• Tidak ada hasil yang ditemukan

paparan bidang ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "paparan bidang ekonomi"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

1 D:\Data_Kantor\Bhn_DPRD\R-APBD'09/Hearing_Kom^D 2009(dns)

D:\Data_Kantor\Bhn_DPRD\R-APBD'09/Hearing_Kom^D 2009(dns)

I

A T

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

28 Januari, 2009

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

28 Januari, 2009

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

RAPAT

KOORDINASI INTEGRASI SINKRONISASI DAN SINERGI

TAHUN 2009

LINGKUP BIDANG EKONOMI

RAPAT

KOORDINASI INTEGRASI SINKRONISASI DAN SINERGI

TAHUN 2009

(2)

ISU STRATEGIS

1. Krisis Keuangan Global  arus modal ke dalam negeri turun, likuiditas ketat  perkiraan pertumbuhan ekonomi 2009 lamban.

2. Penurunan BBM, belum signifikan diikuti penurunan harga komoditas ( khusus untuk transportasi  turun berkisar 4-6%).

3. Stok Pupuk?  perlu insentif gerakan pemanfatan pupuk organik untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk an organik.

4. Kondisi ketenagakerjaan perlu pehatian serius ( di industri tekstil sekitar 80 rb terancam PHK, sampai Desember 2008 sdh 30 rb PHK, sisa di 2009, industri alas kaki sudah PHK 30 rb sampai Desember 2008, diperkirakan 300 rb di 2009 pekerja di Industri CPO akan diberhentikan, diperkirakan 10% pekerja konstruksi akan menganggur, 300 rb TKI di Malaysia, 11 rb TKI di Korea Selatan akan terkena PHK. Perkiraan APINDO, 2009 akan terjadi PHK 1,5 juta orang. 5. 2008  SWASEMBADA BERAS ( tanpa impor) 24 tahun sejak 1984

(3)

3

No. Sektor 2006 2007

Kumulatif Sampai Triwulan III/2008 *)

Prediksi Triwulan IV/2008 **)

Prediksi Tahun 2008**)

1. Pertanian 3,99 3,13 2,42 1,55 2,24 2. Pertamb-Penggalian 8,58 10,44 9,45 9,13 9,36 3. Industri Pengolahan 3,05 4,64 4,59 3,15 4,23 4. Listrik-Gas-Air Bersih 4,07 11,81 4,42 5,06 4,59 5. Konstruksi 1,42 1,21 2,68 2,46 2,63 6. Perdag-Hotel-Rest. 9,62 8,39 8,92 8,29 8,75 7. Angkutan-Komunikasi 6,77 7,77 7,40 6,59 7,19 8. Keu-Persew- Js Perush 7,46 8,47 8,22 6,24 7,71 9. Jasa-jasa 5,27 5,88 6,02 6,32 6,10

P D R B 5,80 6,11 6,00 5,43 5,85

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Menurut

lapangan Usaha

Tahun 2006 - 2008 (%)

Keterangan :

(4)

EVALUASI KINERJA EKONOMI 2008

Akan Ditinjau kembali

berdasarkan perubahan asumsi makro dan eksternal policy

(5)

5

SEKTOR-SEKTOR DOMINAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2007

No. Kab/Kota

KINERJA EKONOMI

PERTUM-BUHAN EKONOMI

(%)

KONTRIBUSI SEKTOR UNGGULAN (%)

Perta-nian Industri PHR

Jasa-jasa

Pertam-bangan

dan Penggalia

n

1 Kab. Gresik 6,88 11,22 47,40 22,15  

-2 Kota Surabaya 6,74 - 31,35 38,25 6,96

-3 Kota Mojokerto 6,39 - 15,67 39,51 12,10

-4 Kota Batu 6,83 19,31 - 40,87 14,56

-5 Kab. Bojonegoro 13,01 30,45 - 22,14 14,79

-6 Kab. Sidoarjo 5,73 - 53,30 24,47 -

-7 Kota Blitar 6,26 - 12,44 33,87 20,22

-8 Kota Malang 6,10 - 35,71 35,11 12,22

-9 Kab. Nganjuk 6,09 28,67 - 41,98 10,59

-10 Kota Probolinggo 6,49 10,08 16,08 39,63 - -11 Kab. Tulungagung 6,16 16,06 17,84 29,76 -

-12 Kab. Pasuruan 6,35 24,52 32,67 20,52 -

-13 Kab. Jombang 6,09 30,52 12,60 35,13 -

-14 Kab. Mojokerto 5,44 20,37 34,89 24,74 -

-15 Kota Pasuruan 6,49 - 17,89 37,38 11,47

(6)

JAWA TIMUR 6,11 16,72 28,75 28,81 8,15 2,11%

17 Kota Madiun 6,25 - 25,41 20,32 14,58

-18 Kab. Lumajang 5,16 33,19 14,20 24,23 -

-19 Kab. Blitar 5,64 48,89 - 26,93 9,66

-20 Kab. Situbondo 5,40 32,77 9,31 33,89 -

-21 Kab. Jember 5,98 44,42 - 19,46 9,59

-22 Kab. Probolinggo 5,89 29,96 13,42 29,69 -

-23 Kab. Lamongan 5,94 38,76 - 32,40 13,18

-24 Kab. Banyuwangi 5,80 46,48 - 26,12 6,10

-25 Kab. Bondowoso 5,49 46,49 - 20,34 10,44

-26 Kab. Bangkalan 5,00 32,09 - 25,96 15,21

-27 Kab. Ponorogo 5,91 28,37 - 28,02 12,25

-28 Kab. Tuban 6,71 21,47 13,14 20,18 -

-29 Kab. Magetan 5,19 31,77 - 25,98 20,39

-30 Kab. Ngawi 5,16 36,06 - 29,52 13,86

-31 Kab. Madiun 5,01 32,12 - 28,10 15,22

-32 Kab. Trenggalek 5,38 35,05 - 18,27 20,64

-33 Kab. Sampang 4,21 50,43 10,99 17,74 -

(7)

-7

Nilai Tukar Petani (NTP) Jatim Okt-Nopember 2008

(2007=100)

(8)

PROYEKSI SEKTOR-SEKTOR

LAPANGAN USAHA

Sampai tahun 2010 masih didominasi sektor pertanian, industri pengolahan dan PHR

Sektor-sektor potensial pendukung pertumbuhan ekonomi Jawa Timur

- Sektor Primer : 1. Sektor Pertanian

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

- Sektor Sekunder : 3. Sektor Industri Pengolahan

(9)

9

NERACA

PERDAGANGAN

NON MIGAS 

JAWA TIMUR

NO TAHUN NILAI EKSPOR

(US $)

NILAI IMPOR (US $)

SURPLUS (US $)

1. 2002 5.695.960.242 3.548.379.743 2.147.580.499

2. 2003 5.484.316.939 3.787.644.403 1.696.672.536

3. 2004 6.194.475.821 4.846.622.652 1.347.853.169

4. 2005 7.114.109.736 5.217.624.963 1.896.484.773

5. 2006 9.019.505.200 5.499.199.124 3.520.306.076

6. 2007 11.502.661.132 7,264,258,700 4,238,402,432

7. 2008*) 5,695,741,028 5,701,980,824 - 6,239,796

(10)

PERKEMBANGAN PERSETUJUAN

PROYEK PMA / PMDN DI JAWA TIMUR TAHUN

2003 -2008

PERKEMBANGAN PERSETUJUAN

(11)

11

KINERJA INVESTASI JAWA TIMUR

TAHUN 2003 – 2008

M

ily

a

r

R

p

.

Ju

ta

(

U

S

$

)

Sumber : diolah dari Data BPM Propinsi Jawa Timur

(12)

KINERJA INVESTASI

PMDN

s/d Nopember 2008 diterbitkan Surat Persetujuan Investasi oleh BPKM : • Nilai Investasi  19,25 trilyun rupiah

• Perusahaan  27 buah

• Menyerap tenaga kerja lokal  19.154 orang

• Jenis usaha  Industri kimia, industri kertas, hotel dan

restoran, industri kayu dan transportasi.

PMA

s/d Juli 2008 diterbitkan Surat Persetujuan investasi oleh BKPM : • Nilai Investasi  2,5 milyar US Dollar

• Perusahaan  82 buah

• Menyerap tenaga kerja lokal  37.257 orang

• Jenis Usaha  Idustri Kimia, listrik dan air, industri makanan

(13)

13

INFLASI

Inflasi Jawa Timur pada tahun kalender (Januari-Desember

2008)9,66% jauh lebih rendah dibandingkan Nasional 11,06

%.

Kondisi ini jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun 2006 sebesar

6,76 % dan inflasi tahun 2007 sebesar 6,48 %

Pendorong utama inflasi di Jawa Timur di Tahun 2008 adalah

(14)

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 6,11 %

PDRB Pe r K ap ita J aw a T im ur Rp .

14 ,0 7 Ju ta P B PDR

er Ka pit a Ja wa T im ur Rp .

(15)

15

Perbandingan Absolut Antar Daerah

Perbandingan Absolut Antar Daerah

1. Kondisi Ideal (Kuadran I)  sektor-sektor ekonomi tumbuh

seiring dengan peningkatan PDRB per Kapita  Kabupaten

Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Mojokerto dan Kota Surabaya,

2. Kuadran II  tingkat pertumbuhan tinggi tetapi PDRB perkapita

nya lebih rendah dari rata-rata PDRB per Kapita provinsi

menyebar di Kabupaten/Kota  struktur perekonomian yang

tidak didominasi oleh sektor tertentu  hampir merata

pembangunannya di semua sektor  tinggal menunggu waktu

saja untuk terus berkembang dan bergeser ke arah yang ideal.

3. Kuadran III  Struktur ekonomi yang masih didominasi oleh

sektor-sektor primer  cenderung sangat sulit untuk beranjak

ke arah yang lebih baik  diperlukan terobosan arah

pembangunan yang signifikan untuk mengejar ketertinggalan

4. Kuadran IV  PDRB per Kapita yang tinggi tetapi tidak diiringi

dengan pertumbuhan ekonomi  terjadi di Kota Kediri 

adanya Industri Rokok berskala nasional yang mendorong

tingginya PDRB Per Kapita  tingginya nilai PDRB per Kapita

(16)

Elastisitas

Pertumbuhan Ekonomi

Terhadap

(17)

17

Jasa-Jasa Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan Pengangkutan dan

Komunikasi Perdagangan, Hotel

dan Restoran Konstruksi

Listrik, Gas dan Air Bersih Industri

Pengolahan Pertambangan dan

Penggalian Pertanian

Kabupaten/ Kota No

Jasa-Jasa Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan Pengangkutan dan

Komunikasi Perdagangan, Hotel

dan Restoran Konstruksi

Listrik, Gas dan Air Bersih Industri

Pengolahan Pertambangan dan

Penggalian Pertanian

(18)

Jasa-Jasa Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan Pengangkutan dan

Komunikasi Perdagangan, Hotel

dan Restoran Konstruksi

Listrik, Gas dan Air Bersih Industri

Pengolahan Pertambangan dan

Penggalian Pertanian

Kabupaten/ Kota

No Kabupaten/ Kota Pertanian Pertambangan danPenggalian Pengolahan Industri Listrik, Gas danAir Bersih Konstruksi Perdagangan, Hoteldan Restoran Pengangkutan danKomunikasi Keuangan, Persewaandan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa No

Jasa-Jasa Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan Pengangkutan dan

Komunikasi Perdagangan, Hotel

dan Restoran Konstruksi

Listrik, Gas dan Air Bersih Industri

Pengolahan Pertambangan dan

Penggalian Pertanian

Kabupaten/ Kota

No Kabupaten/ Kota Pertanian Pertambangan danPenggalian Pengolahan Industri Listrik, Gas danAir Bersih Konstruksi Perdagangan, Hoteldan Restoran Pengangkutan danKomunikasi Keuangan, Persewaandan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa No

JAWA TIMUR 1.20 0.38 1.48 0.36 2.66 1.31 0.35 0.16 0.60

(19)

19

PERMASALAHAN

PERMASALAHAN

1. Dinamika dan perkembangan perekonomian

global saat ini berkembang sangat cepat

proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia MELAMBAT

cukup signifikan

ada

slow down

dari

global

economy

Investasi mengalami gangguan.

2. Memburuknya perekonomian dunia

KRISIS

KEUANGAN GLOBAL.

sektor RIIL terimbas

percepat implementasi kebijakan memperkuat

sektor riil dengan berbagai insentif untuk sektor

mikro.

3.

TERBATASNYA

kapasitas UKM untuk mengakses

permodalan dan pasar

RENDAHNYA

daya saing

dan lemahnya kompetensi kewirausahaan.

(20)

20

Lanjutan ....

Lanjutan ....

5. Sektor Industri, perdagangan dan keuangan

mengalami goncangan yang cukup kuat,

sedagkan sektor konstruksi masih mengandalkan

kemampuan dalam negeri;

6. Industri berskala kecil dan menengah yang

berhubungan langsung dengan hajat hidup orang

banyak masih mengalami pertumbuhan, untuk

industri yang pangsa pasarnya di luar negeri

mengalami stagnasi;

7. Sektor Primer, seperti pertanian dan

pertambangan masih tetap berkembang normal

(tidak ekspansional).

8. Perdagangan luar negeri (ekspor-impor)

(21)

21

ARAH KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN EKONOMI JAWA

TIMUR TAHUN 2009

ARAH KEBIJAKAN

(22)

Arah kebijakan ekonomi Jawa Timur :

1. Menciptakan Regulasi yang menjamin kepastian usaha dan

penegakkan hukum;

2. Meningkatkan efisiensi usaha dan daya saing Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) dengan memantapkan penerapan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas dan responsibilitas;

3. Meningkatkan pertumbuhan ekspor non migas berbasis sumber

daya lokal melalui pengembangan teknologi untuk meningkatkan daya saing produk unggulan daerah;

4. Meningkatkan daya saing industri pengolahan melalui penguatan

keterkaitan kedepan (forward) dan kebelakang (backward);

5. Mengembangkan Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(23)

23

6.

Pengembangan potensi pariwisata melalui peningkatan

jaringan informasi wisata (nasional dan internasional),

peningkatan mutu obyek dan usaha jasa pariwisata

yang

memenuhi

Standart

Kompetensi

Nasional

Indonesia (SKNI) dalam rangka meningkatkan daya

saing regional maupun global;

7.

Penguatan

pembangunan

perdesaan

melalui

penumbuhan

dan

penguatan

kelembagaan

di

perdesaan, revitalisasi sistem penyuluhan dan fasilitasi

kemitraan;

8.

Perkuatan kualitas perkembangan ekonomi yang

didukung

oleh

pembangunan

infrastruktur

dan

pengembangan agrobisnis melalui sistem

cooperative

farming dan good agriculture practice;

9.

Pengembangan kawasan agropolitan sebagai pusat

(24)

11.

Peningkatan ketahanan pangan melalui

peningkatan produksi dan produktivitas

pertanian dengan meningkatkan penyediaan

benih unggul dan faktor penunjangnya;

12.

Pengembangan diversifikasi pola konsumsi

pangan berbasis pangan lokal, beragam,

bergizi dan berimbang;

(25)

25 I. ARAH KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN PERTANIAN

1. Peningkatan dan pengembangan kualitas SDM Pertanian dan

fungsi kelembagaan pertanian.

2. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil pertanian

berdasar prinsip

Hazart Analysis Critical Control POINT

(HACCP).

3. Peningkatan

kualitas

bibit/benih,

kapasitas

produksi,

pengembangan komoditi pertanian bernilai tinggi.

4. Pengembangan sentra produksi pertanian dan standardisasi

mutu hasil dalam rangka pemenuhan kebutuhan industri secara

berkelanjutan.

5. Penciptaan mekanisme pasar yang dapat menumbuhkan minat

investasi di bidang pertanian.

1. Peningkatan dan pengembangan kualitas SDM Pertanian dan

fungsi kelembagaan pertanian.

2. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil pertanian

berdasar prinsip

Hazart Analysis Critical Control POINT

(HACCP).

3. Peningkatan

kualitas

bibit/benih,

kapasitas

produksi,

pengembangan komoditi pertanian bernilai tinggi.

4. Pengembangan sentra produksi pertanian dan standardisasi

mutu hasil dalam rangka pemenuhan kebutuhan industri secara

berkelanjutan.

(26)

II. ARAH KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN PETERNAKAN

1. Peningkatan kemampuan SDM peternak dan penguatan lembaga pendukungnya diarahkan untuk revitalisasi penyuluhan dan pendampingan peternak.

2. Pemberdayaan dan penguatan lembaga peternakan dan perdesaan untuk meningkatkan akses peternak terhadap sarana produksi.

3. Membangun delivery sistem dukungan pemerintah untuk sub sektor peternakan.

4. Peningkatan skala usaha yang dapat meningkatkan posisi tawar peternak.

1. Peningkatan kemampuan SDM peternak dan penguatan lembaga pendukungnya diarahkan untuk revitalisasi penyuluhan dan pendampingan peternak.

2. Pemberdayaan dan penguatan lembaga peternakan dan perdesaan untuk meningkatkan akses peternak terhadap sarana produksi.

3. Membangun delivery sistem dukungan pemerintah untuk sub sektor peternakan.

(27)

27 III. ARAH KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN

1. Peningkatan produksi gula melalui penyediaan bibit tebu unggul, bongkar ratoon dan penanganan pasca panen serta fasilitasi pembangunan pabrik gula mini.

2. Peningkatan kualitas tembakau sesuai standard industri melalui peningkatan kualitas bibit, perbaikan sistem budidaya dan pengelolaan pasca penen.

3. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil perkebunan berdasarkan prinsip HACCP dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk.

4. Pengembangan Produk Bio Fuel sebagai sumber energi alternatif terbarukan.

5. Peningkatan kemampuan petani perkebunan serta penguatan kelembagaan pendukungnya.

1. Peningkatan produksi gula melalui penyediaan bibit tebu unggul, bongkar ratoon dan penanganan pasca panen serta fasilitasi pembangunan pabrik gula mini.

2. Peningkatan kualitas tembakau sesuai standard industri melalui peningkatan kualitas bibit, perbaikan sistem budidaya dan pengelolaan pasca penen.

3. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil perkebunan berdasarkan prinsip HACCP dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk.

4. Pengembangan Produk Bio Fuel sebagai sumber energi alternatif terbarukan.

(28)

IV. ARAH KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

1. Pengendalian dan pengawasan perikanan tangkap terutama pada perairan yang telah Over Fishing.

2. Peningkatan produksi perikanan budidaya intensifikasi, diversifikasi, dan ekstensifikasi usaha perikanan.

3. Penerapan sistem jaminan mutu produk hasil perikanan yang berprinsip pada HACCP dan TRACEABILITY.

4. Pelaksanaan program rantai dingin GAP dan GHP.

5. Revitalisasi tri tunggal perikanan (Dinas Perikanan, HNSI, dan PUSKUD Mina).

6. Revitalisasi pelaksanaan pelelangan ikan di Jawa Timur.

1. Pengendalian dan pengawasan perikanan tangkap terutama pada perairan yang telah Over Fishing.

2. Peningkatan produksi perikanan budidaya intensifikasi, diversifikasi, dan ekstensifikasi usaha perikanan.

3. Penerapan sistem jaminan mutu produk hasil perikanan yang berprinsip pada HACCP dan TRACEABILITY.

4. Pelaksanaan program rantai dingin GAP dan GHP.

5. Revitalisasi tri tunggal perikanan (Dinas Perikanan, HNSI, dan PUSKUD Mina).

(29)

29 V. ARAH KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN

1. Memantapkan ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga, daerah dan wilayah melalui pengembangan cadangan pangan masyarakat dan pemerintah.

2. Mewujudkan aksesibilitas pangan di masyarakat melalui pengembangan distribusi pangan lintas waktu dan lintas wilayah.

3. Meningkatkan konsumsi pangan melalui penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya dan budaya lokal yang beragam, bermutu, aman, halal dan bergizi untuk mengantisipasi kerawanan pangan di daerah dan wilayah.

4. Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat/petani untuk membangun ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal, melalui pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan terdesentralisasi.

5. Memantapkan kelembagaan ketahanan pangan, revitalisasi system penyuluhan ketahanan pangan, fasilitasi kemitraan dan pengembangan usaha kecil di perdesaan dalam rangka penanganan kemiskinan.

1. Memantapkan ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga, daerah dan wilayah melalui pengembangan cadangan pangan masyarakat dan pemerintah.

2. Mewujudkan aksesibilitas pangan di masyarakat melalui pengembangan distribusi pangan lintas waktu dan lintas wilayah.

3. Meningkatkan konsumsi pangan melalui penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya dan budaya lokal yang beragam, bermutu, aman, halal dan bergizi untuk mengantisipasi kerawanan pangan di daerah dan wilayah.

4. Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat/petani untuk membangun ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal, melalui pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan terdesentralisasi.

(30)

VI. ARAH KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN KEHUTANAN

1. Optimalisasi pemanfaatan hutan alam dan pengembangan hutan

tanaman dan hasil hutan non kayu secara berkelanjutan.

2. Peningkatan nilai tambah dan pemanfaatan hasil hutan kayu.

3. Peningkatan pemberdayaan masyarakat didalam dan sekitar

kawasan hutan.

4. Peningkatan pengamanan dan penataan kawasan hutan.

5. Pengawasan

peredaran

hasil

hutan

untuk

menjamin

kelangsungan distribusi legal.

1. Optimalisasi pemanfaatan hutan alam dan pengembangan hutan

tanaman dan hasil hutan non kayu secara berkelanjutan.

2. Peningkatan nilai tambah dan pemanfaatan hasil hutan kayu.

3. Peningkatan pemberdayaan masyarakat didalam dan sekitar

kawasan hutan.

4. Peningkatan pengamanan dan penataan kawasan hutan.

(31)

31 VII. ARAH KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM

1. Pengembangan UKM, usaha skala mikro, koperasi dan

kelembagaan dalam rangka memberikan kontribusi peningkatan

pendapatan pada PokMas berpenghasilan rendah dan

berwawasan gender.

2. Perluasan basis dankesempatan berusaha, wirausaha baru,

peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja.

1. Pengembangan UKM, usaha skala mikro, koperasi dan

kelembagaan dalam rangka memberikan kontribusi peningkatan

pendapatan pada PokMas berpenghasilan rendah dan

berwawasan gender.

(32)

VIII. ARAH KEBIJAKAN

Peningkatan Investasi, Perdagangan, Pariwisata serta Daya Saing Industri Manufaktur.

1. Menjamin kepastian usaha dan meningkatkan penegakkan hukum.

2. Reformasi kelembagaan investasi sebagai lembaga perencana dan pengembangan investasi, promosi investasi, pelayanan investasi dan pengawasan pelaksanaan investasi yang berdaya saing.

3. Optimalisasi penyederhanaan sistem dan prosedur perijinan melalui pelayanan satu pintu.

4. Mendorong pertumbuhan industri untuk penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.

1. Menjamin kepastian usaha dan meningkatkan penegakkan hukum.

2. Reformasi kelembagaan investasi sebagai lembaga perencana dan pengembangan investasi, promosi investasi, pelayanan investasi dan pengawasan pelaksanaan investasi yang berdaya saing.

3. Optimalisasi penyederhanaan sistem dan prosedur perijinan melalui pelayanan satu pintu.

(33)

33

6. Peningkatan nilai tambah industri berbasis sumber daya lokal.

7. Peningkatan efektifitas dan efisiensi distribusi barang dan jasa dengan pendekatan supply chain terutama kebutuhan pokok masyarakat dan komoditi strategis.

8. Pemberdayaan dan penigkatan penggunaan produksi dalam negeri.

9. Peningkatan daya saing produk ekspor non migas, pengendalian dan pengawasan impor.

10. Peningkatan pertumbuhan ekspor non migas berbasis SDA, teknologi dan produk unggulan daerah.

11. Peningkatan nilai tambah ekspor secara bertahap terutama dari dominasi bahan mentah ke dominasi barang setengah jadi dan barang jadi disertai upaya pengurangan ketergantungan bahan baku impor.

12. Peningkatan kedisiplinan pemakai UTTP dan produsen UTTP sesuai dengan UU Metrologi Legal serta mencegah penggunaan UTTP secara illegal.

6. Peningkatan nilai tambah industri berbasis sumber daya lokal.

7. Peningkatan efektifitas dan efisiensi distribusi barang dan jasa dengan

pendekatan supply chain terutama kebutuhan pokok masyarakat dan

komoditi strategis.

8. Pemberdayaan dan penigkatan penggunaan produksi dalam negeri.

9. Peningkatan daya saing produk ekspor non migas, pengendalian dan pengawasan impor.

10. Peningkatan pertumbuhan ekspor non migas berbasis SDA, teknologi dan produk unggulan daerah.

11. Peningkatan nilai tambah ekspor secara bertahap terutama dari dominasi bahan mentah ke dominasi barang setengah jadi dan barang jadi disertai upaya pengurangan ketergantungan bahan baku impor.

(34)

13. Peningkatan daya saing antar Destinasi Pariwisata yang mampu berperan secara aktif dalam mengantisipasi era global.

14. Peningkatan pelayanan dan perlindungan atas hak-hak wisatawan.

15. Penciptaan dan menggerakkan iklim investasi bidang pariwisata yang kondusif.

16. Peningkatan potensi obyek wisata unggulan, diversifikasi dan standardisasi produk pelayanan jasa pariwisata dan peningkatan SDM pariwisata dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan daya saing.

17. Pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku langsung dalam kegiatan usaha pariwisata.

18. Pengembangan pemasaran pariwisata terpadu dalam dan luar negeri agar tepat sasaran dan efisien.

13. Peningkatan daya saing antar Destinasi Pariwisata yang mampu berperan secara aktif dalam mengantisipasi era global.

14. Peningkatan pelayanan dan perlindungan atas hak-hak wisatawan.

15. Penciptaan dan menggerakkan iklim investasi bidang pariwisata yang kondusif.

16. Peningkatan potensi obyek wisata unggulan, diversifikasi dan standardisasi produk pelayanan jasa pariwisata dan peningkatan SDM pariwisata dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan daya saing.

17. Pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku langsung dalam kegiatan usaha pariwisata.

(35)

35

20. Pengembangan klaster industri dengan memperkuat pertnership antara industri inti, terkait, dan pendukung.

21. Pembangunan industri yang berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan dalam pengembangan industri sehingga menghasilkan produksi bersih dan mengembangkan industri berbahan baku lokal yang terbarukan.

22. Mendorong investasi industri baru dan revitalisasi industri untuk meningkatkan daya saing industri.

23. Mengintegrasikan pembangunan industri di utara dan selatan Jawa Timur.

24. Peningkatan implementasi kebijakan publik berupa penyederhanaan regulasi dalam pengembangan dan perluasan usaha industri manufaktur.

25. Penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur untuk pengembangan dunia usaha industri dan penguatan kelembagaan pada institusi yang mengelola industri menufaktur.

20. Pengembangan klaster industri dengan memperkuat pertnership antara industri inti, terkait, dan pendukung.

21. Pembangunan industri yang berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan dalam pengembangan industri sehingga menghasilkan produksi bersih dan mengembangkan industri berbahan baku lokal yang terbarukan.

22. Mendorong investasi industri baru dan revitalisasi industri untuk meningkatkan daya saing industri.

23. Mengintegrasikan pembangunan industri di utara dan selatan Jawa Timur.

24. Peningkatan implementasi kebijakan publik berupa penyederhanaan regulasi dalam pengembangan dan perluasan usaha industri manufaktur.

(36)

Agenda Percepatan Pertumbuhan Ekonomi

Sub Agenda Revitalisasi Pertanian, Peternakan

dan Kehutanan

1. Program Ketahanan Pangan

a. Peningkatan produksi dan produktivitas Sapi Potong di Jawa Timur

bagian utara dan Madura, dan sapi perah di Jawa Timur bagian tengah.

b. Penyediaan bibit unggul melalui Inseminasi Buatan ( IB ) 1,3 Juta

Aseptor dan faktor penunjang yang didukung dengan penambahan sapi pejantan pada BIB Singosari.

c. Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular.

d. Peningkatan dan pengawasan produksi bahan asal hewan dan hasil

bahan asal hewan.

(37)

37

2. Program Pengembangan Agribisnis

a.

Fasilitasi terhadap dukungan Pasar Induk

Agribisnis.

b.

Peningkatan mutu penanganan pasca panen dan

pengolahan hasil peternakan.

c.

Peningkatan standar mutu produk peternakan /

kesehatan hewan.

d.

Peningkatan pemasaran produk hasil peternakan.

e.

Pengembangan kawasan sentra pembibitan ternak

di perdesaan.

f.

Optimalisasi UPT peternakan.

(38)

3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

a.

Revitaliasi sistem penyuluhan peternakan.

b.

Fasilitasi kemitraan petani ternak dengan

pengusaha.

c.

Pendidikan dan pelatihan sumber daya

(39)

39

ISU STRATEGIS 2010

ISU STRATEGIS 2010

1. Kondisi keuangan global masih belum stabil

percepatan realisasi investasi

memberikan

pelayanan cepat, tepat dan akurat kepada

investor, serta memberikan jaminan terhadap

kelangsungan berusaha;

2. Menumbuhkembangkan industri kreatif, untuk

meningkatkan nilai dan pangsa jual bagi

produk-produk lokal;

3. Menjaga ketersediaan dan distribusi sarana

produksi pertanian, terutama pupuk dan

pestisida dengan mengikutsertakan pemerintah

daerah, aparat keamanan serta aparat desa dan

koperasi dalam pelaksanaan distribusi pupuk;

4. Mengalokasikan anggaran pemerintah untuk

kegiatan padat karya produktif untuk

(40)
(41)

41

No. Kab/Kota JUMLAH

1 Pacitan 2.990.052.500

2 Ponorogo 2.094.520.000

3 Trenggalek 1.563.927.500

4 Tulungagung 1.256.423.750

5 Blitar 1.833.501.000

6 Kediri 1.022.527.000

7 Malang 1.017.045.000

8 Lumajang 839.857.500

9 Jember 2.912.815.000

10 Banyuwangi 1.154.472.500

11 Bondowoso 1.547.677.500

12 Situbondo 740.862.500

13 Probolinggo 2.046.987.000

14 Pasuruan 286.115.000

15 Sidoarjo 439.200.000

16 Mojokerto 864.420.000

17 Jombang 1.953.030.000

18 Nganjuk 854.610.000

ALOKASI DANA APBD PROVINSI JAWA TIMUR DI KAB/KOTA TAHUN 2009 LINGKUP PERTANIAN

(42)

No. Kab/Kota JUMLAH

19 Madiun 1.328.120.000

20 Magetan 479.925.000

21 Ngawi 847.370.000

22 Bojonegoro 1.526.200.000

23 Tuban 1.008.100.000

24 Lamongan 635.747.500

25 Gresik 1.473.420.000

26 Bangkalan 224.007.000

27 Sampang 957.875.000

28 Pamekasan 804.975.000

29 Sumenep 3.673.684.500

30 Kota Kediri 33.000.000

31 Kota Blitar 196.798.750

32 Kota Malang 13.000.000

33 Kota Probolinggo 15.169.600.000

34 Kota Pasuruan 500.000

(43)

43

ALOKASI DANA DINAS PERINDAG APBD PROVINSI JAWA TIMUR DI KAB/KOTA TAHUN 2009

NO KABUPATEN/KOTA ALOKASI DANA (Rp)

1 Kab. Pasuruan 136.400.000

2 Kab. Kediri 109.500.000

3 Kab. Malang 15.200.000

4 Kota Malang 291.500.000

5 Kota Pasuruan 15.200.000

6 Kab. Lamongan 15.200.000

7 Kab. Mojokerto 15.200.000

8 Kota Mojokerto 15.200.000

9 Kab. Tulungagung 15.200.000

10 Kab. Jombang 6.000.000

11 Kab. Gresik 6.000.000

12 Kota Blitar 135.200.000

13 Kab. Bojonegoro 141.100.000

14 Kab. Madiun 250.000.000

15 Kab. Bangkalan 36.802.500

16 Kab. Lumajang 41.925.000

17 Kab. Tuban 103.960.000

(44)

No. KAB/KOTA JUMLAH DANA (Rp.)

1 Lamongan 460.526.316 2 Pacitan 460.526.316 3 Tulungagung 10.526.316 4 Sampang 360.526.316 5 Nganjuk 460.526.316 6 Blitar 660.526.316 7 Bondowoso 410.526.316 8 Banyuwangi 610.526.316 9 Jember 260.526.316 10 Malang 460.526.316 11 Jombang 360.526.316 12 Magetan 210.526.316 13 Pasuruan 260.526.316 14 Madiun 260.526.316

(45)

45

No. KAB/KOTA JUMLAH DANA (Rp.)

19 Lumajang 10.526.316 20 Mojokerrto 10.526.316 21 Ngawi 10.526.316 22 Pamekasan 10.526.316 23 Ponorogo 10.526.316 24 Probolinggo 10.526.316 25 Sidoarjo 10.526.316 26 Situbondo 10.526.316 27 Sumenep 10.526.316 28 Trenggalek 10.526.316 29 Tuban 10.526.316 30 Kota Kediri 10.526.316 31 Kota Batu 60.526.316 32 Kota Blitar 10.526.316 33 Kota Madiun 10.526.316 34 Kota Malang 10.526.316 35 Kota Mojokerto 10.526.316 36 Kota Pasuruan 10.526.316 37 Kota Probolinggo 10.526.316 38 Kota Surabaya 10.526.316

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuanuntuk; 1) mengetahui kondisi usahatani padi sawah dan usahatani kedelai; 2) biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani padi sawah dan usahatani

Penyakit hewan yang terdata dari tahun 2012 s.d 2014 di Puskeswan Rambatan adalah Avian Influenza dan Rabies dengan diagnosa terbanyak positif SKB (Tabel 32).. Penyakit Jenis

3 Tahun 1976, sebagai akibat hukum dari pelaksanaan amandemen UUD Tahun 1945, khususnya tentang aturan kewarganegaraan, telah merubah paradigm hukum yang tadinya

Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang pada Dinas yang pengangkatannya sesuai dengan

Setelah data primer atau data utama pada riset dilakukan, sebagai sarana pendukungnya adalah data bersifat sekunder atau yang kedua, maksudnya adalah bahwa selain data utama,

Katarak congenital oleh karena infeksi cytomegalovirus merupakan masalah yang harus ditangani secara menyeluruh, baik aspek klinis berupa gejala pada penderita, maupun aspek

Hasil penelitian pada tahun ke-1 telah disajikan pada Konferensi Nasional Teknik Sipil ke-8 dengan judul naskah PERILAKU BEBAN – DEFORMASI PELAT FLEKSIBEL