• Tidak ada hasil yang ditemukan

paparan bidang pembiayaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "paparan bidang pembiayaan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1

1

PAPARAN BIDANG

PAPARAN BIDANG

PEMBIAYAAN

PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

PEMBANGUNAN

DALAM RANGKA

DALAM RANGKA

RAPAT KOORDINASI, INTEGRASI,

RAPAT KOORDINASI, INTEGRASI,

SINKRONISASI DAN SINERGI (KISS)

SINKRONISASI DAN SINERGI (KISS)

TAHUN 2009

TAHUN 2009

PAPARAN BIDANG

PAPARAN BIDANG

PEMBIAYAAN

PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

PEMBANGUNAN

DALAM RANGKA

DALAM RANGKA

RAPAT KOORDINASI, INTEGRASI,

RAPAT KOORDINASI, INTEGRASI,

SINKRONISASI DAN SINERGI (KISS)

SINKRONISASI DAN SINERGI (KISS)

(2)

BIDANG PEMBIAYAAN

BIDANG PEMBIAYAAN

BAPPEDA PROVINSI JAWA TIMUR

BAPPEDA PROVINSI JAWA TIMUR

(3)

3

3

TUGAS

TUGAS

MELAKSANAKAN

PERUMUSAN

KEBIJAKAN

DAN

MELAKSANAKAN

PERUMUSAN

KEBIJAKAN

DAN

PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN

PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN

PROVINSI JAWA TIMUR DI BIDANG PEMBIAYAAN

PROVINSI JAWA TIMUR DI BIDANG PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN YG MELIPUTI PERENCANAAN ALOKASI

PEMBANGUNAN YG MELIPUTI PERENCANAAN ALOKASI

PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

DAN

PERENCANAAN

PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

DAN

PERENCANAAN

PENGEMBANGAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

(4)

4

4

FUNGSI

FUNGSI

PELAKSANAAN

PELAKSANAAN

INVENTARISASI

INVENTARISASI

PERMASALAHAN

PERMASALAHAN

BIDANG

PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

UNTUK

BIDANG

PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

UNTUK

PENYUSUNAN

RENCANA

PROGRAM

BIDANG

PENYUSUNAN

RENCANA

PROGRAM

BIDANG

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PELAKSANAAN PENYUSUNAN KAJIAN KEBIJAKAN DI

PELAKSANAAN PENYUSUNAN KAJIAN KEBIJAKAN DI

BIDANG PEMBANGUNAN DAN SISTEM INFORMASI

BIDANG PEMBANGUNAN DAN SISTEM INFORMASI

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM DI

PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM DI

BIDANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BIDANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PELAKSANAAN KOORDINASI EVALUASI PEMBIAYAAN

PELAKSANAAN KOORDINASI EVALUASI PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN

(5)
(6)

6

ISUE STRATEGIS

ISUE STRATEGIS

a. Kondisi krisis keuangan global tingginya pengangguran

b. Terbatasnya Sumber Pembiayaan Pembangunan, antara lain disebabkan :

-

Terbatasnya pembiayaan pembangunan APBN/APBD;

-

Terbatasnya jumlah dana perimbangan ke Propinsi ;

-

Belum optimlahnya pengelolaan sumber keuangan potensial Daerah

(BUMD,Wilayah Laut dll) di Propinsi Jawa Timur

c. Rendahnya investasi swasta/masy. secara umum dipahami sbg akibat faktor

keamanan/stabilitas.

Regulasi/Perijinan

Peluang bisnis di berbagai sektor oleh Pemerintah Daerah relatif rendah

(prospektus bisnis, business plan, dll)

Masih banyak aset yang idle

Peran intermediasi Perbankan masih belum optimal

(7)

1.

MENINGKATKAN MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAERAH YANG

MENGARAH PADA AKURASI, EFISIENSI, EFIKTIFITAS DAN

PROFITABILITAS ;

2.

PEMBANGUNAN DAERAH YANG DILAKUKAN DIHARAPKAN

MAMPU DIBIAYAI TIDAK HANYA BERSUMBER DARI APBD

SAJA, TETAPI JUGA DARI SUMBER-SUMBER YANG LAIN

SEPERTI MASYARAKAT, SWASTA SERTA PEMERINTAH PUSAT

(APBN)

7

(8)

8

STRATEGI BIDANG PEMBIAYAAN 2009

1. PERLU DIKEMBANGKAN ALTERNATIF PEMBIAYAAN GUNA

MENGATASI KETERBATASAN DANA PAD MAUPUN APBD/APBN

ANTARA LAIN PEMANFAATAN ASET-ASET PEMERINTAH

PROVINSI

,

PEMANFAATAN

BATAS

WILAYAH

LAUT,

KERJASAMA INTERNASIONAL (BILATERAL DAN LEMBAGA

INTERNASIONAL);

2. SHARING PEMBIAYAAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT –

PROVINSI – KABUPATEN/KOTA SERTA MENGEMBANGKAN

KEMITRAAN ANTARA PEMERINTAH DENGAN SWASTA DAN

MASYARAKAT

AGAR TIDAK MENGGANGGU FLEKSIBILITAS

(9)

9

UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SUMBER

KEUANGAN DAERAH

1. PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

DAERAH :

a. PENINGKATAN PENGGALIAN PENDAPATAN DAERAH MELALUI

EKSENTIFIKASI SUMBER-SUMBER PENERIMAAN DAERAH ;

b. PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMBIAYAAN INVESTASI PUBLIK

MELALUI POLA KEMITRAAN DENGAN MASYARAKAT DAN

SWASTA ;

c. PENINGKATAN INVESTASI SWASTA MELALUI BERBAGAI

INSTRUMEN

FISKAL DAN BERBAGAI INSENTIF DALAM

PENANAMAN MODAL ;

d. PENDAYAGUNAAN POTENSI PINJAMAN SERTA PENGEMBANGAN

PEMBIAYAAN INDIKATIF ;

(10)

10

Lanjutan

2. PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOLAAN KEUANGAN

DAERAH :

A. KERJASAMA PEMBANGUNAN, BAIK ANTAR PEMDA DAN

ANTAR

NEGARA, DENGAN MASYARAKAT DAN SWASTA,

MAUPUN LEMBAGA-LEMBAGA DONOR ;

B. PRIVATISASI BERBAGAI PELAYANAN PUBLIK MAUPUN

BUMD/PERUSDA ;

C. REVITALISASI ASET-ASET PEMDA ;

D. PENGEMBANGAN

BERBAGAI

KEBIJAKAN

PROGRAM/PROYEK

PEMBANGUNAN

YANG LAYAK

(11)

ALTERNATIF PEMBIAYAAN DILUAR APBN DAN APBD

PUBLIC

PRIVATE

DEVELOPMENT

FUNDING

PARTNERSHIP (MISAL : APBD PROVINSI – CSR)

KERJASAMA INTERNASIONAL

ORGANISASI PBB (UNICEF, WFP, ILO dll)

SECARA BILATERAL (JEPANG, PERANCIS, KOREA, MALAYSIA

DLL)

NON LEMBAGA

JEPANG (KENZUZE PROGRAM / TRAINING atau MAGANG)

PEMANFAATAN ASSET TERWUJUD

PEMANFAATAN RUANG MILIK JALAN PROVINSI

(12)

12

The commitment of business to contribute to

sustainable economic development working with

employees and their representatives the local

community and society at large to improve the quality

of life, in ways that are both good for business and

good for development. ” (World Bank)

“Continuing commitment by business to behave

ethically and contribute to economic development

while improving the quality of life of the workforce and

their families as well as of the local community at

large.” (The World Business Council for Sustainable

Development)

“Upaya sungguh sungguh dari entitas bisnis

meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan

dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku

kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan

lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan

berkelanjutan ” (Lingkar Studi CSR Indonesia)

(13)

13

Pertimbangan

Untuk memenuhi regulasi, hukum dan aturan yg

mengaturnya

Sebagai investasi sosial perusahaan untuk mendapatkan

image yang positif

Bagian dari strategi bisnis perusahaan

Untuk memperoleh licence to operate dari masyarakat

setempat

Bagian dari

risk management perusahaan untuk meredam

atau menghindari konflik sosial.

Konsep CSR didasari oleh tiga prinsip dasar yang dikenal

dengan istilah Triple Bottom Lines yang dikenal sebagai 3P

(People, Profit, Planet) yaitu Kepedulian perusahaan yang

menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi

kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan

(planet) agar keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan

(14)

14

usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam

wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial

dan Lingkungan. 2.Tanggung Jawab Sosial

dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

kewajiban Perseroan yg dianggarkan dan diperhitungkan sebagai

biaya Perseroan yg pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yg tdk melaksanakan kewajiban

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan memenuhi CSR di

atas standar sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Merupakan kelompok terbesar shg hrs

didorong untuk meningkatkan aktivitas

CSR-nya Layak mendapat insentif lebih dari pemerintah. Contoh: mendapat keringanan

pajak

Kelompok perusahaan yg seharusnya mendapat banyak insentif dan fasilitas

(15)

15

Secara konsep Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

(PKBL) yang dilaksanakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

tidak jauh berbeda dengan best practices CSR yang dilakukan

oleh perusahaan swasta sehingga dapat dikatakan bahwa

PKBL merupakan praktek CSR yang dilakukan oleh BUMN.

Peran PKBL BUMN mempunyai cakupan yang lebih luas

dibanding praktek CSR yang dilakukan oleh perusahaan

swasta karena PKBL- BUMN juga diharapkan untuk mampu

mewujudkan 3 pilar utama pembangunan (triple tracks) yang

telah dicanangkan pemerintah dan merupakan janji politik

kepada masyarakat, yaitu: (1) pengurangan jumlah

pengangguran; (2) pengurangan jumlah penduduk miskin;

dan (3) peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Melalui PKBL diharapkan terjadi peningkatan partisipasi

BUMN untuk memberdayakan potensi dan kondisi ekonomi,

sosial, dan lingkungan masyarakat dengan fokus diarahkan

pada pengembangan ekonomi kerakyatan untuk menciptakan

(16)

RUANG LINGKUP PKBL

PRAKTEK CSR

SAMPOERNA

PRAKTEK CSR

GRUP ASTRA

PROGRAM

KEMITRAAN PinjamanModal Kerja • Mitra Produksi Sigaret • Pendididikan Pelatihan

Kewirausahaan Sampoerna di Pasuruan seluas 10 Ha

Pembiayaan dan Pembinaan kepada Supplier Astra

POGRAM BINA

LINGKUNGAN Bencana alam Pembentukan ”Sampoerna Resque” Donasi 2,5 Milyar untuk Aceh Pendidikan Pelatihan Pemberian Bea Siswa kepada

Mhs Perguruan Tinggi Bea Siswa Astra untuk SD-Perguruan Tinggi Peningkatan

Kesehatan Sumbangan Sembako bagi tukang becak FIF Peduli Bocah Hydrochepalus Pengembangan Sarana

dan prasarana umum Sumbangan pembangunan ruang belajar dibeberapa kampus ” Sampoerna Room”

Sumbangan Air bersih , Ambulance, MCK

Sarana Ibadah Sumbangan sarana ibadah di sekitar lokasi operasional

Sumbangan Mesjid , Gereja, Perayaan Keagamaan

Pelestarian Alam Partisipasi Malang Ijo Royo

Royo Go Green With Astra

16

Secara best practices, aktifitas CSR yang dilakukan perusahaan swasta

(17)

Dasar Hukum

CSR PKBL

 Ps. 74 UU No. 40 tahun 2007

 Peraturan Pemerintah (masih dalam Rancangan)

 Ps.2 ayat (1) huruf e dan Ps.88 ayat (1) UU No.19 Tahun 2003 jo. Peraturan Meneg BUMN No.PER-05/MBU/2007

Sasaran/Tujuan

CSR PKBL

 Menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya setempat secara berkelanjutan (Penjelasan Ps.74 ayat (1)

 Program Kemitraan : Untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri

 Program Bina Lingkungan : Pemberdayaan kondisi sosial masyarakat

Obyek Peraturan

CSR PKBL

 Perusahaan (Perseroan Terbatas) yg menjalankan kegiatan usaha dibidang / berkaitan dengan Sumber Daya Alam (SDA) (Ps.74 ayat (1))

 Perusahaan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan SDA, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam (Penjelasan Ps.7 ayat (1)

 Persero (termasuk Persero Terbuka) dan Perum (Ps.2 ayat (1) dan (2) Peraturan Meneg BUMN No.PER-05/MBU/2007)

(18)

Sifat Peraturan

CSR PKBL

 Memaksa (wajib dilaksanakan) bagi perusahaan yang terkait SDA dan/atau perusahaan yang

usahanya berdampak pada fungsi kemampuan SDA, apabila tidak dilaksanakan, maka dapat dikenakan sanksi (Ps.74 ayat (3)

 Terhadap Persero dan Perum, sifat peraturan memaksa (wajib dilaksanakan) karena Program tersebut dijadikan salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan Persero / Perum (Ps. 2 ayat (1) jo. Ps.30 ayat (1) Peraturan Meneg BUMN No.PER-05/MBU/2007)

Lingkup Tanggung Jawab

CSR PKBL

 Terbatas di lingkungan/masyarakat di wilayah

kegiatan usaha Perusahaan (Penjelasan Ps.7 ayat (1)

 Lebih luas dari lingkup Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 (tidak sebatas wilayah tempat kegiatan usaha Persero atau Perum)

Perlakuan Anggaran

CSR PKBL

• Diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran (Ps.74 ayat (2)

 Maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan

 Maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan.

(19)

Memperkuat peran PKBL dan bersifat wajib (

mandatory

)

khususnya bagi BUMN di bidang SDA yaitu yang bergerak pada

sektor energi, perkebunan, kehutanan, pertambangan, semen,

kertas dan telekomunikasi dan atau yang terkait SDA seperti

sektor aneka industri, sandang, kosntruksi, baja dan konstruksi

baja dan lain-lain.

Untuk BUMN yang tidak terkait langsung dengan SDA misalnya

BUMN di bidang keuangan maka pelaksanaan PKBL bersifat

sukarela

(voluntary)

namun karena BUMN juga terikat oleh pasal

2 ayait 1e dan Pasal 88 ayat 1 dari UU No. 19 tahun 2003

menyebabkan BUMN sebagai

Agent of Development

harus aktif

dan berperan serta dalam memberikan bimbingan dan bantuan

kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan

masyarakat di wilayah operasional BUMN.

Perlunya dilakukan penyelerasan Peraturan Menteri BUMN terkait

PKBL dengan pasal 74 UU PT No. 40/2007

(20)

KRITERIA PERLAKUAN

Dasar Peraturan  Masing-masing negara memiliki aturan tersendiri, yang bersumber pada kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika.

Sasaran/Tujuan  Merupakan suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab sosial terhadap pemegang saham, karyawan, konsumen, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan

 Memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya (definisi CSR oleh World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)

Obyek Peraturan  Setiap organisasi, khususnya perusahaan

Sifat Peraturan  Tidak memaksa dan cenderung bersifat moral obligation

 Berdasarkan ISO 26000, pelaksanaan CSR adalah bersifat voluntary dan tidak dimaksudkan untuk sertifikasi pihak ketiga.

Lingkup Tanggung Jawab • Lebih luas dari lingkup Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007(tidak sebatas wilayah tempat kegiatan Organisasi / Perusahaan)

(21)

Penerapan kebijakan dalam pemberian pinjaman dana oleh

bank-bank Eropa. Contoh, bank-bank-bank-bank di Eropa hanya akan

memberikan pinjaman kepada perusahaan perkebunan di Asia

apabila ada jaminan dari perusahaan tersebut, yaitu pada saat

membuka lahan perkebunan tidak dilakukan dengan membakar

hutan.

Penerapan ecolabelling untuk produk-produk furniture yang

dipasarkan di Amerika yang menjelaskan bahwa produk

tersebut diproduksi dengan suatu tanda bukti bahwa bahan baku

kayunya diambil secara bijaksana dengan memperhatikan

lingkungan

Perusahaan multinasional tidak hanya melaporkan kinerja

keuangan dalam Laporan Tahunan Perusahaan tetapi juga

melaporkan aktifitas CSRnya

(22)

22

Secara konsepsi, PKBL merupakan salah satu bentuk tanggung jawab

sosial perusahaan (CSR) suatu BUMN terhadap para pemangku

kepentingan

(stakeholders),

baik internal (pemegang saham,

manajemen perusahaan dan karyawan) maupun eksternal (masyarakat

sebagai kelompok sasaran dan penerima manfaat).

Terbitnya UU PT No. 40/2007 memperkuat posisi PKBL khususnya bagi

BUMN di bidang dan atau terkait SDA.

Bagi BUMN yang usahanya tidak terkait langsung dengan SDA, maka

PKBL hanya bersifat sukarela namun posisi BUMN sebagaimana

diamanatkan dalam UU No. 19/2003 diharuskan turut aktif memberikan

bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,

koperasi, dan masyarakat.

Kesadaran tentang pentingnya mempraktikkan CSR telah menjadi tren

global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global

terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi

dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak

asasi manusia (HAM).

Berdasarkan UU PT No. 40/2007, penerapan CSR di Indonesia bersifat

wajib (memaksa). Hal ini berbeda dengan penerapan CSR secara

best

practices

di kebanyakan negara maju dimana penerapan CSR pada

korporasi bersifat sukarela, karena ditunjang oleh kesadaran yang

tinggi dari pelaku usaha serta regulasi yang mengatur aspek sosial dan

(23)

Peraturan Menlu nomor 09/A/KP/XII/2006/01 ttg

Panduan Umum Tata Cara Hubungan &

Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah ;

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, mengisyaratkan perlu

dilakukannya penyesuaian kewenangan

pelaksa-naan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri yang

sebelumnya diatur dalam Undang-Undang No. 22

Tahun 1999 ttg Pemerintahan Daerah.

(24)

Pada dasarnya pelaksanaan Politik Luar Negeri

merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.

Namun seiring dengan berlakunya

Undang-Undang Otonomi Daerah tersebut, kebijakan

Hubungan Luar Negeri dan diplomasi oleh

Pemerintah Pusat antara lain juga diarahkan

untuk memberdayakan dan mempromosikan

potensi Daerah, dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

(25)

Strategi Program :

Melakukan Koordinasi dengan perwakilan

negara sahabat ;

Mencari peluang utk mendapatkan sumber

potensial pembiayaan dari negara sahabat ;

Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan

Organisasi PBB ;

Penjajagan kerjasama dengan NGO / Non

Lembaga seperti KOICA, LAPIS, Islamic Relief,

Rangsit University Thailand ;

(26)

PP 6/2006 tentang Pengelolaan Barang

Negara/ Daerah (Bab VI Pemanfaatan : Pasal

19-31)

saling menguntungkan kedua belah pihak,

pengelolaannya hrs dilaks. secara profesional,

tidak membebani APBD dan

tidak mengakibatkan terjadinya perubahan

status pemilikan atas kekayaan Daerah

(27)

PERENCANAAN ALOKASI PEMBIAYAAN

Mengidentifikasi masalah dan memberikan masukan kebijakan

tentang SiLPA terkait (berapa normatifnya besarnya SiLPA).

Memberikan masukan terkait dengan kebijakan untuk

melakukan pinjaman.

Memberikan masukan Kebijakan untuk melakukan dana

cadangan.

Memberikan masukan Kebijakan untuk Investasi (berapa alokasi

rencana modal dasar BUMD, Modal Bergulir, Deposito).

Keempat Kegiatan diatas sebagai bahan penyusunan KUA dan

PPAS maupun RAPBD.

Menyusun Rencana Kebijakan tentang Sharing/Kemitraan

(28)

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA PROV JATIM

No. 01/KPTS/I/201/2009

TENTANG SKPD MITRA KOORDINASI BIDANG PADA

BAPPEDA PROV JATIM

BIDANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN:

BIRO KEUANGAN

BIRO ADMINISTRASI KERJASAMA

DINAS PENDAPATAN

(29)

T

Referensi

Dokumen terkait

Deaf Art Community (DAC) Yogyakarta adalah sebuah Komunitas Seni Tuli di Langenarjan Lor No. 16A Panembahan Kraton Yogyakarta, dengan diprakasai oleh Broto

Nilai ini merupakan kelengkapan usulan penilaian dan penetapan angka kredit yang bersangkutan dalam rangka kenaikan jabatan fungsional/ pangkat. Yogyakarta,

[r]

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan konsumsi pangan strategis (beras dan cabai) yang di Sumatera Utaramodel

Sedangkan bila dibandingkan dengan bulan yang sama ditahun 2010, maka tren yang terjadi adalah terjadi kemiripan dibanding periode yang sama tahun lalu.. Berdasarkan

Persepsi para mahasiswa Ma’had Al-Jami’ah IAIN Antasari Banjarmasin terhadap semua bentuk kegiatan pembinaan keagamaan yang telah dilaksanakan meliputi materi,

Logo baru memiliki makna untuk menjadi yang terbaik dalam menyediakan kebutuhan konsumen tidak hanya dalam segi minuman saja, namun makanan juga. Logo baru lebih mengesankan dari

PENERAPAN PROBLEM-BASED LEARNING BERBASIS E-MOD UL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PAD A MATA D IKLAT BASIC SKILL D I SMK NEGERI 12 BAND UNG