• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perihal Takdir Dua orang berjalan menembus jalanan yang kini sudah tak lagi terlihat, jalanan itu kini tertutup salju-salju tebal, hanya lajur putih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perihal Takdir Dua orang berjalan menembus jalanan yang kini sudah tak lagi terlihat, jalanan itu kini tertutup salju-salju tebal, hanya lajur putih"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Perihal Takdir

Dua orang berjalan menembus jalanan yang kini sudah tak lagi terlihat, jalanan itu kini tertutup salju-salju tebal, hanya lajur putih diantara tembok-tembok, pohon-pohon pinus yang membeku ditempeli salju dan bunga es. Mereka berjalan beriringan, mereka adalah Tuan Ulf dan Holm, muridnya, mereka berdua adalah pengembara, mereka tak punya arah dan tujuan, hanya berjalan begitu saja, bekerja dan membantu banyak orang sebisanya mereka melakukan hal itu.

“Kita berhenti disini sejenak, Holm. Aku ingin istirahat sejenak. Ah… usia tua ternyata sudah membuat kaki-kakiku ini melemah sekaran. Hahaha!” Ulf menepi pada sebuah batang pohon dekat sebuah reruntuhan tua, tubuhnya yang tinggi besar ia dudukkan pada batang itu. “Baik tuan, tetapi haruskah kita berhenti di reruntuhan tua ini?” Kata Holm sedikit bergetar, “Kenapa? Kau takut Holm? Hahahaha!” Tanya Tuan Ulf sambil membersihkan mantel dan topinya dari salju-salju yang menempel, jenggot lebatnya berguncang bersama tawanya yang bergelegar membuat Holm semakin merinding.

“Eh… Uhm… sebenarnya aku memang takut tuan. Aku takut nanti ada hewan liar yang datang kemari.” Kata Holm pelan. Ulf memandang Holm dan tersenyum, “Hmm? Tidak akan, Holm. Tidak akan ada hewan liar yang akan datang kemari, aku tahu betul tentang tempat ini. Kau tahu, dulu aku tinggal disini.” Kata Tuan Ulf menyenangkan Holm.

“Benarkah itu, tuan? Apakah tuan tidak bercanda?” Kata Holm sedikit terkejut. “Ya, malah dulu akulah yang menguasai tanah ini, Holm. Kau lihat, dari gunung di Barat itu, hingga di perbatasan Timur, yang sudah kita lewati tadi. Dari sungai di Utara hingga Teluk Biru di Selatan. Itulah daerah milikku dulu… Hmm… mengingatnya membuatku merasa semakin tua sekaran. Hahaha.” Jawab Tuan Ulf.

“T-tuan pernah menjadi seorang raja?” Kata Holm yang semakin kaget

mengetahui ternyata tuannya bukanlah seorang yang sembarangan. “Hmm… kapan, ya… sudah lama sekali, Holm. Jauh sebelum aku menjadi seorang pertapa dan pergi mengembara, jauh sebelum aku menerimamu sebagai anakku, sebagai muridku. Mungkinsekitar 50 atau 60 Tahun yang lalu. Disaat itu, usiaku barulah sekitar 25 Tahun

(2)

sebelum aku turun tahta. Cukup lama ternyata aku pergi mengembara.” Jawab Tuan Ulf yang seakan sedang bernostalgia pada masa lalunya.

Holm mendekat dan mempersiapkan makanan dan minuman untuk ia dan tuannya, dua gelas anggur serta dua bongkah roti dan sedikit daging yang diawetkan. “Lantas, bagaimana tuan bisa turun tahta? Bagaimana tuan bisa jatuh?” Tanya Holm penasaran, Tuan Ulf mengambil makanan yang dipersiapkan Holm dan sejenak ia terpaku kepada satu bagian Menara dari reruntuhan itu yang masih berdiri tegak, “Perang. Selain itu, apa lagi kira-kira penyebabnya, Holm?” Jawab Tuan Ulf sedikit lirih, “Perang saudara membuatku memutuskan untuk turun dari tahtaku, aku putuskan untuk menyerah saja dan pergi, setelah 2 Tahun berjalannya perang hanya

menghasilkan rakyat-rakyatku menderita dan mati konyol demi sebuah mahkota dan tahta.” Sambung Tuan Ulf.

“Wah! Hebat sekali tuan, anda memang seorang yang berhati mulia! Tuhan pasti memberkati anda karena keputusan anda, sehingga anda bisa tetap menjadi seorang yang besar seperti sekaran!” Jawab Holm terkagum. “Lalu, bagaimana tuan dipilih menjadi seorang raja dan naik tahta? Apakah karena tuan adalah seorang keturunan raja yang dipilih untuk menjadi penerus, atau karena ada sebab-penyebab lain sehingga tuan diangkat menjadi raja?”

Ulf sejenak terdiam, diminumnya anggur yang tadi disiapkan Holm, “Oh… tidak, Holm. Tidak begitu, seorang raja tidak ditunjuk sebelum atau setelah pelantikannya menjadi seorang raja, atau karena hasil pemilihan para tetua-tetua maupun para kepala-kepala agama. Bukan juga melalui kekuatannya maupun keberuntungannya. Tidak seperti itu.” Jawab Tuan Ulf kepada Holm, yang justru membuat Holm semakin bingung.

“Lantas, bagaimana tuan?”

“Ia sejatinya sudah dilantik oleh takdir, oleh semesta, dan kuberitahu kepadamu, Holm, apabila seseorang sudah ditakdirkan demikian, maka tidak ada satupun kuasa di Bumi maupun di Langit yang bisa mengubah hal itu! Itulah kuasa dari takdir, Holm! Seorang yang sudah ditakdirkan menjadi seorang petani, walaupun ia adalah seorang raja, nantinya pasti ia akan mengalami kudeta sehingga ia hanya bisa lari dan harus

(3)

hidup sebagai seorang petani. Walaupun nanti pada suatu masanya, mungkin ia dapat kembali mendapat kekuatan dan bangit kembali untuk melawan, maka ia akan kembali jatuh lagi pada satu waktu.” Lanjut Tuan Ulf mengajarkan isi pikirannya kepada Holm. Holm hanya mengangguk, namun dalam kepalanya seolah tak kuasa menerima hal ini secara cepat. Holm bukanlah seorang yang pandai, namun keuletannya yang membuat Tuan Ulf menyayanginya.

Melihat Holm yang nampak kebingungan, Tuan Ulf hanya tersenyum dan sejenak melanjutkan roti dan daging kering yang belum sempat ia makan tadi, sembari

memberi waktu bagi Holm untuk mencerna perkataannya. Holm terus berpikir sembari tangannya menulis perkataan Tuan Ulf kedalam jurnalnya dengan cekatan. Angin berhembus dingin, Tuan Ulf melanjutkan perkataannya, “Sedangkan, Holm, disaat yang lain seorang petani yang ditakdirkan untuk menjadi seorang raja. Walaupun ia

dijatuhkan dari segala kesempatan yang ada, dijatuhkan, dibuang, maupun diasingkan beribu-ribu kalipun, pada akhirnya ia akan tetap menemukan jalannya untuk menjadi seorang raja. Inilah sedikit ilmu yang aku pelajari berdasarkan

pengalaman-pengalaman yang aku ras akan dan aku lihat selama perjalanan pengembaraanku.” Holm hanya terdiam mencatat dengan khusuk, ia kemudian sesekali meminum anggurnya sambal berpikir tentang maksud perkataan Tuan Ulf tadi. Sungguh, perkataan Tuan Ulf ini lebih berat daripada biasanya, pikir Holm dalam diamnya. Setelah sejenak ia berdiam, Holm bertanya pada Tuan Ulf, “Lalu, Tuan Ulf, bagaimana kita bisa tahu kalau seseorang itu bertakdir sebagai raja, petani, pertapa, atau sebagai budak? Ini adalah hal masih belum dapat aku pahami, tuan.”

Tuan Ulf sedikit tersenyum, Holm, anak angkatnya kini semakin dewasa dan kritis. “Kalau itu, Holm… itu adalah satu dari banyak hal yang masih aku belum ketahui, sekalipun aku sudah lama sekali menghabiskan hari-hariku dengan berdua, bertapa, dan mempelajari rahasia-rahasia alam ini. Barangkali yang tahu tentang takdir seseorang itu tak lain hanyalah Sang Semesta ini sendiri, Holm…” Jawab Tuan Ulf sambal berdiri, ditariknya satu kali napas yang panjang dan dihembuskannya perlahan seolah ia nikmati tiap udara yang masuk kedalam paru-parunya.

(4)

“Sudahlah, kita bicarakan hal itu nanti, sekarang mari kita lanjutkan kita ini.” Ajak Tuan Ulf kepada Holm untuk melanjutkan perjalanannya. “Baiklah, tuan. Lagipula, berlama-lama disini membuatku merasa tak nyaman, tembok-tembok tua dan reruntuhan ini membuatku merinding, tuan” Kata Holm sedikit tertawa kecil.

“Hahaha… ya… mari kita lanjutkan perjalanan kita ini, Holm!” Jawab Tuan Ulf bersemangat. “Holm… mengenai pembahasan ini, apa menurutmu jawaban dari pertanyaanmu tadi?” tanya Tuan Ulf kepada Holm yang membereskan perbekalan mereka.

“Eh… pen-pendapatku? Uh… menurutku, tuan, memang benar kita tak dapat melihat takdir seseorang itu, namun demikian juga dengan mereka. Seseorang mungkin memang ditakdirkan untuk menjadi seorang raja, tuan, namun jika ia tidak mencari atau menemukan jalan untuk itu, maka selamanya mungkin ia tak akan menjadi seorang raja. Selain itu, jika seorang raja ditakdirkan untuk jatuh, namun ia bisa memerintah dengan baik, mungkin saja ia tetap akan jatuh namun dalam masa cukup lama. Mungkin saja anda dulu jatuh karena itu memang jalan anda untuk demikian , namun anda bisa lihat sendiri kalau kerajaan anda ini bisa tetap jatuh sedangkan anda tetap membawa kewibawaan anda sendiri, tuan. Maka mungkin saja jawaban untuk pertanyaanku tentang hal itu, bagaimana kita bisa mengetahui takdir, hanyalah tak lebih dari dengan melihat kedalam diri sendiri, tuan.” Jawab Holm dengan lugu dan sedikit terpotong-potong.

Tuan Ulf hanya tersenyum memandang sosok pemuda yang baru saja akan memasuki usia 16 Tahun itu. “Hahaha… Kau sudah semakin dewasa, Holm. Barangkali itulah jawabannya, catatlah itu. Biarlah nanti muridmu, di masa yang akan datang nanti, yang menilai ataupun mengkritik jawabanmu, sama seperti dirimu yang menanyakan pertanyaan itu kepadaku.” Holm hanya terdiam dan mematuhi saran Tuan Ulf, diikuti Tuan Ulf dari belakang sembari tangannya dengan lincah menari diatas jurnal kesayangannya itu.

Tuan Ulf dan Holm melanjutkan perjalanannya, meninggalkan reruntuhan tua itu. Perlahan, ia tinggalkan sebuah senandung kecil kepada reruntuhan tempatnya dulu bertahta:

(5)

“Hei reruntuhan tua, ingatkah engkau kepadaku? Kepada tuanmu yang dulu tinggal didalam ruangmu?

Kini aku menua dan kau porak poranda Aku menjadi renta dan kau menjadi terlupa

Tak aku ketahui mengapa demikian, hatiku bersedih memandangmu, menara tua Memandang takdir yang ternyata berkata beda

Mungkin memang sudah waktunya berpisah Mungkin memang sudah saatnya melangkah.

Hei reruntuhan tua, tempatku dibesarkan Suara dentang loncengmu, masih kuingat

Hingga masa tuaku, dan selamanya Hingga akhir masa hidupku.”

Salju kembali turun, menutupi tiap langkah Tuan Ulf dan Holm, meninggalkan reruntuhan itu sendirian, dingin, dan terlupakan oleh jaman.

By: Vico Setiawan

Instagram: vicosetiawan23 WA: 081575000938

Referensi

Dokumen terkait

Maka kalau mereka beriman sebagaimana kamu beriman (dengan Kitab-kitab Allah dan Rasul-rasulnya), maka Sesungguhnya mereka telah beroleh petunjuk; dan jika mereka berpaling

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara akan menyelenggarakan Matrikulasi Bagi Mahasiswa Baru Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) TA.. 2019/2020

mungkin sekali disebabkan adanya kekhawatiran yang kuat bahwa ketidak utuhan teks hadis dapat membawa bahaya yang besar, yakni terbukanya peluang yang lebih besar

Hal ini sesuai pula dengan Kent (2004) yang menyatakan bahwa metakognisi pada hakikatnya untuk pembelajaran yang berhasil karena memungkinkan individu-individu lebih baik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah total bakteri dan bakteri asam laktat serta kadar asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi bekasam

[r]

H 0 : Pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak efektif ditinjau dari kemampuan koneksi matematika siswa. Jika dikaitkan dengan kriteria pengujian dengan nilai