• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan hidupnya di sektor tersebut. Hal tersebut menyebabkan peranan sektor pertanian terhadap serapan tenaga kerja masih tinggi. Selain berperan dalam penyerapan tenaga kerja, sektor ini merupakan penyedia bahan baku sektor industri pengolahan, sumber pendapatan rumah tangga petani dan penyedia pangan nasional (Kementrian Pertanian, 2013).

Produksi tanaman pangan dapat mempengaruhi ketersediaan bahan pangan nasional. Pulau Jawa dan Bali merupakan wilayah di Indonesia yang berkontribusi paling besar dalam produksi tanaman pangan yaitu padi dan palawija. Kontribusi tersebut lebih dari setengah produksi nasional kecuali pada ubi kayu dengan persentase 42,17 persen. Hal tersebut menunjukkan provinsi di Pulau Jawa dan Bali memegang peranan penting dalam produksi pangan nasional. Salah satu provinsi di Pulau Jawa yang berkontribusi pada produksi tanaman padi dan palawija adalah Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur memproduksi padi terbesar di Pulau Jawa setelah Provinsi Jawa Barat dengan persentase 16,88 persen dari produksi nasional. Produksi jagung, kacang tanah, dan kedelai di Jawa Timur paling besar dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa. Hal tersebut menunjukkan Provinsi Jawa Timur memegang peranan penting dalam ketersediaan bahan pangan di Pulau Jawa dan nasional. Kontribusi produksi tanaman padi dan palawija Provinsi di Pulau Jawa dan Bali pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 1.1.

(2)

2

Tabel 1.1. Kontribusi Produksi Tanaman Padi dan Palawija Provinsi di Pulau Jawa dan Bali pada tahun 2013

No. Provinsi Kontribusi (persen)

Padi Jagung Kacang Hijau Kacang Tanah Kedelai Ubi Kayu

1. DKI Jakarta 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Jawa Barat 17,17 5,79 4,15 11,10 6,60 9,20 3. Jawa Tengah 14,65 15,89 37,95 20,26 16,03 14,38 4. DI Yogyakarta 1,27 1,45 0,14 8,53 3,65 3,99 5. Jawa Timur 16,88 30,83 23,35 30,33 44,18 13,58 6. Banten 2,78 0,07 0,25 1,52 0,69 0,37 7. Bali 1,25 0,32 0,39 1,35 0,86 0,65 P. Jawa+Bali 54,00 54,35 66,23 73,09 72,01 42,17 Nasional 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS, 2013 cit. BAPPENAS, 2013

Menurut Tarigan (2005), pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut. Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut. Kondisi perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah tersebut. Menurut BPM Jawa Timur (2010), Jawa Timur adalah provinsi penyumbang terbesar kedua untuk pendapatan domestik tingkat Nasional setelah DKI Jakarta. Sumbangan Jawa Timur pada PDRB yaitu 15,25 % total nasional. Sektor yang mempunyai nilai PDRB terbesar di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2013 yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran; pertanian dan industri pengolahan. Ketiga sektor tersebut menjadi leading sector dalam perekonomian Jawa Timur. Selain itu, sektor yang mempunyai nilai PDRB terendah adalah listrik, gas dan air bersih. Perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang berkontribusi paling besar pada perekonomian Jawa Timur.

Jawa Timur merupakan daerah industri terbesar di Indonesia sesudah Jabodetabek. Surabaya, ibukota provinsi, memainkan peran penting dalam hal investasi, industri, perdagangan, industri jasa, dan berperan sebagai pintu gerbang bagi ekonomi Indonesia Timur. Sebagian wilayah Jawa Timur sudah dihubungkan dengan jalan tol atau akan dibangun jalan tol dan hampir semua kota dihubungkan dengan jalan kereta api yang menyambung ke hampir seluruh kota-kota di Jawa. Selain itu, kekayaan alam yang melimpah dan kondisi geografis Provinsi Jawa Timur yang strategis menyebabkan ketiga sektor tersebut berkembang di provinsi tersebut (BPM Jawa Timur, 2010).

(3)

3

Adapun nilai PDRB Provinsi Jawa Timur atas harga konstan dari tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2. PDRB menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan Tahun Dasar 2000 di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013

No. Sektor PDRB Provinsi Jawa Timur (milyar rupiah)

2009 2010 2011 2012 2013

1. Pertanian 50.208,90 51.329,55 52.628,43 54.463,94 55.330,10

2. Pertambangan dan

Penggalian 7.104,82 7.757,32 8.228,63 8.419,51 8.697,63

3. Industri Pengolahan 83.299,89 86.900,78 92.171,19 98.017,06 103.497,23

4. Listrik, Gas, dan Air

Bersih 4.361,52 4.642,08 4.932,08 5.238,43 5.486,50 5. Konstruksi 10.307,88 10.992,60 11.994,83 12.840,57 14.006,02 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 95.983,87 106.229,11 116.645,21 128.375,50 139.431,31 7. Pengangkutan dan Komunikasi 22.781,53 25.076,42 27.945,26 30.640,91 33.837,74 8. Keuangan, Real

Estate dan Jasa Perusahaan

17.395,39 18.659,49 20.186,11 21.782,34 23.455,84

9. Jasa-jasa 29.417,37 30.693,41 32.251,53 33.884,59 35.686,08

Jumlah 320.861,17 342.280,76 366.983,27 393.662,85 419.428,45

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, 2014

Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran berkontribusi besar pada PDRB Provinsi Jawa Timur pada tahun 2009-2013. Kontribusi sektor tersebut dari tahun ke tahun semakin besar. Hal tersebut berbeda dengan sektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian cukup besar pada perekonomian Provinsi Jawa Timur, tetapi dari tahun 2009 – 2013 semakin menurun. Kontribusi sektor pertanian menurun dari 15,65 sampai 13,19 persen. Padahal menurut BPS Jawa Timura (2014), keunggulan sektor pertanian di Provinsi Jawa Timur ditunjukkan dengan produksinya yang lebih tinggi dibanding rata-rata nasional. Pada tahun 2013, produksi padi Jawa Timur memberikan andil 16,88 persen terhadap nasional. Sementara itu produksi jagung 30,83 persen dan kedelai 44,18 persen. Selain subsektor tanaman pangan, subsektor peternakan juga lebih unggul dibanding provinsi yang lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa walaupun kontribusi sektor pertanian menurun tetapi sektor tersebut merupakan sektor unggulan di Provinsi Jawa Timur. Kontribusi PDRB menurut lapangan usaha atas harga konstan tahun dasar 2000 di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel 1.3.

(4)

4

Tabel 1.3. Kontribusi PDRB menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan Tahun Dasar 2000 di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 (Persen)

No. Sektor Kontribusi (persen)

2009 2010 2011 2012 2013 1. Pertanian 15,65 15,00 14,34 13,84 13,19 2. Pertambangan dan Penggalian 2,21 2,27 2,24 2,14 2,07 3. Industri Pengolahan 25,96 25,39 25,12 24,90 24,68 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,36 1,36 1,34 1,33 1,31

5. Konstruksi 3,21 3,21 3,27 3,26 3,34

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

29,91 31,04 31,78 32,61 33,24 7. Pengangkutan dan

Komunikasi

7,10 7,33 7,61 7,78 8,07

8. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

5,42 5,45 5,50 5,53 5,59

9. Jasa-jasa 9,17 8,97 8,79 8,61 8,51

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, 2014 (diolah)

Sektor pertanian di Provinsi Jawa Timur juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Sebagian besar penduduk Jawa Timur menggantungkan hidupnya dari dari sektor pertanian, tetapi tingkat penyerapan tenaga kerja sektor ini semakin menurun. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian pada tahun 2008 masih mencapai 43 persen, melambat menjadi 42 persen pada tahun 2009 dan 2010, dan menjadi 39 persen pada tahun 2011 dan 2012. Sektor pertanian merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah, karena kontribusinya yang besar dan daya dukung sektor ini terhadap perkembangan sektor industri dan perdagangan yang cukup besar (BPS Jawa Timurb, 2014). Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam perekonomian Jawa Timur, sektor pertanian berkaitan dengan sektor yang lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lain dalam perekonomian Provinsi Jawa Timur.

Keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian dapat dilihat pada Analisis Input-Output. Menurut Tarigan (2005), Analisis Input-Output adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antarsektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Jika suatu sektor tertentu melakukan kegiatan produksi, sektor tersebut meningkatkan permintaannya terhadap hasil produksi

(5)

5

sektor lainnya. Sedangkan peningkatan output di sektor tersebut juga menciptakan penawaran bagi sektor‐sektor lain yang membutuhkan dari sektor tersebut. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat. Berdasarkan keterkaitan tersebut akan dapat diperoleh sektor kunci sehingga dapat dilakukan kebijakan terhadap sektor tersebut. Tabel Input Output ini sering digunakan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai struktur perekonomian yang mencakup struktur nilai tambah masing‐masing sektor, struktur input antara, struktur penyediaan barang dan jasa, struktur ekspor dan impor dan struktur permintaan (Virgowansyah dan Nazara, 2007 cit. Subanti dan Hakim, 2009).

B. Rumusan Masalah

Sektor pertanian merupakan sektor yang berkontribusi cukup besar dalam perekonomian nasional. Selain itu, sektor pertanian juga berkontribusi dalam penghasilan devisa, penyerapan tenaga kerja dan lain-lain. Pada perekonomian Provinsi Jawa Timur, sektor pertanian termasuk dalam leading sector setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Namun, kontribusi sektor pertanian di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2009 – 2013 semakin menurun. Padahal kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian provinsi Jawa Timur cukup besar dan sektor tersebut memegang peranan penting dalam ketersediaan produksi pangan nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk di Provinsi Jawa Timur bergantung pada sektor tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat di identifikasi yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana kontribusi sektor pertanian pada perekonomian Provinsi Jawa Timur dalam pembentukan struktur permintaan, output, konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah, ekspor-impor, investasi dan nilai tambah bruto?

2. Bagaimana keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lainnya dalam perekonomian Provinsi Jawa Timur?

3. Bagaimana efek angka pengganda (multiplier) sektor pertanian dalam perekonomian Provinsi Jawa Timur?

(6)

6 C. Tujuan

1. Mengetahui kontribusi sektor pertanian pada perekonomian Provinsi Jawa Timur dalam pembentukan struktur permintaan, output, konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah, ekspor-impor, investasi dan nilai tambah bruto.

2. Mengetahui keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lainnya dalam perekonomian Provinsi Jawa Timur.

3. Mengetahui efek angka pengganda (multiplier) sektor pertanian dalam perekonomian Provinsi Jawa Timur.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini digunakan sebagai sarana pembelajaran mengenai ekonomi regional dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 di Fakultas Pertanian UGM.

2. Bagi Pemerintah Daerah Jawa Timur, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna dalam penyusunan program serta kebijakan yang tepat dalam membangun sektor pertanian di Provinsi Jawa Timur dan evaluasi bagi instansi terkait.

3. Secara umum hasil penelitian ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan khususnya mengenai kondisi sektor pertanian di Provinsi Jawa Timur.

Gambar

Tabel 1.1. Kontribusi Produksi Tanaman Padi dan Palawija Provinsi di Pulau Jawa dan  Bali pada tahun 2013
Tabel 1.2. PDRB menurut  Lapangan Usaha Atas Harga Konstan Tahun Dasar 2000 di  Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013
Tabel  1.3.  Kontribusi  PDRB  menurut  Lapangan  Usaha  Atas  Harga  Konstan  Tahun  Dasar 2000 di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 (Persen)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, keterampilan berpikir kritis siswa, dan respon siswa. Metode

209 Tegal, kafe Wijikopi hadir untuk mengenalkan kepada masyarakat apa yang belum ada di kota Tegal, banyaknya persaingan usaha kafe di Tegal membuat cara pandang

Ismail hasyim uang adalah sesuatu yang diterima secara luas dalam peredaran, digunakan sebagai alat atau media pertukaran, sebagai standar ukuran nilai harga,

Hal ini disebabkan karena jumlah butiran lemak dalam susu kambing memiliki diameter yang lebih kecil dan homogen dibandingkan dengan susu sapi, sehingga selama proses

Di Kota Palu, tingkat partisipasi masyarakat yang mengumpulkan tinjanya lebih banyak dibandingkan di Kabupaten Donggala, sehingga memungkinkan lebih banyak masyarakat

noise .Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumiyana berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Fama & French (1992) yang menyatakan bahwa perilaku harga

Melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini telah dibangun sebuah produk berupa sistem penyaringan air gambut menggunakan teknologi sederhana dengan kapasitas

Bahwa Pengadu telah menyampaikan Pengaduan tertulis kepada DKPP dengan Pengaduan Nomor: 131-P/L-DKPP/IX/2020 yang diregistrasi dengan Perkara Nomor: