PENGUKURAN KINERJA LAYANAN JARINGAN KOMPUTER
UNTUK MANAJEMEN KETERSEDIAAN
Sri Wulandari1), Achmad Affandi2) Laboratorium Jaringan Telekomunikasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kampus ITS, Jl. Arief Rachman Hakim, 60111 e-mail : sri10@mhs.ee.its.ac.id1), affandi@ee.its.ac.id2)
Abstrak
Saat ini kemajuan dalam penerapan teknologi informasi di lingkungan Pemerintah Kota telah menuju ambang critical mission, dimana hampir seluruh aspek kegiatan birokrasi, administrasi, serta layanan masyarakat menggunakan sistem informasi secara penuh. Salah satu aspek terpenting dalam penyediaan sistem informasi tersebut adalah ketersediaan layanan jaringan komputer. Dengan kondisi geografis yang cukup luas ditambah dengan banyaknya gedung pencakar langit, menjamurnya tower telekomunikasi, serta terjadinya perubahan iklim secara ekstrim maka menimbulkan berbagai permasalahan pelik terutama pada lokasi jaringan yang menggunakan teknologi radio/wireless.
Untuk meningkatkan kinerja dalam penyelesaian permasalahan tersebut, diperlukan sebuah manajemen ketersediaan layanan yang berdasarkan pada sebuah kerangka kerja manajemen TI. Dalam penelitian ini diharapkan dapat menurunkan atau meminimalisasi waktu downtime melalui pengukuran kinerja layanan jaringan sesuai dengan kerangka kerja ITIL v3. Langkah-langkah yang diterapkan antara lain dengan melakukan ‘reactive dan proactive activities’, meliputi monitoring, pengukuran, analisa report dan review ketersediaan layanan. Dengan adanya manajemen ini diharapkan dapat memberikan arah yang tepat bagi departemen yang ada di Pemerintah Kota untuk menangani sebuah permasalahan layanan jaringan.
Kata kunci: ITIL, Jaringan Komputer, Manajemen Ketersediaan.
1. PENDAHULUAN
Selama kurun waktu lima tahun terakhir ini, Pemerintah Kota Surabaya dalam hal ini Dinas Komunikasi dan Informatika telah membangun infrastruktur teknologi informasi termasuk di dalamnya pembangunan jaringan komputer di seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang mencakup wilayah Kecamatan, Kelurahan dan Puskesmas. Hal ini sesuai dengan salah satu strategi Pembangunan Daerah yaitu meningkatkan akselerasi pertumbuhan arus perdagangan barang dan jasa dalam skala regional maupun internasional serta memadukan wilayah Greater Surabaya dalam suatu sistem tata ruang yang terintegrasi didukung infrastruktur, sistem transportasi dan sistem TI yang memadai (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Surabaya Tahun 2006-2010).
Saat ini kemajuan dalam penerapan teknologi informasi di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya telah menuju ambang critical mission, dimana hampir seluruh aspek kegiatan birokrasi, administrasi, serta layanan masyarakat menggunakan sistem informasi secara penuh. Untuk birokrasi dan administrasi, alur sistem dimulai dari musyawarah rencana pembangunan
(MUSRENBANG), perencanaan kegiatan (e-Project), perencanaan anggaran (e-Budgeting), pengadaan barang dan jasa (e-Procurement), pengelolaan lelang dan swakelola (e-Delivery), penyerapan anggaran (e-Controlling) sampai dengan pemantauan kinerja SKPD (e-Performance). Untuk pelayanan masyarakat, sistem informasi unit pelayanan satu atap (UPTSA) terhubung dengan seluruh database dari SKPD terkait.
Dan seluruh sistem informasi tersebut diterapkan bukan hanya pada SKPD di lingkungan Balai Kota namun juga di Kecamatan dan Kelurahan serta SKPD yang tersebar di seluruh pelosok Kota Surabaya. Salah satu aspek terpenting dalam penyediaan sistem informasi tersebut adalah ketersediaan layanan jaringan komputer. Seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya telah terhubung seluruhnya dengan jaringan komputer, atau yang biasa disebut dengan MAN (Metropolitan Area Network). MAN dibangun dengan kombinasi teknologi kabel Fiber Optic pada Backbone dan teknologi Radio/Wireless pada jaringan jalur distribusi.
Masalah yang sering terjadi adalah downtime jaringan komputer yang ditimbulkan oleh berbagai faktor diantaranya cuaca, daya listrik,
dan malware. Ini merupakan tugas pokok dan fungsi dari dinas terkait untuk mengatasi permasalahan tersebut. Namun dengan terbatasnya sumber daya manusia, cadangan peralatan (spare part), hambatan birokrasi, dan anggaran menyebabkan penyelesaian permasalahan tidak dapat dilaksanakan secara cepat.
Untuk meningkatkan kinerja dalam penyelesaian permasalahan tersebut, diperlukan sebuah manajemen ketersediaan layanan yang berdasarkan pada sebuah kerangka kerja manajemen TI.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Jaringan Komputer
Jaringan komputer adalah gabungan antara teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi. Gabungan teknologi ini menghasilkan pengolahan data yang dapat didistribusikan, mencakup pemakaian database, software aplikasi dan peralatan hardware secara bersamaan (Sopandi, 2008).
2.2. Topologi Jaringan
Topologi jaringan adalah susunan atau pemetaan interkoneksi antara node, dari suatu jaringan, baik secara fisik (riil) dan logis (virtual). Topologi menggambarkan metode yang digunakan untuk melakukan pengkabelan secara fisik dari suatu jaringan (Sopandi, 2008). Topologi fisik jaringan adalah cara yang digunakan untuk menghubungkan workstation-workstation di dalam sebuah jaringan (LAN). 2.3. ITIL Framework
Setiap organisasi perlu untuk mengetahui status organisasinya sejauh mana telah melakukan aktifitas dan apakah investasi yang dilakukan memadai. ITIL (Information Technology Infrastructure Library) adalah seperangkat pendekatan best practice dalam hal pengelolaan layanan yang ditujukan untuk tercapainya pengelolaan layanan Teknologi Informasi yang efektif.
2.4. Manajemen Ketersediaan (Availability Management)
Manajemen Ketersediaan memungkinkan organisasi untuk mempertahankan ketersediaan layanan TI dalam rangka menunjang bisnis sesuai biaya yang dianggarkan. Dengan aktifitas layanan yang tinggi menyadari akan kebutuhan ketersediaan, penyusunan rencana ketersediaan,
memonitor ketersediaan, dan kewajiban memonitor pemeliharaan. Ketersediaan adalah kemampuan dari sebuah komponen TI untuk menyelenggarakan layanan yang disepakati selama jangka waktu tertentu atau pada saat dibutuhkan.
Menurut publikasi ITIL v3, proses di dalam manajemen ketersediaan mempunyai dua elemen utama (OGC, 2007) yaitu :
(1) ‘Reactive Activities’, aspek reaktif dari pengelolaan ketersediaan layanan melibatkan aktifitas pemantauan, pengukuran, analisa dan manajemen keseluruhan kejadian, insiden masalah terkait hilangnya ketersediaan. Aktifitas-aktifitas tersebut pada prinsipnya terkait dengan operasional roles.
(2) ‘Proactive Activities’, melibatkan aktifitas perencanaan, desain dan usaha-usaha peningkatan ketersediaan. Aktifitas tersebut pada prinsipnya terkait dengan perenca-naan dan desain.
Availability dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : - Frekuensi dari downtime
- Durasi dari downtime - Dampak (scope of impact)
Availability dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
AV (%) = (AST –DT / AST) x 100% (1) dengan :
AST = Agreed Service Time DT = Down Time
2.5. Parameter Kinerja Jaringan
Kriteria penting dari sudut pandang pemakai jaringan adalah keandalan, yaitu kriteria pengukuran seberapa mudah suatu sistem terkena gangguan, terjadi kegagalan atau beroperasi secara tidak benar.
Keandalan adalah ukuran statistik kualitas komponen dengan menggunakan strategi pemeliharaan, kuantitas redundansi, perluasan jaringan secara geometris dan kecenderungan statis dalam merasakan sesuatu secara tidak langsung tentang bagaimana suatu paket ditransmisikan oleh sistem tersebut. Kinerja jaringan dapat diukur berdasarkan kriteria, (Terplan, 1987) :
Kriteria level pemakai (user level), yaitu waktu respon dan keandalan.
a. Waktu respon yaitu waktu tanggapan saat paket dipancarkan dengan benar. b. Keandalan yaitu suatu keadaan yang
dapat menentukan seberapa berfungsinya sistem pada suatu tugas pengiriman paket.
Kriteria level jaringan (network level), yaitu waktu respon rata-rata.
Penentuan waktu respon rata-rata dilakukan dengan 2 langkah, yaitu :
a. Menentukan rata-rata penundaan satu jalur paket melewati jaringan dan antar mukanya sebagai suatu fungsi beban terhadap ukuran paket.
b. Menggunakan informasi dengan penundaan dan pemakaian link untuk menghitung waktu respon rata-rata pemakai.
Kriteria kinerja khusus, yaitu daya kerja dan penundaan rata-rata.
3. METODOLOGI DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, alur kerja yang digunakan diberikan seperti gambar 1.
Gambar 1. Diagram alir metode penelitian 3.1. Pengumpulan Informasi
Pengumpulan informasi dilakukan untuk mengetahui kondisi TI di Pemerintah Kota Surabaya saat ini, dilihat dari sisi :
3.1.1. Koneksi Jaringan dan Bandwidth Link Dalam jaringan komputer, bandwidth adalah jumlah data maksimum yang dapat ditransfer dari suatu titik ke titik yang lain, seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Bandwidth link jaringan
No. Media
Link Bandwidth
Full / Half Duplex
1 GY WLAN 6 Mbps Half
2 KOP WLAN 6 Mbps Half
3 WY WLAN 6 Mbps Half 4 KP WLAN 6 Mbps Half 5 DH WLAN 6 Mbps Half DH Link JB 6 WC WLAN 6 Mbps Half 7 TM WLAN 6 Mbps Half 8 DTK WLAN 6 Mbps Half 9 DIK FO 1 Gbps Full 10 GA WLAN 6 Mbps Half 11 PUS WLAN 6 Mbps Half 12 RK WLAN 6 Mbps Half 13 SL WLAN 6 Mbps Half
14 KES FO 1 Gbps Full
15 DAG WLAN 6 Mbps Half 16 GB WLAN 6 Mbps Half 17 JB WLAN 6 Mbps Half 18 DC FO 1 Gbps Full 19 BM FO 1 Gbps Full 20 DKP FO 1 Gbps Full 21 KJ BLK FO 6 Mbps Half 22 BLK MR WLAN 6 Mbps Half 23 SP WLAN 6 Mbps Half 24 TS WLAN 6 Mbps Half 25 GT WLAN 6 Mbps Half 26 PC KR WLAN 6 Mbps Half 27 KR WLAN 6 Mbps Half 28 AR WLAN 6 Mbps Half 29 PMK WLAN 6 Mbps Half BT RK BM DC KES UPT SM 3.1.2. Topologi Jaringan
Dalam desainnya, topologi jaringan di Pemerintah Kota Surabaya seperti gambar 2.
Gambar 2. Desain Model Topologi 3.2. Reactive Activities
Kegiatan yang dilakukan berdasarkan Reactive Activities adalah :
3.2.1. Monitoring
Monitoring atau pemantauan dilakukan pada layanan jaringan menggunakan aplikasi MRTG (Multi Router Traffic Grapher) dan Ping (Packet Internet Gopher).
Aplikasi MRTG digunakan untuk memantau beban trafik pada koneksi jaringan secara periodik. Dan untuk mendukung aplikasi ini dilakukan aktivasi fungsi (enabled) SNMP service dari masing-masing peralatan baik switch maupun router.
Sedangkan paket Ping (Packet Internet Gopher) dan NMS digunakan untuk memeriksa aktifitas jaringan berbasis teknologi Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP). 3.2.2. Pengukuran
Kualitas koneksi jaringan dapat dilihat melalui nilai parameter kinerja sebagai berikut:
Selesai I T I L v 3 Reactive & Proactive Pengumpulan Informasi Monitoring, mengukur dan menganalisa report dan review ketersediaan layanan & komponen
Mulai
a. Latency
Dengan menggunakan perintah Ping untuk menguji kualitas suatu koneksi Jaringan, dapat disimpulkan apakah perangkat-perangkat tersebut berkomunikasi secara kontinyu, ataukah terdapat kemungkinan traffic congestion (kemacetan trafik), atau terdapat indikasi adanya masalah tertentu lainnya yang ditunjukkan dengan besarnya latency.
Pada tabel 2. Menunjukkan hasil ping pada link akses jaringan.
Tabel 2. Hasil Ping
Min Avg Max Mdev GY Gateway(DH) 3,842 4,575 9,251 1,267 0% GY DH 3,636 5,139 12,82 1,656 0% GY DC 10,907 35,028 126,056 32,548 0% DH GY 3,419 4,919 7,566 1,369 0% 2 WY Gateway(DC) 1,446 1,65 2,797 0,306 20% 3 JB WY 0,881 1,12 5,62 0,679 0% JB DC 1,067 1,31 3,72 0,444 0% JB JT 1,254 1,577 4,376 0,546 0% 5 WC Router 11,56 16,684 37,857 4,809 0% 6 KES WC 13,556 17,128 27,599 2,426 0% TM Gateway(KES) 11,169 16,327 37,038 6,386 0% KES TM 9,048 15,644 32,81 4,03 0% 8 GA Gateway (RT) 13 17,955 34,237 4,684 0% 9 LS Gateway (BW) 4,249 20,995 115,542 26,165 7% 10 PK Gateway (BW) 4,692 7,649 16,697 2,538 54% DK SW 3,806 5,493 19,409 1,932 0% DK JT 4,961 7,608 90,601 9,088 0% DK DC 5,1 6,461 13,328 1,738 0% SW JT 1,39 1,77 6,617 0,985 0% SW DC 1,633 1,793 2,23 0,13 0% BLK MR 9,12 14,232 23,841 2,932 0% MR BLK 11,346 14,644 21,248 2,549 0% KR Gateway 4,356 14,31 1016,17 87,639 0% KR JT 4,651 7,543 67,023 6,951 0% KR DC 4,915 16,918 381,143 58,489 0% PUS Gateway (RT) 12,126 19,842 48,211 10,067 0% RT PUS 13,957 37,694 237,378 41,714 12% KOP Gateway(DH) 3,03 5,433 12,038 30,207 0% KOP DC 8,827 49,122 217,311 47,776 18% KOP DC 10,271 46,052 108,56 30,207 13% KOP JT 10,956 55,295 176,776 40,552 7% DH DC 5,251 35,712 112,577 33,187 0% DH JT 5,938 48,729 144,359 37,37 0% 14 13 12 1 4 7 11
No Lokasi Arah RTT (ms) Packet Loss
15
16
17
b. Jitter
Jitter merupakan variasi dari delay yang dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya tumbukan antar paket (congestion) yang ada dalam jaringan. Pengaruh jitter pada kinerja jaringan harus dilihat bersama delay. Ketika jitter besar namun delay-nya kecil maka kinerja jaringan tidak bisa dikatakan buruk karena besarnya jitter dapat dikompensasi dengan nilay delay yang kecil. Jitter akan menurunkan kinerja jaringan ketika nilainya besar dan nilai delay-nya juga besar.
c. Packet Loss
Packet Loss merupakan banyaknya paket yang gagal mencapai tempat tujuan. Ketika Packet Loss besar maka dapat diketahui bahwa jaringan sedang sibuk atau terjadi overload. Packet Loss
mempengaruhi kinerja jaringan secara langsung. Ketika nilai Packet Loss suatu jaringan besar, dapat dikatakan kinerja jaringan tersebut buruk. Tabel 3. Hasil Pengukuran Jitter dan Packet Loss
B.W. Client (bps) B.W. Result (bps) Jitter (ms) Packet Loss (%) GY DH 5 M 4883 K 1,146 0 DH GY 5,5 M 5494 K 0,592 0 KOP DH 3,5 M 3415 K 0,471 0,41 DH KOP 5,5 M 5502 K 0,58 0 3 WY JB 10,6 M 10193 K 0,086 0,11 KP JB 5,4 M 5290 K 0,571 0 JB KP 6,5M 6087 K 0,328 0,92 WC KES 2 M 1998 K 1,588 0,12 KES WC 5 M 4999 K 1,725 0 TM KES 2 M 1956 K 2,254 0,2 KES TM 2,2 M 2191 K 3,321 0.44 GA RK 1,7 M 1656 K 3,367 0,63 RK GA 5,5 M 5413 K 15,273 0,37 RK PUS 1,7 M 1696 K 4,683 0,071 BLK MR 1 M 961 K 2,547 3,9 MR BLK 3 M 2940 K 2,005 0,01 DK SW 5 M 5000 K 0,768 0 SW DK 2,5 M 2427 K 0,613 0,96 SW WK 750 K 672 K 7,542 8,6 TD SW 16 M 7598 K 1,659 48 SW TD 5,5 M 4963 2,373 6,1 BW LS 3,8 M 3540 K 1,223 5 UDP 1 stream 1 10 6 7 Iperf Client Iperf Server No 2 8 9 4 5
Beberapa penjelasan mengenai hasil pengujian karakteristik bandwidth di atas adalah sebagai berikut :
a. Pengujian dilakukan dengan mengirim paket UDP 1 stream dari Iperf client ke Iperf server.
b. Packet Loss menjadi besar jika kecepatan pengiriman paket (bandwidth client) melebihi bandwidth link. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa packet loss besar disebabkan oleh jaringan atau adanya link yang overload.
c. Besar bandwidth link terukur besarnya adalah sama dengan kisaran Bandwidth Result pada tabel 3.
3.2.3. Kecepatan Transfer Paket TCP
Throughput adalah kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Throughput yang diperoleh pada saat melakukan pengiriman paket, bergantung pada:
a. Kepadatan trafik jaringan. b. Besar paket yang ditransmisikan.
c. (Receive dan Send) TCP windows host yang melakukan pertukaran data.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Kecepatan Transfer Paket TCP 1 stream 2 stream GY DH 4982 5775 4305 3028 DH GY 5823 5818 2457 4041 KOP DH 2266 2600 1304 5658 DH KOP 5991 5986 5713 1599 WY JB 8696 9038 --- ---JB WY 11020 10455 3738 5655 KP JB 5643 5608 --- ---JB KP 5826 5900 805 4552 BLK MR 2967 5779 2097 2266 MR BLK 1399 1407 2275 2016 DK SW 5869 5889 5747 2062 SW DK 4630 4553 1829 5547 WK SW 5776 5778 5615 990 SW WK 1349 1488 942 5719 TD SW 12470 10538 6424 2219 SW TD 5260 4720 4543 2711 PK BW 4482 5837 5705 933 BW PK 3134 3501 1072 5805 LS BW 2245 1192 938 483 BW LS 2940 1392 2173 470 No Iperf Client Iperf Server 1 2 3 4 5 Throughput TCP (Kbps) Bidirectional 10 8 9 6 7
Adapun hasil pengukuran ketersediaan jaringan adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Tingkat Ketersediaan Jaringan
Device Location Total Poll Time (minutes) Time Un-available (minutes) Percent Available Switch 131032,66 2743,56 97,91 BW-JT BW 131032,73 2913,60 97,78 LS-BW LS 131035,35 3615,49 97,24 SK-BW SK 131034,29 6245,48 95,23 PK-BW PK 131036,19 6527,67 95,02 GB-DC GB 131035,56 2975,55 97,73 BJ-DC BJ 131035,25 37776,06 71,17 SL-BM SL 131036,38 4476,49 96,58 LP-BM LP 131026,91 37397,35 71,46 GA-RK GA 131035,72 9237,58 92,95 PMK-BT PMK 131035,09 4835,62 96,31 KR-BT KR 131035,03 4875,59 96,28 SW-BT SW 131034,87 4885,67 96,27 AR-BT AR 131036,42 5556,84 95,76 SM-JT SM 131034,88 6586,69 94,97 TS-SM TS 131035,89 6437,14 95,09 GT-SM GT 131035,83 6797,22 94,81 SP-SM SP 131035,56 7397,09 94,35 TGL-SW TGL 131026,93 6988,02 94,67 DK-SW DK 131036,38 9147,82 93,02 DP-SW DP 131037,20 15190,50 88,41 DS-SW DS 131026,01 31654,53 75,84 KP-JB KP 131035,63 12848,48 90,19 WY-JB WY 131035,78 18890,63 85,58 KOP-DH KOP 131036,35 13479,29 89,71 MR-JT MR 131032,37 9525,67 92,73 BLK-MR BLK 131035,46 39187,80 70,09 KJR-BLK KJR 131037,01 61145,96 53,34 3.3. Proactive Activities
Dari hasil pengukuran kinerja jaringan komputer yang dilakukan, dapat diperoleh gambaran sebagai berikut :
a) Bahwa di beberapa titik jaringan, terdapat koneksi yang tidak stabil ditandai dengan tingginya packet loss dan kinerja bandwidth yang tidak mencapai spesifikasi yang diharapkan. Hal tersebut merupakan dampak dari konfigurasi peralatan yang digunakan saat ini.
b) Selain kinerja jaringan, tingkat availability di beberapa titik jaringan juga rendah, selain dari konfigurasi peralatan, topologi yang digunakan saat ini juga memberikan kontribusi rendahnya availability di titik-titik tersebut.
Maka dalam rangka meningkatkan kinerja jaringan komputer dan meningkatkan ketersediaannya, perlu dilakukan langkah-langkah proaktif (proactive activities) diantaranya :
3.3.1. Designing for availability a) Re-konfigurasi Peralatan
Perlunya dilakukan perubahan konfigurasi peralatan yang mengacu pada desain ketersediaan.
Gambar 3. Konfigurasi LAN di SKPD Seperti tampak pada gambar 3, pada konfigurasi jaringan LAN di masing-masing SKPD, diperlukan untuk menambah router sebagai gateway. Saat ini, gateway berada di luar jaringan LAN atau dengan kata lain berada pada jaringan core. Desain ini menimbulkan beban trafik pada jaringan meningkat karena tidak adanya filter yang membatasi paket yang seharusnya boleh memasuki jaringan core.
b) Re-desain Topologi Jaringan
Diperlukan perubahan topologi untuk meningkatkan availability. Hal ini mengacu pada Cisco’s Hierarchical Design Model seperti pada gambar 4. Design model tersebut memiliki karakteristik spesifikasi : Lapisan inti (core layer) dari high-end
router dan switch yang dioptimalkan untuk ketersediaan dan kecepatan.
Lapisan distribusi (distribution layer) dari router dan switch yang menerapkan kebijakan dan lalu lintas segmen.
Sebuah lapisan akses (access layer), yang menghubungkan pengguna melalui hub, switch, dan perangkat lain.
Dalam implementasinya, pada core layer tidak terdapat redundansi perangkat (router) sebagai cadangan apabila terdapat downtime dari Internet Service Provider. Gambar 4 berikut menunjukkan topologi jaringan yang dapat meningkatkan ketersediaan jaringan. Tentu saja dalam menerapkan topologi tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu akan dilakukan secara bertahap mulai dari lapisan teratas (core layer) hingga lapisan bawah (access layer).
Gambar 4. Partial-Mesh Hierarchical Design Model 3.3.2. Single Point of Failure Analysis
Ada 2 komponen utama yang saat ini masih tercacat dalam kategori Single Point of Failure (SpoF), atau dalam kata lain komponen tersebut tidak ada peralatan yang membackup atau memiliki kemampuan fail-over, yaitu Switch Utama dan Fortigate (perangkat IPS/Intrusion Prevention System). Dengan menerapkan redesain konfigurasi perangkat dan topologi yang dijelaskan sebelumnya, fungsi keduanya akan segera dapat digantikan bila terjadi kegagalan. Pada switch utama akan tersedia switch pendamping yang berfungsi untuk redundansi, sedangkan ketergantungan akan perangkat Fortigate akan semakin menurun dengan dipasangnya router pada masing-masing LAN.
4. HASIL DAN KESIMPULAN
Pengukuran kinerja jaringan komputer merupakan aktivitas terpenting dalam rangka meningkatkan ketersediaan jaringan. Dari pengukuran akan tergambar secara jelas apa yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul maupun permasalahan yang akan terjadi pada suatu
sistem jaringan.
Beberapa usaha yang perlu dilakukan dalam meningkatkan ketersediaan jaringan Pemerintah Kota adalah :
a) Perubahan konfigurasi peralatan jaringan. b) Redesain topologi jaringan
c) Penyediaan peralatan redundan sebagai backup peralatan utama.
Selain itu hal-hal pendukung yang tak kalah pentingnya dalam usaha meningkatkan ketersediaan jaringan adalah :
a) Menyediakan daya listrik cadangan yang siap pakai berupa UPS dan generator set dengan grounding yang memenuhi standar. b) Penggantian koneksi jaringan primer yang
masih berbasis wireless dengan fiber optic. Penggantian pada jalur-jalur utama ini diperlukan untuk mengantisipasi kelemahan peralatan wireless seperti interferensi frekuensi dan kerusakan akibat faktor alam, seperti induksi petir.
5. DAFTAR PUSTAKA
Nazimoglu, Ozge dan Ozsen, Yasemine., 2009. European and Mediterranean Conference on Information Systems (EMCIS2009). Analysis Of Risk Dynamics In Information. Crowne Plaza Hotel, Izmir 13-14 July 2009. Turkey : Izmir. Sarno, Riyanarto., 2009. Audit Sistem & Teknologi Informasi. Surabaya : ITS Press. Sofana, Iwan., 2010. Cisco CCNA & Jaringan Komputer. Bandung : Informatika.
Sopandi, Dede., 2008. Instalasi Dan Konfigurasi Jaringan Komputer. Bandung : Informatika.
Odom, Wendell., 2005. Computer Networking First-Step. Edisi I. Yogyakarta : ANDI.
OGC., 2007. ITIL Version 3 Service Design. United Kingdom : The Stationary Office for OGC.
OGC., 2007. ITIL Version 3 Service Operation.United Kingdom : The Stationary Office for OGC.
Zeng, Jihong., 2008. Contemporary Management Research. A Case Study on Applying ITIL Availability Management Best Practice, 4 (4), pp.321-332.