• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Distributions of Glycogen in the Stomach on Long Tailed Macaque (Macaca fascicularis) during Pre and Postnatal Period

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "The Distributions of Glycogen in the Stomach on Long Tailed Macaque (Macaca fascicularis) during Pre and Postnatal Period"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DISTRIBUSI GLIKOGEN PADA LAMBUNG MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) SELAMA PERIODE SEBELUM DAN SETELAH LAHIR

The Distributions of Glycogen in the Stomach on Long Tailed Macaque (Macaca fascicularis) during Pre and Postnatal Period

Erdiansyah Rahmi

Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi gambaran distribusi glikogen sel-sel kelenjar lambung dari berbagai tingkatan umur pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis =

Mf) mulai dari masa sebelum lahir dan setelah lahir. Penelitian ini menggunakan hewan model berupa delapan ekor Mf yang terdiri atas enam ekor fetus yang berumur (55, 70, 85, 100, 120, dan 150 hari) dan dua ekor anak umur (10 dan 105 hari). Spesimen lambung yang telah dilakukan proses mikroteknik dan diwarnai dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (H&E) dan pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) untuk deteksi distribusi glikogen pada lambung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan lapisan mukosa meningkat sejalan dengan peningkatan umur fetus dan anak. Pewarnaan histokimia PAS dimaksudkan untuk mendeteksi sebaran glikogen pada kelenjar lambung Mf, sekaligus sebagai penanda untuk aktivitas sel-sel kelenjar lambung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa glikogen dapat dideteksi terdistribusi sebagian besar pada sel epitelium dan kelenjar lambung. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelenjar lambung mulai dapat dideteksi dan menunjukkan aktivitasnya dengan terdeteksinya glikogen pada fetus umur 55 hari pada permukaan epitelium.

Kata kunci : glikogen, sel kelenjar lambung

ABSTRACT

The study was done to investigate the glycogen distribution in the stomach of long tailed macaques (Macaca fascicularis). The study used eight individuals of long tailed macaques consist of 6 fetuses (55, 70, 85, 100, 120, and 150 days pregnancy) and 2 infants (10 and 105 days). The gastrict tract were histologically stained using Hematoxyllin-Eosin (H&E), and histochemically stained using Periodic Acid Schiff (PAS), to detect glycogen. The results revealed that the histogenesis pattern of stomach glandullar cells are developed in line with the age of the fetuses and infant. We also found that glycogen existance are increase in line with the age in the glandullar stomach. From the present study we concluded that the glycogen distribution in gastrict glandular cells were influenced by the age in the fetal period, while in the infant was under influence of the digestion activities, and the activities of the gastrict glandular cells was already seen at 55 days gestation.

(2)

PENDAHULUAN

Lambung merupakan salah satu organ tubuh yang berperan penting dalam proses awal pencernaan. Secara umum, saluran pencernaan memiliki banyak keragaman struktur dan morfologi baik secara makroskopis maupun mikroskopis antar berbagai spesies makhluk hidup. Menurut Berk (1985), Yamada (1995) dan Jenny et al. (2002), lambung manusia mulai berkembang pada bulan ke-2 kehamilan dan berasal dari lempeng epitel endodermal yang selanjutnya menjadi usus primitif.

Perkembangan salah satu bagian usus primitif atau dikenal usus depan meng-alami perluasan secara fusiformis dibagian proksimal pada akhir minggu ke-4 kehamilan, yang selanjutnya akan turun ke dalam rongga abdomen pada minggu ke-7.

Morfologi lambung dipengaruhi oleh perilaku makan dan jenis pakan yang berkaitan dengan proses pencernaan, selain juga dipengaruhi oleh faktor habitat. Satwa primata merupakan salah satu jenis hewan model laboratorium yang memiliki ke-lebihan dibandingkan dengan hewan model lainnya seperti mencit, tikus, hamster, dan kelinci untuk penelitian biomedis, oleh karena memiliki banyak persamaan dengan manusia baik fisiologi, anatomi maupun perilakunya (Sajuthi et al. 1997).

Stevens dan Hume (1995) melapor-kan bahwa sekresi enzim-enzim, mukus, dan hormon pencernaan dihasilkan oleh sel-sel pada lapisan mukosa saluran pen-cernaan yang berperan dalam proses pergerakan (motilitas), pencernaan, penyerapan makanan, dan berperan dalam menjaga kondisi saluran pencernaan.

Glikogen merupakan suatu senyawa yang tersebar di dalam jaringan tubuh. Distribusi glikogen pada area tertentu dari

jaringan dapat memberi dugaan yang berkaitan dengan kemungkinan fungsinya di lokasi tersebut.

Keberadaan glikogen pada lambung dapat dideteksi dengan beberapa teknik pewarnaan histokimia, imunohistokimia, dan mikroskop elektron. Pendeteksiannya dapat dilakukan dengan mengetahui keberadaan glikogen yang dihasilkannya.

Karbohidrat merupakan bentuk kompleks dan substansi polisakarida yang terdapat pada jaringan tubuh hewan. Senyawa ini terutama ditemukan pada permukaan sel, dalam sitoplasma, dan matriks ekstra sel. Substansi mukus merupakan komponen makromolekul karbohidrat yang ditemukan dalam bentuk polisakarida, glikoprotein, proteoglikan, dan glikolipid (Sheehan dan Hrapchak, 1980; Kiernan, 1990).

Karbohidrat merupakan suatu senyawa yang tersebar di dalam jaringan tubuh. Senyawa ini terutama ditemukan dipermukaan sel, di dalam sitoplasma, dan di matriks ekstra sel. Sebagian karbohidrat sel berbentuk glikokonjugat, berikatan dengan protein (dalam bentuk proteoglikan dan glikoprotein) dan dengan lemak (glikolipid) (Falk et al., 1994; Agungpriyono, 2002).

Distribusi karbohidrat pada area tertentu dari sel dapat memberi dugaan yang berkaitan dengan kemungkinan fungsinya di lokasi tersebut, misalnya proteoglikan di sitoplasma pada sel utama (chief cell) lambung manusia dan tikus. Ini menandakan kemungkinan penggabungan glikoprotein bersama pepsin, atau mem-pengaruhi kerja pepsin baik sebelum maupun sesudah disekresikan ke lumen lambung (Agungpriyono, 2002).

Penelitian eksploratif ini bertujuan mendapatkan informasi gambaran

(3)

distri-busi glikogen dan aktivitas sel-sel kelenjar lambung pada berbagai tingkatan umur pada Mf mulai dari pre dan postnatal. Observasi penelitian dilakukan melalui pendekatan anatomi mikroskopis pada periode pre dan postnatal.

Hasil penelitian diharapkan akan memberikan suatu informasi dan gambaran pola distribusi glikogen pada lambung yang dapat melengkapi informasi perkembangan anatomi dan fisiologi serta patologi dari Mf.

MATERI DAN METODE Proses Mikroteknik

1. Proses parafinisasi jaringan (embedding)

Masing-masing spesimen lambung akan dipotong secara membujur sepanjang kurvatura mayor yang membagi dua bagian lambung sehingga potongan pada lambung dapat mengenai daerah kardia, fundus, dan pilorus, untuk selanjutnya dilakukan penipisan (trimming). Irisan penampang lambung dimasukkan ke dalam tissue casset,

selanjutnya dilakukan proses pem-buatan preparat histologi.

2. Pemotongan (Sectioning)

Jaringan blok parafin disayat secara longitudinal setebal 5 µm dengan menggunakan rotary microtome. Sayatan spesimen lambung dari berbagai tingkat umur diambil 2 sayatan serial. Sayatan pertama diwarnai dengan pewarnaan H&E dan sayatan ke-2 diwarnai dengan pewarnaan PAS.

3. Pewarnaan (Staining)

Sayatan yang telah menempel pada gelas sediaan dengan baik dan telah diberi label disusun dalam rak sediaan

kemudian dilakukan pewarnaan H&E dan PAS (Kiernan, 1990).

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Jaringan spesimen lambung dengan berbagai tingkatan umur diwarnai dengan pewarnaan H&E untuk pengamatan morfologi sel dan kelenjar yang meliputi: struktur dan bentuk sel. Pewarnaan PAS untuk mendeteksi glikogen, reaksi positif ditunjukkan dengan adanya warna magenta. Hasil distribusi dan frekuensi relatif terhadap reaksi pewarnaan PAS dari peubah yang diamati pada daerah lambung pada tiap-tiap tingkat umur akan di skor secara subjektif ke dalam empat kategori: (-) tidak ada/negatif, (+) rendah, (++) sedang, (+++) tinggi. Pengamatan secara mikros-kopis dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya. Semua hasil yang diperoleh pada pengamatan mikroskopis didokumentasikan dengan menggunakan mikroskop cahaya yang dilengkapi peralatan mikrofotografi merek Nikon AFX-DX dengan kamera Nikon FX-35AFX-DX yang terdapat di Laboratorium Histologi dan Embriologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.

Analisis Hasil

Hasil pengamatan mikroskopis sampel lambung Mf dari berbagai tingkatan umur yang didapat disajikan dalam bentuk rerata dan simpangan baku berdasarkan peubah yang diamati. Data kuantitatif disusun dan ditabulasi untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Data semi kuantitatif yang didapat berdasarkan peubah yang diamati disajikan berdasarkan skor subjektif sesuai dengan kategori di atas berdasarkan kuat-lemahnya intensitas reaksi dari pewarnaan tersebut pada satu lapang pandang dengan 40X pembesaran.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Struktur Histologi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur histologi lambung Mf dari berbagai tingkat umur mengalami per-ubahan dan pertumbuhan sesuai dengan pertambahan umur. Fetus berumur 55 hari, pada ketiga daerah kelenjar lambung sel epitel terdiri dari dua lapisan, sel basal berbentuk kuboid dengan inti bulat terletak pada dasar sel dan sel superfisial berbentuk kolumnar. Kelenjar belum ditemukan, tunika mukosa pada lamina epitelial hanya ditemukan sel penghasil mukus yang menutupi seluruh permukaan mukosa. Pada daerah kardia dan pilorus lapisan mukosa mulai mengadakan evaginasi ke arah epitel sebagai tanda permulaan pembentukan papillae. Lapisan dinding lambung belum mempunyai batas yang jelas tetapi lapisan ini relatif tebal.

Fetus berumur 70 hari, sel-sel epitel semakin jelas terlihat, meskipun tidak berbeda jauh dari fetus umur 55 hari. Bakal pembentukan kelenjar sudah mulai terlihat dan sel-sel epitel di dasar dekat membrana basalis pada bagian-bagian tertentu terdapat sel-sel yang diduga cenderung sebagai sel-sel utama dan sel parietal.

Lapisan propria-submukosa menjadi agak tipis, lapisan mukosa di ketiga daerah kelenjar terlihat lebih jelas mengadakan evaginasi ke arah epitel untuk pembentuk-an papillae. Muskularis eksterna sedikit bertambah tebal, tetapi pemisahan antara otot sirkuler dengan longitudinal belum kelihatan.

Fetus berumur 85 hari, perubahan morfologi dari histologis yang nyata terutama terjadi pada lapisan mukosa, struktur sel menjadi epitel pseudokolumnar pada ketiga daerah kelenjar, lipatan-lipatan mukosa (papillae) telah mulai berkembang dengan jelas dan muskularis mukosa mulai mengadakan evaginasi ke arah epitel dan invaginasi ke arah submukosa membentuk ceruk lambung (gastric pits). Sel kelenjar lambung ditemukan pada tiap daerah kelenjar lambung. Sel utama dan sel parietal tersebar dari basal sampai di bagian leher kelenjar, ketebalan daerah kelenjar makin berkembang. Perubahan lainnya ialah sudah ditemukan terjadinya pemisahan yang jelas antara propria dan submukosa, lamina propria lebih tipis dibandingkan dengan submukosa. Muskularis eksterna bertambah tebal secara nyata terutama di daerah batas kardia–oesophagus dan piloru-duodenal.

Tabel 1. Rerata ketebalan daerah kelenjar (µm) pada tiap daerah kelenjar

Regio Kelenjar Lambung No Umur (hari)

Kardia Fundus Pilorus

Prenatal (fetus) 1. 55 0* 0* 0* 2. 70 0* 0* 0* 3. 85 80,3 ±1,7 (n=3) 81,0±1,3(n=3) 110,0±2,6(n=3) 4. 100 100,0±2,6 (n=3) 91,0±0,6(n=3) 119,3±3,1(n=3) 5. 120 129,3±1,5 (n=3) 121,6±2,2(n=3) 150,0±2,6(n=3) 6. 150 150,0±2,6 (n=3) 122,3±3,1(n=3) 178,6±2,4(n=3) Postnatal (anak) 7. 10 151,3±2,8 (n=3) 132,6±3,7(n=3) 183,0±1,3(n=3) 8. 105 229,3±2,4(n=3) 200,3±2,2(n=3) 277,3±2,2(n=3) * Kelenjar belum ditemukan

(5)

Fetus berumur 100 hari, perubahan lapisan mukosa berkembang secara nyata, struktur sel permukaan berbentuk kolum-nar simpleks, kelenjar lambung semakin bertambah, demikian juga dengan ketebalan daerah kelenjar yang semakin meningkat. Muskularis mukosa semakin jelas terlihat dan pada lapisan submukosa sudah ditemukan buluh-buluh darah dan limfe. Muskularis eksterna semakin berkembang dan sudah mulai dapat dibedakan antara lapisan muskularis sirkuler dan longitudinalnya.

Perkembangan spesimen lambung pada umur yang lebih tinggi memperlihat-kan penambahan kuantitas sejalan dengan penambahan umur. Perkembangan ke-tebalan daerah kelenjar lambung tiap spesimen pada ketiga daerah kelenjar disajikan pada Tabel 1.

Gambar 1 memperlihatkan per-tumbuhan pada ketiga daerah lambung berjalan secara paralel pada semua umur spesimen. Pada spesimen lambung anak berumur 105 hari memperlihatkan peningkatan perkembangan yang sangat meningkat, hal ini kemungkinan sudah dimulainya proses dan ditunjang oleh opti-malisasi fungsi lambung. Perkembangan dan pertumbuhan kelenjar lambung sangat cepat terjadi setelah kelahiran, dan percepatan pertumbuhan tersebut

ter-gantung dari jenis pakan dan perilaku makan (Cunningham, 1997).

Pada penelitian ini sel-sel kelenjar mulai dapat dideteksi dan mulai ber-kembang pada fetus umur 85 hari. Hal ini mirip dengan perkembangan pada fetus manusia seperti pendapat yang dikemuka-kan oleh Carlson (1981) dan Johson dan Everitt (1998) bahwa saluran pencernaan mulai berkembang pada minggu ke-4 dan ke-5 dengan ditemukan adanya hasil sekresi sel-sel epitel pada bagian mukosa saluran intestinal yang terbentuk dalam jumlah kecil. Jenny et al. (2002) menyatakan bahwa mukosa lambung pada kebanyakan hewan dan manusia mampu mensekresikan beberapa sekret sebelum kelahiran. Pada studi histokimia terlihat adanya sekresi sel-sel epitel pada bagian mukosa saluran intestinal dalam jumlah kecil selama periode kehamilan, tetapi pengeluaran dalam saluran intestinal terjadi kemudian dan hanya dalam jumlah kecil sampai fetus tersebut lahir. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas sel-sel epitel pada saluran intestinal (Carlson, 1981). Pada penelitian ini perkembangan sel utama dan sel parietal mulai teramati pada fetus berumur 70 hari. Sel kelenjar yang berkembang paling awal adalah mukus sel neck yang diikuti oleh sel utamadan sel parietal (Tsukada et al., 1994).

Gambar 1. Pola peningkatan perkembangan luas daerah kelenjar lambung (µm) pada tiap spesimen di ketiga daerah kelenjar

Rerata Ketebalan Daerah Kelenjar (um)*

0 50 100 150 200 250 300 F55D F70D F85D F100D F120D F150D I10D I105D

Ke lompok Umur (hari)

K e te b a la n ( u m ) Kardia Fundus Pilorus

(6)

Morfologi lambung pada anak Mf dipengaruhi oleh perilaku makan dan jenis pakan yang berpengaruh pada proses pencernaan yang terjadi. Di samping itu, morfologi ini juga dipengaruhi oleh sekresi enzim-enzim, mukus, dan hormon pencernaan yang dihasilkan oleh sel-sel pada lapisan mukosa saluran pencernaan. Sekret yang dihasilkan berfungsi dalam proses pergerakan (motiliti), pencernaan, penyerapan makanan di dalam saluran pencernaan serta menjaga kondisi saluran pencernaan yang fungsinya dikontrol oleh sistim saraf dan endokrin (Stevens dan Hume, 1995; Cunningham, 1997).

Pertumbuhan papillae/rugal folds

(lipatan-lipatan mukosa) terjadi melalui proses evaginasi ke arah epitel oleh jaringan ikat, diikuti oleh proses invaginasi pada permukaan terluar lapisan epitel dalam rangka pemisahan antar papillae untuk membentuk ceruk lambung. Mekanisme pembentukan papillae pada masa prenatal belum diketahui dengan jelas, sehingga

masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Pada penelitian ini pertumbuhan papillae

yang jelas mulai teramati pada fetus umur 70 hari.

Distribusi dan Konsentrasi Glikogen

Hasil pewarnaan PAS yang di-maksudkan untuk mendeteksi kandungan glikogen pada kelenjar lambung Mf memperlihatkan bahwa aktivitas sel kelenjar lambung sudah dimulai pada fetus umur 55 hari hal ini dibuktikan dengan sudah ditemukan adanya glikogen pada umur yang dimaksud. Pada fetus umur 85 hari, ketiga daerah kelenjar sudah terlihat dan glikogen terdeteksi pada ketiga area kelenjar lambung dengan konsentrasi lebih tinggi pada tiap bagian (Gambar 2).

Dari hasil sajian Tabel 2 menunjuk-kan bahwa glikogen merupamenunjuk-kan komponen utama dari mukopolisakarida kelenjar lambung Mf berdasarkan pewarnaan PAS. Fetus umur 55 hari dan 70 hari pada bagian kelenjar dan lumennya belum terbentuk.

B

E

F

G

H

A

C

D

Gambar 2. Distribusi dan konsentrasi glikogen yang diperlihatkan dengan reaksi positif dari pewarnaan PAS yang memperlihatkan warna merah magenta pada fetus umur 55 hari (A), fetus umur 70 hari (B), fetus umur 85 hari (C), fetus umur 100 hari (D), fetus umur 120 hari (E), fetus umur 150 hari (F), anak umur 10 hari (G), dan 105 hari. Bar 20 µm

(7)

Glikogen yang terkandung di dalam kelenjar diduga berperan penting dalam pertahanan terhadap pathogen luar dan melindungi saluran pencernaan serta memfasilitasi pepsin dan HCl dari kelenjar lambung (Schauer, 1982 yang disitasi Suprasert et al., 1999). Glikogen merupakan sumber energi utama pada pertumbuhan fetus dan pertumbuhan sel-sel epitel (Lange, 2002). Hal ini memberikan indikasi yang kuat bahwa terdapat korelasi antara distribusi dan konsentrasi glikogen dengan pertumbuhan histologis.

Glikogen merupakan suatu senyawa karbohidrat yang tersebar di dalam jaringan tubuh. Senyawa ini terutama ditemukan di permukaan sel, di dalam sitoplasma dan di matriks ekstra sel. Sebagian karbohirat sel berbentuk glikokonjugat, berikatan dengan protein (dalam bentuk proteoglikan dan glikoprotein) dan dengan lemak (glikolipid) (Falk et al., 1994; Agungpriyono, 2002).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa glikokonjugat berperan penting dalam struktur sel dan jaringan serta proses biologis yang terjadi didalamnya. Menurut Spicer dan Schulte (1992) serta Blackmore

dan Eisoldt (1999) glikokonjugat yang mengandung residu gula glukosa dan manosa berperan dalam transpor ion. Glikokonjugat dengan residu gula N-asetil-D-glukosamin berperan dalam pengaturan interaksi dan permeabilitas membran (Blackmore dan Eisoldt, 1999; Töpfer-Peterson 1999) sedangkan yang mengan-dung residu gula N-asetil-D-galaktosamin berperan dalam transpor cairan dan ion (Spicer dan Schulte, 1992). Adapun glikokonjugat dengan residu gula galaktosa terlibat dalam perlekatan antar sel (Spicer dan Schulte 1992; Töpfer-Peterson 1999) dan penanda dalam diferensiasi sel (Spicer dan Schulte, 1992).

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian terlihat bahwa pola perkembangan kelenjar lambung meningkat sejalan dengan pertambahan umur yang ditandai dengan peningkatan jumlah kelenjar dan luas daerah kelenjar. Pada masa fetus perkembangan histologi yang terjadi terutama dipengaruhi oleh Tabel 2. Distribusi dan intensitas reaksi sel-sel kelenjar lambung terhadap

pewarnaan PAS

Regio Kelenjar Lambung

Kardia Fundus Pilorus

Umur Sampel EP G LG EP G LG EP G LG Prenatal (fetus) 55 ++ - - ++ - - ++ - - 70 ++ - - +++ - - +++ - - 85 +++ ++ +++ +++ ++ +++ +++ ++ +++ 100 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ 120 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ 150 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ Postnatal (anak) 10 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ 105 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ Keterangan: EP: epitel permukaan, G: kelenjar, LG: lumen kelenjar, (-) tidak

ada/negatif, (+) rendah, (++) sedang, (+++) tinggi, berdasarkan kuat-lemahnya intensitas reaksi dari pewarna pada jaringan dalam satu lapang pandang dengan 40X pembesaran

(8)

faktor umur fetus, sedangkan per-kembangan histologi postnatal terjadi sangat cepat, hal ini kemungkinan karena sudah dimulainya aktivitas mencerna dan ditunjang oleh optimalisasi fungsi lambung. Aktivitas sel kelenjar lambung sudah dimulai minimal sejak usia 55 hari kebuntingan, hal ini ditandai dengan sudah dapat terdeteksinya glikogen (karbohidrat).

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih dan penghargaan kepada Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala yang telah membiayai penelitian ini melalui sumber Bantuan Dana DASK Dinas Pendidikan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun Anggaran 2006 Sesuai Keputusan Ketua Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala Nomor: 158 Tahun 2006 Tanggal 11 Juli 2006.

DAFTAR PUSTAKA

Agungpriyono, S. 2002. Glikobiologi dan Lektin. Dalam Modul Pemanfaatan Teknik Kultur Jaringan dalam Penelitian dan Terapan Bidang Biologi dan Biomedis. Bogor. DIKTI dan Bagian Anatomi FKH IPB. Berk, J.E. 1985. Embriology and Anomalies

of the Intestine In Bockus Gastroenterology. Vol. 3. 4th ed.

Philadelphia. W.B. Sounders Company.

Blackmore, P.F. and S. Eisoldt. 1999. The neoglycoprotein mannose-bovine serum albumin, but not progesterone, activates T-type calcium channels in human spermatozoa. Mol. Hum. Repro.

5:498-506.

Carlson, B.M. 1981. Pattern’s Fondations of Embriology. 4th ed. McGraw-Hill

Book Company.

Cunningham, J.G. 1997. Textbook of Veterinary Physiology. 2nd ed.

Philadelphia. W.B. Sounders Company.

Falk, P., K.A. Roth, and J.L. Gordon. 1994. Lectin are sensitive tools for defining the differetiation programs of mouse gut epithelial cell lineages. Am. J. Physiol. 266 (Gastrointest Liver physiol 29):987-1003.

Jenny, M.R., C. Uhl, I. Duluc, V. Guillermin, F. Guillemot, J. Jensen, M. Kedinger, and G. Gradwohl. 2002. Neurogenin 3 is differentially requiredfor endocrine cell fate specification in the intestinal and gastric epithelium.

The Embo. J. 21:6338-6347.

Johnson, M.H. and B.J. Everitt. 1998.

Essential Reproduction. 4th ed.

Blackwell Science. U.K.

Kiernan, J.A. 1990. Histological & Histochemical Methods: Theory and Practice. 2nd ed. Oxford.

Pergamon Press.

Lange, K. 2002. Role of microvillar cell surfaces in the regulation of glucose uptake and organization of energy metabolism. Am. J. Physiol. Cell. Physiol.282:1-26.

Sajuthi, D., T.L. Yusuf, I. Mansjoer, A.R.P. Lelana, dan I.H. Suparto. 1997. Kursus Singkat Penanganan Satwa

Primata sebagai Hewan

Laboratorium. Makalah. PSSP Lembaga Penelitian IPB. Bogor. Sheehan, D.C. and B.B. Hrapchak. 1980.

Theory and Practice of Histo-technology. 2nd ed. USA. Batelle

(9)

Spicer, S.S. and B.A. Schulte. 1992. Diversity of cell glycoconjugates shown histochemically: a perspective. J. Histochem. Cytochem. 40:1-38. Suprasert, A., U. Pongchairerk, P. Pongket,

and T. Nishida. 1999. Lectin histochemical characterization of glycoconjugates presents in abomasal epithelium of the goat.

Kasetsart J. (Nat. Sci.). 33:234-242. Stevens, C.E. and I.D. Hume. 1995.

Comparative Physiology of the Vertebrate Digestive System. 2nd

ed. Sidney. Cambridge University Press.

Töpfer-Peterson, E. 1999. Carbohidrate-based interactions on the route of a spermatozoon to fertilization.

Human Reprod. Update. 5:314-329. Tsukada, S., M. Ichinose, and N. Tatematsu.

1994. Glucocorticoids inhibit the proliferation of mucosal cells and enhance the ekspression of a gane for pepsinogen and other markers of differentiation in the stomach mucosa. Biochem. Biophys. Res. Commun. 1:9-15.

Yamada, T. 1995. Growth and Develop-ment of the Gastrointestinal TractIn

Gastroenterology. Vol. 1. 2nd ed. J.B.

Philadelphia. Lippincott Company.

Gambar

Tabel 1. Rerata ketebalan daerah kelenjar (µm) pada tiap daerah kelenjar
Gambar  1  memperlihatkan  per- per-tumbuhan  pada  ketiga  daerah  lambung  berjalan  secara  paralel  pada  semua  umur  spesimen
Gambar 2.   Distribusi  dan  konsentrasi  glikogen  yang  diperlihatkan  dengan  reaksi  positif  dari  pewarnaan PAS yang memperlihatkan warna merah magenta pada fetus umur 55 hari  (A), fetus umur 70 hari (B), fetus umur 85 hari (C), fetus umur 100 hari

Referensi

Dokumen terkait

19 Saya merasa puas ketika dapat berpenampilan atau memiliki barang yang lebih mewah dari teman-teman. S SS TS

Milton [4] dalam publikasinya menyatakan bahwa setidaknya ada 3 indikator utama yang menyatakan bahwa sebuah algoritme kode program dapat dikatakan efisien,

yang disampaikan secara online melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) untuk paket kegiatan: Pada hari ini Senin Tanggal Dua Puluh Lima Bulan Juni Tahun Dua Ribu Dua

[r]

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mengembangkan suatu program aplikasi yang dapat membantu produsen software dalam meningkatkan keamanan software untuk mencegah tindakan

kaca (glass) dan karbon (carbon) dan serat sintetik serta fiber dari bahan alami yang dapat dipakai adalah ijuk, jerami, serabut kelapa dan lainnya pada beton yang

Sangat terampill, jika menunjukkan adanya usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan dengan

Statistik inferensial adalah serangkaian teknik yang digunakan untuk mengkaji, menaksir, dan mengambil kesimpulan tentang sebagian data (data sampel) dari seluruh data