• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Dampak Program Desa Mandiri Pangan Terhadap Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus: Kel.Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan, Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Dampak Program Desa Mandiri Pangan Terhadap Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus: Kel.Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan, Kota Medan)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mewujudkan harapan pada persoalan kemiskinan dan ketahanan pangan nasional dapat dimulai dari pemenuhan pangan dipedesaan sebagai basis kegiatan pertanian nasional. Oleh karenanya, desa dapat menjadi awal dari masuknya berbagai program terkait dengan pendukungan akan terwujudnya ketahanan pangan pada level rumah tangga, yang secara agregat akan mewujudkan ketahanan pangan di tingkat Kab/Kota, Provinsi, dan akhirnya Nasional.

Dewasa ini program peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin kerap digalakkan mulai dari program beras bersubsidi (raskin) atau pemberian dana PKH (Program Keluarga Harapan), Program Desa Mandiri Pangan (Demapan) dan program yang lainnya. Pembangunan ketahanan pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil dan merata berdasarkan kemandirian, dan tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat.

(2)

multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi, sosial, dan politik. Kemiskinan adalah kurangnya kemampuan untuk mengakumulasi asset-aset produktif, organisasi social, dan politik, informasi, pendidikan, dan teknologi (Wahyuni, 2000).

Dari data persentase penduduk miskin Indonesia menurut daerah tahun 2001-2007, penduduk miskin lebih besar terdapat di perdesaan dibanding dengan perkotaan. Sesuai dengan kesempatan kerja terbesar terjadi pada sektor pertanian sehingga terlihat sinkronisasi antara kesempatan kerja terbanyak dengan penduduk miskin, artinya penduduk miskin banyak yang bekerja di sektor pertanian khususnya di Desa. Hasil perhitungan jumlah penduduk miskin di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Tabel 1 menunjukkan jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun baik di kota maupun di desa terus berfluktuatif. Pada periode yang sama tahun 2001-2007 dapat terlihat bahwa jumlah penduduk miskin lebih banyak di daerah perdesaan dari pada di perkotaan.

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Daerah Tahun 2001-2007

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (juta) Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

(3)

pertanian. Hal ini selaras dengan pernyataan Menteri Pertanian pada suatu kesempatan bahwa 70 persen masyarakat miskin Indonesia adalah petani, terutama buruh tani yang jumlahnya sangat besar dan memang rawan terhadap kemiskinan (Deptan, 2008).

Adapun studi ini menitikberatkan pada peran pemerintah dalam pengentasan kemiskinan dengan program-program penguatan kapasitas manusia seperti perhatian pada sector pendidikan dan kesehatan, pembukaan akses pelayanan bagi masyarakat terhadap pasar, sumber keuangan, jaringan sosial dan sumberdaya dengan peningkatan pelayanan umum serta pembukaan keterisoliran dan keterkaitan ekonomi dan sosial dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan, listrik, Koran dan jaringan telpon serta terbukanya dan majunya struktur lembaga sosial.

Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan dua hal yang sangat berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, karena pengertian umum dari kemiskinan yaitu ketidakmampuan untuk mengakses kebutuhan dasar yaitu salah satunya adalaha pangan. Terganggunya akses pangan tentu ketidakmampuan suatu individu/kelompok untuk memenuhi ketahanan pangan. Disinilah peran pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan yang secara tidaklangsung juga akan meningkatkan kekuatan untuk ketahanan pangan masyarakat.

(4)

dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat miskin dan rawan pangan di perdesaan. Strategi yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat miskin dilakukan melalui jalur ganda/twin track strategy, yaitu: (1) membangun ekonomi berbasis pertanian dan perdesaan untuk menyediakan lapangan kerja dan pendapatan; dan (2) memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin di daerah rawan pangan melalui pemberdayaan dan pemberian bantuan langsung.

Sejak tahun 2006, Badan Ketahanan Pangan melaksanakan kedua strategi tersebut melalui Kegiatan Desa Mandiri Pangan (Demapan). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat desa dalam pengembangan usaha produktif berbasis sumber daya lokal, peningkatan ketersediaan pangan, peningkatan daya beli dan akses pangan rumah tangga, sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi rumah tangga, yang akhirnya berdampak terhadap penurunan kerawanan pangan dan gizi masyarakat miskin di perdesaan, sejalan dengan salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs), yaitu untuk mengurangi angka kemiskinan dan kelaparan di dunia

sampai setengahnya di tahun 2015 (BKP, 2012).

(5)

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan 2008 yang disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara setiap tahunnya cenderung menurun. Melihat tahun 2008 sampai dengan 2009 dimana pada tahun ini program Demapan telah berjalan kondisi jumlah kemiskinan Sumatera Utara juga menurun, hal ini mengindikasikan program yang diberikan pemerintah sangat berpengaruh signifikan. Pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin Sumatera Utara sebanyak 1.499.700 orang atau sebesar 11,51 persen. Kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.613.800 orang. Dengan demikian, ada penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 114.100 orang atau sebesar 1,04 persen.

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Tahun 1999 – Maret 2009

Tahun Jumlah (Ribu Jiwa) Persentase

Februari 1999 1 972,7 16,74

(6)

seperti PNPM Mandiri, Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan Desa Mandiri Pangan (Demapan). Dari program pemerintah tersebut diharapkan masyarakat dapat terbantu dalam masalah yang dihadapi.

Melalui program aksi Demapan, diharapkan masyarakat desa mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif dari hari ke hari secara berkelanjutan yang diwujudkan secara nyata dalam peningkatan pendapatannya yang. Akan tetapi, dengan begitu banyaknya berbagai macam program yang terkait dengan peningkatan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat di pedesaan, masih perlu suatu kajian untuk melihat efektifitas program-program yang dimaksud khususnya kajian yang lebih nyata contohnya dalam hal pendapatan masyarakat.

Kegiatan difokuskan di daerah sasaran keluarga miskin di suatu desa/kelurahan dimana tingkat keluarga miskin di desa tersebut >30%. Kegiatan Demapan dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: persiapan, penumbuhan, pengembangan, dan kemandirian. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat miskin, penguatan kelembagaan masyarakat dan pemerintah desa, pengembangan sistem ketahanan pangan, dan peningkatan koordinasi lintas 2 subsektor dan sektor untuk mendukung pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana perdesaan (BKP, 2012).

(7)

desa mandiri. Namun dibalik hal tersebut sangat penting untuk diketahui seberapa besar efektifitas program tersebut terhadap masyarakat yang mengikuti program-program yang diberikan pemerintah. Dan hal tersebut merupakan alasan mengapa penulis tertarik untuk meneliti dampak program Demapan terhadap pendapatan masyarakat di Kelurahan Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme penentuan penerima program Demapan di daerah penelitian?

2. Bagaimana perkembangan program Demapan di daerah penelitian?

3. Bagaimana dampak program Demapan terhadap tingkat pendapatan masyarakat di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui mekanisme penentuan penerimaan program Demapan di daerah penelitian.

2. Mengetahui perkembangan program Demapan di daerah penelitian.

(8)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam upaya menentukan program kedepan yang lebih tepat.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan substansi penelitian ini.

Gambar

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Daerah Tahun 2001-2007
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Tahun 1999 – Maret 2009

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga, Pengalaman Auditor, semakin lama seorang auditor bertugas, semakin banyak tugas-tugas pemeriksaan laporan keuangan yang pernah dilakukan dan semakin banyak

Istilah Public Relations di Indonesia dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi atau perusahaan atau lembaga, khususnya oleh suatu

Dengan demikian saat ini Unila terdiri dari tujuh fakultas, yaitu Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Matematika dan Ilmu

Hasil penelitian pada tahun ke-1 telah disajikan pada Konferensi Nasional Teknik Sipil ke-8 dengan judul naskah PERILAKU BEBAN – DEFORMASI PELAT FLEKSIBEL

Penggunaan bahan tambahan pangan tidak boleh sembarangan hanya dibenarkan untuk tujuan tertentu saja, misalnya untuk mempertahankan gizi makanan. Pengguanan bahan

Sayuran merupakan sumber pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat setiap hari karena kandungan protein, vitamin, mineral dan serat yang dimiliki sayuran berguna