• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jaringan Lunak Rongga Mulut Dan Basis Gigi Tiruan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jaringan Lunak Rongga Mulut Dan Basis Gigi Tiruan"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Jaringan Lunak Rongga Mulut

dan Basis Gigi Tiruan

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rongga mulut (cavum oris) dilapisi oleh jaringan lunak berupa mukosa. Jaringan lunak tersebut berfungsi

sebagai pelindung dan menjaga mulut dari bakteri

yang berpenetrasi yang dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit. Selain mukosa, dalam rongga mulut juga terdapat organ pelengkap seperti lidah, palatum yang berfungsi dalam proses mastikasi dan berbicara. Tidak hanya itu dalam rongga mulut juga terdapat duktus-duktus kelenjar saliva yang bermuara untuk mengeluarkan air liur yang berfungsi dalam proses pencernaan.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, Penulis mencoba merumuskan beberapa masalah yang berhubungan dengan jaringan material rehabilitative antara lain definisi basis gigi tiruan, jenisnya, alat dan bahan untuk membuat basis gigi tiruan yang terdiri atas

model malam dan resin akrilik, proses pembuatannya, definisi resin akrilik sebagai bahan basis gigi tiruan, perbedaan restorasi dan rehabilitative, komposisi,

sifat, kegunaan dan cara manipulasi material basis gigi tiruan yang terdiri atas resin akrilik dan model malam serta hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan basis gigi tiruan untuk

(2)

mendapatkan hasil yang memuaskan.

Selanjutnya Penulis ingin membahas juga tentang definisi jaringan lunak mulut, jenisnya, bagian-bagiannya secara anatomis, gambaran histologist, sistem vaskularisasi dan inevasi jaringan lunak mulut serta otot-otot yang bekerja pada region kepala dan leher (head and neck).

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Basis Gigi Tiruan 2.1.1 Definisi

Base Plate adalah sesuatu sebelum terbentuk secara temporer terbuat dari lak, lilin, atau resin akrilik, yang menggambarkan dasar gigi tiruan dan digunakan

untuk membuat catatan hubungan

maksilomandibular, untuk mengatur gigi artifisial, atau untuk penempatan percobaan dalam mulut. Disebut juga record base, temporary base, dan trial base.

2.1.2 Jenis Basis Gigi Tiruan

(3)

Metode umum untuk memproses material basis gigi akrilik dengan aselerator panas adalah terdiri dari proses proportioning dan mixing bubuk polimer dan liquid monomer dan membiarkan monomer untuk bereaksi secara fisik dengan polimer didalam wadah terkunci (cuvet) sampai adonan itu mencapai

konsistensinya sebelum di packing. Semua permukaan stone pada mold dilapisi dengan alginate separator dan dibiarkan mengering.Adonan kemudian dimasukkan ke dalam cetakan basis gigi (cuvet) yang berisi adonan resin akrilik dan diberi tekanan pelan dengan alat flask press sampai tidak ada ruang yang tersisa dan adonan terlihat mengkilat.

Polimerisasi disempurnakan dengan penggunaan panas dan tekanan, yang terus diberikan sampai polimerisasi sempurna. Flask (cuvet) didinginkan dengan temperatur kamar, dan adonan dikeluarkan dari flask (cuvet), finishing, dan polishing. Powder, yaitu polimer ditambah initiator dan liquid, yaitu monomer dan inhibitor diproporsionalkan dengan ratio volume 3 : 1.

2. Chemically-Accelerated Acrylic Denture Plastic

Basis gigi akrilik dengan aselerator kimia biasa disebut juga dengan chemically curing resin, self-curing resin, cold-curing resin, atau autopolymerizing resin, yang sama dengan basis gigi akrilik aselerator panas.

Perbedaan umumnya adalah pada reaksi polimerisasi ini dipercepat secara kimiawi, seperti

N,N-dihydroxyethyl-para-toluidine.

Aselerator amine bereaksi dengan initiator peroxide pada temperatur kamar dan memproduksi radikal bebas untuk menginisiasi reaksi polimerisasi. Kecuali

(4)

pada inisiasi, reaksi polimerisasi lainnya sama dengan tipe aselerator panas. Reaksinya adalah exoterm dan polimerisasi tetap menghasilkan penyusutan volume. Prosedur umum untuk compression molding pada plastis akselerator kimia, sama dengan tipe aselerator-panas, kecuali setelah penutupan cuvet yang terakhir. Adonan dibiarkan untuk polimerisasi pada temperatur kamar atau pada air yang hangat. Material aselerator kimia mulai berpolimerisasi segera setelah powder dan liquid dicampurkan dan diproses lebih cepat melewati tahap konsistensi daripada tipe aselerator panas.

Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsistensi packing hanya 5 menit untuk tipe

aselerator kimia, dibandingkan dengan 15 menit untuk tipe aselerator panas. Penambahan working time dapat dilakukan dengan mendinginkan bahan-bahan dan alat mixing ke dalam lemari pendingin.

2.1.3 Alat dan Bahan

1. Pembuatan model malam • Pisau wax / Lecron

• Lampu spiritus • Lempeng kaca

• Jangka sorong / penggaris • Base Plate Wax

• Air sabun

2. Penanaman model malam • Cuvet ukuran M / L

• Bowl dan Spatula

• Gelas ukur dan timbangan • Vibrator

(5)

• Alat press • Gips tipe II • Vaselin • Air

3. Pembuangan model malam (Wax elimination) • Kompor dan Panci

• Tali

• Kunci pas no. 10 • Kuas

• Deterjen • Air

4. Pengolahan resin akrilik • Sonde dan Pinset

• Kuas kecil • Kapas • Lecron • Semen spatula • Alat press • Cawan porselein • Kertas cellophan • Cold mold seal

• Powder polimer dan liquid monomer • Spuit

5. Pemasakan Resin Akrilik (Curing) • Kompor

• Tali • Panci

6. Mengeluarkan model resin akrilik dari cuvet (Deflasking)

(6)

• Gergaji besi / pisau gips • Kunci pas no. 10

• Lecron

2.1.4 Proses Pembuatan 2.1.4.1 Model Malam (Wax)

1. Siapkan model malam dengan memotong sesuai ukuran yang diperlukan.

2. Dengan menggunakan bantuan lampu spiritus, sesuaikan bentuk wax dengan cetakan.

FLASKING

1. Olesi dinding cuvet dengan vaselin tipis saja. 2. Isi cuvet dengan adonan tipe II hingga penuh, getarkan diatas vibrator.

3. Model malam ditanamkan dalam cuvet, permukaan model malam rata dengan gips.

4. Cobakan cuvet atas sebelum adonan mengeras. 5. Setelah adonan gips pada cuvet bawah mengeras permukaan gips diolesi vaselin.

6. Pasangkan cuvet atas, kemudian isi dengan adonan gips tipe II, getarkan diatas vibrator.

7. Pasang tutup cuvet atas, kemudian dipress hingga rapat (metal to metal), sekrup dikencangkan.

8. Tunggu sampai adonan gips mengeras. WAX ELIMINATION

1. Didihkan air dengan suhu lebih kurang 100°C.

2. Celupkan cuvet yang diikat tali, tunggu lima menit. 3. Angkat cuvet, buka, keluarkan cairan malam.

4. Bersihkan mold space dengan menyiramnya dengan air panas yang dicampur detergen.

(7)

2.1.4.2 Basis Gigi Tiruan PACKING

1. Siapkan mold space tepi gips yang di bevel.

2. Olesi permukaan mold space dengan Cold Mold Seal dengan menggunakan kuas.

3. Tunggu hingga kering.

4. Siapkan monomer didalam mangkok/cawan porselen.

5. Masukkan bubuk polimer sedikit demi sedikit sampai terlihat seperti pasir basah dan getarkan

mangkok tersebut (kelebihan monomer akan naik ke permukaan).

6. Taburi lagi polimer sampai tidak ada kelebihan monomer.

7. Bila telah mencapai fase dough stage, ambil seluruh adonan dengan menggunakan semen spatula dan

letakkan dalam mold space. Lapisi permukaan dengan keras cellophane.

8. Pasang cuvet atas beserta tutupny, lakukan pengepresan ringan (jarak antar cuvet 2 mm) 9. Buka cuvet atas dan buang kelebihan adonan. 10. Lakukan sampai cuvet ―metal to metal‖ kontak. 11. Lihat apakan ada porus. Bila ada bagian tersebut ditusuk dengan sonde dan dilapisi monomer.

12. Bila tidak ada lagi kelebihan akrilik dan porus

dapat dilakukan pengepresan akhir, kertas cellophane dilepas.

13. Pasang sekrup dan lakukan pres akhir. CURING

1. Rebus air dalam panci. 2. Masukkan cuvet.

3. Setelah mendidih kembali biarkan selama 20 menit. 4. Cuvet diangkat, tunggu 10 menit.

(8)

DEFLASKING

1. Sekrup dibuka tutup cuvet dibuka.

2. Lepaskan cuvet bawah dengan cara mengetuk bagian dasar cuvet.

3. Bongkar secara hati-hati. 2.1.5 Definisi Resin Akrilik

Resin akrilik adalah istilah umum buat bahan resin dari berbagai ester asam akrilat.penggunaan utamanya adalah dalam pembuatan protesa dan gigi sintetik

Dalam kedokteran gigi sering digunakan plastic khusus bidang prosto.Contoh plastic yang sering digunakan adalah akrilik.Akrilik yang paling sering dan sudah diterima dan akrilik mendapat nilai 95% dalam

penggunaannya dalam prosto.Akrilik mungkin halus dan lentur atau kaku dan rapuh sehingga dapat

digunakan untuk berbagai keperluan .Akrilik terbuat dari plastic .Akrilik juga digunakan untuk jaringan lunak pada permukaan baik komplet dan parsial. 2.1.6 Perbedaan Restorasi dan Rehabilitatif

Restorasi adalah suatu tambalan dalam kedokteran gigi karena kehilangan bagian di gigi agar dapat mengembalikan fungsi sebagian maupun

permanen,menugar bentuk dan penampilan

gigi.Restorasi juga bermakna dalm teknik perbaikan dengan menggunakan material, metode manipulasi, teknik pencampuran dengan seni kedokteran gigi sampai hasilnya berkesimbung.

Sedangkan rehabilitasi adalah pemugaran kembali pada bentuk dan fungsinya yang normal karena telah kehilangan gigi secara sempurna. Contohnya pada occlusal rahabilitasi,pemugaran integritas fungsional

(9)

lengkung gigi dengan menggunakan inlay, mahkota, jembatan dan protesa sebagian.

2.1.7 Komposisi, Sifat, Kegunaan dan Manipulasi 2.1.7.1 Resin Akrilik

Resin Akrilik Definisi :

Jenis resin sintetik yang palig banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi sebagai basis dari gigi tiruan, disebut Polymetil Metacrylate (PMMA).

Klasifikasi resin ini berdasarkan cara polymerisasinya yaitu :

-Heat Polymerizable Polymers / Heat Cured Acrylic -Autopolymerizable Polymers / Self Cured Acrylic -Thermoplastic Blank/Powder (Light Activated Materials)

-Visible Light Cured

-Microwave-Cured Materials

Bahan Polymethyl Metacrylate (PMMA) yang dapat berperan sebagai basis gigi tiruan:

-Pour Type of Denture Basis

-High Impact Strength Materials -Rapid Heat Polimerized Resin

-Light Activated Denture Base Resin

Poly (Methyl Metacrylate) polymers dikenal pada tahun 1937 sebagai material basis gigi tiruan.

Sebelumnya, fenol formaldehid, vynil plastic,

porcelain, vulcanite nitroselulosa biasa digunakan untuk basis gigi.

(10)

Basis Gigi resin ini biasanya tersedia dalam bentuk bubuk, liquid dan gel.

Powder

Umumnya mengandung poly(methyl metacrylate) dan ditambahkan sejumlah kecil dari ethyl, butyl, serta alkil metacrylate lainnya untuk menghasilkan suatu polymer yang lebihtahan terhadap fraktur

/impact/tubrukan. Powder juga mengandung suatu initiator seperti benzoil peroxide untuk mengaktifkan reaksi polymerisasi dari monomer liquid setelah

ditambahkan ke powder/bubuk.

Plasticizers seperti dibutil phthalate dapat disatukan dengan bubuk/monomer dan bahan ini berfungsi untuk meningkatkan kelunakan/fleksibilitasnya.

Partikel inorganic seperti glass fiber / zirconium silikat ditambahkan ke bahan basis gigi tiruan tersebut.

Partikel-partikel ini biasanya diolah dengan suatu coupling agents berupa triethoxysilane untuk

meningkatkan kelembapan/wetting serta ikatan dari partikel-partikel inorganic dan plastic. Penambahan serat kaca/glass fiber dan alumina meningkatkan

kekakuan, menurunkan koefesien termal expansi serta meningkatkan thermal conductivity, diffusivity.

LIQUID

Komponen liquid dari resin akrilik ini adalah methyl methacrylic namun dapat ditambahkan dengan

monomer lainnya karena

monomer-monomer ini dapat dipolymerisasi oleh panas, cahaya, dan sedikit oksigen. Suatu inhibitor (bahan yang

mencegah atau mengendurkan reaksi kimia) yaitu berupa hydroquinone. Plasticizers yang ditambahkan untuk menghasilkan suatu produk yang lebih halus

(11)

adalah dibuthyl phthalate yang mana memiliki berat molekul yang relative rendah dan polimer nantinya dibuat lebih relisient (daya lenting). Selain inhibitor juga ada akselarator kimia, bahan ini digunakan untuk mempercepat dekomposisi ddari peroxide dan

memungkinkan terjadinya polymerisasi pada suhu kamar. Sebuah akselarator kimia yang termasuk kedalam liquid seperti tersier amine, sulfide acids,

suatu amina yang berupa (N-dimethyl para toluidine). Type Gel

Tipe ini juga dapat dijadikan sebagai basis gigi tiruan contonya seperti vynil akrilik dalam bentuk gel. Gel ini memiliki komponen yang sama seperti tipe

bubuk-liquid, kecuali liquid dan bubuk telah dicampur untuk membentuk sebuah gel dan dibuat dalam bentuk

lembaran yang tebal. Di dalam bentuk ini tidak menggunakan akselarator kimia, karena initiator, akselarator dan monomer akan bereaksi pada kontak bagian dalam. Temperatur penyimpanan dari suatu gel dan jumlah dari inhibitor yang tersedia telah memiliki suatu efek yang jelas pada keawetan material ini.

Ketika disimpan dikulkas dapat bertahan selama dua tahun.

SIFAT-SIFAT Kekuatan

Lazimnya ―heat –accelarated resin akrilik‖ masih sering digunakan sebagai dasar basis gigi tiruan. Material ini memiliki tipe rendah dalam kekuatan, lebut dan lumayan fleksible, mudah rapuh dan lumayan tahan terhadap kegagalan dalam bekerja. Tensile & Compressive Strength

(12)

tensile & compressive strength yang sesuai untuk aplikasi gigi tiruan sebagian/penuh. Fraktur-fraktur dari material ini biasanya disebabkan oleh

kecelakaan/jatuh pada gigi tiruan/kesalahan perakitan.

Elongation

Elongation dalam kombinasi dengan ultimate strength adalah suatu indikasi dari kekerasan suatu plastik. Nilai untuk persen elongation dari polyvinyl akrilik dianggap lebih tinggi daripada polymethyl

methacrylate dan seperti yang diharapkan, polyvinyl akrylik lebih kuat dan deformasinya lebih besar

sebelum terjadi fraktur. Impact Strength

Adalah suatu ukuran dari energy yang diabsorbsi oleh suatu material ketika itu dihancurkan oleh pukulan secara tiba-tiba. Impact Strength untuk polyvinyl akrylik adalah dua kali dari polymethyl metacrylate yang mengindikasikan bahwa polyvinyl akrilik

mengabsorbsi dan lebih banyak energy ketika tubrukan dan ia lebih resisten terhadap fraktur. Resistance Abrasive

Merupakan suatu sifat bahan material yang tahan

terhadap abrasive dan vynil akrylik memiliki resistance abrasive yang paling baik.

Thermal Conductivity

Basis gigi tiruan berbahan dasar resin ini merupakan suatu konduktor yang kurang baik, jika dibandingkan emas, alloy kobalt, bahkan gigi manusia. Thermal

conductivity yang bernilai rendah ini menjadikan basis gigi tiruan ini mampu bekerja sebagai suatu insulator diantara jaringan-jaringan mulut terhadap material

(13)

yang yang bersifat terlalu panas atau terlalu dingin. Specific Heat

Dapat menunjukka suatu perbandingan dari thermal conductivity dari suatu produk.

Kecepatan gerak yang lebih besar dengan transfer panas melalui suatu material dan spesifik heat untuk polymethyl metacrylate dan polyvinyl akrylik hampir memiliki kemiripan.

Water Sorption & Sollubility

Penyerapan dari air juga dapat mengubah dimensi dari basis gigi tiruan yang terbuat dari akrylik. Perubahan dimensi ini terjadi pada hampir setiap bagian. Basis gigi tiruan ini dari type yang sama bisa memiliki variasi dalam penyerapan air karena adanya bahan tambahan, poly methyl metakrylate memiliki

penyerapan air yang relative tinggi dengan nilai 0,69 mg/cm2 , sedangkan polyvinyl akrylik memiliki nilai yang agak rendah yaitu 0,26 mg/cm2. Namun suatu basis gigi tiruan berbahan dasar resin akrylik ini harus memiliki suatu nilai penyerapan air yang tidak lebih dari 0,8 mg/cm2 dan nilai kelarutan yang tidak lebih besar dari 0,04 mg/cm2.

Resisten terhadap Asam, Basa dan Larutan Organik Ketahanan dari basis gigi tiruan berbahan dasar resin akrilik ini terhadap campuran air yang mengandung asam lemah atau basa sangat baik. Basis gigi ini sangat resisten terhadap larutan organic. Dengan adanya poly (methyl metacrylate) menjadi lebih resisten

dibandingkan polyvinyl akrilik, keduanya dapat dilarutkan dalam hydrocarbon aromatik, keton, ataupun ester.

(14)

Sumber : soft copy, craig, dental material restorations. 2.1.7.2 Model Malam (Wax)

Wax banyak digunakan dalam klinik kedokteran gigi maupun laboratorium. Meskipun tidak digunakan sebagai hasil akhir tetapi sangat penting perqan wax dalam proses pembuatan suatu material kedokteran gigi.

 Komposisi

Wax terdiri atas banyak komponen, antara lain sebagai berikut:

• Mineral (paraffin, mikrokristalin, barndahl, ozokerite, keresin, dan montan).

• Tumbuhan (carnauba, ouricury, candelilla, japan wax, cocoa butter).

• Hewan (spermaceti).

• Sintetik (acrawax, aerosol OT, castrowax, flexo, epolene, N-10, albacer, aldo 33, durawax 1032). • Lemak (stearic acid, glyceril, tristearate).

• Rosin (copal, dammer, sandarac, mastic, shellac, kauri).

• Asam lemak. • Minyak.

• Resin (sintetik, elvax, polyethylene, polystyrene). • Pewarna.

• Serangga (beeswax).

Menurut ikatan kimianya, wax berupa: CH3 —(CH2)15-42 — CH3 dan

(15)

O

CH3—(CH12)15-42—CH2—C—O—CH2—(CH2)28— CH3

Wax diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

1. Wax pattern untuk membuat model sebelum menjadi hasil.

 Casting wax  Baseplate wax  Inlay wax

2. Processing wax untuk membuat pengecoran atau mencetak atau menambal.

 Boxing  Beading  Utility

 Sticky wax  Sifat

Karena komposisinya yang sangat lengkap maka wax memiliki sifat yang berbeda dengan material lain. Beberapa sifat wax antara lain:

 Melting Range

Karena terdiri atas banyak komponen, wax tidak

mencair pada temperature tertentu dan tidak memiliki titik cair tetapi memiliki rentang cair. Meskipun telah dipanaskan menjadi wax tetap akan berubah menjadi padat kembali.

 Non-residue (tidak memiliki sisa)

Karena wax akan habis ketika proses, maka wax yang dibakar akan memanas tetapi tidak meninggalkan sisa (ampas) yang dapat menurunkan kualitas dari akhior

(16)

restorasi.

 Daya alir (flow)

Flow adalah perubahan bentuk di bawah tekanan. Hal ini disebabkan oleh adanya molekul yang saling

berikatan sesamanya yang menyebabkan terjadinya reaksi. Pada suhu rendah, wax akan mengalir tetapi pada suhu yang mendekati cair, daya alir meningkat sangat dramatis.

 Thermal expansion

Ketika wax memanas maka wax akan berekspansi. Cara menghitung thermal expansi wax adalah bagian wax dikali 1000 dibagi denagn 0C temperaturnya.  Residual Stress

Yaitu waktu stress wax yang hasil manipulasi selama pemanasan, pendinginan, pelengkungan,

pembentukan atau manipulasi. Stress pada wax akan terjadi ketika suhu wax meningkat sehingga molekul wax dapat bergerak dengan bebas. Munculnya residual stress pada suhu tinggi menyebabkan irreversible

deformasi yang dapat merusak wax pattern.  Ductility.

 Modulus elatis.  Kegunaan

Secara umum wax berguna untuk membuat model restorasi gigi seperti mahkota atau partial denture yang biasa memakai wax. Secara rinci kegunaan wax adalah sebagai berikut.

 Inlay wax berguna untuk membuat wax pattern menjadi mahkota, inlay atau jembatan.

 Casting wax berguna untuk membentuk wax pattern dari framework metal dari partial denture yang

(17)

removable (bisa dipindahkan).

 Baseplate wax berguna untuk membuat kontur

denture dan menguatkan posisi gigi sebelum dipasang akrilik (pada proses resin akrilik, sebelumnya ditanam model malam).

 Boxing dan utility wax berguna untuk membantu pembuatan model, cetak, dan selama solder.

 Sticky wax berguna untuk memasang metal atau resin berupa lempeng pada posisinya atau melapisi plaster ke model gips untuk membentuk porcelain facings.

 Corrective impression wax berguna untuk pelapis cetakan original untuk membentuk jaringan lunak dan fungsinya.

 Bite registration wax berguna untuk membuat hasil yang tepat pada artikulasi model yang melintang.

 Manipulasi

Proses manipulasi dimulai dari pemanasan,

pendinginan, pembentukan, pelengkungan sampai menjadi bentuk yang diinginkan untuk melengkapi kegunaan suatu proses dalam material kedokteran gigi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, wax

berfungsi sebagai model dalam restorasi gigi sehingga pada tahap akhir wax akan menghilang dan tidak

meninggalkan sisa. Dengan demikian tidak ada cara manipulasi khusus wax karena selalu dipadukan

dengan material lain dan wax hanya digunakan pada tahap awal dan kemudian dimanipulasi dengan

material lain.

2.1.8 Hal-hal yang Harus Diperhatikan 1. Flasking : Penanaman Model

(18)

Adalah suatu tahap yang pada dasarnya adalah

penanaman model pada kuvet bagian bawah dengan gips plaster (plaster of paris). Untuk metode Pulling the Casting, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Model tertutup gips b. Wax dan gigi terbuka

c. Pastikan model dapat masuk secara sempurna pada kuvet bawah, jika tidak dapat masuk dengan baik, maka perlu digunakan trimmer.

Flasking dengan metode Pulling the Casting

mempunyai langkah-langkah seperti di bawah ini: 1. Kuvet, perlu dipastikan terlebih dahulu apakah terjadi metal to metal atau tidak. Hal ini diperlukan untuk memastikan dan menjadi patokan keadaan kuvet pada saat dipress waktu pembuatan kontra model nantinya.

2. Memastikan model kerja dapat masuk secara baik ke kuvet. Jika model terlalu besar atau kuvet terlalu kecil bisa disesuaikan ukuran model kerja dengan

menggunakan model trimmer. Dengan langkah yang benar dan benar-benar dipastikan model kerja masuk ke dalam kuvet.

3. Mengaduk gips dengan perbandingan gips:air

sebesar 3:2. Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam mengaduk gips kecepatan pengadukan benar-benar harus diperhatikan.

4. Gips yang sudah diaduk dimasukkan ke dalam kuvet bawah sampai kira-kira setinggi tiga perempat kuvet. Tetapi, dengan lebih banyak gips yang dimasukkan, maka tambalan gips akan semakin mungkin dihindari. 5. Masukkan model ke dalam kuvet bawah yang sudah terisi gips. Tekan secara hati-hati model kerja sampai

(19)

menyentuh dasar kuvet.

6. Setelah model kerja masuk, segera suspensi air dan gips dibentuk sesuai dengan metode flasking Pulling the Casting, yaitu wax dan model kerja tidak tertutup dengan gips. Permukaan model kerja yang terbuka harus tertutup dengan gips.

7. Merapikan dan memastikan bagian permukaan gips sehingga tidak terjadi undercut, atau tonjolan yang tajam, yang ditakutkan akan mengkait dengan kuvet atas sehingga kuvet atas dan bawah susah dibuka. Sehingga pastikan seluruh permukaan gips landai.

8. Bagian bibir kuvet jangan sampai tertutup oleh gips, karena dimungkinkan terjadi metal to metal contact. 9. Saat gips mengalami setting, kuvet akan terasa panas. Saat menunggu setting usai (dingin kembali) bisa dilakukan beberapa hal, yaitu:

a. Memastikan kuvet atas dan kuvet bawah terjadi metal to metal contact. Bisa dilakukan dengan

mengurangi permukaan gips dengan menggunakan lee-crown mess.

b. Menghaluskan permukaan gips dengan ampelas. 10. Pembuatan kontra model dilakukan minimal saat kuvet menjadi dingin kembali (sekitar satu jam).

11. Pembuatan kontra model diawali dengan mengolesi seluruh permukaan yang ada di kuvet bawah dengan vaselin kecuali gigi. Pemberian vaselin harus merata dan jangan sampai tebal di suatu daerah saja, namun ketebalannya harus sama.

12. Memulai pembuatan kontra model dengan memasang kuvet atas tanpa penutupnya.

13. Aduk adonan gips sesuai dengan ketentuan sama dengan waktu penanaman model kerja. Setelah semua gips masuk ke dalam kuvet atas, jangan lupa

(20)

diketuk-ketuk agar udara yang terjebak keluar sehingga tidak terjadi porus

14. Tutup kuvet atas, kemudian press kuvet tersebut hingga metal to metal contact. Kemudian akan terasa hangat (gips sedang mengalami setting). Dianjurkan jangan melepas press, agar keadaan kuvet tetap rapat. 15. Setelah itu dilakukan proses wax elimination,

namun sebaiknya dilakukan minimal setelah satu jam pengerjaan kontra model (gips kembali dingin

kembali).

2. Wax Elimination / Boiling Out

Pada metode flasking Pulling the Casting, kuvet tidak boleh dibuka sebelum melakukan wax elimination. Berikut adalah tahap-tahap melakukan wax

elimination:

a. Siapkan panci, kemudian isi air sampai kuvet terendam.

b. Masukkan kuvet yang sedang di press ke dalam panci. Untuk kuvet bersekrup disarankan tetap menggunakan press saat boiling out agar

memudahkan untuk mengangkat kuvet dari panci nantinya. Kemudian panaskan sampai mendidih

selama 1 jam, dan terlihat adanya malam cair di dalam air yang keluar dari kuvet.

c. Setelah mendidih dan sudah 1 jam, kuvet dapat diangkat dari panci. Lalu buka kuvet atas dan kuvet bawah. Siram dengan air mendidih untuk

menghilangkan sisa-sisa malam pada kuvet, sampai benar-benar bersih dan tidak ada yang menempel lagi, terutama pada bagian bukal flange. Apabila wax yang digunakan pada saat wax elimination kualitasnya kurang baik, atau air yang disiramkan kurang panas, hal ini bisa menyebabkan residual atau sisa-sisa wax

(21)

dapat tertinggal sehingga mengganggu daya kerja separating medium (CMS dan cellophan) dan dapat terbentuk permukaan yang baru. Separating medium adalah suatu bahan yang digunakan untuk mencegah perlekatan dari dua permukaan dan macamnya

tergantung dari indikasi penggunaannya.

d. Pada kuvet terbentuk mould space (ruang cetakan) yang nantinya akan diiisi resin pada proses packing. Tunggu sampai dingin dan kering untuk selanjutnya dilakukan packing.

3. Packing

Flask seharusnya sudah cukup dingin ketika material akan di-pack. Untuk mengisi mould yang sudah

terbentuk di dalam flask, kita memelukan suatu material yang cukup padat dan kuat untuk

membiarkan bagian flask dipres bersama dengan tekanan yang cukup untuk berkondensasi dengan material. Namun harus tetap lembut dan nyaman untuk dipakai pada pasien. Dalam proses packing, material yang paling sering digunakan adalah resin akrilik atau methyl methacrylate untuk heat-curing. Pada dasarnya, proses packing adalah proses yang dilakukan untuk mem-―packing‖ resin akrilik itu

sendiri. Proses tersebut secara bertahap adalah sebagai berikut:

a. Buat canal minimal 3 buah di luar mould space yang berfungsi sebagai jalan keluarnya kelebihan resin

akrilik saat pengepresan dengan press besar.

b. Olesi kuvet bawah, terutama bagian mould space dengan salah satu separating medium yaitu CMS

(Could Mould Seal). Guna CMS dalam pengerjaan ini adalah untuk memblocking saat processing, agar air tidak masuk ke dalam kuvet. Selain itu, CMS berfungsi

(22)

untuk membatasi kuvet atas dan kuvet bawah agar mudah terpisah saat dibuka setelah processing. Dalam mengoles CMS, cukup sekali ulas dan jangan diulas kali. Jika kita mengulanginya secara berkali-kali maka lapisan yang terbentuk pertama berkali-kali akan robek oleh pulasan kuas yang kedua sehingga olesan yang terbentuk tidak menutup sempurna dan resin yang dihasilkan bisa porus. Bila tidak ada CMS, kita bisa menggantinya dengan kanji.

c. Ke dalam stellon pot, kita masukkan monomer. Dalam menyiapkan resin akrilik, monomer yang digunakan harus sesuai perbandingannya dengan polimer (monomer harus bisa membasahi polimer

secara merata)yaitu umumnya 1 : 2,5 tetapi tergantung dari produk yang digunakan. Pencampuran monomer dan polimer harus hati-hati. Tidak boleh diaduk

karena dapat menyebabkan porus. Sebaiknya stellon pot ditutup agar monomer tidak mudah menguap. Resin akrilik bisa diisikan ke mould space pada saat fase di mana resinnya sudah tidak berbentuk benang dan serat serta sudah bisa dibentuk, yaitu yang disebut fase dough. Apabila sudah masuk fase rubbery, resin sudah mengeras sehingga tidak dapat dibentuk lagi. d. Kuvet atas dan kuvet bawah harus ditutup tetapi sebelum ditutup harus dilapisi dengan cellophan yang sebelumnya sudah dibasahi air. Fungsi cellophan

adalah untuk membatasi resin dengan kuvet atas. e. Tujuan ditutupnya kuvet atas dan kuvet bawah

adalah untuk pengepressan dengan trial closure (press besar) sehingga bisa menekan keluar bila ada

kelebihan resin. Setelah dipress, kuvet dibuka kemudian bersihkan kelebihan resin dengan

(23)

kelebihan resin kemudian press sekali lagi dengan trial closure hingga kuvet atas dan kuvet bawah metal to metal contact. Kemudian buka kuvet lalu lepas

cellophan dan tutup lagi kuvet tersebut untuk

dilakukan pengepresan dengan press kecil. Setelah dipress dengan press kecil jangan dibuka. Minimal satu jam setelah pengepressan dilakukan processing tetapi tidak boleh lebih dari 24 jam.

4. Prosessing

Dalam processing kita bisa menggunakan dua

alternatif yaitu cara konvensional dengan panci dan kompor gas dan cara modern dengan curing unit. a. Processing dengan panci dan kompor gas

Kuvet yang telah berisi resin akrilik dimasukkan ke dalam panci yang telah diisi air, kemudian dipanaskan di atas api kompor sedang. Suhu dibiarkan naik

perlahan hingga mencapai kurang lebih 70o C. Suhu ini dipertahankan hingga 1 jam 30 menit dengan mengecilkan api kompor atau menambahkan air dingin jika suhu diperkirakan naik. Suhu dinaikkan dari 70o C menjadi 100o C (mendidih) dan dibiarkan selama 30 menit.

b. Processing dengan Curing Unit

Alat kuring unit yang dipergunakan terbuat dari bak stainless steel berukuran 35x48x53 cm. Alat ini

dilengkapi dengan sensor panas yang dihubungkan dengan pembaca suhu di bagian dalam bak. Pada bagian luar bak dipasang komponen pengatur panas dan waktu. Alat kuring unit yang digunakan telah dikalibrasi untuk pengendalian suhu dan waktu. Pemrosesan resin akrilik dilakukan dengan mengisi bak kuring unit dengan 5 liter air. Pengaturan kuring unit untuk suhu dan waktu dilakukan dalam dua

(24)

tahap. Tahap pertama diatur pemanasan mulai suhu kamar dinaikkan perlahan-lahan hingga mencapai suhu 70o C. Suhu ini dipertahankan sampai 1 jam 30 menit. Tahap kedua suhu dinaikkan menjadi 100o C dan dipertahankan selama 30 menit.

5. Deflasking

Merupakan proses pengambilan hasil pekerjaan, baik berupa protesa (gigi tiruan) atau retainer. Deflasking merupakan tahap yang cukup penting, maka kita harus berhati-hati dalam melakukannya karena akan

berakibat fatal jika gagal dan dapat mengakibatkan kerusakan pekerjaan yang telah kita lakukan. Jadi, harus benar-benar diperhatikan langkah-langkahnya, yaitu:

a. Setelah kuvet sudah direndam sampai dingin, kita mencoba membuka kuvet atas dan kuvet bawah. Jika susah dibuka, kita bisa membukanya dengan bantuan lee-crownmess atau wax mess pada ketiga ujung kuvet. b. Melepas hasil pekerjaan bisa dilakukan dengan

menggergaji, tetapi akan dikhawatirkan merusak hasil pekerjaan itu sendiri jika tidak berhati-hati. Namun, ada cara yang lebih aman, yaitu dengan merendamnya hingga semalaman (over night), maka gips akan

menjadi jenih sehingga menjadi melunak. Kita dapat membukanya dengan bantuan wax mess atau lee-crown mess.

6. Finishing dan Polishing

Menghilangkan sisa-sisa material dari permukaan dan kontur resin akrilik merupakan tahap kelanjutan dari deflasking. Semua kecuali daerah basal (yang

menempel dengan palatum untuk maxilla) harusnya halus yang mana tidak ada daerah kasaran ataupun tonjolan. Untuk daerah basal tidak di¬-polishing

(25)

untuk daerah basal dengan tujuan agar bisa menempel erat dengan palatum. Daerah basal dilingkupi resin akrilik sehingga regangan pada permukaan tidak

seimbang. Penghilangan beberapa daerah yang masih kasar pada daerah resin akrilik yang menghadap ke lingual akan menyebabkan regangan yang semula

tidak seimbang menjadi seimbang dan akan membuat daerah basal lebih menyatu. Semua permukaan selain permukaan basal harus dibuat semengkilat mungkin. Pengerjaan finishing dan polishing menggunakan bur yang dipasang pada mini drill yang juga tersambung dengan adaptor.

a. Finishing :

1. Pasang bur Arkansas di mini drill.

2. Kerjakan finishing pada resin akrilik, mata bur akan menggerus tonjolan atau permukaan kasar pada resin akrilik.

3. Lakukan finishing dengan bur Arkansas hingga tidak ada lagi permukaan kasar.

4. Setelah tidak ada permukaan kasar ataupun tonjolan, basahi ampelas halus dengan air lalu

perhalus lagi permukaan resin akrilik dengan ampelas halus tersebut.

b. Polishing :

1. Setelah proses finishing, lakukan polishing untuk membuat resin akrilik semakin halus dan mengkilat. 2. Tahap awal polishing adalah dengan menggunakan pumice (yang dicampur dengan air). Pumice

perbandingannya lebih banyak dari air. Poleskan pumice pada permukaan mata bur.

3. Lakukan polishing secara perlahan, yaitu memoles area permukaan resin akrilik hingga terlihat halus dan terasa halus ketika diraba.

(26)

4. Untuk membuat resin akr ilik menjadi mengkilat, gunakan kain wol atau kain flannel yang sudah

dibasahi air. Gosok permukaan resin akrilik dengan kain tersebut.

Smber: http://psikopatkampung.blogspot.com/ 2.2 Jaringan Lunak Mulut

2.2.1 Definisi 2.2.2 Anatomi 2.2.3 Histologi Histologi

1.Palatum

a. palatum molle:mempunyai epitel non-keratin yang tipis diatas lamina propria.Lamina propria mempunyai jaringan ikat dan lapisan elastic untuk kemampuan bergerak.Submukosa dihubungkan dengan mukosa palatum lunak yang tipis dan melekat di otot untuk memungkinkan mekanisme bicara dan menelan.

b.palatum durum:mempunyai epithelium orthokeratin yang tebal diatas lamina propria.Hanya pada bagian lateral dari palatum keras yang mempunyai

submukosa.Submukosa di bagian anterior-lateral mengandung jaringan lemak,submukosa bagian posterior-lateral mengandung kelenjar saliva

minor.submukosa tidak terdapat pada bagian tengah palatum sehingga jaringan ini kuat yang merupakan hasil dari kekuatan lamina propria yang melekat pada tulang.Jadi,lamina propria terlihat sebagai

mucoperosteum. 2.Bibir

Bagian pusat bibir terdiri atas serat-serat otot rangka,yaitu m.orbikularis oris.Dengan pulasan

(27)

khusus akan terlihat jaringan ikat padat fibroelastis di bagian pusat ini.Di sebelah kanan terlihat kulit bibir dan di kiri terlihat lapisan mukosa mulut

Kulit bibir dilapisi epidermis terdiri atas epitel berlapis gepeng bertanduk.di bawah epidermis terdapat dermis dengan kelenjar sebasea,folikel rambut,dan kelenjar keringat yang semuanya merupakan turunan

epidermis.dermis juga mengandung m.arektor pili dan berkas neurovascular pada tepi bibir.

Mukosa bibir dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.sel-sel p[ermukaan tanpa engalami pertandukan ,dilepas atau terkikis sedikit demi sedikit ke dalam mulut.di bawah epitel mukosa,terdapat

lamina propria,jaringan ikat yang merupakan pada dermis dari epidermis.di dalam submukosa terdapat kelenjar labialis yang tubuloasinar yang sebagian besar terdiri dari mukosa dan sedikit serosa berbentuk bulan sabit.sekretnya membasahi mukosa mulut dan saluran keluarnya yang kecil bermuara didalam rongga mulut. Peralihan epidermis kulit epitel mukosa mulut

menggambarkan batas mukokutaneas.tampak garis-garis merah atau vermilium(merah terang) batas

bibir,epitel bibir dan mukosa mulut relative lebih licin dibandingkan dengan epitel di epidermis.papila bibir dan mukosa mulut dibawahnya sangat banyak,tinggi dengan banyak kapiler darah.warna darah tampak melalui sel-sel diatasnya.memberi warna merah yang khas pada bibir.epitel mukosa bibir juga lebih tebal dibandingkan dengan epidermis kulit.

3.Lidah

Mukosa lidah terdiri dari epitel berlapis gepeng dan lamina propria tipis berpapila yang mengandung

(28)

tonjolan-tonjolan mukosa yang disebut papilla.papila yang paling banyak adalah paila poliformis dengan ujung-ujung yang mengalami pertandukan.papila yang tidak sebanyak itu adalah papilla fungiformis yang

memiliki permukaan bulat dengan epitel tanpa lapisan tanduk dan lamina propria sebagai pusatnya.semua papilla terdapat pada permukaan dorsal lidah dan tidak terdapat pada permukaan ventral yang dilapisi mukosa licin.

Bagian pusat lidah terdiri dari berkas-berkas otot rangka yang malang melintang.akibatnya,otot lidah terlihat terpotong memanjang,melintang,dan oblik pada suatu potongan.didalam jaringan ikat sekitar berkas otot terdapat banyak pembuluh darah dan saraf.

Terlihat sebagian kelenjar lingual anterior di

pertentangan bawah lidah dekat apeks dan terpendam di dalam otot.kelenjar ini merupakan jenis kelenjar campuran yang mengandung acini serosa ,mukosa dan campuran dengan serosa berbentuk bulan sabit.duktus interlobular bermuara ke dalam duktus ekskretorius yang lebih besar.kemudian bermuara ke dalam rongga mulut pada permukaan ventral lidah.

4.kelenjar saliva

Kelenjar saliva mayor dan minor dibentuk dari epithelium dan jarinagn lunak.jarinagn ini

menghasilkan saliva.jaringan lunak mengelilingi epitel dan melindungi dan mendukung kelenjar.jarinagn

lunak terbagi kedalam kapsul.tiap septum membantu menghasilkan bagian dalam dari kelenjar menjadi lubang besar dan kecil.kedua kapsul me,bawa

pembuluh darah dan saraf. a.kelenjar saliva mayor

(29)

kelenjar saliva utama adalah terdapat 3 pasang kelenjar yang mempunyai saluran yaitu

parotid,submandibular,dan sublingual.pada kelenjar parotid ini hanya tersedia 25% dari total volum saliva dan terletak di bagian belakang ramus mandibula dan di bagian bawah kuping.yang paling menonjol itu

seusnya dan saluran sekretnya disebut saluran parotid yang bermuara ke rongga mulut.

Kelenjar submandibula tidak berkapsul.kelenjar ini menghasilkan serus dan mucus yang tercampur dalam saliva.duktus submandibula merentang bagian depan dari bawah mulut .

Kelenjar sublingual tidak betkapsul,yang

terkecil.letaknya di bagian fossa sublingual di depan submandibular di bagian dasr mulut.sekretnya yang dominna mucus.

b.kelenjar saliva minor

2.2.4 Vaskularisasi dan Inervasi  Palatum dan Akar Lidah

Vaskularisasi Arteri :

1. Nasopalatine Arteri ; incisive canal

2. Ascending palatino arteri ; cabang tonsil Inervasi

Nerves :

Nervus Glossopharyngeal (IX)

1. Greater palatine nerves; mempersarafi daerah

gingiva, membran mukosa, dan kebanyakan kelenjar di palatum keras.

2. Lesser palatine nerves; mempersarafi daerah palatum lunak.

(30)

3. Nasopalatine nerve; mempersarafi membran mukosa di daerah anterior dari palatum keras.  Lidah

Vaskularisasi Arteri :

Arteri Lingual :

1. Arteri Sublingual (mandibula) 2. Arteri Lingual Dalam

Arteri Karotid Eksternal : 1. Arteri Superior Tiroid

2. Arteri Lingual ; sublingual

Vena Lingual ; vena sublingual pada bagian vena lingual dalam.

Inervasi

Badan lidah : Nervus Lingual ( mandibular N V3 ) Epiglotis Vallecula : Nervus Vagus (X)

Palatine tonsil : Naervus Glossopharyngeal (IX) Nervus Superior Laryngeal

 Kelenjar Saliva Vaskularisasi Arteri :

1. Arteri Infraorbital 2. Arteri Facial

3. Arteri Submental ; arteri submandibular 4. Arteri Lingual ; arteri sublingual

Vena :

1. Vena Retromandibular 2. Vena Facial

(31)

3. Vena Submental 4. Vena Sublingual Inervasi

1. Nervus Facial dari cabang Servikal 2. Nervus Hypoglossal (XII)

3. Nervus Sub Laryngeal 4. Nervus Lingual

Superficial Arteries of Face and Scalp Lateral View

Veins of Face and Scalp Lateral View

Inervasi Pada Gigi dan Gingiva Pandangan Lateral

(32)

Pembuluh Saraf dan Darah Pada Lidah Palatum

2.2.6 Otot-otot Kepala dan Leher (Head and Neck) Sebenarnya hanya beberapa bagian otot wajah yang berorigo di sekitar tulang . semua berinsersi ke dalam kulit.

a. Dahi, puncak kepala, pelipis - M. occipitofrontalis

(bersama M. occipitofrontalis dan M.

temporoparietalis disebut sebagai M. epicranius) O:Venter frontalis:kulit alis mata dan Glabella, membentuk lapisan otot bersama M. procerus, corrugators supercilii, depressor supercilii et orbicularis oculi.

Venter occipitalis:Linea nuchalis suprema. I:Galea aponeurotica.

F:Menggerakkan kulit kepala, menciptakan kerut miring di dahi.

- M. temporoparietalis

O:Kulit temporal, fascia temporalis. I:Galea aponeurotica.

F:Menggerakkan kulit kepala. b. Rima palpebrarum

- M. orbicullaris oculi (terletak di sekitar Aditus orbitae yang berfungsi semacam sphincter).

- O:pars orbitalis:proc frontalis,maxillae,os lacrimale,lig.palpebrale mediale.pars

palpebralis:lig.palpebrale mediale.saccus lacrimalis.pars lacrimalis posterior of the os

lacrimale,saccus lacrimalis.pars lacrimalis:crista lacrimalis posterior of the os lacrimale,saccus

(33)

lacrimalis.

I:Pars orbitalis: lig.palpebrale lateral,transisi menjadi suatu otot melingkar membentuk cincin di lateral. Pars palberalis: Lig. Palpebrale laterale. Pars

lacrimalis:Canaculi lacrimalis, tepi-tepi kelopak mata. F:menutup mata, menekan saccus lacrimalis,

menggerakkan alis mata.

- M. depressor supercilii (cabang pars orbitalis musculi orbicularis oculi).

O:pars nasalis ossis frontalis, punggung hidung. I:sepertiga medial kulit mata.

F:Menarik turun kulit dahi dan alis, menciptakan kerutan miring tepat di atas hidung.

- M. corrugator supercilii O:pars nasalis ossis frontalis

I:segitiga medial (lateral) kulit alis mata, Gale aponeurotica.

F:Menggerakkan kulit dahi dan alis mata kea rah pangkal hidung, menciptakan kerut hidung,

menciptakan kerut vertical tepat di atas pangkal hidung.

- M. procerus

O:os nasale, cartilage nasi lateralis. I:kulit Glabella.

F:Menarik turun kulit dahi dan alis mata. c. Hidung

- M. nasalis

O:pars alaris:Jugum alveolare dentist insivil lateralis. Pars transversa:Jugum alveolare dentist canini.

I:pars alaris:ala nasi, pinggir cuping hidung. Pars transversa:Cartilago nasi lateralis, membran

tendodorsum nasi.

(34)

sendiri. Pars alaris:Membuka lebar cuping hidung. Pars transversa:Mengecilkan lubang hidung.

- M. depressor septi nasi

O:Jugum alveorale dentis insicivi medialis. I:Cartilago alaris major, cartilago septi nasi. F:Menggerakkan cuping hidung dan hidungnya sendiri.

d. Mulut

- M. orbicularis oris

O:Pars marginalis dan pars labialis:sebelah lateral Angulusoris.

I:kulit bibir.

F:Menutup bibir, sehingga juga menggerakkan cuping hidung, pipi dan juga kulit dagu.

- M. buccinators

O:Bagian posterior Proc. Alveoralis maxillae, raphe pterygomandibularis, bagian posterior proc. Alveolaris mandibulae.

- M. levator labii superioris

O:Margo infraorbitalis dan bagian Proc. Zygomaticum maxilla di dekatnya; berasal dari massa otot M.

orbicularis oculi. I:Bibir atas.

F:Menarik bibir atas ke lateral dan atas. - M. depressor labii inferioris

O:Basis mandibulae sebelah medial Foramen mentale. I:Bibir bawah, dagu, serabut dalam ke mukosa.

F:Menarik bibir ke lateral bawah. - M. mentalis

O:Jugum alveorale dentis incisive lateralis bawah I:Kulit dagu.

F:Membentuk lekuk di dagu, eversi bibir bawah (bersama dengan M. orbicularis oris)

(35)

- M. transverses menti

O:cabang oblik dari M. mentalis. I:Kulit dagu.

F:Menggerakkan kulit dagu. - M. depressor anguli oris

O:Basis mandibulae tepat di bawah foramen mentale I:Bibir bawah, pipi di sebelah lateral sudut mulut, bibir atas.

F:Menarik sudut mjulut ke bawah.

- M. risiorus (seringkali merupakan bagian dari Platysma atau M. depressor anguli oris)

O:Fascia paratoidea, Fascia masetecicae I:Bibir atas, sudut mulut.

F:Menarik sudut mulut ke lateral atas, membentuk lesung pipi.

- M. levator anguli oris O:Fossa canina maxillae I:Sudut mulut

F:Menarik mulut ke arah atas dan medial - M. zygomaticus mayor

O:Os zygomaticum di dekat sutura Zygomaticotemporalis

I:Bibir atas sudut mulut

F:Menarik sudut mulut di atas lateral dan ke atas. - M. Zygomaticus minor

O:Os zygomaticus di dekat sutura Zygomaticomaxillaris

I:Bibir atas, sudut mulut

F:Menggerakkan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu, memperdalam sulcus nasolabialis.

- M. levator labii superioris alaeque nasi

O:Proc. Frontalis maxillae; berasal dari massa otot, M. orbicularis oculi

(36)

I:Cuping hidung, sudut mulut, bibir atas, serabut dalam bagian lateral posterior cuping hidung

F:Menggerakkan bibir, alae nasi, pipi dan kulit dagu.5 Otot Pada Penguyahan

- M. temporalis

O:Os temporal di bawah linea temporalis inferior, lapisan dalam fascia temporalis

I:Apeks dan pembukaan medial Proc. Coronoideus mandibulae

F:Serabut anterior menutup mulut, serabut posterior menarik mandibula (=retrusi)

- M. masseter

O:Pars supercilialis: dua pertiga anterior margo inferior Arcus Zygomaticus (tendo). Pars profunda: sepertiga posterior permukaan dalam Arcus

Zygomaticus.

I:Pars supercilialis: Angula mandibulae, tuberositas masseterica. Pars profunda:Margo inferior mandibulae F:Menutup mulut

- M. ptrygoideus medialis

O:Fossa pterygoidea permukaan medial Lamina lateris Proc. Pterygoidei, Proc. Pyramidalis ossis palatine

I:Margo inferior mandibulae, tuberositas pterygoidea F:Menutup mulut

- M. pteryguideus lateralis

O:Caput superius:permukaan luar Lamina lateralis Proc. Ptrygoidei, tubermaxillae (accesorius). Caput inferius: facies temporalis alae majoris ossis

sphenoidalis.

I:Caput superius: discus et capsula articulation temporomandibularis. Caput inferius: Fofea pterygoidea Proc. Conclylaeis mandibulae.

(37)

(=prostusi).

DAFTAR PUSTAKA

 Bath, Mary. 2006. Dental Embryology, Histology and Anatomy. USA: Elsevier.

 Craig and Power’s. 2002. Restorative Dental Materials. USA: Mosby.

 Craig, et all. 2004. Dental Materials, Properties and Manipulation. USA: Elsevier.

 Hiatt and Gartner.2001. Text Book of Head and Neck. USA: The Point.

 Brend and Shellhard. 1998. Anatomy of Orofacial Structures. USA: Mosby.

Diposkan oleh CalonDokterGigi di 06.37 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Jaringan Lunak Rongga Mulut

dan Basis Gigi Tiruan

DAFTAR PUSTAKA

 Bath, Mary. 2006. Dental Embryology, Histology and Anatomy. USA: Elsevier.

 Craig and Power’s. 2002. Restorative Dental Materials. USA: Mosby.

 Craig, et all. 2004. Dental Materials, Properties and Manipulation. USA: Elsevier.

 Hiatt and Gartner.2001. Text Book of Head and Neck. USA: The Point.

 Brend and Shellhard. 1998. Anatomy of Orofacial Structures

Polishing

(38)

BAHAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI I POLISHING

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut untuk mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi : kesehatan mulut, fungsi, dan estetika.

Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah permukaan total dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi. Permukaan yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari-hari karena benang gigi dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa bahan gigi tertentu, aktivitas karat dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika seluruh restorasi dipoles dengan baik. Fungsi rongga mulut akan

meningkat jika restorasi dipoles dengan baik karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan oklusal dan embrasur selama mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah kontak restorasi yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga maupun antagonisnya. Ini

khususnya berlaku untuk bahan restorasi seperti keramik yang mengandung fase yang lebih keras daripada email gigi dan dentin. Permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan kontak yang tinggi yang dapat menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan stabilisasi antara gigi-gigi. Akhirnya, kebutuhan estetik dapat membuat dokter gigi menangani permukaan restorasi yang tampak jelas dengan cara berbeda daripada permukaan yang sulit dijangkau. Walaupun pemolesan yang mirip cermin diinginkan demi alasan di atas, jenis permukaan ini mungkin secara estetik kurang baik karena tidak cocok dengan gigi-gigi di sebelahnya bila berada di daerah yang mudah kelihatan seperti permukaan labial dari gigi-gigi aterior atas. Meskipun demikian, permukaan ini tidak terkena tekanan kontak yang tinggi dan mudah dibersihkan. Ciri dan corak anatomi yang samar dapat ditambahkan pada daerah ini tanpa mempengaruhi kesehatan maupun fungsi rongga mulut. 1.2 Tujuan

1. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam Polishing di bidang kedokteran gigi 2. Mengetahui faktor yang berpengaruh dalam Polishing di bidang kedokteran gigi 3. Mengetahui komposisi dari bahan Polishing di bidang kedokteran gigi

(39)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bahan Abrasif

Bahan yang menyebabkan abrasi; bahan yang digunakan untuk mengikis, mengasah, dan menggosok.

2.2 Manfaat Bahan Abrasif

Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut untuk mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi : kesehatan mulut, fungsi, dan estetika.

Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah permukaan total dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi. Permukaan yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari-hari karena benang gigi dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa bahan gigi tertentu, aktivitas karat dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika seluruh restorasi dipoles dengan baik. Fungsi rongga mulut akan

meningkat jika restorasi dipoles dengan baik karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan oklusal dan embrasur selama mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah kontak restorasi yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga maupun antagonisnya. Ini

khususnya berlaku untuk bahan restorasi seperti keramik yang mengandung fase yang lebih keras daripada email gigi dan dentin. Permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan kontak yang tinggi yang dapat menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan stabilisasi antara gigi-gigi. Akhirnya, kebutuhan estetik dapat membuat dokter gigi menangani permukaan restorasi yang tampak jelas dengan cara berbeda daripada permukaan yang sulit dijangkau. Walaupun pemolesan yang mirip cermin diinginkan demi alasan di atas, jenis permukaan ini mungkin secara estetik kurang baik karena tidak cocok dengan gigi-gigi di sebelahnya bila berada di daerah yang mudah kelihatan seperti permukaan labial dari gigi-gigi aterior atas. Meskipun demikian, permukaan ini tidak terkena tekanan kontak yang tinggi dan mudah dibersihkan. Ciri dan corak anatomi yang samar dapat ditambahkan pada daerah ini tanpa mempengaruhi kesehatan maupun fungsi rongga mulut.

2.3 Keausan Abrasif, Keausan Erosif, dan Kekerasan Abrasif 2.3.1 Keausan abrasif

Keausan adalah proses penghilangan bahan yang dapat terjadi bila permukaan saling bergesekan satu sama lain. Proses penyelesaian restorasi melibatkan keausan abrasi melalui pemakaian partikel keras. Pada kedokteran gigi, partikel paling luar atau bahan permukaan dari instrumen abrasi disebut sebagai abrasif. Bahan yang dirapikan disebut substrat. Pada kasus bur intan, partikel intan yang ada pada bur memiliki abrasif sementara gigi mewakili substrat. Juga diperhatikan bahwa bur pada hand piece kecepatan tinggi berputar searah jarum jam seperti terlihat dari gerak kepala hand piece. Arah

(40)

putaran dari instrumen abrasif putar perlu diperhatikan untuk mengendalikan aksinya pada permukaan substrat. Jika hand piece dan bur meluncur pada arah yang sama dengan arah putaran bur pada permukaan, bur cenderung ‘lari’ dari substrat, sehingga diperoleh aksi pengasahan yang lebih tidak terkontrol dan permukaan yang lebih kasar.

Keausan abrasif lebih jauh lagi dibagi menjadi proses keausan dau dan tiga tubuh. Keausan dua tubuh terjadi jika partikel abrasif berikatan kuat pada permukaan instrumen abrasif dan tidak digunakan partikel abrasif lain. Bur intan yang mengasah gigi mewakili contoh dari keausan dua tubuh. Keausan tiga tubuh terjadi jika partikel abrasif dibiarkan bebas meluncur dan berotasi di antara dua permukaan. Profilaksis gigi, yang mencakup penggunaan mangkuk karet rotasi dan pasta abrasif pada permukaan gigi atau bahan, merupakan contoh dari keausan tiga tubuh. Kedua proses ini tidak ekslusif. Partikel intan dapat terlepas dari bur intan dan menyebabkan keausan tiga tubuh. Sama seperti beberapa partikel abrasif pada pasta abrasif dapat terjebak pada permukaan mangkuk karet dan menimbulkan keausan dua tubuh. Pelumas sering digunakan untuk meminimalkan resiko perubahan tidak disengaja dari keausan dua menjadi tiga tubuh dan sebaliknya.

2.3.2 Keausan erosif

Keausan erosif disebabkan oleh partikel keras yang menekan permukaan substrat, baik yang dibawa melalui aliran udara atau aliran air. Kebanyakan laboratorium gigi mempunyai unit balsting yang dijalankan dengan udara dan menggunakan arosi partikel keras untuk menghilangkan bahan

permukaan. Jenis erosi ini harus dibedakan dengan erosi kimia, yang melibatkan bahan-bahan kimia seperti asam dan basa alih-alih dari partikel keras, untuk menghilangkan bahan substrat. Etsa asam adalah istilah umum yang digunakan lebih sering daripada erosi kimia. Erosi kimia tidak digunakan sebagai metode penyelesaian bahan gigi. Kegunaan utamanya adalah untuk mempreparasi permukaan guna meningkatkan bonding atau pelapisan.

2.3.3 Kekerasan Abrasif Material Moh’s Value Material Moh’s Value Diamond 10 Quartz 7

Silikon Carbide 9-10 Tin Oxide 6-7 Emery 9-10 Porcelain 6-7

Tungsten Carbide 9-10 Garnet 6,5-7 Aluminum Oxide 9 Tripoli 6-7

(41)

Zirconium Silicate 7,5-7 Pumice 6 Cuttle 7

2.4 Faktor yang berpengaruh dalam Polishing di bidang kedokteran gigi

a. Kekerasan partikel abrasif; misalnya, diamond adalah bahan yang paling keras, sedangkan batu apung, batu akik, dan lain-lain relatif lebih lunak.

b. Bentuk partikel bahan abrasif; partikel yang mempunyai tepi tajam akan lebih efisien daripada partikel yang bersudut tumpul.

c. Besar partikel bahan abrasif; partikel yang lebih besar sanggup menghasilkan goresan yang lebih dalam.

d. Sifat-sifat mekanis bahan abrasif; bila bahan abrasif pecah, hendaknya dihasilkan tepi baru yang tajam. Jadi kerapuhan suatu bahan abrasif dapt merupakan suatu keberuntungan.

e. Kecepatan gerakan menggosok; gerakan partikel abrasif yang perlahan menghasilkan goresan yang lebih dalam.

f. Tekanan yang diberikan sewaktu menggosk; tekanan yang terlalu besar dapat membuat partikel abrasif pecah dan meningkatkan panas yang timbul karena gesekan.

g. Sifat-sifat bahan yang hendak digosok; bahan yang rapuh dapat digosok dengan cepat, sedangkan bahan yang lunak dan kenyal (misalnya, emas murni) akan mengalir dan bukannya terasah oleh abrasif.

2.5 Komposisi dari bahan Polishing di bidang kedokteran gigi

Ada beberapa jenis abrasif yang tersedia tetapi hanya yang umum yang digunakan dalam kedokteran gigi. Abrasif alamiah mencakup batu Arkansas, kapur, korundum, intan, ampelas, akik, pumice, quartz, pasir, tripoli, dan zirkonium silikat. Cuttle dan kieselguhr berasal dari sisa organisme hidup. Abrasif buatan pabrik adalah bahan disintesa yang umumnya lebih disukai karena mempunyai sifat fisik yang lebih dapat ditebak. Silikan karbid, oksida aluminium, rouge, dan oksida timah adalah contoh dari abrasif buatan pabrik.

1. Batu Arkansas. Batu Arkansas adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu muda dan semitranslusen yang ditambang di Arkansas. Mengandung quartz mikrokristal dan mempunyai corak yang padat, keras, serta seragam. Potongan kecil dari mineral ini dicekatkan pada batang logam dan ditruing ke berbagai bentuk untuk mengasah email gigi dan logam campur.

2. Kapur. Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur adalah abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat. Digunakan sebagai pasta abrasif ringan untuk memoles email gigi, lembaran emas, amalgam, dan bahan plastik.

(42)

3. Korundum. Bentuk mineral dari oksida aluminium yang biasanya berwarna putih. Sifat fisiknya lebih rendah daripada oksida alfa-aluminium, yang sudah banyak menggantikan korundum dalam aplikasi dental. Korundum digunakan terutama untuk mengasah logam campur dan tersedia dalam bentuk abrasif bonding dengan bermacam bentuk. Paling umum digunakan pada instrumen yang disebut white stone.

4. Intan. Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas karbon. Ini adalah senyawa yang paling keras. Intan disebut superabrasif karena kemampuannya untuk mengatasi substansi apapun. Abrasif intan dipasok dalam berbagai bentuk, termasuk instrumen abrasif yang berputar, ampelas abrasif yang mempunyai backing logam lentur, dan pasta poles intan. Digunakan pada bahan keramik dan resin komposit.

5. Amril. Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang dibuat dalam bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya dalam bentuk disk abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran kekasaran. Dapat digunakan untuk memoles logam campur atau bahan plastis.

6. Akik. Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang mempunyai sifat fisik dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah silika dari aluminium, kobalt, besi, magnesium, dan mangan. Abrasif akik yang digunakan dalam kedokteran gigi biasanya berwarna merah gelap. Akik sangat keras dan jika patah selama pengasahan, membentuk bidang berbentuk pahat yang tajam, membuat bahan ini menjadi abrasif yang sangat efektif. Akik tersedia dalam bentuk disk dan pita punjung. Digunakan untuk mengasah logam campur dan bahan plastik.

7. Pumis. Aktivitas gunung berapi menghasilkan bahan silika berwarna abu-abu muda. Digunakan terutama dalam bentuk pasir tetapi juga dapat ditemukan pada abrasif karet. Kedua bentuk ini digunakan pada bahan plastik. Tepung pumis adalah derivat batu volakanik yang sangat halus dari Italia dan digunakan untuk memoles email gigi, lempeng emas, amalgam gigi, dan resin akrilik. 8. Quartz. Bentuk quartz yang paling sering digunakan adalah yang sangat keras, tidak berwarna, dan transparan. Ini adalah bentuk mineral yang sangat banyak dan tersebar luas. Partikel-partikel

kristalin quatrz dilumatkan untuk membentuk partikel angular yang tajam yang bermanfaat dalam membuat disk abrasif. Abrasif quartz digunakan terutama untuk merapikan logam campur dan dapat digunakan untuk mengasah email gigi.

9. Pasir. Pasir adalah campuran partikel mineral kecil yang terutama terdiri atas silika. Partikel ini berwarna-warni, membuat abrasif pasir mempunyai penampilan yang khas. Partikel pasir mempunyai bentuk bulat atau angular. Diaplikasikan tekanan udara untuk menghilangkan bahan tanam dari logam campur pengecoran. Juga dapat dilapiskan pada disk kertas untuk mengasah logam campur dan bahan plastik.

10. Tripoli. Abrasif ini berasal dari endapan batu silika yang ringan dan rapuh. Berwarna putih, abu-abu, pink, merah, atau kuning. Jenis yang berwarna abu-abu dan merah adalah yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi. Batu ini digiling menjadi partikel yang sangat halus dan dibentuk dengan pengikat lunak menjadi batang-batang senyawa pemoles. Digunakan untuk memoles logam campur dan beberapa bahan plastik.

(43)

11. Zirkonium silikat. Zirkon atau zirkonium silikat dipasok sebagai mineral berwarna putih kekuningan. Bahan ini digiling menjadi partikel dengan berbagai ukuran dan digunakan untuk melapisi disk abrasif serta ampelas. Sering digunakan sebagai komponen pasta profilaksis gigi. 12. Cuttle. Cuttlefish, cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum untuk abrasif ini. Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari bagian dalam rumah kerang laut Mediterania dari genus Sepia. Tersedia sebagai abrasif lapisan dan digunakan untuk prosedur abrasi yang halus seperti memoles tepi logam dan restorasi amlgam gigi.

13. Kieselguhr. Bahan ini terdiri atas sisa-sisa silika dari tanaman laut kecil yang disebut diatom. Bentuk yang lebih kasar disebut tanah diatomaceus, yang digunakan sebagai bahan pengisi pada beberapa bahan gigi seperti bahan cetak hidrokoloid. Merupakan abrasif yang sangat halus. Risiko silikosis pernapasan karena pemajanan kronis terhadap partikel bahan ini yang ada di udara cukup besar karena itu tindakan pencegahan harus selalu dilakukan.

14. Silikon Karbid. Adalah abrasif yang sangat keras dan merupakan abrasif sintetik yang pertama kali dibuat. Baik yang berwarna hijau atau hitam-biru mempunyai sifat fisik yang setara. Bentuk hijau sering lebih disukai karena substrat terlihat lebih nyata di balik warna hijau tersebut. Silikon karbid sangat keras dan rapuh. Patikel-partikelnya tajam dan mudah pecah untuk membentuk partikel baru yang tajam. Ini menghasilkan efisiensi pemotongan yang sangat tinggi untuk berbagai bahan,

termasuk logam campur, keramik, dan bahan plastik. Silikon karbid tersedia sebagai abrasif pada disk dan instrumen bonding vitreous serta karet.

15. Oksida Aluminium. Oksida aluminium adalah abrasif sintetik kedua yang dikembangkan sesudah silikon karbid. Oksida aluminium sintetik (alumina) dibuat berupa bubuk berwarna putih. Dapat lebih keras daripada korundum (alumina alami) karena kemurniannya. Alumina dapat diproses dengan berbagai sifat melalui sedikit mengubah reaktan pada proses pembuatannya. Ada beberapa jenis ukuran butiran dan alumina sudah semakin banyak menggantikan bahan amril untuk abrasif. Oksida aluminium digunakan secara luas dalam kedokteran gigi. Oksida ini dipakai untuk membuat abrasif bonding, abrasif berbentuk lapisan, dan abrasif yang dijalankan dengan motor udara. White stone dibuat dari oksida aluminium yang disintering dan populer untuk merapikan email gigi, logam campur, maupun bahan keramik.

Abrasif logam aluminium yang berwarna pink dan merah delima dibuat dengan menambahkan senyawa kromium pada bahan asli. Variasi ini dipasarkan dalam bentuk bonding viterous sebagai batu tidak terkontaminasi untuk preparasi logam campur logam-keramik sebelum menerima porselen. Sisa-sisa abrasif ini tidak boleh mengganggu pengikatan porselen ke logam campur. Hasil tinjauan ulang dari Yamamoto (1985) menunjukkan bahwa bur karbid merupakan instrumen yang paling efektif untuk merapikan jenis logam campur ini karena tidak mengkontaminasi permukaan logam dengan terjebaknya partikel abrasif.

16. Abrasif Intan Sintetik. Intan buatan digunakan khusus sebagai abrasif dan dibuat lima kali lebih besar dari tingkat abrasif intan alami. Jenis abrasif ini digunakan pada pembuatan gergaji intan, roda, dan bur intan. Blok yang ditanami partikel intan digunakan untuk mengasah jenis abrasif yang lain. Pasta pemoles intan juga dapat dibuat dari partikel yang diameternya lebih kecil dari 5 μm dan digunakan untuk memoles bahan keramik. Abrasif intan sintetik digunakan terutama untuk struktur gigi, bahan keramik, dan bahan resin komposit.

(44)

17. Rouge. Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna merah dalam rouge. Bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan berbagai pengikat lunak menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi.

18. Oksida Timah. Abrasif yang sangat halus ini digunakan secara luas sebagai bahan pemoles untuk gigi dan restorasi logam di dalam mulut. Bahan ini dicampur dengan air, alkohal, atau gliserin untuk membentuk pasta abrasif ringan.

2.6 Alat dan bahan yang digunakan dalam Polishing di bidang kedokteran gigi 3.1.1 Alat

Straight dan Contra (Hand piece), Polishing Machine Material mata bur :

• Logam • Stainless steel

Murah, mudah aus dan keropos, penggunaan dengan kecepatan lebih dari 50.000 rpm dapat merusak bur.

• Karbid wolfram

Dapat digunakan dengan kecepatan sangat tinggi dan dengan material yang halus maupun kasar (untuk bur laboratorium, pemotongan akrilik, presisi tinggi)

• Almunium oksida

Keras seperti intan, tetapi lebih mudah untuk menggrinda akrilik, matriks resin dari komposit dan logam, kurang baik untuk porselen.

• Intan

Dapat memotong hampir semua benda, menimbulkan panas tinggi, dan dapat melelehkan beberapa material tertentu. 3.1.2 Bahan 1. Pasta • Tin Oxide • Zirkonium Oxide 2. Powder

(45)

• Silikon carbide dapat tersedia dalam bentuk puder, atau digabungkan dengan karet membentuk batu (stone) atau wheel/lempeng yang dipergunakan di laboratorium kedokteran gigi.

• Alumina dipergunakan sama seperti silikon carbide. • Pasir (silika), ini dipergunakan :

-blasting, terutama untuk alloy cobalt- chromium.

• Batu apung diperoleh dari batu gunung berapi. Dipergunakan dalam bentuk suspensi dalam air, terutama pada penghalusan resin akrilik.

• Tripoli adalah batu gunung yang berpori yang dihaluskan, dicampur dengan malam untuk mendapatkan bahan seperti bata.

• Pumice • Tin Oxide • Zirconium Oxide • Garnet • Kieselguhr 3. Instrumen

• Di antara bahan abrasif yang diketahui, diamond adalah bahan yang terkeras partikelnya dapat ditanam dalam bahan pengikat keramik atau logam, seperti halnya pada bur gigi.

• Tungsten carbide dipergunakan terutama untuk pembuatan bur dan roda abrasif.

• Emery adalah campuran alumina dan besi yang tersedia sebagai suatu abrasif yang dilekatkan pada kain atau kertas.

• Batu akik adalah bahan abrasif yang relatif lebih lunak, mengandung magnesium aluminium silikat, dan dipergunakan sebagai pelapis untuk lempeng kertas.

• Cuttle-fish bone kegunaannya sama dengan batu akik.

BAB III

(46)

3.1 Alat Dan Bahan

1. mata bur 2. pisau model

3. straight hp beserta mata bur 4. masker

5. kuas kecil 6. tali bur 7. mesin pulas

1. sikat kecil

2. straight hp dan tali bur 3. diamond disc

4. kuas kecil

5. mata bur untuk pulas logam/alloy

1. kertas gosok 2. pumice dan cryet 3. resin akrilik

(47)

2. batu apung 3. Cu alloy (orden)

3.2 Cara Kerja

1. Polishing Resin Akrilik

1. Lempeng resin akrilik yang digunakan adalah lempeng resin akrilik dari tahap pekerjaan skill lab malam.

2. Merapikan lempeng akrilik menggunakan straight hp dan frazzer, bentuk lempeng sesuai dengan outline dan bebaskan daerah mukosa bergerak dan tak bergerak.

3. Tahap selanjutnya adalah polishing, meratakan permukaan lempeng akrilik dengan menggunakan kertas gosok, setelah rata dan halus pulas dengan mesin pulas dengan menggunakan pumice dan cryet.

4. Hasil yang maksimal adalah lempeng akrilik yang halus, rata dan mengkilat.

2. Polishing Logam

1. Rapikan model kasar logam yang sudah jadi disesuaikan dengan ukuran yang dikehendaki, kemudian dipulas. Pertama menggunakan arkansas stone sampai permukaan model terlihat halus, dilanjutkan dengan rubber warna merah dan terakhir dengan rubber warna hijau. Setelah

permukaan logam terlihat halus dan mengkilat potong sprue dengan menggunakan diamond disc kemudian bekas potongan dirapikan dan dipulas.

2. Hasil maksimal adalah model logam dengan permukaan halus dan mengkilat, tidak porus dan sesuai dengan ukuran.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

RESIN AKRILIK

1. Penyelesaian / finishing

Pada tahap ini dilakukan pemotongan bagian-bagian yang berlebih. Merapikan pinggiran akrilik dan meratakan permukaan akrilik dengan bor stone, fraiser dan amplas halus.

(48)

Pemolesan ini merupakan tahap terakhir dalam manipulasi resin akrilik. Bahan yang digunakan untuk pemolesan pertama kali adalah pumish yang merupakan bahan dari batu apung yang dipergunakan dalam suspensi dalam air. Bahan selanjutnya dipoles dengan bahan yang lebih halus yaitu whiting yang dipergunakan dalam bentuk suspensi dalam air. Pemolesan ini dilakukan sampai permukaan akrilik halus dan mengkilap. Setelah itu diaplikasikan dalam model rahang yang baik yaitu pada waktu dilepas mudah dan pada waktu posisi terbalik akrilik tetap pada model rahang atau tidak jatuh.

LOGAM

Logam merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang memiliki sifat-sifat yang kita kenal keras, mengkilat, padat dan sebagainya. Dalam praktikum ini, kita dapat melihat sifat-sifat itu dengan jalan membuat model tuang dari logam.

1. Tahap Finishing dan Polishing

Pada tahap ini dilakukan perapian model kasar logam dan disesuaikan dengan ukuran semula. Kemudian logam dipoles dengan menggunakan arkansas stone sampai permukaan model terlihat halus. Lalu dilanjutkan dengan rubber warna merah dan terakhir dengan rubber warna hijau. Setelah permukaan logam terlihat halus dan mengkilat potong sprue dengan menggunakan diamond disc kemudian dirapikan dan dipulas pada daerah bekas potongan.

2. Hasil Akhir

Hasil akhir logam yang didapatkan adalah logam yang halus, mengkilat dan terdapat sedikit porus. Hal ini dikarenakan ketika mengaduk bahan tanam gipsum dengan bahan tanam fosfat tidak merata (masih tersisa udara).

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum polishing yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahan yang menyebabkan abrasi; bahan yang digunakan untuk mengikis, mengasah, dan menggosok

2. Fungsi Polishing di bidang kedokteran gigi Proses pemotongan

(49)

Proses penyelesaian Proses pemulasan

3. Manfaat Polishing di bidang kedokteran gigi : kesehatan mulut, fungsi, dan estetika 4. Bahan Abrasif : pasta, powder, dan instrumen

5. Faktor yang berpengaruh dalam Polishing di bidang kedokteran gigi - Kekerasan partikel abrasif

- Bentuk partikel bahan abrasif - Besar partikel bahan abrasive - Sifat-sifat mekanis bahan abrasive - Kecepatan gerakan menggosok

- Tekanan yang diberikan sewaktu menggosk - Sifat-sifat bahan yang hendak digosok

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 2003. Philips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10. Jakarta : EGC.

Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Jakarta : Balai Pustaka.

Craig, Robert, dkk. 1979. Dental Materials Properties And Manipulation. London : CV. Mosby Company.

Tim Penyusun. 2009. Buku Petunjuik Skill Lab Bahan dan Teknologi Kedokteran Gigi I. Jember : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisa keragaman terhadap sabun transparan dengan konsentrasi gel lidah buaya 5, 10, 15, dan 20% pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) menunjukkan

Armour layer memiliki ukuran butir yang hampir s~ragam, namun bergradasi butir yang bervariasi diantara butiran penyusunnya, Struktur amlOur layer yang terbentuk,

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir Menguasai materi Sejarah secara luas dan Menganalisis dampak politik peristiwa G-30-S /PKI keilmuan yang mendukung mata pelajaran

4. Menggali pengetahuan audiens tentang komplikasi dari demam  Beri reinforcement positif  Menjelaskan tentangc.

1) Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa, menanyakan kehadiran siswa, kebersihan dan

Kabupaten Bangkalan sebagai Kabupaten yang terletak disebelah Barat Pulau Madura merupakan pintu masuk arus lalu lintas dari Pulau Jawa apalagi dengan akan selesainya jembatan

Ketika kita berkunjung ke Monjali selain kita bisa belajar sejarah tentang perjuangan para pahlawan, ternyata banyak nilai dari pahlawan tersebut yang bisa kita ambil dan

Dengan adanya instrumen yang lebih memadai, pengamatan dengan teleskop portabel pada observatorium profesional dan edukasional menjadi kurang penting, sehingga pada