1 D:\Data_Kantor\Bhn_DPRD\R-APBD'09/Hearing_Kom^D 2009(dns)
D:\Data_Kantor\Bhn_DPRD\R-APBD'09/Hearing_Kom^D 2009(dns)
I
A T
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
28 Januari, 2009
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
28 Januari, 2009
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
RAPAT
KOORDINASI INTEGRASI SINKRONISASI DAN SINERGI
TAHUN 2009
LINGKUP BIDANG EKONOMI
RAPAT
KOORDINASI INTEGRASI SINKRONISASI DAN SINERGI
TAHUN 2009
ISU STRATEGIS
1. Krisis Keuangan Global arus modal ke dalam negeri turun, likuiditas ketat perkiraan pertumbuhan ekonomi 2009 lamban.
2. Penurunan BBM, belum signifikan diikuti penurunan harga komoditas ( khusus untuk transportasi turun berkisar 4-6%).
3. Stok Pupuk? perlu insentif gerakan pemanfatan pupuk organik untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk an organik.
4. Kondisi ketenagakerjaan perlu pehatian serius ( di industri tekstil sekitar 80 rb terancam PHK, sampai Desember 2008 sdh 30 rb PHK, sisa di 2009, industri alas kaki sudah PHK 30 rb sampai Desember 2008, diperkirakan 300 rb di 2009 pekerja di Industri CPO akan diberhentikan, diperkirakan 10% pekerja konstruksi akan menganggur, 300 rb TKI di Malaysia, 11 rb TKI di Korea Selatan akan terkena PHK. Perkiraan APINDO, 2009 akan terjadi PHK 1,5 juta orang. 5. 2008 SWASEMBADA BERAS ( tanpa impor) 24 tahun sejak 1984
3
No. Sektor 2006 2007
Kumulatif Sampai Triwulan III/2008 *)
Prediksi Triwulan IV/2008 **)
Prediksi Tahun 2008**)
1. Pertanian 3,99 3,13 2,42 1,55 2,24 2. Pertamb-Penggalian 8,58 10,44 9,45 9,13 9,36 3. Industri Pengolahan 3,05 4,64 4,59 3,15 4,23 4. Listrik-Gas-Air Bersih 4,07 11,81 4,42 5,06 4,59 5. Konstruksi 1,42 1,21 2,68 2,46 2,63 6. Perdag-Hotel-Rest. 9,62 8,39 8,92 8,29 8,75 7. Angkutan-Komunikasi 6,77 7,77 7,40 6,59 7,19 8. Keu-Persew- Js Perush 7,46 8,47 8,22 6,24 7,71 9. Jasa-jasa 5,27 5,88 6,02 6,32 6,10
P D R B 5,80 6,11 6,00 5,43 5,85
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Menurut
lapangan Usaha
Tahun 2006 - 2008 (%)
Keterangan :
EVALUASI KINERJA EKONOMI 2008
Akan Ditinjau kembaliberdasarkan perubahan asumsi makro dan eksternal policy
5
SEKTOR-SEKTOR DOMINAN
PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2007
No. Kab/Kota
KINERJA EKONOMI
PERTUM-BUHAN EKONOMI
(%)
KONTRIBUSI SEKTOR UNGGULAN (%)
Perta-nian Industri PHR
Jasa-jasa
Pertam-bangan
dan Penggalia
n
1 Kab. Gresik 6,88 11,22 47,40 22,15
-2 Kota Surabaya 6,74 - 31,35 38,25 6,96
-3 Kota Mojokerto 6,39 - 15,67 39,51 12,10
-4 Kota Batu 6,83 19,31 - 40,87 14,56
-5 Kab. Bojonegoro 13,01 30,45 - 22,14 14,79
-6 Kab. Sidoarjo 5,73 - 53,30 24,47 -
-7 Kota Blitar 6,26 - 12,44 33,87 20,22
-8 Kota Malang 6,10 - 35,71 35,11 12,22
-9 Kab. Nganjuk 6,09 28,67 - 41,98 10,59
-10 Kota Probolinggo 6,49 10,08 16,08 39,63 - -11 Kab. Tulungagung 6,16 16,06 17,84 29,76 -
-12 Kab. Pasuruan 6,35 24,52 32,67 20,52 -
-13 Kab. Jombang 6,09 30,52 12,60 35,13 -
-14 Kab. Mojokerto 5,44 20,37 34,89 24,74 -
-15 Kota Pasuruan 6,49 - 17,89 37,38 11,47
- JAWA TIMUR 6,11 16,72 28,75 28,81 8,15 2,11%
17 Kota Madiun 6,25 - 25,41 20,32 14,58
-18 Kab. Lumajang 5,16 33,19 14,20 24,23 -
-19 Kab. Blitar 5,64 48,89 - 26,93 9,66
-20 Kab. Situbondo 5,40 32,77 9,31 33,89 -
-21 Kab. Jember 5,98 44,42 - 19,46 9,59
-22 Kab. Probolinggo 5,89 29,96 13,42 29,69 -
-23 Kab. Lamongan 5,94 38,76 - 32,40 13,18
-24 Kab. Banyuwangi 5,80 46,48 - 26,12 6,10
-25 Kab. Bondowoso 5,49 46,49 - 20,34 10,44
-26 Kab. Bangkalan 5,00 32,09 - 25,96 15,21
-27 Kab. Ponorogo 5,91 28,37 - 28,02 12,25
-28 Kab. Tuban 6,71 21,47 13,14 20,18 -
-29 Kab. Magetan 5,19 31,77 - 25,98 20,39
-30 Kab. Ngawi 5,16 36,06 - 29,52 13,86
-31 Kab. Madiun 5,01 32,12 - 28,10 15,22
-32 Kab. Trenggalek 5,38 35,05 - 18,27 20,64
-33 Kab. Sampang 4,21 50,43 10,99 17,74 -
-7
Nilai Tukar Petani (NTP) Jatim Okt-Nopember 2008
(2007=100)
PROYEKSI SEKTOR-SEKTOR
LAPANGAN USAHA
Sampai tahun 2010 masih didominasi sektor pertanian, industri pengolahan dan PHR
Sektor-sektor potensial pendukung pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
- Sektor Primer : 1. Sektor Pertanian
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
- Sektor Sekunder : 3. Sektor Industri Pengolahan
9
NERACA
PERDAGANGAN
NON MIGAS
JAWA TIMUR
NO TAHUN NILAI EKSPOR
(US $)
NILAI IMPOR (US $)
SURPLUS (US $)
1. 2002 5.695.960.242 3.548.379.743 2.147.580.499
2. 2003 5.484.316.939 3.787.644.403 1.696.672.536
3. 2004 6.194.475.821 4.846.622.652 1.347.853.169
4. 2005 7.114.109.736 5.217.624.963 1.896.484.773
5. 2006 9.019.505.200 5.499.199.124 3.520.306.076
6. 2007 11.502.661.132 7,264,258,700 4,238,402,432
7. 2008*) 5,695,741,028 5,701,980,824 - 6,239,796
PERKEMBANGAN PERSETUJUAN
PROYEK PMA / PMDN DI JAWA TIMUR TAHUN
2003 -2008
PERKEMBANGAN PERSETUJUAN
11
KINERJA INVESTASI JAWA TIMUR
TAHUN 2003 – 2008
M
ily
a
r
R
p
.
Ju
ta
(
U
S
$
)
Sumber : diolah dari Data BPM Propinsi Jawa Timur
KINERJA INVESTASI
PMDN
s/d Nopember 2008 diterbitkan Surat Persetujuan Investasi oleh BPKM : • Nilai Investasi 19,25 trilyun rupiah• Perusahaan 27 buah
• Menyerap tenaga kerja lokal 19.154 orang
• Jenis usaha Industri kimia, industri kertas, hotel dan
restoran, industri kayu dan transportasi.
PMA
s/d Juli 2008 diterbitkan Surat Persetujuan investasi oleh BKPM : • Nilai Investasi 2,5 milyar US Dollar• Perusahaan 82 buah
• Menyerap tenaga kerja lokal 37.257 orang
• Jenis Usaha Idustri Kimia, listrik dan air, industri makanan
13
INFLASI
Inflasi Jawa Timur pada tahun kalender (Januari-Desember
2008) 9,66% jauh lebih rendah dibandingkan Nasional 11,06
%.
Kondisi ini jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun 2006 sebesar
6,76 % dan inflasi tahun 2007 sebesar 6,48 %
Pendorong utama inflasi di Jawa Timur di Tahun 2008 adalah
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 6,11 %
PDRB Pe r K ap ita J aw a T im ur Rp .
14 ,0 7 Ju ta P B PDR
er Ka pit a Ja wa T im ur Rp .
15
Perbandingan Absolut Antar Daerah
Perbandingan Absolut Antar Daerah
1. Kondisi Ideal (Kuadran I) sektor-sektor ekonomi tumbuh
seiring dengan peningkatan PDRB per Kapita Kabupaten
Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Mojokerto dan Kota Surabaya,
2. Kuadran II tingkat pertumbuhan tinggi tetapi PDRB perkapita
nya lebih rendah dari rata-rata PDRB per Kapita provinsi
menyebar di Kabupaten/Kota struktur perekonomian yang
tidak didominasi oleh sektor tertentu hampir merata
pembangunannya di semua sektor tinggal menunggu waktu
saja untuk terus berkembang dan bergeser ke arah yang ideal.
3. Kuadran III Struktur ekonomi yang masih didominasi oleh
sektor-sektor primer cenderung sangat sulit untuk beranjak
ke arah yang lebih baik diperlukan terobosan arah
pembangunan yang signifikan untuk mengejar ketertinggalan
4. Kuadran IV PDRB per Kapita yang tinggi tetapi tidak diiringi
dengan pertumbuhan ekonomi terjadi di Kota Kediri
adanya Industri Rokok berskala nasional yang mendorong
tingginya PDRB Per Kapita tingginya nilai PDRB per Kapita
Elastisitas
Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap
17
Jasa-Jasa Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan Pengangkutan dan
Komunikasi Perdagangan, Hotel
dan Restoran Konstruksi
Listrik, Gas dan Air Bersih Industri
Pengolahan Pertambangan dan
Penggalian Pertanian
Kabupaten/ Kota No
Jasa-Jasa Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan Pengangkutan dan
Komunikasi Perdagangan, Hotel
dan Restoran Konstruksi
Listrik, Gas dan Air Bersih Industri
Pengolahan Pertambangan dan
Penggalian Pertanian
Jasa-Jasa Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan Pengangkutan dan
Komunikasi Perdagangan, Hotel
dan Restoran Konstruksi
Listrik, Gas dan Air Bersih Industri
Pengolahan Pertambangan dan
Penggalian Pertanian
Kabupaten/ Kota
No Kabupaten/ Kota Pertanian Pertambangan danPenggalian Pengolahan Industri Listrik, Gas danAir Bersih Konstruksi Perdagangan, Hoteldan Restoran Pengangkutan danKomunikasi Keuangan, Persewaandan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa No
Jasa-Jasa Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan Pengangkutan dan
Komunikasi Perdagangan, Hotel
dan Restoran Konstruksi
Listrik, Gas dan Air Bersih Industri
Pengolahan Pertambangan dan
Penggalian Pertanian
Kabupaten/ Kota
No Kabupaten/ Kota Pertanian Pertambangan danPenggalian Pengolahan Industri Listrik, Gas danAir Bersih Konstruksi Perdagangan, Hoteldan Restoran Pengangkutan danKomunikasi Keuangan, Persewaandan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa No
JAWA TIMUR 1.20 0.38 1.48 0.36 2.66 1.31 0.35 0.16 0.60
19
PERMASALAHAN
PERMASALAHAN
1. Dinamika dan perkembangan perekonomian
global saat ini berkembang sangat cepat
proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia MELAMBAT
cukup signifikan
ada
slow down
dari
global
economy
Investasi mengalami gangguan.
2. Memburuknya perekonomian dunia
KRISIS
KEUANGAN GLOBAL.
sektor RIIL terimbas
percepat implementasi kebijakan memperkuat
sektor riil dengan berbagai insentif untuk sektor
mikro.
3.
TERBATASNYA
kapasitas UKM untuk mengakses
permodalan dan pasar
RENDAHNYA
daya saing
dan lemahnya kompetensi kewirausahaan.
20
Lanjutan ....
Lanjutan ....
5. Sektor Industri, perdagangan dan keuangan
mengalami goncangan yang cukup kuat,
sedagkan sektor konstruksi masih mengandalkan
kemampuan dalam negeri;
6. Industri berskala kecil dan menengah yang
berhubungan langsung dengan hajat hidup orang
banyak masih mengalami pertumbuhan, untuk
industri yang pangsa pasarnya di luar negeri
mengalami stagnasi;
7. Sektor Primer, seperti pertanian dan
pertambangan masih tetap berkembang normal
(tidak ekspansional).
8. Perdagangan luar negeri (ekspor-impor)
21
ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN EKONOMI JAWA
TIMUR TAHUN 2009
ARAH KEBIJAKAN
Arah kebijakan ekonomi Jawa Timur :
1. Menciptakan Regulasi yang menjamin kepastian usaha dan
penegakkan hukum;
2. Meningkatkan efisiensi usaha dan daya saing Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) dengan memantapkan penerapan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas dan responsibilitas;
3. Meningkatkan pertumbuhan ekspor non migas berbasis sumber
daya lokal melalui pengembangan teknologi untuk meningkatkan daya saing produk unggulan daerah;
4. Meningkatkan daya saing industri pengolahan melalui penguatan
keterkaitan kedepan (forward) dan kebelakang (backward);
5. Mengembangkan Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
23
6.
Pengembangan potensi pariwisata melalui peningkatan
jaringan informasi wisata (nasional dan internasional),
peningkatan mutu obyek dan usaha jasa pariwisata
yang
memenuhi
Standart
Kompetensi
Nasional
Indonesia (SKNI) dalam rangka meningkatkan daya
saing regional maupun global;
7.
Penguatan
pembangunan
perdesaan
melalui
penumbuhan
dan
penguatan
kelembagaan
di
perdesaan, revitalisasi sistem penyuluhan dan fasilitasi
kemitraan;
8.
Perkuatan kualitas perkembangan ekonomi yang
didukung
oleh
pembangunan
infrastruktur
dan
pengembangan agrobisnis melalui sistem
cooperative
farming dan good agriculture practice;
9.
Pengembangan kawasan agropolitan sebagai pusat
11.
Peningkatan ketahanan pangan melalui
peningkatan produksi dan produktivitas
pertanian dengan meningkatkan penyediaan
benih unggul dan faktor penunjangnya;
12.
Pengembangan diversifikasi pola konsumsi
pangan berbasis pangan lokal, beragam,
bergizi dan berimbang;
25 I. ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN PERTANIAN
1. Peningkatan dan pengembangan kualitas SDM Pertanian dan
fungsi kelembagaan pertanian.
2. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil pertanian
berdasar prinsip
Hazart Analysis Critical Control POINT
(HACCP).
3. Peningkatan
kualitas
bibit/benih,
kapasitas
produksi,
pengembangan komoditi pertanian bernilai tinggi.
4. Pengembangan sentra produksi pertanian dan standardisasi
mutu hasil dalam rangka pemenuhan kebutuhan industri secara
berkelanjutan.
5. Penciptaan mekanisme pasar yang dapat menumbuhkan minat
investasi di bidang pertanian.
1. Peningkatan dan pengembangan kualitas SDM Pertanian dan
fungsi kelembagaan pertanian.
2. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil pertanian
berdasar prinsip
Hazart Analysis Critical Control POINT
(HACCP).
3. Peningkatan
kualitas
bibit/benih,
kapasitas
produksi,
pengembangan komoditi pertanian bernilai tinggi.
4. Pengembangan sentra produksi pertanian dan standardisasi
mutu hasil dalam rangka pemenuhan kebutuhan industri secara
berkelanjutan.
II. ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN PETERNAKAN
1. Peningkatan kemampuan SDM peternak dan penguatan lembaga pendukungnya diarahkan untuk revitalisasi penyuluhan dan pendampingan peternak.
2. Pemberdayaan dan penguatan lembaga peternakan dan perdesaan untuk meningkatkan akses peternak terhadap sarana produksi.
3. Membangun delivery sistem dukungan pemerintah untuk sub sektor peternakan.
4. Peningkatan skala usaha yang dapat meningkatkan posisi tawar peternak.
1. Peningkatan kemampuan SDM peternak dan penguatan lembaga pendukungnya diarahkan untuk revitalisasi penyuluhan dan pendampingan peternak.
2. Pemberdayaan dan penguatan lembaga peternakan dan perdesaan untuk meningkatkan akses peternak terhadap sarana produksi.
3. Membangun delivery sistem dukungan pemerintah untuk sub sektor peternakan.
27 III. ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
1. Peningkatan produksi gula melalui penyediaan bibit tebu unggul, bongkar ratoon dan penanganan pasca panen serta fasilitasi pembangunan pabrik gula mini.
2. Peningkatan kualitas tembakau sesuai standard industri melalui peningkatan kualitas bibit, perbaikan sistem budidaya dan pengelolaan pasca penen.
3. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil perkebunan berdasarkan prinsip HACCP dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk.
4. Pengembangan Produk Bio Fuel sebagai sumber energi alternatif terbarukan.
5. Peningkatan kemampuan petani perkebunan serta penguatan kelembagaan pendukungnya.
1. Peningkatan produksi gula melalui penyediaan bibit tebu unggul, bongkar ratoon dan penanganan pasca panen serta fasilitasi pembangunan pabrik gula mini.
2. Peningkatan kualitas tembakau sesuai standard industri melalui peningkatan kualitas bibit, perbaikan sistem budidaya dan pengelolaan pasca penen.
3. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil perkebunan berdasarkan prinsip HACCP dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk.
4. Pengembangan Produk Bio Fuel sebagai sumber energi alternatif terbarukan.
IV. ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
1. Pengendalian dan pengawasan perikanan tangkap terutama pada perairan yang telah Over Fishing.
2. Peningkatan produksi perikanan budidaya intensifikasi, diversifikasi, dan ekstensifikasi usaha perikanan.
3. Penerapan sistem jaminan mutu produk hasil perikanan yang berprinsip pada HACCP dan TRACEABILITY.
4. Pelaksanaan program rantai dingin GAP dan GHP.
5. Revitalisasi tri tunggal perikanan (Dinas Perikanan, HNSI, dan PUSKUD Mina).
6. Revitalisasi pelaksanaan pelelangan ikan di Jawa Timur.
1. Pengendalian dan pengawasan perikanan tangkap terutama pada perairan yang telah Over Fishing.
2. Peningkatan produksi perikanan budidaya intensifikasi, diversifikasi, dan ekstensifikasi usaha perikanan.
3. Penerapan sistem jaminan mutu produk hasil perikanan yang berprinsip pada HACCP dan TRACEABILITY.
4. Pelaksanaan program rantai dingin GAP dan GHP.
5. Revitalisasi tri tunggal perikanan (Dinas Perikanan, HNSI, dan PUSKUD Mina).
29 V. ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN
1. Memantapkan ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga, daerah dan wilayah melalui pengembangan cadangan pangan masyarakat dan pemerintah.
2. Mewujudkan aksesibilitas pangan di masyarakat melalui pengembangan distribusi pangan lintas waktu dan lintas wilayah.
3. Meningkatkan konsumsi pangan melalui penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya dan budaya lokal yang beragam, bermutu, aman, halal dan bergizi untuk mengantisipasi kerawanan pangan di daerah dan wilayah.
4. Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat/petani untuk membangun ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal, melalui pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan terdesentralisasi.
5. Memantapkan kelembagaan ketahanan pangan, revitalisasi system penyuluhan ketahanan pangan, fasilitasi kemitraan dan pengembangan usaha kecil di perdesaan dalam rangka penanganan kemiskinan.
1. Memantapkan ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga, daerah dan wilayah melalui pengembangan cadangan pangan masyarakat dan pemerintah.
2. Mewujudkan aksesibilitas pangan di masyarakat melalui pengembangan distribusi pangan lintas waktu dan lintas wilayah.
3. Meningkatkan konsumsi pangan melalui penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya dan budaya lokal yang beragam, bermutu, aman, halal dan bergizi untuk mengantisipasi kerawanan pangan di daerah dan wilayah.
4. Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat/petani untuk membangun ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal, melalui pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan terdesentralisasi.
VI. ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN KEHUTANAN
1. Optimalisasi pemanfaatan hutan alam dan pengembangan hutan
tanaman dan hasil hutan non kayu secara berkelanjutan.
2. Peningkatan nilai tambah dan pemanfaatan hasil hutan kayu.
3. Peningkatan pemberdayaan masyarakat didalam dan sekitar
kawasan hutan.
4. Peningkatan pengamanan dan penataan kawasan hutan.
5. Pengawasan
peredaran
hasil
hutan
untuk
menjamin
kelangsungan distribusi legal.
1. Optimalisasi pemanfaatan hutan alam dan pengembangan hutan
tanaman dan hasil hutan non kayu secara berkelanjutan.
2. Peningkatan nilai tambah dan pemanfaatan hasil hutan kayu.
3. Peningkatan pemberdayaan masyarakat didalam dan sekitar
kawasan hutan.
4. Peningkatan pengamanan dan penataan kawasan hutan.
31 VII. ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM
1. Pengembangan UKM, usaha skala mikro, koperasi dan
kelembagaan dalam rangka memberikan kontribusi peningkatan
pendapatan pada PokMas berpenghasilan rendah dan
berwawasan gender.
2. Perluasan basis dankesempatan berusaha, wirausaha baru,
peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja.
1. Pengembangan UKM, usaha skala mikro, koperasi dan
kelembagaan dalam rangka memberikan kontribusi peningkatan
pendapatan pada PokMas berpenghasilan rendah dan
berwawasan gender.
VIII. ARAH KEBIJAKAN
Peningkatan Investasi, Perdagangan, Pariwisata serta Daya Saing Industri Manufaktur.
1. Menjamin kepastian usaha dan meningkatkan penegakkan hukum.
2. Reformasi kelembagaan investasi sebagai lembaga perencana dan pengembangan investasi, promosi investasi, pelayanan investasi dan pengawasan pelaksanaan investasi yang berdaya saing.
3. Optimalisasi penyederhanaan sistem dan prosedur perijinan melalui pelayanan satu pintu.
4. Mendorong pertumbuhan industri untuk penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.
1. Menjamin kepastian usaha dan meningkatkan penegakkan hukum.
2. Reformasi kelembagaan investasi sebagai lembaga perencana dan pengembangan investasi, promosi investasi, pelayanan investasi dan pengawasan pelaksanaan investasi yang berdaya saing.
3. Optimalisasi penyederhanaan sistem dan prosedur perijinan melalui pelayanan satu pintu.
33
6. Peningkatan nilai tambah industri berbasis sumber daya lokal.
7. Peningkatan efektifitas dan efisiensi distribusi barang dan jasa dengan pendekatan supply chain terutama kebutuhan pokok masyarakat dan komoditi strategis.
8. Pemberdayaan dan penigkatan penggunaan produksi dalam negeri.
9. Peningkatan daya saing produk ekspor non migas, pengendalian dan pengawasan impor.
10. Peningkatan pertumbuhan ekspor non migas berbasis SDA, teknologi dan produk unggulan daerah.
11. Peningkatan nilai tambah ekspor secara bertahap terutama dari dominasi bahan mentah ke dominasi barang setengah jadi dan barang jadi disertai upaya pengurangan ketergantungan bahan baku impor.
12. Peningkatan kedisiplinan pemakai UTTP dan produsen UTTP sesuai dengan UU Metrologi Legal serta mencegah penggunaan UTTP secara illegal.
6. Peningkatan nilai tambah industri berbasis sumber daya lokal.
7. Peningkatan efektifitas dan efisiensi distribusi barang dan jasa dengan
pendekatan supply chain terutama kebutuhan pokok masyarakat dan
komoditi strategis.
8. Pemberdayaan dan penigkatan penggunaan produksi dalam negeri.
9. Peningkatan daya saing produk ekspor non migas, pengendalian dan pengawasan impor.
10. Peningkatan pertumbuhan ekspor non migas berbasis SDA, teknologi dan produk unggulan daerah.
11. Peningkatan nilai tambah ekspor secara bertahap terutama dari dominasi bahan mentah ke dominasi barang setengah jadi dan barang jadi disertai upaya pengurangan ketergantungan bahan baku impor.
13. Peningkatan daya saing antar Destinasi Pariwisata yang mampu berperan secara aktif dalam mengantisipasi era global.
14. Peningkatan pelayanan dan perlindungan atas hak-hak wisatawan.
15. Penciptaan dan menggerakkan iklim investasi bidang pariwisata yang kondusif.
16. Peningkatan potensi obyek wisata unggulan, diversifikasi dan standardisasi produk pelayanan jasa pariwisata dan peningkatan SDM pariwisata dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan daya saing.
17. Pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku langsung dalam kegiatan usaha pariwisata.
18. Pengembangan pemasaran pariwisata terpadu dalam dan luar negeri agar tepat sasaran dan efisien.
13. Peningkatan daya saing antar Destinasi Pariwisata yang mampu berperan secara aktif dalam mengantisipasi era global.
14. Peningkatan pelayanan dan perlindungan atas hak-hak wisatawan.
15. Penciptaan dan menggerakkan iklim investasi bidang pariwisata yang kondusif.
16. Peningkatan potensi obyek wisata unggulan, diversifikasi dan standardisasi produk pelayanan jasa pariwisata dan peningkatan SDM pariwisata dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan daya saing.
17. Pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku langsung dalam kegiatan usaha pariwisata.
35
20. Pengembangan klaster industri dengan memperkuat pertnership antara industri inti, terkait, dan pendukung.
21. Pembangunan industri yang berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan dalam pengembangan industri sehingga menghasilkan produksi bersih dan mengembangkan industri berbahan baku lokal yang terbarukan.
22. Mendorong investasi industri baru dan revitalisasi industri untuk meningkatkan daya saing industri.
23. Mengintegrasikan pembangunan industri di utara dan selatan Jawa Timur.
24. Peningkatan implementasi kebijakan publik berupa penyederhanaan regulasi dalam pengembangan dan perluasan usaha industri manufaktur.
25. Penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur untuk pengembangan dunia usaha industri dan penguatan kelembagaan pada institusi yang mengelola industri menufaktur.
20. Pengembangan klaster industri dengan memperkuat pertnership antara industri inti, terkait, dan pendukung.
21. Pembangunan industri yang berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan dalam pengembangan industri sehingga menghasilkan produksi bersih dan mengembangkan industri berbahan baku lokal yang terbarukan.
22. Mendorong investasi industri baru dan revitalisasi industri untuk meningkatkan daya saing industri.
23. Mengintegrasikan pembangunan industri di utara dan selatan Jawa Timur.
24. Peningkatan implementasi kebijakan publik berupa penyederhanaan regulasi dalam pengembangan dan perluasan usaha industri manufaktur.
Agenda Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
Sub Agenda Revitalisasi Pertanian, Peternakan
dan Kehutanan
1. Program Ketahanan Pangan
a. Peningkatan produksi dan produktivitas Sapi Potong di Jawa Timur
bagian utara dan Madura, dan sapi perah di Jawa Timur bagian tengah.
b. Penyediaan bibit unggul melalui Inseminasi Buatan ( IB ) 1,3 Juta
Aseptor dan faktor penunjang yang didukung dengan penambahan sapi pejantan pada BIB Singosari.
c. Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular.
d. Peningkatan dan pengawasan produksi bahan asal hewan dan hasil
bahan asal hewan.
37
2. Program Pengembangan Agribisnis
a.
Fasilitasi terhadap dukungan Pasar Induk
Agribisnis.
b.
Peningkatan mutu penanganan pasca panen dan
pengolahan hasil peternakan.
c.
Peningkatan standar mutu produk peternakan /
kesehatan hewan.
d.
Peningkatan pemasaran produk hasil peternakan.
e.
Pengembangan kawasan sentra pembibitan ternak
di perdesaan.
f.
Optimalisasi UPT peternakan.
3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
a.
Revitaliasi sistem penyuluhan peternakan.
b.
Fasilitasi kemitraan petani ternak dengan
pengusaha.
c.
Pendidikan dan pelatihan sumber daya
39
ISU STRATEGIS 2010
ISU STRATEGIS 2010
1. Kondisi keuangan global masih belum stabil
percepatan realisasi investasi
memberikan
pelayanan cepat, tepat dan akurat kepada
investor, serta memberikan jaminan terhadap
kelangsungan berusaha;
2. Menumbuhkembangkan industri kreatif, untuk
meningkatkan nilai dan pangsa jual bagi
produk-produk lokal;
3. Menjaga ketersediaan dan distribusi sarana
produksi pertanian, terutama pupuk dan
pestisida dengan mengikutsertakan pemerintah
daerah, aparat keamanan serta aparat desa dan
koperasi dalam pelaksanaan distribusi pupuk;
4. Mengalokasikan anggaran pemerintah untuk
kegiatan padat karya produktif untuk
41
No. Kab/Kota JUMLAH
1 Pacitan 2.990.052.500
2 Ponorogo 2.094.520.000
3 Trenggalek 1.563.927.500
4 Tulungagung 1.256.423.750
5 Blitar 1.833.501.000
6 Kediri 1.022.527.000
7 Malang 1.017.045.000
8 Lumajang 839.857.500
9 Jember 2.912.815.000
10 Banyuwangi 1.154.472.500
11 Bondowoso 1.547.677.500
12 Situbondo 740.862.500
13 Probolinggo 2.046.987.000
14 Pasuruan 286.115.000
15 Sidoarjo 439.200.000
16 Mojokerto 864.420.000
17 Jombang 1.953.030.000
18 Nganjuk 854.610.000
ALOKASI DANA APBD PROVINSI JAWA TIMUR DI KAB/KOTA TAHUN 2009 LINGKUP PERTANIAN
No. Kab/Kota JUMLAH
19 Madiun 1.328.120.000
20 Magetan 479.925.000
21 Ngawi 847.370.000
22 Bojonegoro 1.526.200.000
23 Tuban 1.008.100.000
24 Lamongan 635.747.500
25 Gresik 1.473.420.000
26 Bangkalan 224.007.000
27 Sampang 957.875.000
28 Pamekasan 804.975.000
29 Sumenep 3.673.684.500
30 Kota Kediri 33.000.000
31 Kota Blitar 196.798.750
32 Kota Malang 13.000.000
33 Kota Probolinggo 15.169.600.000
34 Kota Pasuruan 500.000
43
ALOKASI DANA DINAS PERINDAG APBD PROVINSI JAWA TIMUR DI KAB/KOTA TAHUN 2009
NO KABUPATEN/KOTA ALOKASI DANA (Rp)
1 Kab. Pasuruan 136.400.000
2 Kab. Kediri 109.500.000
3 Kab. Malang 15.200.000
4 Kota Malang 291.500.000
5 Kota Pasuruan 15.200.000
6 Kab. Lamongan 15.200.000
7 Kab. Mojokerto 15.200.000
8 Kota Mojokerto 15.200.000
9 Kab. Tulungagung 15.200.000
10 Kab. Jombang 6.000.000
11 Kab. Gresik 6.000.000
12 Kota Blitar 135.200.000
13 Kab. Bojonegoro 141.100.000
14 Kab. Madiun 250.000.000
15 Kab. Bangkalan 36.802.500
16 Kab. Lumajang 41.925.000
17 Kab. Tuban 103.960.000
No. KAB/KOTA JUMLAH DANA (Rp.)
1 Lamongan 460.526.316 2 Pacitan 460.526.316 3 Tulungagung 10.526.316 4 Sampang 360.526.316 5 Nganjuk 460.526.316 6 Blitar 660.526.316 7 Bondowoso 410.526.316 8 Banyuwangi 610.526.316 9 Jember 260.526.316 10 Malang 460.526.316 11 Jombang 360.526.316 12 Magetan 210.526.316 13 Pasuruan 260.526.316 14 Madiun 260.526.316
45
No. KAB/KOTA JUMLAH DANA (Rp.)
19 Lumajang 10.526.316 20 Mojokerrto 10.526.316 21 Ngawi 10.526.316 22 Pamekasan 10.526.316 23 Ponorogo 10.526.316 24 Probolinggo 10.526.316 25 Sidoarjo 10.526.316 26 Situbondo 10.526.316 27 Sumenep 10.526.316 28 Trenggalek 10.526.316 29 Tuban 10.526.316 30 Kota Kediri 10.526.316 31 Kota Batu 60.526.316 32 Kota Blitar 10.526.316 33 Kota Madiun 10.526.316 34 Kota Malang 10.526.316 35 Kota Mojokerto 10.526.316 36 Kota Pasuruan 10.526.316 37 Kota Probolinggo 10.526.316 38 Kota Surabaya 10.526.316