1
1
PAPARAN BIDANG
PAPARAN BIDANG
PEMBIAYAAN
PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN
DALAM RANGKA
DALAM RANGKA
RAPAT KOORDINASI, INTEGRASI,
RAPAT KOORDINASI, INTEGRASI,
SINKRONISASI DAN SINERGI (KISS)
SINKRONISASI DAN SINERGI (KISS)
TAHUN 2009
TAHUN 2009
PAPARAN BIDANG
PAPARAN BIDANG
PEMBIAYAAN
PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN
DALAM RANGKA
DALAM RANGKA
RAPAT KOORDINASI, INTEGRASI,
RAPAT KOORDINASI, INTEGRASI,
SINKRONISASI DAN SINERGI (KISS)
SINKRONISASI DAN SINERGI (KISS)
BIDANG PEMBIAYAAN
BIDANG PEMBIAYAAN
BAPPEDA PROVINSI JAWA TIMUR
BAPPEDA PROVINSI JAWA TIMUR
3
3
TUGAS
TUGAS
MELAKSANAKAN
PERUMUSAN
KEBIJAKAN
DAN
MELAKSANAKAN
PERUMUSAN
KEBIJAKAN
DAN
PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN
PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN
PROVINSI JAWA TIMUR DI BIDANG PEMBIAYAAN
PROVINSI JAWA TIMUR DI BIDANG PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN YG MELIPUTI PERENCANAAN ALOKASI
PEMBANGUNAN YG MELIPUTI PERENCANAAN ALOKASI
PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN
DAN
PERENCANAAN
PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN
DAN
PERENCANAAN
PENGEMBANGAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
4
4
FUNGSI
FUNGSI
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
INVENTARISASI
INVENTARISASI
PERMASALAHAN
PERMASALAHAN
BIDANG
PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN
UNTUK
BIDANG
PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN
UNTUK
PENYUSUNAN
RENCANA
PROGRAM
BIDANG
PENYUSUNAN
RENCANA
PROGRAM
BIDANG
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
PELAKSANAAN PENYUSUNAN KAJIAN KEBIJAKAN DI
PELAKSANAAN PENYUSUNAN KAJIAN KEBIJAKAN DI
BIDANG PEMBANGUNAN DAN SISTEM INFORMASI
BIDANG PEMBANGUNAN DAN SISTEM INFORMASI
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM DI
PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM DI
BIDANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BIDANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
PELAKSANAAN KOORDINASI EVALUASI PEMBIAYAAN
PELAKSANAAN KOORDINASI EVALUASI PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN
6
ISUE STRATEGIS
ISUE STRATEGIS
a. Kondisi krisis keuangan global tingginya pengangguran
b. Terbatasnya Sumber Pembiayaan Pembangunan, antara lain disebabkan :
-
Terbatasnya pembiayaan pembangunan APBN/APBD;
-
Terbatasnya jumlah dana perimbangan ke Propinsi ;
-
Belum optimlahnya pengelolaan sumber keuangan potensial Daerah
(BUMD,Wilayah Laut dll) di Propinsi Jawa Timur
c. Rendahnya investasi swasta/masy. secara umum dipahami sbg akibat faktor
keamanan/stabilitas.
Regulasi/Perijinan
Peluang bisnis di berbagai sektor oleh Pemerintah Daerah relatif rendah
(prospektus bisnis, business plan, dll)
Masih banyak aset yang idle
•
Peran intermediasi Perbankan masih belum optimal
1.
MENINGKATKAN MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAERAH YANG
MENGARAH PADA AKURASI, EFISIENSI, EFIKTIFITAS DAN
PROFITABILITAS ;
2.
PEMBANGUNAN DAERAH YANG DILAKUKAN DIHARAPKAN
MAMPU DIBIAYAI TIDAK HANYA BERSUMBER DARI APBD
SAJA, TETAPI JUGA DARI SUMBER-SUMBER YANG LAIN
SEPERTI MASYARAKAT, SWASTA SERTA PEMERINTAH PUSAT
(APBN)
7
8
STRATEGI BIDANG PEMBIAYAAN 2009
1. PERLU DIKEMBANGKAN ALTERNATIF PEMBIAYAAN GUNA
MENGATASI KETERBATASAN DANA PAD MAUPUN APBD/APBN
ANTARA LAIN PEMANFAATAN ASET-ASET PEMERINTAH
PROVINSI
,
PEMANFAATAN
BATAS
WILAYAH
LAUT,
KERJASAMA INTERNASIONAL (BILATERAL DAN LEMBAGA
INTERNASIONAL);
2. SHARING PEMBIAYAAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT –
PROVINSI – KABUPATEN/KOTA SERTA MENGEMBANGKAN
KEMITRAAN ANTARA PEMERINTAH DENGAN SWASTA DAN
MASYARAKAT
AGAR TIDAK MENGGANGGU FLEKSIBILITAS
9
UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SUMBER
KEUANGAN DAERAH
1. PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
DAERAH :
a. PENINGKATAN PENGGALIAN PENDAPATAN DAERAH MELALUI
EKSENTIFIKASI SUMBER-SUMBER PENERIMAAN DAERAH ;
b. PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMBIAYAAN INVESTASI PUBLIK
MELALUI POLA KEMITRAAN DENGAN MASYARAKAT DAN
SWASTA ;
c. PENINGKATAN INVESTASI SWASTA MELALUI BERBAGAI
INSTRUMEN
FISKAL DAN BERBAGAI INSENTIF DALAM
PENANAMAN MODAL ;
d. PENDAYAGUNAAN POTENSI PINJAMAN SERTA PENGEMBANGAN
PEMBIAYAAN INDIKATIF ;
10
Lanjutan
2. PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH :
A. KERJASAMA PEMBANGUNAN, BAIK ANTAR PEMDA DAN
ANTAR
NEGARA, DENGAN MASYARAKAT DAN SWASTA,
MAUPUN LEMBAGA-LEMBAGA DONOR ;
B. PRIVATISASI BERBAGAI PELAYANAN PUBLIK MAUPUN
BUMD/PERUSDA ;
C. REVITALISASI ASET-ASET PEMDA ;
D. PENGEMBANGAN
BERBAGAI
KEBIJAKAN
PROGRAM/PROYEK
PEMBANGUNAN
YANG LAYAK
ALTERNATIF PEMBIAYAAN DILUAR APBN DAN APBD
PUBLIC
–
PRIVATE
DEVELOPMENT
FUNDING
PARTNERSHIP (MISAL : APBD PROVINSI – CSR)
KERJASAMA INTERNASIONAL
ORGANISASI PBB (UNICEF, WFP, ILO dll)
SECARA BILATERAL (JEPANG, PERANCIS, KOREA, MALAYSIA
DLL)
NON LEMBAGA
JEPANG (KENZUZE PROGRAM / TRAINING atau MAGANG)
PEMANFAATAN ASSET TERWUJUD
PEMANFAATAN RUANG MILIK JALAN PROVINSI
12
“
The commitment of business to contribute to
sustainable economic development working with
employees and their representatives the local
community and society at large to improve the quality
of life, in ways that are both good for business and
good for development. ” (World Bank)
“Continuing commitment by business to behave
ethically and contribute to economic development
while improving the quality of life of the workforce and
their families as well as of the local community at
large.” (The World Business Council for Sustainable
Development)
“Upaya sungguh sungguh dari entitas bisnis
meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan
dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku
kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan
lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan ” (Lingkar Studi CSR Indonesia)
13
Pertimbangan
Untuk memenuhi regulasi, hukum dan aturan yg
mengaturnya
Sebagai investasi sosial perusahaan untuk mendapatkan
image yang positif
Bagian dari strategi bisnis perusahaan
Untuk memperoleh licence to operate dari masyarakat
setempat
Bagian dari
risk management perusahaan untuk meredam
atau menghindari konflik sosial.
Konsep CSR didasari oleh tiga prinsip dasar yang dikenal
dengan istilah Triple Bottom Lines yang dikenal sebagai 3P
(People, Profit, Planet) yaitu Kepedulian perusahaan yang
menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi
kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan
(planet) agar keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan
14
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam
wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan. 2.Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kewajiban Perseroan yg dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya Perseroan yg pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yg tdk melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan memenuhi CSR di
atas standar sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Merupakan kelompok terbesar shg hrs
didorong untuk meningkatkan aktivitas
CSR-nya Layak mendapat insentif lebih dari pemerintah. Contoh: mendapat keringanan
pajak
Kelompok perusahaan yg seharusnya mendapat banyak insentif dan fasilitas
15
•
Secara konsep Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) yang dilaksanakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
tidak jauh berbeda dengan best practices CSR yang dilakukan
oleh perusahaan swasta sehingga dapat dikatakan bahwa
PKBL merupakan praktek CSR yang dilakukan oleh BUMN.
•
Peran PKBL BUMN mempunyai cakupan yang lebih luas
dibanding praktek CSR yang dilakukan oleh perusahaan
swasta karena PKBL- BUMN juga diharapkan untuk mampu
mewujudkan 3 pilar utama pembangunan (triple tracks) yang
telah dicanangkan pemerintah dan merupakan janji politik
kepada masyarakat, yaitu: (1) pengurangan jumlah
pengangguran; (2) pengurangan jumlah penduduk miskin;
dan (3) peningkatan pertumbuhan ekonomi.
•
Melalui PKBL diharapkan terjadi peningkatan partisipasi
BUMN untuk memberdayakan potensi dan kondisi ekonomi,
sosial, dan lingkungan masyarakat dengan fokus diarahkan
pada pengembangan ekonomi kerakyatan untuk menciptakan
RUANG LINGKUP PKBL
PRAKTEK CSR
SAMPOERNA
PRAKTEK CSR
GRUP ASTRA
PROGRAM
KEMITRAAN PinjamanModal Kerja • Mitra Produksi Sigaret • Pendididikan Pelatihan
Kewirausahaan Sampoerna di Pasuruan seluas 10 Ha
Pembiayaan dan Pembinaan kepada Supplier Astra
POGRAM BINA
LINGKUNGAN Bencana alam Pembentukan ”Sampoerna Resque” Donasi 2,5 Milyar untuk Aceh Pendidikan Pelatihan Pemberian Bea Siswa kepada
Mhs Perguruan Tinggi Bea Siswa Astra untuk SD-Perguruan Tinggi Peningkatan
Kesehatan Sumbangan Sembako bagi tukang becak FIF Peduli Bocah Hydrochepalus Pengembangan Sarana
dan prasarana umum Sumbangan pembangunan ruang belajar dibeberapa kampus ” Sampoerna Room”
Sumbangan Air bersih , Ambulance, MCK
Sarana Ibadah Sumbangan sarana ibadah di sekitar lokasi operasional
Sumbangan Mesjid , Gereja, Perayaan Keagamaan
Pelestarian Alam Partisipasi Malang Ijo Royo
Royo Go Green With Astra
16
Secara best practices, aktifitas CSR yang dilakukan perusahaan swasta
Dasar Hukum
CSR PKBL
Ps. 74 UU No. 40 tahun 2007
Peraturan Pemerintah (masih dalam Rancangan)
Ps.2 ayat (1) huruf e dan Ps.88 ayat (1) UU No.19 Tahun 2003 jo. Peraturan Meneg BUMN No.PER-05/MBU/2007
Sasaran/Tujuan
CSR PKBL
Menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya setempat secara berkelanjutan (Penjelasan Ps.74 ayat (1)
Program Kemitraan : Untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri
Program Bina Lingkungan : Pemberdayaan kondisi sosial masyarakat
Obyek Peraturan
CSR PKBL
Perusahaan (Perseroan Terbatas) yg menjalankan kegiatan usaha dibidang / berkaitan dengan Sumber Daya Alam (SDA) (Ps.74 ayat (1))
Perusahaan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan SDA, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam (Penjelasan Ps.7 ayat (1)
Persero (termasuk Persero Terbuka) dan Perum (Ps.2 ayat (1) dan (2) Peraturan Meneg BUMN No.PER-05/MBU/2007)
Sifat Peraturan
CSR PKBL
Memaksa (wajib dilaksanakan) bagi perusahaan yang terkait SDA dan/atau perusahaan yang
usahanya berdampak pada fungsi kemampuan SDA, apabila tidak dilaksanakan, maka dapat dikenakan sanksi (Ps.74 ayat (3)
Terhadap Persero dan Perum, sifat peraturan memaksa (wajib dilaksanakan) karena Program tersebut dijadikan salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan Persero / Perum (Ps. 2 ayat (1) jo. Ps.30 ayat (1) Peraturan Meneg BUMN No.PER-05/MBU/2007)
Lingkup Tanggung Jawab
CSR PKBL
Terbatas di lingkungan/masyarakat di wilayah
kegiatan usaha Perusahaan (Penjelasan Ps.7 ayat (1)
Lebih luas dari lingkup Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 (tidak sebatas wilayah tempat kegiatan usaha Persero atau Perum)
Perlakuan Anggaran
CSR PKBL
• Diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran (Ps.74 ayat (2)
Maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan
Maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan.
Memperkuat peran PKBL dan bersifat wajib (
mandatory
)
khususnya bagi BUMN di bidang SDA yaitu yang bergerak pada
sektor energi, perkebunan, kehutanan, pertambangan, semen,
kertas dan telekomunikasi dan atau yang terkait SDA seperti
sektor aneka industri, sandang, kosntruksi, baja dan konstruksi
baja dan lain-lain.
Untuk BUMN yang tidak terkait langsung dengan SDA misalnya
BUMN di bidang keuangan maka pelaksanaan PKBL bersifat
sukarela
(voluntary)
namun karena BUMN juga terikat oleh pasal
2 ayait 1e dan Pasal 88 ayat 1 dari UU No. 19 tahun 2003
menyebabkan BUMN sebagai
Agent of Development
harus aktif
dan berperan serta dalam memberikan bimbingan dan bantuan
kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan
masyarakat di wilayah operasional BUMN.
Perlunya dilakukan penyelerasan Peraturan Menteri BUMN terkait
PKBL dengan pasal 74 UU PT No. 40/2007
KRITERIA PERLAKUAN
Dasar Peraturan Masing-masing negara memiliki aturan tersendiri, yang bersumber pada kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika.
Sasaran/Tujuan Merupakan suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab sosial terhadap pemegang saham, karyawan, konsumen, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan
Memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya (definisi CSR oleh World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
Obyek Peraturan Setiap organisasi, khususnya perusahaan
Sifat Peraturan Tidak memaksa dan cenderung bersifat moral obligation
Berdasarkan ISO 26000, pelaksanaan CSR adalah bersifat voluntary dan tidak dimaksudkan untuk sertifikasi pihak ketiga.
Lingkup Tanggung Jawab • Lebih luas dari lingkup Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007(tidak sebatas wilayah tempat kegiatan Organisasi / Perusahaan)
•
Penerapan kebijakan dalam pemberian pinjaman dana oleh
bank-bank Eropa. Contoh, bank-bank-bank-bank di Eropa hanya akan
memberikan pinjaman kepada perusahaan perkebunan di Asia
apabila ada jaminan dari perusahaan tersebut, yaitu pada saat
membuka lahan perkebunan tidak dilakukan dengan membakar
hutan.
•
Penerapan ecolabelling untuk produk-produk furniture yang
dipasarkan di Amerika yang menjelaskan bahwa produk
tersebut diproduksi dengan suatu tanda bukti bahwa bahan baku
kayunya diambil secara bijaksana dengan memperhatikan
lingkungan
•
Perusahaan multinasional tidak hanya melaporkan kinerja
keuangan dalam Laporan Tahunan Perusahaan tetapi juga
melaporkan aktifitas CSRnya
22