MEMBANGUN PENDATAAN & PENDAFTARAN
PENDUDUK PENYANDANG MASALAH
KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS)
Direktur Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat
TRANSFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL YANG
KOMPREHENSIF
SINERGI DAN INTEGRASI
Sistem Rujukan & Pelayanan Terpadu:
•
Pendataan, updating, &
outreaching
;
•
Rujukan layanan program perlindungan &
kesejahteraan sosial
•
Pengaduan permasalahan program
Bantuan pangan (Raskin)
Asistensi sosial Lanjut Usia Asistensi sosial Penyandang Disabilitas
Bantuan Tunai Bagi Anak (PKH dan PKSA)
Asistensi Sosial Terintegrasi Berbasis Keluarga :
- Anak (pendidikan dan kesehatan)
- Penyandang disabilitas - Lansia
- Pangan
Panti Anak, ABH, Lansia, disabilitas telantar
Bantuan sosial berbasis komunitas dan institusi untuk penduduk di luar sistem keluarga (sbg alternatif terakhir) Bantuan Korban Bencana Alam dan Sosial: pangan, shelter, UEP. padat karya
Bantuan Korban Kekerasan, Trafficking, dsb: pangan, shelter, UEP Bantuan Guncangan Ekonomi: bantuan tunai
Bantuan penghidupan berkelanjutan
Jamkesmas, Jampersal Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Bantuan Siswa Miskin
KARTU INDONESIA SEHAT KARTU KELUARGA
SEJAHTERA
KARTU SIMPANAN KELUARGA SEJAHTERA KARTU INDONESIA PINTAR
Aspek pendidikan
Aspek kesehatan
LANDASAN HUKUM PERLINDUNGAN SOSIAL
Peraturan Lain
Tentang
Amandemen UUD
1945
Pasal 28 H (3): Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
Pasal 34 (2): Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai martabat kemanusiaan.
UU No. 40/2004
Sistem Jaminan Sosial Nasional
UU No. 24/2011
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Kesehatan dan Ketenagakerjaan)
ARAH RPJP (UU No. 17/2007) - MEWUJUDKAN BANGSA YANG BERDAYA SAING
•
Sistem administrasi kependudukan penting dilakukan untuk mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di
tingkat nasional dan daerah serta mendorong terakomodasinya hak penduduk dan perlindungan sosial.
ARAH RPJP (UU No. 17/2007) - MEWUJJDKAN PEMBANGUNAN YANG LEBIH MERATA DAN BERKEADILAN
•
Pembangunan Kesejahteran sosial dalam rangka memberikan perlindungan pada kelompok kurang beruntung
disempurnakan melalui penguatan lembaga jaminan sosial yg didukung peraturan perUU, pendanaan serta sistem NIK
.
•
Sistem perlindungan dan jaminan sosial
disusun, ditata, dan dikembangkan untuk memastikan dan memantapkan
pemenuhan hak-hak rakyat akan pelayanan sosial dasar.
•
SJSN
yang sudah disempurnakan bersama
SPSN,
yang didukung oleh perat. perUU dan pendanaan serta NIK dapat
memberikan perlindungan penuh kepada masyarakat luas secara bertahap sehingga pengembangan SPSN dan SJSN
dilaksanakan dengan memperhatikan budaya dan sistem yang sudah berakar di kalangan masyarakat luas.
LANDASAN HUKUM PENDATAAN KEMISKINAN (I)
3
UU NO.13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
Pendataan Fakir Miskin
Pasal 8
(4) Menteri melakukan verifikasi dan validasi terhadap hasil pendataan yang dilakukan oleh
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kegiatan statistik.
(5) Verifikasi dan validasi dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali.
(7) Verifikasi dan validasi dilaksanakan oleh potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang ada
di kecamatan, kelurahan atau desa.
Pasal 9
(1) Seorang fakir miskin yang belum terdata dapat secara aktif mendaftarkan diri kepada lurah
atau kepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat tinggalnya.
(2) Kepala keluarga yang telah terdaftar sebagai fakir miskin wajib melaporkan setiap
perubahan data anggota keluarganya kepada lurah atau kepala desa atau nama lain yang
sejenis di tempat tinggalnya.
Pasal 10
(1) Data yang telah diverifikasi dan validasi harus berbasis teknologi informasi dan dijadikan
sebagai data terpadu.
(3) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dipergunakan oleh
kementerian/lembaga terkait dalam penanganan fakir miskin dan dapat diakses oleh seluruh
masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Anggota masyarakat yang tercantum dalam data terpadu sebagai fakir miskin diberikan
kartu identitas.
LANDASAN HUKUM PENDATAAN KEMISKINAN (II)
1. Undang-undang No. 16 Tahun 1997 Tentang Statistik
2. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Statistik
3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial
4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
5. Keputusan Menteri Sosial No.146 Tahun 2013 Tentang Penetapan Kriteria & Pendataan Fakir Miskin
& Orang Tidak Mampu
6. Keputusan Menteri Sosial No.147 Tahun 2013 Tentang Penetapan Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2012
PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN
Pasal 2
(1)Kriteria Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi
dengan menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait.
(2)Kriteria Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
dasar bagi lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik untuk
melakukan pendataan.
Pasal 3
Hasil pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang dilakukan oleh lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri
untuk dijadikan data terpadu.
Pasal 11
(4) Verifikasi dan validasi terhadap perubahan data PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud
dilakukan setiap 6 (enam) bulan dalam tahun anggaran berjalan.
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
Pasal 2 Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh: a) Dokumen Kependudukan; b) pelayanan yang sama dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil; c) perlindungan atas Data Pribadi; d) kepastian hukum atas kepemilikan dokumen; e) informasi mengenai data hasil Pendaftaran Penduduk & Pencatatan Sipil atas dirinya dan/atau keluarganya; f) ganti rugi dan pemulihan nama baik
Pasal 5 Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan Administrasi Kependudukan secara nasional Pasal 13 1) Setiap Penduduk wajib memiliki NIK;
Pasal 25 1) Instansi Pelaksana wajib melakukan pendataan penduduk rentan Administrasi Kependudukan yang meliputi: a.penduduk korban bencana alam; b. penduduk korban bencana sosial; c. orang terlantar; dan d. komunitas terpencil.
2) Pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependuduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dapat dilakukan di tempat sementara.
3) Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Keterangan Kependudukan untuk Penduduk rentan Administrasi Kependudukan.
- Penduduk rentan administrasi kependudukan adalah penduduk yang mengalami hambatan dalam memperoleh Dokumen Kependudukan yang disebabkan oleh bencana alam dan kerusuhan sosial.
- Penduduk telantar adalah penduduk yang karena suatu sebab sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara wajar, baik rohani, jasmani maupun sosial. Ciri-ciri: a) tidak terpenuhi kebutuhan dasar hidup khususnya makan, sandang dan papan; b) tempat tinggal tidak tetap/gelandangan; c) tidak mempunyai pekerjaan/kegiatan yang tetap; d) Miskin
- Saat ini istilah yang dipergunakan dalam mengidentifikasi penduduk telantar adalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). - Definisi dari PMKS: Individu, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak
dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara memadai dan wajar.
LANDASAN HUKUM PENDAFTARAN PENDUDUK PENYANDANG
MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (I)
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2010 PEDOMAN PENDATAAN DAN PENERBITAN DOKUMEN
KEPENDUDUKAN BAGI PENDUDUK RENTAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
Pasal 2 Ruang Lingkup pendataan dan penerbitan dokumen kependudukan bagi penduduk rentan administrasi
kependudukan, meliputi: Pendataan dan penerbitan dokumen kependudukan bagi pengungsi, korban bencana alam, bencana sosial, orang terlantar dan komunitas terpencil.
Pasal 4, 5, 6, 7, 8, 18, 19 & 20
- Pendataan terhadap pengungsi, korban bencana alam, bencana sosial, orang terlantar dan komunitas terpencil dilakukan oleh Tim. - Bagi pengungsi, korban bencana alam, dan bencana sosial diberikan Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas (SKPTI) dan/atau Surat
Keterangan Pencatatan Sipil (SKPS). SKPTI diberikan sebagai identitas sementara pengganti KK dan/atau KTP yang hilang atau rusak. SKPS diberikan sebagai pengganti sementara Kutipan Akta Pencatatan Sipil yang hilang atau rusak.
- Bagi Orang Terlantar dan Komunitas Terpencil diberikan Surat Keterangan Orang Telantar (SKOT) dan Surat Keterangan Tanda Komunitas (SKTK). SKOT bukan merupakan bukti legalisasi domisili orang terlantar.
LANDASAN HUKUM PENDAFTARAN PENDUDUK PENYANDANG
MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (II)
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 25 TAHUN 2008
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL
Pasal 45 Pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan meliputi klasifikasi: a) Penduduk korban bencana alam; b) Penduduk korban bencana sosial; c) Orang terlantar; dan d) Komunitas terpencil.
Pasal 46 - Pendataan penduduk korban bencana alam, penduduk korban bencana sosial, orang telantar dan komunitas terpencil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf a dan huruf b, dilakukan oleh Instansi Pelaksana.
- Pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan dilakukan Tim Pendataan yang dibentuk oleh Gubernur atau Bupati/Walikota. Pasal 47 - Pendataan penduduk korban bencana alam, penduduk korban bencana sosial, orang telantar dan komunitas terpencil, dilakukan dengan
cara: a) mendatangi penduduk di tempat penampungan sementara/membuat data lokasi orang terlantar/mendatangi lokasi komunitas terpencil;b) mengisikan formulir pendataan untuk ditandatangani penduduk;c) melakukan verifikasi dan validasi;d) mencatat dan merekam data penduduk untuk disampaikan ke Instansi Pelaksana; e) membantu proses penerbitan Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas/Surat Keterangan Orang Terlantar/Surat Keterangan Tanda Komunitas.
- Kepala Instansi Pelaksana menerbitkan dan menandatangani Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas dan Surat Keterangan Pencatatan Sipil, Surat Keterangan Orang Terlantar dan Surat Keterangan Tanda Komunitas.
HASIL
ASSESSMENT
-KOTA SURABAYA
KEKURANGAN/GAP:
•
Metodologi
–
Pendataan berbasis masalah, bukan berbasis individu/keluarga
• sulit mengetahui dengan pasti jumlah individu atau keluarga yang harus ditangani
• Jenis data yang berbasis masalah menjadi sulit di matchdengan data lain
•
Implementasi
–
Koordinasi antara PSM dan TKSK tidak saling mendukung dalam pendataan
–
Pelatihan pendataan belum memadai dan rutin, baik bagi PSM maupun perangkat masyarakat
•
Sistem
–
Pendataan hanya untuk PMKS kota Surabaya dan tidak tersambung dg pendataan penduduk
miskin yang dilaksanakan Bappeda Kota Surabaya dan Data Disdukcapil.
–
Pendataan antar panti tidak terintegrasi dan tidak terhubungan dg basis data lainnya.
–
Belum ada upaya membantu PMKS tidak berdomisili tetap mendapatkan dokumen
kependudukan.
SUDAH ADA:
•
Sistem pendataan maupun informasi berbasiskan web untuk PMKS dan instrumen pendataan BNBA
berdasarkan indikator PMKS.
•
Penugasan yang jelas dan dukungan insentif kepada PSM dan perangkat masyarakat untuk pendataan
dan
updating
tahunan melalui Perwalikota
•
Pendataan PMKS di tiap panti menggunakan sidik jari dan foto (nama, tgl masuk, tgl keluar, ...).
HASIL
ASSESSMENT
-PUSDATIN KEMENTERIAN SOSIAL
KEKURANGAN/GAP:
•
Implementasi
–
Pendataan diserahkan ke Dinsos, seringkali tidak dilaksanakan sesuai panduan dan instrumen tidak
selalu digunakan
–
Data yang dikumpulkan Dinsos tidak terstandar BNBA dan hanya bisa disajikan secara agregat, sulit
untuk di
match
dengan data lain (BDT)
–
Tidak ada pelatihan rutin dan menyeluruh untuk pendataan
–
Tidak ada SDM pendataan yang cukup dan
qualified
•
Kesepakatan Indikator
–
Indikator yang digunakan belum disepakati bersama antara Bappenas, Kemensos dan TNP2K
–
Indikator belum sesuai dengan PPLS/BDT
•
Pemutakhiran
–
Tidak ada pemutakhiran rutin, terstandar, dan tersistem baik data PMKS BNBA maupun data program
SUDAH ADA:
•
Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS) yang berbasis web
•
Kuesioner dan instrumen pendataan PMKS
KELOMPOK PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL
10
JENIS PMKS
KELOMPOK PMKS
DEFINISI
Balita telantar; Anak telantar (usia 6-17 tahun); Penduduk lanjut usia telantar usia 60 tahun ke atas.
Penduduk Telantar Seseorang yang ditelantarkan oleh keluarga yang tidak memberikan pengasuhan, perawatan, pembinaan dan perlindungan sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya.
Anak dengan disabilitas; Penduduk dengan disabilitas usia 18 tahun ke atas
Penduduk Penyandang Disabilitas
seseorang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama dimana ketika berhadapan dengan berbagai hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani maupun sosialnya secara layak.
Fakir miskin; Perempuan rawan sosial ekonomi Penduduk Miskin penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. (berdasarkan pendataan nasional)
Gelandangan; Pengemis; Anak jalanan; pemulung Penduduk Miskin Tidak Berdomisili Tetap
penduduk miskin yang tidak memiliki domisili tetap dan sering berpindah tempat, serta tidak terdaftar/teregistrasi atau memiliki dokumen kependudukan.
Komunitas Adat Terpencil Komunitas Adat Terpencil kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial ekonomi, maupun politik.
Korban bencana alam; Korban bencana sosial Penduduk Korban Bencana penduduk yang menjadi korban dan terkena dampak negatif dari suatu kejadian bencana alam atau sosial.
Anak yang menjadi korban tindak kekerasan; Korban tindak kekerasan (usia 18 tahun ke atas); Wanita tuna susila; Korban trafficking; Pekerja migran bermasalah
penduduk korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi
kelompok penduduk yang mengalami berbagai perlakuan yang salah dalam masyarakat, dan membutuhkan bantuan untuk menghadapi perlakuan salah tersebut, atau untuk kembali berfungsi dan
berpartisipasi dalam kehidupan sosial di masyarakat. Anak berhadapan dengan hukum; Anak
memerlukan perlindungan khusus lainnya; ODHA; Kelompok minoritas; BWBLP; Keluarga bermasalah sosial psikologis; Korban Napza
Penduduk Marjinal Penduduk yang mengalami permasalahan/risiko sosial khusus. Definisi:Individu, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara memadai dan wajar.
Petunjuk & Kriteria:
- Ditentukan berdasarkan identifikasi kelompok PMKS yang ada saat ini (dasar Permensos);
- Pedoman dalam pelaksanaan dibuat oleh Pemerintah Pusat;
- Berdasarkan rekomendasi musyawarah desa/tokoh masyarakat & pimpinan daerah
Tim Koordinasi di tingkat daerah: 1. Bagian Perencanaan; 2. Bagian Sosial;
3. Bagian Kependudukan & Catatan Sipil; 4. Bagian kesejahteraan rakyat;
TAHAPAN PENDATAAN
PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL
PENDEKATAN PELAKSANAAN
Berdasarkan informasi keberadaan di lembaga kesejahteraan sosial
PENGELOLAAN & PENANGANAN
• Updating data tingkat Kab/Kota
• Finding data tingkat Pusat • Pemerintah daerah (Kab/Kota/Provinsi) menggunakan data PMKS sebagai target penerima manfaat; • Pemantauan hasil penanganan server/ database Data PMKS Nasional Data PMKS Provinsi Data PMKS Kabupaten/Kota
PERSIAPAN DAN SOSIALISASI
• Sosialisasi pendataan PMKS • Bimtek petugas pendataan (Peksos, SLS) 10 • Penyiapan Panduan Pendataan; • Persetujuan indikator, instrumen & panduan Database Sementara
VALIDASI DAN VERIFIKASI Pendataan (PSM, TKSK, dll) Konsultasi dengan SLS Database Baru Penentuan jenis PMKS Dukungan kelengkapan kepemilikian dokumen kependudukan, terutama bagi penduduk telantar PMKS Berbasis Keluarga
(Fakir Miskin, dan Anak, Lansia serta Penyandang Disabilitas dalam keluarga, serta Korban Bencana) PMKS Individu: Tdk Berdomisili Tetap
(Gelandangan, pengemis, anak jalanan, dsb)
Berdasarkan identifikasi keberadaan
individu/keluarga PMKS yang belum terdata
1
2
3
11
Fakir Miskin, dan Anak, Lansia serta Penyandang Disabilitas dalam keluarga, serta Korban Bencana
Penelusuran Kepemilikan Dokumen Kepedudukan Resmi Dinas Sosial Pembuatan rekomendasi/surat pengantar Disdukcapil Dokumen Kependudukan Sementara/Surat Keterangan
Pengganti Tanda Identitas (SKPTI); Surat Keterangan
Pencatatan Sipil (SKPS); Surat Keterangan Tanda
Komunitas (SKTK)
PENDATAAN & PENDAFTARAN PMKS BERBASIS KELUARGA
Pemberian Pelayanan Sementara Terdaftar Belum Terdaftar
PENDATAAN BDT
Laporan masyarakat; Pendataan/ updatingoleh Peksos/ Pendamping programPENDATAAN PMKS
Kanwil AgamaSidang Isbat – Penerbitan buku nikah, akta cerai
Pembuatan dokumen kependudukan individu & keluarga – KTP, KK
Dokumen Kependudukan Permanen (akta nikah, buku
PENDATAAN & PENDAFTARAN PMKS INDIVIDU: TIDAK
BERDOMISILI TETAP
Panti/Rumah Singgah/Shelter
/LKS lainnya
Pekerja sosial; LSM; Polisi/Satpol PP; Masyarakat Individu
sudah dalam panti
Penerbitan: Laporan temuan & Berita Acara
Pembuatan profil dasar Individu (nama, umur, kondisi ketelantaran, dll) Pengecekan
Dinas Sosial Disdukcapil
SKOT menjadi dasar verifikasi
- SKOT merupakan bukti kependudukan sementara yang menggunakan NIK; - SKOT dapat menjadi dasar penerima program pemerintah;
Individu Telantar
Pemberian Pelayanan Sementara
Penerbitan Surat Keterangan Orang Telantar yang
mencantumkan NIK. (Berlaku 1 tahun) Syarat:
- Nomenklatur/izin lembaga pengantar dari Dinas Sosial;
- Berita Acara;
- Surat Pernyataan Tidak Memiliki Dokumen Kependudukan (FR-1.05) - Formulir Orang Telantar
(FR-1.03)
Penerbitan Akta Kelahiran 1. Tanpa nama ayah & ibu; 2. Tanpa nama ayah (akta
seorang Ibu)
- Pendaftaran individu dalam KK Panti/Rumah Singgah/Shelter/LKS lainnya;
- KK sebagai dasar input dalam SIAK Penulusuran Keberadaan Keluarga Pembuatan rekomendasi/surat pengantar Tidak Ada Keluarga
PENDATAAN BDT
PENDATAAN PMKS
Ada Keluarga Tidak Memiliki Dokumen Kependudukan Resmi Memiliki Dokumen Kependudukan ResmiPENUTUP
UNTUK DI DISKUSIKAN….
•
Membangun dan menyepakati
instrumen
pendataan dan
indikator
PMKS (verifikasi dan
validasi?)
•
Membangun
sistem pendataan dan pendaftaran
–
Standar alur proses
pendataan dan pemutakhiran data PMKS, dari level pendata
(pekerja sosial) sampai dengan pengelolaan di Pusdatin Kesos
–
Alur pendataan dilakukan
spesifik berdasarkan karakteristik PMKS
, diantaranya yang
berbasis keluarga dan yang tidak berdomisili tetap
–
S
kema registrasi PMKS
sebagai kelanjutan dari pendataan
•
Integrasi
sistem pendataan PMKS
–
Integrasi sistem dan aplikasi pendataan dengan
sistem rujukan terpadu
–
Integrasi data dengan
BDT
•
Kapasitas dan koordinasi
–
Peningkatan
kapasitas SDM
pendataan dan pengelolaan data di daerah
–
Sk
ema koordinasi dan pembagian tugas
antar lembaga terkait pendataan di pusat
dan daerah (termasuk registrasi kependudukan)
–
Protokol data sharing antar lembaga
13
LAMPIRAN
PENGEMBANGAN SISTEM RUJUKAN & LAYANAN TERPADU
PERMASALAHAN
• Data Penduduk Miskin & Rentan
– Data belumup to date secara berkala
– Mekanisme Musdes/Muskeldari Daerah ke Pusat belum optimal
– PMKS& penduduk tidak berdomisili
belum diakomodasi
• Koordinasi Program
– Pelaksanaan program belum saling komplemen
– Penargetan antar program belum terfokus dan konsisten
• Ketersediaan Layanan
– Ketersediaan layanan terbatas dan
terlalu bertumpu pada APBN
– Penduduk yang membutuhkan layanan belum memiliki saluran yang jelas untuk meminta bantuan Pemerintah
• Kualitas Layanan
– Pelaksanaan penjangkauan belum maksimal, banyak masyarakat tidak tercakup program
– Pengaduan masyarakatterhadap pelaksanaan program belum ditangani secara optimal
SOLUSI/PERBAIKAN
• Perbaikan Mekanisme Pemutakhiran Data
– Pekerja Sosial dan Pemda bisa
berpartisipasi secara berkala
memutakhirkan data
– Model perankingan (PMT)
dikomunikasikan antara Pusat dan Daerah
– Pemda diberikan kapasitas dan tanggung jawab pengelolaan data
• Perbaikan Koordinasi Program
– Penargetan program menggunakan metode penargetan yang sama supaya konsisten dan komplemen • Peningkatan Ketersediaan Layanan
– Penyediaan layanan berbasiskan sistem
– Informasi dan pendaftaranprogram disediakan dalam satu atap
– Sumber pendanaan lainnya
dioptimalkan dari CSR dan sumbangan masyarakat
• Perbaikan Kualitas Layanan – Pelaksanaan penjangkauan
diperkuat melalui Pekerja Sosial dan pelayanan yang inklusif
– Penanganan pengaduan masyarakat
melalui prosedur yang jelas dan bertanggung jawab
Dibangun dalam satu skema:
Sistem Rujukan & Layanan Terpadu
Kondisi Saat Ini
–
Dilaksanakan melalui
inisiatif
Pemda
: Sragen, Bantaeng, Sleman,
dan Belitung Timur
–
Kemensos membangun
Pandu
Gempita
yang diujicobakan di 5
kabupaten /kota selama 2013-14
–
Bappenas melaksanakan
studi
untuk perluasan SRT
Rencana Pengembangan
Sistem Rujukan & Layanan
Terpadu
–
Pelaksanaan
pilot di 10
kabupaten/kota
pada 2015 oleh
Bappenas dan DFAT
–
Perluasan kabupaten/kota
mulai
MEKANISME KOORDINASI PELAKSANAAN SISTEM LAYANAN
SOSIAL TERPADU
16
TINGKAT DAERAH TINGKAT NASIONAL
Badan Pusat Statistik
Program Perlindungan Sosial & Penanggulangan Kemiskinan
Pengolahan data
Basis Data Terpadu-PPLS
1. Bagian data dan Sistem Informasi;
2. Bagian Pengaduan Masyarakat 3. Bagian Rujukan Program
MEKANISME KELUHAN DAN PELAPORAN Langsung ke SKPD Terkait TKSM/TKSK/Pendamping Program Bupati –SMS Center MEKANISME PENJANGKAUAN & PELAYANAN • TPK Kecamatan • TPK Desa • TPK Padukuhan
MEKANISME VERIFIKASI DATA
• Verifikasi Data Kecamatan, Desa –Melalui Musyarawarah Desa, pengecekan langsung Penetapan indikator lokal/daerah Seluruh SKPD terkait (Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja,
Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan,
Badan KB, dll
Petugas pendataan dan verifikasi Pelatihan Peningkatan kemampuan
pendataan setiap 6 bulan
Pengecekan Lapangan Data Terpadu Daerah Rekomendasi Indikator Penyediaan Perangkat Pelaksana Penyediaan Perangkat Pelaksana
Lembaga yang berpotensi menjadi koordinator pelaksana di daerah (1) TKPKD; (2) Bappeda; (3) Dinas Sosial Koordinasi pemutakhiran data kemiskinan SKPD Penanggungjawab: TKPD; Bappeda; Dinas Sosial, dan SKPD lain yang
terkait
TINGKAT PROVINSI
Di tingkat nasional pihak yang terlibat: 1. KEMENTERIAN SOSIAL
- Bimbingan teknis TKSK dan pekerja sosial;
- Pelatihan SDM pemerintah daerah dalam pelaksanaan SRT; - Penyusunan pedoman pelaksanaan SRT di daerah;
2. TNP2K
- Pengolahan data tingkat nasional dan daerah; - Penyusunan pedoman pendataan SRT.
3. BAPPENAS
- Perencanaan pengembangan SRT di setiap daerah; - Koordinasi hasil pelaksanaan SRT dengan kementerian
terkait sehingga pelaksanaan program dapat ditangani
Pusat Pelayanan & Rujukan
MEKANISME PENANGANAN KELUHAN & PELAPORAN
SISTEM LAYANAN SOSIAL TERPADU
17 Pencocokan dengan data terpadu (BDT) FILTERISASI KELUHAN VALIDASI DAN INPUT KELUHAN Valid Tidak Valid
Petunjuk & Kriteria Validitas Penentuan validitas keluhan
• Input data dasar untuk pencocokan • Input jenis keluhan Perlu Updating Tidak perlu Updating PENANGANAN & PENYAMPAIAN HASIL PENGAJUAN KELUHAN KEMBALI Pekerja Sosial (TKSK, pendamping,dll)
Filterisasi dilaksanakan oleh sekretariat sistem rujukan
(TKPKD, Bappeda, Dinas Sektor, atau badan lainnya)
PENGUMPULAN DATA DAN PERANGKINGAN server/ database Perangkingan Penduduk Miskin Daerah Perangkingan Penduduk Miskin Nasional RUJUKAN KELUHAN Dinas terkait di tingkat kabupaten/kota Dinas terkait di tingkat provinsi Pemerintah pusat Pengawasan Penanganan Komplain (NGO, Masyarakat) Pemantauan Hasil Penanganan
Petunjuk & Kriteria Pendataan
Penentuan validitas:
- Hasil pengecekan kondisi lapangan;
- Berdasarkan rekomendasi musyawarah desa/tokoh masyarakat & pimpinan daerah setempat
SURAT KETERANGAN ORANG TELANTAR (SKOT)
18
Tampak dari Depan
Tampak dari Belakang
FORMULIR PENDAFTARAN ORANG TERLANTAR
19
SURAT PERNYATAAN TIDAK MEMILIKI DOKUMEN
KEPENDUDUKAN (ORANG TELANTAR)
20
PELAPORAN/ REKAPITULASI HASIL PENDATAAN ORANG
TERLANTAR
21