• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PERAN PEMERINTAH DALAM PENERTIBAN DAN PENATAAN TEMPAT HIBURAN MALAM DI KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PERAN PEMERINTAH DALAM PENERTIBAN DAN PENATAAN TEMPAT HIBURAN MALAM DI KOTA MAKASSAR"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

PERAN PEMERINTAH DALAM PENERTIBAN DAN PENATAAN TEMPAT HIBURAN MALAM DI KOTA MAKASSAR

Oleh:

ARAS PUTRA BULA’ .P

Nomor Induk Mahasiswa: 10561 04749 13

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

ii SKRIPSI

PERAN PEMERINTAH DALAM PENERTIBAN DAN PENATAAN TEMPAT HIBURAN MALAM DI KOTA MAKASSAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh:

ARAS PUTRA BULA’ .P Nomor Stambuk: 10561 04749 13

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Aras Putra Bula’. P Nomor Stambuk : 1056 1047 49 13

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 23 juli 2020 Yang Menyatakan,

(6)

vi ABSTRAK

Aras. Peran Pemerintah Dalam Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar (dibimbing oleh Muh Tahir dan Samsir Rahim)

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana upaya pemerintah dalam penertiban tempat hiburan malam di Kota Makassar , Bagaimana upaya pemerintah dalam penataan tempat hiburan malam di Kota Makassar.

Tipe penelitian ini yang digunakan adalah deskriktif kualitatif yaitu penulis bermaksud mendeskripsikan peran pemerintah dalam penertiban dan penataan tempat hiburan malam di kota makassar dengan memilih orang tertentu yang dianggap memiliki pengetahuan tentang peran pemerintah dalam penertiban dan penataan tempat hiburan malam di kota makassar. Adapun jumlah informan dalam penelitian ini adalah 11 orang, sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui wawancara, sedangkan data sekunder dari dokumen-dokumen, catatan-catatan, laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi yang dapat didukung dengan kelengkapan data primer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam penertiban dan penataan tempat hiburan malam di kota makassar sudah berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Hal ini dilihat dari kelima indikator yaitu pemerintah sebagai stabilisator, pemerintah sebagai innovator, pemerintah sebagai modernisator, pemerintah sebagai pelopor, dan pemerintah sebagai penertiban penataan pemerintah dalam hal ini telah melakukan pendampingan kepada pemiliki usaha tempat hiburan malam termasuk dalam melakukan pendampingan.

Kata Kunci :Peran Pemerintah, Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar

(7)

vii

KATA PENGANTAR Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pearan Pemerintah dalam Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Ayahanda Dr. Muhammaad Tahir, M.Si selaku pembimbing I dan Ayahanda Dr. Syamsir Rahim, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibunda Dr. Hj. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., M.PA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kedua orang tua tercinta yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, mengarahkan, dan senantiasa mendo’akan serta memberikan bantuan yang

(8)

viii

Makassar, 23 juli 2020 Penulis,

Aras Putra Bula’. P

tiada ternilai baik moral maupun materi, nasehat serta pengorbanan yang tak terhingga dalam melalui hari demi hari dalam kehidupan ini.

5. Buat saudara-saudaraku tercinta, yang senantiasa memberikan bantuan yang tiada ternilai baik moral maupun materi kepada penulis.

6. Segenap Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah sudi berbagi ilmunya kepada penulis selama ini. 7. Buat semua saudara tak sedarahku di organisasi RAMPPALA Sul-Sel,

NUSANTARA INSTITUTE, dan semua teman organisasi yang lain

8. Buat kakandaku Muh.aswar darwis S.Sos yang menjadi pengganti orang tuaku selama di Makassar yang selalu memberikan teguran serta buat teman-teman seperjuangan di jurusan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2013, penulis mengucapkan terima kasih atas kebersamaan dan pengertiannya selama ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi penelitian ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian, Konsep, dan Teori ... 8

a. Pengertian Peran ... 8

b. Pengertian Penertiban ... 17

c. Pengertian Penataan ... 19

d. Konsep Tata Ruang... 20

e. Tempat Hiburan Malam ... 21

B. Kerangka Fikir ... 23

C. Fokus Penelitian... 24

D. Deskripsi Fokus Penelitian ... 24

BAB III. METODE PENELTIAN ... 28

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 28

B. Jenis Dan Tipe Penelitian ... 28

(10)

x

D. Informan Penelitaian ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 31

G. Keabsahan Data ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Gambaran Umum Kota Mkassar ... 34

B. Profil Singkat Dinas Pariwisata Kota Makassar ... 35

C. Koordinasi Dinas PTSP dengan Tempat HIburan Malam di Kota Makassar ... 41

BAB V PENUTUP ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA ...

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

3.1 Data I nforman Penelitian 31

4.1 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan 41 4.2 Rekap Usaha THM yang terdaftar di

Kota Makassar

46

4.3 Data THM yang berdiri sendiri maupun yang di bawah naungan Hotel

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Pariwisata pada dasarnya merupakan suatu kegiatan seseorang atau kelompok mengunjungi suatu tempat/daerah untuk rekreasi, dimana terjadi interaksi sosial antara wisatawan dengan penduduk setempat yang dapat memungkinkan timbulnya permasalahan ataupun konflik. Oleh karena itu, untuk menghindari permasalahan yang timbul antara wisatawan dengan penduduk setempat, maka diperlukannya instrument dari pemerintah setempat yang bertujuan untuk menjaga ketertiban dan keamanan, maka fungsi perizinan dalam hal ini sangatlah penting.

Maka dari itu peranan pemerintah Kota Makassar sangatlah penting, dalam hal ini yang memiliki wewenang untuk terus bersinergi dengan semua stakeholder dalam melakukan penertiban serta penataan tempat-tempat hiburan malam yang ada di Kota Makassar, termasuk tempat-tempat hiburan malam yang tidak memiliki izin atau bahkan melanggar izin serta menata tempat-tempat hiburan malam agar lebih memenuhi SOP sebagai tempat wisata hiburan terkhususnya tempat hiburan malam yang ada di Kota Makassar. Perkembangan kepariwisataan dewasa ini di Kota Makassar sangat pesat dan memberikan peluang terhadap pertumbuhan ekonomi nasional maupun lokal.

(14)

2

Pariwisata bagi Kota Makassar merupakan sector yang sangat berperan dalam proses pembangunan karena memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah maupun pendapatan masyarakat, pengembangan social budaya dan pembentukan citra daerah. Penertiban dan penataan tempat hiburan adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Salah satu dari bentuk pelayanan public adalah kegiatan yang berlatar belakang usaha yaitu usaha pariwisata. Penyelenggaraan kegiatan usaha pariwisata khususnya di Kota Makassar telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 5 tahun 2011 tentang Tanda Daftar Usaha dan Pariwisata. Namun ironinya adalah masih ada penyelenggaraan pelayanan public yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah dalam berbagai sector pelayanan, terutama yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan dasar masyarakat, kinerjanya masih belum seperti yang diharapkan, salah satunya adalah pembuatan Surat Izin Usaha (SIU). Biasanya dari surat izin usaha yang diterbitkan Relative tidak sepenuhnya berdasarkan pada ketetapan dan prosedur yang sebagaimana semestinya harus melalui Undang-undang.

Para pelaku bisnis kerap menyalah gunakan izin yang telah diberikan oleh pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kegiatan

(15)

3

usahanya, seperti pelanggaran izin usaha, penyelenggaraan usaha yang tidak sesuai izin, bahkan usaha yang tidak memiliki izin. Hal ini tentu saja dapat mengganggu ketertiban masyarakat dan mengurangi pendapatan daerah dengan akibat yang lebih lanjut dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat. Dasar pemberian izin yang salah satunya untuk bidang usaha yaitu tidak bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan, ketertiban umum, dan keasusilaan. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka penegakan hukum atas peraturan-peraturan yang ada perlu dilakukan dengan tegas dan adil oleh pemerintah. Dalam hal pelanggaran perizinan penyelenggaraan usaha, penegakan hokum yang harus dilakukan secara berlanjut oleh pemerintah adalah pengawasan dan penegakan sanksi.

Sebagai peraturan pelaksana dari UU No 32 Tahun 2004, dibuatlah Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Pasal 6 ayat (2) berbunyi bahwa Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Sedangkan yang menjadi urusan pilihan sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat (4).

Berbicara lebih lanjut terkait bidang usaha di Kota Makassar telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 5 Tahun 2011 tentang Tanda Daftar Usaha Pariwisata dan juga lebih lanjut terkait perizinannya diatur Peraturan Walikota Makassar Nomor 60

(16)

4

Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu khususnya untuk izin usaha pariwisata di Kota Makassar termuat dalam Peraturan tersebut pada pasal 23 tentang Izin Usaha Kepariwisataan. Jenis Usaha Hiburan Malam adalah salah satu jenis usaha bidang pariwisata yang menyelenggarakan kegiatan hiburan dan rekreasi, diatur dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 5 tahun 2011 pasal 22 ayat (1) d terdiri dari club malam (nigh club), diskotik. Penerbitan Peraturan Daerah di Kota Makassar dalam bidang usaha membuktikan bahwa penyelenggaraan usaha tidak hanya mengutamakan aspek penerimaan daerah, namun juga mengutamakan aspek keindahan, ketertiban, keamanan, dan kesejahteraan.

Kepariwisataan merupakan kegiatan Multisektor yang berarti bahwa kepariwisataan terkait dengan Perhotelan, Perdagangan, Transportasi, Jasa dan Lain-lain. Pesatnya perkembangan kepariwisataan, Ketentuan Pasal 1 Nomor 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10. Tahun 2009, Tentang Kepariwisataan.

Berdampak pada meningkatnya kegiatan usaha dibidang kepariwisataan. Hal demikian diperlukan peran Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengendalikan serta mengawasi kegiatan usaha bidang kepariwisataan, yang salah satunya dapat dilakukan melalui stelsel perizinan. Perizinan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh Pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, dan dalam hal-hal tertentu

(17)

5

perizinan merupakan sarana untuk mencegah bahaya bagi lingkungan dan melindungi obyek-obyek tertentu. Pemerintah Daerah terus-menerus berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan perizinan termasuk pelayanan perizinan usaha bidang pariwisata menuju pelayanan prima, dalam upaya mewujudkan iklim usaha yang kondusif dan memberikan kemanfaatan bagi kesejahteraan masyarakat. Kota Makassar merupakan salah satu daerah yang kaya akan objek wisata baik wisata alamnya yang sangat menarik, wisata budaya, wisata buatan dan peninggalan sejarah.

Wilayah Kota Makassar terdapat banyak objek dan daya tarik wisata yang kian tahun kian banyak menjadi perhatian wisatawan, baik berasal dari wisatawan nusantara maupun wisatawan luar negeri. Salah satu tempat hiburan yang disukai oleh masyarakat adalah Tempat Hiburan Malam. Tempat Hiburan Malam adalah salah satu usaha wisata malam yang merupakan gaya hidup yang mulai marak dikota kota besar salah satunya Kota Makassar yang memiliki aturan tersendiri seperti pembatasan umur bagi pengunjung. Pengikut gaya hidup dunia malam masa kini pun sudah meluas yang awalnya hanyalah kalangan dewasa yang memiliki mobilitas tinggi namun kini banyak dijumpai penganut gaya hidup malam merupakan remaja bahkan anak - anak dibawah umur yang beranjak dewasa.

Peraturan terhadap badan usaha telah diatur dan diberlakukan kepada para pelaku usaha dalam peraturan daerah tersebut, implementasi hukum yang tegas atas peraturan daerah oleh pemerintah sangat diharapkan untuk mengoptimalkan manfaat dari penyelenggaraan suatu kegiatan. Penegakan

(18)

6

hukum disini termasuk pengawasan dan pemberian sanksi kepada penanggung jawab tempat wisata khususnya Tempat Hiburan malam yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah Kota Makassar .

Meskipun Pemerintah Kota Makassar dalam hal ini sudah menjalankan fungsinya dalam penegakan hukum tersebut yaitu pengawasan dan pemberian sanksi. Namun, pelanggaran perizinan usaha khusunya usaha wisata tempat hiburan malam masih ditemukan di banyak tempat di Kota Makassar. Dalam rangka mewujudkan Kota Makassar menuju kota Dunia terntunya hala seperti Tempat Hiburan Malam Perlu di perhatiakan agar THM di makassar tidak menjamur, tentunya di perlukan pengawasan yang baik dalam pembangunan agar THM dapat di lokalisasi seperti yang ada di Kota kota maju di Negara maju.

Berdasarkan adanya sidak dari tim gabungan Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Makassar tim gabungan menemukan titik permasalah Tempat Hiburan Malam dalam hal ini adalah “Club Malam”, salah satunya menyalahi izin lokasi usaha wisata malam serta melanggar peraturan daerah nomor 5 tahun 2011 tentang tanda daftar usaha pariwisata. Dalam aturan tersebut menyebutkan klub malam di larang berada di dalam radius dua ratus meter dari tempat ibadah dan pendidikan.

Maka dari itu masih dibutuhkan penegakan hukum yang lebih tegas serta pengawasan yang berlanjut guna mengetahui sejauh mana para pengusaha menaati peraturan yang berlaku. Serta berdasarkan observasi yang telah di lakukan oleh penulis maka penulis memiliki alasan yang kuat untuk mencoba melakukan penelitian ini. Berpijak dari uraian diatas, maka penulis tertarik

(19)

7

untuk mengkaji, meneliti, dan selanjutnya dituangkan kedalam suatu karya tulis dalam bentuk proposal dan skripsi dengan judul “Peran Pemerintah Dalam Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, permasalahan dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana upaya pemerintah dalam penertiban tempat hiburan malam di Kota Makassar ?

2. Bagaimana upaya pemerintah dalam penataan tempat hiburan malam di Kota Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dari rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam penertiban tempat hiburan malam di Kota Makassar.

2. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam penataan tempat hiburan malam di Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan dan pemahaman serta menjadi aplikasi ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama perkuliahan.

(20)

8 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang mempunyai perhatian dalam penertiban dan penataan serta perkembangannya, bagi intansi dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota Makassar diharapkan dapat memberikan sumbangan serta saran dalam penertiban dan penataan tempat wisata di Kota Makassar.

(21)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengertian, Konsep, dan Teori

1. Peran Pemerintah dalam Pelayan Publik

Teori peran (role theory) mengemukakan bahwa peran adalah sekulpulan tingkah laku yang berbeda pula. Tetapi apa yang membuat tingkah laku itu sesuai dalam satu situasi dan tidak sesuai dalam situasi lain relative bebas pada seseorang yang menjalankan peran tersebut.

Peran adalah aspek dinamis yang berupa tindakan atau perilaku yang melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya. Jika seseorang menjalankan peran tersebut dengan baik, dengan sendirinya akan berharap bahwa apa yang dijalankan sesuai keinginan dari lingkungan.Peran memiliki arti perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai status. Sehingga peran mempunyai suatu status. Sehingga peran mempunyai kaitan yang erat dengan status, karena didalamnya terdapat aspek-aspek yang dinamis dari status, yaiutu seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban.

Sedangkan menurut Poerwodarminta (1995: 571) “peran merupakan tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa”. Berdasarkan pendapat Poerwadarminta maksud dari tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa tersebut merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : “Peran

(22)

10

adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat”.

Menurut Soekanto,’’peranan lebih banyak menunjukkan suatu fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.’’(soekanto, 1987:221)

Dalam peran ada 3 hal yang mencangkup didalamnya:

a. Meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

b. Suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur social masyarakat. Ciri-ciri peran, yaitu:

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian dalam aturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi st d. ruktur masyarakat.

Hal-hal penting yang terkait dengan peranan:

a. Bahwa peranan-peranan harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.

(23)

11

b. Peranan tersebur seyogyanya dilekatkan pada individu yang oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakannya.

c. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang takmampu melaksankan peranannya sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat. d. Apanila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan perannnya, belum

tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang. Kutipan (soekanto, 1987:221), lebih lanjut Soejono soekanto mengemukakan aspek –aspek peranan sebagai berikut :

a. Peranan meliputi norma –norma yang di hubungkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat.

b. Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dilakukan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Secara konseptual dan empirik di berbagai negara, kata local dalam kaitannya dengan local government dan local autonomy tidak dicerna sebagai daerah, tetapi merupakan masyarakat setempat. Urusan dan kepentingan yang menjadi perhatian local government dan tercakup dalam local autonomy bersifat locality. Basis politiknya adalah lokalitas dan bukan bangsa. Pemerintahan lokal adalah representasi dari eksistensi lokalitas, sekaligus sebagai agen negara (pemerintah pusat). Seperti yang tampak pada pengertian lokal government yang diberikan oleh United Nation bahwa daerah otonom mengelola local affairs sebagaimana dikemukakan oleh Hampton bahwa : local authority are elected bodies and expected

(24)

12

to develop policies appropriate to their localities whitin the framework of national legislation. juga ditegaskan bahwa daerah otonom harus diberikan hak untuk mengatur urusan-urusan yang bersifat lokal.

Daerah otonom adalah daerah di dalam suatu negara yang memiliki kekuasaan otonom, atau kebebasan dari pemerintah di luar daerah tersebut. Biasanya suatu daerah diberi sistem ini karena keadaan geografinya yang unik atau penduduknya merupakan minoritas negara tersebut, sehingga diperlukan hukum-hukum yang khusus, yang hanya cocok diterapkan untuk daerah tersebut. Menurut jenisnya, daerah otonom dapat berupa otonomi teritorial, otonomi kebudayaan, dan otonomi lokal. Pengertian "otonom" secara etimologis adalah "berdiri sendiri" atau "dengan pemerintahan sendiri"( Poerwadarminta,1999:542). Otonomi Daerahadalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 ayat (6), UU No.23 tahun 2014 Pemerintahan Daerah).

Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa otonomi daerah adalah wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah lingkungannya. Dengan kata lain, otonomi daerah memberikan keleluasan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri yang disesuaikan dengan kondisi dalam daerah tersebut. Pemerintah daerah menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 adalah Gubernur,

(25)

13

Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Sedangkan Pemerintahan daerah menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 24 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Otonomi Daerah mengatur mengenai Dinas yaitu: a. Dinas Daerah melakukan unsur pelaksana otonomi daerah. b. Dinas Daerah dpimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah. c. Kepala Dinas daerah bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah. Menurut Siagian (1992:128) pemerintah negara pada hakikatnya berfungsi untuk mengatur dan melayani. Fungsi pengaturan biasanya dikaitkan dengan hakikat negara modern sebagai suatu negara hukum (legal state), sedangkan fungsi pelayanan dikaitkan dengan hakikat negara sebagai suatu negara kesejahteraan (welfare state). Disini terlihat jelas bahwa peran pemerintah dipahami sebagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatur maupun mengelola masyarakat di dalam suatu negara dengan tujuan untuk menegakkan hukum dan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Pengertian operasional Menurut R.S Stainton sebagai mana di kutip oleh Lalu Sumayang (2003:17), yang di maksud dengan operasional applikasi metode-metode ilmiah terhadap masalah-masalah kompleks dengan mengarahkan dan

(26)

14

mengendalikan system yang luas mengenai kehidupan manusia, mesin-mesin, materi, dan uamg dalam industri. Bisnis, Pemerintahan, serta pertahanan. Pendekatan yang terbaik adalah mengembangkan suati model ilmiah dari sistem berikut, pengukuran yang menyeluruh mengenai faktor-faktor seperti kesempatan dan resiko yang di gunakan untuk meramal atau membandingkan hasil keputusan-keputusan strategis atau pengendalian-pengendalian yang bersifat alternatif.

Menurut Siagian (1992) pemerintah pada hakikatnya berfungsi untuk mengatur dan melayani. Fungsi pengaturan biasanya dikaitkan dengan hakikat negara modern sebagai suatu negara hukum (legal state), sedangkan fungsi pelayanan dikaitkan dengan hakikat negara sebagai suatu negara kesejahteraan (welfare state). Disini terlihat jelas bahwa peran pemerintah dipahami sebagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatur maupun mengelola masyarakat di dalam suatu negara dengan tujuan untuk menegakkan hukum dan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakatnya

Davey (1998:21) memaparkan bahwa terdapat lima fungsi utama pemerintahan, antara lain pertama sebagai penyedia layanan, yaitu fungsi-fungsi pemerintah yang berkaitan dengan penyediaan pelayanan yang berorientasi pada lingkungan dan masyarakatnya. Kedua, fungsi pengaturan, yaitu fungsi yang berkaitan dengan perumusan dan penegakkan peraturan-peraturan. Ketiga, fungsi pembangunan yaitu fungsi yang berkaitan dengan keterlibatan pemerintah dalam kegiatan ekonomi. Keempat, fungsi perwakilan yaitu mewakili masyarakat di luar wilayah mereka. Kelima, fungsi koordinasi yaitu berkaitan dengan peran pemerintah dalam pengkoordinasiaan, perencanaan, investasi dan tata guna lahan.

(27)

15

Secara lebih jelas dan detail, peran pemerintah dalam pembangunan nasional dikemukakan oleh Siagian (2000: 142-150) yaitu pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam proses pembangunan. Peran yang disoroti adalah sebagai stabilisator, innovator, modernisator, pelopor dan pelaksana sendiri kegiatan pembangunan tertentu. Secara lebih rinci peran tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Stabilisator, peran pemerintah adalah mewujudkan perubahan tidak berubah menjadi suatu gejolak sosial, apalagi yang dapat menjadi ancaman bagi keutuhan nasional serta kesatuan dan persatuan bangsa. Peran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan berbagai cara antara lain: kemampuan selektif yang tinggi, proses sosialisasi yang elegan tetapi efektif., melalui pendidikan, pendekatan yang persuasive dan pendekatan yang bertahap tetapi berkesinambungan.

b. Inovator, dalam memainkan peran selaku innovator pemerintah sebagai keseluruhan harus menjadi sumber dari hal-hal baru. Jadi prakondisi yang harus terpenuhi agar efektif memainkan peranannya pemerintah perlu memiliki tingkat keabsahan (legitimacy) yang tinggi. Suatu pemerintahan yang tingkat keabsahannya rendah, misalnya karena “menang” dalam perebutan kekuasaan atau karena melalui pemilihan umum yang tidak jujur dan tidak adil, akan sulit menyodorkan inovasinya kepada masyarakat. Tiga hal yang mutlak mendapatkan perhatian serius adalah, penerapan inovasi dilakukan dilingkungan birokrasi terlebih dahulu, inovasi yang sifatnya konsepsional, inovasi sistem, prosedur dan metode kerja.

(28)

16

c. Modernisator, melalui pembangunan, setiap negara ingin menjadi negara yang kuat, mandiri, diperlakukan sederajat oleh negara-negara lain. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan antara lain: penguasan ilmu pengetahuan, kemampuan dan kemahiran manajerial, kemampuan mengolah kekayaan alam yang dimiliki sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi, sistem pendidikan nasional yang andal yang menghasilkan sumber daya manusia yang produktif, landasan kehidupan politik yang kukuh dan demokratis, memiliki visi yang jelas tentang masa depan yang diinginkan sehingga berorientasi pada masa depan.

d. Pelopor, selaku pelopor pemerintah harus menjadi panutan (role model) bagi seluruh masyarakat. Pelopor dalam bentuk hal-hal, positif seperti kepeloporan dalam bekerja seproduktif mungkin, kepeloporan dalam menegakkan keadilan dan kedisiplinan, kepeloporan dalam kepedulian terhadap lingkungan, budaya dan sosial, dan kepeloporan dalam berkorban demi kepentingan negara. e. Pelaksana sendiri, meskipun benar bahwa pelaksanaan berbagai kegiatan

pembangunan merupakan tanggung jawab nasional dan bukan menjadi beban pemerintah semata, karena berbagai pertimbangan seperti keselamatan negara, modal terbatas, kemampuan yang belum memadai, karena tidak diminati oleh masyarakat dan karena secara konstitusional merupakan tugas pemerintah, sangat mungkin terdapat berbagai kegiatan yang tidak bisa diserahkan kepada pihak swasta melainkan harus dilaksanakan sendiri oleh pemerintah.

Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Siagian, (Blakely, 1989:78-81) dalam Mudrajad Kuncoro (2004, 113-114) menyatakan bahwa peran pemerintah dapat

(29)

17

mencakup peran-peran wirausaha (entrepreneur), koordinator, fasilitator dan stimulator.

a. Wirausaha (entrepreneur), sebagai wirausaha pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah daerah dapat memanfaatkan potensi tanah dan bangunan untuk tujuan bisnis. Tanah atau bangunan dapat dikendalikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan konservasi atau alasan-alasan lingkungan lainnya, dapat juga untuk alasan perencanaan pembangunan atau juga dapat digunakan untuk tujuan-tujuan lain yang bersifat ekonomi. Hal tersebut bisa membuka peluang kerja bagi masyarakat dan bisa mensejahterakan perekonomian di sekitar.

b. Koordinator, pemerintah daerah dapat bertindak sebagai coordinator untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan di daerahnya. Perenanaan pengembangan pariwisata daerah atau perencanaan pengembangan ekonomi daerah yang telah dipersiapkan di wilayah tertentu, mencerminkan kemungkinan pendekatan di mana sebuah perencanaan disusun sebagai suatu kesepakatan bersama antara pemerintah, pengusaha, dan kelompok masyarakat lainnya.

c. Fasilitator, pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan perilaku di daerahnya. Peran ini dapat meliputi pengefisienan proses pembangunan, perbaikan prosedur perencanaan dan penetapan peraturan.

d. Stimulator, pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan

(30)

18

mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang ada tetap berada di daerah tersebut. Berbagai macam fasilitas dapat disediakan untuk menarik pengusaha, dalam bidang kepariwisataan pemerintah daerah dapat mempromosikan tema atau kegiatan khusus di objek wisata tertentu. serta pembinaan kemampuan kelembagaan dan sumber daya manusia yang ada dan tersedia, dengan selalu mendasarkan pada kesatuan wilayah nasional dan ditujukan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, memelihara lingkungan hidup dan diarahkan untuk mendukung upaya pertahanan keamanan.

2. Peran Pemerintah dalam Penertiban Tata Ruang

Penertiban berasal dari kata dasar tertib, yang diberi awalan pe- dan akhiran – kan yang berarti aturan atau peraturan yang baik. Di dalam peraturan pemerintah Nomor 23 tahun 2014 tentang pedoman polisi pamong praja, yang dimaksud penertiban adalah “ Tindakan dalam rangka menumbuhkan kataatan warga masyarakat agar tidak melanggar ketentraman dan ketertiban umum serta Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah. Tujuan penertiban adalah untuk menghilangkan atau mengurangi segala bentuk ancaman dan gangguan terhadap ketertiban dalam masyarakat, serta menjaga agar roda pemerintahan dan peraturan perundang-undangan daerah dapat berjalan dengan lancar, sehingga pemerintah dan masyarakat dapat melakukan kegiatan secara aman, tertib teratur dalam menciptakan ketahanan nasional.

Penertiban dalam pemanfaatan ruang adalah usaha atau kegiatan untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang sesuai rencana dapat terwujud.

(31)

19

Kegiatan penertiban dapat dilakukan dalam bentuk penertiban langsung dan penertiban tidak langsung. Penertiban dilakukan melalui mekanisme penegakan hukum yang diselenggarakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan penertiban tidak langsung dilakukan dalam bentuk sanksi disinsentif, antara lain melalui pengenaan retribusi secara progresif atau membatasi penyediaan sarana dan prasarana lingkungannya.

Bentuk-bentuk pengenaan sanksi yang berkenaan dengan penertiban antara lain :

a) Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat pada terhambatnya palaksanaan program pemanfaatan ruang. Sanksi dapat berupa tindakan pembatalan izin dan pencabutan hak.

b. Sanksi perdata, dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat terganggunya kepentingan seseorang, kelompok orang, atau badan hukum. Sanksi dapat berupa tindakan pemngenaan denda atau ganti rugi.

c. Sanksi pidana, dikenakan terhadap pelanggaran penataan ruang yang berakibat terganggunya kepentingan umum. Sanksi dapat berupa tindakan penahan dan kurungan.

Berdasarkan definisi dan konsep di atas dapat disimpulkan bahwa peran merupakan fungsi penyesuaian yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang mempunyai kedudukan dalam masyarakat. Apabila konsep tersebut dikaitkan dengan fungsi pemerintah maka, dapat disimpulkan definisi peran adalah organisasi pemerintah yang menjalankan tugas-tugas negara dan fungsi-fungsi pemerintahan

(32)

20

daerah di Kota Makassar dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Makassar.

3. Peran Pemerintah Dalam Penataan Ruang

Penataan merupakan suatu proses perencanaan dalam upaya meningkatkan keteraturan, ketertiban, dan keamanan. Penataan menjadi bagian dari suatu proses penyelenggaraan pemerintah dimana dalam proses penataan tersebut dapat menjamin terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Penataan dapat dirumuskan sebagai hal, cara, hasil atau proses menata. (Badudu, Zein, 1995:132). Penataan ini membutuhkan suatu proses yang panjang dimana dalam proses penataan ini perlu ada perencanaan dan pelaksanaan yang lebih teratur demi pencapaian tujuan. Dalam kamus Tata Ruang dikemukakan bahwa: Penataan merupakan suatu proses perencanaan , pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan untuk semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan serta keterbukaan , persamaan keadilan dan perlindungan hukum (Kamus Tata Ruang, Edisi I :1997)

Proses penataan ini juga mencakup penataan ruang dimana penduduk menempati daerah tertentu. Wilayah penempatatan penduduk juga perlu ditata dan diatur agar dapat mencipatakan suatu lingkungan masyarakat yang tertib dan teratur dalam rangka mewujudkan pembangunan. Dalam UU RI No. 24 tentang penataan ruang dikatakan bahwa penataan ruang adalah wujud struktural dari pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak. Penataan ruang adalah proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sujarto dalam bukunya Pengantar Planologi mengemukakan bahwa penataan

(33)

21

sebagai proses perencanaan , pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan merupakan satu kesatuan sisem yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Kebutuhan suatu penataan pada berbagai tingkat wilayah pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari semakin banyaknya permasalahan pembangunan.(Sujarto, 2003:50).

4. Konsep Tata Ruang

Penataan ruang secara umum memiliki pengertian sebagai suatu proses yang meliputi proses perencanaan, pelaksanaan atau pemanfaatan tata ruang dan pengendalian pelaksanaan atau pemanfaatan ruang yang harus terkait satu sama lain. Jadi dalam penataan ruang terkandung berbagai pengertian mengenai tata ruang yang komprehensif.Tata ruang mengandung arti penataan segala sesuatu yang berada di dalam ruang sebagai wadah penyelenggara kehidupan. Tata ruang pada hakikatnya merupakan lingkungan fisik yang mempunyai hubungan organisatoris/fungsional antara berbagai macam objek dan manusia yang terpisah dalam ruang-ruang tertentu (Rapoport, 1980). Konsep tata ruang ini, menurut Foley (1964), tidak hanya menyangkut suatu wawasan yang disebut sebagai wawasan spasial tetapi menyangkut pula aspek-aspek non spasial atau aspasial. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa struktur fisik sangat ditentukan dan dipengaruhi pula oleh faktor-faktor non fisik seperti organisasi fungsional, pola sosial budaya dan nilai kehidupan komunitas (Wheaton, 1974 dan Porteus, 1977) Berdasarkan konsepsi penataan ruang tersebut, maka dalam Undang-Undang No.24 tahun 1992 (UU No 26 tahun 2007) tentang Penataan Ruang yang disebutkan secara lebih

(34)

22

spesifik bahwa penataan ruang adalah suatu upaya untuk mewujudkan tata ruang yang terencana, dengan memperhatikan :

a) keadaan lingkungan alam, b) lingkungan buatan, c) lingkungan sosial,

d) interkasi antar lingkungan,

e) tahapan dan pengelolaan pembangunan, 5. Tempat Hiburan Malam

Hiburan adalalah semua kegiatan atau perbuatan yang mempunyai tujuan untuk menghibur hati seseorang untuk menjadi senang. Menurut R.S. Darmajati, (2005:25) mengemukakan bahwa,”Istilah tempat hiburan malam berasal dari: kata tempat yang berarti suatu area/tempat atau lokasi, kedua kata hiburan, kata hiburan memiliki persamaan arti kata entertainmentdalam bahasa inggris yang berarti sejenis touristattraction, para pengunjung (wisatawan) merupakan subyek yang pasif sebagai audience/hadirin yang datang menyaksikan, menikmati atau pun mengagumi kejadian-kejadian yang berlangsung untuk mendapatkan kepuasan rohaniah sesuai dengan motif-motif yang mendorong kunjungan tersebut.

Jenis-jenis hiburan Jenis-jenis hiburan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya:

a. Gelanggang olahraga b. Gelanggang seni c. Arena permainan

(35)

23 e. Panti pijat

f. Taman rekreasi g. Karaoke

h. Jasa impreseriat/promoter

Adanya Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 menyebabkan adanya pendelegasian dan pengaturan sektor-sektor tertentu pada satuan tingkat daerah. Begitu pula dengan bidang pariwisata, organisasi pemerintah yang bertanggung jawab dalam bidang pariwisata adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Secara garis besar peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan adalah melakukan tugas pemerintah dengan mengelola pariwisata dan kebudayaan yang ada di suatu daerah. Secara spesifik adalah memberdayakan masyarakat untuk bersama mengembangkan pariwisata yang ada di daerah.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh ahli, maka peneliti bisa menyimpulkan bahwa peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Makassar mencakup pendorong bagi masyarakat local agar senantiasa mendukung perkembangan pariwisata di wilayahnya (motivator), penyediaan fasilitas pendukung pariwisata (fasilitator), kerjasama yang sinergis dengan berbagai stakeholder pariwisata (dinamisator)

B. Kerangka Fikir

Pariwisata merupakan sektor yang bisa mendongkrak perekonomian suatu negara. Pariwisata dapat menimbulkan efek bola salju ganda (Multiplier effect) terhadap sektor-sektor lainnya seperti sektor ekonomi, sosial, lingkungan,

(36)

24

pendidikan dan budaya. Berbagai peningkatan devisa yang terjadi setiap tahunnya mengindikasikan bahwa pariwisata menjadi hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah.termasuk dalam hal ini adalah THM (Tempat hiburan malam). Dalam upaya mewujudkan pengembangan pariwisata yang baik, maka pemerintah pusat berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang otonomi daerah mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada Pemerintah Daerah.

Terkait dengan penertiban dan penataan maka peran pemerintah dikemukakan oleh Siagian (2000: 142-150) yaitu pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam proses pembangunan. Peran yang disoroti adalah sebagai stabilisator, innovator, modernisator, pelopor dan pelaksana sendiri kegiatan pembangunan tertentu.

(37)

25

Peran Pemerintah Dalam Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar

Peran Pemerintah 1. Stabilisator 2. Innovator 3. Modernisator 4. Pelopor 5. pelaksana sendiri

Penertiban dan Penataan THM (tempat Hiburan Malam) Yang ada di Kota Makassar

Bagan 2.1 Kerangka Fikir C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah Peran Pemerintah Dalam Penertiban dan Penataan Tempat Hiburan Malam (THM) di kota Makassar. Di mana penelitian ini terdapat lima indikator yaitu : 1) Stabilisator, 2) Innovator, 3) Modernisator, 4) Pelopor, 5) Pelaksana Sendiri.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan definisi dan konsep di atas dapat disimpulkan bahwa peran merupakan fungsi penyesuain yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang mempunyai kedudukan dalam masyarakat. Apabila konsep tersebut dikaitkan dengan fungsi pemerintah maka, dapat disimpulkan definisi peran adalah organisasi pemerintah yang menjalankan tugas-tugas negara dan fungsi-fungsi pemerintahan

(38)

26

daerah di Kota Makassar dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Makassar.

1. Stabilisator.

Peran sebagai Stabilisator dalam penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar ini dapat terwujud dengan menggunakan berbagai cara antara lain: kemampuan selektif yang tinggi terkhusus dalam pemilihan lokasi atau penataan Tempat Hiburan Malam, proses sosialisasi yang elegan tetapi efektif misalnya melalui pendidikan, pendekatan yang persuasive dan pendekatan yang bertahap tetapi berkesinambungan.

2. Inovator.

Dalam memainkan peran selaku inovator pemerintah sebagai keseluruhan harus menjadi sumber dari hal-hal baru termasuk dalam hal penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar dengan melakukan prakondisi terhadap obyek agar terpenuhi serta efektif dalam memainkan peranannya sebagai pemerintah maka dari itu perlu memiliki tingkat keabsahan (legitimacy) yang tinggi. Tiga hal yang mutlak mendapatkan perhatian serius adalah, penerap an inovasi dilakukan dilingkungan birokrasi terlebih dahulu, inovasi yang sifatnya konsepsional, inovasi sistem, prosedur dan metode kerja. 3. Modernisator

Sebagai Modernisator peran pemerintah dalam penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar harus memperkuat penguasan ilmu pengetahuan, kemampuan dan kemahiran manajerial, kemampuan mengolah kekayaan alam yang dimiliki sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi,

(39)

27

sistem pendidikan, yang handal yang menghasilkan sumber daya manusia yang produktif, landasan kehidupan politik yang kukuh dan demokratis,termasuk dalam hal memperjelas aturan penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar agar sehingga dapat berorientasi kepada kemajuan pariwisata yang ada di Kota Makassar.

4. Pelopor

Selaku pelopor pemerintah harus menjadi panutan (role model) bagi seluruh masyarakat maupun stakeholder. Pelopor dalam bentuk hal-hal, positif seperti kepeloporan dalam bekerja seproduktif mungkin, kepeloporan dalam menegakkan keadilan dan kedisiplinan, kepeloporan dalam kepedulian terhadap lingkungan, budaya dan sosial, dan kepeloporan dalam berkorban demi kepentingan Negara termasuk dalam hal penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar, pemerintah harus menjadi pelopor dalam meningkatkan kedisplinan usaha wisata khususnya Tempat Hiburan Malam agar menjalankan usaha sesuai dengan aturan yang telah di tetapkan pemerintah Kota Makassar.

5. Pelaksana sendiri

meskipun benar bahwa pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan merupakan tanggung jawab nasional dan bukan menjadi beban pemerintah semata, karena berbagai pertimbangan seperti keselamatan negara, modal terbatas, kemampuan yang belum memadai, maka dari itu peran pemerintah dalam hal penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar memberikan tanggung jawab kepada pengelola agar menjalankan aturan

(40)

28

sendiri dengan merujuk dari aturan pemerintah Kota Makassar dalam hal ini pemerintah bias saja melaksankan keputusan sebagai pelaksana sendiri untuk menentukan kebaikan terhadap Tempat Hiburan Malam terkhusus di wilayah penertiban dan penataannya.

(41)

29 BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian ini di laksankan selama dua bulan terhitung dari tangga 28 November 2019 sampai 30 januari 2020. Adapun Lokasi pada penelitian ini yaitu di Kota Makassar dengan mengunjungi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Makassar, Dinas Satuan polisi Pamong Praja, Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar, Tempat Hiburan Malam Publiq di Jl. Arief Rate No.7, Mangkura, Kec. Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90114, dengan tujuan untuk melihat sejauh mana peran pemerintah dalam penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar.

Alasan pemilihan lokasi ini di dasarkan pada: (1) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Makassar merupakan salah satu unsur pemerintah tingkat Kota yang menaungi dan menangani sistem kepariwisataan di Kota Makassar, termasuk Tempat Hiburan Malam. (2) kurangnya pengawasan serta penataan lokasi yang tidak tepat terhadap Tempat Hiburan Malam yang ada di Kota Makassar. Dalam pemilihan lokasi penelitian di dasarkan atas efektifitas, waktu, dana dan kemudahan dalam mengumpulkan data karena lokasi tersebut mudah di jangkau oleh penulis.

(42)

30 B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berkaitan dengan tujuan penelitian adalah untuk memberikan gambaran mengenai peran pemerintah dalam penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar yang terjadi secara obyektif, maka jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan tentang ruang lingkup dan proses peran pemerintah dalam penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah fenomenologi di maksudkan untuk memberi gambaran secara jelas mengenai masalah-masalah yang diteliti berdasarkan pengalaman yang di alami oleh informan.

C. Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti membagi 2 jenis data, yaitu: 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari informan atau obyek penelitian. Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini maka peneliti telah melakukan wawancara kepada beberapa informan.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data-data tertulis yang digunakan sebagai informasi pendukung dalam analisis data primer. Data ini pada umumnya berupa dokume-ndokumen tertulis, foto, dan lain-lain yang terkait dengan peranan pemerintah dalam penertiban dan penataan tempat hiburan malam.

(43)

31 D. Informan penelitian

Inforaman merupakan seseorang yang akan diwawancrai ialah orang yang faham tentang penertiban dan penataan tempat hiburan malam. Adapun informan dalam penelitian ini adalah:

Tabel 3.1 Data informan penelitian

No Nama Informan Jabatan Inisial

1 Hj. Hartati, S.E. AK,. M.si

Kasubag perencanaan & pelaporan di dinas pariwisata

HT 2 Armin Paera, AP,. M.si Sekretaris Dinas PTSP AP 3 A. Nazaruddin zainal, S.sos,.

M.M Kasi retribisi pariwista NZ

4 Muflis S.sos Kasi penegakan di

dinas satpol PP MU

5 Hj. Hamma Faizal, ST,.MM

Kasi pengkajian dan verivikasi perizinan non teknis di dinas PTSP

HF

6 Drs. Rusli Ismail

Kasi penetapan

retribusi non teknis di dinas PTSP

RI 7 Merita Ekawaty Mustika,.SE Kasie Promosi dinas

pariwisata ME

8 Drs. A.Karunrung,.M.Si Kabid Peng.Destinasi

& Industri Pariwisata AK

9 A. Aswar Tokoh Pemuda AA

10 Rahmatullah. S.E Bidang HRD THM

PUBLIQ RA

11 Zulkarnain. S.sos Suvevisor THM Retro

Club ZK

Sumber: Hasil Observasi & Wanwancara E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara interview.

(44)

32

Peneliti melakukan wawancara langsung secara mendalam kepada informan yang menjadi obyek penelitian yaitu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Makassar, Kepala Dinas Satuan polisi Pamong Praja Kota Makassar, Kepala Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Makassar, serta penanggung jawab Tempat Hiburan Malam. Adapun wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi penelitian menghenai peran pemerintah dalam penertiban dan penataan tempat hiburan malam yang ada di Kota Makassar. 2. Observasi.

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung dinas-dinas tekait dan faktor-faktor yang mempengaruhi peran pemerintah dalam penertiban dan penataan Tempat Hiburan Malam di Kota Makassar. 3. Dokumentasi

Dokumentasi yang di perlukan dalam penelitian ini meliputi data pegawai yang terkait data-data potensi obyek wisata khususnya Tempat Hiburan Malam yang ada di Kota Makassar.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data ialah langkah selanjutnya untuk mengelola data dimana data yang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Dalam

model ini terdapat 3 (tiga) komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:92-99) ketiga komponen tersebut yaitu:

(45)

33

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan makin lama peneliti di lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. 2. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Selain dalam bentuk naratif, display data dapat juga berupa grafik, matriks, network (jejaring kerja). 3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi) Langkah ketiga dalam analisis data kulitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila data kesimpulan data yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh kembali bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

G. Keabsahan Data

Salah satu cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengujian kredibilitas data adalah dengan triangulasi. Menurut Sugiyono (2012:125) Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

(46)

34

berbagai waktu. Lebih lanjut Sugiyono (2012:127) membagi triangulasi ke dalam tiga macam, yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada. Kemudian peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi yang ada. Dengan kata lain triangulasi sumber adalah langkah pengecekan kembali data-data yang diperoleh dari informan dengan cara menanyakan kebenaran data atau informasi.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda. 3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih

(47)

35

kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil peneitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.

(48)

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

1. Gambaran Umum Kota Makassar

Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang, terletak antara 119º24’17’38” Bujur Timur dan 5º8’6’19” Lintang Selatan yang berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selat Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2°(datar) dan kemiringan lahan 3-15° (bergelombang). Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi. Kota Makassar memiliki kondisi iklim sedang hingga tropis memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26,°C sampai dengan 29°C. Kota Makassar adalah kota yang terletak dekat dengan pantai yang membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga dikenal sebagai “Waterfront City” yang didalamnya mengalir beberapa sungai (Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang) yang kesemuanya bermuara ke dalam kota. Kota Makassar merupakan hamparan daratan rendah yang berada pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut.

Dari kondisi ini menyebabkan Kota Makassar sering mengalami genangan air pada musim hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang. Secara administrasi Kota Makassar dibagi menjadi 15 kecamatan dengan 153 kelurahan. Di antara 15 kecamatan tersebut, ada

(49)

37

tujuh kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu Kecamatan Tamalate, Kecamatan Mariso, Kecamatan Wajo, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Tallo, Kecamatan Tamalanrea, dan Kecamatan Biringkanaya. Batas-batas administrasi Kota Makassar adalah:

 Batas Utara: Kabupaten Maros  Batas Timur: Kabupaten Maros

 Batas Selatan: Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar  Batas Barat: Selat Makassar

Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua bagian

yaitu :

a. Bagian Barat ke arah Utara relatif rendah dekat dengan pesisir pantai. b. Bagian Timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di Kelurahan Antang Kecamatan Panakukang.

Perkembangan fisik Kota Makassar cenderung mengarah ke bagian Timur Kota. Hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan perumahan di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Mangggala, Panakkukang, dan Rappocini

2. Profil Singkat Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Makassar

Dinas pariwisata kota Makassar merupakan teknis yang menangani dan menggerakkan pembangunan pariwisata kota Makassar yang disasarkan pada upaya untuk meningkatkan minat kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara dan membentuk citra kota Makassar sebagai Bandar dunia yang menarik dikunjungi oleh wisatawan. Dinas Pariwisata Kota Makassar dulunya bernama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Makassar, yang kemudian

(50)

38

dipisah karena masing-masing berdiri sendiri. Munculnya nama baru menjadi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar. Pada pertengahan tahun 2016 Dinas Pariwisata dan Ekonomi kreatif kota Makassar memisahkan kembali Ekonomi kreatif menjadi Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Makassar sampai dengan sekarang. Kantor Dinas Pariwisata Pemerintah kota Makassar bertempat di jalan jend. Urip sumhoharjo, Maccini no.58 kecamatan Makassar. Kini Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Makassar memiliki keseluruhan staff berjumlah 97 orang dan dipimpin oleh kepala Dinas bernama Ir. Hj. Rusmayani Madjid, M.SP. Terdapat 5 bidang didalamnya antara lain bidang sekretariat, bidang ekonomi kreatif, bidang pengembangan destinasi dan industri pariwisata, bidang promosi dan pemasaran, dan bidang pengembangan kapasitas. Sebagai Dinas Teknis yang menangani pariwisata dan ekonomi kreatif, Dinas Pariwisata mempunyai tantangan yang sangat kuat untuk memenuhi kedua tugas tersebut. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sekaligus mewujudkan visi Kota Makassar maka diperlukan upaya-upaya pengembangan segenap potensi dan sumber daya sebagai kekuatan internal yang harus saling bersinergi secara optimal dalam rangka peningkatan manajemen Dinas Pariwisata.

Oleh karena itu Dinas Pariwisata Kota Makassar telah menetapkan Visi sebagai berikut: “Terwujudnya Kota Makassar sebagai Destinasi Pariwisata Dunia” Makna pokok yang terkandung dalam visi Dinas Pariwisata Kota Makassar tersebut merupakan hasil pendalaman dari rangkaian antara kegiatan dan subtansi tupoksi serta jati diri pelayanan yang nerupakan

(51)

39

eksistensi dari Dinas Pariwisata Kota Makassar yang diwujudkan dalam peningkatan kinerja untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Destinasi Pariwisata artinya bahwa pengembangan pariwisata Kota Makassar disasarkan pada upaya untuk meningkatkan minat kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara melalui perencanaan dan pembangunan terpadu dari alam, budaya, dan sejarah maysrakat sehingga terbentuk ikon pariwisata yang berdaya saing dan unggul dalam menggerakkan pembangunan ekonomi kota Makassar.

Dunia artinya bahwa pelaksanaan pembangunan pariwisata Kota Makassar harus memiliki daya saing yang unggul dan terkemuka sehingga mampu mengembalikkan citra Kota Makassar sebagai Bandar dunia yang menarik dikunjungi oleh wisatawan mancanegara dan nusantara melalui penyediaan dan pengembangan aksebilitas, atraksi wisata, aktivitas wisata, akomodasi dan sarana prasarana penunjang kegiatan wisata yang berkualitas, ramah lingkungan, berkelanjutan dan berkelas dunia. Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan dalam 5 (lima) tahun kedepan (2014-2019), Dinas Pariwisata Kota Makassar telah menetapkan misi sebagai pernyataan dalam upaya atau cara mencapai visi yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Peningkatan promosi dan pemasaran pariwisata yang terarah dan terencana; 2. Penataan dan pengembangan usaha industri pariwisata dalam meningkatkan

daya saing;

3. Peningkatan kompetensi dan daya saing SDM pariwisata Kota Makassar yang berstandar internasional;

(52)

40

4. Peningkatan kapasistas kelembagaan Dinas Pariwisata Kota Makassar.

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi Dinas Pariwisata Kota Makassar, yaitu sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 5 (lima tahun kedepan). Sedangkan sasaran merupakan penjabaran dari tujuan Dinas Pariwisata Kota Makassar, yaitu hasil yang akan dicapai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik, terperinci, dapat diukur dan dapat dicapai, serta dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Tujuan dan sasaran yang akan dicapai oleh Dinas Pariwisata Kota Makassar tahun 2014-2019 berdasa kan rumusan misi dapat dilihat pada tabel 4.1. Strategi pada dasarnya lebih bersifat grand design (agenda), sebagai suatu cara atau pola yang dirancang untuk merespon isu strategis yang dihadapi atau untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran instansi. Dengan kata lain, strategi merupakan suatu cara atau pola untuk mewujudkan tujuan atau misi yang ditetapkan. Strategi Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Makassar, selain dirancang untuk merespon isu strategis juga dirancang mengakomodir „Strategi Pembangunan Daerah‟ sebagai suatu strategi pembangunan jangka menengah daerah Kota Makassar sebagaimana tertuang dalam RPJMD Kota Makassar Tahun 2014-2019. Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Makassar untuk dijadikan pedoman, pegangan/indikasi kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan, serta visi dan misi. Berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan maka diperlukan strategi dan kebijakan sebagai suatu landasan tindak lanjut untuk merespon isu strategis

(53)

41

serta prospek pembangunan tahun 2014-2019. Berikut tabel strategi dan kebijakan Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Makassar pada setiap misi. Tabel 4.1 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan kebijakan

Visi : Terwujudnya Kota Makassar Sebagai Destinasi Pariwisata Dunia Misi Misi 1 : Peningkatan promosi dan pemasaran pariwisata yang terarah dan

terencana

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

Mewujudkan koordinasi promosi dan pemasaran pariwisata melalui kerjasama antar lembaga dan peningkatan mutu promosi dan pemasaran pariwisata Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara a. Meningkatkan kualitas media dan jangkauan promosi b. Meningkatkan aksebilitas informasi pariwisata Pemanfaatan teknologi informasi dalam promosi dan pemasaran pariwisata

(54)

42

Struktur Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Makassar

Gambar

Tabel  3.1  Data  informan  penelitian
Tabel  4.1  Tujuan,  Sasaran,  Strategi,  dan  kebijakan
Tabel 4.2  Rekap Usaha Tempat Hiburan Malam Yang Terdafrtar Di Kota   Makassar
Tabel 4.3 Data THM Yang Berdiri Sendiri Maupun Di Bawah Naungan Hotel.

Referensi

Dokumen terkait

Subjek penelitian (N=lOO) adalah pria berusia 18-25 tahun, tinggal di Surabaya Pusat dan dalam enam bulan terakhir pernah mengunjungi tempat hiburan malam yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja yang menjadi permasalahan sosial bagi masyarakat sekitar tempat hiburan malam serta bagaimana hubungan

Penulisan ini ingin melihat suatu topik yaitu pengaruh pertumbuhan investasi asing terhadap industri hiburan malam di kota Batam. Kota Batam sendiri adalah salah

Satuan Polisi PamongPraja selalu melakukan razia penertiban secara berkala untuk memperkecil jumlah tempat hiburan karaoke yang tidak berizin agar dapat mengurus surat

Lingkungan di sekitar wilayah tempat hiburan malam Bunda dan Lintas Namrole, sangat mendukung terhadap penularan HIV dan AIDS kepada masyarakat sekitar, dan pada

Selain itu pengalaman yang diperoleh pegawai Dinas Penataan Ruang Kota Makassar dari tempat kerja sebelumnya yang memiliki bidang pekerjaan yang sama juga mendukung

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya skripsi yang berjudul “Pengaruh Mengunjungi Tempat Hiburan Malam Terhadap

Dengan hasil penelitian menyatakan bahwa realisasi anggaran belanja rutin APBD pada Kantor Dinas Penataan Ruang Kota Makassar terdapat perbedaan kinerja keuangan pada tahun 2016 dan