• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan KP Inspeksi pengelasan, manajemen, dan Proses pengolahan Minyak PT.Pertamina RU II Dumai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan KP Inspeksi pengelasan, manajemen, dan Proses pengolahan Minyak PT.Pertamina RU II Dumai"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Kerja Praktek BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Perguruan tinggi merupakan sarana pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan mampu mengaplikasikan teori yang ada dengan keadaan di lapangan sejalan dengan perkembangan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten, perlu diperhatikan tingkat pendidikan yang diperoleh. Mahasiswa sebagai calon sumber daya manusia telah menerima pendidikan di perguruan tinggi. Kerja praktek merupakan salah satu pemecahan permasalahan akan adanya jarak antara teori dan praktek tersebut sehingga pada Kerja Praktek ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan serta mengkombinasikan ilmu-ilmu yang diperoleh diperkuliahan dengan yang diperoleh dilapangan, untuk selanjutnya diterapkan dilapangan (Industri) serta mampu menjawab setiap tantangan yang timbul di Industri dengan bekal dan ilmu-ilmu yang didapat diperkuliahan. Terkhusus di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara, kerja praktek sudah menjadi mata kuliah wajib dengan bobot 2 SKS (Sistem Kredit Semester) yang wajib diselesaikan oleh mahasiswa dan perlu dilaksanakan dengan baik dan benar agar diperoleh manfaat yang sebesar – besarnya.

Kerja praktek yang dilaksanakan dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu : 1. Produksi

Praktek kerja untuk bidang produksi dilakukan dengan mempelajari proses pengolahan bahan baku menjadi hasil jadi atau hasil setengah jadi yang merupakan produk akhir pada industri/ perusahaan tempat kerja praktek dilakukan.

2. Manajemen Perusahaan

Praktek kerja untuk bidang manajemen perusahaan mencakup pembahasan mengenai struktur organisasi perusahaan, tata letak pabrik, pemasaran, permasalahan tenaga kerja, keselamatan dan kesehatan kerja.

(2)

Laporan Kerja Praktek 1.2 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dari Kerja Praktek di kilang PT. Pertamina RU II Dumai ini adalah: 1. Mahasiswa memperoleh gambaran nyata mengenai pengoperasian

sistem pemprosesan dan utilitas yang digunakan untuk pengolahan minyak bumi

2. memahami dan dapat menggambarkan pola inti proses produksi pada Pertamina UP II Dumai yang meliputi

a. mengenal bahan baku yang digunakan dalam proses produksi, b. memahami proses produksi,

c. mengenal produk dan limbah industri proses pengolahan minyak bumi,

d. mengenal karakteristik sistem pemprosesan dan sistem pengendalian proses,

3. mendapatkan gambaran nyata tentang organisasi kerja, manajemen PT.Pertamina dan penerapannya, serta pengenalan terhadap praktik-praktik pengelolaan dan peraturan-peraturan kerja di Pertamina UP II Dumai, dan

4. Mengetahaui proses inspeksi pada hasil lasan (welding) dan mengetahui tugas welding inspector.

1.3 Batasan Masalah

Dalam laporan ini kami membahas mengenai proses pengolahan minyak, sistem manajemen perusahaan dan inspeksi pengelasan yang dilakukan di kilang minyak PT. PERTAMINA RU II, Dumai.

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Adapun kerja prakter ini dilakukan di PT. PERTAMINA REFENARY unit II, Dumai dalam kurun waktu satu bulan terhitung mulai tanggal 18 juli 2011 sampai 18 agustus 2011.

(3)

Laporan Kerja Praktek 1.5 Metode Pengumpulan Data

Metode-metode yang dilakukan dalam pengumpulan data yang merupakan faktor utama dalam penyusunan laporan ini adalah:

1. Metode Observasi

Metode pengumpulan data dengan melakukan observasi lapangan di Workshop Area– PT. Pertamina RU II Dumai, terutama pada objek-objek yang menjadi topik permasalahan.

2. Metode Wawancara

Disamping observasi langsung ke lapangan, pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara dan diskusi dengan narasumber dari karyawan maupun Business Partner perusahaan yang mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang manajemen perusahaan.

3. Metode Partisipasi

Pengumpulan data juga dilakukan dengan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kerja yang dilakukan karyawan dan/atau Business Partner di Maintenance Area (MA) – PT. Pertamina RU II Dumai.

4. Metode Studi Literatur dan Studi Pustaka

Selain pengumpulan data dari lapangan, juga dilakukan studi literatur dan studi pustaka dari buku-buku, berkas-berkas, dan internet yang berhubungan dengan manajemen.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah : BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan, batasan masalah, tempat dan waktu pelaksanaan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan kerja praktek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dijelaskan mengenai deskripsi pengolahan minyak dan inspeksi pengelasan pada pipa di PT.PERTAMINA RU II, Dumai.

(4)

Laporan Kerja Praktek

Pada Bab ini dijelaskan mengenai Sejarah berdirinya PT.PRTAMINA RU II, wilayah PT. PERTAMINA RU II, visi dan misi PT. PERTAMINA RU II. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai Kesimpulan penulis dari kerja praktek dan saran yang bersifat konstruktif bagi PT.PRTAMINA RU II.

(5)

Laporan Kerja Praktek BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Bumi

Minyak bumi atau minyak mentah merupakan cairan kompleks yang disusun oleh berbagai macam zat kimia organik yang berubah secara alamiah dan tersimpan dalam lapisan bumi selama ribuan tahun lamanya. (Microsoft Encharta, 2005). Bahan organik yang berasal dari binatang dan tumbuhan tersebut terdekomposisi secara parsial oleh bakteri menjadi gas dan komponen yang larut dalam air. Lemak yang tertinggal dan bahan terlarut secara perlahan berubah menjadi minyak bumi. Perubahan tersebut berlangsung pada temperatur 200 oF dengan bantuan katalis yang terdapat di alam. Bahan radioaktif juga mempercepat terbentuknya minyak bumi. Cairan minyak bumi yang dihasilkan kemudian dapat berpindah ke pasir alam atau reservoir batu kapur (Legh dkk, 1948).

2.1.1 Komposisi Minyak Bumi

Minyak bumi memiliki campuran yang sangat kompleks dan mengandung ribuan senyawa tunggal berselang gas ringan seperti gas metana, sampai dengan bahan aspal yang berat dan padat. Hampir semua senyawa minyak bumi tersusun dari hidrogen dan karbon. Selain itu terdapat senyawa – senyawa lain dalam jumlah yang kecil seperti belerang, oksigen dan nitrogen. Komposisi kimia dan sifat-sifat fisik minyak bumi sangat bervariasi, namun komposisi elemental pada umumnya tetap, komposisi minyak bumi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Komponen penyusun minyak bumi. Komposisi %-berat Karbon Hidrogen 84 – 87 Sulfur 11 – 14 Nitrogen 0 – 3 Oksigen 0 – 1

(6)

Laporan Kerja Praktek

Kondisi lingkungan seperti temperatur, tekanan, ada tidaknya senyawa logam dan mineral, serta letak geologis selama proses perubahan alamiah senyawa penyusun minyak bumi, mengakibatkan komposisi minyak bumi yang terdapat di setiap daerah berbeda-beda pula. Namun demikian, minyak mentah dapat digolongkan ke dalam empat kelas utama sebagai berikut (Praptowidodo, 1999):

a. Minyak bumi tipe paraffin, disusun oleh atom karbon dan atom hidrogen yang jumlahnya selalu dua lebih banyak dari dua kali jumlah atom karbonnya (parrafinebase crude oil).

b. Minyak bumi tipe asphaltic (naphthenes), disusun oleh atom karbon dan atom hidrogen yang kuantitasnya dua kali jumlah atom karbonnya (naphthene-base crude oil).

c. Minyak bumi tipe aromatik, disusun oleh atom karbon dan hidrogen yang melingkar (aromate-base crude oil).

d. Minyak bumi tipe campuran (mixed crude oil), disusun oleh minyak bumi tipe paraffin, tipe asphaltic dan aromatik.

Senyawa-senyawa penyusun utama minyak bumi antara lain:

1. Parafin dibangun oleh struktur dengan rumus molekul CnH2n+2 memiliki ikatan jenuh (ikatan tunggal), oleh karena itu parafin memiliki kestabilan yang cukup tinggi. Parafin yang terdapat di dalam minyak bumi adalah jenis parafin ringan. Parafin terberat di dalam minyak bumi adalah parafin dengan atom C70. Contoh senyawa parafin adalah metana, heksana, dan heksadekan.

2. Olefin memiliki rumus molekul CnH2n, dan secara alami tidak terdapat dalam minyak bumi namun terbentuk selama pengolahan. Olefin memiliki sifat yang sangat reaktif dikarenakan oleh terdapatnya ikatan tak jenuh (ikatan rangkap), oleh karena itu olefin mudah teroksidasi dan terpolimerisasi. Karena sifatnya itu produk yang dihasilkan tidak diharapkan mengandung olefin.

3. Naften (sikloparafin) adalah senyawa hidrokarbon siklik dengan ikatan jenuh dan memiliki rumus molekul CnH2n. Meskipun rumus molekulnya sama dengan olefin, namun sifatnya berbeda jauh karena

(7)

Laporan Kerja Praktek

ikatan jenuhnya tersebut. Naften tidak dapat bereaksi secara langsung karena ikatan antar molekulnya cukup kuat dengan bentuk siklik, sebagai contoh naften tidak larut dalam asam sulfat yang oksidatif. Naften ditemukan pada hampir semua minyak mentah. Contoh naften adalah tetrametilen (siklobutan), pentametilen (siklopentan), dan heksametilen (sikloheksan).

4. Aromatik memiliki rumus molekul CnH2n-6 dan memiliki cincin benzen yang sangat stabil. Aromatik dapat dioksidasi dan membentuk asam organik. Di dalam pengolahan minyak, aromatik dihasilkan dari reaksi adisi atau substitusi, bergantung pada kondisi reaksi yang dijalankan. Aromatik banyak ditemukan di dalam reformat yang dihasilkan secara katalitik oleh reaksi platforming.

Selain hidrokarbon, minyak bumi juga mengandung senyawa-senyawa non hidrokarbon, antara lain:

1. Senyawa oksigen dalam minyak mentah berbentuk asam karboksilat, fenol, kresol, amida, keton, dan benzofuran. Senyawa oksigen ini memiliki sifat asam dan menyebabkan asam mudah terpisah dari minyak mentah. Meskipun senyawa oksigen bersifat asam namun masalah yang ditimbulkannya tidak seserius seperti halnya senyawa sulfur dan senyawa nitrogen.

2. Kandungan nitrogen dalam hampir semua minyak mentah adalah rendah dengan nilai kurang dari 0.1% berat. Senyawa nitrogen stabil terhadap panas sehingga kandungan nitrogen dalam fraksi ringan sangat rendah. Karena nitrogen merupakan racun katalis maka harus dilakukan proses hydrotreating untuk menurunkan kadar nitrogen dalam umpan proses katalitik. Contoh senyawa nitrogen dalam minyak bumi antara lain piridin, isoquinolin, dan acridin.

3. Konsentrasi sulfur bervariasi dari suatu minyak mentah dengan minyak mentah yang lain. Minyak mentah sour didefinisikan sebagai minyak mentah yang banyak mengandung hidrogen sulfida atau sulfur. Minyak mentah diklasifikasikan sebagai minyak yang asam jika kandungan

(8)

Laporan Kerja Praktek

hidrogen sulfida yang terlarut sebesar 0.05 ft3/100 galon minyak mentah. Senyawa sulfur dalam minyak mentah umumnya kompleks dan tidak stabil terhadap panas. Senyawa sulfur yang tidak bersifat asam dapat dihilangkan melalui proses hydrotreating. Contoh senyawa sulfur dalam minyak bumi adalah H2S, merkaptan (RSH), dll.

4. Logam yang terdapat dalam minyak mentah berada dalam bentuk garam terlarut dalam air yang tersuspensi dalam minyak atau dalam bentuk senyawa organometalik dan sabun logam. Sabun logam kalsium dan magnesium adalah zat aktif permukaan (surface active agent) dan bertindak sebagai penstabil emulsi. Logam vanadium tidak dikehendaki berada di dalam umpan proses katalitik karena vanadium dapat meracuni katalis.

5. Minyak mentah seringkali mengandung garam-garam inorganik seperti natrium klorida, magnesium klorida, dan kalsium klorida dalam bentuk suspensi atau terlarut dalam air laut. Garam-garam ini harus dihilangkan atau dinetralisasi sebelum diolah untuk mencegah peracunan katalis, korosi pada peralatan, dan fouling. Korosi garam disebabkan oleh hidrolisis beberapa logam klorida dan pembentukan asam hidroklorik pada saat minyak mentah dipanaskan. HCl juga dapat bergabung dengan ammonia membentuk amonium klorida (NH4Cl).

2.1.2 Sifat-Sifat Minyak Mentah 1. Specific Gravity (SG) dan API Gravity

SG minyak mentah dinyatakan dengan nilai perbandingan massa jenis minyak mentah dan massa jenis air masing-masing pada suhu 60oF. Pada umumnya API Gravity lebih banyak digunakan dibandingkan SG, dan dinyatakan sebagai

(9)

Laporan Kerja Praktek

API Gravity minyak mentah berkisar antara 10 hingga 50, namun biasanya berkisar antara 20 hingga 45. Terdapat pula klasifikasi minyak mentah berdasarkan SG dan API Gravity, yang disajikan dalam tabel 2.2.

Tipe Minyak Mentah SG API Gravity

Ringan ≤ 0.830 ≤ 39.0

Medium Ringan 0.830 - 0.850 39.0 - 35.0

Medium Berat 0.850 - 0.865 35.0 - 32.1

Berat 0.865 - 0.905 32.1 - 24.9

Sangat Berat ≥ 0.905 ≥ 24.9

Tabel 2.2 Nilai SG dan API Gravity 2. Kadar Sulfur

Kadar sulfur dalam minyak mentah memiliki rentang 0.1% hingga 5% berat. Minyak mentah dengan kadar sulfur lebih besar dari 0.5% mengharuskan proses yang lebih banyak dan lebih rumit. Minyak mentah dengan kadar sulfur tinggi disebut sour, dan terutama jika sulfur tersebut bersifat korosif, sedangkan minyak mentah dengan kadar sulfur rendah disebut sweet. Sulfur dapat meracuni katalis, mengurangi efektivitas zatzat tambahan serta menimbulkan korosi pada peralatan proses. Klasifikasi minyak mentah berdasarkan kandungan sulfurnya disajikan dalam tabel 2.3.

Tipe Minyak Mentah Kadar Sulfur (% berat) Non-sulfurik 0.01 - 0.03

Sulfur Rendah 0.03 - 0.10

Sulfurik 1.30 - 3.00

Sulfur Tinggi ≥ 3.00

Tabel 2.3. Klasifikasi minyak mentah berdasarkan kadar sulfur.

3. Kadar Nitrogen

Nitrogen menentukan kualitas minyak mentah karena berpengaruh dalam proses yang melibatkan katalis (proses katalitik). Kelancaran proses katalitik minyak bumi dipengaruhi oleh kadar nitrogen yang ada. Selain itu bau, kestabilan

(10)

Laporan Kerja Praktek

warna, dan sifat penuaan produk akan dipengaruhi pula oleh kadar nitrogen. Nilai maksimum kadar nitrogen dalam minyak mentah adalah 0.25% berat.

4. Kadar Garam

Kadar garam dalam minyak mentah menentukan kebutuhan proses penghilangan garam (desalting) sebelum masuk ke dalam proses utama. Desalting diperlukan untuk mencegah korosi dan penyumbatan pada peralatan proses. Jika kandungan garam dalam minyak mentah melebihi 10 lbm per 1000 barrel maka proses desalting menjadi suatu keharusan.

5. Kadar Logam

Minyak mentah mengandung berbagai macam logam seperti besi, kalsium, magnesium, aluminium, nikel, dan vanadium. Logam terdapat dalam bentuk garam yang tersuspensi dalam minyak atau dalam bentuk senyawa organometalik dan metal soap. Kalsium dan magnesium adalah zat aktif permukaan (surface active agent) yang berfungsi sebagai penstabil emulsi. Beberapa logam tidak diinginkan berada dalam minyak mentah, dan salah satunya adalah vanadium. Katalis yang digunakan dapat teracuni oleh logam ini. Kadar vanadium dapat dideteksi dengan metode emission dan atomic absorption.

6. Residu Karbon

Residu karbon menyatakan kandungan aspal dan jumlah fraksi pelumas yang dapat diambil. Semakin kecil kandungan residu karbon, semakin berharga suatu minyak mentah karena memiliki persentase yang besar untuk pembuatan pelumas. Besar residu karbon ditentukan dengan distilasi terus menerus hingga tertinggal residu kokas (karbon) tanpa adanya air. Residu karbon umumnya berkisar antara 0.1% hingga 5% berat.

7. Titik Tuang (Pour Point)

Titik tuang didefinisikan sebagai temperatur terendah dimana suatu zat mengalami perubahan sifat dari bisa dituang menjadi tidak bisa dituang. Titik tuang menunjukkan kadar senyawa aromatik dan parafin dalam minyak mentah.

(11)

Laporan Kerja Praktek

Semakin rendah titik tuang, semakin rendah kadar parafin dan semakin tinggi kadar aromatik dalam minyak mentah.

8. Rentang Distilasi

Rentang distilasi penting untuk diketahui karena dapat menghasilkan petunjuk mengenai kuantitas dan kualitas berbagai fraksi yang ada dalam minyak mentah. Faktanya, pengukuran rentang distilasi merupakan karakterisasi yang terpenting dalam industri kilang minyak bumi. Jenis analisa yang biasa digunakan untuk menentukan titik didih adalah true boiling point (TBP) distillation (ASTM D-2892).

Distilasi TBP menggunakan kolom yang dilengkapi dengan pengatur laju alir cairan refluks dan mekanisme tertentu yang menghasilkan kontak yang sangat baik antara uap dan cairan refluks. Kedua hal tersebut diharapkan menghasilkan derajat fraksionasi

yang maksimal.

9. Viskositas

Viskositas menyatakan kemudahan mengalir suatu fluida. Viskositas minyak mentah pada umumnya dalam selang 40 sampai 60 SSU pada 2.1.3 Klasifikasi Minyak Bumi

Salah satu tolok ukur kualitas minyak bumi adalah komposisi utama minyak mentah. Indikasi komposisi minyak mentah diberikan oleh Bureu of Mines Corellation Index yang ditentukan berdasarkan pengukuran SG dan titik didih.

a. Corellation Index (BMCI)

Indeks kolerasi ini dikeluarkan oleh U.S. Bureu of Mines. Nilai untuk parafin adalah nol dan untuk benzen adalah 100. Harga BMCI menghubungkan titik didih rata- rata dari fraksi distilasi dengan densitasnya.

(12)

Laporan Kerja Praktek

K = Mid-boiling point fraksi dalam Kelvin

d = spesific gravity fraksi pada 60/ F

Minyak mentah dapat diklasifikasikan sebagai parafinik, campuran atau aromatic dengan menggunakan BMCI yang dihitung dari sifat – sifat fisik minyak mentah. Klasifikasi minyak berdasarkan BMCI ditampilkan pada tabel 2.4.

BMCI Jenis Minyak Bumi

10 Ultraparafinik

10-30 Parafinik

30-40 Naftenik

40-60 Aromatik

Tabel 2.4. Klasifikasi minyak bumi berdasarkan harga BMCI

b. K-UOP (K – Universal Oil Product) K-UOP didefinisikan sebagai :

T = titik didih rata-rata, K

Klasifikasi minyak bumi berdasarkan harga K-UOP dapat dilihat pada tabel 2.5.

K-UOP Jenis Minyak Bumi

12,5 - 13,0 Parafinik 11,0 - 12,0 Naftenik 9,8 - 11,8 Aromatik

(13)

Laporan Kerja Praktek 2.1.4 Produk – Produk Minyak Bumi

Produk paling penting dari pengilangan minyak bumi adalah bahan bakar. Namun dengan bertambahnya permintaan bahan petrokimia pada saat ini, maka pengilangan dirancang khusus untuk dapat menghasilkan produk – produk petrokimia. Produk-produk pengilangan minyak bumi dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Produk bahan bakar

− Liqueified Petroleum Gas (LPG)

LPG merupakan produk yang paling ringan yang dihasilkan dari pengilangan minyak bumi. Komponen LPG terdiri dari propana, butana atau campuran keduanya. Kegunaannya adalah untuk bahan bakar industri dan rumah tangga.

− Motor Gasoline

Motor gasoline pada awalnya merupakan produk utama dalam industri minyak bumi untuk bahan bakar mesin Otto.. Gasoline adalah campuran kompleks hidrokarbon dengan selang titik didih 100 – 400 oF pada tekanan uap 10 psia.

− Aviation Gasoline (Avigas)

Aviation Gasoline merupakan bahan bakar pesawat terbang. Dibandingkan dengan motor gasoline, bahan bakar ini memiliki selang titik didih yang lebih sempit dan tekanan uap lebih rendah dan kualitas oktan yang lebih tinggi.

b. Produk non-bahan bakar

− Minyak pelumas

Minyak pelumas memiliki titik didih tinggi. Untuk digunakan pada mesin atau industri, minyak pelumas ditambahkan beberapa aditif yang akan meningkatkan kualitas sesuai kebutuhannya. Minyak pelumas dapat dibagi menjadi tiga kelas, yaitu motor oil, industrial oil dan metal working oil.

(14)

Laporan Kerja Praktek

Lilin dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lilin parafin dan lilin mikrokristalin. Pengguanaan lilin parafin adalah untuk lilin, korek api, mencegah karat, pelapis peralatan listrik dan komunikasi, dan sebagainya.

− Petroleum Greases (Gemuk)

Gemuk merupakan bahan setengah padatan yang biasa digunakan dalam pelumasan. Sifat-sifatnya sangat bervariasi dari yang sangat lunak sampai keras seperti bata. Titik lelehnya antara 160 – 350 oF.

− Aspal

Aspal adalah produk berat dari minyak bumi yang harganya relatif murah. Aspal berwarna coklat hitam, larut dalam benzen, tetapi tidak dalam pelarut paraffin ringan. Penggunaan terbesar aspal adalah sebagai pelapis jalan raya. c. Produk petrokimia

Produk-produk petrokimia yang dapat dihasilkan dari pengilangan minyak bumi antara lain Benzene, Toluene, Xylene (BTX), PTA, nilon, stiren, polipropilen, PVC, etilen glikol, DMT, PET, dll.

2.2 Proses Pengolahan Minyak Bumi

Pada dasarnya proses pengolahan minyak bumi adalah proses pemisahan minyak bumi menjadi produk – produk dengan komposisi yang lebih sederhana dan lebih berharga sangat penting seperti BBM. Proses – proses pengolahan minyak bumi menjadi fraksi – fraksinya dapat dikategorikan sebagai berikut.

- Proses pengolahan pertama (primary process) - Proses pengolahan lanjut (secondary process) - Proses treating

- Proses pencampuran (blending)

2.2.1 Primary Process

Primary process merupakan proses pemisahan minyak mentah berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen – komponen yang terkandung dalam minyak mentah. Sifat – sifat fisik tersebut dapat berupa titik didih, titik beku, kelarutan dalam suatu pelarut, perbedaan ukuran molekul dan sebagainya. Oleh

(15)

Laporan Kerja Praktek

karena itu permisahan minyak bumi dengan pada proses primer memanfaatkan proses – proses pemisahan secara fisika.

1. Distilasi

Distilasi adalah proses pemisahan minyak mentah berdasarkan perbedaan titik didih. Distilasi merupakan proses utama dalam pengolahan minyak bumi menjadi produk – produknya. Distilasi terbagi menjadi dua, yaitu distilasi atmosferik dan distilasi vakum. Distilasi atmosferik dilakukan pada tekanan atmosfer. Produk yang dihasilkan oleh kolom distilasi atmosferik adalah gas, LPG, nafta, kerosin, gas oil dan residu. Fraksi yang belum dapat dikonsumsi sebagai bahan bakar, seperti residu atau fraksi minyak berat, diproses lebih lanjut dengan distilasi vakum. Distilasi vakum dilakukan pada kondisi tekanan vakum. Hal ini disebabkan karena fraksi minyak berat hanya dapat dipisahkan pada temperatur tinggi, namun pada temperatur yang tinggi minyak mentah akan mengalami perengkahan (cracking). Oleh sebab itu, tekanan pada kolom dibuat vakum agar titik didih fraksi minyak berat tersebut dapat dicapai pada temperature di bawah temperatur cracking. Produk yang dihasilkan pada distilasi ini adalah Light Vacuum Gas Oil (LVGO), Medium Vacuum Gas Oil (MVGO), Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO), dan Vacuum Residue.

2. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan minyak mentah dengan memanfaatkan sifat kelarutan suatu zat dengan pelarut tertentu. Merupakan proses tertua dalam pengilangan minyak bumi. Awalnya proses ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerosin. Contoh pemisahan secara ekstraksi adalah pada pengolahan minyak pelumas, aspal (propane deasphalting), dan pengolahan BTX.

3. Absorpsi dan Stripping

Proses absorpsi adalah proses penyerapan gas dalam suatu campuran gas dan cairan dengan menggunakan pelarut. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan fraksi gas yang bercampur dengan produk hidrokarbon hasil distilasi atau hasil perengkahan. Stripping adalah proses pemisahan gas terlarut

(16)

Laporan Kerja Praktek

dalam suatu campuran gas-cair. Stripping menggunakan larutan Benfield, MEA (monoethyl alkohol) atau DEA (diethyl alkohol) bertujuan menghilangkan gas CO2 atau H2S dalam minyak bumi atau produk hasil pengolahan.

4. Kristalisasi

Kristalisasi adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik leleh. Kristalisasi umumnya digunakan pada proses dewaxing, yaitu memisahkan lilin (wax) dari minyak mentah. Lilin terlarut dalam minyak dan mendidih pada selang titik didih minyak pelumas sehingga lilin tidak dapat dipisahkan dengan distilasi. Pada proses dewaxing, minyak didinginkan untuk mengkristalkan lilin, kemudian disaring dan diendapkan untuk mendapatkan kristal lilin.

2.2.2 Secondary Process

Secondary process merupakan proses pengolahan lanjut setelah primary process. Produk dari tahap sebelumnya yang tidak lagi dapat dipisahkan dengan pemisahan fisik diproses di tahap ini. Tahap pengolahan ini melibatkan proses-proses konversi (secara kimiawi). Proses-proses-proses tersebut adalah dekomposisi molekul, kombinasi molekul, dan perubahan struktur molekul.

1. Dekomposisi Molekul

Dekomposisi molekul adalah proses perubahan hidrokarbon dari fraksi berat menjadi fraksi yang lebih ringan. Proses dekomposisi molekul biasa disebut dengan proses perengkahan atau cracking. Proses perengkahan minyak bumi bertujuan untuk bertujuan untuk mengkonversi minyak berat (Vacuum Gas Oil dan Long Residue) menjadi produk minyak ringan bernilai jual tinggi seperti propana dan butana sebagai komponen LPG dan nafta sebagai HOMC. Proses perengkahan minyak mentah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu thermal cracking, catalytic cracking, dan hydrocracking.

Thermal cracking merupakan proses perengkahan minyak berat (biasanya fuel oil atau residu) menjadi produk yang lebih ringan seperti nafta dan kerosin. Proses ini menggunakan temperatur yang tinggi untuk memutus rantai hidrokarbon. Berdasarkan sifat produk yang dihasilkan, proses ini dapat dibagi

(17)

Laporan Kerja Praktek

menjadi tiga, yaitu thermal cracking, visbreaking, dan coking. Ketiga proses ini mempunyai konfigurasi dasar yang sama, terdiri dari tungku pembakaran tempat perengkahan, kolom soaking, dan kolom fraksionasi.

Pada proses catalytic cracking, pemutusan rantai hidrokarbon dibantu dengan menggunakan katalis. Proses ini meningkatkan kualitas perolehan dan sifat-sifat produk yang dihasilkan dari unit fraksionasi. Katalis perengkahan adalah bahan padat dengan sifat asam. Katalis yang digunakan untuk proses ini dapat diregenerasikan kembali untuk proses selanjutnya.

Proses hydrocracking merupakan proses perengkahan dengan bantuan gas hidrogen, beroperasi pada temperatur 300 – 45 oC dan tekanan tinggi sekitar 80 – 140 bar. Proses perengkahan katalitik yang sangat fleksibel tetapi mahal ini diselenggarakan pada dua atau tiga reaktor unggun diam tergantung pada produk yang diinginkan. Proses ini digunakan pada umpan yang mengandung logam, nitrogen dan belerang yang tinggi. Dari bahan dasar yang berkualitas rendah ini dapat dihasilkan produk–produk seperti gasoline, kerosin, pelumas, bahan baku petrokimia, LPG, dll.

Saat ini, industri pengilangan minyak lebih cenderung memilih proses catalytic cracking dibandingan dua jenis perengkahan lainnya. Hal ini didasari alasan ekonomis karena proses perengkahan katalitik dapat menghasilkan perolehan produk yang lebih besar dengan kebutuhan energi yang sama. Selain itu, katalis yang digunakan pada proses ini dapat diregenerasi dengan lebih mudah.

2. Kombinasi Molekul

Proses pengolahan ini adalah kebalikan dari proses dekomposisi, dimana proses ini menggabungkan dua produk fraksi ringan menjadi fraksi yang lebih besar. Proses ini dapat digunakan untuk mengolah gas-gas ringan hasil perengkahan. Dua contoh utama kombinasi molekul adalah polimerisasi dan alkilasi. Kedua proses ini merupakan proses yang saling berkompetisi.

Polimerisasi adalah penggabungan dua molekul atau lebih menjadi molekul yang lebih besar. Pada industri pengilangan, polimerisasi dilakukan untuk penggabungan olefin menjadi gasolin. Gasolin yang dihasilkan mempunyai angka

(18)

Laporan Kerja Praktek

oktan yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai komponen pencampuran gasolin.

Alkilasi adalah reaksi dimana gugus alkil ditambahkan pada senyawa yang lain. Alkilasi menggunakan katalis seperti asam sulfat, HF, dan AlCl3. Alkilasi pada pengilangan minyak adalah alkilasi i-parafin oleh olefin. Hal ini ditujukan untuk menghasilkan produk parafin bercabang dengan angka oktan yang tinggi.

3. Perubahan Struktur Molekul

Proses ini biasa disebut catalytic reforming. Proses perubahan struktur molekul pada pengilangan minyak ditujukan untuk meningkatkan angka oktan dari gasolin. Pada dasarnya catalytic reforming adalah mengubah hidrokarbon lain menjadi hidrokarbon aromatis. Hidrokarbon aromatis ini mempunyai angka oktan yang tinggi. Katalis komersial yang biasa digunakan adalah platina pada alumina, platina pada silikaalumina, chromia pada alumina, cobalt molybdat.

2.2.3 Treating

Proses treating bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa pengotor yang masih ada pada produk pengilangan atau untuk menstabilkan produk. Proses treating yang paling penting adalah proses penghilangan gas H2S dengan menggunakan MEA atau dengan caustic soda (NaOH). Proses treating ini dilakukan pada unit CTU (Caustic Treating Unit), BB treater (Butane-Butylene Treater), Doctor Treater (untuk menghilangkan merkapan-merkapan), dan SARU (Sulphuric Acid Recovery Unit). Proses treating di atas dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.

a. Caustic Treating

Proses ini bertujuan memperbaiki kualitas dari fraksi nafta, heavy reformate, dan top reformate, serta mengurangi sifat asam yang dapat mengakibatkan korosi. Proses ini dinilai lebih efektif, ekonomis, dan relatif tidak merusak lingkungan. Reaksi yang terlibat pada proses treating ini dijelaskan sebagai berikut.

(19)

Laporan Kerja Praktek

R-OH + NaOH R-ONa + b. Doctor Treating

Proses ini bertujuan mengubah senyawa merkaptan yang terdapat di dalam BBM dan LPG menjadi disulfida dengan penambahan larutan Doctor (Na2PbO2). c. Hydrotreating

Hydrotreating merupakan proses katalitik yang bertujuan untuk menstabilkan produk minyak dan/atau menyisihkan komponen pengotor dengan cara mereaksikannya dengan hidrogen.

d. Gas Treating

Proses ini bertujuan membersihkan fuel gas dan aliran daur ulang dengan cara absorpsi. Aliran produk gas yang memiliki kandungan H2S kurang dari 1 g/scf menggunakan MEA (Monoethanolamine) sebagai absorben.

2.2.4 Blending

Proses blending atau pencampuran bertujuan untuk memenuhi spesifikasi produk yang telah ditentukan. Proses pencampuran dilakukan dengan penambahan zat aditif atau dengan pencampuran dua produk yang berbeda spesifikasinya. Contoh proses pencampuran adalah penambahan TEL (Tetra Ethyl Lead) untuk meningkatkan angka oktan bensin atau pencampuran HOMC (High Octane Mogas Component) dengan nafta untuk menghasilkan bahan bakar premium dengan angka oktan yang memenuhi spesifikasi produk.

2.3 Pengertian Manajemen

Kata manajemen berasal dari bahasa Italia yaitu maneggiare yang berarti "mengendalikan," terutamanya "mengendalikan kuda" yang berasal dari bahasa latin manus yang berati "tangan". Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti "kepemilikan kuda". Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.

Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, mendefinisikan manajemen sebagai seni

(20)

Laporan Kerja Praktek

menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

2.3.1 Teori Manajemen

1.Manajemen ilmiah

Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, pertama kali dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah "penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.

Ide tentang penggunaan metode ilmiah muncul ketika Taylor merasa kurang puas dengan ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan itu muncul karena mereka menggunakan berbagai macam teknik yang berbeda untuk pekerjaan yang sama—nyaris tak ada standar kerja di sana. Selain itu, para pekerja cenderung menganggap gampang pekerjaannya. Taylor berpendapat bahwa hasil dari para pekerja itu hanyalah sepertiga dari yang seharusnya. Taylor kemudian, selama 20 tahun, berusaha keras mengoreksi keadaan tersebut dengan menerapkan metode ilmiah untuk menemukan sebuah "teknik paling baik" dalam menyelesaikan tiap-tiap pekerjaan.

Berdasarkan pengalamannya itu, Taylor membuat sebuah pedoman yang jelas tentang cara meningkatkan efesiensi produksi. Pedoman tersebut adalah:

1. Kembangkanlah suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang akan menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan.

(21)

Laporan Kerja Praktek

2. Secara ilmiah, pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau kembangkanlah pekerja tersebut.

3. Bekerja samalah secara sungguh-sungguh dengan para pekerja untuk menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu yang telah dikembangkan tadi.

4. Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata antara manajemen dan para pekerja. Manajemen mengambil alih semua pekerjaan yang lebih sesuai baginya daripada bagi para pekerja.

Pedoman ini mengubah drastis pola pikir manajemen ketika itu. Jika sebelumnya pekerja memilih sendiri pekerjaan mereka dan melatih diri semampu mereka, Taylor mengusulkan manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan dan melatihnya. Manajemen juga disarankan untuk mengambil alih pekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama bagian perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan. Hal ini berbeda dengan pemikiran sebelumnya di mana pekerjalah yang melakukan tugas tersebut.

Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keduanya tertarik dengan ide Taylor setelah mendengarkan ceramahnya pada sebuah pertemuan profesional. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan mikronometer yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput dari pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar seperti mencari, menggenggam, memegang yang mereka sebut Therbligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.

2. Teori administrasi umum

Teori administrasi umum atau dalam bahasa Inggris, general theory of administration, adalah teori umum mengenai apa yang dilakukan oleh para

(22)

Laporan Kerja Praktek

manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Sumbangan penting untuk teori ini datang dari industrialis Perancis Henri Fayol dengan 14 prinsip manajemen-nya dan sosiolog Jerman Max Weber dengan konsep birokrasi—bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikande dengan jelas, peraturan dan ketetapan rinci, dan sejumlah hubungan impersonal.

3. Pendekatan kuantitatif

Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif, seperti statistik, model optimasi, model informasi, atau simulasi komputer untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya, analisis jalur krisis (Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien, model kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum.

Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap masalah militer selama Perang Dunia II. Setelah perang berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis. Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids." Para perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford.

4. Kajian Hawthorne

Kajian Hawthrone adalah serangkaian kajian yang dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Kajian dilakukan di Western Electric Company Works di Cicero, Illenois.

Uji coba dilaksanakan dengan membagi karyawan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen dikenai

(23)

Laporan Kerja Praktek

berbagai macam intensitas penerangan sementara kelompok kontrol bekerja di bawah intensitas penerangan yang tetap. Para peneliti mengharapkan adanya perbedaan jika intensitas cahaya diubah. Namun, mereka mendapatkan hasil yang mengejutkan, baik tingkat cahaya itu dinaikan maupun diturunkan, output pekerja meningkat daripada biasanya. Para peneliti tidak dapat menjelaskan apa yang mereka saksikan, mereka hanya dapat menyimpulkan bahwa intensitas penerangan tidak berhubungan langsung dengan produktivitas kelompok dan sesuatu yang lain pasti telah menyebabkan hasil itu.

Pada tahun 1927, Profesor Elton Mayo dari Harvard beserta rekan-rekannya diundang untuk bergabung dalam kajian ini. Mereka kemudian melanjutkan penelitian tentang produktivitas kerja dengan cara-cara yang lain, misalnya dengan mendesain ulang jabatan, mengubah lamanya jam kerja dan hari kerja dalam seminggu, memperkenalkan periode istirahat, dan menyusun rancangan upah individu dan rancangan upah kelompok. Penelitian ini mengindikasikan bahwa ternyata insentif-insentif di atas lebih sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.

Kalangan akademisi umumnya sepakat bahwa Kajian Hawthrone ini memberi dampak dramatis terhadap arah keyakinan manajemen terhadap peran perilaku manusia dalam organisasi. Elton Mayo menyimpulkan bahwa:

 perilaku dan sentimen memiliki kaitan yang sangat erat

 pengaruh kelompok sangat besar dampaknya pada perilaku individu

 standar kelompok menentukan hasil kerja masing-masing karyawan

 uang tidak begitu menjadi faktor penentu output bila dibandingkan dengan standar kelompok, sentimen kelompok, dan rasa aman.

Kesimpulan-kesimpulan itu berakibat pada penekanan baru terhadap faktor perilaku manusia sebagai penentu berfungsi atau tidaknya organisasi, dan pencapaian sasaran organisasi tersebut.

(24)

Laporan Kerja Praktek

a. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu:

1. Perencanaan (planning)

Perencanan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.

2. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. 3. Menggerakkan (Actuating)

Menggerakkan atau Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai

(25)

Laporan Kerja Praktek

tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).

4. Pengawasan (Controling)

Pengawasan merupakan tindakan seorang manajer untuk menilai dan mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

b. Sarana Manajemen

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets.

1. Man (Sumber Daya Manusia)

Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

2. Money (Uang)

Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.

3. Materials (Bahan)

Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan

(26)

Laporan Kerja Praktek

bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

4. Machines (mesin)

Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

5. Methods (metode)

Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.

6. Market (Pemasaran)

Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.

c. Prinsip Manajemen

Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:

(27)

Laporan Kerja Praktek

2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility) 3. Disiplin (Discipline)

4. Kesatuan perintah (Unity of command) 5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)

6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri 7. Penggajian pegawai

8. Pemusatan (Centralization) 9. Hirarki (tingkatan)

10. Ketertiban (Order) 11. Keadilan dan kejujuran 12. Stabilitas kondisi karyawan 13. Prakarsa (Inisiative)

14. Semangat kesatuan, semangat korps

d. Bidang Manajemen

1. Manajemen Produksi

Produksi adalah penciptaan atau penambahan faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia.

Dalam melakukan kegiatan produksi ada berbagai faktor yang harus dikelola yang sering disebut sebagai faktor – faktor produksi yaitu :

 Material atau bahan  Mesin atau peralatan  Manusia atau karyawan  Modal atau uang

Dengan demikian manajemen operasi berkaitan dengan pengelolaan faktor – faktor produksi sedemikian rupa sehingga keluaran (output) yang dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen baik kualitas, harga maupun waktu penyampaiannya. Sekilas telah disebutkan dari uraian di atas bahwa manajemen produksi operasi bertanggung jawab atas dihasilkannya keluaran (output) baik yang berupa produk maupun jasa

(28)

Laporan Kerja Praktek

yang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan konsumen dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau serta disampaikan tepat pada waktunya. Bertitik tolak dari tanggung jawab ini maka ukuran kinerja suatu sistem operasi dapat diukur dari :

 Ongkos Produksi

Bila dikaitkan dengan tujuan suatu sistem usaha, maka ukuran kinerja sering diukur dengan keuntungan yang dapat dicapai, namun seperti diuraikan diatas bahwa sistem produksi hanyalah salah satu dari sub sistem yang ada dalam suatu sistem usaha, sehingga untuk mengukur seberapa besar kontribusi sistem operasi di dalam pencapaian keuntungan bukanlah hal yang mudah. Oleh sebab itu untuk mengukur kinerja sistem produksi diambil ukuran waktu operasi tertentu (biasanya dalam waktu satu tahun)

Ongkos produksi ini meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk / jasa ketangan konsumen. Dengan ongkos produksi yang murah diharapkan bahwa produk / jasa dapat dipasarkan dengan harga yang dapat dijangkau oleh konsumen

 Kualitas Produk / Jasa.

Kenyataan menunjukan bahwa konsumen tidak hanya memilih produk/jasa yang harganya murah namun juga produk/jasa yang berkualitas, oleh sebab itu baik buruknya suatu sistem produksi juga diukur dari kualitas produk/jasa yang dihasilkan. Ukuran kualitas produk yang dimaksudkan disini tentunya yang disesuaikan dengan selera konsumen bukan ukuran kualitas secara teknologi semata

 Tingkat Pelayanan

Bagi konsumen untuk menilai baik buruknya suatu sistem produksi / operasi lebih dinilai dari pelayanan yang dapat diberikan oleh system produksi kepada konsumen itu sendiri. Berbicara mengenai tingkat pelayanan (service level) merupakan ukuran yang tidak mudah untuk diukur, sebab banyak dipengaruhi oleh faktor – faktor kualitatif, walaupun demikian beberapa ukuran obyektif yang sering digunakan antara lain :

(29)

Laporan Kerja Praktek

 Ketersediaan (availability) dan kemudahan untuk mendapatkan produk / jasa.

 Kecepatan pelayanan baik yang berkaitan dengan waktu pengiriman (delivery time) maupun waktu pemrosesan (processing time)

Agar dapat dicapai kinerja sistem operasi diatas maka seorang manajer produksi / operasi dituntut untuk mempunyai sedikitnya dua kompetensi, yaitu

 Kompetensi Teknikal yaitu kompetensi yang berkaitan dengan pemahaman atas teknologi proses produksi dan pengetahuan atas jenis – jenis pekerjaan yang harus dikelola. Tanpa memiliki kompetensi teknikal ini maka seorang manajer produksi / operasi tidak akan mengerti apa yang sebenarnya harus diperbuat

 Kompetensi Manajerial yaitu kompetensi yang berkaitan dengan pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber – sumber daya (faktor – faktor produksi) serta kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain. Kompetensi ini sangat diperlukan mengingat penguasaan pengelolaan atas faktor -– faktor produksi serta menjalin koordinasi dan kerjasama dengan fungsi – fungsi lain yang ada didalam suatu unit usaha merupakan keharusan yang tak dapat dihindarkan.

2. Manajemen Operasional

Operasional merupakan salah satu fungsi utama yang harus ada dalam suatu organisasi. Mengelola organisasi yang berorientasi bisnis baik di sector barang maupun jasa harus berorientasi pada efektifitas dan efisiensi, oleh karena itu dalam hal fungsi operasional memerlukan pengelolaan yang tepat.

Manajemen operasional dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau aktifitas yang menciptakan nilai produk baik berupa barang maupun jasa melalui proses transformasi input menjadi output. Aktifitas tersebut berlaku untuk berbagai macam produsen barang seperti elektronik, otomotif, demikian pula

(30)

Laporan Kerja Praktek

berlaku juga bagi produsen jasa seperti media masa, hiburan, pendidikan, konsultan.

3. Manajemen Proses

Manajemen proses adalah rangkaian aktivitas perencanaan dan pengawasan kinerja suatu proses, terutama proses bisnis. Manajemen proses mengaplikasikan pengetahuan, ketrampilan, peralatan, teknik, serta sistem untuk mendefinisikan, memvisualisasikan, mengukur, mengontrol, melaporkan, dan memperbaiki proses dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan atau laba.

4. Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. MSDM didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia bukan mesin dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis. Kajian MSDM menggabungkan beberapa bidang ilmu seperti psikologi, sosiologi, dll.

Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktek manajemen yang mempengaruhi secara lansung sumber daya manusianya.

Manajemen Sumber Daya Manusia diperlukan untuk meningkatkan efektivitas sumber daya manusia dalam organisasi. Tujuannya adalah memberikan kepada organisasi satuan kerja yang efektif. Untuk mencapai tujuan ini, studi tentang manajemen personalia akan menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan mendapatkan, mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi, dan memelihara karyawan dalam jumlah (kuantitas) dan tipe (kualitas) yang tepat.

(31)

Laporan Kerja Praktek

5. Manajemen Strategis

Manajemen strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapat sasarannya. Manajemen strategis adalah proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.

Manajemen strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang biasanya disusun oleh dewan direktur dan dilaksanakan oleh CEO serta tim eksekutif organisasi tersebut. Manajemen strategis memberikan arahan menyeluruh untuk perusahaan dan terkait erat dengan bidang perilaku organisasi.

6. Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.

Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan risk manajemen melibatkan segala cara yang

(32)

Laporan Kerja Praktek

tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi).

7. Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan. Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan, dengan demikian tugas manajer keuangan adalah merencanakan untuk memaksimumkan nilai perusahaan.

Kegiatan penting lainnya yang harus dilakukan manajer keuangan menyangkut empat aspek yaitu :

1. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer lainnya yang bertanggung jawab atas perencanaan umum perusahaan.

2. Manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan dengannya.

3. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin. 4. Manajer keuangan harus mampu menghubungkan perusahaan dengan

pasar keuangan, di mana perusahaan dapat memperoleh dana dan surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan.

Aspek penting lain dari tujuan perusahaan dan tujuan manajemen keuangan adalah pertimbangan terhadap tanggung jawab sosial yang dapat dilihat dari empat segi yaitu :

1. Jika manajemen keuangan menuju pada maksimalisasi harga saham, maka diperlukan manajemen yang baik dan efisien sesuai dengan permintaan konsumen.

2. Perusahaan yang berhasil selalu menempatkan efisiensi dan inovasi sebagai prioritas, sehingga menghasilkan produk baru, penemuan teknologi baru dan perluasan lapangan pekerjaan.

3. Faktor-faktor luar seperti pencemaran lingkungan, jaminan keamanan produk dan keselamatan kerja menjadi lebih penting untuk

(33)

Laporan Kerja Praktek

dipertimbangkan. Fluktuasi di semua tingkat kegiatan bisnis dan perubahan-perubahan yang terjadi pada kondisi pasar keuangan merupakan aspek penting dari lingkungan luar.

4. Kerjasama antara industri dan pemerintah sangat diperlukan untuk menciptakan peraturan yang mengatur perilaku perusahaan, dan sebaliknya perusahaan mematuhi peraturan tersebut.

Tujuan perusahaan pada dasarnya adalah memaksimumkan nilai perusahaan dengan pertimbangan teknis sebagai berikut :

1. Memaksimumkan nilai bermakna lebih luas daripada memaksimumkan laba, karena memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan pengaruh waktu terhadap nilai uang.

2. Memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan berbagai resiko terhadap arus pendapatan perusahaan.

3. Mutu dari arus dana yang diharapkan diterima di masa yang akan datang mungkin beragam.

8. Manajemen Pemasaran

Manajemen Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya, untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan.

Secara definisi, Manajemen Pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan (Kotler, 1980).

Sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan berorientasi kepada kebutuhan konsumen. Hal ini secara asasi berbeda dengan falsafah bisnis terdahulu yang berorientasi pada produk, dan penjualan.

(34)

Laporan Kerja Praktek

Tiga unsur konsep pemasaran: 1. Orientasi pada Konsumen

2. Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral 3. Kepuasan Konsumen

a. Manajer

Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi. Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di puncak). Berikut ini adalah tingkatan manajer mulai dari bawah ke atas:

1. Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).

2. Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua

manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.

3. Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).

Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya

(35)

Laporan Kerja Praktek

pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.

Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Peran antarpribadi. Peran antarpribadi merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung. 2. Peran informasional. Peran informasional meliputi peran manajer sebagai

pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.

3. Peran pengambilan keputusan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.

Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.

Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:

1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)

Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.

(36)

Laporan Kerja Praktek

2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)

Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.

3. Keterampilan teknis (technical skill)

Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, akuntansi dan lain-lain.

Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:

1. Keterampilan manajemen waktu

Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam— sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang – buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.

(37)

Laporan Kerja Praktek

2. Keterampilan membuat keputusan

Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.

2.4 Inspeksi pengelasan.

Insfeksi las merupakan bagian yang sangat penting dari keseluruhan program jaminan mutu las. Insfeksi las mencakup pengujian yang dilakukan tanpa merusak, kajian spesifikasi, desain sambungan, prosedur pembersihan, dan prosedur las. Kualifikasi juru las dilakukan demi menjamin hasil lasan.

Kegiatan insfeksi las dibagi menjadi 3 yaitu insfksi sebelum pengelasan, insfeksi pada saat pengelasan, dan insfeksi setelah pengelasan.

2.4.1 Pekerjaan sebelum pengelasan

Persiapan dan perencanaan las tidak boleh diabaikan. Banyak masalah pengelasan dapat dihindari pada tahap ini, dibading ketika pengelasan sudah berlangsung dan selesai. Pekerjaan ini antara lain adalah :

a. Gambar, kode, dan standar

- Kendali mutu yang dinilai

a. Symbol las dan ukuran las ditetapkandengan jelas pada (Apendiks A : terminology dan simbol.

b. Desain dan dimensi sambungan las (Apendiks A : terminologi dan simbol)

(38)

Laporan Kerja Praktek

d. Dimensi diuraikan dan potensi distorsi.

e. Bahan konsumsi las (Apendiks D : Pedoman pilihan logam pengisi yang umum).

f. Cara penanganan bahan konsumsi las yaitu penyimpanan dan penanganan bahan habis.

g. Persyaratan material ( contoh pengujian takik untuk pemakaian pada suhu rendah)

h. Sifat mekani dan syarat pengujian.

i. Keperluan syarat pelindung dan penahan angin. j. Persyaratan dan metode Preheating.

k. Persyaratan dan metode Post Weld Heat Treatment (PWHT). l. Persyaratan batas-batas dan NDE ( non-destructive

Examination)

m. Persyaratan tambahan: kupon las produksi. n. Persyaratan uji tekan, jika ada.

- Potensi tindakan insfektur

a. Mengindentifikasi dan mengklarifikasi detil dan informasi yang hilang.

b. Mengindetifikasi dan mengklarifikasi ukuran, dimensi, pengujian dan persyaratanlas tambahan yang lain hilang. c. Mengindentifikasi dan mengklarifikasi ketidaksesuaian dengan

standar, kode, dan sfesifikasi

d. Menggaris bawahi potensi permasalahan las yang tidak disampaikan dalam desain.

b. Persyaratan hasil las

Mengkaji pekerjaan hasil las dengan orang-orang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan seperti desain engineer, welding engineer, organisasi pengelasan dan organisasi pengelasan.

- Kendali mutu yang harus dinilai

a. Kompetensi organisasi las sesuai dengan standar, kode, dan spesifikasi.

Gambar

Tabel 2.1. Komponen penyusun minyak bumi.
Tabel 2.2 Nilai SG dan API Gravity  2. Kadar Sulfur
Tabel 2.5. Klasifikasi minyak mentah berdasarkan K-UOP.
Gambar 3.1 Diagram alir sedehana proses pengolahan PT.Pertamina RU II
+7

Referensi

Dokumen terkait