• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Program Desa Mandiri Pangan Terhadap Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus: Kel.Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan, Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Program Desa Mandiri Pangan Terhadap Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus: Kel.Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan, Kota Medan)"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN

TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN MASYARAKAT

(Studi Kasus : Kelurahan Ladang Bambu, Kecamatan

Medan Tuntungan)

SKRIPSI

Oleh:

KHAIRU UMASA SIREGAR

080304054

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

DAMPAK PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN

TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN MASYARAKAT

(Studi Kasus : Kelurahan Ladang Bambu, Kecamatan

Medan Tuntungan)

SKRIPSI

Oleh:

KHAIRU UMASA SIREGAR

080304054

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

( Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec ) (

NIP. 1963 04021 9970 31 001 NIP. 1972 11181 9980 22 001 Emalisa, SP, M.Si )

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

KHAIRU UMASA SIREGAR : Dampak Program Desa Mandiri Pangan Terhadap Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus: Kel. Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan, Kota Medan), dibimbing oleh Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. dan Emalisa, SP, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk, (1) Mengetahui mekanisme penentuan penerimaan program Demapan di Kelurahan Ladang Bambu. (2) Mengetahui perkembangan program Demapan di Kelurahan Ladang Bambu. (3) Mengetahui dampak program Demapan pada tingkat pendapatan masyarakat di Kelurahan Ladang Bambu.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis uji T berpasangan (Paired T-Test) untuk mengidentifikasi dampak program Desa Mandiri Pangan (Demapan) terhadap pendapatan masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program Desa Mandiri Pangan (Demapan) berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.

(4)

RIWAYAT HIDUP

KHAIRU UMASA SIREGAR lahir di Perbaungan pada tanggal 17 Juni 1990.

Anak pertama dari 4 bersaudara dari Bapak Syahrial Effendi Siregar dan Ibu

Murita.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah tahun 1995-1996 TK Ade Irma

Suryani Kebun Adolina PTPN IV, tahun 1996-2002 SD Inpres Kebun Mayang

PTPN IV, tahun 2002-2005 SMP SWASTA TENERA Langkat, tahun 2005-2008

SMA Negeri 5 Medan, dan pada tahun 2008 diterima sebagai mahasiswa di

program studi Agribisnis, Unuversitas Sumatera Utara melalui jalur Mitra

Mandiri. Pada masa pendidikan penulis aktif dalam berbagai organisasi

kemahasiswaan dan pernah menjabat sabagai anggota divisi Olahraga IMASEP

periode 2011-2012. Tahun 2012, penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di Desa Rawang Pasar 6, Kecamatan Rawang Panca Arga,

Kabupaten Asahan mulai 5 Juli hingga 31 Juli 2012.

Pada akhir masa studi penulis melakukan penelitian lapangan dengan topic

penelitian “Dampak Program Mandiri Pangan Terhadap Tingkat Pendapatan

Masyarakat”, yang kemudian topic tersebut menjadi judul skripsi dibawah

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

mencurahkan nikmat dan karunia-Nya serta kesehatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lengkap. Skripsi berjudul “Dampak

Program Desa Mandiri Pangan Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat” ini

dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan Ibu Emalisa, SP,

M.Si.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada komisi

pembimbing, Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan Ibu Emalisa, SP, M.Si,

yang telah membimbing penulis dari awal hingga akhir dalam penyusunan skripsi

ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua, yakni, Ayahanda

Syahrial Effendi Siregar dan Ibunda Murita, serta kepada saudara kandung

penulis, Aghib Ritaldi Siregar dan Salsabila Anggi Siregar yang telah

memberikan dukungan, semangat, materi, dan doa kepada penulis.

Penulis mengakui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini

dapat berguna bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis pribadi.

Medan, Desember 2012

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 7

Tujuan Penelitian ... 7

Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

Tinjauan Pustaka ... 9

Landasan Teori ... 18

Kerangka Pemikiran ... 21

Hipotesis Penelitian ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 25

Metode Penentuan Sampel ... 25

Metode Pengambilan Data ... 25

Metode Analisis Data ... 27

(7)

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH ... 30

Gambaran Umum Wilayah Kota Medan ... 30

Kelurahan Ladang Bambu ... 31

Letak Geografis ... 31

Keadaan Penduduk ... 31

Sarana dan Prasarana ... 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

Mekanisme Penyaluran Demapan di Ladang Bambu ... 37

Perkembangan Program Demapan di Ladang Bambu ... 39

Dampak Program Demapan Terhadap Tingkat Pendapatan ... 42

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

Kesimpulan ... 47

Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Demapan 17

(9)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Daerah Tahun 2001-2007

2

2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Tahun 1999 – Maret 2009

5

3 Daftar data dan sumbernya 26

4 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kel.

Ladang Bambu, Tahun 2011 32

5 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kel. Ladang Bambu, Tahun 2011

32

6 Distribusi Penduduk Menurut Umur di Kel. Ladang

Bambu, Tahun 2011

33

7 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kel. Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan

34

8 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kel. Ladang Bambu, Kec.

Medan Tuntungan

34

9 Banyaknya Penduduk Pelanggan PDAM dan Non PDAM

di Kel. Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan

35

10 Banyaknya Penduduk Pelanggan PLN dan Non PLN di

Kel. Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan

35

11 Banyaknya Penduduk Pengguna Jamban Umum dan

Sendiri di Kel. Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan

36

12 Perkembangan Program Demapan di Kelurahan Ladang

Bambu

39

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan

1 Karakteristik Sampel Anggota Demapan

2 Tingkat Pendapatan Sebelum Demapan

3 Tingkat Pendapatan Sesudah Demapan

4 Tingkat Pendapatan Sebelum dan Sesudah Demapan

5 Output SPSS 17 untuk Dampak Program Desa Mandiri Pangan

(11)

ABSTRAK

KHAIRU UMASA SIREGAR : Dampak Program Desa Mandiri Pangan Terhadap Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus: Kel. Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan, Kota Medan), dibimbing oleh Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. dan Emalisa, SP, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk, (1) Mengetahui mekanisme penentuan penerimaan program Demapan di Kelurahan Ladang Bambu. (2) Mengetahui perkembangan program Demapan di Kelurahan Ladang Bambu. (3) Mengetahui dampak program Demapan pada tingkat pendapatan masyarakat di Kelurahan Ladang Bambu.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis uji T berpasangan (Paired T-Test) untuk mengidentifikasi dampak program Desa Mandiri Pangan (Demapan) terhadap pendapatan masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program Desa Mandiri Pangan (Demapan) berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mewujudkan harapan pada persoalan kemiskinan dan ketahanan

pangan nasional dapat dimulai dari pemenuhan pangan dipedesaan sebagai basis

kegiatan pertanian nasional. Oleh karenanya, desa dapat menjadi awal dari

masuknya berbagai program terkait dengan pendukungan akan terwujudnya

ketahanan pangan pada level rumah tangga, yang secara agregat akan

mewujudkan ketahanan pangan di tingkat Kab/Kota, Provinsi, dan akhirnya

Nasional.

Dewasa ini program peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin kerap

digalakkan mulai dari program beras bersubsidi (raskin) atau pemberian dana

PKH (Program Keluarga Harapan), Program Desa Mandiri Pangan (Demapan)

dan program yang lainnya. Pembangunan ketahanan pangan diselenggarakan

untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil

dan merata berdasarkan kemandirian, dan tidak bertentangan dengan keyakinan

masyarakat.

Pengertian kemiskinan disampaikan oleh beberapa ahli atau lembaga,

diantaranya adalah: Bappenas (1993) mendefinisikan kemiskinan sebagai situasi

serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan

karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya.

Faturochman dan Molo (1994) mendefinisikan kemiskinan adalah

ketidakmampuan individu dan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan

(13)

multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi, sosial, dan politik.

Kemiskinan adalah kurangnya kemampuan untuk mengakumulasi asset-aset

produktif, organisasi social, dan politik, informasi, pendidikan, dan teknologi

(Wahyuni, 2000).

Dari data persentase penduduk miskin Indonesia menurut daerah tahun

2001-2007, penduduk miskin lebih besar terdapat di perdesaan dibanding dengan

perkotaan. Sesuai dengan kesempatan kerja terbesar terjadi pada sektor pertanian

sehingga terlihat sinkronisasi antara kesempatan kerja terbanyak dengan

penduduk miskin, artinya penduduk miskin banyak yang bekerja di sektor

pertanian khususnya di Desa. Hasil perhitungan jumlah penduduk miskin di

Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Tabel 1

menunjukkan jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun baik di kota maupun di

desa terus berfluktuatif. Pada periode yang sama tahun 2001-2007 dapat terlihat

bahwa jumlah penduduk miskin lebih banyak di daerah perdesaan dari pada di

perkotaan.

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Daerah Tahun 2001-2007

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (juta) Persentase Penduduk Miskin

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

Ini membuktikan bahwa desa masih menjadi pusat kemiskinan. Dilihat

(14)

pertanian. Hal ini selaras dengan pernyataan Menteri Pertanian pada suatu

kesempatan bahwa 70 persen masyarakat miskin Indonesia adalah petani,

terutama buruh tani yang jumlahnya sangat besar dan memang rawan terhadap

kemiskinan (Deptan, 2008).

Adapun studi ini menitikberatkan pada peran pemerintah dalam

pengentasan kemiskinan dengan program-program penguatan kapasitas manusia

seperti perhatian pada sector pendidikan dan kesehatan, pembukaan akses

pelayanan bagi masyarakat terhadap pasar, sumber keuangan, jaringan sosial dan

sumberdaya dengan peningkatan pelayanan umum serta pembukaan keterisoliran

dan keterkaitan ekonomi dan sosial dengan pembangunan infrastruktur seperti

jalan, listrik, Koran dan jaringan telpon serta terbukanya dan majunya struktur

lembaga sosial.

Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan dua hal yang sangat

berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, karena pengertian umum dari kemiskinan

yaitu ketidakmampuan untuk mengakses kebutuhan dasar yaitu salah satunya

adalaha pangan. Terganggunya akses pangan tentu ketidakmampuan suatu

individu/kelompok untuk memenuhi ketahanan pangan. Disinilah peran

pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan yang secara tidaklangsung juga

akan meningkatkan kekuatan untuk ketahanan pangan masyarakat.

Upaya pembangunan ketahanan pangan dilakukan secara bertahap melalui

proses pemberdayaan masyarakat untuk mengenali potensi dan kemampuannya,

mencari alternatif peluang dan pemecahan masalah, serta mampu untuk mengelola

dan memanfaatkan sumberdaya alam secara efektif, efisien, dan berkelanjutan.

(15)

dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat miskin dan rawan pangan di

perdesaan. Strategi yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat miskin

dilakukan melalui jalur ganda/twin track strategy, yaitu: (1) membangun ekonomi

berbasis pertanian dan perdesaan untuk menyediakan lapangan kerja dan

pendapatan; dan (2) memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin di

daerah rawan pangan melalui pemberdayaan dan pemberian bantuan langsung.

Sejak tahun 2006, Badan Ketahanan Pangan melaksanakan kedua strategi

tersebut melalui Kegiatan Desa Mandiri Pangan (Demapan). Kegiatan ini

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat desa dalam

pengembangan usaha produktif berbasis sumber daya lokal, peningkatan

ketersediaan pangan, peningkatan daya beli dan akses pangan rumah tangga,

sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi rumah tangga, yang akhirnya

berdampak terhadap penurunan kerawanan pangan dan gizi masyarakat miskin di

perdesaan, sejalan dengan salah satu tujuan Millenium Development Goals

(MDGs), yaitu untuk mengurangi angka kemiskinan dan kelaparan di dunia

sampai setengahnya di tahun 2015 (BKP, 2012).

Program Desa Mandiri Pangan memiliki tujuan untuk meningkatkan

keberdayaan masyarakat miskin pedesaan dalam mengelola dan memanfaatkan

sumber daya yang dimiliki atau dikuasainya secara optimal, dalam mencapai

kemandirian pangan rumah tangga dan masyarakat dengan sasaran yaitu rumah

tangga miskin di desa rawan pangan. Berdasarkan data susenas 2008 jumlah

penduduk miskin Sumatera Utara cenderung menurun akibat adanya guliran dana

bantuan pemerintah sejak jaman orde baru dan salah satunya adalah program

(16)

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada

bulan 2008 yang disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk

miskin di Provinsi Sumatera Utara setiap tahunnya cenderung menurun. Melihat

tahun 2008 sampai dengan 2009 dimana pada tahun ini program Demapan telah

berjalan kondisi jumlah kemiskinan Sumatera Utara juga menurun, hal ini

mengindikasikan program yang diberikan pemerintah sangat berpengaruh

signifikan. Pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin Sumatera Utara sebanyak

1.499.700 orang atau sebesar 11,51 persen. Kondisi ini masih lebih baik jika

dibandingkan dengan tahun 2008 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak

1.613.800 orang. Dengan demikian, ada penurunan jumlah penduduk miskin

sebanyak 114.100 orang atau sebesar 1,04 persen.

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Tahun 1999 – Maret 2009

Tahun Jumlah (Ribu Jiwa) Persentase

Februari 1999 1 972,7 16,74

Penurunan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengindikasikan

bahwa diduga dampak dari program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh

Pemerintah cukup berperan dalam menurunkan penduduk miskin di Sumatera

Utara. Pada tahun 2008 pemerintah kembali melakukan program bantuan kepada

(17)

seperti PNPM Mandiri, Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan Desa Mandiri Pangan

(Demapan). Dari program pemerintah tersebut diharapkan masyarakat dapat

terbantu dalam masalah yang dihadapi.

Melalui program aksi Demapan, diharapkan masyarakat desa mempunyai

kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi sehingga dapat

menjalani hidup sehat dan produktif dari hari ke hari secara berkelanjutan yang

diwujudkan secara nyata dalam peningkatan pendapatannya yang. Akan tetapi,

dengan begitu banyaknya berbagai macam program yang terkait dengan

peningkatan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat di pedesaan, masih

perlu suatu kajian untuk melihat efektifitas program-program yang dimaksud

khususnya kajian yang lebih nyata contohnya dalam hal pendapatan masyarakat.

Kegiatan difokuskan di daerah sasaran keluarga miskin di suatu

desa/kelurahan dimana tingkat keluarga miskin di desa tersebut >30%. Kegiatan

Demapan dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: persiapan, penumbuhan,

pengembangan, dan kemandirian. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan

pendekatan pemberdayaan masyarakat miskin, penguatan kelembagaan

masyarakat dan pemerintah desa, pengembangan sistem ketahanan pangan, dan

peningkatan koordinasi lintas 2 subsektor dan sektor untuk mendukung

pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana perdesaan (BKP, 2012).

Sampai dengan 2011 kegiatan Demapan telah dilaksanakan di 33 provinsi,

399 kabupaten/kota pada 2.851 desa. Pada tahun 2012 dialokasikan 563 desa baru,

sehingga secara komulatif, jumlah desa yang dibina menjadi 3.414 desa, di 410

kabupaten/kota, pada 33 provinsi, terdiri dari tahap: persiapan 563 desa

(18)

desa mandiri. Namun dibalik hal tersebut sangat penting untuk diketahui seberapa

besar efektifitas program tersebut terhadap masyarakat yang mengikuti

program-program yang diberikan pemerintah. Dan hal tersebut merupakan alasan mengapa

penulis tertarik untuk meneliti dampak program Demapan terhadap pendapatan

masyarakat di Kelurahan Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme penentuan penerima program Demapan di daerah

penelitian?

2. Bagaimana perkembangan program Demapan di daerah penelitian?

3. Bagaimana dampak program Demapan terhadap tingkat pendapatan

masyarakat di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui mekanisme penentuan penerimaan program Demapan di

daerah penelitian.

2. Mengetahui perkembangan program Demapan di daerah penelitian.

3. Mengetahui dampak program Demapan pada tingkat pendapatan

(19)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam upaya menentukan

program kedepan yang lebih tepat.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang

berhubungan dengan substansi penelitian ini.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani

pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal

(BIMAS). Tujuan dibentuknya program tersebut adalah untuk meningkatkan

produksi, meningkatkan penggunaan teknologi baru dalam usahatani dan

peningkatan produksi pangan secara nasional. Dalam perjalanannya, program

BIMAS dan kelembagaan kredit petani mengalami banyak perubahan dan

modifikasi yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebijakan

(Hasan, 1979 dalam Lubis 2005).

Pada Tahun 1985, kredit BIMAS dihentikan dan diganti dengan Kredit

Usaha Tani (KUT) sebagai penyempurnaan dari sistem kredit massal BIMAS,

dimana pola penyaluran yang digunakan pada saat itu adalah melalui KUD.

Sejalan dengan perkembangannya, ternyata pola yang demikian banyak menemui

kesulitan, utamanya dalam penyaluran kredit.

Selanjutnya perkembangan bentuk program bantuan penguatan modal dari

pemerintah lainnya adalah kredit ketahanan pangan (KKP). Program KKP

diperkenalkan oleh pemerintah pada Oktober 2000 sebagai pengganti KUT.

Program KKP merupakan bentuk fasilitasi modal untuk usahatani tanaman

pangan (padi dan palawija), tebu, peternakan, perikanan dan pengadaan pangan.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan

(21)

Tahun 2002, pemerintah melalui Departemen Pertanian mengeluarkan

kebijakan baru dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam berusaha

berupa program fasilitasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Program BLM

ini diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat yang mencakup bantuan modal

untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi produktif, bantuan sarana dan

prasarana dasar yang mendukung kegiatan sosial ekonomi, bantuan

pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung penguatan kegiatan sosial

ekonomi, bantuan penguatan kelembagaan untuk mendukung pengembangan

proses hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi secara berkelanjutan melalui penguatan

kelompok masyarakat dan unit pengelola keuangan, dan bantuan pengembangan

sistem pelaporan untuk mendukung pelestarian hasil-hasil kegiatan sosial

ekonomi produktif (Sumodiningrat, 1990 dalam Kasmadi, 2005).

Kata kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang artinya percaya, maka

dalam arti luas kredit diartikan kepercayaan. Maksud dari percaya bagi si pemberi

kredit adalah percaya kepada si penerima kredit merupakan penerimaan

kepercayaan yang mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu.

Menurut Undang-Undang Perbankan No.7 Tahun 1992 tentang

pokok-pokok perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan

atau pembagian hasil keuntungan.

Kredit sangat dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan

(22)

pertumbuhan, perubahan struktur ekonomi dan pengurangan jumlah kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh adanya peningkatan produksi (output).

Peningkatan produksi hanya dapat dicapai dengan cara menambah jumlah input

atau dengan cara menerapkan teknologi baru. Penambahan input maupun

penggunaan teknologi baru akan selalu diikuti dengan penambahan modal.

Dengan kata lain, pelaksanaan pembangunan berarti pula peningkatan penggunaan

modal.

Modal yang digunakan bersumber dari modal sendiri atau dari modal

pinjaman (kredit). Namun, mengingat modal sendiri umumnya relatif sedikit,

maka kebutuhan akan kredit yang tersedia tepat waktu sangat diperlukan.

Berdasarkan kepentingannya jenis kredit dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu

kredit produksi dan kredit konsumsi. Kredit produksi diberikan kepada peminjam

untuk membiayai kegiatan usahanya yang bersifat produktif. Sedangkan kredit

konsumsi diberikan kepada peminjam yang kekurangan dana membiayai

konsumsi keluarga.

Menurut Suyatno (2006), dalam transaksi kredit terdapat unsur-unsur

kredit, yaitu:

1. Kepercayaan

Merupakan keyakinan dari pihak pemberi kredit bahwa prestasi yang

diberikan baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar

diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu pada masa yang akan

datang. Kepercayaan ini timbul karena sebelumnya pihak pemberi kredit

(23)

kemauan calon nasabah dalam membayar kembali kredit yang akan

disalurkan.

2. Suatu masa yang akan memisahkan antara pemberi prestasi dengan

kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam

unsur waktu ini terkandung pengertian nilai uang, yaitu uang yang ada

sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterimanya kembali

pada masa yang akan datang.

3. Degree of Risk

Suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari jangka waktu

yang memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontraprestasi yang

akan diterimanya pada masa yang akan datang. Semakin lama jangka

panjang waktu kredit yang diberikan semakin tinggi resiko yang

dihadapinya, karena dalam waktu tersebut terdapat juga unsur

ketidakpastian yang tidak diperhitungkan. Keadaan inilah yang

menyebabkan timbulnya unsur resiko. Oleh karena itu, dalam pemberian

kredit timbul adanya jaminan.

4. Prestasi atau Objek Kredit

Pemberian kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat

diberikan dalam bentuk barang dan jasa, namun dapat dinilai dengan

bentuk uang. Dalam prakteknya transaksi kredit pada umumnya adalah

(24)

Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di

pemerintahan, maka kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pun

berubah untuk lebih baik. Tahun 2006, pemerintah melalui Departemen Pertanian

RI mencanangkan program baru yang diberi nama Program Desa Mandiri Pangan.

2.1.1 Program Desa Mandiri Pangan

Kegiatan Demapan merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin

di desa rawan pangan, dengan karakteristik: kualitas sumberdaya masyarakat

rendah, sumber daya modal terbatas, akses teknologi rendah, dan infrastruktur

perdesaan terbatas. Komponen kegiatan Demapan meliputi: (1) pemberdayaan

masyarakat; (2) penguatan kelembagaan; (3) pengembangan Sistem Ketahanan

Pangan; dan (4) integrasi program sub sektor dan lintas sektor dalam menjalin

dukungan pengembangan sarana prasarana perdesaan.

Proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui: (1) pelatihan; (2)

pendampingan; dan (3) peningkatan akses untuk pengembangan kerjasama

partisipasi inklusif, kapasitas individu, kapasitas kelembagaan masyarakat, sosial

dan ekonomi, serta ketahanan pangan. Sasaran pemberdayaan ditujukan untuk

mengembangkan kelembagaan aparat, kelembagaan masyarakat, dan

kelembagaan pelayanan di perdesaan. Sehingga diharapkan terjadi perubahan

dinamika masyarakat dalam perencanaan dan berkelompok untuk menanggulangi

kerawanan pangan di desanya, serta penumbuhan kelembagaan di desa yang

dikelola oleh masyarakat untuk penguatan modal dan sosial.

Melalui fasilitasi pemerintah, kelembagaan dibangun untuk mampu

mengoptimalkan input: sumber daya alam, sumber daya manusia, dana, teknologi,

(25)

subsistem ketersediaan pangan dalam peningkatan produksi dan cadangan pangan

masyarakat; (2) subsistem distribusi yang menjamin kemudahan akses fisik,

peningkatan daya beli, serta menjamin stabilisasi pasokan; dan (3) subsistem

konsumsi untuk peningkatan kualitas pangan dan pengembangan diversifikasi

pangan. Sehingga diharapkan LKD sudah berfungsi sebagai layanan modal;

posyandu bersama kader gizi dan PKK sudah aktif; sistem ketahanan pangan

dalam aspek ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan sudah bekerja; serta

koordinasi program lintas subsektor dan sektor sudah dirintis untuk rencana

pembangunan sarana prasarana perdesaan yang mendukung ketahanan pangan.

Upaya peningkatan ketahanan pangan masyarakat melalui berbagai

fasilitasi tersebut, memerlukan dukungan koordinasi dan integrasi subsektor dan

lintas sektor, yang diimplementasikan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat

miskin dan pembangunan sarana prasarana perdesaan. Bekerjanya mekanisme

tersebut, diharapkan dapat mencapai output yang diinginkan, antara lain: (1)

terbentuknya kelompok-kelompok afinitas; (2) terbentuknya (LKD); dan (3)

tersalurnya dana Bansos untuk usaha produktif. Sehingga diharapkan terdapat

kemajuan sumber pendapatan, peningkatan daya beli, gerakan tabungan

masyarakat, peningkatan ketahanan pangan rumah tangga, peningakatan pola pikir

masyarakat, serta peningkatan keterampilan dan pengetahuan masyarakat.

1. Ruang lingkup

Kegiatan Demapan dilaksanakan dalam empat tahap: persiapan,

penumbuhan, pengembangan, dan kemandirian. Pelaksanaan kegiatan dilakukan

(26)

masyarakat dan pemerintah desa, pengembangan sistem ketahanan pangan, dan

peningkatan koordinasi lintas 2 subsektor dan sektor untuk mendukung

pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana perdesaan.

2. Tujuan

Program Desa Mandiri Pangan memiliki tujuan untuk meningkatkan

keberdayaan masyarakat miskin pedesaan dalam mengelola dan memanfaatkan

sumber daya yang dimiliki atau dikuasainya secara optimal, dalam mencapai

kemandirian pangan rumah tangga dan

3. Sasaran

Sasaran kegiatan Demapan adalah Rumah tangga miskin di desa rawan

pangan untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan masyarakat.

4. Indikator keberhasilan

Mengingat sasaran akhir kegiatan Demapan untuk mewujudkan

kemandirian pangan masyarakat miskin di desa rawan pangan, maka indikator

keberhasilannya berada pada perwujudan kemandirian pangan tingkat desa dan

masyarakat sebagai berikut:

1. Output

a. Terbentuknya kelompok-kelompok afinitas;

b. Terbentuknya Lembaga Keuangan Desa (LKD);

c. Tersalurnya dana Bansos untuk usaha produktif;

2. Outcome

a. Terbentuknya kelompok usaha produktif;

b. Berperannya lembaga permodalan;

(27)

3. Benefit

Meningkatnya pendapatan, daya beli, dan akses pangan masyarakat

4. Impact

Terwujudnya ketahanan pangan dan gizi masyarakat

5. Kegiatan Umum Desa Mandiri Pangan

Berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam Kegiatan Demapan, dirancang

selama empat tahun dalam empat tahap, meliputi tahap: persiapan,

penumbuhan,pengembangan, dan kemandirian. Kegiatan yang dilakukan adalah:

seleksi lokasi desa dan penyusunan data dasar desa, sosialisasi kegiatan,

penumbuhan kelembagaan, pendampingan, pelatihan, pencairan dan pemanfaatan

dana Bansos, serta monitoring, evaluasi dan pelaporan.

6. Kegiatan Demapan per Tahapan

Kegiatan Demapan dilakukan selama empat tahap, dengan rincian seperti

(28)

Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Demapan

TAHAPAN KEGIATAN

Persiapan

Seleksi Lokasi Sasaran, Penetapan Pendamping, Penetapan Koordinator Pendamping, Penyusunan Data Dasar Desa, Penetapan kelompok, Penetapan TPD, penumbuhan LKD, Sosialisasi Kegiatan, Pendampingan, Penyusunan RPWD, Pelatihan, Penyaluran Bansos.

• Pemberdayaan masyarakat melalui: pelatihan, peningkatan aksessibilitas masyarakat, dan penguatan kelembagaan;

• Pengembangan sistem ketahanan pangan untuk pembangunan sarana cadangan pangan, dan penguatan dasa wisma dalam penganekaragaman konsumsi.

• Koordinasi lintas sektor untuk dukungan sarana dan prasarana perdesaan.

• Pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan keterampilan dan akses permodalan;

• Pengembangan sistem ketahanan pangan dengan penumbuhan cadangan pangan dan pemanfaatan sumberdaya pangan.

• Dukungan lintas sektor untuk dukungan pembangunan sarana dan prasarana perdesaan.

• Pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan layanan dan jaringan usaha

• Pengembangan sistem ketahanan pangan untuk pengembangan diversifikasi produksi, pengembangan akses pangan, pengembangan jaringan pemasaran, dan penganekaragaman konsumsi;

• Pemanfaatan, pemeliharaan sarana dan prasarana perdesaan. Penumbuhan

Pengembangan

(29)

2.2 Landasan Teori

Sejak pemerintahan dijaman orde baru telah meluncurkan kredit program

yang diawali dengan kredit Bimas guna mendukung ketersediaan modal petani.

Dari waktu ke waktu model program kredit pertanian ini telah mengalami

perubahan, baik yang terkait dengan prosedur penyaluran, besaran dan bentuk

kredit, bunga kredit maupun tenggang waktu pengembalian. Pemerintah juga

memberikan bantuan modal dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

atau dana bergulir, maupun subsidi bunga. Bantuan yang selama ini sudah

berjalan adalah; (1) Bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM); (2) Bantuan

Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM); (3) Kredit Ketahanan Pangan (KKP);

(4) Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (DPM-LUEP);

(5) Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA). Dari program

pemerintah tersebut telah dikaji dalam penelitian terdahulu yang telah diteliti oleh

oleh masing-masing yaitu; (1) Kasmadi (2005); (2) Filtra (2007); (3) Lubis(2005);

(4) Sume (2008); (5) Perdana (2007).

Dalam penelitian terdahulu terdapat beberapa alat analisis yang digunakan

dalam mengukur keberhasilan program bantuan permodalan petani yaitu ; (1) uji t;

(2) uji regresi logistik; (3) analisis pendapatan usaha tani. Untuk uji t terdapat

pada penelitian kasmadi (2005) yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan

dampak BLM terhadap kemandirian petani ternak di kelompok tani ternak Desa

Tambun Jaya dan Tambun Raya Kecamatan Barasang. Uji t yang digunakan

berfungsi untuk melihat apakah apakah ada perbedaan pendapatan setelah adanya

(30)

yang diberikan kepada kelompok tani sangat bermanfaat dan berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan petani.

Untuk uji regresi logistik terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh

Filtra (2007). Uji regresi logistik yang digunakan berfungsi untuk melihat apakah

ada pengaruh dari pinjaman kredit pemerintah terhadap pertambahan pendapatan

petani. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa program BPLM di

Kabupaten Agam di nilai berhasil sehingga layak uuntuk dilanjutkan. Kemudian

untuk alat analisis pendapatan usahatani terdapat pada penelitian Lubis (2005),

Sume (2008), Perdana (2007). Analisis pendapatan usahatani ini dipakai peneliti

untuk melihat bahwa dengan adanya bantuan permodalan berupa kredit yang

diberikan kepada petani akan mengakibatkan petambahan pendapatan, kemudahan

dalam mendapatkan saprodi, pasar dan yang lainnya. Dengan terbantunya petani

dalam pengadaan saprodi dan pemasaran maka mengakibatkan pertambahan

pendapatan yang baik dari sebelum adanya program bantuan tersebut.

Menurut Didik (2010) pengertian dampak secara umum adalah segala

sesuatu yang ditimbulkan akibat adanya ‘sesuatu’. Dampak itu sendiri juga bisa

berarti konsekuensi sebelum dan sesudah adanya ‘sesuatu’. Dampak dapat

mengakibatkan sesuatu hal yang positif dan yang negatife dari adanya ‘sesuatu’

tersebut.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004), kata “income diartikan

sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai pendapatan, penghasilan (income)

meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain”).

Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas usaha yang

(31)

bunga, dividen, royalti dan sewa.” Definisi tersebut memberikan pengertian yang

berbeda dimana income memberikan pengertian pendapatan yang lebih luas,

income meliputi pendapatan yang berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan

maupun yang berasal dari luar operasi normalnya. Sedangkan revenue merupakan

penghasil dari penjualan produk, barang dagangan, jasa dan perolehan dari setiap

transaksi yang terjadi.

Pengertian pendapatan dikemukakan oleh Dyckman (2002) bahwa

pendapatan adalah “arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah

entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu

periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain

yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung”.

Pendapatan dapat dihitung dengan rumus :

I = TR – TC

Keterangan :

I = Income/Pendapatan

TR = Total penerimaan yang akan diperoleh seorang produsen apabila

memproduksi sejumlah unit barang tertentu.

TC = Biaya total yang merupakan jumlah dari biaya tetap dengan biaya

(32)

2.3 Kerangka Pemikiran

Program Desa Mandiri Pangan (Demapan) merupakan program yang

dilakukan pemerintah melalui pemanfaatannya untuk mengurangi tingkat

kemiskinan di desa/kelurahan tertinggal.

Melalui Badan Ketahan Pangan (BKP) program ini memiliki sasaran yaitu

desa dengan jumlah kepala keluarga (KK) miskin yaitu diatas 30%. Dengan

memberikan bantuan diharapkan masyarakat mampu memperbaiki taraf hidup

serta kemampuan ekonomi keluarganya.

Masing-masing desa/kelurahan akan diberikan dana bantuan sosial sebagai

dana abadi desa. Dana inilah yang akan dipergunakan/dimanfaatkan oleh

masyarakat miskin desa peserta program Demapan melalui pembentukan

kelompok afinitas dan didampingi oleh pembina masing-masing desa dan diawasi

oleh Badan Ketahanan Pangan. Kelompok dibentuk berdasarkan visi, tujuan dan

kesamaan motivasi masyarakat.

Program Demapan dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yaitu persiapan,

penumbuhan, pengembangan, dan kemandirian. Pada masing-masing tahap

memiliki kegiatan yaitu sbb; Tahap Persiapan: (1) Lokasi desa pelaksana

kegiatan; (2) Pemahaman masyarakat tentang kegiatan Demapan; (3) Penyediaan

data base dan profil Desa Mandiri Pangan; (4) Pembentukan Pokja di setiap

tingkatan; (5) Penumbuhan TPD dan LKD; (6) Penumbuhan kelompok-kelompok

afinitas di lokasi sasaran; (7) Pemilihan dan penetapan tenaga pendamping; (8)

Pelaksanaan pelatihan bagi aparat provinsi, kabupaten, desa, pendamping, dan

masyarakat pelaksana kegiatan; (9) Penyusunan Rencana Pembangunan Wilayah

(33)

lembaga pangan dan gizi di desa (PKK dan Posyandu), lembaga pelayanan

permodalan, dan lembaga lainnya; (2) Pengelolaan dan penambahan modal usaha

kelompok; (3) Keberhasilan diversifikasi produksi pangan; (4) Perkembangan

intensifikasi usaha; (5) Keberadaan lumbung pangan masyarakat; (6) Keberadaan

dan perkembangan usaha-usaha perdagangan bahan pangan oleh anggota

kelompok dan kelompok lainnya di desa; (7) Usaha-usaha pemasaran hasil secara

kolektif di desa; (8) Keberadaan lembaga pemasaran (pasar) di desa dan wilayah

yang lebih luas untuk menampung hasil-hasil produksi masyarakat; (9)

Keberadaan sistem informasi pasar (harga dan jenis komoditi) sebagai dasar

perencanaan usaha kelompok; (10) Keberhasilan penganekaragaman konsumsi

pangan berbasis sumberdaya wilayah; (11) Penyediaan teknologi pengolahan dan

produk pangan; (12) Tingkat keterampilan masyarakat dalam mengolah pangan;

(13) Tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pangan yang

beragam, bergizi, berimbang, dan aman; dan (14) Perbaikan sarana dan prasarana

prioritas. Tahap Pengembangan: (1) Tingkat keterampilan teknis anggota

kelompok; (2) Kemampuan kelompok dalam mengakses permodalan dan

pemasaran; (3) Perkembangan usaha kelompok dalam meningkatkan pendapatan;

(4) Pemanfaatan dan pengelolaan lumbung pangan untuk memenuhi kebutuhan

pangan masyarakat; (5) Perubahan pola konsumsi masyarakat yang beragam,

bergizi berimbang, dan aman; (6) Pelaksanaan kegiatan pengembangan sistem

pemantauan, deteksi, dan respon dini kerawanan pangan; (7) Penyediaan sarana

dan prasarana irigasi, jalan usahatani yang memadai, penyediaan sarana air bersih,

dan penyediaan sarana kesehatan. Tahap Kemandirian: (1) Efektifitas peran

(34)

(2) Perkembangan usahausaha produktif yang dikelola kelompok afinitas dan

masyarakat desa; (3) Keberadaan jaringan usaha dan pemasaran produk lokal

dengan mitra usaha/koperasi/investor, dan lainnya; (4) Peran masyarakat dalam

penyediaan dan distribusi pangan; (5) Penyediaan dan distribusi pangan; (6)

Kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan; (7) Perkembangan usaha

produktif; (8) Pola konsumsi pangan 3B dan aman; (9) Penyelesaian masalah

pangan wilayah; (10)Pelayanan masyarakat dalam: akses permodalan, kesehatan,

dan sarana usaha; dan (11) Keberadaan fungsi prasarana pengairan, jalan desa,

jalan usaha tani, sarana penerangan, dan air bersih.

Setelah program berjalan setelah empat tahun dan memasuki tahun kelima

barulah dapat dilihat bagaimana perkembangan program Demapan di kelurahan

tersebut dan untuk lebih spesifik maka dilihatlah perbedaan pendapatan para

anggota kelompok afinitas sebelum dan sesudah program Demapan sebagai tujuan

(35)

Secara sistematik kerangka pemikiran dapat dituliskan sbb:

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan Gambar :

: Menyatakan Hubungan

: Menyatakan Dampak

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Program Desa Mandiri Pangan berdampak positif terhadap pendapatan

masyarakat Desa Ladang Bambu

Program Desa Mandiri Pangan: 1. Persiapan

2. Penumbuhan

3. Pengembangan

4. Kemandirian

Perkembangan Desa Mandiri Pangan

Pendapatan Masyarakat Sebelum Program Demapan

Pendapatan Masyarakat Setelah Program Demapan Badan Ketahanan Pangan

Mekanisme Penentuan Desa Mandiri Pangan

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja yaitu

di Kelurahan Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan,

Provinsi Sumatera Utara. Adapun daerah ini dipilih karena merupakan

daerah/desa pemenang penghargaan ketahanan pangan tingkat Provinsi Sumatera

Utara.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini sampel penelitian ditentukan dengan pengambilan

sampel secara acak sederhana (simple random sampling). Subjek penelitian yang

akan dijadikan sebagai sampel yaitu masyarakat miskin yang tergabung sebagai

anggota kelompok afinitas yang telah menerima bantuan Demapan.

Menurut Wirarta (2006) menyatakan bahwa 30% dari jumlah populasi

sudah dapat mewakili jumlah sampel penelitian. Sampel ditarik dari kelompok

populasi, tetapi tidak semua anggota kelompok populasi menjadi anggota sampel.

Dimana tiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dimasukkan ke

dalam sampel (Nazir, 2003).

3.3 Metode Pengambilan Data

Beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data yakni dengan

metode wawancara langsung terhadap pihak-pihak terkait, penyebaran kuesioner

(37)

responden dengan harapan agar peneliti memperoleh informasi secara langsung

mengenai karakteristik responden, karakteristik usaha, pendapatan usaha serta

tanggapan respon terhadap program Demapan. Pengumpulan data dengan cara ini

akan dibantu menggunakan kuesioner yang berisikan daftar-daftar pertanyaan

yang relevan dengan tujuan penelitian. Penggunaan kuesioner bermanfaat sebagai

pemandu agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan sesuai

dengan tujuan penelitian di Desa Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan, Kota

Medan, Prov. Sumatera Utara.

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi perkembangan pelaksanaan

program Demapan, mekanisme proses penyaluran Demapan dan lain sebagainya

yang berhubungan dengan penelitian. Selain itu, juga dikumpulkan data-data

penunjang seperti gambaran umum lembaga di daerah. Tabel 3 menunjukkan

data-data yang akan dikumpulkan beserta sumbernya:

Tabel 3. Daftar data dan sumbernya

No. Objektif/Tujuan Data Sumber

1. Mekanisme penentuan desa dan peserta program

− Mekanisme

penentuan desa

− Kriteria desa

− Data rumah tangga miskin

− BKP

2. Perkembangan program Tahapan kegiatan

− Persiapan

3. Dampak program − Tingkat pendapatan

peserta program

(38)

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis

kuantitatif. Analisis deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau

lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,

serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif ini digunakan

untuk menjelaskan gambaran secara umum tentang Demapan, syarat-syarat

penyaluran dana bansos serta prosedur yang diterapkan untuk memperoleh

bantuan dikeluarkan oleh pemerintah.

Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini akan digunakan untuk melihat

pengaruh program Demapan terhadap tingkat pendapatan petani. Data yang

diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan software SPSS dan diolah

dengan Microsoft Excel.

Untuk hipotesis (1), diuji untuk mengetahui dampak Program Demapan di

Desa Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan. Untuk menganalisisnya

digunakan analisis uji-t berpasangan (Paired T-Test)

Uji-t berpasangan (paired T-test) adalah salah satu metode pengujian

hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang

paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek

penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan

individu yang sama, peneliti tetap memperoleh 2 macam data sampel, yaitu data

dari perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua. Perlakuan pertama

mungkin saja berupa kontrol, yaitu tidak memberikan perlakuan sama sekali

terhadap objek penelitian. Uji Ini akan digunakan untuk membuktikan semua

(39)

Data yang digunakan adalah data pendapatan para anggota kelompok

afinitas yang telah menerima pinjaman.

Hipotesis 1 : Program Demapan berdampak positif terhadap pendapan

masyarakat

Ho : Program Demapan tidak berdampak positif terhadap pendapatan

masyarakat.

H₁ : Program Demapan berdampak positif terhadap pendapatan masyarakat

Ho ditolak dan H₁ diterima, jika t hitung ≥ t tabel; α=0,05

Ho diterima dan H₁ ditolak, jika t hitung ≥ t tabel; α=0,05

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuatlah

definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1. Rumah Tangga Miskin (RTM) adalah rumah tangga sasaran yang

ditetapkan melalui survei DDRT dengan 13 indikator kemiskinan: tingkat

pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan, konsumsi pangan,

konsumsi non pangan, modal (lahan, tabungan, hewan ternak), sarana

transportasi, perabotan rumah tangga, luas tempat tinggal, kondisi tempat

tinggal, sumber air minum, sumber penerangan, asupan gizi, dan porsi

pangan antar anggota rumah tangga.

2. Kemandirian Pangan dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009

adalah kemampuan produksi pangan dalam negeri yang didukung

(40)

kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam

jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung

oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman

lokal.

3. Ketahanan Pangan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 adalah

kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,

merata dan terjangkau.

4. Desa Mandiri Pangan adalah desa/kelurahan yang masyarakatnya

mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi

melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, dan

subsistem konsumsi pangan dengan memanfaatkan sumberdaya setempat

secara berkelanjutan.

5. Kelompok Afinitas adalah kelompok yang tumbuh atas dasar ikatan

kebersamaan dan kecocokan antar anggota yang mempunyai kesamaan

visi dan misi dengan memperhatikan sosial budaya setempat.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan untuk melihat dampak program Demapan terhadap

perkembangan desa dan pendapatan masyarakat.

2. Sampel penelitian merupakan masyarakat miskin yang mengikuti program

Demapan.

3. Daerah penelitian adalah Desa/Kelurahan Ladang Bambu, Kecamatan

Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

(41)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Medan

Kota Medan merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota

Medan terletak antara 2.27’-2.47’ LU dan 98.35’-98.44’ BT dan pada ketinggian

2.75-37.5 meter diatas permukaan laut. Kota Medan merupakan pusat

pemerintahan daerah Tingkat I Sumatera Utara yang mempunyai luas 26.510 Ha,

yang terdiri dari 21 kecamatan, 151 kelurahan. Sebagian besar wilayah Kota

Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai

penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Kota Medan berbatasan dengan

Kabupaten Deli Serdang pada bagian utara, barat, selatan serta bagian timur

berbatasan dengan Selat Malaka.

Jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2011 sebesar 1.036.926 jiwa

yang terdiri dari jiwa penduduk laki-laki (49,43%) dan jiwa penduduk perempuan

(50,57%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan di

Kota Medan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Usia non-produktif (0-14

tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak dan remaja berjumlah 574.129 jiwa

(27,37%), dan jumlah usia produktif (15-54 tahun) yaitu orang dewasa sebesar

1.337.435 jiwa (63,76%), serta jumlah manula (≥55 tahun) sebesar 186.046 jiwa

(8,87%). Mata pencharian penduduk terbesar adalah sebagai tenaga kerja lain-lain

yaitu gabunan dari berbagai macam pekerjaan yang tidak dapat disebutkan satu

(42)

pegawai negeri 18.619 orang (4,04%), pegawai swasta 14.512 orang (3,15%),

TNI/POLRI 13.554 orang (2,94%) dan tenaga kesehatan 2.415 orang (0,52%).

Kota Medan memiliki iklim tropis dengan temperatur siang 31,1oC dan

malam hari 24,1oC, rata-rata curah hujan per bulan 175,17 mm dengan rata-rata

hari hujan 17,33 hh. Kelembapan udara Kota Medan 84%, kecepatan angin

rata-rata 0,45 m/sec sedangkan laju penguapan tiap bulannya 111,26 mm. Kota Medan

memiliki topografi datar dengan ketinggian 7-25 dpl dengan jenis tanah alluvial.

4.2 Kelurahan Ladang Bambu

4.2.1 Letak Geografis

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Tuntungan yang terletak di

Kelurahan Ladang Bambu. Kelurahan Ladang Bambu ini memiliki letak geografis

sebagai berikut:

− Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Namo Gajah,

− Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang,

− Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang,

− Sebelah barat berbatasan dengan DAS Sungai Belawan.

Kelurahan Ladang Bambu memiliki area seluas 135 ha yang terdiri dari 70

ha dataran rendah, 35 ha dataran sedang, dan 30 ha dataran tinggi. Curah hujan

rata-rata yaitu 1600-2500 mm/tahun. Dengan jarak ke kota kecamatan ± 4 km, ke

kota kabupaten ± 20 km, dan ke kota provinsi ± 17 km.

4.2.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kel. Ladang Bambu sekitar 3846 jiwa dengan jumlah

(43)

pencaharian penduduk Kelurahan Ladang Bambu bervariasi jenisnya ada yang

bekerja sebagai pegawai negeri, wirausaha, petani, PNS, buruh, dan sebagainya.

Untuk mengetahui lebih jelasmengenai pencaharian penduduk Kel. Ladang

Bambu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kel. Ladang

Bambu, Tahun 2011

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Laki-laki 1623 49,42

Perempuan 1661 50,58

Jumlah 3284 100

Sumber: Profil Kelurahan Mandiri Pangan Kota Medan, 2011.

Dilihat dari tabel bahwa jumlah penduduk sebagian besar adalah

perempuan yakni 1.661 jiwa sedangkan jumlah penduduk laki-laki ialah 1.623

jiwa.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kel.

Ladang Bambu, Tahun 2011

No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase

1 Pegawai Negeri 106 8,95

Sumber: Profil Kelurahan Mandiri Pangan Kota Medan, 2011.

Tabel 5 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk terbesar adalah

sebagai petani yaitu sebesar 498 orang (42,09%), pegawai negeri 106 (8,95%),

wiraswasta 210 (17,73%), pegawai swasta 216 (18,24%), buruh 103 (8,69%), dan

(44)

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Umur di Kel. Ladang Bambu,

Tahun 2011

Umur (tahun)

Laki-laki Perempuan Jumlah

Persen Laki-laki Persen Perempuan

0-5 2,77 45 3,49 58 103

Sumber: Profil Kelurahan Mandiri Pangan Kota Medan, 2011.

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kel. Ladang Bambu pada

tahun 2011 sebesar 3.284 jiwa yang terdiri dari 1623 jiwa penduduk laki-laki

(49,42%) dan 1661 jiwa penduduk perempuan (51,58%). Dari data tersebut dapat

dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan di Kel. Ladang Bambu lebih banyak

daripada penduduk laki-laki.

Dari tabel menunjukkan bahwa usia non-produktif (0-15 tahun) yang

terdiri dari bayi, balita, anak-anak dan remaja berjumlah 455 jiwa (13,85%), dan

jumlah usia produktif (15-54 tahun) yaitu orang dewasa sebesar 2.524 jiwa

(45)

4.2.3 Sarana dan Prasarana

Untuk jumlah fasilitas dan tenaga kesehatan dapat dilihat pada tabel 7 dan

table 8, yaitu sebagai berikut:

Table 7. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kel. Ladang Bambu, Kec.

Medan Tuntungan

No. Fasilitas Kesehatan Jumlah

1. Sumber: Profil Kelurahan Mandiri Pangan Kota Medan, 2011

Berdasarkan tabel 7 terdapat 3 buah rumah bersalin, 1 poliklinik, 3 praktek

bidan, 4 posyandu/polindes, dan 1 pelayanan KB. Sedangkan untuk rumah sakit,

puskemas, praktek dokter, dan apotik tidak terdapat satupun.

Table 8. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kel. Ladang Bambu, Kec.

Medan Tuntungan

No. Tenaga Kesehatan Jumlah

1. Sumber: Profil Kelurahan Mandiri Pangan Kota Medan, 2011

(46)

4.2.4 Pengguna Listrik, Air dan Jamban

Untuk persebaran penduduk yang menggunakan sumber air bersih dan

listrik dapat dilihat pada tabel 9 dan 10, sedangkan untuk penggunaan jamban

dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 9. Banyaknya Penduduk Pelanggan PDAM dan Non PDAM di

Kel. Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan

Sumber: Profil Kelurahan Mandiri Pangan Kota Medan, 2011

Berdasarkan tabel 9 mayoritas masyarakat Ladang Bambu menggunakan

sumur sebagai sumber air bersih yaitu sebesar 90,28% dan sisanya sebesar 9,72%

menggunakan PDAM.

Tabel 10. Banyaknya Penduduk Pelanggan PLN dan Non PLN di Kel.

Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan

Sumber: Profil Kelurahan Mandiri Pangan Kota Medan, 2011

Berdasarkan tabel 10 seluruh rumah di Kel. Ladang Bambu sudah

menggunakan sumber listrik yang berasal dari PLN.

Tabel 11. Banyaknya Penduduk Pengguna Jamban Umum dan Sendiri

di Kel. Ladang Bambu, Kec. Medan Tuntungan

No. Tenaga Kesehatan Jumlah Persentase

1.

No. Tenaga Kesehatan Jumlah Persentase

1.

(47)

Sumber: Profil Kelurahan Mandiri Pangan Kota Medan, 2011

Berdasarkan tabel 11 seluruh rumah di Kel. Ladang Bambu sudah

menggunakan jamban sendiri dimasing-masing rumah. 1.

2. 3.

Bersama/Umum Sendiri

Lainnya

- 739

-

- 100%

-

(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Mekanisme Penyaluran Demapan di Ladang Bambu

Program Desa Mandiri Pangan (Demapan) merupakan bantuan yang

diberikan pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) kepada masyarakat

miskin di pedesaan/kelurahan. Program ini bertujuan meningkatkan keberdayaan

masyarakat desa dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki

atau dikuasainya secara optimal, dalam mencapai kemandirian pangan rumah

tangga dan masyarakat.

Tidak semua desa/kelurahan dapat dikategorikan untuk mendapatkan

program Demapan. Ada beberapa kriteria/syarat untuk suatu desa/kelurahan agar

mendapatkan bantuan sosial Demapan yaitu: (1) memiliki jumlah kepala keluarga

(KK) miskin diatas 30% dari total seluruh KK di desa/kelurahan, (2) mempunyai

sumber daya alam (SDA) yang bisa dikembangkan, dan (3) mempunyai perangkat

desa/kelurahan yang kooperatif.

Dana bansos yang diberikan langsung diterima melalui perangkat desa

yaitu sebesar 100 juta rupiah yang merupakan dana abadi desa dengan

pengawasan oleh BKP. Dalam penyaluran di lapangan, perangkat desa langsung

memberikan dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman berjangka

waktu 15 bulan dengan bunga sekitar 1%. Bunga 1% yang dibayarkan setiap

bulannya bukan juga merupakan bunga tetapi memiliki rincian yaitu; 0,5%

sebagai jasa untuk pengurus, 0,3% sebagai iuran, dan 0,2% merupakan simpanan

(49)

keluar dari kelompok afinitas. Bantuan pinjaman ini sangat membantu masyarakat

karena berbunga sangat rendah yaitu sekitar 1% sehingga masyarakat terhindar

dari para tengkulak

KK miskin yang akan menerima bantuan ditentukan berdasarkan penerima

raskin dengan persyaratan masyarakat harus membuat kelompok afinitas yang

terdiri dari anggota-anggota masyarakat miskin dan menunjuk satu orang sebagai

pendamping program yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Pembentukan

kelompok afinitas ditentukan oleh masyarakat berdasarkan kesamaan tujuan dan

keputusan. Setelah dibentuk masing-masing kelompok afinitas membuat

permohonan bantuan untuk jumlah dana yang akan diajukan. Pembagian bantuan

untuk masing-masing kelompok dilakukan secara musyawarah dan disepakati

bersama, disaksikan oleh perangkat desa dan diawasi oleh BKP.

Apabila seluruh pihak telah setuju maka dana akan disalurkan dalam

bentuk pinjaman berbunga rendah. Sebelum diberikan dilakukan beberapa

tahapan, bagi masyarakat yang belum memiliki usaha maka akan terlebih dahulu

diberikan pelatihan usaha apa yang ingin dibentuk berdasarkan kelompok afinitas

dan keadaan sumber daya yang ada di desa/kelurahan. Bagi masyarakat yang telah

memiliki usaha maka akan dibimbing bagaimana mengembangkan usaha yang

telah ada menjadi lebih besar lagi.

Sampai dengan tahun 2012 telah terdapat 121 desa/kelurahan Program

Demapan di Sumatera Utara yang tersebar di 24 kabupaten/kota. Untuk

desa/kelurahan replika (percontohan) terdapat 18 desa dan salah satunya adalah

Kelurahan Ladang Bambu dan sekaligus merupakan juara 1 lomba Adikarya

(50)

ditingkat mikro sebagai program dalam mengurangi angka kemiskinan di

pedesaan/kelurahan. Pengurangan angka kemiskinan ditingkat desa/kelurahan

(mikro) tentu secara agregat akan mengurangi angka kemiskinan ditingkat

nasional (makro).

5.2 Perkembangan Program Demapan Di Ladang Bambu

Program Demapan pertama kali dilaksanakan di Kel. Ladang Bambu pada

tahun 2008. Program Demapan memiliki tahapan-tahapan ditiap tahunnya yg

ingin dicapai dan akan berakhir ditahun keempat. Tahapan tersebut yaitu

persiapan, penumbuhan, pengembangan, dan terakhir di tahap kemandirian.

Untuk perkembangan program Demapan di Kelurahan Ladang Bambu

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Perkembangan Program Demapan di Kelurahan Ladang

Bambu

Tahap Tahun Jumlah Kelompok

Afinitas

Pada tahun pertama (2008) yaitu tahap Persiapan, mula-mula dilakukan

pendataan keluarga miskin berdasarkan data penerima raskin. Lalu dibentuklah

kelompok-kelompok afinitas dimana dana bansos akan diberikan melalui

kelompok. Awal kegiatan Demapan di Ladang Bambu terdapat tiga kelompok

afinitas yang dibentuk yaitu 1) kelompok afinitas Bhineka yang berjumlah 22

orang, 2) kelompok afinitas Anggrek berjumlah 10 orang, 3) kelompok afinitas

(51)

orang. Pembentukan kelompok afinitas bisa berdasarkan kesamaan profesi seperti

kelompok Anggrek yang umumnya beranggotakan para keluarga penjual tape,

bisa juga dibentuk berdasarkan tempat tinggal seperti tantik yang beranggotakan

ibu-ibu yang tempat tinggalnya tidak berjauhan untuk memudahkan koordinasi

dan komunikasi.

Pada awal tahun kedua (2009) yaitu ditahap Penumbuhan disinilah dana

disalurkan kepada masing-masing anggota dari tiap kelompok untuk menerima

bantuan berupa pinjaman dengan bunga rendah. Dana bansos diberikan dalam 2x

pencairan, yaitu pencairan pertama 80% dan kedua 20%. Untuk dana awal yang

dapat disalurkan sebesar 80% yaitu sekitar Rp 80.000.000. Besarnya dana untuk

masing-masing kelompok ditentukan berdasarkan musyawarah seluruh anggota

program dan telah disepakati bersama. Untuk kelompok Bhineka dana yang

diterima yaitu sebesar Rp 34.475.000, kelompok Anggrek Rp 15.025.000, dan

Tantik sebesar Rp 30.500.000. Ditahap Penumbuhan ini setiap bulan dana yang

telah dibagikan akan dievaluasi untuk bagaimana perkembangan pengembalian

apakah terhambat atau tidak, apabila terhambat maka akan dibahas apa yang

membuat individu tersebut untuk tidak mengembalikan dan dicari jalan keluarnya

bersama-sama. Karena dilihat program berjalan dengan baik maka pada akhir

tahun 2009 dibentuk satu kelompok lagi yaitu kelompok Maju Bersama yang

beranggotakan 13 orang sehingga pada tahun 2009 tercatat anggota sebanyak 63

orang dan menerima sisa bantuan yaitu berjumlah Rp 20.000.000.

Pada tahun ketiga (2010) yaitu tahap Pengembangan selain dilakukan

kegiatan untuk mengembangkan pendapatan para anggota afinitas juga dilakukan

(52)

mensosialisasikan masyarakat lain disekitar lingkungan Ladang Bambu untuk

bergabung dalam program Demapan untuk memperbaiki perekonomian rumah

tangganya. Diakhir tahun 2010 jumlah anggota keseluruhan dari kelompok

afinitas meningkat 2x lipat dari jumlah awal yaitu dari 63 orang menjadi 126

orang.

Pada tahun terakhir (2011) dari program Demapan yaitu tahap

Kemandirian diharapakan masyarakat mampu mandiri dan memberi dampak baik

terhadap lingkungan sekitar serta diluar Kelurahan Ladang Bambu. Telah terjadi

perkembangan lagi dari anggota-anggota kelompok yang semula berjumlah 126

orang menjadi 177 orang dan dibentuk lagi satu kelompok yaitu kelompok afinitas

Mawar sehingga pada saat ini jumlah kelompok afinitas sudah menjadi 5

kelompok. Pada tahap ini masyarakat harus mampu mengembangkan dana yang

telah diberikan untuk meningkatkan pendapatannya agar dapat meningkatkan taraf

hidupnya dan juga diharapkan mampu memberikan pengaruh yang baik tidak

hanya kepada masyarakat sekitar Ladang Bambu tapi ke masyarakat disekitar

Ladang Bambu. Dan berkat kesuksesan program yang berjalan pada tahun 2011

menjadikan Kel. Ladang Bambu juara 1 Adikarya Pangan Nusantara tingkat

Sumatera Utara. Sampai sekarang jumlah anggota kelompok afinitas terus

bertambah dan saat ini telah berjumlah 194 orang.

Dengan sikap dan perilaku masyarakat Ladang Bambu yang baik dan

kooperatif membuat pemerintah melalui BKP semakin gencar untuk melakukan

program-program untuk membantu masyarakat Kel. Ladang Bambu seperti

program P2KPG (Program Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi) yang

(53)

dan juga memberikan bantuan sarana dan prasarana seperti untuk kelompok para

penjual tape mendapatkan bantuan dandang untuk memudahkan produksi tapenya

serta bantuan oven untuk kelompok penjual kue/roti. Perbaikan jalan dan

jembatan penghubung juga dilakukan untuk kelancaran dan kemudahan akses

antar kelurahan.

5.3 Dampak Program Demapan Terhadap Pendapatan Masyarakat

Suatu program akan menjadi sarana apabila dilakukan dengan tepat, baik

tepat waktu, tepat sasaran, tepat perencanaan maupun tepat prosedur. Hal tersebut

searah dengan program Demapan yang mengedepankan efektifitas dalam

pelaksanaannya. Efektif dalam arti diberikan pada orang yang tepat, dalam jumlah

yang tepat, dan pemanfaatan yang tepat. Apabila pemberiaan dana tersebut tidak

tepat pada sasarannya maka akan berdampak negatif bagi keberlanjutan program

tersebut dan program-program lain yang akan berjalan.

Berdasarkan pengamatan, masyarakat yang memperoleh pinjaman

sebagian besar adalah ibu-ibu yang mewakili kepala keluarga dan sebagian besar

juga memanfaatkan dana tersebut untuk menambah modal usahanya. Menurut

para responden yang telah diwawancara, dengan adanya pinjaman ini sangat

mempermudah dalam penambahan modal usaha dikarenakan bunga yang sangat

rendah sekitar 1%, ini cukup jauh dengan bunga apabila mereka meminjam

kepada bank.

Untuk melihat berhasil atau tidaknya suatu program tentu saja pada

umumnya berorientasi terhadap pendapatan. Pendapatan yang digunakan dalam

analisis adalah pendapatan usaha rata-rata, yaitu total penerimaan usaha dikurangi

(54)

I = TR – TC

Keterangan:

I = Income/Pendapatan

TR = Total penerimaan

TC = Total Biaya

Untuk dapat melihat dampaknya terhadap pendapatan masyarakat yaitu

dengan membandingkan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah/sedang

berjalannya program tersebut.

A. Analisis dan interpretasi output Paired Samples Statistics

Tabel di atas merupakan ringkasan perbandingan statistik pada setiap

kelompok sampel. Dapat dilihat bahwa pendapatan masyarakat sebelum menerima

program Demapan meliki rata-rata sebesar Rp 2.931.900,- dengan standar deviasi

sebesar 1.30541 dan rata error sebesar 2.38335. Dapat dilihat juga pendapatan

masyarakat sesudah menerima program Demapan memiliki rata-rata sebesar Rp

4.469.500, dengan standar deviasi sebesar 1.35971 dan rata-rata error sebesar

2.48248.

Berdasarkan analisis ini, maka dapat dilihat kecenderungan kenaikan

rata-Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 PendapatanSebelum 2.9319E6 30 1.30541E5 2.38335E5

(55)

sesudah menerima program, tetapi masih memerlukan pengujian lanjut apakah

perbedaan tersebut signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

B. Analisis dan interpretasi Paired Samples Correlation

Dapat dilihat hasil korelasi antara pendapatan masyarakat sebelum dan

sesudah menerima program Demapan adalah r 0,850 dengan nilai probabilitas

atau tampak pada kolom sig. 0,000. Hal ini menunjukkan korelasi antara

pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah menerima program Demapan adalah

sangat kuat karena r mendekati 1, dan korelasi ini signifikan pada taraf

kepercayaan 95% atau probabilitas < 0,05.

C. Analisis dan interpretasi output Paired Samples Test

Berdasarkan output di atas, dapat diuji perbedaan rata-rata pendapatan

sebelum dan sesudah menerima program Demapan pada taraf kepercayaan 95%

dengan menyusun hipotesis yang dirumuskan untuk pengujian dengan

menggunakan mean atau rata-rata hitung, yaitu:

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 PendapatanSebelum & PendapatanSesudah

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 PendapatanSebelum - PendapatanSesudah

Gambar

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Daerah Tahun 2001-2007
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Tahun 1999 – Maret 2009
Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Demapan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya untuk mengatasi rawan pangan dan kemiskinan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan masyarakat, maka sejak tahun 2006 pemerintah melalui Badan

Bagaimana pemahaman rumah tangga di lokasi Program Desa Mandiri Pangan mengenai kandungan gizi pangan yang dikonsumsi. Sangat

Berdasarkan hasil dari penelitian uji beda sampel data berpasangan Paired Sample Test yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dengan adanya Modal Pinjaman yang diberikan

Keterbatasan kemampuan masyarakat miskin pedesaan dalam mengelola dan memanfaatkan hasil pertanian, diberdayakan melalui program desa mandiri pangan. Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku keluarga petani dalam penganekaragaman konsumsi pangan berdasarkan karakteristik keluarga di Kelurahan Baru Ladang

Dari survei awal yang dilakukan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan merupakan daerah mandiri pangan, mayoritas bekerja sebagai petani (padi,

Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Beras dan Pangan Non Beras (Studi Kasus : Desa Bagan Serdang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang), Medan :

Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu uji t sampel berpasangan (paired sample t-test) .Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada