• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diterima: 10 April 2018 Direvisi: 18 Juli 2018, Diterbitkan: 30 Juli 2018 ABSTRACT ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Diterima: 10 April 2018 Direvisi: 18 Juli 2018, Diterbitkan: 30 Juli 2018 ABSTRACT ABSTRAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN STATUS KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

PUTERI MELALUI MEDIA BOOKLET TENTANG PERSIAPAN MENSTRUASI

(Di Kelurahan Setiaratu Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya)

Wiwin Mintarsih1, Dede Gantini2, Sariestya Rismawati3 1,2,3

Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya wi_goena@yahoo.co.id

Diterima: 10 April 2018 Direvisi: 18 Juli 2018, Diterbitkan: 30 Juli 2018

ABSTRACT

Puberty in adolescent girls is characterized by physical changes, but also the start of sexual maturity marked by menstruation the first time or called with menarche. Based on the results of research conducted by Mintarsih and Patimah in 2015 about the preparation of menstrual media booklet in the promotion of reproductive health in early adolescence, that teenage not yet know things to be prepared in the face of menstruation. The purpose of community service activities is to improve the reproductive health status of adolescent girls through the media booklet about the preparation of menstruation. The target in reproductive health education activities is adolescent girls aged 10-12 years in Setiaratu Village Tawang District Tasikmalaya City. Implementation of activities carried out for 7 (seven) months ie from March to September 2016. This activities take place in Setiaratu Urban District Tawang City Tasikmalaya. The tools used in the extension and training activities are instructional media, booklet, ATK and various training aids. Evaluation is done by using pre test and post test. Instruments used as evaluation tools consist of a knowledge and attitude questionnaire and anxiety level measurement. Implementation of activities to the community is done by lecturers who have expertise to solve partner problems and assisted by students in technical aspects.

Keywords: young women, menstruation, reproductive health

ABSTRAK

Pubertas pada remaja puteri selain ditandai dengan adanya perubahan fisik, namun juga dimulainya kematangan seksual yang ditandai dengan menstruasi pertama kalinya atau di sebut dengan menarche. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih dan Patimah tahun 2015 tentang rancangan media booklet persiapan menstruasi dalam promosi kesehatan reproduksi pada remaja awal, bahwa remaja puteri belum mengetahui hal yang harus dipersiapkan dalam menghadapi menstruasi. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu untuk meningkatkan status kesehatan reproduksi remaja puteri melalui media booklet tentang persiapan menstruasi. Sasaran dalam kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi adalah remaja puteri berusia 10-12 tahun di Kelurahan Setiaratu Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama 7 (tujuh) bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan September 2016. Tempat kegiatan dilakukan di Kelurahan Setiaratu Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. Alat bantu yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan ini adalah media pembelajaran tayang, booklet, ATK serta berbagai macam alat bantu pelatihan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan sistem pre test dan post test. Instrumen yang digunakan sebagai alat ukur evaluasi terdiri dari kuesioner pengetahuan dan sikap serta pengukuran tingkat kecemasan. Pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat ini dilakukan oleh dosen yang memiliki kepakaran untuk menyelesaikan persoalan mitra dan dibantu oleh mahasiswa dalam aspek teknis. Kata Kunci : remaja putri, menstruasi, kesehatan reproduksi

(2)

I. PENDAHULUAN

Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja merupakan masa yang sangat penting sekali dalam perkembangan seseorang remaja putri. 1 Berdasarkan data yang didapat oleh World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia dari remaja berumur 10-19 tahun sudah mengalami menstruasi atau disebut menarche.2 Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi.3 Remaja dihadapkan dengan masa sulit dalam perkembangan baik secara mental, sosial dan kultural. Hal inipun berlaku dalam mempersiapkan menstruasi pertamanya. Kesiapan menghadapi menarche adalah keadaan yang menunjukkan bahwa seseorang sudah siap untuk mencapai salah satu kematangan fisik yaitu dengan datangnya menarche.4 Kesiapan ini meliputi kesiapan fisik dan kesiapan psikologis,karena perasaan cemas dan takut akan muncul bila kurangnya pemahaman remaja putri tentang menarche. Untuk itu, remaja perlu persiapkan dalam menghadapi datangnya menarche.5 Remaja puteri harus diberi pemahaman tentang menarche sehingga mereka mampu melakukan perawatan dan personal hygiene seperti mengganti pembalut minimal dua kali sehari karena kebersihan organ-organ reproduksi atau seksual merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan genetalia.3

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri Dukuh 01 Mojolaban Sukoharjo tahun 2016 dilakukan wawancara pada 10 remaja puteri yang belum mengalami menarche, didapatkan 70% (7 siswi) dari 10 siswi menyatakan tidak pernah diberikan pemahaman tentang menarche oleh orang tua, sehingga 7 siswi tersebut, 6 menyatakan takut dan cemas, sehingga belum siap menghadapi menstruasi pertamanya, dan 1 siswi menyatakan tidak merasa takut dan cemas menghadapi menstruasi pertamanya. Di Kelurahan Setiaratu Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya presentase jumlah remaja puteri usia 10-12 tahun cukup banyak. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang persiapan menstruasi pada remaja awal, bahwa remaja puteri belum mengetahui hal yang harus dipersiapkan dalam menghadapi menstruasi, sehingga diharapkan ada peran tenaga kesehatan selain dari orang tua dan guru untuk mempersiapkan para remaja puteri dalam menghadapi menstruasi.6

II. METODE

Pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini melalui metode penyuluhan dan pendampingan dari Tim Dosen dan dibantu oleh mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya di Kelurahan Setiaratu Kota Tasikmalaya. Pelaksanaan program kegiatan ini melalui tahap persiapan kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan, evaluasi kegiatan, dan pembuatan laporan. 1. Persiapan pelaksanaan meliputi:

a. Konsolidasi dan koordinasi dengan Puskesmas Cibeureum, Bidan Kelurahan, Kelurahan Setiaratu dan kader.

b. Identifikasi sasaran: Sasaran kegiatan ini ditentukan sesuai tujuan yaitu remaja puteri umur 10 – 12 tahun.

c. Mempersiapkan tempat dan sarana untuk edukasi sesuai rekomendasi dari Bidan kelurahan d. Menyususn materi berdasarkan kebutuhan sasaran yang terdiri dari masalah kesehatan

reproduksi secara umum dan materi tentang persiapan menstruasi yang sudah dicetak dalam bentuk booklet.

e. Mengundang remaja sasaran untuk mendiskusikan kesiapan remaja dalam mengikuti kegiatan f. Mempersiapkan tim fasilitator dan narasumber yang terdiri dari 3 orang dosen dan 9 orang

mahasiswa Prodi D III Kebidanan Tasikmalaya dibantu oleh 9 orang mahasiswa Prodi D III Kebidanan Tasikmalaya yang direkrut sebelumnya melalui daftar peminatan yang telah dilatih selama 1 hari oleh tim fasilitator

g. Menyusun rencana anggaran

Anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan disusun berdasarkan kebutuhan program dan bersumber dari DIPA Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

(3)

2. Pelaksanaan kegiatan meliputi:

Kegiatan edukasi tentang persiapan menstruasi melalui pendampingan oleh tim fasilitator (dosen dan mahasiswa) kepada sasaran remaja puteri dilaksanakan secara berkesinambungan menggunakan media booklet persiapan menstruasi. Pelaksanaan kegiatan terdiri dari:

a. Cetak Media Booklet

Instrumen yang diperlukan sebagai media dalam pelaksanaan edukasi persiapan mensruasi ini berupa booklet yang diberikan pada sasaran dan kader kesehatan

b. Kegiatan Pendahuluan dan Pre test

Kegiatan edukasi diawali dengan pendahuluan berupa pemaparan masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada remaja saat ini dan tujuan dilaksanakan edukasi selama 45 menit dan dilanjutkan dengan mengukur kemampuan awal sasaran (pre test) melalui pembagian kuesioner pengetahuan dan sikap. Pengisian kuesioner dilaksanakan selama 45 menit. Setelah mengisi kuesioner awal, sasaran diperbolehkan pulang dan diingatkan kembali untuk datang pada minggu berikutnya.

c. Edukasi persiapan menstruasi melalui proses pendampingan fasilitator

Kegiatan dilaksanakan di 2 lokasi, dengan proporsi peserta sasaran yaitu 8 orang untuk Lokasi Posyandu Babakan Sukamaju dan kegiatan di Posyandu Lebak Sari terdiri dari 18 orang sasaran remaja puteri. Karena kelompok sasaran dilokasi Posyandu Lebaksari lebih banyak jadi di bagi menjadi 2 kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang. Kegiatan dilaksanakan seminggu sekali setiap hari Sabtu selama 2 bulan berturut-turut menggunakan booklet persiapan menstruasi sebagai media edukasi.

Kegiatan edukasi persiapan menstruasi dalam meningkatkan status kesehatan reproduksi remaja ini dilaksanakan melalui metode diskusi dengan sumber belajar menggunakan media

booklet. Pertemuan dilaksanakan selama 60 menit dan diakhiri dengan tanya jawab untuk

mengetahui pemahaman remaja puteri terhadap materi yang telah disampaikan. d. Post test

Pengukuran pengetahuan dan sikap di akhir kegiatan dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang sama dengan pre test

Pelaksanaan evaluasi melalui pengukuran tingkat pengetahuan dalam bentuk Dikotomi yaitu Benar diberi nilai 1 dan jika mengisi salah diberi nilai 0. Kategori hasil pengukuran merujuk pada Arikunto (2006) yang terdiri dari: Baik (hasil 76 - 100), Cukup (hasil presentase 56-75) dan Kurang (hasil

(4)

presentase < 56). Pegukuran Sikap mengacu pada penilaian skala Likert yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Penilaian sikap terdiri dari sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju, kemudian dikategorikan menjadi sikap yang mendukung terhadap kegiatan persiapan menstruasi dan sikap tidak mendukung terhadap kegiatan edukasi persiapan menstruasi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang telah diperoleh dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini akan dipaparkan pada uraian berikut ini:

1. Umur

Umur remaja sasaran pada kegiatan ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1

Umur Remaja Perempuan Pada Kegiatan Upaya Peningkatan Status Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri Melalui Media Booklet Tentang Persiapan Menstruasi di Kelurahan Setiaratu Tahun 2017 Umur Remaja N % 10 9 34,6 11 15 57,7 12 2 7,7 Jumlah 26 100

Berdasarkan tabel 1 tersebut dihitung rata-rata umur remaja yang menjadi sasaran kegiatan ini yaitu 10,73 tahun.

2. Pengetahuan

Pengetahuan remaja perempuan pada kegiatan ini diukur 2 kali dalam tahap sebelum interaksi dan setelah interaksi. Uraian lebih jelas dipaparkan pada tabel berikut:

Tabel 2

Pengetahuan Remaja Perempuan Pada Kegiatan Upaya Peningkatan Status Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri Melalui Media Booklet Tentang

Persiapan Menstruasi di Kelurahan Setiaratu Tahun 2017

Pengetahuan Pre Test Post Test

N % N %

Baik 1 3,8 7 26,9

Cukup 9 34,6 17 65,4

Kurang 16 61,5 2 7,7

26 100 26 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat diuraikan bahwa pengetahuan remaja perempuan mengalami peningkatan antara hasil pengukuran sebelum dan sesudah dilaksanakan interaksi berupa edukasi menggunakan booklet kesehatan reproduksi.

Tabel 3

Data Pengetahuan Remaja Sebelum dan Sesudah Interaksi Kegiatan Upaya Peningkatan Status Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri Melalui

Media Booklet Persiapan Menstruasi di Kelurahan Setiaratu Tahun 2017

Nilai Pengetahuan Sebelum Sesudah

Rata-rata 54,6 68,9

Tertinggi 76 84

(5)

3. Sikap

Hasil pengukuran sikap dapat dilihat pada uraian tabel berikut: Tabel 4

Sikap Remaja Perempuan Kegiatan Upaya Peningkatan Status Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri Melalui Media Booklet Tentang Persiapan Menstruasi di Kelurahan Setiaratu Tahun

2017 Pengukuran Sikap Mendukung Tidak

Mendukung

Jumlah

N % N % N %

Sebelum 6 23,1 20 76,9 26 100

Sesudah 21 80,8 5 19,2 26 100

Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja merupakan bagian integral dalam pelayanan kesehatan reproduksi. Kegiatan tersebut dilakukan dalam upaya meningkatkan status kesehatan dalam siklus kesehatan reproduksi perempuan. Oleh karena itu hal ini menjadi dasar yang kuat bagi tim untuk melaksanakan pendidikan kesehatan tentang persiapan menstruasi pada remaja.

Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini ditujukan kepada 26 orang remaja perempuan di Kelurahan Setiaratu yang berumur 10 – 12 tahun. Sebaran usia remaja pada kegiatan pengabdian masyarakat ini sebanyak 15 orang (57,7%) berusia 11 tahun. Usia 10-12 tahun ini merupakan usia peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. Menstruasi menjadi perhatian pada remaja putri yang ada dalam masa peralihan dan menimbulkan reaksi bermacam-macam.Tidak semua anak perempuan mendapatkkan informasi tentang proses menstruasi dan kesehatan selama menstruasi. Remaja yang tidak siap dan mengalami menarche terlalu dini cenderung menunjukkan lebih banyak reaksi negatif. Perlu untuk mempersiapkan remaja putri dalam menghadapi menstruasi dengan memberikan informasi yang benar tentang menstruasi dan masalah kesehatan menstruasi, sehingga mereka dapat mengetahui jika terjadi gangguan menstruasi, memiliki sikap serta perilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya.

Pengetahuan remaja perempuan pada kegiatan upaya peningkatan status kesehatan reproduksi remaja puteri melalui media booklet tentang persiapan menstruasi di kelurahan Setiaratu tahun 2017 mengalami peningkatan dari rata-rata pengetahuan sebelum pendidikan kesehatan sebesar 54,6% meningkat menjadi 68,9%. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan remaja dalam menghadapi menarche/menstruasi adalah pemberian pendidikan kesehatan. Memberikan pendidikan kesehatan kepada anak remaja awal sangatlah penting. Upaya ini sangatlah potensial dilakukan karena selama ini masih jarang orang tua memberikan pendidikan kesehatan reproduksi di usia anak pada awal remaja. Mendidik anak-anak tentang kesehatan reproduksi merupakan subyek yang sangat pribadi. Beberapa orang tua memulai hal ini secara dini, yang lainnya menunggu sampai pubertas dan beberapa orang tua membiarkan sekolah mendidik anak atau membiarkan anak menemukan sendiri.7

Pemberian pendidikan kesehatan yang diberikan kepada remaja sasaran adalah sarana dalam pemberian informasi kepada individu atau kelompok tentang hal-hal yang belum diketahui. Hal ini dapat memberi pemahaman yang lebih detail dan rinci terkait dengan menstruasi. Setelah remaja sasaran banyak mengetahui tentang informasi tidak diketahui sebelumnya maka remaja sasaran akan terlihat lebih siap jika akan mengalami suatu hal yang baru yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Menurut Suryani (2010) pengetahuan tentang kesehatan yang dimiliki seseorang amat penting peranannya dalam menentukan nilai kesehatan terhadapnya.8 Dengan berbagai informasi kesehatan akan menambah luas pengetahuan dan pemahamannya tentang kesehatan.

Sikap remaja perempuan pada kegiatan upaya peningkatan status kesehatan reproduksi remaja puteri melalui media booklet tentang persiapan menstruasi di Kelurahan Setiaratu tahun 2017 sebelum dilakukan edukasi sebagian besar ada pada kategori tidak mendukung 76,9% dan setelah dilakukan edukasi ada pada kategori mendukung 80,8%. Sikap remaja dalam menghadapi menarche dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perolehan informasi yang cukup, reaksi positif dan dukungan orang tua, penjelasan saudara yang sudah menstruasi, informasi sebelum menstruasi, dan sikap sebelum menarche terhadap menstruasi.

Pengetahuan dan sikap yang kurang mendukung pada awal kegiatan pengabdian masyarakat ini diungkapkan oleh sebagian remaja bahwa mereka merasa malu karena menarche merupakan hal yang baru yang harus mereka rasakan dan teman-teman mereka juga belum mengalami menarche. Informasi

(6)

yang tidak cukup membuat mereka tidak mengetahui bahwa menarche akan datang diusia mereka. Hal ini yang membuat mereka tidak memiliki persiapan yang matang dalam menghadapi perubahan-perubahan ini.

Sikap remaja terhadap perubahan di masa pubertas bergantung pada beberapa faktor, meliputi pengalaman pada masa kanak-kanak, adanya model peran, kelompok teman sebaya mereka, dan sampai titik tertentu, pemahaman mereka tentang anatomi dan fisiologi. Misalnya, menstruasi pertama dapat menakutkan jika anak perempuan belum pernah mendiskusikan tentang menstruasi, baik dengan ibunya (yang mungkin merasa bahwa hal itu terlalu memalukan untuk dibicarakan) maupun di sekolah karena topik tersebut bukan merupakan bagian dari kurikulum. Padahal menurut para pakar, penting hukumnya untuk membicarakan pubertas pada anak, bahkan sebelum mereka mengalaminya.9

IV. SIMPULAN

1. Kegiatan edukasi persiapan menstruasi menggunakan booklet melalui pendampingan mahasiswa meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang persiapan menstruasi

2. Sikap remaja terhadap persiapan menstruasi mengalami peningkatan setelah diberikan edukasi menggunakan media booklet melalui pendampingan mahasiswa

DAFTAR PUSTAKA

[1] Prawirohardjo, Sarwono, “Ilmu Kandungan”, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 2008

[2] Efendi, Ferry & Makhfudli, “Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan”, Jakarta, Salemba Medika, 2009

[3] Proverawati dan Misaroh, “Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna”, Yogyakarta, Nuha Medika, 2009

[4] Shipra Nagar and Kh. R. Aimol, “Knowledge of Adolescent Girls Regarding Menstruation inTribal Areas of Meghalaya”, Stud Tribes Tribals, 2010, 8(1): 27-30

[5] Sukarni, I dan Wahyu, P, “Buku Ajar Keperawatan Maternitas”, Yogyakarta, Nuha Medika, 2013 [6] Mintarsih, W dan Patimah, S, “Pengaruh Rancangan Media Booklet Persiapan Menstruasi

Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja di Kota Tasikmalaya” Laporan Penelitian, 2015 [7] Lewer, Helen, “Belajar Merawat Di Bangsal Anak”, Jakarta, EGC, 1996

[8] Suryani, “Pengaruh Promosi Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswa SMP Negeri 08 Bitung”, Jurnal Ilmiah Bidan Vol 3, No 2: Edisi Desember 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 5 merupakan perbandingan antara nilai konduktivitas termal pada temperatur permukaan yang sama untuk hasil eksperimen dan nilai konduktivitas termal

Beban Mati DL dan Beban Hidup LL Perhitungan pembebanan yang bekerja pada balok dan kolom menggunakan pola pembebanan dengan memperhitungkan beban-beban beban dalam bidang luasan

Hubungan Antara Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan pelanggan Hipotesis ketiga (H3) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dalam hubungan Kualitas Pelayanan

Puji dan Syukur serta hormat kepada Allah Bapa dan AnakNya Yesus Kristus yang selalu memberikan rahmat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Makna ungkapan deiksis sosial dapat di kelompokkan ke dalam dua makna antara lain makna lugas atau sebenarnya dalan penelitian ini mengacu kepada makna yang

Dari paparan kondisi kekinian terkait aktivitas pengembangan aplikasi GRMS yang diterapkan oleh Bina Program masih terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan

Selanjutnya, pasien yang menerima terapi tetrasiklin (kecuali bentuk sintetis) harus diberikan konseling untuk tidak meminum obat dengan makanan atau obat-obatan yang mengandung

Untuk penggunaan input mini purse seine diasumsikan sama dengan gill net, sehingga dalam pengintepretasian data untuk kapal dikategorikan efisien dalam penggunaan atau