• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia 2006-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia 2006-2015"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Jenis Kelamin : Perempuan

Gol Darah : A

Agama : Islam

Suku : Sunda

Kebangsaan : Indonesia

Kewarganegaraan : Indonesia Status Perkawinan : Belum menikah

Nomor HP : 081223639094

E-Mail : kimcyychan@gmail.com

Alamat : Komplek Bumi Abdi Negara Jl. Senam No.8,Subang

Pendidikan :

1. SDN Kalapa Kembar Subang 2001-2016

2. SMPN 2 Subang 2006-2009

3. SMAN 3 Subang 2009-2012

4. Universitas Komputer Indonesia Kota Bandung Semester 8 (Berjalan)

(5)

The Influence of Inflation and Crude Oil Price and Share Price Index at Indonesian Stock Exchange Period 2006-2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Jenjang S1

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Oleh:

CYNTIA ANGGIANI NATALIA 21212246

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(6)

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN HARGA

MINYAK DUNIA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

(IHSG) PADA BEI PERIODE 2006-2015” ini penulis ajukan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan

baik dalam pengumpulan data maupun tata cara penyusunan, pembahasan masalah serta penyajiannya mengingat keterbatasan kemampuan dan ilmun yang penulis

miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun.

Terselesaikannya Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec., Lic. Selaku Dekan Universitas Komputer Indonesia

3. Dr. Raeny Dwi Santy SE., MSi, selaku Ketua Program Studi Manajemen 4. Ibu Windi Novianti, SE., MM. Selaku Dosen Wali Jurusan Manajemen Kelas

MN-6 Universitas Komputer Indonesia.

5. Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si. Selaku Pembimbing. 6. Para Dosen Penguji 1 dan 2 Sidang Skripsi.

(7)

padam bagi kelancaran anaknya menyelesaikan kuliah agar lancar.

10. Geng saya MMG dan teman-teman MN6 yang sebenarnya tidak selalu membantu saya dalam suka maupun duka dalam menyusun laporan Skripsi ini hingga selesai, tapi mereka yang membuat saya bersemangat.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan

semangatnya.

Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya bagi semua pihak tersebut di atas dan semoga amal baik yang telah

diberikan kepda penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

(8)

ABSTRAK...iv

1.2.Identifikasi dan Rumusan Masalah...7

(9)

2.1.1.3. Jenis-Jenis Inflasi...13

2.1.1.4. Dampak Inflasi...15

2.1.1.5. Teori-Teori Penyebab Inflasi...20

2.1.1.6. Pengukuran Tingkat Inflasi...21

2.1.2. Harga Minyak Bumi...23

2.1.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Minya Dunia.24 2.1.2.2. Penetapan Harga Minyak Dunia...28

2.1.3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)...29

2.1.3.1. Pengertian IHSG...29

2.1.3.2. Metode Penghitungan IHSG...30

2.1.4. Hasil Penelitian Terdahulu...32

2.2. Kerangka Pemikiran...38

2.2.1. Keterkaitan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...39

2.2.2. Keterkaitan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...40

2.2.3. Keterkaitan Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia Terhadap IHSG...40

2.3. Paradigma Penelitian...40

2.4. Hipotesis...41

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN...42

3.1...O bjek Penelitian...42

3.2...M etode Penelitian...43

3.2.1. Desain Penelitian...44

(10)

3.2.3.2. Teknik Penentuan Data...48

3.2.4. Teknik Pengumpulan Data...49

3.2.5. Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis...50

3.2.5.1. Rancangan Analisis...50

3.2.5.2. Pengujian Hipotesis...57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...64

4.1 Gambaran umum perusahaan...64

4.1.1. Sejarah perusahaan...64

4.1.1.1. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia...68

4.2 Analisis Deskriptif...70

4.2.1. Perkembangan Inflasi...70

4.2.2. Perkembangan Harga Minyak Dunia...74

4.2.3. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan...79

4.3 Analisis Verifikatif...83

4.3.1. Analisis Regresi Linear Berganda...83

4.3.2. Uji Asumsi Klasik...85

4.3.3. Koefisien Korelasi Parsial...91

4.3.4. Uji Koefisien Determinasi...93

4.4 Pengujian Hipotesis...95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...103

5.1 Kesimpulan...103

5.2 Saran...104

(11)

Ardian Agung Witjaksono, 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG (Studi Kasus Pada IHSG di BEI Selama Periode 2000-2009). Jurnal Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro.

Dwi Eko Waluyo, 2003. Teori Ekonomi Makro. Malang : Penerbit UMM.

Endang Puspitawati, Dkk, 2007. Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI Semester Genap. Klaten : Viva Pakarindo.

Imam Ghozali, 2006.Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hasan, 2009. MANAJEMEN BISNIS SYARI’AH Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Husein Umar, 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Istriyansah Novitasari, 2013. Pengaruh Inflasi, Harga Minyak Mentah Indonesia, dan Suku Bunga (BI RATE) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Data Perbulan Periode 2006-2012). Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya.

Mohamad Samsul, 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portfolio.

Muliaman, 2004. Indeks Saham Perbankan. Jakarta: Direktorat Penelitian Dana Pengaturan Perbankan Indonesia.

Priyatno, 2008. Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Mediakom.

(12)

Singgih Santoso, 2012. Analisis SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Sobel Russel S.et.al, 2009. Macroeconomics : Private and Public Choice. 13th edition.

Sugiono, 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.

Sunariyah, 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Suprihati MM, 2015. Analisis Pelaksanaan Manajemen Mutu ISO. Jurnal kuntansi dan Pajak Vol.15.

Suramaya Suci Kewal, 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia. Volume 8, Nomor 1.

Sylvia Handiani, 2014. Pengaruh Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia dan Nilai Tukar Dollar Amerika/Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Pada Periode 2008-2013. E-Journal Graduate UNPAR Part-A Economics. Vol.1 , No.1. ISSN : 2355-4304.

Badan Pusat Statistik, 2016. Laporan Tingkat Inflasi. http://bps.go.id diakses tanggal 10 Maret 2016.

Finance Yahoo, 2016. Laporan Indeks Harga Saham Gabungan.

http://finance.yahoo.com diakses tanggal 10 Maret 2016.

Seputar Forex, 2016. Definisi dan Faktor-Faktor Harga Minyak Dunia. http://seputarforex.com diakses tanggal 22 Maret 2016.

(13)
(14)

11 2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Inflasi

2.1.1.1. Pengertian Inflasi

Menurut Investoword inflasi merupakan suatu kenaikan harga umum dari

keseluruhan barang dan jasa dalam suatu perekonomian yang biasanya diukur

dengan indeks harga konsumen (Consumer Price Index) dan Indeks Harga

Produsen (Producer Price Index).

Wordnet 1,6 (Universitas Princeton) mengatakan bahwa inflasi adalah

peningkatan harga umum secara progresif; (Saat inflasi terjadi, semuanya semakin

bernilai kecuali uang).

Menurut Kamus Lengkap Webster’s New Universal (1983) inflasi

merupakan peningkatan jumlah mata uang yang beredar yang mengakibatkan

penurunan nilai mata uang yang tajam dan mendadak serta kenaikan harga.

Pengertian inflasi menurut Russel Sobel.et.al (2009) adalah “peningkatan

tingkat umum harga barang dan jasa. Inflasi sendiri bukan merupakan suatu gejala

dimana terjadi kenaikan harga pada jangka waktu yang pendek, melainkan bahwa

inflasi menunjukkan peningkatan harga yang berlangsung pada jangka waktu yang relatif panjang.”

Selain pengertian dari Russel tersebut diketahui juga bahwa pengertian

dari Inflasi menurut seorang ekonom terkenal di Indonesia, yang menyebutkan

(15)

perekonomian (Sadono Sukirno, 2002;15). Sadono Sukirno menyebutkan dengan

singkat dan jelas bahwa “yang disebut dengan Inflasi adalah suatu proses

kenaikan harga-harga.”

Sedangkan menurut Gerald J. Thuesen dan W.J. Fabrycky yang dikutip

dalam buku Analisis Investasi dalam perspektif Ekonomi dan Politik

menyebutkan bahwa Inflasi adalah “keadaan yang menggambarkan perubahan

tingkat harga dalam sebuah perekonomian.”

Dari pengertian-pengertian diatas dapat kita simpulkan dengan singkat

bahwa inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan

terjadi secara terus-menerus dan menggambarkan perekonomian di Indonesia

secara keseluruhan.

2.1.1.2. Penyebab Inflasi

Menurut Adrian Sutedi (2012) inflasi disebabkan oleh kenaikan

permintaan dan kenaikan biaya produksi. Penjelasan lebih lanjut untuk kedua

penyebab inflasi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Inflasi karena kenaikan permintaan (Demand Pull Inflation)

Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk

beberapa jenis barang. Dalam hal ini, permintaan masyarakat meningkatkan

secara agregat (aggregate demand). Peningkatan permintaan ini dapat terjadi

karena peningkatan belanja pada pemerintah, peningkatan permintaan akan barang

untuk diekspor, dan peningkatan permintaan barang bagi kebutuhan swasta.

Kenaikan permintaan masyarakat (aggregate demand) ini mengakibatkan

(16)

b. Inflasi karena biaya produksi (Cost Pull Inflation)

Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Kenaikan

pada biaya produksi terjadi akibat karena kenaikan harga-harga bahan baku,

misalnya karena keberhasilan serikat buruh dalam menaikkan upah atau karena

kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan biaya produksi mengakibatkan

harga naik dan terjadilah inflasi.

c. Inflasi karena jumlah uang yang beredar bertambah

Teori ini diajukan oleh kaum klasik yang mengatakan bahwa ada

hubungan antara jumlah uang yang beredar dan harga-harga. Bila jumlah barang

itu tetap, sedangkan uang beredar bertambah dua kali lipat maka harga akan naik

dua kali lipat. Penambahan jumlah uang yang beredar dapat terjadi misalnya kalau

pemerintah memakai sistem anggaran defisit. Kekurangan anggaran ditutup

dengan melakukan pencetakan uang baru yang mengakibatkan harga-harga naik.

2.1.1.3. Jenis-Jenis Inflasi

Adapun jenis-jenis inflasi atau macam-macam inflasi dapat dibedakan

berdasarkan tingkat keparahan, sumber dan penyebabnya menurut Adrian Sutedi

(2012) adalah sebagai berikut :

a. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya

Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dapat dibedakan atas ringan,

sedang, berat, dan sangat berat.

1) Inflasi ringan : Inflasi ringan adalah inflasi yang masih belum begitu

mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ini dapat dengan mudah

(17)

menimbulkan krisis di bidang ekonomi. Inflasi ringan berada di bawah

10% per tahun.

2) Inflasi sedang : Inflasi ini belum membahayakan kegiatan ekonomi. Tetapi

inflasi ini bisa menurunkan kesejahteraan orang-orang berpenghasilan

tetap. Inflasi sedang berkisar antara 10%-30% per tahun.

3) Inflasi berat : Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Pada

inflasi berat ini, biasanya orang cenderung menyimpan barang. Dan pada

umumnya orang mengurungkan niatnya untuk menabung, karena bunga

pada tabungan lebih rendah daripada laju inflasi. Inflasi berat berkisar

antara 30%-100% per tahun.

4) Inflasi sangat berat (Hyperinflation) : Inflasi jenis ini sudah mengacaukan

kondisi perekonomian dan susah dikendalikan walaupun dengan kebijakan

moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi yang sangat berat berada pada 100%

keatas setiap tahun.

b. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya, inflasi dibedakan atas inflasi yang bersumber dari luar

negeri dan inflasi yang bersumber dari dalam negeri.

1) Inflasi yang bersumber dari luar negeri : Inflasi ini terjadi karena ada

kenaikan harga di luar negeri. Pada perdagangan bebas, banyak negara

yang saling berhubungan dalam perdagangan. Bila suatu negara

mengimpor barang pada negara yang mengalami inflasi, maka otomatis

(18)

negerinya sehingga menimbulkan inflasi. Contoh, Indonesia banyak

mengimpor barang-barang modal dari negara lain. Jika di negara itu harga

barang-barang modal naik, maka kenaikannya itu akan turut berpengaruh

di Indonesia sehingga menimbulkan inflasi.

2) Inflasi yang bersumber dari dalam negeri : Inflasi yang bersumber dari

dalam negeri dapat terjadi karena pencetakan uang baru oleh pemerintah

atau penerapan anggaran defisit. Inflasi yang bersumber dari dalam negeri

juga dapat terjadi karena kegagalan panen. Kegagalan panen menyebabkan

penawaran pada suatu jenis barang berkurang, sedangkan permintaan

tetap, sehingga harga-harga akan naik.

2.1.1.4. Dampak Inflasi

a. Dampak Inflasi

Inflasi tidak selalu berdampak buruk bagi perekonomian. Inflasi yang

terkendali justru dapat meningkatkan kegiatan perekonomian. Berikut ini adalah

akibat-akibat yang ditimbulkan inflasi dan cara mengendalikannya terhadap

kegiatan ekonomi masyarakat. Berikut adalah dampak inflasi menurut Endang

Puspitawati, dkk (2007:27) :

1) Dampak Inflasi terhadap Pendapatan : Inflasi dapat mengubah pendapatan

masyarakat. Perubahan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan.

Pada beberapa kondisi (kondisi inflasi lunak), inflasi dapat mendorong

perkembangan ekonomi. Inflasi dapat mendorong para pengusaha

(19)

kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Namun, bagi

masyarakat yang berpenghasilan tetap inflasi akan menyebabkan mereka

rugi karena penghasilan yang tetap itu jika ditukarkan dengan barang dan

jasa akan semakin sedikit.

2) Dampak Inflasi Terhadap Ekspor : Pada keadaan inflasi, daya saing untuk

barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga

barang ekspor semakin mahal. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir

dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor

berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang

diperoleh juga semakin kecil.

3) Dampak Inflasi Terhadap Minat Orang untuk Menabung : Pada masa

inflasi, pendapatan rill para penabung berkurang karena jumlah bunga

yang diterima pada kenyataannya berkurang karena laju inflasi. Misalnya,

bulan januria tahun 2006 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam

bentuk deposito satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan bunga

sebesar, misalnya, 15% per tahun. Apabila tingkat inflasi sepanjang

januari 2006-januari 2007 cukup tinggi, katakanlah 11%, maka pendapatan

dari uang yang didepositokan tinggal 4%. Minat orang untuk menabung

akan berkurang.

4) Dampak Inflasi terhadap Kalkulasi Harga Pokok : Keadaan inflasi

menyebabkan perhitungan untuk menetapkan harga pokok dapat terlalu

kecil atau bahkan terlalu besar. Oleh karena persentase dari inflasi tidak

(20)

tertentu. Akibatnya, penetapan harga pokok dan harga jual sering tidak

tepat. Keadaan inflasi ini dapat mengacaukan perekonomian, terutama

untuk produsen.

b. Cara Mengendalikan Inflasi

Tingkat inflasi yang terlalu tinggi dapat membahayakan perekonomian

suatu negara. Oleh karena itu, inflasi harus segera diatas. Tindakan yang dapat

diambil untuk mengatasi inflasi dapat berupa kebijakan moneter, kebijakan

fiskal, atau kebijakan lainnya.

1. Kebijakan Moneter :

a) Kebijakan penetapan persediaan kas : Bank sentral dapat mengambil

kebijakan untuk mengurangi uang yang beredar dengan jalan menetapkan

persediaan uang yang beredar dengan jalan menetapkan persediaan uang

kas pada bank-bank. Dengan mewajibkan bank-bank umum dapat

diedarkan oleh bank-bank umum menjadi sedikit. Dengan mengurangi

jumlah uang beredar, inflasi dapat ditekan.

b) Kebijakan diskonto : Untuk mengatasi inflasi, bank sentral dapat

menerapkan kebijakan diskonto dengan cara meningkatkan nilai suku

bunga. Tujuannya adalah agar masyarakat terdorong untuk menabung.

Dengan demikian, diharapkan jumlah uang yang beredar dapat berkurang

(21)

c) Kebijakan operasi pasar terbuka : melalui kebijakan ini, bank sentral dapat

mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual surat-surat

berharga, misalnya Surat Utang Negara (SUN). Semakin banyak jumlah

surat-surat berharga yang terjual, jumlah uang beredar akan berkurang

sehingga dapat mengurangi tingkat inflasi.

2. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah langkah untuk memengaruhi penerimaan dan

pengeluaran pemerintah. Kebijakan itu dapat memengaruhi tingkat inflasi.

Kebijakan itu antara lain sebagai berikut.

a) Menghemat pengeluaran pemerintah : Pemerintah dapat menekan inflasi

dengan cara mengurangi pengeluaran, sehingga permintaan akan barang

dan jasa berkurang yang pada akhirnya dapat menurunkan harga.

b) Menaikkan tarif pajak : Untuk menekan inflasi, pemerintah dapat

menaikkan tarif pajak. Naiknya tarif pajak untuk rumah tangga dan

perusahaan akan mengurangi tingkat konsumsi. Pengurangan tingkat

konsumsi dapat mengurangi permintaan barang dan jasa, sehingga harga

dapat turun.

3. Kebijakan Lain di Luar Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal

Untuk memperbaiki dampak yang diakibatkan inflasi, pemerintah menerapkan

kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Tetapi selain kebijakan moneter dan

fiskal, pemerintah masih mempunyai cara lain. Cara-cara dalam mengendalikan

(22)

a) Meningkatkan produksi dan menambah jumlah barang di pasar : Untuk

menambah produksi, pemerintah dapat mengeluarkan produksi. Hal itu

dapat ditempuh, misalnya, dengan memberi premi atau subsidi pada

perusahaan yang dapat memenuhi target tertentu. Selain itu, untuk

menambah jumlah barang yang beredar, pemerintah juga dapat

melonggarkan keran impor. Misalnya, dengan menurunkan bea masuk

barang impor.

b) Menetapkan harga maksimum untuk beberapa jenis barang : Penetapan

harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada sehingga inflasi dapat

dikendalikan. Tetapi penetapan itu harus realistis. Kalau penetapan itu

tidak realistis, dapat berakibat terjadi pasar gelap (black market).

c. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

Berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan atas inflasi karena

kenaikan permintaan dan inflasi karena biaya produksi menurut Sadono Sukirno

(2002) yaitu :

a) Inflasi karena kenaikan permintaan : Kenaikan permintaan terkadang tidak

dapat dipenuhi produsen. Oleh karena itu, harga-harga cenderung naik.

Hal ini sesuai dengan hukum ekonomi "jika permintaan naik sedangkan

penawaran tetap, maka harga cenderung naik.

b) Inflasi karena kenaikan biaya produksi : Kenaikan biaya produksi

mengakibatkan harga penawaran barang naik, sehingga dapat

(23)

2.1.1.5. Teori – Teori Penyebab Inflasi

Sering timbul pertanyaan mengapa inflasi itu terjadi. Pertanyaan itu dapat

dijawab dengan mengemukakan teori-teori inflasi. Ada tiga teori yang membahas

mengapa inflasi itu terjadi, yaitu teori kuantitas, teori Keynes, dan teori struktural

menurut Sadono Sukirno (2002).

1) Teori Kuantitas : Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, kaum klasik

berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang yang

beredar. Harga akan naik jika ada penambahan uang yang beredar. Jika

jumlah barang yang ditawarkan tetap, sedangkan jumlah uang ditambah

menjadi dua kali lipat, maka cepat atau lambat harga akan naik menjadi

dua kali lipat.

2) Teori Keynes : Keynes melihat bahwa inflasi terjadi karena nafsu

berlebihan dari suatu golongan masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih

banyak barang dan jasa yang tersedia. Karena keinginan memenuhi

kebutuhan secara berlebihan, permintaan bertambah, sedangkan

penawaran tetap, yang akan terjadi adalah harga akan naik, pemerintah

dapat membeli barang dan jasa dengan cara mencetak uang, misalnya

inflasi juga dapat terjadi karena keberhasilan pengusaha memperoleh

kredit. Kredit yang diperoleh ini digunakan untuk membeli barang dan

jasa sehingga permintaan agregat meningkat, sedangkan penawaran

agregat tetap. Kondisi ini berakibat pada kenaikan harga-harga.

3) Teori Struktural : Teori ini menyorot penyebab inflasi dari segi struktural

(24)

permintaan yang disebabkan oleh pertambahan penduduk. Permintaan sulit

dipenuhi ketika ada kenaikan jumlah penduduk,

2.1.1.6. Pengukuran Tingkat Inflasi

Banyak cara yang digunakan untuk mengukur tingkat Inflasi, diantaranya

adalah dengan menggunakan :

1. General Price

2. Angka Deflator Produk Nasional Bruto.

3. IHK (Indeks Harga Konsumen).

4. Atas Harga Yang Hiharapkan

5. Indeks Harga Dalam Negeri dan Luar Negeri.

(Dwi Eko Waluyo, 2003; 120-122)

1. Pengukuran Dengan Menggunakan General Price.

Cara umum yang dipakai untuk menghitung Inflasi adalah dengan

angka-angka harga umum (general price). Dengan formulasi sebagai berikut :

LIt = Laju Inflasi pada tahun t

Namun demikian dalam banyak penelitian empiris, khususnya di negara

berkembang pengamat ekonomi sering dihadapkan pada suatu kesulitan untuk

mendapatkan angka-angka harga umum. Berbagai cara untuk mendapat taksiran

harga umum dan laju inflasi telah banyak dicoba, walaupun kadang-kadang antara

penafsiran yang satu dengan yang lain menghasilkan angka dan pengaruh yang

(25)

2. Cara Penghitungan dengan menggunakan Angka Deflator Produk Nasional

Bruto (GNP Deflator).

Cara ini menggunakan formulasi sebagai berikut :

AD = Angka Deflator PNB

Yb = PNB menurut harga berlaku.

Yk = PNB menurut harga konsumen.

Kemudian untuk menghitung laju inflasinya ada dengan menggunakan formulasi

sebagai berikut :

LIt = Laju Inflasi pada periode t.

ADt = Angka Deflator PNB pada periode t.

ADt-1 = Angka Deflator PNB periode t-1.

Kelemahan dari cara ini adalah sulitnya diperoleh angka deflator PNB

bulanan, triwulanan, semesteran. Sehingga kita hanya mempunyai angka deflator

dan laju Inflasi tahunan.

3. Cara Perhitungan Dengan Indeks Harga Konsumen.

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan

(26)

diperoleh dalam bentuk bulanan, triwulanan ataupun tahunan. Untuk Indonesia

data IHK cukup mudah diperoleh baik dari laporan BPS, BI atau lembaga lainnya.

Model dari Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah sebagai berikut :

LIt = Laju Inflasi pada periode t.

IHKt = Indeks Harga Konsumen periode t.

IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen periode t-1

4. Cara Perhitungan Berdasarkan Atas Harga Yang Diharapkan.

Cara ini menitik beratkan pada perhitungan harga dan laju Inflasi pada

periode yang berlaku, dan yang ditonjolkan adalah peranan harga yang diharapkan

pada periode yang akan datang.

Untuk menghitungnya adalah dengan rumus berikut :

Llt = Laju inflasi yang diharapkan pada tahun t.

Ht+1 = Atas Harga Pengharapan pada tahun t + 1.

Ht = Atas harga yang berlaku pada tahun t.

2.1.2. Harga Minyak Bumi

Sebagaimana telah umum diketahui, setiap tahun pergerakan harga minyak

dari waktu ke waktu selalu menjadi sorotan pelaku ekonomi dunia. Hal tersebut

(27)

Minyak tidak hanya sebatas mampu mempengaruhi komoditas energi lain maupun

komoditas mineral lain, tapi juga sangat berpengaruh terhadap pergolakan sendi

perkenomian makro maupun mikro di hampir seluruh negara.

Sebagian kalangan tentunya sudah memahami bagaimana harga minyak dapat

naik ataupun turun. Namun bagi sebagian lainnya, hal ini agaknya menjadi

pertanyaan menarik mengapa dan apa penyebab serta bagaimana keseimbangan

harga minyak terjadi. Uraian catatan berikut kiranya akan sedikit mengedukasi

dan menjawab pertanyaan publik tersebut.

Di tengah kompleksitasnya, dengan beragam faktor yang berkaitan satu

sama lain dan saling mempengaruhi, pada kenyataannya pergerakan harga minyak

dari waktu ke waktu tidaklah mungkin dapat untuk dihitung dan diprediksi secara

pasti. Namun demikian, eskalasi harga miyak yang mungkin terjadi umumnya

dapat dipahami dengan melihat dua faktor, yaitu faktor fundamental dan faktor

nonfundamental. (Faiz Nouval, 2012 dalam blog seputarforex.com)

2.1.2.1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga Minyak Dunia

Menurut Faiz Nouval, 2012 dalam blog seputarforex.com bahwa fluktuasi

harga minyak dunia yang terjadi umumnya dapat dilihat dengan dua faktor yaitu :

1. Faktor Fundamental

Faktor fundamental ini merujuk pada prinsip-prinsip dasar atau

pokok yang dalam kegiatan ekonomi dapat dimaknai sebagai pertemuan

antara permintaan dan penawaran, yang mana permintaan (demand)

(28)

produsen. Pada hakekatnya, harga (price) akan terbentuk melalui interaksi

dari kedua komponen yang memiliki kepentingan yang berlawanan ini.

Dalam dunia nyata dewasa ini, di mana seluruh negara di dunia

hampir tidak ada lagi “sekat” untuk berinteraksi melakukan perdagangan

satu sama lain, permintaan akan minyak merupakan representasi dari

kebutuhan minyak hampir seluruh dunia. Sedangkan pada sisi sebaliknya,

penawaran merupakan representasi dari produksi minyak di seluruh dunia,

sehingga faktor fundamental di sini merupakan titik pertemuan antara

kebutuhan minyak dunia dan produksi minyak dunia yang kemudian

membentuk harga pada titik tersebut.

Secara empiris, penawaran minyak yang dalam hal ini merupakan

produksi minyak akan dipengaruhi ketersediaan cadangan untuk kemudian

diproduksi menjadi minyak. Selanjutnya, hal ini akan sangat tergantung

kepada kemauan dan kemampuan negara-negara pemilik cadangan

tersebut untuk memproduksi minyak.

Dewasa ini kelompok negara penghasil minyak yang tergabung

dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang

memiliki sebagian besar cadangan minyak dunia menjadi sangat dominan

dalam menentukan besar atau kecilnya produksi minyak dunia.

Kesepakatan-kesepakatan yang terjadi di antara mereka, dengan

kepentingan kepentingan tertentu yang mengikutinya dari waktu ke waktu,

telah menjadikan naik turunnya produksi (supply) minyak secara kasat

(29)

Sebaliknya dari sisi demand, secara empiris permintaan dunia akan

dipengaruhi oleh pemakaian minyak oleh negara-negara, baik yang

tergabung dalam dalam komunitas ekonomi misalnya Organisasi untuk

Kerja Sama dan Pengembangan Ekonomi (Organisation for Economic

Co-operation and Development) yang disebut OECD maupun negara-negara

yang non-OECD.

Namun demikian, pada kenyataannya demand minyak yang terjadi

tidak secara langsung mencerminkan kebutuhan total negara-negara di

seluruh dunia (baik yang tergabung dalam OECD dan non-OECD) ini

untuk menggunakan minyak pada saat itu juga. Hal ini disebabkan

pergerakan dan pengiriman minyak dari suatu negara ke negara lain

memerlukan waktu.

Mengingat pada hakekatnya minyak merupakan barang komoditas

yang diperdagangkan, dalam jeda waktu tersebut sangat dimungkinkan

eskalasi keperluan dan spekulasi-spekulasi yang pada akhirnya

menjadikan demand minyak yang dimaksud bergerak naik dan turun.

Spekulasi-spekulasi inilah yang menjadikan demand minyak susah

ditebak dan ditentukan arahnya karena hal tersebut berkenaan langsung

dengan barang dagangan lainnya, seperti mata uang dan saham yang

keseimbangannya tercipta di financial market.

2. Faktor Nonfundamental

Faktor nonfundamental dalam artian sebenarnya merupakan

(30)

penawaran dan permintaan seperti yang dijelaskan di atas. Pada

kenyataannya, faktor-faktor inilah yang sejak dimulainya era

perdagangannya minyak sangat menentukan titik keseimbangan harga

minyak yang terjadi.

Hal ini menunjukkan bahwa selain faktor fundamental, faktor

nonfundamental ini juga sangat berpengaruh pada titik harga minyak yang

tercipta. Arah dari pergolakan faktor nonfundamental ini sangatlah sulit

untuk ditebak. Hal inilah yang kemudian menjadikan arah pergerakan

harga minyak dari waktu ke waktu juga susah untuk diprediksi dengan

tepat.

Dilihat dari posisi perekonomian Indonesia, faktor penyebab

eskalasi naik turunnya harga minyak seperti yang tersebut di atas secara

langsung mempengaruhi terbentuknya harga minyak Indonesia yang biasa

disebut dengan ICP (Indonesia Crude Price).

Sulitnya pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat menentukan

asumsi pada titik harga ICP yang tepat dan presisi dalam anggaran

pendapatan dan belanja negara (APBN), secara historis telah

menyebabkan perubahan-perubahan yang signifikan pada postur APBN.

Tidak hanya perubahan signifikan pada pos penerimaan negara

maupun pada pos pengeluaran negara untuk subsidi energi (BBM dan

listrik), namun juga menyebabkan perubahan signifikan pada tingkat

inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional. Pada akhirnya, hal ini akan

(31)

tengah tahun (APBN-Perubahan) seperti halnya yang hingga tulisan ini

dibuat tengah dibahas pemerintah dengan DPR.

2.1.2.2. Penetapan Harga Minyak Dunia

Menurut A. Muttaqiena dalam seputarforex.com, saat ini penetapan harga

minyak dunia didasarkan pada dua kelompok/standar yang umum dan besar yaitu:

1. Brent (Brent Crude)

Merupakan nilai standarisasi minyak yang sumbernya berasal dari

laut utara (Eropa). Sedangkan nama Brent berasal dari lahan tambang di

laut utara, yang dibuka pada tahun 1970. Harga minyak Brent menjadi

dasar pembentukan harga sejak tahun 1971 untuk hampir 40% nilai

minyak diseluruh dunia, dan terus digunakan sampai sekarang ini. Namun

dalam perkembangannya, karena produksi dari Brent terus mengalami

penurunan maka sejak 2007 mulai berkembang standarisasi harga baru

yaitu WTI

2. WTI (West Texas Intermediate)

Adalah minyak bumi yang diproduksi di Texas (AS) dan dalam

aplikasinya kebanyakan digunakan untuk bensin industri dan itulah

(32)

2.1.3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

2.1.3.1. Pengertian IHSG

Indeks yang paling populer dalam mengukur kinerja bursa efek Indonesia

salah satuny adalah IHSG. Pengertian IHSG menurut Widoatmodjo (2004:13)

dalam Hendri N Ardiansyah (2012) “IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)

adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh

saham yang tercatat di suatu bursa efek”

Menurut Mohamad Samsul (2006:183) dalam bukunya Pasar Modal dan

Manajemen Portfolio menyebutkan bahwa indeks harga saham gabungan

(composite stock price index = CSPI) merupakan indeks gabungan dari seluruh

jenis sham yang tercatat di bursa efek. Indeks harga saham gabungan (IHSG)

diterbitkan oleh bursa efek. Cara penghitungan IHSG sama seperti indeks haega

saham parsial, yang berbeda hanya jumlah emitennya. IHSG berubah setiap hari

karena (1) perubahan harga saham yang terjadi setiap hari dan (2) adanya saham

tambahan. Pertambahan jumlah saham beredar berasal dari emisi baru, yaitu

masuknya emiten baru yang tercatat di Bursa Efek, atau terjadi tindakan corporate

action berupa split, right, waran, dividen saham, saham bonus dan saham

konversi.

Perubahan harga individu di pasar terjadi karena faktor permintaan dan

penawaran. Terdapat berbagai variabel yang mempengaruhi permintaan dan

penawaran, baik yang rasional maupun yang irrasional. Pengaruh yang sifatnya

rasional meliputi kinerja perusahaan, tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat

(33)

Pengaruh yang irrasional mencakup rumor di pasar, mengikuti mimpi, bisikan

teman, atau permainan harga. Pada umumnya, kenaikan harga atau penurunan

harga dapat terjadi secara bersama-sama.

Oleh karena itu, jika kenaikan atau penurunan berlangsung terus menerus

selama beberapa hari, maka hal itu akan diikuti oleh arus balik (reversal). Hal ini

membuktikan bahwa dalam kenaikan atau penurunan selalu ada kesalahan yang

dinamakan overreaction atau mispriced. Jika harga terus naik, maka akan diikuti

dengan penurunan harga di periode berikutnya.

2.1.3.2. Metode Penghitungan IHSG

Dalam mengukur indeks harga saham terdapat beberapa metode yang

dapat digunakan. Beberapa metode tersebut adalah :

1. Metode Market Value Weighted Index

Metode berdasarkan nilai value diatas memberikan bobot yang

besar terhadap saham berkapitalisasi besar dan bukan pada harga yang

tinggi.

“Dengan metode ini, tingkat kepentingan (bobot) dari individual

saham dalam sampel tergantung dari nilai pasar saham tersebut. Dengan

demikian, apabila terjadi perubahan dengan presentase tertentu pada

perusahaan besar akan memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan

dengan perubahan dengan angka yang sama pada perusahaan kecil.”

(34)

Metode ini cocok untuk mengindikasikan perubahan dalam nilai

pasar saham secara keseluruhan dalam indeks.

2. Metode Price Weighted Index

Berbeda dengan metode berdasarkan nilai Value, metode Price

Weighted Index lebih memberikan bobot yang besar terhadap saham

dengan harga yang tinggi.

“Metode perhitungan indeks ini merupakan metode yang menggunakan

rata-rata aritmatika dari harga saat ini, sehingga pergerakan indeks akan

dipengaruhi oleh perbedaan harga. Indeks ini lebih cocok digunakan untuk

mengindikasikan pergerakan harga dari saham tertentu.” Muliaman

(2004:10) dalam Hendri N Ardiansyah (2012).

Dalam perhitungan yang menggunakan metode ini, seluruh

harga-harga saham yang termasuk dalam perhitungan indeks dijumlahkan

kemudian dibagi dengan suatu nilai pembagi yang akan disesuaikan bila

terjadi stock split dan perubahan pada sampel setiap saat.

3. Metode Unweighted Price Index

Berbeda dengan kedua metode yang telah disebutkan, metode ini

memberikan bobot yang sama tanpa melihat nilai ataupun harga saham.

Seperti yang sikemukakan Muliaman (2004:11) dalam Hendri N

Ardiansyah (2012) “Dengan metode ini, semua saham yang memiliki

bobot yang sama tanpa melihat harga atau nilai pasarnya.”

Berdasarkan Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia

(35)

metodologi rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat (nilai pasar)

atau Market value Weighted Average Index”. Adapun cara menghitunng indeks

saham dengan metode ini adalah sebagai berikut.

Rumus :

=

����� �� �

����� �� �

x

Muliaman (2004:7)

Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar hari

ini (kapitalisasi pasar), yaitu.

Rumus : �� �� �� � = ∑��= �� ��

Muliaman (2004:8)

Keterangan :

c = closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke i

n = jumlah saham yang digunakan untuk perhitungan indeks (jumlah saham yang tercatat) untuk emiten ke i

N = jumlah emiten yang tercatat di BEI

2.1.4. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Ardian Agung W (2010)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga

SBI, dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Sementara

variable Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Indeks Nikkei 225 dan

Indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap IHSG.

2. Penelitian Suramaya Suci Kewal (2012)

Hasil penelitian menemukan bahwa hanya kurs yang berpengaruh secara

(36)

pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG. Penelitian ini hanya

menggunakan empat variable makroekonomi, sehingga penelitian

selanjutnya perlu menemukan variable makroekonomi lain yang diduga

berpengaruh terhadap IHSG.

3. Penelitian Ria Astuti,Apriatni , Hari Susanta (2013)

Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan bukti bahwa Tingkat Suku

Bunga (SBI) dan Nilai Tukar (Kurs) Rupiah berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Inflasi

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG). Sementara itu, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Hang

Seng berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG). Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan

antara Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar (Kurs) Rupiah, Inflasi,

Indeks Nikkei 225, dan Indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG).

4. Penelitian Istriyansah Novitasari (2013)

IHSG dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga minyak mentah

Indonesia , Inflasi dan Suku Bunga ( BI Rate) . Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menguji pengaruh Harga Minyak Mentah Indonesia , Inflasi

(37)

secara parsial . Ini Penelitian mengambil studi kasus di Indonesia selama

periode 2006-2012 .

5. Penelitian Sylvia Handiani (2014)

Hasil penelitian ini adalah Harga Emas Dunia berpengaruh secara positif

sebesar 2,724 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode

2008-2013, Harga Minyak Dunia berpengaruh secara positif sebesar 16,176

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013, Nilai

Tukar USD/IDR berpengaruh secara positif sebesar 0,168 terhadap Indeks

Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013 dan Harga Emas Dunia,

Harga Minyak Dunia dan Nilai Tukar USD/IDR berpengaruh secara

bersama-sama terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008

- 2013.

6. Penelitian Suprihati MM , 2015 (Jurnal Internasional)

Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan

simultan , ada pengaruh yang signifikan antara Nilai Tukar , Suku Bunga

SBI , Tingkat Inflasi , Dow Jones dan Nikkei 225 terhadap IHSG . Dengan

menggunakan pendekatan parsial Kurs , tingkat suku bunga SBI , tingkat

inflasi dan indeks Nikkei 225 dan efek negatif yang signifikan terhadap

indeks saham dan Dow Jones memiliki dampak positif dan signifikan

(38)

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Hasil Peneliti Perbedaan Persamaan

1. Ardian

variabel Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs

Rupiah berpengaruh

negatif terhadap IHSG. Sementara variable

tingkat inflasi, suku

(39)

No Peneliti Judul Hasil Peneliti Perbedaan Persamaan

Sementara itu, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Hang Seng berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan

terhadap Indeks Harga

(40)

No Peneliti Judul Hasil Peneliti Perbedaan Persamaan

IHSG dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga minyak mentah Indonesia , Inflasi dan Suku Bunga ( BI Rate) . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengambil studi kasus di Indonesia selama

Hasil penelitian ini

adalah Harga Emas

Dunia berpengaruh

secara positif sebesar 2,724 terhadap Indeks

Harga Saham

Gabungan pada periode

2008-2013, Harga

Minyak Dunia

berpengaruh secara

positif sebesar 16,176 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada

periode 2008-2013,

Nilai Tukar USD/IDR

berpengaruh secara

positif sebesar 0,168 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013 dan

(41)

No Peneliti Judul Hasil Peneliti Perbedaan Persamaan secara bersama-sama

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada pendekatan simultan , ada pengaruh yang signifikan antara Nilai Tukar , Suku Bunga SBI , tingkat inflasi dan indeks Nikkei 225 dan efek negatif yang signifikan terhadap indeks saham dan Dow Jones memiliki dampak positif dan signifikan terhadap IHSG .

Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian sebuah

negara secara makro dan perusahaan secara mikro. Dengan adanya pasar modal

maka dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pemilik perusahaan

selaku emiten untuk memperluas usahanya. Sependapat dengan apa yang

(42)

perkembangan indeks harga saham disamping angka inflasi, neraca transaksi,

PDB, dan data ekonomi makro lainnya.”

Diantara beberapa indikator yang menjadi analisis dalam pasar modal

diantaranya pergerakan IHSG di Bursa Efek yang menjadi perhatian dari para

investor yang akan menanamkan investasinya. Ada beberapa variabel yang

mempengaruhi pergerakan IHSG seperti dikemukakan oleh Muhamad Samsul

(2016:185) yaitu terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi permintaan dan

penawaran baik yang bersifat rasional maupun irrasional. Pengaruh yang sifatnya

rasional mencakup kinerja perusahaan, tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat

pertumbuhan, kurs valuta asing, atau indeks harga dari negara lain. Pengaruh

irrasional mencakup rumor pasar, mengikuti mimpi, bisikan teman, atau

permainan harga.

Demikian juga dengan pergerakan harga minyak dunia yang fluktuatif dan

bisa mempengaruhi harga saham dan tingkat inflasi suatu negara. Dimana hal

tersebuut menjadi sangat penting untuk dijaga kelangsungan pergerakannya agar

tidak banyak menyulitkan warga negara Indonesia. Pemerintah harus mengambil

tindakan dalam setiap pergerakan tingkat inflasi, harga minyak dunia yang

berdampak pada IHSG untuk kelangsungan perekonomian Indonesia.

2.2.1. Keterkaitan Tingkat Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

Hasil penelitian menemukan bahwa hanya kurs yang berpengaruh secara

signifikan terhadap IHSG, sedangkan tingkat inflasi, suku bunga SBI dan

pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG. Penelitian ini hanya

(43)

perlu menemukan variable makroekonomi lain yang diduga berpengaruh terhadap

IHSG.

Tingkat Suku Bunga (SBI) dan Nilai Tukar (Kurs) Rupiah berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Inflasi

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG). Sementara itu, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Hang Seng berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara

simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara Tingkat Suku Bunga (SBI),

Nilai Tukar (Kurs) Rupiah, Inflasi, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Hang Seng

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

2.2.2. Keterkaitan Harga Minyak Dunia Terhadap IHSG

Harga Emas Dunia berpengaruh secara positif sebesar 2,724 terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013, Harga Minyak Dunia

berpengaruh secara positif sebesar 16,176 terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan pada periode 2008-2013, Nilai Tukar USD/IDR berpengaruh secara

positif sebesar 0,168 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode

2008-2013 dan Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia dan Nilai Tukar USD/IDR

berpengaruh secara bersama-sama terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada

periode 2008 - 2013.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga

(44)

Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Dow

Jones berpengaruh positif terhadap IHSG.

2.2.3. Keterkaitan Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia terhadap IHSG

IHSG dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga minyak mentah

Indonesia , Inflasi dan Suku Bunga ( BI Rate) . Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menguji pengaruh Harga Minyak Mentah Indonesia , Inflasi dan Suku

Bunga ( BI Rate) dari Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) secara parsial . Ini

Penelitian mengambil studi kasus di Indonesia selama periode 2006-2012 .

2.3. Paradigma Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan paradigma

(45)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan

sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

: Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG)

: Harga Minyak Dunia berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG)

: Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia berpengaruh signifikan terhadap

(46)

43 3.1.Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu

penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sugiyono, (2008:8)

mengatakan Metode Deskriptif adalah menggambarkan kondisi sebenarnya obyek

penelitian ketika melakukan penelitian.Kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Jadi deskriptif artinya yaitu suatu metode

analisis yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data, kemudian berdasarkan

fakta dan kejadian yang ada termasuk masalah yang dihadapi perusahaan, dan

membandingkannya dengan teori-teori mengenai hal tersebut. Data yang

dikumpulkan kemudian disusun dan diolah secara statistik, kemudian selanjutnya

dilakukan suatu analisis dengan menggunakan perhitungan statistik, dan berusaha

untuk memecahkan permasalahan tersebut sehingga dapat menghasilkan kesimpulan.

Berdasarkan definisi objek penelitian di atas, maka yang menjadi objek dalam

penelitian ini adalah Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia dan Indeks Harga Saham

(47)

3.2.Metode Penelitian

Metode adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan tindakan, atau suatu

kerangka berfikir menyusun gagasan, yang beraturan, terarah dan terkonteks, yang

relevan dengan maksud dan tujuan. Secara ringkas, metode adalah suatu sistem untuk

melalukan suatu tindakan. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif

dan metode verifikatif.

Sedangkan menurut Sugiono (2006:6) metode deskriptif adalah “Penelitian

yang dilakukan terhadap variable mandiri yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variable lainnya”.

Maka tujuan metode deskriptif yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perkembangan tingkat inflasi periode 2006-2015

2. Untuk mengetahui perkembangan harga minyak dunia periode 2006-2015

3. Untuk mengetahui perkembangan indeks harga saham gabungan (IHSG)

periode 2006-2015

Menurut Hasan (2009:11), “metode verifikatif yaitu menguji kebenaran

sesuatu (pengetahuan) dalam bidang yang telah ada dan digunakan untuk menguji hipotesis yang menggunakan perhitungan statistik”.

Metode verifikatif dalam penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh tingkat inflasi dan harga minyak dunia terhadap indeks harga saham

(48)

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian sangat penting dilakukan adanya

perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian dapat berjalan secara

sistematis.

Adapun pengertian desain penelitian menurut Husein Umar (2005:30) yaitu “Desain penelitian adalah semua proses yang dilakukan dalam perencanaan dan

pelaksanaan penelitian.”

Proses penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2006:26) adalah sebagai

berikut:

1. Sumber masalah;

2. Rumusan masalah;

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan;

4. Pengajuan hipotesis;

5. Metode/ Strategi pendekatan penelitian;

6. Menyusun instrumen penelitian;

7. Kesimpulan;

Penulis menerapkan desain penelitian dengan proses seperti berikut:

1. Mencari sumber permasalahan dan fenomena.

2. Menetapkan masalah – masalah yang akan diteliti, dalam penelitian ini

(49)

X2) yang menjadi variabel bebas dan Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) (variabel Y) yang menjadi variabel terikat.

3. Mengumpulkan teori-teori yang relevan dengan masalah untuk menjawab

rumusan masalah yang sifatnya sementara.

4. Membuat hipotesis yang didukung oleh data dan informasi yang diperoleh

dari Bursa Efek Indonesia, website www.idx.co.id dan website

www.bps.go.id yang telah dilakukan pembahasan terdahulu walaupun

belum ada pembuktian secara empiris.

5. Memilih metode penelitian yang sesuai dalam pengujian hipotesis. Dalam

penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan

verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.

6. Menyusun dan menganalisa data yang telah diperoleh untuk pengujian

hipotesis.

7. Menyimpulkan penelitian dari jawaban-jawaban rumusan masalah

(50)

Adapun gambar desain penelitian yang digunakan oleh penulis adalah sebagai

berikut:

Gambar : 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

X = Tingkat Inflasi

X = Harga Minyak Dunia

Y = Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Table 3.1

Operasionalisasi Varibel Penelitian

Variable Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala

(51)
(52)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data

3.2.3.1 Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini tentang bagaimana

pengaruh tingkat inflasi dan harga minyak dunia terhadap indeks harga saham

gabungan adalah menggunakan data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang diambil oleh penulis dari laporan

keuangan IHSG yang terdapat di yahoo finance dan BEI periode 2006-2015.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Dalam melakukan penelitian ini, terlebih dahulu harus mengidentifikasi dan

mempelajari mengenai populasi yang diteliti

1. Populasi

Populasi pada umumnya sering diartikan sekumpulan data/objek yang

ditentukan melalui kriteria tertentu, biasanya mengidentifikasikan suatu fenomena. Andi Supangat (2007:3) menyatakan “Populasi yaitu sekumpulan objek yang

akan dijadikan sebagai bahan penelitian (penelaahan) dengan ciri mempunyai karakteristik yang sama”.

Dari pengertian tersebut dapat diketahui populasi merupakan obyek atau

subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan

(53)

penelitian ini adalah Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia dan Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG).

2. Sampel

Uma Sekaran (2006:123) mendefinisikan sampel adalah sebagian dari

populasi dan terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi.

Menurut Sugiyono (2008:81) mengemukakan bahwa:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut.”

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah berupa

perkembangan Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia dan IHSG yang telah di audit.

Data yang diambil adalah 10 tahun (2006-2015) karena dirasa Tingkat Inflasi, Harga

Minyak Dunia dan IHSG mengalami fluktuasi sehingga terjadi fenomena pada tahun

tertentu. Sampel yang diambil sebanyak sepuluh periode dengan total sampel 30 data.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Studi Pustaka

Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha memperoleh data yang

bersifat teori sebagai pembanding dengan data penelitian yang diperoleh. Data

tersebut dapat diperoleh dari literature, catatan kuliah serta tulisan lain yang

(54)

2) Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah suatu langkah pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengumpulkan dan menganalisis dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan masalah yang akan diuraikan dalam penelitian.

Dokumen tersebut berupa laporan keuangan perusahaan telekomunikasi yang

terdiri dari modal kerja, likuiditas dan profitabilitas.

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.2.5.1 Rancangan Analisis

Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun sebuah penelitian

secara sistematis data yang telah di peroleh dari hasil dokumentasi. Pada penelitian

ini peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan

menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Deskriptif (Kualitatif)

Pendekatan kualitatif menurut Sugiono (2008:14) :

Merupakan metode analisis yang berlandaskan pada filsafat post positivism,

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah

sebagai instrument kunci, hasil p enelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generelasi.

(55)

2. Analisis Verifikatif (Kuantitatif)

Analisis kuantitatif adalah analisis pengolahan data berbentuk angka. Dalam hal

ini penulis melakukan analisis pada laporan keuangan tahunan selama periode

2006-2015. Dari analisis tersebut akan didapat analisis Tingkat Inflasi dan Harga Minyak

Dunia Terhadap IHSG.

Hal ini diperlukan agar hasil akhir dan kesimpulan yang dikemukakan peneliti

tidak akan keliru dan memberikan gambaran yang tidak jauh berbeda dengan keadaan

yang sebenarnya serta hipotesis yang digunakan juga akan mengenai sasarannya.

Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang

tidak akurat mengenai keadaan subjek yang dikenai tes tersebut. Untuk itulah maka

perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap alat ukur penelitian ini.

Pengujian statistik yang digunakan adalah :

a) Analisis Regresi

Analisis regresi digunakan untuk memprediksi seberapa jauh nilai variabel terikat (Y)

bila variabel bebas (X) diubah.

Menurut Sugiyono (2012: 213) “analisis regresi digunakan untuk melakukan

prediksi, bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila naik variabel independen

dinaikkan atau diturunkan nilainnya.”

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

(56)

dengan maksud untuk mengetahui besarnya Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia

Terhadap IHSG periode 2006-2015.

Persamaan yang menyatakan bentuk hubungan antara variabel independen (X)

dan variabel dependen (Y) disebut dengan persamaan regresi.

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk

membuktikan sejauh mana hubungan pengaruh Tingkat Inflasi dan Harga Minyak

Dunia Terhadap IHSG periode 2006-2015. Analisis regresi berganda digunakan untuk

meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen Indeks Harga

Saham Gabungan, bila dua atau lebih variabel (Tingkat Inflasi) dan (Harga Minyak

Dunia) sebagai indikator.

Analisis Linear berganda digunakan dengan melibatkan dua atau lebih

variabel bebas antara variabel dependen (Y) dan variabel independen ( dan ) Bentuk persamaan dari regresi linier berganda ini yaitu :

= + + + έ

(Sumber Sugiyono; 2009)

Keterangan :

Y = variable tak bebas IHSG

a = konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat variabel

bebasnya adalah 0 (� , � = 0)

� = Variabel bebas (Tingkat Inflasi)

(57)

= koefisien regresi berganda � terhadap variabel terikat Y, apabila

variabel bebas � dianggap konstan

= koefisien regresi berganda � terhadap variabel terikat Y, apabila

variabel bebas � dianggap konstan.

έ = Faktor-faltor yang mempengaruhi variabel Y

Regresi linier berganda dengan dua variabel bebas � dan � metode kuadrat kecil

memberikan hasil bahwa koefisien-koefisien a, , dan dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Σy = na + b1ΣX1 + b2ΣX2

ΣX1y = aΣX1 + b1ΣX12 +b2ΣX1X2

ΣX2y = aΣX2 + b1ΣX1X2 + b2ΣX22

(sumber: Sugiyono,2009;279)

b. Uji Asumsi Klasik

Untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan, maka harus

memenuhi uji asumsi klasik, uji Asumsi klasik dalam penelitian ini adalah :

1. Uji Nomalitas

Sebelum dilakukan uji statistik, terlebih dahulu perlu diketahui apakah sampel

yang dipergunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen

(58)

adalah distribusi data normal atau mendekati normal(Santosa dan Ashari, 2005:12).

Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan P-P Plot Test. Pengujian

normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu

diagonal dari grafik distribusi normal.

2. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada

periode t-1 (Singgih Santoso, 71 2012:241). Metode pengujian yang sering digunakan

adalah dengan uji Durbin Watson (DW) untuk mendeteksi uji autokorelasi. Namun

secara umum bisa diambil patokan :

a) Angka D-W di bawah - 2 berarti ada autokorelasi positif.

b) Angka D-W di antara – 2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. c) Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.

3. Uji Multikolineritas

Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linier antar

variabel independen dalam model regresi (Priyatno, 2008:39). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya.

Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas, menurut Singgih Santoso (2012:236) :

a. Besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance

Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah :

(59)

2. Mempunyai angka tolerance mendekati 1.

Nilai VIF dapat diperoleh dengan rumus berikut :

VIF = � �� �

a. Besaran Korelasi Antar variabel Independen pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah :

1. Koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah (dibawah 0,5 ). Jikakorelasi kuat, terjadi problem multikolinieritas.

Menurut Ghozali (2006:95) dasar pengambilan keputusan :

VIF >10 : Antar variabel independen terjadi multikolinieritas

VIF <10 : antar variabel independen tidak terjadi multikolinieritas

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

Gejala varians yang tidak sama ini disebut dengan heteroskedastisitas, sedangkan

adanya gejala residual yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan lain disebut

dengan homoskedastisitas. Sebuah model regresi dikatakan baik jika tidak terjadi

heteroskedastisitas. (Singgih Santoso, 2012:238).

Menurut Singgih Santoso (2012:240) untuk mendeteksi adanya

heteroskedastisitas yaitu : “deteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada

(60)

residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studientized. Maka dasar

pengambilan keputusan :

Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu

pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah

terjadi Heteroskedastisitas.Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di

atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

b) Analisis Korelasi Pearson

Dalam analisis korelasi yang dicari adalah koefesien korelasi yaitu angka yang

menyatakan derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen.

c) Koefisien Determinasi

Analisis Koefisiensi Determinasi (KD) digunakan untuk melihat seberapa

besar variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) yang

dinyatakan dalam persentase. Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = � x 100%

Sugiyono (2012: 257)

Keterangan :

Kd : koefisien determinasi

(61)

Tujuan metode koefisien determinasi berbeda dengan koefisien korelasi

berganda.Pada metode koefisien determinasi, kita dapat mengetahui seberapa besar

pengaruh tingkat inflasi dan harga minyak dunia terhadap IHSG, tapi bukan taraf

hubungan seperti pada koefisien berganda (lebih memberikan gambaran fisik atau

keadaan sebenarnya dari kaitan tingkat inflasi dan harga minyak dunia terhadap

IHSG.

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara

parsial (uji t) dan penyajian secara simultan (uji F).

a. Uji Parsial (t-test)

Dalam hal ini, variabel independennya yaitu tingkat inflasi dan harga minyak

dunia, sedangkan variabel dependennya yaitu IHSG. Langkah-langkah pengujian

hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya

pengaruh antara variabel X (variabel bebas) dan variabel Y (variabel terikat). Dimana

hipotesis nol (� ) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh. Sedangkan hipotesis

alternatif (� ) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini.

Masing-masing hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut:

: = 0, artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel

(62)

: ≠ 0, artinya terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

2. Menghitung Uji t (t-test)

Menurut Sugiyono (2012: 250), mencari�ℎ� �� :

�ℎ� �� = � − −− �

Keterangan:

r : Korelasi parsial

k : jumlah variabel independen

n : Jumlah sampel

3. Kriteria Pengambilan Keputusan

a. � ditolak jika p-value < 0,05 dan thitung > ttabel

b. � diterima jika p-value > 0,05 dan thitung < ttabel

Uji Parsial antara Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG).

a) Hipotesis parsial antara variabel bebas Tingkat Inflasi terhadap IHSG yang

merupakan variabel terikat.

� : � = 0 : Tingkat Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG).

�a : � ≠ 0 : Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga

(63)

b) Hipotesis parsial antara variabel bebas Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan

Dividen yang merupakan variabel terikat.

� : � = 0 : Harga Minyak Dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

�a : β2 ≠ 0 : Harga Minyak Dunia berpengaruh signifikan terhadap Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG).

b. Uji Simultan (F-test)

Uji F merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan yang bertujuan

untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen bersama-sama mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujian

dengan menggunakan Uji F adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau

tidaknya pengaruh secara simultan variabel independen mempengaruhi variabel

dependen. Dimana hipotesis nol (� ) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh,

umumnya diformulasikan untuk ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif (� )

merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Masing-masing

hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut:

� : � , � = 0, Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia tidak berpengaruh

Gambar

Tabel 2.1
Gambar : 3.1 Desain Penelitian
Gambar 3.2

Referensi

Dokumen terkait

A STUDY ON THE PROCEDURES OP INVESTIGATION AS SEEN IN JOHN GRISHAM’S NOVELTHE SUMMONS’*. Apabila dipandang perlu Saudara diminta mengoreksi lema Skripsi

Agar tidak menimbulkan kesalahan dalam memahami skripsi yang berjudul “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI POHON ALBA DENGAN SISTEM NYINOM DALAM PERSPEKTIF

Kami sangat meyakini bahwa dengan kepemimpinan yang baik dan komitmen kuat dari semua anggota direksi dalam mengelola Dahana sesuai dengan budaya perusahaan dan pedoman

Trianggulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data... Menggunakan

Berdasarkan periode rolling, sebagaimana disajikan pada Tabel 4, terlihat bahwa pada kapal yang muatannya tidak terdapat free surface (KPIH 3), memiliki periode rolling yang

Memerhatikan cara al-Sa‘di&gt; dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran, dapat disimpulkan bahwa kitab Tafsi&gt;r al-Sa‘di&gt; ditinjau dari segi sumbernya menggunakan dua

Kriteria inklusi dalam penyaringan artikel ini adalah artikel yang berkaitan dengan terapi reminiscence pada lansia dengan depresi , jurnal/artikel yang

Selain itu juga bisa melihat-lihat isi berita serta dapat mengikuti forum diskusi yang ada dalam fasilitas website Toko Buku StarMoon Queen Untuk mempermudah dalam pemeliharaan,