• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

L

ENSA

P

RIORITAS

Media Komunikasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik di Jawa Tengah

GONG

PELUNCURAN: Mendikbud Prof. Dr.

Muhammad Nuh, meresmikan program USAID PRIORITAS bersama

dengan Duta Besar AS, Bapak Scot Marciel, Sesmenko Kesra, Bapak Indroyono Soesilo, Dirjen Pendidikan Agama Islam Kemenag Prof. Dr. Nur Syam, dan Direktur USAID Indonesia, Bapak Andrew Sisson di Auditorium Ditjen Dikti Kemdikbud, Jakarta (3/10).

“Satu orang siswa adalah aset besar masa depan, bila mampu menyelamatkannya, itu adalah sebuah pekerjaan besar. Oleh karenanya perlu banyak pihak yang terlibat dalam bidang ini, apalagi kita di Indonesia yang begitu luas.” Begitu petikan sambutan Menteri Pendi di kan dan Kebudayan Prof. Dr. Muhammad Nuh dalam peluncuran Program USAID PRIORITAS (Prioritizing Reform

Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators and Students

atau Mengutamakan pembaharuan, inovasi, dan kesempatan bagi guru, tenaga kepen-didikan, dan siswa). Program ini merupakan

bantuan pendidikan lima tahun dari USAID untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas.

Duta besar Amerika Serikat (AS), Scot Marciel menyebutkan bahwa program USAID PRIORITAS merupakan bagian penting dari kemitraan komprehensif AS - Indonesia, yaitu komitmen yang ditanda tangani oleh Presiden Barack Obama dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010 untuk meningkatkan kerjasama dan mempererat hubungan antara kedua negara.

Scot Marciel menambahkan bahwa program ini bertujuan untuk meningkatkan pendidikan di sekolah dasar (SD/MI dan SMP/MTs). Prioritas utama dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas guru dengan pelatihan guru serta bekerjasama dengan LPTK untuk memperkuat koordinasi serta peran LPTK dalam pendidikan. “Program baru USAID di bidang pendidikan dasar akan membantu sekolah dasar, SMP dan madrasah mendapatkan akses pendidikan kelas dunia untuk generasi muda Indonesia”, tutur Scot Marciel.

Program bantuan senilai US $83,7 juta ini akan memberikan manfaat kepada lebih dari 300.000 siswa, 200.000 guru di 10 provinsi, akan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas mengajar dan belajar di 1.400 sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan madrasah di 110 kabupaten/kota dan bekerjasama dengan 20 LPTK di seluruh Indonesia. Lebih lanjut program ini juga akan mendeseminasikan praktik pendidikan yang baik dari program DBE (Decentralized Basic Education) yang menjangkau sekitar 4.000 sekolah, 30.000 guru, tenaga kependidikan, masyarakat, dan 825.000 siswa.

“Saya mendukung program USAID PRIORITAS di Jawa Tengah dan berkomitmen mengimplementasikan serta mengembangkannya “

Rektor UNNES Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo

BERFOKUS PADA

PRAKTIK YANG BAIK

USAID PRIORITAS

meng-utamakan penyebarluasan praktik pendidikan yang baik dalam bidang pendidikan dasar.

Menurut Nurkolis

Koordinator Propinsi Program USAID PRIORITAS di Jawa Tengah, “pelaksanaan program akan berfokus pada penyebar-luasan praktik pendidikan yang baik terutama dalam

kemampuan membaca dan Matematika di kelas awal SD/ MI, Pendidikan Sains, teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan, pendidikan inklusi dan kesetaraan, transisi dari SD/MI ke SMP/MTs, perlindungan anak, jender dan budaya sehat. “ katanya.

Lebih lanjut Nurkolis menambahkan “diperlukan dukungan kuat dari stakeholder pendidikan supaya

peningkatan kualitas pendidikan dasar yang dilakukan USAID PRIORITAS dapat tercapai secara

maksimal,” tegasnya.

Newsletter LENSA PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS-Jawa Tengah, sebagai sarana komunikasi dan

menyebarluaskan praktik pendidikan yang baik untuk

Edisi 01

Agustus - Oktober 2012

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

(2)

Hampir

semua negara saat ini menaruh perhatian menuntaskan wajib belajar pada jenjang pendidikan dasar, tentu saja tak terkecuali

Indonesia dan khususnya di Jawa Tengah, bahkan di tahun 2013 diharapkan bisa meningkat menjadi wajib belajar 12 tahun. Peningkatan wajib belajar ini akan mengacu pada tiga pilar kebijakan peme-rintah yakni: pemerataan dan perluasan akses, peningkatan mutu,

rele-vansi dan daya saing, serta penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik.

Semangat untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dilakukan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah wajib didukung oleh semua pihak, salah satunya yaitu dari USAID PRIORITAS. Sejak diluncurkan di Jakarta (3/10) oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh dan Duta Besar Amerika untuk Indonesia Scott Marciel, USAID PRIORITAS telah menjalin koordinasi dan langkah-langkah taktis untuk mendukung pengembangan kualitas pendi-dikan dasar. Koordinasi dilakukan baik secara formal maupun informal dengan semua pihak stakeholder pendidikan, baik itu di tingkat provinsi, kabupaten, ataupun sekolah.

Mengenang pelaksanaan dan dukungan USAID untuk pendidikan dasar salah satunya melalui program DBE 5 tahun silam, beberapa program yang diusung diantaranya, yaitu peningkatan life skills siswa, peningkatan kemampuan berfikir tingkat tinggi, outhentic assessment, cooperatif

learning dan contextual learning.

Program manajemen dan tata kelola berfokus pada peningkatan kerja sama dan koordinasi LPTK dan LPMP, perhitungan biaya satuan pendidikan, penguatan mana-jemen SDM khususnya penempatan dan pengembangan profesionalisme guru, penguatan kapasitas kepala sekolah dan pengawas sekolah, penguatan rencana anggaran program sekolah, pengembangan dan pembaharuan renstra

dan renja sesuai kebutuhan daerah.

Nurkolis menyampaikan “untuk kedepannya program yang akan diusung difokuskan pada tiga komponen utama yaitu pada peningkatan kualitas dan relevansi pembelajaran, peningkatan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten, dan peningkatan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah disemua jenjang,” tutur pria yang di daulat menjadi koordinator provinsi program USAID PRIORITAS di Jawa Tengah ini.

Lebih lanjut, pria berkacamata ini menyampaikan akan ada materi-materi baru yang di usung diantaranya berfokus pada kelas awal terutama dalam kemampuan membaca dan matematika, pendidikan sains (IPA), teknologi informasi untuk pendidikan, pengelolaan pendidikan inklusi dan kesetaraan, transisi dari SD/MI ke SMP/MTs, anak-anak berkebutuhan khusus, perlindungan anak, gender dan budaya sehat di sekolah.

USAID PRIORITAS juga akan melakukan pelatihan dan kerja sama dengan para dosen LPTK dan fasilitator daerah dari guru, kepala sekolah dan pengawas. Kerja sama dengan kabupaten akan melibatkan 16 SD/MI dan 8 SMP/MTs terpilih. Pemilihan sekolah mitra dilakukan berdasarkan instrumen yang dikembangkan USAID dan dinilai secara kolaboratif dengan Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama Kabupaten.

Target peningkatan kualitas akan berfokus pada kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah. Hal ini terkait dengan pelatihan para dosen LPTK yang kedepannya akan menjadi motor penggerak diseminasi. Selanjutnya akan dibuat juga semacam konsorsium dengan kampus lain disekitar Universitas mitra USAID PRIORITAS. Para dosen di kampus yang menjadi anggota konsorsium diharapkan akan mengimbaskan program kepada mahasiswa yang melakukan praktik mengajar (PPL) termasuk ke sekolah-sekolah mitra yang ditunjuk Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama ditingkat Kabupaten. Semua kegiatan di atas diharapkan akan memicu kreativitas dan inovasi di sekolah, yang pada akhirnya diharapkan akan mengubah wajah baru pendidikan dasar menjadi lebih baik.*

Bercengkrama. Ibu Mimi Santika USAID Indonesia, Stuart Weston Direktur Program USAID PRIORITAS, dan Bambang Aryawan Kadinas Pendidikan Kabupaten Purworejo, sedang mengenang kerjasama praktik pendidikan yang baik dalam Program DBE-USAID.

Apresiasi. Mendikbud Muhammad Nuh memberikan ucapan selamat dan pengarahan pada Bupati Purworejo Mahsun Zain, dan Kadinas Pendidikan Kabupaten Purworejo pada Pameran Praktik yang Baik saat peluncuran Program USAID PRIORITAS di Jakarta (3/10).

Nurkolis,

Koordinator Program USAID PRIORITAS- Jawa Tengah

(3)

13 KABUPATEN DI JAWA TENGAH MENJADI

MITRA USAID PRIORITAS

SETELAH melalui proses penjaringan dan pemilihan

secara demokratis dan partisipatif yang panjang di tingkat provinsi, terpilih lima kabupaten di Propinsi Jawa Tengah sebagai mitra USAID PRIORITAS. Lima kabupaten yang dalam istilah USAID PRIORITAS disebut daerah cohort 1 tersebut adalah Semarang, Batang, Banjarnegara, Purbalingga, dan Sragen.

Di lain pihak kabupaten yang masuk dalam program diseminasi program DBE berjumlah 8 kabupaten yaitu Demak, Jepara, Kudus, Grobogan, Blora, Karang Anyar, Boyolali, dan Purworejo.

13 Kabupaten yang menjadi mitra USAID PRIORITAS selama 5 tahun ke depan akan mengalami perlakuan yang berbeda. Kabupaten cohort 1 akan lebih banyak mendapatkan fokus pendampingan, penguatan di berbagai bidang pendidikan khususnya tiga komponen utama yang menjadi fokus yaitu, peningkatan kualitas pembelajaran, manajemen dan tata kelola serta koordinasi antar kelembagaan. Sedangkan untuk 8 kabupaten lama lebih difokuskan pada desiminasi program yang dulunya pernah di laksanakan bersama DBE-USAID.

Di lima kabupaten cohort 1 akan dipilih 16 SD/MI dan 8 SMP/MTs dengan pembagian 75% dari sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan dan 25% dari lingkungan Kementrian Agama yang berasal dari dua kecamatan yang berbeda pada setiap kabupaten dan memiliki komitmen kuat untuk

2

3

4

5

Dinas Pendidikan Purbalingga Siapkan

Dana di APBD 2013 untuk Pelatihan

USAID PRIORITAS

PRIORITAS di Kabupaten Purbalingga, dan sebagai bagian “Kami sangat gembira sekali adanya program USAID

komitmen kerjasama, kami telah mencantumkan anggaran pelatihan untuk diseminasi awal ke dalam APBD 2013.”

ISKHAK, M.Pd

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga

1

memajukan pendidikan di jajarannya. “komitmen kuat untuk maju adalah syarat mutlak bagi sekolah untuk menjadi mitra USAID PRIORITAS”, begitu kata Hari Riyadi Acting Provincial

Coordinator yang menyampaikan perihal seleksi sekolah

mitra ke stakeholder kabupaten. Pemilihan sekolah mitra dilakukan secara demokratis dan terbuka bersama-sama dengan Dinas Pendidikan dan Kementrian Agama untuk memilih sekolah yang menjadi mitra USAID PRIORITAS.

Setelah proses pemilihan sekolah mitra, akan dilakukan beberapa tes awal melalui program monitoring dan evaluasi serta pendataan awal. Data ini akan menjadi pijakan pertama bagi USAID PRIORITAS untuk mengukur peningkatan kualitas pasca dilakukannya program. Selanjutnya setelah pendataan awal akan ada pemilihan fasilitator yang berjumlah 20 orang ditingkat SD/MI dan 20 orang di tingkat SMP/MTs. Selesai semua proses

tersebut maka diawal 2013 program akan dilaksanakan.

Untuk sosialisasi dan pembicara-an intensif masing-masing kabu-paten diwakili:

1) Wakil Bupati Batang, Bapak Soetadi.

2) Bupati Purbalingga, H. Heru Sujatmoko.

3) Bupati Banjarnegara, Bapak H. Sutedjo S. Utomo. 4) Bupati Sragen, Bapak Agus Fatchurrahman. 5) Bupati Semarang, Bapak H. Mundjirin.

1 5 4 13 2 6 7 8 12 10 11 9 3

Peta Mitra USAID PRIORITAS

Provinsi Jawa Tengah

LPTK Mitra:

1. Universitas Negeri Semarang (UNNES) 2. IAIN Walisongo Semarang.

3. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Daerah Mitra Lama

6. Demak 7. Jepara 8. Kudus 9. Grobogan 10. Blora 11. Karang Anyar 12. Boyolali 13. Purworejo Keterangan: Daerah Mitra Baru

1. Batang 2. Kab Semarang 3. Sragen 4. Banjarnegara 5. Purbalingga

L

ENSA

U

TAMA

(4)

Tim USAID PRIORITAS diwakili oleh Ajar Budi Kuncoro berdialog dan

berdiskusi dengan Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES) Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo. Rektor menyambut baik USAID PRIORITAS dan siap bekerjasama secara maksimal

Rektor IAIN Walisongo Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag, bertemu dengan TIM USAID

PRIORITAS dan menyatakan komitmennya untuk menjadi mitra USAID PRIORITAS. Dukungan dari berbagai pihak untuk kelancaran

program USAID PRIORITAS menjadi poin utama dalam penyebarluasan praktik pendidikan yang baik. Salah satu caranya yaitu bekerja sama dengan Teacher Training Institution (TTI) atau LPTK. Tujuan dari kerjasama ini yaitu untuk meningkatkan kapasitas dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi guru pra dan dalam jabatan, serta membantu kabupaten mitra untuk meningkatkan kualitas tata kelola dan manajemen pendidikan.

“Sinergisitas antara USAID PRIORITAS dan perguruan tinggi (LPTK) perlu dibangun untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan guru, kerjasama ini merupakan kunci untuk pengembangan kualitas pendidikan yang dibangun oleh USAID PRIORITAS 5 tahun ke depan,” tutur Ajar Budi Kuncoro, Teacher Training Institute Specialist USAID PRIORITAS.

Kegiatan utama antara USAID PRIORITAS dengan LPTK diantaranya:

1. Melakukan pelatihan staf pendidikan di LPTK dalam memanfaatkan bahan-bahan pelatihan yang dikembang-kan oleh program USAID PRIORITAS untuk mendu-kung program pendidikan yang ber-kualitas baik pra maupun dalam jabatan.

2. Mendukung pengembangan kurikulum pendidikan/ pelatihan guru pra dan dalam jabatan serta keter-sediaan bahan, sumber, dan fasilitas pendidikan/ pelatihan guru.

LPTK “KUNCI PENGEMBANGAN DAN PELATIHAN GURU”

3. Membangun kemitraan antara LPTK dan sekolah untuk menyediakan pengalaman praktik yang baik bagi mahasiswa calon guru.

4. Mendukung LPTK untuk mengembangkan peran-nya dalam menyediakan pelatihan guru dalam jabatan bagi kabupaten.

Setelah melalui proses seleksi secara demokratif dan kolaboratif serta memperhatikan ketersebaran secara geografis, akhirnya terpilih 3 Universitas mitra, yaitu Universitas Negeri Semarang (UNNES), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo.

Tiga Universitas tersebut di atas akan melakukan ko o rd i n a s i , y a n g p a d a a k h i r ny a a k a n m e m b u a t konsorsium/training center dengan Universitas lain disekitar kampus tersebut. Dari konsorsium ini diharapkan diseminasi program akan dilakukan, baik itu melalui dosen pada waktu pembelajaran, PPL atau bentuk-bentuk kegiatan lain yang dilakukan oleh Universitas bersama-sama dengan USAID PRIORITAS. Para dosen di Universitas tersebut juga akan dilatih serangkaian materi yang diusung oleh USAID PRIORITAS diantaranya berfokus pada kelas awal, pendidikan sains (IPA), teknologi informasi untuk pendidikan, pendidikan inklusi, perlindungan anak, gender dan budaya sehat di sekolah.*

Flash News

Nurkolis dan Ajar Budi Kuncoro (USAID PRIORITAS) berkoordinasi dengan Rektor Universitas Kristen Satya Wacana beserta staf (foto kiri) dan Rektor Universitas Muhamma‐

diyah Surakarta beserta staf (foto kanan).

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A,

(5)

Suasana santai mewarnai pertemuan hangat antara tim USAID PRIORITAS dengan perwakilan dari Dinas Pendidikan, Dewan Pendidikan, Badan Perencanaan Daerah, dan Kemetrian Agama Provinsi Jawa Tengah dalam kegiatan studi assasement dan kebutuhan tingkat propinsi (6/9). Pertemuan ini merupakan langkah penting untuk kerjasama 5 tahun ke depan.

Handoko Widagdo, Whole School Development Specialist yang hadir pada acara menilai esensi dari pertemuan ini telah didapatkan. “kebutuhan, harapan, dan gambaran secara umum dari stakeholder provinsi tentang pendidikan di Jawa Tengah telah diketahui, selanjutnya tinggal di kabupaten saja.” tuturnya.

Dukungan dan kerjasama secara terbuka dari Propinsi Jawa Tengah pada program disampaikan oleh Indiarto Edi C., Kasubag Program Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, “Hasil studi kebutuhan dan peran ini merupakan bagian penting dari kerjasama, pihak Provinsi akan mendukung sesuai kemampuan yang ada di provinsi”, paparnya.

Lebih lanjut Prof. Dr. H. AT Soegito, S.H., M.M. ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Tengah menambahkan “Banyak

pekerjaan yang harus diselesaikan oleh Dinas

Pendidikan di Propinsi, sehingga butuh partner untuk

mensinergikan kebutuhan propinsi dan keinginan dari

pengguna pendidikan di daerah. Partner ini salah

satunya bisa di isi oleh USAID PRIORITAS.” paparnya.

SINERGIKAN KEBUTUHAN PROVINSI

MELALUI FGD

“Terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh Dinas Pendidikan di Provinsi, sehingga butuh partner untuk mensinergikan kebutuhan provinsi dan keinginan dari pengguna pendidikan di daerah.”

FGD KABUPATEN:

AJANG PENGENALAN PROGRAM

Keterbukaan Menjadi Prinsip Utama dalam FGD dan Interview Studi

Kebutuhan dan Peran di 5 Kabupaten Mitra USAID PRIORITAS (13-21/9).

Semarang. Tim USAID PRIORITAS melakukan Focus Group

Discussion (FGD) dan Interview dengan Stakeholder di Provinsi Jawa

Tengah dari Unsur Dinas Pendidikan (gambar atas), Bappeda (gambar bawah kiri) dan Dewan Pendidikan (gambar bawah kanan).

Daerah baru, suasana baru, dan teman baru. Rangkaian kata tersebut cocok bila di pakai untuk menggambarkan suasana kegiatan FGD dan interview di 5 kabupaten Mitra USAID PRIORITAS. Bagaimana tidak, 5 kabupaten ini merupakan daerah baru yang disentuh program, sehingga para

stakeholder pendidikan juga baru mengenal program. Karena

setiap kabupaten idealnya diwakili unsur-unsur dari Dinas Pendidikan, Kemenag, Bappeda, Dewan Pendidikan, UPTD/Cabang Dinas, Pengawas, Kepala Sekolah, dan Guru, maka dikesempatan ini tim USAID PRIORITAS berinisiatif untuk menyosialisasikan program lebih dini, harapannya akan ada keterbukaan dan silaturrahim yang baik untuk mengawali kerjasama.

“Tak kenal maka tak sayang, kiranya pepatah ini sesuai dengan pola kerja pada kegiatan ini”, tukas Hari Riyadi,

Management and Governance USAID PRIORITAS. lebih

lanjut Hari menjelaskan “... oleh karenanya kita mengawali kerjasama dengan pengenalan yang baik tentang program, tujuan serta target-target yang akan dicapai bersama 5 tahun kedepan, dengan cara ini informasi yang diharapkan semakin bisa otentik, karena responden tahu alasan kenapa mereka harus menjawab sesuai dengan data dan kondisi riil di lapangan.” ungkapnya. *

“Mudah-mudahan USAID PRIORITAS

menambah daya dorong dan daya dobrak untuk memajukan Madrasah, baik sumber daya manusia maupun tata kelolanya sehingga Madrasah lebih eksis di masyarakat”

Drs. H. Farhani, SH, MM (Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Banjarnegara)

“Tujuan kerjasama ini diharapkan akan mampu mengangkat kualitas pendidikan dasar baik dari sisi siswa maupun SDM yang menjalankannya”

Drs. Muhdi (Kepala Dinas Pendidikan,

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjarnegara)

(6)

“Mengalir apa adanya”, inilah moto Bambang Aryawan. Sosok yang didaulat menjadi ujung tombak pengembangan pendidikan dan kebudayaan di kabupaten Purworejo sejak 2008 silam. Lelaki berperawakan tegas ini menyatakan dirinya siap secara total untuk mengubah wajah pendidikan di Kabupaten Purworejo. Karena tekad kuatnya itu, Bambang menyambut gembira hadirnya program Desentralized Basic

Education (DBE)-USAID tahun 2006 silam. “Banyak

pencapaian bersama DBE”, kenangnya. “Mulai dari sisi manajemen di Dinas Pendidikan,

pembuatan Renstra, Renja, BOSP, pemerataan guru, inovasi pembela-jaran, dan peningkatan kualitas pembelajaran dengan model PAKEM.” lanjutnya.

Peran DBE-USAID di Kabupaten Purworejo bila dilihat dari tiga program kerja pemerintah, maka akan menghasilkan beberapa hal diantaranya:

Pemerataan dan Perluasan Akses

- daya tampung sekolah melebihi

kebutuhan rasio jumlah siswa dan ruang belajar sudah sesuai standar kelayakan

- pemerataan guru yang proporsional sehingga tidak memerlukan pengangkatan selama 4 tahun ke depan melalui program regrouping dan multy grade teacher untuk derah terpencil.

Peningkatan Mutu dan Relevansi

- peningkatan kapasitas pengawas, kepala sekolah, dan guru dengan pelatihan PAKEM dan kapasitas lain,

- pelatihan kepala sekolah, komite, dan guru secara bersamaan sehingga program bisa langsung berjalan sebagai hasil tindak lanjut,

- pendampingan tindak lanjut PAKEM oleh pangawas yang menjadi fasilitator,

- melakukan replikasi DBE dari 2 kecamatan dan 1 gugus menjadi seluruh sekolah di Purworejo. Hasil replikasi dirasakan dengan peningkatan kualitas pembelajaran.

Pencitraan Publik

- adanya program khusus “anak beriman dan berkepri-badian”. Program bagi siswa muslim lulus dari pendidi-kan dasar mampu membaca tulis Al-qur'an dan sholat dengan benar,

- munculnya guru dan siswa berprestasi di tingkat nasional ataupun provinsi

Bambang menegaskan bahwa DBE USAID “memper-satukan guru, kepsek, dan pengawas menjadi berdaya dan pada akhirnya kapasitas sekolah menjadi maksimal.”

Pengembangan Laboratorium Pendidikan

Dampak program DBE di Purworejo menyentuh seluruh

aspek pendidikan, menggairahkannya sehingga memunculkan inovasi dan kreativitas yang tidak terduga. Salah satunya di SMP N 19 Purworejo, Yuli Eko Sarwono, guru matematika dengan kreativitasnya menciptakan laboratorium matematika dengan memanfaatkan barang bekas. Bahkan dengan ketelatenannya dia mampu memenuhi ruang yang

2

berukuran 8x7m sehingga penuh dengan hasil kreativitas bersama siswanya.

Selain Eko dengan laboratorium matematikanya, masih banyak guru yang berinovasi di bawah arahan Daryanto, kepala sekolah SMP Negeri 19 Purworejo. Daryanto menyebutkan “masih ada beberapa keunikan yang ada di SMP kami, diantaranya yaitu Laboratorium Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan L a b o r a t o r i u m P a n c a s i l a ” . T i g a Laboratorium tersebut merupakan hasil kerja keras dari guru yang berkolaborasi dengan siswa, dan sering menjadi rujukan di Provinsi Jawa Tengah sebagai per-contohan. Namun demikian terang Daryanto, ”Fokus pada penggunaan barang-barang bekas dan pengembangan karakter kebangsaan merupakan ruh pengembangan inovasi pembelajaran di SMP Negeri 19.” tegasnya.

Pengembangan pendidikan dan dampaknya yang begitu memuaskan setelah adanya program DBE membuat Bambang semakin mantab untuk mendukung diseminasi program-program dari USAID yaitu USAID PRIORITAS 5 tahun ke depan. “harapan saya, USAID PRIORITAS akan menjadi mitra yang mengalirkan inovasi pembelajaran secara deras untuk kemajuan pendidikan di Kabupaten Purworejo,” mengakhiri pembicaraannya.*

DISEMINASI DBE MENGALIR DERAS

DI PURWOREJO

“Program DBE-USAID mempersatukan guru, kepala sekolah, dan pengawas menjadi

berdaya dan pada akhirnya kapasitas sekolah menjadi

maksimal.” Bambang Aryawan Kadinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo Laboratorium Pancasila di SMPN 19 Purworejo Laboratorium. Matematika di SMPN 19 Purworejo Laboratorium IPS SMPN 19 Purworejo

(7)

Proses pembelajaran dengan media

Jelangkung dilakukan menggunakan kayu atau bambu yang disilangkan dan diberikan batok kelapa sebagai kepala dari Jelangkung sehingga mirip seperti Jelangkung pada zaman dahulu. Kayu yang disilangkan digunakan sebagai bidang koordinat, pada sumbu Y dibuat kepala dan pada sumbu X dikenakan baju sehingga menyerupai Jelangkung.

Pe m b e l a j a r a n d i aw a l i d e n g a n menyiapkan alat bantu mengajar berbentuk Jaelangkung sebagai bidang koordinat, selanjutnya guru bersama peserta didik mencari tempat di halaman sekolah yang teduh. Setelah sesuai tempatnya guru memberikan cerita tentang historis Jelangkung sehingga siswa paham kegunaan Jaelangkung pada masa lalu, kemudian guru merangsang dan menjelaskan

Kemiringan Garis (Gradient)

di Balik Fenomena Mistik Jelangkung

relevansi media inovasi dengan m a t e m a t i k a s e r t a m e n j e l a s k a n kompetensi dasar yang akan diajarkan yaitu menghitung kemiringan garis.

Setelah siswa memahami tujuan pembelajaran, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, membim-bing siswa yang berkelompok untuk mendiskusikan tentang materi gradient dan menuliskannya di lembar kerja siswa dengan menggunakan lidi kecil berbentuk jaelangkung. Setiap kelom-pok membuat soal tentang gradient, kemudian diberikan kepada kelompok lain untuk menyelesaikannya. Setelah selesai dikerjakan, setiap kelompok mempresentasikan hasil dari peker-jaannya. Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil pekerjaan siswa dan memberi penekanan hasil. Setelah selesai melaksanakan simpulan dan

penekanan hasil, guru memberikan reward kepada kelompok yang berhasil mengerjakan soal disesuaikan dengan tingkat kebenaran pengerjaan soal.

Dampak praktik pembelajaran dengan media Jaelangkung setelah melakukan evaluasi secara sederhana dapat diketahui bahwa siswa meningkat pemahamannya tentang gradient dan mampu mengasumsikannya dengan media-media yang lain. Lebih lanjut terdapat peningkatan nilai ketuntasan belajar siswa dalam Kompetensi Dasar menghitung gradient dengan rata-rata sebesar 80%, dan terakhir semakin pahamnya siswa terhadap nilai dan karakter budaya daerah yang pada akhirnya siswa akan secara berimbang dan mampu memberikan penyikapan dengan benar tentang permainan budaya tersebut

Misteri “Jelangkung” Dimanfaatkan Yuli Eko Sarwono, Guru SMP Negeri 19 Purworejo Jawa Tengah sebagai Media Pembelajaran Matematika untuk Mempelajari Kemiringan Garis.

L

ENSA

P

RAKTIK YANG

B

AIK

Lokasi : SMPN 19 Purworejo Jl. Magelang Km 12 Purworejo

Tingkat : SMP/MTs

Lingkup : kelas

Masalah : Selama ini siswa sering mengalami kesulitan dalam

menjelaskan, mengaplikasikan, dan menghitung kemiringan garis, Media pembelajaran di sekolah yang masih monoton sehingga perlu adanya media pembelajaran inovatif yang berbeda serta merangsang keingintahuan Siswa

Banyak berkembangnya film Jaelangkung dan cerita mistis dikalangan siswa sehingga perlu adanya media pembelajaran inovatif yang mampu memberikan pengetahuan tentang warisan kebudayaan daerah kepada siswa sehingga pada akhirnya mampu memberikan penyikapan yang benar.

Tujuan : Siswa mampu mendefinisikan nilai gradient

Siswa mampu memahami gradient atau kemiringan garis serta mampu menghitung nilai gradient/kemiringan suatu benda Siswa mengetahui dan mampu menyikapi dengan benar fenomena budaya daerah khususnya permainan Jaelangkung sebagai bagian dari program pengenalan warisan budaya bangsa.

Strategi :  Guru menyiapkan alat bantu mengajar berbentuk Jaelangkung sebagai bidang koordinat.

 Guru bersama peserta didik berada di luar kelas, atau di halaman sekolah yang teduh.

 Guru menjelaskan kompetensi dasar yaitu menghitung gradient.

 Siswa berkelompok mendiskusikan tentang materi gradient dan menuliskan di lembar kerja siswa dengan menggunakan lidi kecil berbentuk Jaelangkung.

Strategi Lanjutan

:  Setiap kelompok membuat soal, kemudian diberikan kepada kelompok lain untuk menyelesaikannya.  Setelah selesai dikerjakan, setiap kelompok

mempresentasikan hasil dari pekerjaannya.

 Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil pekerjaan siswa dan memberi penekanan hasil.

 Guru memberikan reward kepada kelompok yang berhasil mengerjakan soal disesuaikan dengan tingkat kebenaran pengerjaan soal.

Hasil :  Meningkatnya pemahaman siswa dengan gradient dan mengasumsikannya dengan media-media yang lain.  Meningkatnya nilai ketuntasan belajar siswa Kompetensi

Dasar menjadi 80%

 Semakin pahamnya nilai dan karakter budaya daerah yang pada akhirnya mampu memberikan penyikapan tentang budaya tersebut dengan benar

(8)

staf jawa tengah

Karanganyar, 80 orang guru berlatih untuk

menguasai pertanyaan tingkat tinggi.

Program DBE 3 di Jawa Tengah telah berakhir, namun dampaknya kian menjadi. Hal inilah yang terjadi di Karanganyar, salah satu mitra DBE 3 lima tahun silam. Sesuai dengan komitmen dari pemerintah daerah dan Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar untuk tetap mendiseminasikan program DBE yaitu Better Teaching and

Learning (BTL) dilaksanakanlah pelatihan BTL3 (13-15/10)

ber tempat di aula Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar.

Pelatihan dilaksanakan selama 3 hari, hari pertama dan kedua, peserta dipandu oleh fasilitator untuk memetakan kurikulum, menyusun pertanyaan tingkat tinggi, membuat Lembar Kerja Siswa, penilaian kelas, dan jurnal refleksi. Di hari ketiga, peserta melaksanakan real teaching di SMP N 4 dan 5 Karanganyar dengan teknis pelaksanaan sebagian guru yang menjadi peserta menjadi pengajar dan sebagian lainnya mengobservasi.

Sebagai mitra DBE, Dinas Pendidikan Karanganyar memahami pen ng materi‐materi pela han yang dikenalkan oleh DBE untuk tetap disebarluaskan dan dikembangkan di lingkungan guru. Hingga 2012, semua guru SMP di Karanganyar semua sudah dila h BTL2.

Setelah dila h dengan BTL2 dan merasa mampu, guru meminta agar dilaksanakan lanjutan dari BTL2 yaitu BTL3, karena “…fakta di lapangan, guru sangat termo vasi setelah mengiku pela han BTL”, demikian penegasan Kepala Seksi Kurikulum Dikmen Dinas Pendidikan Karang‐ anyar, Sutrisno, M.Hum.

Hal ini dibenarkan oleh Suprap , Am.Pd, guru IPS dari SMP N 1 Satu Atap Balong Jenang Karanganyar. Pengakuan Suprap yang kini telah berumur 58 tahun menyatakan bahwa pela han BTL3 yang diiku nya sangat mudah untuk dipahami, meski terkesan terlalu cepat. “Saya yakin, model pembelajaran yang dikenalkan di BTL3 akan merepotkan

“KECANDUAN” BTL3 DI KARANGANYAR

Diseminasi BTL. Replikasi DBE Berlangsung Antusias di Karanganyar

(13-15/12), Guru Termotivasi untuk Mengaplikasikannya Di Kelas.

foto:SHS/USAID PRIORITAS

guru di depan, tetapi akan sangat membantu di dalam proses pembelajaran berikutnya, bahkan tahun‐tahun berikutnya”, papar Suprap . Sementara Sumiya , S.Pd, guru IPS SMP N 3 Ja puro mengaku baru sekali ini ikut pela han seper BTL3, “saya sangat termo vasi”, tegas Sumiya .

Sutrisno menambahkan, khusus untuk mendiseminasi‐ kan BTL3 sehingga mampu membuming di Karanganyar, Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar telah menyiap‐ kan dana replikasi pelatihan dua angkatan sejumlah total Rp.50 juta. “Dana ini nantinya akan digunakan secara penuh untuk mendukung pelaksanaan diseminasi dari program DBE-USAID”, terang Kepala Seksi Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar ini.*

L

ENSA

P

ENDIDIKAN

Edisi 01, Agustus - Oktober 2012

Penanggung Jawab:

Nurkolis

Editor:

Anang Ainur Roziqin

Tim Redaksi:

Ajar Budi Kuncoro, Hari Riyadi, Dyah Karyati, R. Ahmad Sarjita, Saiful H. Shodiq, Wahyu Daryono

Alamat:

Perum. Candi Asri, Jl. Candi Makmur No.2A Karanganyar Gunung, Candisari, Semarang.

Email: aroziqin@prioritas.or.id

Direktur dan Staf USAID PRIORITAS-Jawa Tengah

USAID PRIORITAS:

Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian setelah mekanik sistem pengukur kedalaman selesai dibuat, maka dilakukan proses kalibrasi sensor rotary encoder, untuk mengetahui respon rotary encoder terhadap

Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan (SIMWAS) adalah terciptanya suatu Sistem Informasi Pengawasan yang terintegrasi antara sistem perencanaan,

Bank Kustodian akan menerbitkan dan mengirimkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki

Secara lebih khusus, mengenai pembatasan ekspor energy dan raw materials oleh Indonesia dianggap berdampak negative terhadap pasar raw material dan energy domestik

Peserta mampu membuat Rencana Usaha yang realistis dengan mengukur Kemampuan Diri dan Kemampuan Usaha.. Peserta memahami Visi, Misi, & Goal

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsep diri dan pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual pada remaja yang pada dasarnya

Penelitian ini masuk kedalam studi kepustakaan (Library Research). Hasil dari penelitian ini adalah, 1) Wakaf konten youtube ini sebagai salah satu instrumen

banyak permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan karakter di Indonesia. Permasalahan tersebut tidak akan terjadi jika setiap guru mampu menghayati kompetensi