• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pengunaan Diksi

Diksi adalah pilihan kata di dalam tulisan yang digunakan untuk memberikan makna sesuai dengan keinginan penulis. Syarat diksi adalah tepat, benar, dan lazim, pemilihan diksi yang tidak tepat menyebabkan perbedaan makna dan pesan penulis tidak tersampaikan.

Adapun diksi yang digunakan dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari Berdasarkan maknanya yaitu:

a. Makna Denotatif

Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya dari suatu kata atau kalimat. Denotatif menurut KBBI adalah makna atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif.

a.“ Hidup adalah serangkaian kebetulan. Kebetulan adalah takdir yang menyamar” ( Hal 9).

Pada kutipan diatas mengandung makna denotatif pada diksi kebetulan mengandung makna yang sebenarnya artinya secara kebetulan kita dipertemukan dengan dia penjahat yang sudah lama dicari itu akhirnya dia tertangkap dengan cara kebetulan sja.

b. Jika kita berjodoh, walaupun hari ini dan di tempat ini tidak bertemu kita pasti akan tetap di pertemukan dengan cara yang lain”. ( Hal 13)

Pada kutipan diatas mengandung makna denotatif pada diksi di pertemukan mengandung makna yang sebenarnya artinya membuat dua orang atau lebih berjumpa.

c.Tak usah mengharapkanku menitipkan sesuatu yang belum tentu bisa aku jaga, meski mungkin, pengharapan darimu hanyalah pengharapan dariku semata.

( hal 19)

Pada kutipan diatas mengandung makna denotatif pada diksi di pegharapan mengandung makna yang sebenarnya artinya keinginan terhadap sesuatu.

“jika Jangan mengikat kau tak berniat mengikat”. ( Hal 19)

Pada kutipan diatas mengandung makna denotatif pada diksi di mengikat mengandung makna yang sebenarnya artinya pertemuan yang mengikat

pertemuan yang seharusnya kedua belah pihak menepatinya dengan sungguh – sungguh.

Kita berdua hanyalah dua orang yang berlari aku sibuk mengejarmu, kau sibuk menghindariku , ohh, tenang, kau tidak lelah, justru aku menikmati prosesnya.( Hal 24)

Pada kutipan diatas mengandung makna denotatif pada diksi di proses mengandung makna yang sebenarnya artinya proses kemajuan covid 19 terus meningkat.

Jangan takut untuk menjadi jujur, jangan takut melawan arus.hanya karna tidak ada setuju dengan pendapatmu, bukan berarti pendapatmu salah.

( Hal 33)

Pada kutipan diatas mengandung makna denotatif pada diksi di proses pendapatmu mengandung makna yang sebenarnya artinya begitulah pendapat orang – orang setelah mendengarkan keberatan – keberatan yang ditemukan oleh pembela.

Menyanyingimu adalah soal keikhlasan. Bukan keikhlasan untuk terus terusan diberi harapan semu, melainkan ke ikhlasan untuk menyadari bahwa memang seharusnya kau berhak bahagia. ( Hal 48)

Pada kutipan diatas mengandung makna denotatif pada diksi di proses pendapatmu mengandung makna yang sebenarnya artinya keikhlasan

mengajarkan kita cinta tak selamanya tentang kepemilikan. Tapi cinta adalah tentang keikhlasan. Dan terimakasih untuk segala rasa.

Akan tiba saatnya kita temuakan alasan yang tepat untuk berjuang. Jika telah tiba genggam erat. Sesuatu yang istimewa takang datang dua kali.

( Hal 65)

Pada kutipan diatas mengandung makna yang denotatif pada diksi di istimewa mengandung makna yang sebenarnya artinya ulang tahun Dila mendapatkan kado istimewa dari sahabat – sahabatnya.

Jika kata ‘sayang’ tidak berlebihan maka izinkanlah aku mengucap ‘ aku menyanyangimu’ tanpa batas waktu. ( Hal 72)

Pada kutipan diatas mengandung makna yang denotatif pada diksi di berlebihan mengandung makna yang sebenarnya artinya Harga rumah itu berlebihan mahalnya.

Mencintai sesuatu bukan berarti tidak pernah jenuh, mencintai sesuatu berarti bisa menerima konsekuensi kejenuhan, kemudian lanjut menjalani.

( hal 129) .

Pada kutipan diatas mengandung makna yang denotatif pada diksi di kejenuhan mengandung makna yang sebenarnya artinya saya sudah jenuh dengan keadaan sekarang.

Kau laksana mawar yang menggoda untuk kupeluk terus kupeluk walau dirimu melukai. Dan yang terberat bagiku adalah melepaskan pelukanmu. Merasakan bagian durimu masih menancap di jantungku ketika aku tertatih menjauh.

( Hal 153)

Pada kutipan diatas mengandung makna yang denotatif pada diksi di menancap mengandung makna yang sebenarnya artinya paku itu menancap di tembok

Dulu kita selalu mengucap kata sayang di penghujung malam. Kini kita tidak lebih dari dua orang asing yang merindukan masa lalu secara diam – diam.

( hal 195)

Pada kutipan diatas mengandung makna yang denotatif pada diksi di penghujung malam artinya dulu kita selalu mengucap kata sayang di penghujung malam.

Namun, kini kita tidak lebih dari dua orang asing yang merindukan masa lalu secara diam – diam.

Beberapa orang tinggal di dalam hidupmu agar kau menghargai kenangan – kenangan. Beberapa orang tinggal dalam kenangan agar kau menghargai hidupmu. ( Hal 203)

Pada kutipan diatas mengandung makna yang denotatif pada diksi di kenangan artinya kenangan manis terlalu indah untuk dikenangan kembali.

c. Makna Konotatif

Makna konotatif adalah sebuah kata yang mengandung makna kias atau bukan kata sebenarnya. Adapun diksi yang digunakan dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari Berdasarkan maknanya yaitu

“ jika kasmaran adalah narkotika, maka kau adalah bandarnya, dan kau bagaikan pecandu yang rela menggandaikan jiwa demi menatap matamu sekali lagi” ( Hal 12)

diksi narkotika bukan berarti narkoba atau obat – obatan terlarang diksi tersebut mengambarkan kecanduan artinya kasmaran pada kutipan tersebut adalah sesuatu yang dapat membuat kecanduan.

“Jika kau terlalu indah untuk kubiarkan berkeliling di linimasa” ( hal 12)

Pada diksi linimasa mengandung makna pada diksi linimasi, tak berarti suatu tempat diksi linimasa ini mengandung makna garis waktu atau dapat disebut kenangan.

“ Semuda itu kau kembali menyeretku menjadi budakmu, dan bayangan dicermin tertawa mengejekku” (Hal 16 )

Pada diksi menyeret mengandung makna pada diksi menarik, tak berarti suatu tempat diksi menyeret ini mengandung makna menarik dengan paksa.

“ Sementara kata katamu yang seadanyaa dan terkesan dingin adalah residu dari kembang api yang menghanguskan bumiku menjadi jelaga” (Hal 24) .

Pada diksi residu mengandung makna pada diksi ampas, tak berarti suatu tempat diksi endapan ini mengandung makna seperi ampas kopi yang bertimbun di dasar cangkir.

“ Dan kau yang bodoh ini terkunci rapat – rapat di dalam labirinmu tak tahu jalan keluar.” ( Hal 33)

Pada diksi labirin mengandung makna pada diksi sangat rumit, tak berarti suatu tempat diksi berliku – liku mengandug makna seperti sesuatu yang sangat rumit dan berbelit – belit.

“ senyum seindah senja itu tak pernah gagal membuatku gelagapan, membias jingga sebelum akhirnya menggiringku pada kegelagapan” (hal 39)

Pada diksi gelagapan mengandung makna pada diksi sulit bernapas , tak berarti suatu tempat diksi kebingunan mengandung makna seperti sesuatu yang keadaan sulit bernapas.

“ Tangan kita berlumur harapan palsu, tanganku mengapai – gapai mencari jalan keluar. Sementara tanganmu mencegah kemana – mana”. ( Hal 44)

Pada diksi mengapai – gapai mengandung makna pada diksi melakukan sesuatu, tak berarti suatu tempat diksi mengandung makna seperti meraih sesuatu untuk mendapatkan cita – citanya.

“ Jangan khawatir , mengenai kabarku, aku mencoba untuk baik – baik saja, memamerkan senyum palsu, untuk seorang badut sepertiku” (Hal 47)

Pada diksi memamerkan mengandung makna pada diksi membanggakan sesuatu, tak berarti suatu tempat diksi mengandung makna seperti mempertunjukkan

“ Bahkan disaat seperti ini, aku masih berusaha tegar, kita sama entah terlalu pintar menyembunyikan perasaan, atau terlalu bodoh untuk menyatakan”

(hal 51-52)

diksi menyatakan mengandung makna pada diksi menerangkan ini tak berarti sesuatu tempat diksi artinya menjelaskan pada kutipan tersebut adalah sesuatu yang dapat megemukakan.

“ Pikiranku percaya bahwa dengan hatiku berlari ke arahmu, dia akan berujung hancur.” ( Hal 55)

diksi berujung mengandung makna pada diksi runcing tidak berarti disuatu tempat diksi runcing ini mengandung makna kesudahan atau dapat disebut dengan berakhir.

“ Jatuh hati tidak pernah bisa memilih. Tuhan yang memilihkan. Kita hanya korban kecewa adalah konsekuensinya bahagia adalah bonus” ( hal 63)

diksi konsekuensi mengandung makna pada diksi perbuatan tidak berarti disuatu tempat diksi konsekuensi ini mengandung makna sesuai dengan dahulu.

“ wajah akan menua, tapi otak akan mematah, mereka marah jika chatnya tak terbalas “ ( hal 64)

Pada Diksi menua bukan berarti menjadi tua atau diksi tersebut menggambarkan bertambah tua artinya ibu kelihatan tua setelah berumur 50 tahun.

“ aku sanggup melewati pijar neraka. tak disisimu, apalah arti surga? Di pelukanmu, aku rela mati hari ini. (hal 72)

Pada diksi pijar bukan berarti yang menyala, diksi tersebut menggambarkan panas atau terbakar.

“ Melihat segala sesuatu itu seharusnya dari akhirnya dulu, bukan awlanya” . (hal 75)

Pada diksi akhir mengandung makna pada diksi belakang tidak berarti disuatu tempat diksi belakang ini mengandung makna penghabisan.

“ Berani mengikuti kata hati, berani keluar untuk melihat dunia. Karena, hidup didunia ini cuman satu kali” . ( hal 101 )

Pada diksi mengikuti mengandung makna pada diksi menurutkan, tidak berarti disuatu tempat diksi menurut ini mengandung makna mendengarkan pada kutipan tersebut adalah sesuatu yang dapat membuat mengikuti perkembangan politik di luar negeri .

” Teruntuk seseorang yag kejauhan, tak usah khawatir jarak terjauh kita adalah

“waktu “ tabungan terindah kita adalah “ rindu” ( hal 111)

Pada diksi kejauhan bukan berarti terlampau jauh atau diksi tersebut menggambarkan jarak jauh artinya pada kutipan tersebut adalah tempat yang jauh.

“ dan kereta ini akan membawa ragaku pulang. Hanya ragaku yang pulang, hatiku tidak pernah pergi darimu. Tidak sedikit pun, tidak sekali pun” ( hal 123)

Pada diksi raga mengandung makna pada diksi badan, tidak berarti disuatu tempat diksi menurut ini mengandung makna raga pada kutipan tersebut adalah sesuatu yang dapat membuat memperagakan organ tubuh.

“Aku memandangmu dengan samar, sebagaimana kau memikirkanku dengan nanar” ( hal 132)

Pada diksi samar mengandung makna pada diksi kabur, tidak berarti disuatu tempat diksi samar ini mengandung makna agak gelap atau dapat disebut dengan tidak kelihatan nyata.

Cintah selalu menjadi obat, dan selayaknya obat, kau telah overdosis mengomsusinya secara berlebihan. ( hal 148)

Pada diksi berlebihan mengandung makna pada diksi banyak sekali, tidak berarti disuatu tempat diksi berlebihan ini mengandung makna banyak sekali atau dapat disebut dengan tidak sewajarnya.

“ tuhan mempertemukan kita seperti mempertemukan tanah kering dengan rinai hujan, aku yang gersang kau teduhkan” ( hal 202)

Pada diksi rinai mengandung makna pada diksi gerimis, tidak berarti disuatu tempat diksi rinai ini mengandung makna tetes –tetes ( tentang hujan)

C. pembahasan

Penelitian ini difokuskan pada analisis diksi dan gaya bahasa dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat dua puluh empat jenis gaya bahasa, empat diantaranya yang digunakan dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari. Terdapat tujuh gaya bahasa hiperbola, sepuluh gaya bahasa personifikasi, sebelas gaya bahasa metafora dan tujuh gaya bahasa smile. Berikut dapat ditunjukkan dalam tabel data pengunaan gaya bahasa dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari

Tabel 4.1. Gaya bahasa dalam novel garis waktu Karya Fiersa Besari.

No Gaya Bahasa Data Keterangan

1. Gaya bahasa hiperbola 7 Besari, 2006 : 12, 24, 72, 68, 91,76, 153.

2. Gaya bahasa personifikasi 11 Besari, 2006 : 8, 16,16, 24.7,7,8,60,132,132,144 3. Gaya bahasa metafora 11 Besari, 2006 :

8,11,12,39,76,91,153,170 4. Gaya bahasa smile 7 Besari, 2006 :

16,17,0,43,48,40,79

Tabel 4.2 Diksi dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari

No. Diksi Data Keterangan

1. Makna konotatif 20 Besari, 2006 : 12, 12, 16, 24, 33, 39, 44, 47, 51, 52. 55, 63 .

2. Makna denotatif 13 9, 13, 19, 19,24, 33, 48, 65, 72, 179, 153, 195, 203.

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa gaya bahasa personifikasi lebih dominan di gunakan pada novel Garis Waktu karya Fiersa Besari. Gaya bahasa personafikasi di gunakan Fiersa Besari untuk memperindah kalimat agar pembaca dapat merasakan serta menciptakan khayalan berdasarkan gaya bahasa hiperbola yang tulis oleh Fiersa Besari. Gaya bahasa personifikasi merupakan salah satu gaya bahasa pertentangan atau penggunaan kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan maksud sebenarnya oleh penulis untuk memberikan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca. Majas personifikasi pada novel ini sebagai penegasan agar pembaca turut merasakan dan menciptakan imajinasi berdasarkan gaya bahasa khususnya gaya bahasa hiperbola yang ditulis oleh Fiersa Besari.

Sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Fatimah (2020) yang sama-sama mengkaji gaya bahasa pada novel karya Fiersa Besari. Pada penelitiannya peneliti mengkaji novel dengan judul Garis waktu , dengan hasil majas hiperbola juga lebih dominan digunakan oleh Fiersa Besari pada novel tersebut.

Adapun gaya bahasa hiperbola juga dominan digunakan dalam novel Garis Waktu karya Fiersa Besari ini. Gaya bahasa hiperbola digunakan oleh Fiersa Besari dalam mengumpamakan sifat atau sikap seseorang melalui benda - benda mati. Gaya bahasa hiperbola juga salah satu majas pertentangan atau penggunaan kata berkias. Gaya bahasa hiperbola ini digunakan Fiersa Besari agar pembaca dapat menciptakan imajinasinya terhadap gaya bahasa tersebut dalam memaknai karyanya.

Gaya bahasa metafora dan smile merupakan gaya bahasa yang sama - sama bermakna sindiran, namun bedanya, metafora merupakan perbandingan langsung karena tidak mempergunakan kata - kata pembanding, sedangkan smile merupakan kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata - kata pembanding. Sedangkan diksi dalam novel garis waku karya Fiersa Besari yang digunakan berdasarkan maknanya yaitu : makna denotatif sangat mudah ditemukan dalam tulisan , karena merupakan kata yang sebenarnya yang tertulis pada kalimat. Sedangkan makna konotatif ialah makna kias atau bukan kata yang sebenarnnya dan berkaitan dengan nilai rasa.

BAB V PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terdapat empat dardua puluh empat gaya bahasa yang ditemukan dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari. Dengan data yang ditemukan berjumlah empat gaya bahasa terdiri dari: (a). Majas Hiperbola berjumlah tujuh Contoh : “Dan kau bagaikan pecandu yang rela menggandakan jiwa demi menatap matamu sekali lagi” (Besari, 2006:12)

Dalam kutipan tersebut merupakan data keempat dari majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya bahasa dalam garis waktu kaya Fiersa Besari. kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena terksesan melebih lebihkan kata menggandakan yang secara leksikal bermakna tampak lebih dari satu (aplikasi KBBI V) yang biasanya digunakan pada kata benda seperti, Kunci dan Dokumen.

Contoh: a. Dila menggandakan kunci pagarnya b. ayah mengadakan ke uangan di tempat kerjanya.

“Disampingmu, aku sanggup melewati pijar mereka”

( Besari,2006: 72)

Dalam kutipan tersebut merupakan data keempat dari majas hiperbola yang ditemukan dalam analisis diksi dan gaya bahasa dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari dikategorikn sebagai gaya bahasa

hiperbola karena terkesan melebih lebihkan kata Pijar yang secara leksikal bermakna percikan logam (aplikasi KBBI V) berikut conth kalimat yang biasa digunakan pada kalimat benda seperti, Pisau, Besi. Contoh: a. Adik memotong sayuran di dapur dengan pisau yang tajam b. besi dirumah adik sudah lama dan berkarat. (Besari, 2006: 12, 16, 24, 72, 68, 153)

(b). Majas personifikasi terdapat tiga belas data contoh : “Aku lupa bahwa bintang pun bernyawa, hutan pun benapas” (Besari, 2006:8)

Pada kutipan tersebut terdapat dua majas personifikasi.

dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata bintang pun bernayawa dan hutan pun beranapas yang terkesan menganggap benda mati seolah hidup.

“ Dan aku hanya mampu menjadi korban dari kerinduan yang mencekik, yang tersenyum dengan pipih merah merona tatkala kau menyapaku.

( Besari,2006: 16)

Pada kutipan tersebut terdapat satu majas peronifikasi, dikategorikan sebagai majas personifikasi karena terdapat kata mencekik , dikateorikan sebagai majas personafiksi karena terdapat kata mencekik yang terkesan mengangkat memengang leher sehingga yang dipegang dicekam dan tidak bernafas. ( Besari, 2006:8, 7, 7, 8, 16, 16, 24,60, 132, 132, 144)

(c). majas metafora terdapat sebelas contoh : “ dan pagi – pagiku hanyalah repetisi membosankan untuk mengenyangkan logika. Aku lupa bintang pun bernyawa, hutan pun bernapas. ( Besari, 2006:8).

Pagi - pagiku hanyalah repetisi yang secara leksikal dalam metafora bermakna rutinitas seperti repetisi yaitu di ulang terus menerus, di lakukakan karena pemikiran manusia yang di metaforakan dengan untuk mengenyangkan logika.

“ Kau idamkan tanganku didalam gengamanmu di dalam jabatanku selama beberapa detik. aku idamkan tanganku di dalam genggamanmu untuk selamanya. ( Besari, 2006: 11)

Kau idamkan secara leksikal dalam metafora menjelaskan mengenai dan harapan keinginan terus untuk terus bersama. ( Besari; 2006: 8, 11, 12, 39, 76, 91, 153, 17 )

d. majas smile berjumlah tujuh contoh: “ Ia laksana mentari di tengah temaram, hijau di antara gerseng, cinta tidak pernah datang tiba – tiba ia akan mengedap – ngedap menyusun ke dalam urat nadimu. ( Besari, 2006:16)

“ akupun harus mengengam hatimu. Karena entah sejauh langit , atau sedekah langit – langit, bagiku kau bintang yang kau puja sengah mati. ( Besari, 2006: 17)

(Besari, 2006, 2006: 16, 17, 20, 43, 48, 40, 79)

Sedangkan hasil penelitian dari novel garis waktu karya Fiersa Besari dari analisis diksi dari hasil penelitian dan pembahasan dari jenis – jenis diksi berdasarkan

maknanya a. Makna denotatif berjumlah tiga belas sedangkan makna konotatif berjumlah dua puluh

B. Saran

Peneliti yang telah dilakukan dalam Novel garis waktu karya Fiersa Besari dapat dijadikan referensi berikut yang berkait penelitian ini. Penelitian ini. Jika melakukan penelitian dengan judul novel yang sama, diharapkan meneliti aspek yang lain agar mengetahui hal yang berbeda dalam novel ini. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti unsur intrinsik, gaya bahasa, serta kearifan lokal dalam novel ini agar memperoleh kesimpulan yang mendukung, memperkuat teori, serta konsep yang sebelumnya telah dibangun oleh peneliti maupun peneliti selanjutnya.

Dokumen terkait