• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 5(2), Oktober 2013:69 77 ISSN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 5(2), Oktober 2013:69 77 ISSN:"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

69

Pengaruh Macam Tanaman Sela Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil

Jarak Pagar (

Jatropha Curcas

L.) Hasil Rehabilitasi Tahun Ketiga

Effect of Intercropping on Growth and Yield of the Third Year Rehabilitated

Physic Nut (Jatropha curcas L.)

Sri Mulyaningsih dan Budi Hariyono

Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Jln. Raya Karangploso Kotak Pos 199 Malang

E-mail: balittas@litbang.deptan.go.id

Diterima: 5 Februari 2013 disetujui: 23 Agustus 2013

ABSTRAK

Pada pertanaman jarak pagar yang masih muda (umur 1–2 tahun) dengan jarak tanam 2 m x 2 m ada lahan kosong yang tidak termanfaatkan. Upaya optimalisasi pemanfaatan lahan adalah menanam tanaman sela, sehingga petani mempunyai pendapatan dari tanaman sela sebelum jarak pagar menghasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanaman sela terhadap pertumbuhan dan hasil jarak pagar dan men-dapatkan macam tanaman sela yang sesuai pada jarak pagar hasil rehabilitasi (penyambungan) pada tahun ketiga. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Muktiharjo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah mulai bulan Januari hinggaDesember 2011, menggunakan rancangan acak kelompok diulang enam kali. Perlakuan yang diuji adalah: 1) jarak pagar + kacang tanah, 2) jarak pagar + kedelai, 3) jarak pagar + kacang hijau, 4) jarak pagar + wijen, dan 5) jarak pagar tanpa tanaman sela. Ukuran petak 8 m x 8 m, jarak tanam jarak pagar 2 m x 2 m. Jarak tanam tanaman sela kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau masing-masing 25 cm x 25 cm, sedangkan jarak tanam wijen 50 cm x 25 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil biji kering tanamanjarakpagardengantanamanselakedelai,kacanghijau,danwijentidakberbeda nyata dengan hasil biji kering jarak pagar monokultur kecuali dengan kacang tanah. Hasil biji kering jarak pagar + kedelai 655,87 kg/ha + 1.316,07 kg/ha; jarak pagar + kacang hijau 644,70 kg/ha + 1.557,5 kg/ha; jarak pagar + wijen 511,49 kg/ha + 1.416,67 kg/ha; jarak pagar + kacang tanah yaitu 358,31 kg/ha + 1.015,28 kg/ha; dan hasil biji kering tanaman jarak pagar tanpa tanaman sela 602,27 kg/ha. Tumpang sari jarak pagar dengan keempat macam tanaman sela (kacang tanah, kedelai, kacang hijau, dan wijen), efisien dalam pemanfaatan lahan dan layak secara ekonomi untuk ditanam dan dikembangkan bersama dengan tanaman jarak pagar rehabilitasi tahun ketiga dengan nilai NKL masing-masing: 1,32; 1,64; 1,98; 1,72 dan B/C ratio 4,79; 1,88; 5,71; 7,03.

Kata kunci: Tanaman sela, Jatropha curcas, jarak pagar

ABSTRACT

In young jatropha plantation (1–2 years aged) with 2 m x 2 m spacing there is fallow land. The effort to optimize of land use was by planting intercrops, so that the farmers get income before the jatropha plant produce. This study aimed to determine the effect of intercrops on growth and yield of jatropha and get suitable intercrops in the jatropha rehabilitated plantation (by grafting) in the third year. Research was conducted at Muktiharjo Research Station, Pati, Central Java from January to December 2011. The experiment was arranged in randomized block design with 6 replications. Treatments were 1) intercropping physic nut + peanut, 2) intercropping physic nut + soybean, 3) intercropping physic nut + mungbean, 4) intercropping physic nut + sesame, and 5) physic nut monoculture. Plot size was 8 m x 8 m, plant distance of physic nut were 2 m x 2 m, and plant distances for peanut, soybean, and mungbean were 25 cm x 25 cm and for sesame was 50 cm x 25 cm. Result showed that intercropping was not significantly effect on seed yield of physic nut, however intercropping physic nut with peanut decreased the physic nut seed yield. Seed yield of intercropping physic nut + soybean 655.87 kg/ha + 1,316.07 kg/ha; physic nut + mungbean 644.70 kg/ha + 1,557.55 kg/ha; physic nut + sesame 511.49 kg/ha + 1,416.67 kg/ha; physic nut + peanut 358.31 kg/ha + 1,015.28 kg/ha; and physic nut monoculture 602.27 kg/ha. Intercropping physic nut with four kinds

(2)

70

of intercrop plant (peanut, soybean, mungbean, and sesame), efficient land use and economically viable for the grown and developed along with physic nut rehabilitation third year with the value of each land equi-valent ratio (LER) 1.32; 1.64; 1.98; 1.72 intercropping and B/C ratio 4.79; 1.88; 5.71; and 7.03.

Keywords: Physic nut, Jatropha curcas L., intercropping

PENDAHULUAN

umpang sari antara tanaman tahunan de-ngan tanaman semusim banyak diterap-kan untuk meningkatditerap-kan pendapatan usaha tani sebelum tanaman tahunan mampu mem-berikan hasil optimal. Pada usaha tani tanam-an tahuntanam-an jarak pagar, sebelum jarak pagar menghasilkan terdapat ruang kosong antarta-naman yang dapat dimanfaatkan untuk tum-pang sari dengan tanaman semusim untuk menekan biaya pemeliharaan dan menjamin pendapatan petani sampai jarak pagar meng-hasilkan (Raden et al. 2008; Sahoo et al. 2009; Wahl et al. 2009). Menurut Wahid (1992) introduksi tanaman sela pada berbagai agro-ekologi tidak bermasalah apabila memperhati-kan (a) kesesuaian antara tanaman pokok de-ngan tanaman sela, (b) tidak terdapat penga-ruh yang saling merugikan, (c) tidak terdapat persaingan dalam pengambilan cahaya, air, hara, dan CO2, (d) tidak diserang hama dan

penyakit yang sama, dan (e) memiliki penga-ruhyangsaling menguntungkan dalam meme-nuhi kebutuhan hara tanaman.

Sinergisme antara tanaman pokok dan tanaman sela ditentukan oleh tingkat kompe-tisi dari kedua jenis tanaman tersebut. Per-tumbuhan dua populasi tanaman yang berde-katan tidak akan saling berkompetisi apabila kandungan air tanah, hara, dan radiasi mata-hari yang tersedia berada pada taraf cukup untuksetiaptanaman(Mangoensoekardjo 1982). Pemilihan jenis tanaman sela yang sesuai, dapatmeminimumkan pengaruh kompetisi de-ngan tanaman pokoknya (Ijoyah 2012). Ta-naman pokok yang mempunyai habitus tinggi akan lebih baik bila ditumpangsarikan dengan tanaman sela yang mempunyai habitus rendah dan toleran naungan. Herman et al. (2007) melaporkan bahwa jarak pagar kurang mam-pu bersaing bila ditumpangsarikan dengan ta-naman jagung berhabitus tinggi karena jarak

pagar ternaungi dan hasilnya menurun 90%, sebaliknya jagung dapat menghasilkan 7 ton/ ha pipilan kering. Apabila jarak pagar ditum-pangsarikan dengan tanaman berhabitus ren-dah sepertisawi, kangkung darat, buncis tegak, dan kacang merah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan jarak pagar. R/C ratio tertinggi diperoleh pada tumpang sari jarak pagar de-ngan sawi daging yaitu 2,72. R/C ratio tum-pang sari jarak pagar dengan kangkung darat 2,67; jarak pagar dengan buncis tegak 2,11; dan jarak pagar dengan kacang merah 1,56 (Widaryanto 2008).

Dalam rangka food security, pengem-bangan jarak pagar sebaiknya diintegrasikan dengan tanaman pangan semusim seperti ka-cang tanah, kaka-cang hijau, kedelai, atau wijen (Gour 2006; Mogaka et al. 2010; Favretto et al. 2012). Menurut laporan Curcas Oil Philip-pines Inc. (2011) di Filipina selama tanaman jarak pagar belum menghasilkan pada tahun pertama hingga kedua jarak pagar ditumpang-sarikan dengan kacang tanah, sehingga diper-oleh pendapatan dari hasil kacang tanah se-bagai tanaman sekunder. Singh et al. (2007) melaporkan bahwa tumpang sari kacang ta-nah dengan jarak pagar yang dipangkas mem-berikan pengaruh sinergis pada tanaman jarak pagar. Kanopi tanaman jarak pagar tidak me-nutupi kacang tanah, dan pertumbuhan jarak pagar (tinggi tanaman, lebar kanopi, dan jum-lah cabang per tanaman) lebih baik. Mulya-ningsih & Hariyono (2010) melaporkan bahwa kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau se-suai sebagai tanaman sela pada tanaman ja-rak pagar yang sudah direhabilitasi pada tahun pertama. Hasil biji kering tumpang sari jarak pagar + kacang tanah mencapai 183,26 kg/ha + 1.187,5 kg/ha polong kering; jarak pagar + kedelai 200 kg/ha + 2.008,3 kg/ha; jarak pagar + kacang hijau 236,95 kg/ha + 1.712,2 kg/ha. Pada tahun kedua, hasil biji kering jarak pagar + kacang tanah mencapai 870,57 kg/ha +

T

(3)

71 627,87 kg/ha; jarak pagar + kedelai 980,05

kg/ha + 1.115,42 kg/ha; jarak pagar + kacang hijau 974,22 kg/ha + 1.008,71 kg/ha; jarak pagar + wijen 712,92 kg/ha + 501,68 kg/ha; dan tanaman jarak pagar tanpa tanaman sela 1.094,84 kg/ha (Mulyaningsih et al. 2010). Rejila & Vijayakumar (2011) melaporkan bah-wa tanaman wijen juga sangat cocok diguna-kan sebagai tanaman sela pada pertanaman jarak pagar dengan pola tumpang sari, karena tidak ada pengaruh alelopati dari jarak pagar, bahkan memacu perkecambahan dan pertum-buhan wijen.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanaman sela terhadap pertumbuh-an dpertumbuh-an hasil jarak pagar (Jatropha curcas) re-habilitasi dengan penyambungan pada tahun ketiga, dan mendapatkan tanaman sela yang sesuai untuk tumpang sari dengan jarak pagar.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Ja-nuari hingga Desember 2011, di Kebun Per-cobaan Muktiharjo, Kabupaten Pati, Jawa Te-ngah. Bahan penelitian meliputi pertanaman jarak pagar yang sudah direhablitasi (penyam-bungan dengan IP-2A) pada tahun 2009, se-hingga pada penelitian ini jarak pagar hasil rehabilitasi memasuki tahun ketiga. Benih ta-naman sela yang digunakan adalah kedelai varietas Grobogan, kacang tanah varietas Je-rapah, kacang hijau varietas Kutilang, dan wijen varietas Sumberrejo-2 (Sbr 2). Bahan lainnya adalah pupuk kandang, pupuk maje-muk NPK (Phonska), pestisida, dan bahan pembantu lainnya.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah acak kelompok terdiri atas 5 perlakuan diulang 6 kali. Perlakuan tumpang sari yang diuji yaitu 1) jarak pagar + kacang tanah; 2) jarak pagar + kedelai; 3) jarak pagar + ka-cang hijau; 4) jarak pagar + wijen; dan 5) ja-rak pagar tanpa tanaman sela (kontrol). Ukur-an petak perlakuUkur-an 8 m x 8 m, jarak tUkur-anam yang digunakan untuk jarak pagar 2 m x 2 m, jarak tanam kacang tanah, kedelai, dan

ka-cang hijau 25 cm x 25 cm (5 baris di antara jarak pagar), jarak tanam wijen 50 cm x 25 cm (3 baris di antara jarak pagar), jarak an-tara jarak pagar dengan tanaman sela 50 cm (Gambar 1 dan 2). Penanaman tanaman sela dilaksanakan pada awal bulan April 2011 seca-ra ditugal, untuk kedelai, kacang hijau, dan wijen 2 tanaman/lubang dan kacang tanah 1 tanaman/lubang. Sebelum tanam tanaman sela dilakukan pemangkasan tanaman jarak pagar pada cabang-cabang samping non pro-duktif (10%) untuk memudahkan penanaman tanaman sela.

Tanaman jarak pagar diberi pupuk ma-jemuk NPK 15 : 15 : 15 (Phonska) 750 kg/ha pada awal musim penghujan, dan pupuk kan-dang 2 kg/ tanaman pada waktu penkan-dangiran. Pemupukan pada tanaman sela dilakukan se-telah tanam dengan pupuk majemuk Phonska 150 kg/ha. Pengairan dilakukan pada saat memasuki musim kemarau sebanyak 8 kali dengan interval 2 minggu sekali untuk men-cegah tanaman mengalami kekeringan. Pengen-dalian penyakit layu bakteri Ralstonia

Solana-cearum dilakukan dengan pemberian

bakteri-sida Streptomicin Sulfonat 20%.

Pengamatan pertumbuhan tanaman ja-rak pagar dan tanaman sela meliputi tinggi tanaman dan diameter kanopi dilakukan seti-ap 30 hari sekali pada 8 tanaman contoh jarak pagar (diambil secara diagonal dalam barisan tanaman di setiap petak) sedangkan untuk tanaman sela diambil secara acak 10 tanaman contoh per petak.

Pengamatan jumlah tandan per tanam-an dtanam-an jumlah buah per ttanam-andtanam-an dilakuktanam-an se-tiap 30 hari pada 8 tanaman contoh. Sedang-kan pengamatan hasil biji kering tanaman sela dan jarak pagar dilakukan pada saat panen.

Persentase penurunan hasil tanaman ja-rak pagarterhadap hasil jarak pagar monokul-tur dihitung dengan rumus:

Hasil tumpang sari

100% – x 100% Hasil monokultur

Jika hasilnya kurang dari 100% berarti terjadi penurunan hasil sebesar nilai tersebut, dan sebaliknya jika hasilnya lebih dari 100%, ber-arti terjadi peningkatan sebesar nilai tersebut.

(4)

72 o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o X o o o o o X o o o o o X o o o o o X o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o X o o o o o X o o o o o X o o o o o X o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o

Keterangan: Ukuran petak: 8 m x 8 m

X: jarak tanam jarak pagar (2 m x 2 m), populasi: 16 tanaman/ petak

O: jarak tanam kacang tanah/kedelai/kacang hijau (25 cm x 25 cm), jarak antara jarak pagar dengan kacang tanah/ kacang hijau/kedelai: 50 cm

Gambar 1. Tata letak tanaman tumpang sari jarak pagar dengan kacang tanah, kacang hijau, dan kedelai

o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o X o o o X o o o X o o o X o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o X o o o X o o o X o o o X o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o Keterangan : Ukuran petak: 8 m x 8 m

X: jarak tanam jarak pagar (2 m x 2 m), populasi: 16 tanam-an/petak

O: jarak tanam wijen (50 cm x 25 cm), jarak antara jarak pagar dengan wijen: 50 cm

Gambar 2. Tata letak tanaman tumpang sari jarak pagar dengan wijen.

Untuk mengetahui efisiensi dalam pe-manfaatan lahan dan kelayakan antar sistem tanam digunakan analisis NKL (Nilai kesetara-an lahkesetara-an) dkesetara-an B/C ratio. Nilai kesetarakesetara-an la-han dihitung dengan rumus sebagai berikut:

YSts YJts

NKL = + YSm YJm

NKL: Nilai kesetaraan lahan

YSts: hasil tanaman sela tumpang sari

YSm: hasil tanaman sela monokultur

YJts: hasil jarak pagar tumpang sari

YJm: hasil jarak pagar monokultur

Bila NKL>1, berarti pertanaman tumpang sari lebih efisien dalam memanfaatkan lahan dari-pada pertanaman monokultur.

B/C ratio adalah nilai antara tambahan pendapatan (benefit) dan tambahan biaya usa-hatani (cost) dari sistem monokultur ke sistem tumpang sari. Apabila B/C >1, maka sistem usaha tani tersebut layak dikembangkan.

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan dan hasil dilakukan ana-lisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pe-nanaman tanaman sela kedelai, kacang hijau, dan wijen di antara tanaman jarak pagar hasil rehabilitasi(penyambungandenganIP-2A) pa-da tahun ketiga tipa-dak berpengaruh terhapa-dap pertumbuhan tanaman jarak pagar. Tinggi ta-naman dan lebar kanopi jarak pagar yang di-tumpangsarikan dengan ketiga macam tanam-an sela tersebuttidak berbeda dengan tanaman jarak pagar monokultur. Sementara itu tum-pangsarijarakpagar dengan kacang tanah, per-tumbuhan jarak pagar terhambat dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 1).

Tinggi tanaman dan lebar kanopi tanam-an jarak pagar ytanam-ang ditumptanam-angsariktanam-an dengtanam-an kacang tanah lebih rendah dibanding dengan perlakuanlainnya.Terhambatnya pertumbuhan tinggi dan lebar kanopi tanaman jarak pagar diduga karena tanaman kacang tanah yang di-tumpangsarikan dengan jarak pagar terserang penyakit layu bakteri Ralstonia solanacearum hampir 25% sehingga berpengaruh juga ter-hadap pertumbuhan tanaman jarak pagar. Hal ini diduga sebagai akibat adanya pengaruh alelopati akibat interaksi jarak pagar dengan kacang tanah sehingga menimbulkan penga-ruh negatif terhadap tanaman kacang tanah yaitu menjadi peka terserang penyakit. Hasil kacang tanah tumpang sari dengan jarak pagar lebih rendah dibanding hasil kacang tanahmonokultur. Jarakpagardi ketahui me-

(5)

73

Tabel 1. Pengaruh tanaman sela terhadap tinggi dan lebar kanopi tanaman jarak pagar rehabilitasi tahun ketiga

Perlakuan tanaman sela

Tinggi tanaman (cm) Lebar kanopi (cm)

Jarak pagar Tanaman sela Jarak pagar Tanaman sela

Tumpang sari Monokultur Tumpang sari Monokultur

Jarak pagar + kacang tanah Jarak pagar + kedelai Jarak pagar + kacang hijau Jarak pagar + wijen Monokultur jarak pagar

151,56 b 188,96 a 188,64 a 173,12 a 176,35 a 45,0 58,7 68,1 160,5 48 60 80 151 120,52 b 150,42 a 161,56 a 140,31 ab 158,85 a 36,0 31,4 31,1 66,8 37,0 30,5 31,0 40,0 KK (%) 9,63 13,66

Keterangan: Angka pada kolom yang didampingi huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan 5%.

T1 = Jarak pagar + kacang tanah; T2 = Jarak pagar + kedelai; T3 = Jarak pagar + kacang hijau; T4 = Jarak pagar + wijen; T5 = Monokultur jarak pagar.

Gambar 3. Perkembangan jumlah tandan bunga, jumlah tandan buah, dan jumlah buah per tanaman jarak pagar pada berba-gai tanaman sela mulai bulan Januari hingga Oktober 2011

ngandung senyawa toksin yaitu jatrophine, curcin, dan phorbol ester yang dapat meng-hambat pertumbuhan tanaman yang tumbuh berasosiasi dengan jarak pagar (Naengchom-nong et al. 1986; Makkar et al. 1997; Liu et al. 1997; Wink et al. 1997; Ma et al. 2011). Hasil penelitian Raden et al. (2008) menun-jukkan bahwa ekstrak daun, biji, dan akar ta-naman jarak pagar dapat menekan perkecam-bahan, pertumbuhan akar, dan plumula pada jagung, tomat, serta padi gogo.

Hasil pengamatan komponen produksi selama bulan Januari sampai dengan Oktober 2011 menunjukkan komponen produksi tan-dan bunga, tantan-dan buah, tan-dan buah terbentuk secara optimal pada bulan Mei–Juli, puncak-nya pada bulan Juni (Gambar 3). Pada bulan Juni tanaman jarak pagar menunjukkan hasil yang tertinggi karena pada bulan tersebut merupakan puncak hasil akumulasi terbentuk-nya buah pada bulan-bulan sebelumterbentuk-nya (Ja-nuari–Mei) yang didukung oleh ketersediaan air yang cukup (musim penghujan) dan ber-angsur berkurang setelah memasuki musim kemarau (Juli–September). Menurut Riajaya & Hariyono (2011) bahwa tanaman jarak pagar selama ini secara normal pola terbentuknya buah tertinggi adalah pada bulan Juni–Juli. Adanya tanaman sela tidak mempengaruhi pe-rilaku/pola dari tanaman jarak pagar.

Demikian juga untuk jumlah tandan bu-nga dan jumlah tandan buah terbentuk mak-simal pada bulan Juni menunjukkan bahwa ti-dak ada perbedaan antara perlakuan tumpang sari jarak pagar dengan tanaman sela kedelai, kacang hijau, dan wijen dibanding jarak pagar monokultur kecuali dengan kacang tanah

2 4 6 8 10 12 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ju m la h t a n d a n b u n g a /t a n a m a n Bulan T1 T2 T3 T4 T5 2 4 6 8 10 12 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ju m la h t a n d a n b u a h /t a n a m a n Bulan T1 T2 T3 T4 T5 10 20 30 40 50 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ju m la h b u a h /t a n a m a n Bulan T1 T2 T3 T4 T5

(6)

74

bel 2). Hal ini menunjukkan bahwa keberada-an tkeberada-anamkeberada-an sela kedelai, kackeberada-ang hijau, dkeberada-an wijen pada tanaman jarak pagar yang direha-bilitasi pada tahun ketiga masih dimungkinkan, karena tidak mempengaruhi pertumbuhan dan hasil jarak pagar. Shukla (2006) dan Favretto

et al. (2012) melaporkan bahwa tanaman sela

dapat ditanam di antara jarak pagar hingga tahun ketiga pada jarak pagar yang ditanam 3 m x 3 m. Pada jarak pagar yang ditanam 2 m x 2 m, masih dimungkinkan adanya tanaman sela di antara tanaman jarak pagar apabila dilakukan pemangkasan cabang-cabang non-produktif.

Tabel 2. Pengaruh tanaman sela terhadap jumlah tandan bunga, jumlah tandan buah dan jumlah buah tanaman jarak pagar hasil rehabilitasi tahun ketiga pada bulan Juni 2011 Perlakuan tanam-an sela pada jarak pagar Jumlah tandan bunga/ tanaman Jumlah tandan buah/ tanaman Jumlah buah/ tanaman Kacang tanah Kedelai Kacang hijau Wijen Monokultur 6,56 b 11,93 a 10,46 a 9,04 ab 11,87 a 4,00 b 8,73 a 8,56 a 6,02 ab 9,21 a 19,29 tn 40,46 42,19 29,54 42,56 KK (%) 25,54 34,01 47,18

*) Angka pada kolom yang didampingi huruf sama menun-jukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan 5%.

Penggunaan tanaman sela (kedelai, ka-canghijau,danwijen)diantara tanaman jarak pagar rehabilitasi pada tahun ketiga membe-rikan hasil biji kering jarak pagar tidak ber-beda dengan hasil biji kering jarak pagar mo-

nokultur. Hasil biji kering jarak pagar + kede- lai 655,87 kg/ha + 1.316,07 kg/ha; jarak pa- gar + kacang hijau 644,70 kg/ha + 1.557,55 kg/ha; dan jarak pagar + wijen 511,49 kg/ha + 1.416,67 kg/ha; jarak pagar monokultur (tanpa tanaman sela) 602,27 kg/ha (Tabel 3). Peng-gunaan kedelai dan kacang hijau sebagai ta-naman sela berpengaruh positif yaitu mening-katkan hasil biji kering jarak pagar masing-masing 8,90% dan 7,05% (Tabel 3).

Keuntungan penggunaan tanaman jenis kacang-kacangan (Leguminosae) yang mem-punyai bintil-bintil akar, dapat bersimbiose de-ngan bakteri Rhizobium yang berfungsi menam-bat N dari udara sehingga dapat menambah ketersediaan hara N dalam tanah, yang me-nguntungkan tanaman jarak pagar (Behera et al. 2010). Menurut Miller & Fernandes (1988)

dalam Trustinah (1993) banyaknya nitrogen

yang dapat difiksasi berkisar antara 58–107 kg N/ha per jenis tanaman dan 30% dari N fiksasi tersebut disumbangkan kepada tanam-an lain dalam sistem tumptanam-ang sari (Fujita 1977 dalam Wargiono 2005). Selain itu peron-tokan daun-daun kacang hijau dan kedelai pada saat panen juga dapat berfungsi sebagai pu-puk sehinggga memperbaiki struktur tanah, tanahnya menjadi subur dan baik untuk per-tumbuhan tanaman jarak pagar selanjutnya.

Penggunaan tanaman sela kacang tanah yang diharapkan dapat meningkatkan hasil biji jarak pagar seperti kedelai dan kacang hijau, ternyata hasilnya lebih rendah (358,31 kg/ha) dibanding jarak pagar monokultur yang mampu memberikan hasil 602,27 kg/ha biji kering.

Tabel 3. Hasil biji kering jarak pagar dan tanaman sela (kacang tanah, kedelai, kacang hijau, dan wijen) pada jarak pagar rehabilitasi tahun ketiga

Perlakuan tanaman sela

Hasil biji kering (kg/ha) terhadap monokultur (%)Persentase penurunan

NKL

Jarak pagar Kacang

tanah Kedelai Kacang hijau Wijen Jarak pagar Tanaman sela

J. pagar + kacang tanah

J. pagar + kedelai J. pagar + kacang hijau J. pagar + wijen Monokultur j. pagar Monokultur tan. sela

358,31 b 655,87 a 644,70 a 511,49 a 602,27 a 1 015,28 1 400,00 1 316,07 2 389,20 1 557,55 3 200,00 1 416,67 1 633,33 -40,50 +8,90 +7,05 -15,07 -27,48 -44,92 -51,32 -13,26 1,32 1,64 1,98 1,72 KK (%) 21,01

(7)

75

Tabel 4. Biaya, penerimaan, pendapatan, dan B/C ratio usaha tani jarak pagar rehabilitasi dengan tanaman sela tahun ketiga

Perlakuan tanaman sela Biaya (Rp/ha) Penerimaan

(Rp/ha) Pendapatan (Rp/ha) Tambahan biaya (Rp/ha) Tambahan

pen-dapatan (Rp/ha) B/C ratio

Jarak pagar + kacang tanah Jarak pagar + kedelai Jarak pagar + kacang hijau Jarak pagar + wijen Monokultur jarak pagar

18 590 700 19 493 750 18 482 250 18 172 500 15 560 000 19 351 650 13 154 205 21 403 475 22 784 520 1 806 810 760 950 - 6 339 545 2 921 225 4 612 020 - 13 753 190 3 030 700 3 933 750 2 922 250 2 612 500 14 514 140 7 413 645 16 674 415 18 365 210 4,79 1,88 5,71 7,03

Sesuai dengan pembahasan sebelumnya per-tumbuhan tanaman yang terhambat akan ber-pengaruh terhadap hasil akhir. Tanaman jarak pagar yang ditumpangsarikan dengan tanam-an sela kactanam-ang ttanam-anah pertumbuhtanam-annya ter-hambat karena tanaman kacang tanahnya ter- serang penyakit. Menurut Sastroutomo (1990) penurunan hasil panen disebabkan oleh pe-ngaruh langsung dari senyawa beracun yang dilepaskan atau adanya senyawa alelopati yang menimbulkan tumbuhnya patogen yang dapat menyebabkan penurunan hasil. Menurut Wahl et al. (2009), tumpang sari jarak pagar dengan bunga matahari, pada tahun ketiga produktivitas jarak pagar dapat mencapai 40% dari potensinya, sedangkan produktivitas ta-naman sela menurun hanya 30% dari potensi maksimalnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil jarak pagar masih di atas 40% dari monokulturnya, bahkan untuk tanaman sela kedelai dan kacang hijau melebihi mono-kultur jarak pagar.

Dari Tabel 3 dan 4 dapat dilihat bahwa penggunaan tanaman sela kacang tanah, ke-delai, kacang hijau dan wijen yang ditum-pangsarikan dengan jarak pagar mempunyai nilai kesetaraan lahan (NKL) >1 dan B/C ratio >1, hal ini menunjukkan bahwa pertanaman tumpang sari jarak pagar dengan keempat ta-naman sela (kacang tanah, kedelai, kacang hijau, dan wijen) lebih efisien dalam meman-faatkan lahan daripada pertanaman mono-kultur dan secara ekonomi sistem usaha tani tersebut layak dikembangkan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan jarak pagar di tingkat petani sebaiknya tidak dilakukan secara monokultur, melainkan diintegrasikan dengan tanaman

se-musim penghasil pangan atau yang bernilai ekonomi relatif tinggi dengan sistem tumpang sari terutama pada pertanaman jarak pagar baru. Pada pertanaman jarak pagar yang su-dah tua dan tidak produktif dapat direhabili-tasi dengan penyambungan menggunakan en-tres (batang atas) jarak pagar yang produkti-vitasnya tinggi. Selama tiga tahun pertama sejak tanaman jarak pagar direhabilitasi, la- han di antara pertanaman jarak pagar dapat digunakan untuk budi daya tanaman pangan semusim, untuk keamanan pangan (food

se-curity), penambahan pendapatan petani,

pe-meliharaan kesuburan tanah, dan pemeliha-raan keragaman tanaman.

KESIMPULAN

Tanaman kedelai, kacang hijau, dan wi-jen sesuai digunakan sebagai tanaman sela di antara pertanaman jarak pagar rehabilitasi (pe-nyambungan dengan IP-2A) pada tahun keti-ga denketi-gan tanpa menyebabkan penurunan ha-sil. Penggunaan kacang tanah sebagai tanam-an sela pada perttanam-anamtanam-an jarak pagar, berisiko menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil jarak pagar.

Penanaman tanaman sela kacang tanah, kedelai, kacang hijau, dan wijen di antara ta-naman jarak pagar rehabilitasi pada tahun ke-tiga, mampu meningkatkan produktivitas lahan dan memberikan keuntungan lebih tinggi di-banding monokultur jarak pagar. Masing-ma-sing dengan nilai nilai kesetaraan lahan (NKL): 1,32; 1,64; 1,98; 1,72; dan B/C ratio 4,79; 1,88; 5,71; dan 7,03.

(8)

76

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis menyam-paikan terima kasih kepada Kepala Kebun Muktiharjo, Pati, Jawa Tengah beserta staf, khususnya bapak Nawi teknisi yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Behera, SK, Srivastava, P, Tripathi, R, Singh, JP & Singh, N 2010, Evaluation of plant perfor-mance of Jatropha curcas L. under different agro-practices for optimizing biomass – A case study, Biomass and Bioenergy 34:30–41. Curcas Oil Philippines Inc. 2011, Peanut

intercrop-ping for Jatropha curcas, diakses pada 23 Maret 2011 (http://biozio.com/blog/category/

bio-source/jatropha/page/3).

Favretto, N, Stringer, LC & Dougill, AJ 2012, Cul-tivating clean energy in Mali; policy analysis and livelihood impacts of Jatropha curcas,

Centre for Climate Change Economics and Policy, Working Paper 84, 26, Sustanability Research Institute.

Gour, VK 2006, Production practices including post harvest management of Jatropha curcas, in Singh, B et al. (eds.), Biodiesel Conference To-wards Energy Independence–Focus on Jatro-pha, Papers presented at the Conference Rashtrapati Nilayam, Bolaram, Hyderabad on 9–10 June, 2006, p. 223–251.

Herman, M, Pranowo, D & Hasibuan, AM 2007, Pola tanam berbasis jarak pagar (Jatropha curcas L.), Prosiding Lokakarya II “Status Teknologi Jarak Pagar”, Puslitbang Perkebun-an, Bogor.

Ijoyah, MO 2012, Review of intercropping research: Studies on cereal-vegetable based cropping system, Scientific Journal of Crop Science 1(3): 55–62.

Liu, L, Sporer, F, Wink, M, Jourdane, J, Hennig, R, Li, YL & Ruppel A 1997, Anthraquinones in

Rheum palmatum and Rumex dentatus (Poly-gonaceae) and phorbolesters from J. curcas

(Euphorbiaceae) with molluscicidal activity against schistosomias vector snails Oncomela-nia, Biomphalaria, and Bulinus, Tropical Med. Int. Health 2:179–188.

Ma, Y, Chun, J, Wang, S & Chen, F 2011, Alle-lopathic potential of Jatropha curcas, African Journal of Biotechnology 10(56):11.932–11.942. Makkar, HPS, Becker, K, Sporer, F & Wink, M 1997,

Studies on nutritive potential and toxic con-stituents of different provenances of J. Cur-cas, J. Agric. Food Chem. 45:3.152–3.157. Mangoensoekardjo, S 1982, Masalah gulma di

per-kebunan, Makalah Penataran Manajemen Gul-ma di Perkebunan, Pusat Penelitian dan Pe-ngembangan Biologi Tropika IPB & HIGI, Bo-gor.

Mogaka, VM, Iiyama, M, Mbatia, OLE & Jonathan, N 2010, Reality or romantism? Potential of

Jatropha to solve energy crisis and improve livelihoods, Poster presented at the Joint 3rd

African Association of Agricultural Economists (AAAE) and 48th Agricultural Economists Asso-ciation of South Africa (AEASA) Conference,

Cape Town, South Africa, September 19–23, 2010, 30 p.

Mulyaningsih, S & Hariyono, B 2010, Kesesuaian tanaman sela pada tanaman jarak pagar (Ja-tropha curcas L. ), Prosiding Lokakarya Nasio-nal V Inovasi Teknologi dan Cluster Pioneer MenujuDMEBerbasis Jarak Pagar, Nov. 2009, Penerbit Tunggal Mandiri, Malang, hlm. 137– 140.

Mulyaningsih, S, Djumali, Hariyono, B, Tirtosupro-bo, S & Sudibyo, N 2010, Pengaruh tanaman sela pada pola tanam jarak pagar (Jatropha curcas L.), Laporan Hasil Penelitian Balai Pe-nelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang. Naengchomnong, W, Thebtaramonth, Y,

Wiriya-chitra, P, Okamoto, KT, & Clardy, J 1986, Isolation and structure determination of two novel Lathyrane from Jatropha curcas, Tetra-hedron Lett. 27:5.675–5.678.

Raden, I, Purwoko, BS, Santosa, E, Hariyadi & Ghulamahdi, M 2008, Pengaruh alelopati ( Ja-tropha curcas L.) terhadap perkecambahan benih jagung, tomat, dan padi gogo, Bul. Agron. 36(1):78–83.

Rejila, S & Vijayakumar, N 2011, Allelopathic effect of Jatropha curcas on selected intercropping plants (green Chilli and Sesame), Journal of Phytology 3(5):01–03.

Riajaya, PD & Hariyono, B 2011, Pengaruh pe-ngairan terhadap produksi dan kandungan minyak biji tiga provenan jarak pagar, Jur-nal Littri 17(2):67–76.

(9)

77

Sahoo, NK, K umar, A, Sharma, S & Naik, SN 2009, Interaction of Jatropha curcas plantation with ecosystem, Proceedings of International Con-ference on Energy and Environment, March 19–21, 2009, p. 666–671.

Sastroutomo,SS1990,Ekologigulma,Penerbit Gra-media, Jakarta, 217 hlm.

Shukla, A 2006, Jatropha (Physic nut) in research frame at Pantnagar, in Singh B et al. (eds), Biodiesel Con-ference Towards Energy Independence–Focus on Jatropha p. 268– 281, Papers presented at the Conference Rashtrapati Nilayam, Bolaram, Hyderabad on 9–10 Juni, 2006.

Singh, RA, Kumar, M & Haider, E 2007, Synergistic cropping of summer groundnut with Jatropha curcas - A new two-tier cropping system for Uttah Pradesh, An Open Access Journal, 5(1):2. Trustinah 1993, Biologi tanaman kacang hijau, Mo-nograf Kacang Hijau, Balittan Malang No. 9, Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian, hlm. 12–22.

Wahid, P 1992, Peningkatan intensitas tanaman melalui tanaman sela dan tanaman campuran,

Prosiding Temu Usaha Pengembangan Hasil Penelitan Tanaman Rempah dan Obat, Balai

Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bo-gor.

Wahl, N, Jamnadass, R, Baur, H, Munster , C & Iiyama, M 2009, Economic viability of Jatro-pha curcas L. plantations in Northern Tanza-nia – Assessing farmers prospects via cost-benefit analysis, ICRAF, Working Paper no. 97, Nairobi, World Agroforestry Centre. Wargiono, J 2005, Peluang pengembangan kacang

tanah melalui tumpang sari dengan ubi kayu,

diakses pada 23 Maret 2011 (http://www.

puslittan.bogor.net)

Widaryanto, E 2008, Optimalisasi pemanfaatan la-han dengan penanaman rapat dan tumpang sari pada pertanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) sebelum mencapai kestabilan produksi, Prosiding Lokakarya Nasional Jarak Pagar III “Inovasi Teknologi Jarak Pagar untuk Mendukung Program Desa Mandiri Energi”, Penerbit Bayumedia, hlm. 160–168. Wink, M, Koschmieder, C, Sauerwein, M, Sporer, F

1997, Phorbol esters of J. curcas biological activities and potential applications, in Gubitz, GM at al. (eds), Biofuel and industrial pro-ducts from J. curcas, Graz: Dbv-Verlag Univ., pp. 160–166.

Gambar

Gambar 2. Tata letak tanaman tumpang sari jarak  pagar dengan wijen.
Gambar  3.  Perkembangan  jumlah  tandan  bunga,  jumlah tandan buah, dan jumlah buah  per  tanaman  jarak  pagar  pada   berba-gai  tanaman  sela  mulai  bulan  Januari  hingga Oktober 2011
Tabel 3. Hasil biji kering jarak pagar dan tanaman sela (kacang tanah, kedelai, kacang hijau, dan wijen) pada  jarak pagar rehabilitasi tahun ketiga

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan menunjukkan adanya pengaruh positif signifikan dari variabel daya tarik iklan, dan citra merek terhadap keputusan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ochratoksin A yang diberikan pada mencit bunting selama periode organogenesis menyebabkan terhambatnya pertumbuhan jumlah sel

Sejak edisi Oktober 2014 hingga sekarang, jurnal TAWARIKH dikelola oleh para Dosen dari Jurusan Sejarah FIB UNHAS (Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin) Makassar dan

5) sebagai Kepala Kamar Mesin di kapal dengan tenaga penggerak utama 750 KW (tujuh ratus lima puluh Kilo Watt) sampai dengan 3000 KW (tiga ribu Kilo Watt) pada

Berdasarkan hasil pengujian Return On Assets (ROA) dengan metode paired sample t-test untuk data berdistribusi normal dan metode Wilcoxon Signed Rank Test untuk data

Sebagian besar siswa memilki tingkat pengetahuan lebih banyak pengetahuan baik setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang bantuan hidup dasar pada kecelakaan lalu

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian karbon aktif kulit pisang kepok pada hari ke-1 tidak berpengaruh nyata terhadap nilai besi pada media pemeliharaan,