KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK A.ASPEK FISIK
A.ASPEK FISIK
Pertumbuhan fisik adalahperubahan
Pertumbuhan fisik adalahperubahan –
–
perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan-perubahan ini meliputi: perubahan ukuran tubuh, primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan-perubahan ini meliputi: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin utama(primer) dan ciri kelaminperubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin utama(primer) dan ciri kelamin kedua(skunder)
kedua(skunder)
Urutan perubahan fisikadalah sebagai berikut: Urutan perubahan fisikadalah sebagai berikut: Pada anak perempuan:
Pada anak perempuan:
1.Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan memanjang) 1.Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan memanjang) 2.pertumbuhan payudara
2.pertumbuhan payudara
3.Tumbuh bulu halus berwarna gelap di kemaluan 3.Tumbuh bulu halus berwarna gelap di kemaluan
4.Mencapai pertumbuhan badan yang maksimum setiap tahunnya 4.Mencapai pertumbuhan badan yang maksimum setiap tahunnya 5. bulu kemaluan menjadi keriting
5. bulu kemaluan menjadi keriting 6.Menstruasi atau haid
6.Menstruasi atau haid 7.Tumbuh bulu ketiak 7.Tumbuh bulu ketiak Pada anaklaki-laki: Pada anaklaki-laki:
1.Pertumbuhan tulang-tulang 1.Pertumbuhan tulang-tulang 2.Testis (buah pelir) membesar 2.Testis (buah pelir) membesar
3.Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus,dan berwarna gelap 3.Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus,dan berwarna gelap 4. Awal perubahan suara
4. Awal perubahan suara 5.Ejakulasi (keluar air mani) 5.Ejakulasi (keluar air mani)
6.(Bulu kemaluan menjadi keriting 6.(Bulu kemaluan menjadi keriting
7. Mencapai pertumbuhan badan yang maksimum setiap tahunnya 7. Mencapai pertumbuhan badan yang maksimum setiap tahunnya 8.Tumbuh rambut-rambut halsdi wajah (kumis, jenggot)
8.Tumbuh rambut-rambut halsdi wajah (kumis, jenggot) 9.Tumbuh bulu ketiak
9.Tumbuh bulu ketiak 10.Akhir perubahan suara 10.Akhir perubahan suara
11.Rambut-rambut di wajah berambah tebal dan gelap 11.Rambut-rambut di wajah berambah tebal dan gelap 12. Tumbuh bulu di dada
B. ASPEK INTELEKTUAL B. ASPEK INTELEKTUAL
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan perkembangankemampuan tersebut. Perkembangan kognitif menurut Jean Peaget kecepatan perkembangankemampuan tersebut. Perkembangan kognitif menurut Jean Peaget adalah sebgai berikut:
adalah sebgai berikut:
TAHAP
TAHAP UMUR (tahun)UMUR (tahun) CIRI POKOKCIRI POKOK
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN
SENSORIMOTOR 0
SENSORIMOTOR 0
–
–
2 2 Berdasarkan tindakan langkahBerdasarkan tindakan langkah demi langkah demi langkah PRAOPERASI 2 PRAOPERASI 2–
–
7 7 PenggunaanPenggunaan simbo/bahasa/tanda simbo/bahasa/tanda Konsep intuitifKonsep intuitif
OPERASI
OPERASI KONKRET KONKRET 88
–
–
11 11 Pakai aturan jelas/logisPakai aturan jelas/logis ReversibleReversible
OPERASI
OPERASI FORMAL FORMAL 11 11 ke ke atasatas
HipotesisHipotesis AbstrakAbstrak
Deduktif dan induktifDeduktif dan induktif Logis dan probabilitasLogis dan probabilitas
C.ASPEK SOSIAL C.ASPEK SOSIAL
Kehidupan sosial pada masa remaja ditandai oleh hal-hal sebagai berikut: Kehidupan sosial pada masa remaja ditandai oleh hal-hal sebagai berikut: 1.Menonjolnya fungsi intelektual dan emosional
1.Menonjolnya fungsi intelektual dan emosional
2.Anak mengalami krisis identitas, sehingga mereka ingin mencari jati diri
2.Anak mengalami krisis identitas, sehingga mereka ingin mencari jati diri dan teman akrabdan teman akrab 3. Pergaulan remaja diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik besar maupun kecil
3. Pergaulan remaja diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik besar maupun kecil
D. ASPEK EMOSIONAL D. ASPEK EMOSIONAL Secara tradisional
Secara tradisional
masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa
masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa
dimana ketegangan emosi meningkat akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.dimana ketegangan emosi meningkat akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Ciri-ciri emosional remaja adalah:
Ciri-ciri emosional remaja adalah: a.Usia 12
a.Usia 12 – – 15 tahun 15 tahun
1.Pada usia ini anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka. Sebagian kemurungan 1.Pada usia ini anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka. Sebagian kemurungan sebagai akibat perubahan-perubahan biologis dalam hubungannya dengan kematangan seksual sebagai akibat perubahan-perubahan biologis dalam hubungannya dengan kematangan seksual dan sebagian lagi karena kebingungannya dalam menghadapi apakh ia masih sebagai anak-anak dan sebagian lagi karena kebingungannya dalam menghadapi apakh ia masih sebagai anak-anak atau sebagiai orang dewasa.
atau sebagiai orang dewasa.
2. Anak mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal percaya diri 2. Anak mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal percaya diri 3. Ledakan-ledakan kemarahan mungkin bisa terjadi
3. Ledakan-ledakan kemarahan mungkin bisa terjadi
4. Remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri 4. Remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri.
yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri.
5. Siswa-siswa di SMP mulai mengamatiorang tua dan
5. Siswa-siswa di SMP mulai mengamatiorang tua dan guru-guru mereka secara lebih objektifguru-guru mereka secara lebih objektif dan mungkin menjadi marah apabila mereka ditipu dengan gaya guru yang bersikap serba tahu. dan mungkin menjadi marah apabila mereka ditipu dengan gaya guru yang bersikap serba tahu.
E.KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN BAHASA E.KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN BAHASA
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Anakremaja telah banyak belajar dari Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Anakremaja telah banyak belajar dari lingkungannya
lingkungannya dan dengan demikian dan dengan demikian bahasa remajater bahasa remajater bentuk oleh kondisi bentuk oleh kondisi lingkungan.lingkungan. Ciri khas bahasa remaja antara lain:
Ciri khas bahasa remaja antara lain:
1.Munculnya bahasa pergaulan dikalangan mereka sendiri seperti bahas sandi, bahas prokem, dll 1.Munculnya bahasa pergaulan dikalangan mereka sendiri seperti bahas sandi, bahas prokem, dll 2. Pemilihan kosakata maupun nada bicara sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal 2. Pemilihan kosakata maupun nada bicara sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal remaja tersebut.
remaja tersebut.
F. PERKEMBANGAN NILAI DAN MORAL F. PERKEMBANGAN NILAI DAN MORAL
Perubahan moral yang harus dilakukanoleh remaja adalahsebagai berikut: Perubahan moral yang harus dilakukanoleh remaja adalahsebagai berikut: 1.Pandangan moral individu makin lama makin menjadi abstrak
1.Pandangan moral individu makin lama makin menjadi abstrak
2.Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah 2.Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah 3.Penilaian moral menjadi semakin kognitif
3.Penilaian moral menjadi semakin kognitif 4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris 4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris
5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal
5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moraldalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan.
Materi Pendukung Uji Kompetensi Guru (UKG)
Oleh: Gede Putra Adnyana
Uji Kompetensi Guru yang selanjutnya disebut UKG adalah pengujian
terhadap penguasaan kompetensi profesional dan pedagogik dalam ranah kognitif
sebagai dasar penetapan pengembangan keprofesian berkelanjutan dan bagian dari
penilaian kinerja guru. (Permendikbud No. 57 Tahun 2012). UKG dilakukan untuk
pemetaan kompetensi dan sebagai dasar kegiatan pengembangan keprofesian guru
berkelanjutan yang dilakukan secara periodik. Dengan demikian aspek yang diuji
dalam UKG adalah kompetensi pedagogik dan profesional dalam ranah kognitif.
Kompetensi pedagogik yang diuji meliputi: 1) mengenal karakteristik dan
potensi peserta didik, 2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang efektif, 3) menguasai perencanaan dan pengembangan kurikulum, 4) menguasai
langkah-langkah pembelajaran yang efektif, dan 5) menguasai sistem, mekanisme,
dan prosedur penilian.
Sedangkan kompetensi profesional yang diuji meliputi: 1) menguasai materi,
struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu guru, 2) menguasai metodologi keilmuan sesuai bidang tugas yang dibebankan
kepada guru, dan 3) menguasai hakikat profesi guru.
Sebagai bahan persiapan, berikut disajikan sebagian materi pendukung
berkaitan dengan UKG tersebut.
(Semoga bermanfaat dan semoga Kebaikan selalu
dating dari segala penjuru)
Kompetensi Inti Guru dan Kompetensi Guru Mata Pelajaran Kimia
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
kultural, emosional,dan intelektual.
1.2 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik,
intelektual, sosialemosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosialbudaya.
1.3 Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
1.4 Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
1.5 Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang
Indikator Esensial
1.1.1 Mengetahui ciri-ciri fisik peserta didik
1.1.2 Mengetahui sikap dan perilaku peserta didik
1.2.2 Mengetahui latarbelakang sosial dan kultur peserta didik
1.2.2 Mengetahui potensi yang dimiliki siswa dalam pelajaran kimia
1.3.1 Mengetahui kemampuan awal siswa dalam pelajaran kimia
1.4.1 Mengetahui kesulitan belajar siswa dalam pelajaran kimia
Materi Pendukung Uji Kompetensi Guru (UKG)
1. Perkembangan Fisik Peserta Didik
Secara fisik masa remaja ditandai dengan perubahan fisiologis menuju
kematangan sehingga mampu berreproduksi, yang disebut dengan masa pubertas.
Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat
sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya
kapasitas reproduktif.
Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan ciri-ciri seks primer
dan ciri-ciri seks sekunder, meliputi:
(1) Remaja pria, Matangnya organ
– organ seks yang memungkinkan remaja pria
yang berusia sekitar 14– 15 tahun mengalami mimpi basah.
(2) Remaja wanita, Ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium
(indung telur). Ovarium menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormon- hormon yang
diperlukan untuk kehamilan, menstruasi dan perkembangan seks sekunder. Pada usia
11
–
15 tahun, menstruasi pertama sering ditandai dengan sakit kepala, sakit
pinggang, kadang kejang, lelah, depresi dan mudah tersinggung.
2. Pembentukan Sikap dan Perilaku
Sikap terbentuk melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman
seseorang, dan bukan faktor bawaan (faktor intern) seseorang, serta tergantung
obyek tertentu (Jalaluddin, 1996:187). Menurut Darmiyati Zuchdi (1995: 57) bahwa
dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap objek
psikologis yang dihadapinya. Azwar (1998: 30-38) menyebutkan berbagai faktor
yang mempengaruhi pembentukan sikap itu antara lain yaitu; pengalaman pribadi,
kebudayaan, orang lain yang dianggab penting, media massa, lembaga pendidikan
atau lembaga agama, dan faktor emosi dalam diri individu.
Menurut pandangan psikologi, sikap mengadung unsur penilaian dan reaksi
afektif, sehingga menghasilkan motif. Menurut Mar’at (Jalaluddin, 199
6: 189),
menyatakan bahwa motif menentukan tingkah laku nyata (
overt behaviour
)
sedangkan reaksi afektif bersifat tertutup (covert
). Motif sebagai daya pendorong
arah sikap negatif atau positif akan terlihat dalam tingkah-laku nyata pada diri
seseorang atau kelompok. Sedangkan motif dengan pertimbangan-pertimbangan
tertentu dapat diperkuat oleh komponen afeksi. Motif demikian biasanya akan
menjadi lebih stabil. Pada tingkat tertentu motif akan berperan sebagai
central
attitude
(penentu sikap) yang akhirnya akan membentuk predisposisi. Proses ini
terjadi dalam diri seseorang terutama pada tingkat usia dini. Predisposisi menurut
Mar’at (Jalaluddin, 1996: 189) merupakan sesuatu yang telah dimiliki seseorang
semenjak kecil sebagai hasil pembentukan dirinya sendiri. Dalam hubungan ini
tergambar bagaimana hubungan pembentukan sikap sehingga menghasilkan pola
tingkah laku tertentu.
3. Latar Belakang Sosial Budaya Peserta Didik
Status sosial ekonomi, merupakan gabungan antara pendapatan, pekerjaan,
dan tingkat pendidikan keluarga peserta didik. Status ini berhubungan erat dengan
performans peserta didik. Pengaruh status sosial ekonomi ini bekerja melalui:
kebutuhan dasar dan pengalaman, keterlibatan orangtua, dan sikap-sikap serta
nilai-nilai. Oleh karena itu, guru harus menciptakan lingkungan belajar yang aman dan
terstruktur, menggunakan contoh yang bagus, mengaitkan bahan belajar dengan
kehidupan siswa, dan menggiatkan ineraksi dalam kegiatan belajar.
Faktor Budaya menunjuk pada sikap-sikap, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan,
dan pola perilaku yang menjadi ciri suatu kelompok social. Factor ini mempengaruh
keberhasilan dalam sekolah melalui sikap, nilai, dan cara pandang terhadap dunia.
Sebagai bagian dari budaya, latar belakang etnik juga mempengaruhi keberhasilan
peserta didik melalui sikap dan nilai-nilai. Implikasinya, guru harus memahami
peserta didiknya dengan: (1) berusaha mempelajari kebudayaan peseta didik yang
diajarnya, dan (2) berusaha menyadarkan peserta didik terhadap nilai-nilai dan
keberhasilan orang-orang dari etnik dan budaya minoritas
4. Identifikasi Potensi Peserta Didik
Untuk mengidentifikasi potensi peserta didik dapat dikenali dari: 1) ciri-ciri
(indikator) keberbakatan peserta didik dan 2) kecenderungan minat jabatan.
Ada tiga kelompok ciri keberbakatan, yaitu: (1) kemampuan umum yang
tergolong di atas rata-rata (above average ability), (2) kreativitas (creativity)
tergolong tinggi, (3) komitmen terhadap tugas (task commitment) tergolong tinggi.
Lebih lanjut Yaumil (1991) menjelaskan bahwa: (1) Kemampuan umum di atas
rata-rata merujuk pada kenyataan antara lain bahwa peserta didik berbakat
memiliki perbendaharaan kata-kata yang lebih banyak dan lebih maju dibandingkan
peserta didik biasa; cepat menangkap hubungan sebab akibat; cepat memahami
prinsip dasar dari suatu konsep; seorang pengamat yang tekun dan waspada;
mengingat dengan tepat serta memiliki informasi aktual; selalu bertanya-tanya;
cepat sampai pada kesimpulan yang tepat mengenai kejadian, fakta, orang atau
benda. (2) Ciri-ciri kreativitas antara lain: menunjukkan rasa ingin tahu yang luar
biasa; menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan persoalan;
sering mengajukan tanggapan yang unik dan pintar; tidak terhambat mengemukakan
pendapat; berani mengambil resiko; suka mencoba; peka terhadap keindahan dan
segi-segi estetika dari lingkungannya. (3) komitmen terhadap tugas sering dikaitkan
dengan motivasi instrinsik untuk berprestasi, ciri-cirinya mudah terbenam dan
benar-benar terlibat dalam suatu tugas; sangat tangguh dan ulet menyelesaikan
masalah; bosan menghadapi tugas rutin; mendambakan dan mengejar hasil sempurna;
lebih suka bekerja secara mandiri; sangat terikat pada nilai-nilai baik dan menjauhi
nilai-nilai buruk; bertanggung jawab, berdisiplin; sulit mengubah pendapat yang
telah diyakininya.
Kecenderungan minat jabatan peserta didik dapat dikenali dari tipe
kepribadiannya. Holland (1985) mengidentifikasikan tipe kepribadian seseorang
berikut ciri-cirinya. Dari identifikasi kepribadian peserta didik menunjukkan bahwa
tidak semua jabatan cocok untuk semua orang. Setiap tipe kepribadian tertentu
mempunyai kecenderungan terhadap minat jabatan tertentu pula. Berikut disajikan
kecenderungan tipe kepribadian dan ciri-cirinya.
1.
Realistik (realistic), yaitu kecenderungan untuk bersikap apa adanya atau
realistik. Ciri-ciri kecenderungan ini adalah : rapi, terus terang, keras kepala,
tidak suka berkhayal, tidak suka kerja keras.
2.
Penyelidik (investigative), yaitu kecenderungan sebagai penyelidik. Ciri-ciri
kecenderungan ini meliputi : analitis, hati-hati, kritis, suka yang rumit, rasa
ingin tahu besar.
3.
Seni (artistic), yaitu kecenderungan suka terhadap seni. Ciri-ciri
kecenderungan ini adalah: tidak teratur, emosi, idealis, imajinatif, terbuka.
4.Sosial (social), yaitu kecenderungan suka terhadap kegiatan-kegiatan yang
bersifat sosial. Ciri-cirinya : melakukan kerjasama, sabar, bersahabat, rendah
hati, menolong, dan hangat.
5.
Suka usaha (enterprising), yaitu kecenderungan menyukai bidang usaha.
Ciri-cirinya : ambisius, energik, optimis, percaya diri, dan suka bicara.
6. Tidak mau berubah (conventional), yaitu kecenderungan untuk mempertahankan
hal-hal yang sudah ada, enggan terhadap perubahan. Ciri-cirinya : hati-hati, bertahan,
kaku, tertutup, patuh konsisten
5. Proses Identifikasi Pontensi Peserta Didik
Potensi peserta didik dapat dideteksi dari keberbakatan intelektual pada
peserta didik. Ada dua cara pengumpulan informasi untuk mengidentifikasi anak
berbakat, yaitu dengan menggunakan data objektif dan data subjektif.
Identifikasi melalui penggunaan data objektif diperoleh melalui antara lain : a)
skor tes inteligensi individual, b) skor tes inteligensi kelompok, c) skor tes
akademik, dan d) skor tes kreativitas.
Sedangkan identifikasi melalui penggunaan data subjektif diperoleh dari: a)
ceklis perilaku, b) nominasi oleh guru, c) nominasi oleh orang tua, d) nominasi oleh
teman sebaya dan e) nominasi oleh diri sendiri.
Biasanya prestasi akademik yang dilihat dari anak berbakat intelektual adalah
dalam mata pelajaran : Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, Pengetahuan
Sosial, Sains (Fisika, Biologi, dan Kimia). Untuk pengumpulan informasi melalui data
subjektif, sekolah dapat mengembangkan sendiri dengan mengacu pada konsepsi dan
ciri (indikator) keberbakatan yang terkait.
6. Kemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan awal dapat diambil dari nilai yang sudah didapat sebelum materi
baru diperoleh. Kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa
sebelum memasuki pembelajaran materi pelajaran berikutnya yang lebih tinggi.
Kemampuan awal atau
prior knowledge
(PK) merupakan langkah penting di
dalam proses belajar. Dari berbagai penelitian terungkap bahwa lingkungan belajar
memerlukan suasana stabil, nyaman dan familiar atau menyenangkan. Lingkungan
belajar, dalam konteks PK, harus memberikan suasana yang mendukung
keingintahuan peserta didik, semangat untuk meneliti atau mencari sesuatu yang
baru, bermakna, dan menantang. Menciptakan kesempatan yang menantang para
peserta didik untuk ”memanggil kembali” PK merupakan upaya yang esensial.
Dengan cara-cara tersebut maka pengajar/instruktur/fasilitator mendorong
peserta didik untuk mengubah pola pikir, dari mengingat informasi yang pernah
dimilikinya menjadi proses belajar yang penuh makna dan memulai perjalanan untuk
menghubungkan berbagai jenis kejadian/peristiwa dan bukan lagi mengingat-ingat
pengalaman yang ada secara terpisah-pisah. Dalam seluruh proses tadi, PK
merupakan elemen esensial untuk menciptakan proses belajar menjadi sesuatu yang
bermakna.
Dalam proses belajar, PK merupakan kerangka di mana peserta didik
menyaring informasi baru dan mencari makna tentang apa yang sedang dipelajari
olehnya. Proses membentuk makna melalui membaca didasarkan atas PK di mana
peserta didik akan mencapai tujuan belajarnya.
7. Kesulitan Belajar Siswa
Cooney, Davis & Henderson (1975) mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab
kesulitan tersebut, di antaranya:
1) Faktor Fisiologis
Faktor ini meliputi kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun
bagian-bagian tubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan
pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima,
memroses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi yang sudah
disimpan.
Di samping itu, siswa yang sakit-sakitan, tidak makan pagi, kurang baik
pendengaran, penglihatan ataupun pengucapannya sedikit banyak akan menghadapi
kesulitan belajar. Untuk menghindari hal tersebut dan untuk membantu siswanya,
seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkait dengan kesulitan siswa
ini.
2) Faktor Sosial
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan
masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar
dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan bahwa sekolah adalah
cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran orang tuanya. Oleh karena itu ada
beberapa faktor penyebab kesulitan belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan
keluarga serta masyarakat sekeliling yang kurang mendukung siswa tersebut untuk
belajar sepenuh hati.
Intinya, lingkungan di sekitar siswa harus dapat membantu mereka untuk
belajar semaksimal mungkin selama mereka belajar di sekolah. Dengan cara seperti
ini, lingkungan dan sekolah akan membantu para siswa, harapan bangsa ini untuk
berkembang dan bertumbuh menjadi lebih cerdas. Siswa dengan kemampuan cukup
seharusnya dapat dikembangkan menjadi siswa berkemampuan baik, yang
berkemampuan kurang dapat dikembangkan menjadi berkemampuan cukup. Sekali
lagi, orang tua, guru, dan masyarakat, secara sengaja atau tidak sengaja, dapat
menyebabkan kesulitan bagi siswa. Karenanya, peran orang tua dan guru dalam
membentengi para siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar, di samping
perannya dalam memotivasi para siswa untuk tetap belajar menjadi sangat
menentukan.
3) Faktor Kejiwaan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait
dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa unutuk belajar secara
sungguh-sungguh. Karenanya, tugas utama yang sangat menentukan bagi seorang
guru adalah bagaimana membantu siswanya sehingga mereka dapat mempelajari
setiap materi dengan baik.
Yang perlu mendapatkan perhatian juga, hukuman yang diberikan seorang
guru dapat menyebabkan siswanya lebih giat belajar, namun dapat juga
menyebabkan mereka tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut. Oleh karena
itu, guru hendaknya jangan hanya melihat hasilnya saja, namun hendaknya
menghargai usaha keras siswa. Dengan cara seperti ini, diharapkan si siswa akan
lebih berusaha lagi.
Intinya, tindakan seorang guru dapat mempengaruhi perasaan dan emosi
siswanya. Tindakan tersebut dapat menjadikan seorang siswa menjadi lebih baik,
namun dapat juga menjadikan seorang siswa menjadi tidak mau lagi untuk belajar
suatu mata pelajaran.
4) Faktor Intelektual
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait
dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa. Para guru
harus meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda. Ada
siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada yang sangat lamban menguasai
materi tertentu, ada yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat dan juga ada yang
sangat sulit membayangkan dan bernalar. Hal-hal yang disebutkan tadi dapat
menjadi faktor penyebab kesulitan belajar pada diri siswa tersebut. Di samping itu,
hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah para siswa yang tidak memiliki
pengetahuan prasyarat.
5) Faktor Kependidikan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait
dengan belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru yang selalu
meremehkan siswa, guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih giat,
guru yang membiarkan siswanya melakukan hal-hal yang salah, guru yang tidak
pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang membiarkan para siswa bolos tanpa
ada sanksi tertentu, adalah contoh dari faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada
akhirnya akan menyebabkan ketidak berhasilan siswa tersebut.
Idealnya, setiap guru harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu
siswanya keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya. Namun hal yang perlu
diingat, penyebab kesulitan itu dapat berbeda-beda. Ada yang karena faktor emosi
seperti ditinggal saudara kandung tersayang ataupun karena faktor fisiologis
seperti pendengaran yang kurang. Untuk itu, para guru harus mampu
mengidentifikasi kesulitan dan penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk
mencarikan jalan pemecahannya. Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa sangat
tergantung pada keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut.
A. Metodologi Pembelajaran
1. Proses dan Metode Pembelajaran
Pembelajaran diartikan sebagai proses belajar mengajar. Dalam konteks
pembelajaran ada dua komponen penting yaitu pendidik dan peserta didik, sehingga
pembelajaran didefinisikan sebagai pengorganisasian, penciptaan, atau pengaturan
suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar
pada peserta didik. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar
atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta karakteristik dari setiap
indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran
(Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007).
2. Model Pembelajaran
Joyce, Well, dan Showers (1992) dalam Indrawati (2000) menggolongkan
model-model pembelajaran ke dalam empat rumpun yaitu sebagai berikut:
a. rumpun model-model pengolahan informasi, misalnya model latihan induktif, latihan
inkuari, synectics dan yang lainnya;
b. rumpun model-model pribadi / individual, misal model pengajaran non direktif,
sistem konseptual, dan yang lainnya;
c. rumpun model-model sosial, misalnya role playing (bermain peran), dan pasangan
dalam belajar (partners in learning);
d. model-model perilaku, misalnya mastery learning, self control;
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang menggambarkan
kegiatan dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.).
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana yang memperlihatkan
pola pembelajaran tertentu (terlihat kegiatan guru-siswa), dan sumber belajar yang
digunakan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya
belajar pada peserta didik;
Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi
peserta didik dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tertentu.(
Menurut Drs. H. Muhamad Ali, dalam Proses Belajar tidak ada model
pembelajaran yang paling efektif untuk semua mata pelajaran atau untuk semua
materi.
Ciri-ciri model pembelajaran yang baik dalam pengembangannya harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Acuan dasar pengembangan adalah RPP yang dibuat guru dengan fokus:
1) tujuan pembelajaran,
2) kompleksitas materi ajar,
3) metode pembelajaran, dan
4) alokasi waktu;
b. Tujuan pembelajaran tertuang secara eksplisit dalam model;
c. Kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam desain model pembelajaran harus
merefleksikan metode pembelajaran yang dituliskan guru dalam RPP; Contoh, jika
metode yang dipilih dan ditulis guru dalam RPP adalah pengamatan, maka langkah
dalam model pembelajaran harus ada pernyataan “siswa melakukan pengamatan”;
d. Persentase kegiatan siswa (belajar) lebih dominan daripada kegiatan guru;
e. Eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi terakomodasi secara terpadu dan tersirat
dalam rangkaian tahapan model pembelajaran yang dibuat;
f. Model pembelajaran yang ditata hendaknya sistematis dan mampu menjawab
keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran;
g. Adanya keterlibatan intelektual dan atau emosional peserta didik melalui kegiatan
mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap;
h. Adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan
model pembelajaran;
i. Guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator, dan motivator kegiatan
belajar peserta didik;
j. Pemilihan alat, media, dan bahan pembelajaran harus tepat guna;
k. Apabila model pembelajaran yang akan diterapkan oleh guru dalam PBM bukan
produk sendiri melainkan adopsi atau adaptasi, maka pemilihan model yang akan
digunakan harus mempertimbangkan acuan dasar dalam RPP ditambah dengan
kesesuaian kondisi peserta didik;
3. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran
Pendekatan adalah suatu usaha dalam aktivitas kajian atau interaksi, relasi
dalam suasana tertentu, dengan individu atau kelompok melalui penggunaan
metode-metode tertentu secara efektif.
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan
pembelajaran,
dengan
mengintegrasikan
komponen
urutan
kegiatan,
cara mengorganisasikan materi, peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien.
Metode dalam arti harfiah adalah cara teratur untuk mencapai tujuan atau
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan suatu kegiatan untuk mencapai
tujuan.
B. Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu
ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi
dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau
satuan pendidikan dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar
dan provinsi untuk pendidikan menengah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus
dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI
dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi
sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti
kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak
diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib
kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam
keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi
kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan sosial,
keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan
informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan daerah
untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kepentingan nasional dan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan
dengan Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
C. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian
peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata
pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan
dan kemampuan peserta didik
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia
secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor)
berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan
memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual,
emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik
lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan
karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum
harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan
kebutuhan pengembangan daerah.
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang otonom
dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan mendorong partisipasi
masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, keduanya
harus ditampung secara berimbang dan saling mengisi.
5. Tuntutan dunia kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta
didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu,
kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki
dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan
peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis
pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan.
Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan
IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu,
kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan
perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7. Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan taqwa serta
akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh
karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran harus ikut mendukung
peningkatan iman, taqwa dan akhlak mulia.
8. Dinamika perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang
sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antar bangsa
yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta
mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.
9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta
didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan
bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus mendorong
berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk
memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya
masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan
dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum
mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
11. Kesetaraan Jender
Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan
memperhatikan kesetaraan jender.
12. Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas
satuan pendidikan.
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar Permendiknas
No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses). Tujuan pembelajaran dapat mencakup
sejumlah indikator, atau satu tujuan pembelajaran untuk beberapa indikator, yang
penting tujuan pembelajaran harus mengacu kepada pencapaian indicator.
Seorang guru dalam merencanakan pembelajaran dituntut untuk dapat
merumuskan tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas. Perumusan tujuan
pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu bagi guru maupun siswa. Saat ini
telah terjadi pergeseran dalam merumuskan tujuan pembelajaran dari penguasaan
bahan ke penguasan performansi. Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan
yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Tujuan
pembelajaran seyogyanya dirumuskan secara jelas, yang didalamnya mencakup
komponen:
Audience,
Behavior
,
Condition dan
Degree
E. Pengalaman Belajar
1. Pengertian Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar tidak sama dengan konten materi pembelajaran atau
kegiatan yang dilakukan oleh guru. Istilah pengalaman belajar mengacu kepada
interaksi antara pelajar dengan kondisi eksternal di lingkungan yang ia reaksi.
Belajar melalui perilaku aktif siswa; yaitu apa yang ia lakukan saat ia belajar, bukan
apa yang dilakukan oleh guru).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1) Pengalaman belajar
mengacu kepada interaksi pebelajar dengan kondisi
eksternalnya, bukan konten pelajaran,
2) Pengalaman belajar mengacu kepada belajar melaui perilaku aktif siswa,
3) Belajar akan dimiliki oleh siswa setelah dia mengikuti kegiatan belajar-mengajar
tertentu,
4) Pengalaman belajar itu merupakan hasil yang diperoleh siswa,
5) Adanya berbagai upaya yang dilakukan oleh guru dalam usahanya untuk membimbing
siswa agar memiliki pengalaman belajar tertentu.
2. Implementasi Pengalaman Belajar
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik,
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat terwujud
melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada
peserta didik.
Pengalaman dan belajar di sini menunjukkan aktivitas belajar yang perlu
dilakukan oleh siswa dalam mencapai standar kompetensi, kemampua dasar, dan
materi pembelajaran. Pengalaman belajar adalah kegiatan fisik maupun mental yang
perlu dilakukan oleh siswa dalam mencapai kompetensi dasar dsn materi
pembelajaran.
Pengalaman belajar perlu dirumuskan, sebagai acuan bagi guru dalam
mengembangkan strategi atau metode pembelajaran. Pengalaman belajar dapat
diperolehj melalui berbagai macam aktivitas dan kegiatan secara fisik dan mental
baik di kelas maupun di luar kelas. Pengalaman belajar dalam kelas dapat dilakukan
oleh siswa melalui interaksi antara siswa dengan objek / sumber belajar, sesuai
dengan uraian materi pembelajaran yang tela dirumuskan. Bentuknya berupa
mendengarkan materi, membaca, menyimpulkan materi, diskusi kelompok, praktek
laboratorium, dan lain sebagainya.
Sedangkan pengalaman belajar di luar kelas, dapat diperoleh siswa melalui
kegiatan siswa dalam berinteraksi dengan objek atau sumber belajar seperti proses
observasi, mengamati aktivitas sosial keagamaan masyarakat, memperhatikan alam
sekitar. Pada mata pelajaran sains pengalaman belajar dapat dikemas dalam bentuk
mengamati ragam macam tumbuhan, makhluk hidup, sesuai dengan karakteristik
habitatnya. Pada ilmu sosial biasa juga diperoleh melalui pengamatan pada
perdagangan di pasar tradisional dan pasar modern, interaksi sosial antar komunitas
seagama / berbeda agama, praktik kebudayaan masyarakat, praktik pelaksanaan
suatu aturan hukum dan lain sebagainya.
3. Teknik Pengembangan Pengalaman Belajar Siswa
Agar pengalaman belajar dapat dikembangkan secara efektif dan efisien
maka guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Guru terlebih memedomani dan menguasai substansi materi pembelajaran yang telah
dirumuskan dalam bentuk materi pembelajaran.
2. Memahami bentuk kegiatan belajar yang seperti apa yang diinginkan. Bentuk-bentuk
kegiatan belajar dapat dilakukan berupa mendemonstrasikan, mempraktikkan,
mensimulasikan,
mengadakan
eksperimen,
menganalisis,
mengaplikasikan,
menemukan, mengamati, meneliti, menelaah, mengamati, mengobservasi, membaca,
menyimpulkan, mempresentasikan dan lain-lain.
3. Merumuskan pengalaman belajar siswa.
4. Rumusan pengalaman belajar siswa menggunakan kata-kata oprasional yang
menggambarkan tentang aktivitas siswa dalam belajar.
F. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa seperangkat materi yang
disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memungkinkan siswa untuk belajar.
Jenis bahan ajar berupa:
a. Bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku, modul, poster, brosur, lembar kerja
siswa,
wallchart
, photo atau gambar, dan
leaflet
;
b. Bahan ajar dengar (
audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk
audio;
c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual
) seperti
compact disk video, film ;
d. Bahan ajar multimedia interaktif (
interactive teaching material
) seperti CAI
(Computer Assisted Instruction),
compact disk
(CD) multimedia pembelajaran
interaktif, dan
e. bahan ajar berbasis web (
web based learning materials
).
Prinsip pengembangan bahan ajar adalah:
a. Prinsip relevansi atau keterkaitan materi sesuai dengan tuntutan Standar
Kompetensi/Kompetensi Dasar;
b. Prinsip konsistensi atau keajegan, dimaksudkan jika kompetensi dasar yang harus
dicapai siswa ada empat macam, maka bahan ajarnya pun harus empat macam;
c. Prinsip adekuasi atau kecukupan adalah kecukupan materi dalam bahan ajar untuk
mencapai kompetensi seperti yang diajarkan oleh guru.
Bahan Ajar Dependen Dan Independen
Bahan ajar dependen adalah bahan ajar yang ada kaitannya antara bahan
ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain, sehingga dalam penulisannya harus saling
memperhatikan satu sama lain, apalagi kalau saling mempersyaratkan.
Bahan ajar independen adalah bahan ajar yang berdiri sendiri atau dalam
penyusunannya tidak harus memperhatikan keterikatan dengan bahan ajar yang lain;
Pengertian TIK terdiri atas dua aspek yaitu teknologi informasi dan
teknologi komunikasi. Teknologi informasi mengandung pengertian segala hal yang
berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi dan pengolahan
informasi. Sedangkan teknologi komunikasi mempunyai pengertian segala hal yang
berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data
dari perangkat yang satu ke perangkat yang lain.
Pengertian bahan ajar berbasis TIK adalah bahan ajar yang berkaitan
dengan teknologi sebagai alat bantu untuk mengolah data, termasuk memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas. (Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis
Pengembangan Bahan Ajar SMA).
G. Indikator Dan Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi
persyaratan (a) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b)
konstruksi yang harus memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa yang menggunakan bahasa yang baik dan
benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik
(Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian).
Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk
ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa,
serta memiliki bukti validitas empirik (Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang
Standar Penilaian).
Instrumen tes berupa perangkat tes yang berisi soal-soal, instrumen
observasi berupa lembar pengamatan, instrumen penugasan berupa lembar tugas
projek atau produk, instrumen portofolio berupa lembar penilaian portofolio,
instrumen inventori dapat berupa skala Thurston, skala Likert atau skala Semantik,
instrumen penilaian diri dapat berupa kuesioner atau lembar penilaian diri, dan
instrumen penilaian antarteman berupa lembar penilaian antar teman. Setiap
instrumen harus dilengkapi dengan pedoman penskoran. (Rancangan Penilaian Hasil
Belajar yang dikembangkan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas).
Indikator merupakan rumusan yang menggambarkan karakteristik, ciri-ciri,
perbuatan, atau respon yang harus ditunjukkan atau dilakukan oleh peserta didik
dan digunakan sebagai penanda/indikasi pencapaian kompetensi dasar. (Lihat
instruksi Kerja Penilaian Kognitif, Psikomotorik, dan Afektif).
Penilaian hasil belajar peserta didik harus memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Sahih (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur;
b. Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai;
c. Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik, dan tidak
membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa,
dan jender;
d. Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran;
e. Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai, untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik;
g. Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah yang baku;
h. Menggunakan acuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan;
i. Akuntabel, yakni penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya (Lampiran Permendiknas RI Nomor 20 Tahun 2007)
Prinsip Pengembangan RPP
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi
ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
adalah
rencana
yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai KD.
Rencana pelaksanaan pembelajaran memuat identitas mata pelajaran,
standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi,
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, merupakan kegiatan
awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan membangkitkan motivasi
dan memfokuskan perhatian peserta didik agar siap mengikuti proses pembelajaran.
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisifatif aktif serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti
dilakukan melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Ketiga proses
tersebut dirancang secara terpadu dalam uraian langkah kegiatan inti, jadi tidak
secara khusus terpilah-pilah dengan rincian kegiatannya.
Kegiatan penutup merefleksikan kegiatan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian, refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut berupa PT dan atau KMTT.
(Permendiknas No. 41 Tahun 2007).
Aktivitas guru dalam kegiatan eksplorasi, meliputi:
a. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema
materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru
dan belajar dari aneka sumber;
b. menggunakan beragam model pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber
belajar;
c. memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
d. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
e. memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau
lapangan.
Aktivitas guru dalam kegiatan elaborasi, meliputi:
a. membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugastugas
tertentu yang bermakna;
b. memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
c. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
d. memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
e. memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar;
f. menfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
g. memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan variasi; kerja individual maupun
kelompok;
h. memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk
yang dihasilkan;
i. memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan
rasa percaya diri peserta didik.
Aktivitas guru dalam kegiatan konfirmasi, meliputi:
a. memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik;
b. memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber;
c. memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan;
d. memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar, sehingga guru diharapkan:
1) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta
didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
2) membantu menyelesaikan masalah;
3) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
4) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
5) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi
aktif.
Komponen RPP meliputi:
a. Identitas Mata Pelajaran,
b. Alokasi Waktu,
c. Standar Kompetensi,
d. Kompetensi Dasar
e. Indikator Pencapaian,
f. Tujuan Pembelajaran,
g. Materi Ajar,
h. Metode Pembelajaran,
i. Kegiatan Pembelajaran,
j. Penilaian Hasil Belajar, dan
KEMAMPUAN AWAL DAN KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
I. PENDAHULUAN
Setiap siswa dapat dipastikan memiliki perilaku dan karakteristik yang cenderung berbeda. Dalam pembelajaran, kondisi ini penting untuk diperhatikan karena dengan mengidentifikasi kondisi awal siswa saat akan mengikuti pembelajaran dapat memberikan informasi penting untuk guru dalam pemilihan strategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran yang efektif dan sesuai dengan
karakteristik perseorangan siswa sehingga pembelajaran akan lebih be rmakna.
Kegiatan menganalisis kemampuan dan karakteristik siswa dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan untuk menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Dengan d emikian, mengidentifikasi kemampuan awal dan karakteristik siswa adalah bertujuan untuk menentukan apa yang harus diajarkan tidak perlu diajarkan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Karena itu, kegiatan ini sama sekali bukan untuk menentukan pra syarat dalam menyeleksi siswa sebelum mengikuti pembelajaran.
Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefinisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas individu siswa. Aspek-aspek berkaitan dapat berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan
awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang dimaksud dengan kemampuan awal dan bagaimana karakteristik peserta didik ? B. Bagaimana tujuan dan teknik untuk mengidentifikasi kemampuan awal & karakteristik peserta didik?
C. Bagaimana contoh instrumen untuk mengidentifikasi kemampuan awal & karakteristik peserta didik ?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian kemampuan awal dan karakteristik peserta didik
Peserta didik merupakan sumber daya utama dan terpenting dalam proses pendidikan. Peserta didik bisa belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak bisa mengajar tanpa peserta didik. Karenanya kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilambangkan dengan menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik.[1]
Kemampuan awal (Entry Behavior) adalah kemampuan yang telah diperoleh siswa sebelum dia memperoleh kemampuan terminal tertentu yang baru. Kemampuan awal menunjukkan status pengetahuan dan keterampilan siswa sekarang untuk menuju ke status yang akan datang yang
diinginkan guru agar tercapai oleh siswa. Dengan kemampuan ini dapat ditentukan dari mana pengajaran harus dimulai. Kemampuan terminal merupakan arah tujuan pengajaran diakhiri. Jadi, pengajaran berlangsung dari kemampuan awal sampai ke kemampuan terminal itulah yang menjadi tanggung jawab pengajar.[2]
Secara kodrati, manusia memiliki potensi dasar yang secara esensial membedakan manusia dengan hewan, yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak. Sekalipun demikian, potensi dasar yang dimilikinya itu tidaklah sama bagi masing-masing manusia.[3] Terdapat keunikan-keunikan yang ada pada diri manusia. Pertama, manusia berbeda dengan makhluk lain, seperti binatang ataupun tumbuhan. Perbedaan tersebut karena kondisi psikologisnya. Kedua, baik secara fisiologis maupun psikologis manusia bukanlah makhluk yang statis, akan tetapi makhluk yang dinamis, makhluk yang mengalami perkembangan dan perubahan. Ia berkembang khususnya secara fisik dari mulai ketidakmampuan dan kelemahan yang dalam segala aspek kehidupannya membutuhkan bantuan orang lain, secara perlahan berkembang menjadi manusia yang mandiri. Ketiga, dalam setiap perkembangannya manusia memiliki karakter yang berbeda.[4]
Esensinya tidak ada peserta didik di muka bumi ini benar-benar sama. Hal ini bermakna bahwa masing-masing peserta didik memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik peserta didik adalah totalitas kemampuan dan perilaku yang ada pada pribadi mereka sebagai hasil dari interaksi antara pembawaan dengan lingkungan sosialnya, sehingga menentukan pola aktivitasnya dalam mewujudkan harapan dan meraih cita-cita. Karena itu, upaya memahami perkembangan peserta didik harus dikaitkan atau disesuaikan dengan karakteristik siswa itu sendiri. Utamanya, pemahaman peserta didik bersifat individual, meski pemahaman atas karakteristik dominan mereka ketika berada di dalam kelompok juga menjadi penting. Ada empat hal dominan dari karakteristik siswa.
a. Kemampuan dasar seperti kemampuan kognitif atau intelektual.
b. Latar belakang kultural lokal, status sosial, status ekonomi, agama dll. c. Perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, dll d. Cita-cita, pandangan ke depan, keyakinan diri, daya tahan,dll [5] Terdapat beberapa pendapat tentang arti dari karakteristik, yakni:
a. Menurut Tadkiroatun Musfiroh, karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).
b. Menurut Sudirman Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
c. Menurut Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.
d. Ron Kurtus dalam berpendapat bahwa karakter adalah satu set tingkah laku atau perilaku (behavior) dari seseorang sehingga dari perilakunya tersebut, orang akan mengenalnya “ia seperti apa”. Menurutnya, karakter akan menentukan kemampuan seseorang untuk mencapai cita -citanya dengan efektif, kemampuan untuk berlaku jujur dan berterus terang kepada orang lain serta kemampuan untuk taat terhadap tata tertib dan aturan yang ada.[6]
Karakter seseorang baik disengaja atau tidak, didapatkan dari orang lain yang sering berada di dekatnya atau yang sering mempengaruhinya, kemudian ia mulai meniru untuk melakukannya. Oleh karena itu, seorang anak yang masih polos sering kali akan mengikuti tingkah laku orang tuanya atau teman mainnya, bahkan pengasuhnya. Erat kaitan dengan masalah ini, seorang psikolog berpendapat bahwa karakter berbeda dengan kepribadian, karena kepribadian
merupakan sifat yang dibawa sejak lahir dengan kata lain kepribadian bersifat genetis. B. Tujuan dan Teknik mengidentifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik
Identifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik adalah salah satu upaya para guru yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu. Tahapan ini dipandang begitu perlu mengingat banyak pertimbangan seperti; peserta didik, perkembangan sosial, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kepentingan program pendidikan/ pembelajaran tertentu yang akan diikuti peserta didik
Identifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik bertujuan:
a. Memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan kemampuan serta karakteristik awal siswa sebelum mengikuti program pembelajaran tertentu.
b. Menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan, serta kecenderungan peserta didik berkaitan dengan pemilihan program-program pembelajaran tertentu yang akan diikuti mereka.
c. Menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik.
Teori Gardner, sebuah pendekatan yang relatif baru yaitu teori Kecerdasan ganda (Multiple Intelligences), yang menyatakan bahwa sejak lahir manusia memiliki jendela kecerdasan yang banyak. Ada delapan jendela kecerdasan menurut Gardnerd pada setiap individu yang lahir, dan
kesemuanya itu berpotensi untuk dikembangkan. Namun dalam perkembangan dan pertumbuhannya individu hanya mampu paling banyak empat macam saja dari ke delapan jenis
kecerdasan yang dimilikinya. Kecerdasan tersebut yaitu : a. Kecerdasan Verbal/bahasa (Verbal/linguistic intelligence)
b. Kecerdasan Logika/Matematika (logical/mathematical intelligence) c. Kecerdasan visual/ruang (visual/ spatial intelligence)
d. Kecerdasan tubuh/gerak tubuh (body/kinestetic intelligence) e. Kecerdasan musikal/ritmik (musical/rhytmic intelligance) f. Kecerdasan interpersonal (interpesonal inteligance)
g. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence). h. Kecerdasan Naturalis (naturalistic Intelligence). [7]
Dengan teori ini maka terjadi pergeseran paradigma psikologis hierarki menjadi pandangan psikologis diametral. Tidak ada individu yang cerdas, bodoh, sedang, genius, dan sebagainya,
yang ada hanyalah kecerdasan yang berbeda.
Untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, seorang pendidik dapat melakukan tes awal (pre-test) untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik tersebut. Tes yang diberikan dapat berkaitan dengan materi ajar sesuai dengan panduan kurikulum. Selain itu pendidik dapat
melakukan wawancara, observasi dan memberikan kuesioner kepada peserta didik, guru yang mengetahui kemampuan peserta didik atau calon peserta didik, serta guru yang biasa mengampu pelajaran tersebut. Teknik untuk mengidentifikasi karakteristik siswa adalah dengan menggunakan kuesioner, interview, observasi dan tes.[8] Latar belakang siswa juga perlu dipertimbangkan dalam mempersiapkan materi yang akan disajikan, di antaranya yaitu faktor akademis dan faktor sosial :
a. Faktor akademis
Faktor-faktor yang perlu menjadi kajian guru adalah jumlah siswa yang dihadapi di dalam kelas, rasio guru dan siswa menentukan kesuksesan belajar. Di samping itu, indeks prestasi, tingkat inteligensi siswa juga tidak kalah penting.
b. Faktor sosial
Usia kematangan (maturity) menentukan kesanggupan untuk mengikuti sebuah pembelajaran. Demikian juga hubungan kedekatan sesama siswa dan keadaan ekonomi siswa itu sendiri mempengaruhi pribadi siswa tersebut[9]
Mengidentifikasi kemampuan awal dan karakteristik siswa dalam pengembangan program pembelajaran sangat perlu dilakukan, yaitu untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, minat dll
Hasil kegiatan mengidentifikasi kemampuan awal dan karakteristik siswa akan merupakan salah satu dasar dalam mengembangkan sistem instruksional yang sesuai untuk siswa. Dengan melaksanakan kegiatan tersebut, masalah heterogen siswa dalam kelas dapat diatasi, setidak-tidaknya banyak dikurangi.