vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel makro ekonomi yaitu jumlah uang beredar, inflasi, BI rate serta harga komoditas yaitu harga minyak dunia dan harga emas dunia secara parsial terhadap indeks harga saham gabungan. Data penelitian ini menggunakan data seluruh nilai indeks harga saham gabungan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode Juli 2010- Juni 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah Uang Beredar berpengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar 2,755 lebih besar dibandingkan nilai t tabel 2,004 dengan signifikansi sebesar 0,008. Inflasi tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Harga Minyak dan Emas Dunia tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. BI Rate tidak diikutkan dalam pengujian karena terjadi gangguan heteroskedastisitas pada data. Secara simultan menunjukkan bahwa jumlah uang beredar, inflasi, harga minyak dunia dan harga emas dunia berpengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini ditunjukkan dengan dengan nilai F sebesar 135,08 pada nilai signifikansi 0,000. Hasil analisis regresi menghasilkan Adjusted R2 sebesar 0,92. Hal ini berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen adalah sebesar 92%, sedangkan sisanya sebesar 8% dijelaskan oleh variabel independen lainnya diluar model penelitian.
viii Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT
This research aims to discover the impact of macroeconomics variables such as: money supply and inflation, also commodities’ price such as: oil price and gold price toward Jakarta Composite Index. The data used in this research is the whole value of Jakarta Composite Index which is listed on Indonesia Stock Exchange within July 2010- June 2015 period. The result of this research shows that Money Supply has positive impact towards Jakarta Composite Index, shown by value of t 2,755 significantly bigger that t table value 2,004 and significance value in the amount of 0,008. Inflation doesn’t have significant impact toward Jakarta Composite Index. Oil and gold price also doesn’t have significant impact toward Jakarta Composite Index. BI Rate is not included in the calculation since the data caused heteroskedastic problem. Simultaneously, money supply, inflation, oil price and gold price have positive and significant impact toward Jakarta Composite Index. This result is shown by F value 135,08 with significance value at 0,000. Regression analysis resulted in Adjusted R2 value as big as 0,92. It means that independent variables’ capability to explain the dependent variable is up to 92%, the rest 8% can be explained using other independent variables which are not included in this research model.
ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Manfaat Penelitian ... 12
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 14
2.2 Rerangka Pemikiran ... 41
2.3 Pengembangan Hipotesis ... 42
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 47
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 47
3.3 Definisi Operasi Variabel ... 48
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 50
3.5 Teknik Analisis Data ... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 59
4.2 Pembahasan ... 72
x Universitas Kristen Maranatha BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 78
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 79
5.3 Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA
xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Tabel Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 52
4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 58
4.2 Hasil Uji Normalitas ... 60
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 55
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 62
4.5 Hasil Uji Autokorelasi Awal ... 65
4.6 Hasil Uji Autokorelasi Penyembuhan ... 66
4.7 Uji Parsial (uji t) ... 67
4.8 Hasil Pengujian Koefiensi Kuadrat ... 69
4.9 Hasil Pengujian Uji F ... 70
4.10 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 71
xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Data IHSG periode 2010.7-2015.6 ... 86
2 Data Jumlah Uang Beredar periode 2010.7-2015.6 ... 87
3 Data Inflasi periode 2010.7-2015.6 ... 88
4 Data Harga Minyak Dunia periode 2010.7-2015.6 ... 88
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar modal dewasa ini telah berkembang dengan sangat pesat. Pasar modal
merupakan suatu alternatif bagi para pemodal untuk berinvestasi. Perkembangan
pasar modal mempunyai peranan yang penting bagi kemajuan ekonomi nasional
di Indonesia. Sedangkan bagi masyarakat pemodal, kehadiran pasar modal
merupakan tambahan alternatif pilihan untuk investasi (Yuniawan, 2000). Pasar
modal memiliki dua unsur yang saling terkait, yaitu pihak yang bersedia membeli
saham atau obligasi dan pihak yang menawarkan saham dan obligasi kepada
masyarakat atau investor. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam
menggalang dana yang berasal dari masyarakat mempunyai peranan yang penting
untuk menunjang pembangunan nasional. Dana masyarakat yang diperoleh dari
pasar modal digunakan oleh banyak perusahaan lokal maupun perusahaan asing
dengan tujuan salah satunya yaitu membiayai segala kegiatan operasional
perusahaan (Barus, 2013).
Dana yang bersumber dari masyarakat merupakan dana terpenting bagi
kegiatan perusahaan dan merupakan ukuran keberhasilan perusahaan jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana ini. Dalam pasar modal para investor
dapat menginvestasikan dananya pada sekuritas yang dikehendaki dan yang
memiliki tingkat resiko yang dapat mereka toleransi. Dalam investasi di pasar
modal dapat memiliki return yang tinggi tetapi dapat juga memiliki tingkat risk
2
Universitas Kristen Maranatha
pada sekuritas yang tepat dengan memiliki tingkat resiko yang dapat ditoleransi.
Faktor lain yang ikut mempengaruhi investasi melalui saham, obligasi, deposito di
bank adalah turun naiknya suku bunga. Bila suku bunga naik, maka biasanya
harga saham atau obligasi akan turun karena para investor akan lebih tertarik
menanamkan uangnya di deposito, sedangkan bila suku bunga turun, maka harga
saham atau obligasi akan naik karena para investor lebih tertarik menanamkan
modal di saham atau obligasi (Asril, 2000).
Investasi pada saham dianggap memiliki tingkat risiko yang lebih besar
dibandingkan dengan alternatif investasi lain, seperti obligasi, deposito, dan
tabungan maupun beberapa jenis ReksaDana. Pemodal atau investor yang
berinvestasi pada saham, hanya dapat memperkirakan berapa tingkat keuntungan
yang diharapkan (expected return) dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang
sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan. Apabila
kesempatan investasi mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi, maka investor
akan mengisyaratkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi pula. Dengan kata lain,
semakin tinggi risiko suatu kesempatan investasi maka akan semakin tinggi pula
tingkat keuntungan (return) yang diisyaratkan oleh investor (Jogianto, 2000).
Saham perusahaan yang go public sebagai komoditi investasi tergolong memiliki
risiko tinggi, karena sifat komoditinya sangat peka terhadap perubahan‐perubahan
yang terjadi, baik perubahan di luar negeri maupun dalam negeri.
Perubahan tersebut dapat mengakibatkan dampak yang bervariasi baik
positif maupun negatif terhadap nilai saham tersebut yang berada di pasar saham.
Faktor utama yang menyebabkan harga pasar saham berubah adalah adanya
3
Universitas Kristen Maranatha
dimiliki. Besarnya return tergantung perubahan harga saham dalam perdagangan
saham. Harga saham dipengaruhi oleh banyak hal, seperti informasi fundamental
dan informasi teknikal. Informasi fundamental adalah informasi kinerja dan
kondisi internal perusahaan yang cenderung dapat dikontrol, sedangkan informasi
teknikal adalah informasi kondisi makro seperti tingkat pergerakan suku bunga,
nilai tukar mata uang, inflasi, indeks saham di pasar dunia, kondisi keamanan dan
politik. Informasi teknikal sering digunakan sebagai dasar analisis pasar modal.
(Jogiyanto, 2000) Jika kondisi atau indikator makro ekonomi mendatang
diperkirakan jelek, sehingga kemungkinan besar refleksi indeks harga saham
menurun, demikian pula sebaliknya. (Robbert Ang, 1997).
Analisis teknikal (technical analysis) lebih dipengaruhi oleh pergerakan
historis indeks harga saham melalui sinyal yang diisyaratkan indikator ekonomi
makro (Thobarry, 2009). Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk
memperkirakan kapan akan membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham
(keluar dari saham), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun
menggunakan analisis grafis. Beberapa indikator teknis yang sering dipergunakan
adalah moving average, new high and lows, volume perdagangan, dan short
interest ratio. Penggunaan charts diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai
pola, seperti key reversals, head and shoulders, triple tops, ascending and
descending triangles dan sebagainya (Husnan, 2005).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada
tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di
bursa. Indeks Harga Saham Gabungan adalah suatu nilai yang digunakan untuk
4
Universitas Kristen Maranatha
Maksud dari gabungan seluruh saham yang tercatat ini adalah kinerja saham yang
dimasukkan dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat di bursa tersebut
(Sunariyah, 2004). Indeks adalah ukuran statistik yang biasanya digunakan untuk
menyatakan perubahan-perubahan perbandingan nilai suatu variabel tunggal atau
nilai suatu kelompok variabel. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menurut
Jogiyanto (2000) merupakan angka indeks harga saham yang sudah dihitung dan
disusun sehingga menghasilkan trend, dimana angka indeks adalah angka yang
sudah diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk membandingkan
kejadian yang berupa perubahan harga saham dari waktu ke waktu.
Blanchard (2006) berpendapat bahwa banyak faktor yang dapat
memengaruhi pergerakan Indeks saham, antara lain perubahan tingkat suku bunga
bank sentral, keadaan ekonomi global, tingkat harga energi dunia, kestabilan
politik suatu negara, dan lain-lain. Selain faktor tersebut, perilaku investor sendiri
juga akan memberi pengaruh terhadap pergerakan Indeks saham dimana sentimen
dan ekspektasi sangat mendominasi perilaku investor, sehingga investor sangat
sensitif dalam merespon informasi (Tim Studi Volatilitas Pasar Modal Indonesia
dan Perekonomian Dunia, 2011, p.25) Kemampuan investor dalam memahami
dan meramalkan kondisi makro ekonomi di masa akan datang akan sangat
berguna dalam keputusan investasi yang menguntungkan (Tandellin, 2007). Sebab
itu, investor sebaiknya mempertimbangkan beberapa indikator ekonomi makro
terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan investasi, agar keputusan yang
diambil tepat dan menguntungkan (Ratnanto, 2015). Pertumbuhan IHSG sendiri
5
Universitas Kristen Maranatha
Wacana kenaikan harga harga bahan bakar minyak (BBM) menjadi suatu
agenda rutin yang dibahas setiap tahunnya di Indonesia. Kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) berjenis premium di indonesia yang semula berharga Rp.
4.500,00/liter menjadi Rp. 6.000,00/liter pada tanggal 24 mei 2008 memberikan
dampak yang signifikan bagi pasar modal Indonesia, dimana Indeks Harga Saham
Gabungan pada tanggal 25 mei 2008 ditutup turun 1,87 persen atau turun 46,228
poin menjadi 2.419,727 dan sebaliknya penurunan harga BBM jenis premium dari
Rp. 5.500,00/liter menjadi Rp. 5.000,00/liter pada Desember 2008 membuat
Indeks Harga Saham Gabungan mengalami peningkatan 96,31 poin atau 7,63
persen menjadi 1.359,27 (kompas.com).
Volatilitas harga minyak cenderung memberikan dampak yang negatif
terhadap kinerja sektor industri, dimana dengan meningkatnya harga minyak akan
membuat naiknya biaya produksi suatu perusahaan dan berdampak pada naiknya
harga jual produk (Kuntjoro, 2008). Harga barang dan jasa yang mengalami
peningkatan mengakibatkan daya beli menurun yang mengakibatkan inflasi
(Nugroho, 2008). Selain itu, menurut Samsul (2006) tingkat inflasi yang tinggi
akan menjatuhkan harga saham di pasar. Semakin tinggi tingkat harga, berarti
semakin besar pula jumlah uang yang harus dimiliki seseorang untuk membeli
barang dan jasa. Inflasi yang tinggi biasanya membuat laju pertumbuhan uang
beredar sangat cepat (Dornbusch, Rudiger & Fischer, 2004). Kenaikan tingkat
inflasi akan menyebabkan nilai uang menurun, sehingga dibutuhkan jumlah uang
lebih banyak untuk membeli barang dan jasa. Selain harga minyak, inflasi, jumlah
uang beredar, dan BI rate, harga emas juga mempengaruhi pergerakan Indeks
6
Universitas Kristen Maranatha
alternatif investasi yang cenderung aman dan bebas resiko (Sunariyah, 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Witjaksono (2010) juga mendukung bahwa
emas berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
karena investor melakukan diversifikasi aset investasi guna mengurangi resiko
yang dihadapi dalam berinvestasi dan juga emas mudah diperdagangkan.
Penelitian ini didasari oleh penelitian terdahulu, Kewal (2012) yang meneliti
tentang Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Inflasi,
dan Suku Bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Hasil yang
didapatkan ini hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan Sangkyun (1997)
dan Mok (2004) yang menemukan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham. Namun, hasil yang diperoleh berbeda dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Hooker (2004) yang menemukan bahwa
tingkat inflasi mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap harga saham.
Serkan Yilmaz Kandir (2008) juga menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh
secara signifikan terhadap tiga dari dua belas portofolio yang diteliti dan
berpengaruh secara positif. Penelitian Harga Minyak Dunia yang diteliti oleh
Kilian dan Park (2007) menunjukkan bahwa harga minyak dunia berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pasar modal Amerika Serikat. Selanjutnya,
penelitian yang dilakukan oleh Witjaksono (2010) yang juga menunjukkan bahwa
harga minyak dunia berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG, serta
penelitian yang dilakukan oleh Rusbariandi (2012) yang juga menunjukkan bahwa
7
Universitas Kristen Maranatha
Penelitian yang dilakukan oleh Valadkhani, et al (2006) menunjukkan
hasil bahwa harga minyak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Thailand. Kuwornu (2011) menunjukan hasil bahwa harga minyak
tidak berpengaruh signifikan dengan return saham. Menurut Witjaksono (2010),
emas berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini
dikarenakan investor melakukan diversifikasi aset investasi guna mengurangi
risiko yang dihadapi dalam berinvestasi dan juga emas mudah diperdagangkan.
Tetapi Harga Emas Dunia yang diteliti oleh Smith (2001) menunjukkan bahwa
harga emas dunia berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap indeks
harga saham di Amerika Serikat. Berdasarkan latar belakang dan research gap
dari penelitian terdahulu, maka studi ini menganalisis pengaruh BI rate, inflasi,
jumlah uang beredar serta harga minyak dunia dan harga emas dunia terhadap
kinerja indeks harga saham gabungan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah
yang menjadi pokok penelitian ini:
-Inflasi yang ditimbulkan kenaikan harga minyak akan memicu penurunan harga
saham. Kenaikan harga minyak dapat mendorong pemerintah untuk meningkatkan
subsidi yang seharusnya dapat disalurkan ke sektor lain yang lebih membutuhkan.
- Tingginya jumlah uang yang beredar, dianggap sebagai stimulus yang baik bagi
perekonomian. Hal ini karena meningkatnya Jumlah Uang Beredar diakibatkan
government expenditure yang dikeluarkan pemerintah untuk membangun
8
Universitas Kristen Maranatha
-Kenaikan harga emas apabila terjadi secara signifikan akan membuat beberapa
orang lebih memilih menginvestasikan uangnya pada emas ketimbang saham. Hal
ini dapat berimbas pada menurunnya harga saham.
-Suku bunga mempengaruhi laba perusahaan dalam dua cara yaitu: a) Karena
bunga merupakan biaya, maka makin tinggi suku bunga, makin rendah laba
perusahaan apabila hal lain tetap konstan. b) Suku bunga mempengaruhi tingkat
aktivitas ekonomi sehingga mempengaruhi laba perusahaan. Suku bunga yang
mempengaruhi laba perusahaan, dapat mempengaruhi harga saham (common
stock).
-Hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan ketidaksesuaian dan memberikan
celah untuk dilakukannya penelitian terbaru.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi
pada IHSG yang tercatat sejak periode Juli 2010 – Juni 2015. Penelitian ini juga
dibatasi oleh variabel-variabel independen yang mempengaruhi harga saham
yaitu: BI rate, jumlah uang beredar dan inflasi, serta harga minyak dunia dan
harga emas dunia. Kondisi makroekonomi dapat dicerminkan pada indeks harga
saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini berarti anggapan bahwa
variabel-variabel makroekonomi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi harga saham
dalam kasus ini adalah IHSG dapat diterima secara umum (Dedi dan Suyanto
dalam Ishomuddin, 2010). Maka dari latar belakang yang telah dijabarkan dapat
dirumuskan judul “Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Harga Komoditas
9
Universitas Kristen Maranatha 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi Masalah maka disusunlah Rumusan Masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaruh BI rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan?
2. Bagaimana pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan?
3. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan?
4. Bagaimana pengaruh Harga Minyak terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan?
5. Bagaimana pengaruh Harga Emas terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan?
6. Bagaimana pengaruh BI Rate, Jumlah Uang Beredar, Inflasi, Harga
Minyak dan Harga Emas Dunia secara bersama-sama terhadap Indeks
10
[image:16.595.96.560.83.580.2]Universitas Kristen Maranatha Grafik 1.1 Model Penelitian
H1: BI rate berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
H2: Inflasi berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
H3: Jumlah Uang Beredar berpengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
H4: Harga minyak dunia berpengaruh negatif Indeks Harga Saham Gabungan.
H5: Harga emas dunia berpengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
H6: BI rate, Inflasi, Jumlah Uang Beredar, serta Harga Minyak Dunia dan
Harga Emas Dunia berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Indeks Harga Saham Gabungan adalah suatu rangkaian informasi historis
mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai tanggal tertentu. Indeks
Harga Saham Gabungan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai
BI Rate
Jumlah Uang Beredar
Inflasi
Harga Minyak Dunia
Harga Emas Dunia
IHSG H1-
H2
H3
H4-
H5+
11
Universitas Kristen Maranatha
pengukuran kinerja suatu harga suatu harga saham gabungan di bursa efek.
(Sunariyah 2004)
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik. (www.bi.go.id)
Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang
dijumpai di hampir semua negara di dunia. Definisi singkat inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum. (Boediono, 1990)
Jumlah Uang Beredar adalah daya beli yang langsung bisa digunakan untuk
pembayaran, bisa diperluas dengan mencakup alat-alat pembayaran yang
“mendekati” uang misalnya deposito berjangka dan simpanan tabungan pada
bank-bank. (Boediono, 1990)
Harga Minyak Dunia dan Harga Emas Dunia merupakan data pergerakan
harga dua komoditas yang penting dan dapat mempengaruhi situasi ekonomi suatu
negara.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
- Untuk menganalisis pengaruh BI rate terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan periode Juli 2010-Juni 2015.
- Untuk menganalisis pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham
12
Universitas Kristen Maranatha
- Untuk menganalisis pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan periode Juli 2010-Juni 2015.
- Untuk menganalisis pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan periode Juli 2010-Juni 2015.
- Untuk menganalisis pengaruh Harga Emas Dunia terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan periode Juli 2010-Juni 2015.
- Untuk menganalisis pengaruh BI rate, Inflasi, Jumlah Unag Beredar,
Harga Minyak Dunia dan Harga Emas Dunia secara bersama-sama
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
1.4. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Manfaat secara teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan konsep
mengenai pengaruh nilai suku bunga SBI, inflasi, jumlah mata uang beredar dan
harga minyak dunia serta harga emas dunia terhadap kinerja indeks harga saham
gabungan periode Juli 2010- Juni 2015.
2. Kegunaan secara praktis
a) Bagi Manajer
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perusahaan
dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan saham perusahan pada
13
Universitas Kristen Maranatha
b) Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk melakukan investasi pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
c) Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi sarana mengembangkan kemampuan menciptakan
karya ilmiah terstruktur dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini juga
sebagai implementasi ilmu yang telah dipelajari selama ini berkaitan dengan
78
Universitas Kristen Maranatha BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan di bab
sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Jumlah Uang Beredar berpengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan di Bursa Efek Indonesia periode Juni 2010- Juli 2015. Hal ini
mengindikasikan bahwa hubungan antara Jumlah Uang Beredar dan harga saham
Gabungan adalah searah, artinya meningkatnya Jumlah Uang Beredar di
masyarakat maka akan meningkatkan Indeks Harga Saham Gabungan, dan
sebaliknya.
2. Tingkat Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia periode Juni 2010- Juli 2015. Selain
inflasi banyak variabel lain yang dilihat secara keseluruhan sebagai bahan
pertimbangan oleh investor.
3. Harga Minyak Dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia periode Juni 2010- Juli 2015. Harga
Minyak Dunia memiliki pengaruh signifikan yang terbatas hanya terhadap Indeks
Harga Saham sektor Pertambangan bukan Indeks Harga Saham Gabungan secara
keseluruhan.
4. Harga Emas Dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia periode Juni 2010- Juli 2015. Emas
79
Universitas Kristen Maranatha
investasi. Pengaruh harga emas dunia cenderung terbatas hanya pada indeks
sektor pertambangan saja bukan Indeks Harga Saham Gabungan secara
keseluruhan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan dengan sebaik-baiknya, namun demikian karena
adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki peneliti, maka penelitian ini
memiliki beberapa kelemahan di antaranya:
1. Penelitian ini menggunakan rentang waktu yang masih tergolong singkat,
yaitu selama 60 bulan. Dimulai dari Juli 2010 sampai dengan Juni 2015.
Jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat
mencangkup rentang waktu sampai lebih dari enam tahun. Keterbatasan
ini menyebabkan persamaan yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat
dikatakan kurang baik dari segi akurasi hasil perhitungannya.
2. Penelitian ini hanya menggunakan variabel Jumlah Uang Beredar, Inflasi,
Harga Minyak Dunia dan Harga Emas Dunia saja sebagai indikator Indeks
Harga Saham Gabungan. Masih terdapat faktor-faktor ekonomi makro lain
seperti neraca perdagangan, cadangan devisa, PDB, Nilai Kurs Rupiah
terhadap Dollar dan sebagainya, yang dapat memengaruhi Indeks Harga
Saham Gabungan.
3. Penelitian ini tidak memperhatikan faktor fundamental perusahaan seperti
laba, rugi, dan faktor internal yang dapat juga memengaruhi
80
Universitas Kristen Maranatha 5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan pada penelitian ini, maka dapat
disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperpanjang periode penelitian sehingga
akan diperoleh gambaran yang lebih baik tentang kondisi pasar modal.
2. Bagi peneliti dengan topik sejenis disarankan untuk melakukan kajian lebih
lanjut dengan memasukkan variabel bebas lainnya, seperti kurs rupiah terhadap
dollar, cadangan devisa, dan faktor eksternal yang berasal dari luar negeri seperti
indeks harga saham negara lain (Hanseng, Nikkei 225, Dow Jones) dan lain-lain.
3. Penelitian selanjutnya akan lebih baik jika memperhatikan faktor-faktor
internal perusahaan serta laba-rugi yang berpotensi mempengaruhi performa
perusahaan-perusahaan yang tercatat di Indeks Harga Saham Gabungan.
81
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Ainiyatul, Himaniyah. (2008). Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi
terhadap IHSG BEI Periode 2001-2007((Studi Pada Laboratorium Investasi Ekonomi UIN Malang). Universitas Islam Negeri Malang.
Achmad, Darmawan, Ishak Ramli. (2013). The Changes in World Oil Prices,
Monetary Factors, and Foreign Index Toward Composite Index Movement: Indonesian Case for the Period of 2005-2011. Jurnal Ilmiah. Universitas
Tarumanegara.
Algifari. (2000). Analisis Regresi, Teori, Kasus & Solusi. BPFE UGM, Yogyakarta.
Amin, Muhammad Zuhdi. (2012). Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI,
Nilai Kurs Dollar (USD/IDR), Dan Indeks Dow Jones (DJIA) Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode 2008-2011). Jurnal Skripsi, Malang. Program Sarjana Universitas
Brawijaya.
Ang, Robbert.(1997), Pasar Modal Indonesia. Jakarta. Mediasoft.
Anoraga, Pandji. (2001). Pengantar Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia. Jakarta.
Asril, Sitompul. (2000). Pasar Modal (Penawaran Umum dan Permasalahannya). PT Citra Aditya Bakti. Bandung
Barus, Gratia Atanka. (2013). Analisis Pengukuran Kinerja Reksa Dana dengan
Metode Sharpe dan Metode Treynor. Skripsi, Semarang: Program Sarjana
Universitas Diponegoro.
Blanchard, Olivier (2006), “European Unemployement: The evolution of Facts
and Ideas” NBER Working Paper no.11750 Vol.21, www.nber.org
Boediono. (1990). Ekonomi Moneter. Edisi Ketiga, BPFE-UGM, Yogyakarta
Bodie et al. (2006). Investasi, Alih Bahasa oleh Zuliani Dalimunthe dan Budi Wibowo, Salemba Empat, Jakarta
Buyuksalvarci, A. (2010). The Impacts of Macroeconomics Variables on Stock
Returns: Evidence from Turkey. European Journal of Social Science, Vol 14:3.
Christiawan, Alexander Hery. (2010). Analisis Pengaruh Kondisi Makro Ekonomi
82
Universitas Kristen Maranatha
Cooper, Donald R., & Schindler, Pamela S. (2011). Business Research Methods (11th ed.). New York: Mc GrawHill/Irwin.
Dornbusch, Rudiger & Fischer. (2004). Macro Economics (9th ed). New York :
McGraw-Hill Companies
Yuniawan. (2000). Penilaian Kinerja Portofolio Reksadana Saham. Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta.
Geetha, Caroline, Mohidin, Chandran, and Chong. (2011) . The Relationship
Between Inflation And Stock Market: Evidence FromMalaysia, United States And
China. International Journal of Economics and Management Sciences, 1(2), pp :
01-16
Ghozali, Imam. (2002). Aplikasi Analisis Multi Variate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Ghozali, Imam (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19. Semarang: BP UNDIP.
Gujarati, Damodar, (1995). “Basic Econometrics” alih bahasa Sumarno Zain,
Ekonometrika Dasar,Jakarta, Penerbit Erlangga.
Hirschey and Nofsinger, (2008), Investments: Analysis and Behavior, New York McGraw Hill.
Hooker, Mark A. (2004) “Macroeconomic Factors and Emerging Market Equity Returns: A Bayesian Model Selection Approach”. Emerging Markets Review.
5:379‐387.
Husnan, Suad. (2005). Dasar-Dasar Teori Portfolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
Keempat. Cetakan Pertama.UPP AMP. YKPN.
Irianto, Dadang. (2007). Pengaruh Bunga Deposito, Kurs Rp/US$ Dan Harga
Emas Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jurnal Manajemen
Mutu, Vol.6, No.2, Hal 155-164. Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta
Ishomuddin. (2010). Analisis Pengaruh variabel Makroekonomi Dalam dan Luar
Negeri terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI periode 1999.1-2009.12 (Analisis Seleksi Model OLS-ARCH/GARCH). Universitas Diponegoro.
Semarang.
Jogiyanto. (2000). Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
83
Universitas Kristen Maranatha
Kewal, S.S. (2012). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, Dan Pertumbuhan PDB
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia Volume 8 No.1
Kilian, Lutz and Cheolbeom Park, (2007), “ The Impact of Oil Price Shocks on
the U.S. Stock Market “. Available: www.ideas.repec.org
Kompas.com. (2008, may 26). Lagi-lagi IHSG Tertekan BBM. Retreived April 13,
2013 from
http://lipsus.kompas.com/grammyawards/read/2008/05/26/16565423/Lagi.lagi.IH SG.Tertekan.BBM.
Kumar, N.P., dan Padhi Puja. (2012). The Impact of Macroeconomic
Fundamentals on Stock Prices Revisited: An Evidence from Indian Data. MPRA
Paper. No 38980.
Kuncoro, M. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga
Kuntjoro, et.al. (2008). Volatilitas Harga Minyak Dunia dan Dampaknya
Terhadap Kinerja Sektor Industri Pengolahan dan Makroekonomi Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 29 No. 1, Mei 2011 : 49-6
Kuwornu, John, K.M. (2011), Macroeconomic Variables and Stock Market
Returns: Full Information Maximum Likelihood Estimation. Research Journal of Finance and Accounting. Vol 2, No 4, 2011.
Lawrence, Steven Sugiarto. (2013). Pengaruh Variabel Makro Ekonomi dan
Harga Komoditas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia. FINESTA, Vol.1, No.2, (2013) 18-23.
Liauw, Joven Sugianto. (2013). Analisis pengaruh tingkat inflasi, suku bunga SBI
dan nilai tukar rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI.
Jurnal Ilmiah: STIE MDP.
Madura, Jeff. (2000). International Finance, 6th edition. United States of America South: Western Publishing.
Mankiw, G. (2003). Principles of Macroeconomics (5th Ed). Florida : TSI Graphics
Mok, Henry MK (1993) ”Causality of Interest Rate, Exchange rate, and Stock price at Stock Market Open and close in Hong Kong”. Asia Pacific Journal of Management. Vol.X. Hal 123‐129
Muharam, Harjum dan Zuraedah Nurafni. (2008). Analisa Pengaruh Nilai Tukar
Rupiah dan Indeks Dow Jones Industrial Average terhadap IHSG di BEJ. Jurnal
84
Universitas Kristen Maranatha
Novianto Aditya. (2011). Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar
Amerika/Rupiah (US$/Rp), Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 1999.1 – 2010.6. Skripsi. Magister
Manajemen-Universitas Diponegoro. Semarang.
Nugroho, Heru. (2008). Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Jumlah
Uang Beredar terhadap Indeks LQ45 pada Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2007. Universitas Diponegoro Semarang : Tesis dipublikasikan.
Prihantini, R. (2009). Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER Dan CR
Terhadap Return Saham (Studi Kasus Saham Industri Real Estate and Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2003 – 2006). Universitas
Diponegoro, Semarang, Indonesia.
Ratnanto, Yanuar Beny. (2015). Pengaruh Variabel Makro Ekonomi dan Harga
Komoditas terhadap Indeks Harga Saham Perusahaan Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Yogyakarta: Program Sarjana Universitas
Negeri Yogyakarta.
Rusbariandi, Septian Prima. (2012). Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Harga
Minyak Dunia, Harga Emas Dunia dan Kurs Rupiah Terhadap Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Indonesia (Periode Januari 2005-Maret 2012), Universitas
Gunadarma.
Samsul, Mohammad, (2006) Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta, Erlangga.
Sangkyun, Park (1997) “Rationality of negative Stock Price Responses to Strong Economics Activity”. Journal Financial Analyst, Sept/Oct 1997.
Sirait dan D. Siagian. (2002). “Analisis Keterkaitan Sektor Riil, Sektor Moneter,
dan Sektor Luar Negeri dengan Pasar Modal: Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Ekonomi Perusahaan, Volume 9, No 2, Hal. 207-232.
Smith, Graham (2001), The Price Of Gold And Stock Price Indices For The
United States. Available: www.ideas.repec.org
Sunariyah. (2004). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keempat. Yogyakarta: UMP AMP YKPN.
Sunariyah, (2006), Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima, Yogyakarta. UPP STIM YKPN.
85
Universitas Kristen Maranatha
Syarofi, Faris Hamam. (2014). Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI, Kurs Rupiah/
US$, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, DJIA, Nikkei 225 dan Hang Seng Index terhadap IHSG dengan Metode Garch-M. Skripsi, Semarang: Program
Sarjana Universitas Diponegoro.
Tandelilin, Eduardus. (2007). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama. BPPE Yogyakarta.
Thobarry Achmad. (2009). Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju
Inflasi, dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti,
Tesis, Jurusan Magister Manajemen, UNDIP.
Tim Studi Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan Perekonomian Dunia. (2011).
Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan Perekonomian Dunia. Diunduh Februari
21, 2013, dari
http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/kajian_pm/studi-2011/Volatilitas-PM-indonesia.pdf
Valadkhani, et. al., (2006), “The Interplay Between the Thai and Several Other
International Stock Markets”. Available: www.ideas.repec.org
Wijaya, Renny. (2013). Pengaruh Fundamental Ekonomi Makro terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan pada Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2011. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa, Universitas Surabaya. Vol.2, No.1.
Witjaksono, A. A. (2010). Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga
Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones Terhadap IHSG. Karisma, VOL. 5 (2): 63-72.
www.idx.co.id diakses 1 September 2015
www.bi.go.id diakses 1 September 2015
www.useconomy.about.com diakses 18 September 2015
Yanuar, Adhi Yunanto. (2013). Dampak Variabel Internal dan Eksternal
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Jurnal Ilmiah.
Malang : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.