BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa mendatang. Investor yang melakukan investasi memiliki berbagai alasan, seperti ingin mendapatkan kehidupan yang layak dimasa mendatang, mengurangi inflasi serta menghemat pajak (Tandelilin, 2001:3). Salah satu bentuk investasi adalah investasi keuangan (financial Investment) yang terdiri dari pasar uang (money market) dan pasar modal. Namun tidak semua orang dapat melakukan investasi dipasar uang maupun modal karena disebabkan keterbatasan dana, waktu serta pengetahuan mengenai instrumen investasi.
Menurut Mulyana (2004:2), manajer investasi adalah pihak yang dipercayakan untuk mengelola dana. Manajer investasi yang membantu investor dalam membuat pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi pada jenis reksadana. Salah satu jenis reksadana yang memiliki return dan resiko yang tinggi adalah reksadana saham. Menurut Simatupang (2010:195), Reksadana saham adalah reksadana yang melakukan Investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktiva dalam bentuk efek yang bersifat saham. Reksadana saham merupakan jenis reksadana dengan potensi keuntungan paling tinggi dan resiko yang lebih tinggi dibandingkan jenis reksadana lain.
Meskipun memiliki resiko yang tinggi, investor lebih tertarik melihat potensi keuntungan yang dihasilkan oleh reksadana saham. Sasaran didalam reksadana saham menggunakan sasaran pertumbuhan karena manajer investasi akan membeli saham-saham yang perusahan yang sedang tumbuh dan cenderung tidak memberikan dividen tunai. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bapepam, pertumbuhan reksadana saham di Indonesia selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat dari perkembangan nilai aktiva bersih (NAB) reksadana saham pada
Tabel 1.1
Komposisi Nilai Aktiva Bersih Reksadana Saham Akhir Tahun2011-2015
Komposisi Nilai Aktiva Bersih Reksadana Saham
2011 65.666.268.876.824
2012 70.369.713.120.643
2013 80.257.470.348.420
2014 94.907.595.650.841
2015 97.156.401.353.537
Sumber: www.bapepam.go.id
mengalami kenaikan sebesar 34.79% di tahun 2011 dari tahun 2010. Tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 7.16% dan tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 14.05% dan 18.25% di tahun 2014 serta sedikit kenaikan sebesar 2.36% di tahun 2015 jika dibandingkan dengan jenis reksadana lainnya artinya reksadana saham sangat diminati oleh para investor dalam berinvestasi di reksadana.
Nilai aktiva bersih dalam reksadana dapat dijadikan sebagai alat ukur kinerja reksadana karena nilai aktiva bersih tersebut berasal dari nilai portofolio reksadana yang bersangkutan. Nilai aktiva bersih dalam reksadana menunjukkan seberapa besar nilai aset dikelola dalam suatu reksadana. Nilai aktiva bersih berkaitan dengan unit penyertaan karena menunjukkan keuntungan dan kerugian investor terhadap reksadana yang dipilih. Efek tidak stabilnya pergerakan pasar saham akan membuat investor dan calon investor menjadi bingung karena naik turunnya nilai aktiva bersih berkaitan dengan harga pasar dari aset didalam reksadana sehingga tingkat pengembalian reksadana saham menjadi sulit diprediksi. Berdasarkan data informasi yang diperoleh dari Bapepam dapat dilihat perkembangan nilai aktiva bersih produk reksadana saham pada
Tabel 1.2
Nilai Aktiva Bersih Produk Reksadana Saham Akhir Tahun 2011-2015
Tahun
Kode Reksadana Dana Pratama
Ekuitas Pratama Saham
Panin Dana
Maksima Millenium Equity
2011 65.274.172.130,16 556.805.502.390,01 4.757.655.753.602,42 28.213.712.952,28 2012 48.415.042.062,22 448.132.248.232,00 4.634.511.565.119,55 114.386.450.033,70 2013 41.687.824.697,89 371.534.082.427,97 6.116.656.590.110,18 249.576.395.957,97 2014 151.898.867.041,52 621.789.351.590,05 6.603.891.018.514,98 237.764.539.936,12 2015 231,156,760,781.59 736,531,458,220.38 5,379,223,453,426.95 204,937,108,665.90 Sumber: www.bapepam.go.id (data diolah)
tahun. Pada NAB reksadana Dana Pratama Ekuitas dan reksadana Pratama Saham, mengalami kenaikan dari tahun 2010 sampai 2011, kemudian mengalami penurunan di tahun 2012 hingga 2013 disebabkan karena harga pasar dari aset reksadana menurun maka nilai aktiva bersih turun. Namun di tahun 2014 dan 2015, nilai aktiva bersih reksadana Dana Pratama Ekuitas dan reksadana Pratama Saham mengalami kenaikan yang sangat drastis. Hal ini terjadi peningkatan pembelian pada produk reksadana tersebut.
Sedangkan, nilai aktiva bersih reksadana Panin Dana Maksima mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2012, reksadana ini mengalami sedikit penurunan kemudian naik lagi di tahun 2013 hingga 2014 dan pada Reksadana Millenium Equity turun, dapat disebabkan karena adanya penurunan dana kelolaan kas dan investasi, kemudian mengalami kenaikan yang cukup dratis dari tahun 2012 hingga 2013 dan turun sedikit di tahun 2014 dan di tahun 2015. Hal ini menunjukkan nilai investasi pada reksadana tersebut mengalami fluktuasi setiap tahunnya yang berarti bahwa berinvestasi direksadana tersebut bisa memberikan resiko bagi setiap investornya.
Sehingga, investor juga perlu melihat kondisi makro ekonomi karena musuh utama investasi adalah makro ekonomi. Walaupun kondisi makro ekonomi berada diluar perusahaan tetapi makro ekonomi merupakan keadaan yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor untuk memahami dan meramalkan kondisi di masa yang akan datang sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi (Widoatmodjo, 2015:233). Oleh karena itu, investor juga harus memperhatikan beberapa indikator makro ekonomi. Hal ini disebabkan kondisi makro ekonomi secara keseluruhan akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat, investor dan kinerja perusahaan.
Variabel-variabel makroekonomi ini sering kali dihubungkan dengan pasar modal adalah inflasi, nilai tukar dan suku bunga BI. Naiknya dan melemahnya variabel makro ekonomi bisa memberikan dampak pada nilai aktiva bersih reksadana saham. Apabila inflasi dan suku bunga mengalami kenaikan, investor akan cenderung beralih melakukan investasi dalam bentuk deposito dengan harapan resiko yang diterima akan relatif lebih sedikit dan melemahnya nilai tukar suatu negara terhadap mata uang negara lainnya, seperti rupiah terhadap dollar, membuat investor cenderung melakukan investasi di pasar valuta asing. Hal ini yang menyebabkan menurunnya permintaan reksadana saham sehingga nilai aktiva bersih dalam reksadana saham menurun.
Tabel 1.3
Perkembangan Makro Ekonomi di Indonesia dari Tahun 2011-2015 Makro
Ekonomi
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Inflasi 3,79% 4,30% 8,38% 8,36% 3.35%
Nilai Tukar 8.779,49 9.380,39 10.451,37 11.878,30 13391.97
BI rate 6% 5,75% 7,50% 7,75% 7.50%
Sumber :
Pada Tabel 1.3 menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2011 hingga 2015, inflasi, nilai tukar dan BI rate mengalami fluktuasi. Inflasi di tahun 2013 mulai terjadi pada Maret 2013 sehingga mengalami kenaikan drastis, hal ini disebabkan karena gejolak ekonomi global, harga berbagai komoditas naik dan disusul dengan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi pada Juni 2013. Kenaikan harga tersebut tidak terkendali hingga September 2013. Akibat dari kenaikan inflasi di tahun 2013, membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar semakin melemah.
Hal ini disebabkan karena penawaran terhadap mata uang rupiah tinggi sementara tidak diikuti dengan permintaan terhadap mata uang tersebut. Selain itu, keluarnya sejumlah investasi portofolio asing dari Indonesia. Tidak hanya itu, BI
rate juga mengalami kenaikan di tahun 2013, hal ini dilakukan oleh Bank Indonesia dengan tujuan untuk dapat meredam laju inflasi dan menahan agar tidak merosot nilai tukar rupiah. Kenaikan variabel makro ekonomi, seperti inflasi, nilai tukar, BI
rate menunjukkan bahwa tidak memiliki peningkatan dan penurunan secara tetap sehingga kegiatan yang terjadi di makro ekonomi tidak dapat diprediksi sehingga investor harus memperhatikan secara terus menerus karena bisa berpengaruh terhadap nilai aktiva bersih pada suatu reksadana saham.
gabungan mengalami penurunan maka nilai aktiva bersih reksadana saham juga akan turun. Indeks harga saham gabungan dengan nilai aktiva bersih reksadana memiliki hubungan linear, dimana jika indeks harga saham gabungan mengalami kenaikan maka nilai aktiva bersih reksadana saham akan naik begitu juga sebaliknya. Naik turunnya indeks harga saham gabungan dapat dipengaruhi oleh Indeks Eido dan indeks Nikkei 225. Indeks Eido merupakan salah satu acuan yang dijadikan patokan dalam naik turunnya indeks harga saham gabungan sedangkan indeks Nikkei 225 merupakan indeks perdagangan saham di Jepang, keterkaitan antara Jepang dan Indonesia sangat kuat karena Jepang merupakan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia selain Tiongkok dan Amerika Serikat.
Berdasarkan data informasi dari Yahoo Finance dapat dilihat dari perkembangan Indeks Eido dengan Indeks harga saham gabungan (IHSG) tahun 2010 sampai 2014:
Tabel 1.4
Perkembangan Indeks Eido, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Harga Saham Gabungan Tahun 2011-2015
Nama Indeks Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Indeks EIDO 27,68 28,93 22,19 27,04 20.87
Indeks Nikkei 225 8455.35 10.395,18 16.291, 31 17.450,77 19.033,71 IHSG 3.821,99 4.316,69 4.274,18 5.226,95 4593.01
Sumber :
mengalami kenaikan sebesar 118.48 poin. Pada tahun 2012 ke 2013, indeks Eido mengalami penurunan sebesar 6.74 poin dan juga diikuti dengan penurunan indeks harga saham gabungan sebesar 42.51 poin. Pada tahun 2015, indeks Eido dan indeks harga saham gabungan mengalami penurunan. Namun pada indeks Nikkei 225 dari tahun ke tahun tetap mengalami kenaikan.
Hal ini terbukti pada penelitian-penelitian terdahulu, yaitu penelitian Yuanisa (2013) tentang analisis pengaruh BI rate, kurs, inflasi, indeks Dow Jones dan indeks Nikkei 225 terhadap indeks harga saham gabungan menunjukkan bahwa indeks Dow Jones dan indeks Nikkei 225 berpengaruh positif dan signifikan, kurs berpengaruh negatif sedangkan BI rate dan inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap IHSG, Panggabean (2015) menyatakan nilai tukar berpengaruh negatif sedangkan Maurina, dkk (2015) tentang pengaruh tingkat inflasi, kurs rupiah dan tingkat suku bunga BI rate terhadap IHSG menunjukkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif tidak signifikan, kurs berpengaruh positif dan BI rate
berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG.
Pasaribu dan Kowanda (2014) tentang pengaruh suku bunga sertifikat bank Indonesia, tingkat inflasi, indeks harga saham gabungan dan bursa asing terhadap tingkat pengembalian reksadana saham menunjukkan suku bunga SBI, IHSG dan bursa asing berpengaruh signifikan sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan. Sholihat, dkk (2015) tentang pengaruh inflasi, tingkat suku bunga sertifikat Bank Indonesia dan indeks harga saham gabungan terhadap tingkat pengambalian reksadana menunjukkan inflasi, tingkat suku bunga SBI dan IHSG berpengaruh signifikan. Berdasarkan latar belakang dan penelitian-penelitian terdahulu diatas sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Variabel Makroekonomi, Indeks Eido dan Indeks Nikkei 225 terhadap Tingkat pengembalian Reksadana Saham dengan Indeks Harga
Saham Gabungan sebagai Variabel Intervening pada Reksadana Saham di
Bapepam.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah variabel makroekonomi, indeks Eido dan indeks Nikkei 225 secara parsial dan simultan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG)?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh variabel makroekonomi, indeks Eido dan indeks Nikkei 225 secara parsial dan simultan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).
2. Untuk mengetahui pengaruh indeks harga saham gabungan (IHSG) terhadap tingkat pengembalian reksadana saham?
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini dilakukan adalah: 1. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ketika ingin berinvestasi pada instrumen reksadana saham.
2. Bagi Manajer investasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan alat preventif perusahaan investasi untuk meningkatkan kinerja reksadana saham.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya