garis waktu penulis. Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya,. Kemudia, satu orang tersebut akan manjadi bagian terbesar dalam agendamu. Hatimu takkan memberikan pilihan apa pun kecuali jatuh cinta, biapun logika terus bekata bahwa resiko dari jatuh cintah adalah terjerembap di dasar nestapa.

Pada sebuah garis waktu yang merangkak, akan ada saatnya terluka dan kehilangan pegangan. Yang palin menggiurkan setelah ialah berbaring, menikmati kepedihan, dan membebiarkan garis waktu menyeretmu yang niat tak niat menjalani hidup. Lantas, mau sampai kapan? Sampai segalanya terlambat untuk dibenahi? Sampai cahayamu benar benar padam? Sadarkah bahwa tuhan mengujimu karena dia percaya diri lebih kuat dari yang kau duga? Bangkit. Hidup takkan menunggu..

Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya keinginan melompat mundur pada titik- titik kenangan tertentu. Namun, pecayalah tiada guna. Garis waktu takkan memperlambat gerakkanya barang sedikit pun. Ia hanya mampu maju, dan terus maju, dan mau tidak mau, kita harus ikut terseret dalam alurnya. Ikhlaskan saja. Sesungguhnya yang lebih menyakitan dari melepaskan sesuatu ialah berpegangan pada sesuatu yang menyakitimu secara perlahan.

Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya. Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saaatnya kau terluka dan kehilangan pegangan. Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju , akan ada saastnya kau ingin melompat mundur pada titik-titik kenagan tertentu. Maka ikhlaskan saja kalau begiu. Karena sesungguhnya yang lebih menyakitkan dari melepaskan ssuatu yang menyakitimu secara perlahan.

“ menulis adalah sebuah kegiatan untuk mengabdikan pemikiran. Dengan menulis, kita sedang mewarisan pandandan kita hari ini untuk mereka yanh hidup di masa depan. Karena itulah, meskipun hanya mengangkat hal hal sederhana, menulis sudah menjadi kebutuhan bagiku. Berhenti menulis sama saja dengan mati sia – sia” pada bagian pertama dibuka dengan ringkasan perjalan perasaan aku sebelum dan setelah bertemu kamu. Seperti ciri khas tulisan Bung

( sapaan akrba Fiersa), setiap paragraf dibalut dengan prosa yang indah .

“ Di antara perjumpaan dan selamat tinggal, kita pernah sekuat tenaga berjuang menyatukan perbedaan selain, meski diakhiri dengan kerealaan untuk menyerah. Di anatara perjumpaan dan selamat tinggal, kau dan kau pernah menjadi kita.” Selain berkisah tentang aku, kamu dan dia, pada buku garis waktu ini juga terselip kisah tentang keluarga, cita – cita dan harapan hingga perenungan akan mati. Pesan yang disampaikan dapat meyentuh hati pembaca. Akar

( Oktober, tahun kedua), mengisahkan tetang kerinduan aku pada orang tuanya.terutama pada ibu.. “ Lantas, apakah satu kata maha indah yang boleh megawali semuanya? Bagiku selalu ‘ Ibu’.

Lampiran 4

Korpus Data Gaya Bahasa dalam Novel Garis Waktu karya Fiersa Besari

No Gaya Bahasa Kutipan

1. Hiperbola a. “ Merasakan sebagian dirimu masih menancap di jantungku ketika aku tertatih menjauh “ (Besari, 2016:153) b. “ Sambil memandang matamu

merasakan jantungku ingin meledak, lalu melihat senyumanmu menghentikan duniaku”

(Besari, 2006:68)

c. “Dan kau bagaikan pecandu yang rela menggandakan jiwa demi menatap matamu sekali lagi” ( Besari, 2006:12) d. “Disampingmu, aku sanggup melewati

pijar mereka” ( Besari, 2006: 72)

e. “ Jagat raya meledak menjadi jutaan kembang api” ( Besari, 2006:24)

f. Tapi mereka punya hati sekuat baja

( Besari, 2006: 91)

g. “Ketika senja menguning diantara jalanan” ( Besari, 2006:76)

2. Personifikasi a. “ Aku lupa bahwa bintang pun bernyawa, hutan pun bernafas” ( Besari, 2006: 8)

b. “ lagi – lagi imajinasi menertawaanku karena selalu berhasil menemuimu ( Besari, 2006: 24)

c. “ Dan bayangan dicermin tertawa mengejekku” (Besari, 2006 :16)

d. “ Aku tidak tahu caranya menghargai mentari yang membakar langit hingga kemerahan” ( Besari, 2006: 7).

e. “ biarkan hatiku berpesta pora, biarlah aku bersenandung gembira

( Besari, 2006 : 60)

f. “ sesekali ombak menggodaku, katanya lebih baik sendirian tapi punya seseorang yang peduli, dari pada punya pasangan tapi merasa sendiri”

( Besari, 2006 : 132)

g. “ aku sudah bersiap untuk

kehilanganmu, sebagaimana aku bersiap melepaskanmu”

( Besari, 2006 : 132)

h. “ pernahkah rasa bersalah mengejek dan menertawakanku? Mati – matian aku tutupt telinga, namun suara itu malah semakin kuat berteriak

( Besari, 2006 : 144 – 1344)

3. Metafora a. “ dan pagi – pagiku hanyalah repetisi membosankan untuk mengenyangkan logika. Kau lupa bintang pun benyawa, hutan pun bernapas. ( Besari, 2006 : 8) b. “ Kau idamkan tanganku didalam,

gengamanku di dalam jabatanku selama beberapa detil, aku idamkan tanganku di dalam gengangmu untuk selamanya.

( Besari, 2006 : 11)

c. Mungkin kau adalah malaikat yang sedang menyamar, dituangkan, ditrungkan bersama lusinan boom atom yang meleddakan dimensiku. Dan aku hanya bisa pasrah membiarkan perkenalan kta dimulai”

( Besari, 2006 : 12)

d. Senyum seindah senja itu tak pernah gagal membuatkan gelagapan, membias jingga sebelum akhirnya meggirinku pada kegelapan ( Besari, 2006 : 39) e. Keti senja menguning dianatara jalan

( Besari, 2006 : 76)

f. Tapi mereka punya hati sekuat baja yang sanggup menerima pukulan tubi – tubi demi kebahagiaan anaknya

( Besari, 2006 : 91)

g. Kita jadi malu berpendapat karena berpendapat kita dicemoh

(Besari, 2006 : 170)

h. Rasa adalah anomalia yang tidak diprediksi, rasa bisa datang dan pergi kapan pun dia mau ( Besari, 2006 : 174) i. Rasa adalah anomalia yang tidak bisa diprediksi. Rasa bisa datang dan pergi kapan pun dia mau ( Besari, 2006 : 177)

4. Smile a. “ Ia laksana mentari di tengah temaram, hijau di antara gerseng, cinta tidak

pernah datang tiba – tiba ia akan mengedap – ngedap menyusun ke dalam urat nadimu.( Besari, 2006:16) b. “ akupun harus mengengam hatimu.

Karena entah sejauh langit , atau sedekah langit – langit, bagiku kau bintang yang kau puja sengah mati.

( Besari, 2006: 17)

c. “ kau jernih diantara buram, nyata diantara nanar. ( Besari, 2006: 20) d. aku ingin pertama kali melihatmu. Kau

masuk ke dalam hidupku tanpa permisi, berputar bagai gasing di dalam pikiranku . ( Besari, 2006: 43)

e. Menaruh harapan padamu seakan menggenggam duri – duri dibatang mawar, mmbuatku berdarah.

( Besari, 2006: 48)

f. Senandung lagi nyanyi – nyanyi yang membawaku beriringan denganmu.

Sebab, nadamu mampu membeli bahagia. ( Besari, 2006: 40)

g. Cita – citaku ingin fotomu ada di buku

nikahku. ( Besari: 2006: 79)

Lampiran 5

Korpus Diksi dalam Novel Garis Waktu karya Fiersa Besari

No Diksi Kutipan

1, Denotatif a. Hidup adalah serangkaian kebetulan.

Kebetulan adalah takdir yang menyamar” ( Hal 9).

b. Jika kita berjodoh, walaupun hari ini dan di tempat ini tidak bertemu kita pasti akan tetap di pertemukan dengan cara yang lain”. ( Hal 13)

c. Tak usah mengharapkanku menitipkan sesuatu yang belum tentu bisa aku jaga, meski mungkin, pengharapan darimu hanyalah pengharapan dariku semata.

( hal 19)

d. “jika Jangan mengikat kau tak berniat mengikat”. ( Hal 19)

e. Kita berdua hanyalah dua orang yang berlari aku sibuk mengejarmu, kau

sibuk menghindariku , ohh,tenang, kau tidak lelah, justru aku menikmati prosesnya.( Hal 24)

f. Jangan takut untuk menjadi jujur, jangan takut melawan arus.hanya karna tidak ada setuju dengan pendapatmu, bukan berarti pendapatmu salah.

( Hal 33)

g. Menyanyingimu adalah soal keikhlasan. Bukan keikhlasan untuk terus terusan diberi harapan semu, melainkan ke ikhlasan untuk menyadari bahwa memang seharusnya kau berhak bahagia. ( Hal 48)

h. Akan tiba saatnya kita temukan alasan yang tepat untuk berjuang. Jika telah tiba genggam erat. Sesuatu yang istimewa takan datang dua kali.

( Hal 65)

i. Jika kata ‘sayang’ tidak berlebihan maka izinkanlah aku mengucap ‘aku menyanyangimu’ tanpa batas waktu.

( Hal 72)

j. Mencintai sesuatu bukan berarti tidak pernah jenuh, mencintai sesuatu berarti bisa menerima konsekuensi kejenuhan, kemudian lanjut menjalani.( hal 129) . k. Kau laksana mawar yang menggoda

untuk kupeluk terus kupeluk walau dirimu melukai. Dan yang terberat bagiku adalah melepaskan pelukanmu.

Merasakan bagian durimu masih menancap di jantungku ketika aku tertatih menjauh. ( Hal 153)

l. Dulu kita selalu mengucap kata sayang di penghujung malam. Kini kita tidak lebih dari dua orang asing yang merindukan masa lalu secara diam - diam. ( hal 195)

m. Beberapa orang tinggal di dalam hidupmu agar kau menghargai kenangan - kenangan. Beberapa orang tinggal dalam kenangan agar kau menghargai hidupmu. ( Hal 203)

.

2. Konotatif a. “jika kasmaran adalah narkotika, maka kau adalah bandarnya, dan kau bagaikan pecandu yang rela menggandaikan jiwa demi menatap matamu sekali lagi”

( Hal 12)

b. “Jika kau terlalu indah untuk kubiarkan berkeliling di linimasa” ( hal 12)

c. “ Semuda itu kau kembali menyeretku menjadi budakmu, dan bayangan dicermin tertawa mengejekku” (hal 16 ).

d. “ Sementara kata katamu yang seadanyaa dan terkesan dingin adalah residu dari kembang api yang menghanguskan bumiku menjadi jelaga” (Hal 24) .

e. “ Dan kau yang bodoh ini terkunci rapat - rapat di dalam labirinmu tak tahu jalan keluar.” ( Hal 33)

f. “ senyum seindah senja itu tak pernah gagal membuatku gelagapan, membias jingga sebelum akhirnya menggiringku pada kegelagapan” (hal 39)

g. “ Tangan kita berlumur harapan palsu,

tanganku mengapai - gapai mencari jalan keluar. Sementara tanganmu mencegah kemana - mana”. ( Hal 44) h. “ Jangan khawatir , mengenai kabarku,

aku mencoba untuk baik - baik saja, memamerkan senyum palsu, untuk seorang badut sepertiku” (Hal 47) i. “ Bahkan disaat seperti ini, aku masih

berusaha tegar, kita sama entah terlalu pintar menyembunyikan perasaan, atau terlalu bodoh untuk menyatakan”

(hal 51-52)

j. “Pikiranku percaya bahwa dengan hatiku berlari ke arahmu, dia akan berujung hancur.” ( Hal 55)

k. “ Jatuh hati tidak pernah bisa memilih.

Tuhan yang memilihkan. Kita hanya korban kecewa adalah konsekuensinya bahagia adalah bonus” ( hal 63)

l. “ wajah akan menua, tapi otak akan mematah, mereka marah jika chatnya tak terbalas “ ( hal 64)

m. “ aku sanggup melewati pijar neraka.

tak disisimu, apalah arti surga? Di pelukanmu, aku rela mati hari ini.

(hal 72)

n. “ Melihat segala sesuatu itu seharusnya dari akhirnya dulu, bukan awlanya” . (hal 75)

o. “ Berani mengikuti kata hati, berani keluar untuk melihat dunia. Karena, hidup didunia ini cuman satu kali” . ( hal 101 )

p. Teruntuk seseorang yag kejauhan, tak usah khawatir jarak terjauh kita adalah

“waktu “ tabungan terindah kita adalah

“ rindu” ( hal 111)

q. “ dan kereta ini akan membawa ragaku pulang. Hanya ragaku yang pulang, hatiku tidak pernah pergi darimu. Tidak sedikit pun, tidak sekali pun” ( hal 123) r. “Aku memandangmu dengan samar,

sebagaimana kau memikirkanku dengan nanar” ( hal 132)

s. Cintah selalu menjadi obat, dan selayaknya obat, kau telah overdosis

mengomsusinya secara berlebihan.

( hal 148)

t. “ tuhan mempertemukan kita seperti mempertemukan tanah kering dengan rinai hujan, aku yang gersang kau teduhkan” ( Hal 202)

RIWAYAT HIDUP

RAHMAWATI lahir di Gambong Desa Tangkebajeng, kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa pada tanggal 02 Januari 1999, penulis merupakan buah kasih sayang dari pasangan Rowa dan Junaedah, Terlahir sebagai anak terakhir dari enam bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SDN Borong unti, dan lulus pada tahun 2021.kemudian melanjutkan sekolah menengah pertama pada tahun yang sama di MTS Muhammadiyah Pammase dan lulus tiga tahun kemudian pada tahun 2014. Penulis melanjutkan pendidikan di SMKN 1 Limbung yang kini berganti nama pada tahun 2014 dan akhirnya lulus pada tahun 2017. Pada tahun yang sama penulis terdaftar menjadi Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Berkat rahmat Allah Subhanahu Wata’ala dan iringan do’a dari kedua orang tua.

Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang teramat besar atas selesainya skripsi yang berjudul “ Analisis Diksi dan Gaya Bahasa dalam Novel garis waktu karya Fiersa Besari.

Dokumen terkait