Jenis Kelamin : Perempuan
Gol Darah : A
Agama : Islam
Suku : Sunda
Kebangsaan : Indonesia
Kewarganegaraan : Indonesia Status Perkawinan : Belum menikah
Nomor HP : 081223639094
E-Mail : kimcyychan@gmail.com
Alamat : Komplek Bumi Abdi Negara Jl. Senam No.8,Subang
Pendidikan :
1. SDN Kalapa Kembar Subang 2001-2016
2. SMPN 2 Subang 2006-2009
3. SMAN 3 Subang 2009-2012
4. Universitas Komputer Indonesia Kota Bandung Semester 8 (Berjalan)
The Influence of Inflation and Crude Oil Price and Share Price Index at Indonesian Stock Exchange Period 2006-2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Jenjang S1
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Oleh:
CYNTIA ANGGIANI NATALIA 21212246
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN HARGA
MINYAK DUNIA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(IHSG) PADA BEI PERIODE 2006-2015” ini penulis ajukan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan
baik dalam pengumpulan data maupun tata cara penyusunan, pembahasan masalah serta penyajiannya mengingat keterbatasan kemampuan dan ilmun yang penulis
miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun.
Terselesaikannya Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec., Lic. Selaku Dekan Universitas Komputer Indonesia
3. Dr. Raeny Dwi Santy SE., MSi, selaku Ketua Program Studi Manajemen 4. Ibu Windi Novianti, SE., MM. Selaku Dosen Wali Jurusan Manajemen Kelas
MN-6 Universitas Komputer Indonesia.
5. Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si. Selaku Pembimbing. 6. Para Dosen Penguji 1 dan 2 Sidang Skripsi.
padam bagi kelancaran anaknya menyelesaikan kuliah agar lancar.
10. Geng saya MMG dan teman-teman MN6 yang sebenarnya tidak selalu membantu saya dalam suka maupun duka dalam menyusun laporan Skripsi ini hingga selesai, tapi mereka yang membuat saya bersemangat.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan
semangatnya.
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya bagi semua pihak tersebut di atas dan semoga amal baik yang telah
diberikan kepda penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
ABSTRAK...iv
1.2.Identifikasi dan Rumusan Masalah...7
2.1.1.3. Jenis-Jenis Inflasi...13
2.1.1.4. Dampak Inflasi...15
2.1.1.5. Teori-Teori Penyebab Inflasi...20
2.1.1.6. Pengukuran Tingkat Inflasi...21
2.1.2. Harga Minyak Bumi...23
2.1.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Minya Dunia.24 2.1.2.2. Penetapan Harga Minyak Dunia...28
2.1.3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)...29
2.1.3.1. Pengertian IHSG...29
2.1.3.2. Metode Penghitungan IHSG...30
2.1.4. Hasil Penelitian Terdahulu...32
2.2. Kerangka Pemikiran...38
2.2.1. Keterkaitan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...39
2.2.2. Keterkaitan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...40
2.2.3. Keterkaitan Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia Terhadap IHSG...40
2.3. Paradigma Penelitian...40
2.4. Hipotesis...41
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN...42
3.1...O bjek Penelitian...42
3.2...M etode Penelitian...43
3.2.1. Desain Penelitian...44
3.2.3.2. Teknik Penentuan Data...48
3.2.4. Teknik Pengumpulan Data...49
3.2.5. Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis...50
3.2.5.1. Rancangan Analisis...50
3.2.5.2. Pengujian Hipotesis...57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...64
4.1 Gambaran umum perusahaan...64
4.1.1. Sejarah perusahaan...64
4.1.1.1. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia...68
4.2 Analisis Deskriptif...70
4.2.1. Perkembangan Inflasi...70
4.2.2. Perkembangan Harga Minyak Dunia...74
4.2.3. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan...79
4.3 Analisis Verifikatif...83
4.3.1. Analisis Regresi Linear Berganda...83
4.3.2. Uji Asumsi Klasik...85
4.3.3. Koefisien Korelasi Parsial...91
4.3.4. Uji Koefisien Determinasi...93
4.4 Pengujian Hipotesis...95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...103
5.1 Kesimpulan...103
5.2 Saran...104
Ardian Agung Witjaksono, 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG (Studi Kasus Pada IHSG di BEI Selama Periode 2000-2009). Jurnal Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
Dwi Eko Waluyo, 2003. Teori Ekonomi Makro. Malang : Penerbit UMM.
Endang Puspitawati, Dkk, 2007. Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI Semester Genap. Klaten : Viva Pakarindo.
Imam Ghozali, 2006.Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hasan, 2009. MANAJEMEN BISNIS SYARI’AH Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Husein Umar, 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Istriyansah Novitasari, 2013. Pengaruh Inflasi, Harga Minyak Mentah Indonesia, dan Suku Bunga (BI RATE) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Data Perbulan Periode 2006-2012). Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya.
Mohamad Samsul, 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portfolio.
Muliaman, 2004. Indeks Saham Perbankan. Jakarta: Direktorat Penelitian Dana Pengaturan Perbankan Indonesia.
Priyatno, 2008. Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Mediakom.
Singgih Santoso, 2012. Analisis SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sobel Russel S.et.al, 2009. Macroeconomics : Private and Public Choice. 13th edition.
Sugiono, 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.
Sunariyah, 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Suprihati MM, 2015. Analisis Pelaksanaan Manajemen Mutu ISO. Jurnal kuntansi dan Pajak Vol.15.
Suramaya Suci Kewal, 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia. Volume 8, Nomor 1.
Sylvia Handiani, 2014. Pengaruh Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia dan Nilai Tukar Dollar Amerika/Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Pada Periode 2008-2013. E-Journal Graduate UNPAR Part-A Economics. Vol.1 , No.1. ISSN : 2355-4304.
Badan Pusat Statistik, 2016. Laporan Tingkat Inflasi. http://bps.go.id diakses tanggal 10 Maret 2016.
Finance Yahoo, 2016. Laporan Indeks Harga Saham Gabungan.
http://finance.yahoo.com diakses tanggal 10 Maret 2016.
Seputar Forex, 2016. Definisi dan Faktor-Faktor Harga Minyak Dunia. http://seputarforex.com diakses tanggal 22 Maret 2016.
11 2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Inflasi
2.1.1.1. Pengertian Inflasi
Menurut Investoword inflasi merupakan suatu kenaikan harga umum dari
keseluruhan barang dan jasa dalam suatu perekonomian yang biasanya diukur
dengan indeks harga konsumen (Consumer Price Index) dan Indeks Harga
Produsen (Producer Price Index).
Wordnet 1,6 (Universitas Princeton) mengatakan bahwa inflasi adalah
peningkatan harga umum secara progresif; (Saat inflasi terjadi, semuanya semakin
bernilai kecuali uang).
Menurut Kamus Lengkap Webster’s New Universal (1983) inflasi
merupakan peningkatan jumlah mata uang yang beredar yang mengakibatkan
penurunan nilai mata uang yang tajam dan mendadak serta kenaikan harga.
Pengertian inflasi menurut Russel Sobel.et.al (2009) adalah “peningkatan
tingkat umum harga barang dan jasa. Inflasi sendiri bukan merupakan suatu gejala
dimana terjadi kenaikan harga pada jangka waktu yang pendek, melainkan bahwa
inflasi menunjukkan peningkatan harga yang berlangsung pada jangka waktu yang relatif panjang.”
Selain pengertian dari Russel tersebut diketahui juga bahwa pengertian
dari Inflasi menurut seorang ekonom terkenal di Indonesia, yang menyebutkan
perekonomian (Sadono Sukirno, 2002;15). Sadono Sukirno menyebutkan dengan
singkat dan jelas bahwa “yang disebut dengan Inflasi adalah suatu proses
kenaikan harga-harga.”
Sedangkan menurut Gerald J. Thuesen dan W.J. Fabrycky yang dikutip
dalam buku Analisis Investasi dalam perspektif Ekonomi dan Politik
menyebutkan bahwa Inflasi adalah “keadaan yang menggambarkan perubahan
tingkat harga dalam sebuah perekonomian.”
Dari pengertian-pengertian diatas dapat kita simpulkan dengan singkat
bahwa inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan
terjadi secara terus-menerus dan menggambarkan perekonomian di Indonesia
secara keseluruhan.
2.1.1.2. Penyebab Inflasi
Menurut Adrian Sutedi (2012) inflasi disebabkan oleh kenaikan
permintaan dan kenaikan biaya produksi. Penjelasan lebih lanjut untuk kedua
penyebab inflasi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Inflasi karena kenaikan permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk
beberapa jenis barang. Dalam hal ini, permintaan masyarakat meningkatkan
secara agregat (aggregate demand). Peningkatan permintaan ini dapat terjadi
karena peningkatan belanja pada pemerintah, peningkatan permintaan akan barang
untuk diekspor, dan peningkatan permintaan barang bagi kebutuhan swasta.
Kenaikan permintaan masyarakat (aggregate demand) ini mengakibatkan
b. Inflasi karena biaya produksi (Cost Pull Inflation)
Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Kenaikan
pada biaya produksi terjadi akibat karena kenaikan harga-harga bahan baku,
misalnya karena keberhasilan serikat buruh dalam menaikkan upah atau karena
kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan biaya produksi mengakibatkan
harga naik dan terjadilah inflasi.
c. Inflasi karena jumlah uang yang beredar bertambah
Teori ini diajukan oleh kaum klasik yang mengatakan bahwa ada
hubungan antara jumlah uang yang beredar dan harga-harga. Bila jumlah barang
itu tetap, sedangkan uang beredar bertambah dua kali lipat maka harga akan naik
dua kali lipat. Penambahan jumlah uang yang beredar dapat terjadi misalnya kalau
pemerintah memakai sistem anggaran defisit. Kekurangan anggaran ditutup
dengan melakukan pencetakan uang baru yang mengakibatkan harga-harga naik.
2.1.1.3. Jenis-Jenis Inflasi
Adapun jenis-jenis inflasi atau macam-macam inflasi dapat dibedakan
berdasarkan tingkat keparahan, sumber dan penyebabnya menurut Adrian Sutedi
(2012) adalah sebagai berikut :
a. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya
Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dapat dibedakan atas ringan,
sedang, berat, dan sangat berat.
1) Inflasi ringan : Inflasi ringan adalah inflasi yang masih belum begitu
mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ini dapat dengan mudah
menimbulkan krisis di bidang ekonomi. Inflasi ringan berada di bawah
10% per tahun.
2) Inflasi sedang : Inflasi ini belum membahayakan kegiatan ekonomi. Tetapi
inflasi ini bisa menurunkan kesejahteraan orang-orang berpenghasilan
tetap. Inflasi sedang berkisar antara 10%-30% per tahun.
3) Inflasi berat : Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Pada
inflasi berat ini, biasanya orang cenderung menyimpan barang. Dan pada
umumnya orang mengurungkan niatnya untuk menabung, karena bunga
pada tabungan lebih rendah daripada laju inflasi. Inflasi berat berkisar
antara 30%-100% per tahun.
4) Inflasi sangat berat (Hyperinflation) : Inflasi jenis ini sudah mengacaukan
kondisi perekonomian dan susah dikendalikan walaupun dengan kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi yang sangat berat berada pada 100%
keatas setiap tahun.
b. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya, inflasi dibedakan atas inflasi yang bersumber dari luar
negeri dan inflasi yang bersumber dari dalam negeri.
1) Inflasi yang bersumber dari luar negeri : Inflasi ini terjadi karena ada
kenaikan harga di luar negeri. Pada perdagangan bebas, banyak negara
yang saling berhubungan dalam perdagangan. Bila suatu negara
mengimpor barang pada negara yang mengalami inflasi, maka otomatis
negerinya sehingga menimbulkan inflasi. Contoh, Indonesia banyak
mengimpor barang-barang modal dari negara lain. Jika di negara itu harga
barang-barang modal naik, maka kenaikannya itu akan turut berpengaruh
di Indonesia sehingga menimbulkan inflasi.
2) Inflasi yang bersumber dari dalam negeri : Inflasi yang bersumber dari
dalam negeri dapat terjadi karena pencetakan uang baru oleh pemerintah
atau penerapan anggaran defisit. Inflasi yang bersumber dari dalam negeri
juga dapat terjadi karena kegagalan panen. Kegagalan panen menyebabkan
penawaran pada suatu jenis barang berkurang, sedangkan permintaan
tetap, sehingga harga-harga akan naik.
2.1.1.4. Dampak Inflasi
a. Dampak Inflasi
Inflasi tidak selalu berdampak buruk bagi perekonomian. Inflasi yang
terkendali justru dapat meningkatkan kegiatan perekonomian. Berikut ini adalah
akibat-akibat yang ditimbulkan inflasi dan cara mengendalikannya terhadap
kegiatan ekonomi masyarakat. Berikut adalah dampak inflasi menurut Endang
Puspitawati, dkk (2007:27) :
1) Dampak Inflasi terhadap Pendapatan : Inflasi dapat mengubah pendapatan
masyarakat. Perubahan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan.
Pada beberapa kondisi (kondisi inflasi lunak), inflasi dapat mendorong
perkembangan ekonomi. Inflasi dapat mendorong para pengusaha
kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Namun, bagi
masyarakat yang berpenghasilan tetap inflasi akan menyebabkan mereka
rugi karena penghasilan yang tetap itu jika ditukarkan dengan barang dan
jasa akan semakin sedikit.
2) Dampak Inflasi Terhadap Ekspor : Pada keadaan inflasi, daya saing untuk
barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga
barang ekspor semakin mahal. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir
dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor
berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang
diperoleh juga semakin kecil.
3) Dampak Inflasi Terhadap Minat Orang untuk Menabung : Pada masa
inflasi, pendapatan rill para penabung berkurang karena jumlah bunga
yang diterima pada kenyataannya berkurang karena laju inflasi. Misalnya,
bulan januria tahun 2006 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam
bentuk deposito satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan bunga
sebesar, misalnya, 15% per tahun. Apabila tingkat inflasi sepanjang
januari 2006-januari 2007 cukup tinggi, katakanlah 11%, maka pendapatan
dari uang yang didepositokan tinggal 4%. Minat orang untuk menabung
akan berkurang.
4) Dampak Inflasi terhadap Kalkulasi Harga Pokok : Keadaan inflasi
menyebabkan perhitungan untuk menetapkan harga pokok dapat terlalu
kecil atau bahkan terlalu besar. Oleh karena persentase dari inflasi tidak
tertentu. Akibatnya, penetapan harga pokok dan harga jual sering tidak
tepat. Keadaan inflasi ini dapat mengacaukan perekonomian, terutama
untuk produsen.
b. Cara Mengendalikan Inflasi
Tingkat inflasi yang terlalu tinggi dapat membahayakan perekonomian
suatu negara. Oleh karena itu, inflasi harus segera diatas. Tindakan yang dapat
diambil untuk mengatasi inflasi dapat berupa kebijakan moneter, kebijakan
fiskal, atau kebijakan lainnya.
1. Kebijakan Moneter :
a) Kebijakan penetapan persediaan kas : Bank sentral dapat mengambil
kebijakan untuk mengurangi uang yang beredar dengan jalan menetapkan
persediaan uang yang beredar dengan jalan menetapkan persediaan uang
kas pada bank-bank. Dengan mewajibkan bank-bank umum dapat
diedarkan oleh bank-bank umum menjadi sedikit. Dengan mengurangi
jumlah uang beredar, inflasi dapat ditekan.
b) Kebijakan diskonto : Untuk mengatasi inflasi, bank sentral dapat
menerapkan kebijakan diskonto dengan cara meningkatkan nilai suku
bunga. Tujuannya adalah agar masyarakat terdorong untuk menabung.
Dengan demikian, diharapkan jumlah uang yang beredar dapat berkurang
c) Kebijakan operasi pasar terbuka : melalui kebijakan ini, bank sentral dapat
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual surat-surat
berharga, misalnya Surat Utang Negara (SUN). Semakin banyak jumlah
surat-surat berharga yang terjual, jumlah uang beredar akan berkurang
sehingga dapat mengurangi tingkat inflasi.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah langkah untuk memengaruhi penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Kebijakan itu dapat memengaruhi tingkat inflasi.
Kebijakan itu antara lain sebagai berikut.
a) Menghemat pengeluaran pemerintah : Pemerintah dapat menekan inflasi
dengan cara mengurangi pengeluaran, sehingga permintaan akan barang
dan jasa berkurang yang pada akhirnya dapat menurunkan harga.
b) Menaikkan tarif pajak : Untuk menekan inflasi, pemerintah dapat
menaikkan tarif pajak. Naiknya tarif pajak untuk rumah tangga dan
perusahaan akan mengurangi tingkat konsumsi. Pengurangan tingkat
konsumsi dapat mengurangi permintaan barang dan jasa, sehingga harga
dapat turun.
3. Kebijakan Lain di Luar Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
Untuk memperbaiki dampak yang diakibatkan inflasi, pemerintah menerapkan
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Tetapi selain kebijakan moneter dan
fiskal, pemerintah masih mempunyai cara lain. Cara-cara dalam mengendalikan
a) Meningkatkan produksi dan menambah jumlah barang di pasar : Untuk
menambah produksi, pemerintah dapat mengeluarkan produksi. Hal itu
dapat ditempuh, misalnya, dengan memberi premi atau subsidi pada
perusahaan yang dapat memenuhi target tertentu. Selain itu, untuk
menambah jumlah barang yang beredar, pemerintah juga dapat
melonggarkan keran impor. Misalnya, dengan menurunkan bea masuk
barang impor.
b) Menetapkan harga maksimum untuk beberapa jenis barang : Penetapan
harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada sehingga inflasi dapat
dikendalikan. Tetapi penetapan itu harus realistis. Kalau penetapan itu
tidak realistis, dapat berakibat terjadi pasar gelap (black market).
c. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya
Berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan atas inflasi karena
kenaikan permintaan dan inflasi karena biaya produksi menurut Sadono Sukirno
(2002) yaitu :
a) Inflasi karena kenaikan permintaan : Kenaikan permintaan terkadang tidak
dapat dipenuhi produsen. Oleh karena itu, harga-harga cenderung naik.
Hal ini sesuai dengan hukum ekonomi "jika permintaan naik sedangkan
penawaran tetap, maka harga cenderung naik.
b) Inflasi karena kenaikan biaya produksi : Kenaikan biaya produksi
mengakibatkan harga penawaran barang naik, sehingga dapat
2.1.1.5. Teori – Teori Penyebab Inflasi
Sering timbul pertanyaan mengapa inflasi itu terjadi. Pertanyaan itu dapat
dijawab dengan mengemukakan teori-teori inflasi. Ada tiga teori yang membahas
mengapa inflasi itu terjadi, yaitu teori kuantitas, teori Keynes, dan teori struktural
menurut Sadono Sukirno (2002).
1) Teori Kuantitas : Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, kaum klasik
berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang yang
beredar. Harga akan naik jika ada penambahan uang yang beredar. Jika
jumlah barang yang ditawarkan tetap, sedangkan jumlah uang ditambah
menjadi dua kali lipat, maka cepat atau lambat harga akan naik menjadi
dua kali lipat.
2) Teori Keynes : Keynes melihat bahwa inflasi terjadi karena nafsu
berlebihan dari suatu golongan masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih
banyak barang dan jasa yang tersedia. Karena keinginan memenuhi
kebutuhan secara berlebihan, permintaan bertambah, sedangkan
penawaran tetap, yang akan terjadi adalah harga akan naik, pemerintah
dapat membeli barang dan jasa dengan cara mencetak uang, misalnya
inflasi juga dapat terjadi karena keberhasilan pengusaha memperoleh
kredit. Kredit yang diperoleh ini digunakan untuk membeli barang dan
jasa sehingga permintaan agregat meningkat, sedangkan penawaran
agregat tetap. Kondisi ini berakibat pada kenaikan harga-harga.
3) Teori Struktural : Teori ini menyorot penyebab inflasi dari segi struktural
permintaan yang disebabkan oleh pertambahan penduduk. Permintaan sulit
dipenuhi ketika ada kenaikan jumlah penduduk,
2.1.1.6. Pengukuran Tingkat Inflasi
Banyak cara yang digunakan untuk mengukur tingkat Inflasi, diantaranya
adalah dengan menggunakan :
1. General Price
2. Angka Deflator Produk Nasional Bruto.
3. IHK (Indeks Harga Konsumen).
4. Atas Harga Yang Hiharapkan
5. Indeks Harga Dalam Negeri dan Luar Negeri.
(Dwi Eko Waluyo, 2003; 120-122)
1. Pengukuran Dengan Menggunakan General Price.
Cara umum yang dipakai untuk menghitung Inflasi adalah dengan
angka-angka harga umum (general price). Dengan formulasi sebagai berikut :
LIt = Laju Inflasi pada tahun t
Namun demikian dalam banyak penelitian empiris, khususnya di negara
berkembang pengamat ekonomi sering dihadapkan pada suatu kesulitan untuk
mendapatkan angka-angka harga umum. Berbagai cara untuk mendapat taksiran
harga umum dan laju inflasi telah banyak dicoba, walaupun kadang-kadang antara
penafsiran yang satu dengan yang lain menghasilkan angka dan pengaruh yang
2. Cara Penghitungan dengan menggunakan Angka Deflator Produk Nasional
Bruto (GNP Deflator).
Cara ini menggunakan formulasi sebagai berikut :
AD = Angka Deflator PNB
Yb = PNB menurut harga berlaku.
Yk = PNB menurut harga konsumen.
Kemudian untuk menghitung laju inflasinya ada dengan menggunakan formulasi
sebagai berikut :
LIt = Laju Inflasi pada periode t.
ADt = Angka Deflator PNB pada periode t.
ADt-1 = Angka Deflator PNB periode t-1.
Kelemahan dari cara ini adalah sulitnya diperoleh angka deflator PNB
bulanan, triwulanan, semesteran. Sehingga kita hanya mempunyai angka deflator
dan laju Inflasi tahunan.
3. Cara Perhitungan Dengan Indeks Harga Konsumen.
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan
diperoleh dalam bentuk bulanan, triwulanan ataupun tahunan. Untuk Indonesia
data IHK cukup mudah diperoleh baik dari laporan BPS, BI atau lembaga lainnya.
Model dari Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah sebagai berikut :
LIt = Laju Inflasi pada periode t.
IHKt = Indeks Harga Konsumen periode t.
IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen periode t-1
4. Cara Perhitungan Berdasarkan Atas Harga Yang Diharapkan.
Cara ini menitik beratkan pada perhitungan harga dan laju Inflasi pada
periode yang berlaku, dan yang ditonjolkan adalah peranan harga yang diharapkan
pada periode yang akan datang.
Untuk menghitungnya adalah dengan rumus berikut :
Llt = Laju inflasi yang diharapkan pada tahun t.
Ht+1 = Atas Harga Pengharapan pada tahun t + 1.
Ht = Atas harga yang berlaku pada tahun t.
2.1.2. Harga Minyak Bumi
Sebagaimana telah umum diketahui, setiap tahun pergerakan harga minyak
dari waktu ke waktu selalu menjadi sorotan pelaku ekonomi dunia. Hal tersebut
Minyak tidak hanya sebatas mampu mempengaruhi komoditas energi lain maupun
komoditas mineral lain, tapi juga sangat berpengaruh terhadap pergolakan sendi
perkenomian makro maupun mikro di hampir seluruh negara.
Sebagian kalangan tentunya sudah memahami bagaimana harga minyak dapat
naik ataupun turun. Namun bagi sebagian lainnya, hal ini agaknya menjadi
pertanyaan menarik mengapa dan apa penyebab serta bagaimana keseimbangan
harga minyak terjadi. Uraian catatan berikut kiranya akan sedikit mengedukasi
dan menjawab pertanyaan publik tersebut.
Di tengah kompleksitasnya, dengan beragam faktor yang berkaitan satu
sama lain dan saling mempengaruhi, pada kenyataannya pergerakan harga minyak
dari waktu ke waktu tidaklah mungkin dapat untuk dihitung dan diprediksi secara
pasti. Namun demikian, eskalasi harga miyak yang mungkin terjadi umumnya
dapat dipahami dengan melihat dua faktor, yaitu faktor fundamental dan faktor
nonfundamental. (Faiz Nouval, 2012 dalam blog seputarforex.com)
2.1.2.1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga Minyak Dunia
Menurut Faiz Nouval, 2012 dalam blog seputarforex.com bahwa fluktuasi
harga minyak dunia yang terjadi umumnya dapat dilihat dengan dua faktor yaitu :
1. Faktor Fundamental
Faktor fundamental ini merujuk pada prinsip-prinsip dasar atau
pokok yang dalam kegiatan ekonomi dapat dimaknai sebagai pertemuan
antara permintaan dan penawaran, yang mana permintaan (demand)
produsen. Pada hakekatnya, harga (price) akan terbentuk melalui interaksi
dari kedua komponen yang memiliki kepentingan yang berlawanan ini.
Dalam dunia nyata dewasa ini, di mana seluruh negara di dunia
hampir tidak ada lagi “sekat” untuk berinteraksi melakukan perdagangan
satu sama lain, permintaan akan minyak merupakan representasi dari
kebutuhan minyak hampir seluruh dunia. Sedangkan pada sisi sebaliknya,
penawaran merupakan representasi dari produksi minyak di seluruh dunia,
sehingga faktor fundamental di sini merupakan titik pertemuan antara
kebutuhan minyak dunia dan produksi minyak dunia yang kemudian
membentuk harga pada titik tersebut.
Secara empiris, penawaran minyak yang dalam hal ini merupakan
produksi minyak akan dipengaruhi ketersediaan cadangan untuk kemudian
diproduksi menjadi minyak. Selanjutnya, hal ini akan sangat tergantung
kepada kemauan dan kemampuan negara-negara pemilik cadangan
tersebut untuk memproduksi minyak.
Dewasa ini kelompok negara penghasil minyak yang tergabung
dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang
memiliki sebagian besar cadangan minyak dunia menjadi sangat dominan
dalam menentukan besar atau kecilnya produksi minyak dunia.
Kesepakatan-kesepakatan yang terjadi di antara mereka, dengan
kepentingan kepentingan tertentu yang mengikutinya dari waktu ke waktu,
telah menjadikan naik turunnya produksi (supply) minyak secara kasat
Sebaliknya dari sisi demand, secara empiris permintaan dunia akan
dipengaruhi oleh pemakaian minyak oleh negara-negara, baik yang
tergabung dalam dalam komunitas ekonomi misalnya Organisasi untuk
Kerja Sama dan Pengembangan Ekonomi (Organisation for Economic
Co-operation and Development) yang disebut OECD maupun negara-negara
yang non-OECD.
Namun demikian, pada kenyataannya demand minyak yang terjadi
tidak secara langsung mencerminkan kebutuhan total negara-negara di
seluruh dunia (baik yang tergabung dalam OECD dan non-OECD) ini
untuk menggunakan minyak pada saat itu juga. Hal ini disebabkan
pergerakan dan pengiriman minyak dari suatu negara ke negara lain
memerlukan waktu.
Mengingat pada hakekatnya minyak merupakan barang komoditas
yang diperdagangkan, dalam jeda waktu tersebut sangat dimungkinkan
eskalasi keperluan dan spekulasi-spekulasi yang pada akhirnya
menjadikan demand minyak yang dimaksud bergerak naik dan turun.
Spekulasi-spekulasi inilah yang menjadikan demand minyak susah
ditebak dan ditentukan arahnya karena hal tersebut berkenaan langsung
dengan barang dagangan lainnya, seperti mata uang dan saham yang
keseimbangannya tercipta di financial market.
2. Faktor Nonfundamental
Faktor nonfundamental dalam artian sebenarnya merupakan
penawaran dan permintaan seperti yang dijelaskan di atas. Pada
kenyataannya, faktor-faktor inilah yang sejak dimulainya era
perdagangannya minyak sangat menentukan titik keseimbangan harga
minyak yang terjadi.
Hal ini menunjukkan bahwa selain faktor fundamental, faktor
nonfundamental ini juga sangat berpengaruh pada titik harga minyak yang
tercipta. Arah dari pergolakan faktor nonfundamental ini sangatlah sulit
untuk ditebak. Hal inilah yang kemudian menjadikan arah pergerakan
harga minyak dari waktu ke waktu juga susah untuk diprediksi dengan
tepat.
Dilihat dari posisi perekonomian Indonesia, faktor penyebab
eskalasi naik turunnya harga minyak seperti yang tersebut di atas secara
langsung mempengaruhi terbentuknya harga minyak Indonesia yang biasa
disebut dengan ICP (Indonesia Crude Price).
Sulitnya pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat menentukan
asumsi pada titik harga ICP yang tepat dan presisi dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN), secara historis telah
menyebabkan perubahan-perubahan yang signifikan pada postur APBN.
Tidak hanya perubahan signifikan pada pos penerimaan negara
maupun pada pos pengeluaran negara untuk subsidi energi (BBM dan
listrik), namun juga menyebabkan perubahan signifikan pada tingkat
inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional. Pada akhirnya, hal ini akan
tengah tahun (APBN-Perubahan) seperti halnya yang hingga tulisan ini
dibuat tengah dibahas pemerintah dengan DPR.
2.1.2.2. Penetapan Harga Minyak Dunia
Menurut A. Muttaqiena dalam seputarforex.com, saat ini penetapan harga
minyak dunia didasarkan pada dua kelompok/standar yang umum dan besar yaitu:
1. Brent (Brent Crude)
Merupakan nilai standarisasi minyak yang sumbernya berasal dari
laut utara (Eropa). Sedangkan nama Brent berasal dari lahan tambang di
laut utara, yang dibuka pada tahun 1970. Harga minyak Brent menjadi
dasar pembentukan harga sejak tahun 1971 untuk hampir 40% nilai
minyak diseluruh dunia, dan terus digunakan sampai sekarang ini. Namun
dalam perkembangannya, karena produksi dari Brent terus mengalami
penurunan maka sejak 2007 mulai berkembang standarisasi harga baru
yaitu WTI
2. WTI (West Texas Intermediate)
Adalah minyak bumi yang diproduksi di Texas (AS) dan dalam
aplikasinya kebanyakan digunakan untuk bensin industri dan itulah
2.1.3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
2.1.3.1. Pengertian IHSG
Indeks yang paling populer dalam mengukur kinerja bursa efek Indonesia
salah satuny adalah IHSG. Pengertian IHSG menurut Widoatmodjo (2004:13)
dalam Hendri N Ardiansyah (2012) “IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)
adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh
saham yang tercatat di suatu bursa efek”
Menurut Mohamad Samsul (2006:183) dalam bukunya Pasar Modal dan
Manajemen Portfolio menyebutkan bahwa indeks harga saham gabungan
(composite stock price index = CSPI) merupakan indeks gabungan dari seluruh
jenis sham yang tercatat di bursa efek. Indeks harga saham gabungan (IHSG)
diterbitkan oleh bursa efek. Cara penghitungan IHSG sama seperti indeks haega
saham parsial, yang berbeda hanya jumlah emitennya. IHSG berubah setiap hari
karena (1) perubahan harga saham yang terjadi setiap hari dan (2) adanya saham
tambahan. Pertambahan jumlah saham beredar berasal dari emisi baru, yaitu
masuknya emiten baru yang tercatat di Bursa Efek, atau terjadi tindakan corporate
action berupa split, right, waran, dividen saham, saham bonus dan saham
konversi.
Perubahan harga individu di pasar terjadi karena faktor permintaan dan
penawaran. Terdapat berbagai variabel yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran, baik yang rasional maupun yang irrasional. Pengaruh yang sifatnya
rasional meliputi kinerja perusahaan, tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat
Pengaruh yang irrasional mencakup rumor di pasar, mengikuti mimpi, bisikan
teman, atau permainan harga. Pada umumnya, kenaikan harga atau penurunan
harga dapat terjadi secara bersama-sama.
Oleh karena itu, jika kenaikan atau penurunan berlangsung terus menerus
selama beberapa hari, maka hal itu akan diikuti oleh arus balik (reversal). Hal ini
membuktikan bahwa dalam kenaikan atau penurunan selalu ada kesalahan yang
dinamakan overreaction atau mispriced. Jika harga terus naik, maka akan diikuti
dengan penurunan harga di periode berikutnya.
2.1.3.2. Metode Penghitungan IHSG
Dalam mengukur indeks harga saham terdapat beberapa metode yang
dapat digunakan. Beberapa metode tersebut adalah :
1. Metode Market Value Weighted Index
Metode berdasarkan nilai value diatas memberikan bobot yang
besar terhadap saham berkapitalisasi besar dan bukan pada harga yang
tinggi.
“Dengan metode ini, tingkat kepentingan (bobot) dari individual
saham dalam sampel tergantung dari nilai pasar saham tersebut. Dengan
demikian, apabila terjadi perubahan dengan presentase tertentu pada
perusahaan besar akan memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan
dengan perubahan dengan angka yang sama pada perusahaan kecil.”
Metode ini cocok untuk mengindikasikan perubahan dalam nilai
pasar saham secara keseluruhan dalam indeks.
2. Metode Price Weighted Index
Berbeda dengan metode berdasarkan nilai Value, metode Price
Weighted Index lebih memberikan bobot yang besar terhadap saham
dengan harga yang tinggi.
“Metode perhitungan indeks ini merupakan metode yang menggunakan
rata-rata aritmatika dari harga saat ini, sehingga pergerakan indeks akan
dipengaruhi oleh perbedaan harga. Indeks ini lebih cocok digunakan untuk
mengindikasikan pergerakan harga dari saham tertentu.” Muliaman
(2004:10) dalam Hendri N Ardiansyah (2012).
Dalam perhitungan yang menggunakan metode ini, seluruh
harga-harga saham yang termasuk dalam perhitungan indeks dijumlahkan
kemudian dibagi dengan suatu nilai pembagi yang akan disesuaikan bila
terjadi stock split dan perubahan pada sampel setiap saat.
3. Metode Unweighted Price Index
Berbeda dengan kedua metode yang telah disebutkan, metode ini
memberikan bobot yang sama tanpa melihat nilai ataupun harga saham.
Seperti yang sikemukakan Muliaman (2004:11) dalam Hendri N
Ardiansyah (2012) “Dengan metode ini, semua saham yang memiliki
bobot yang sama tanpa melihat harga atau nilai pasarnya.”
Berdasarkan Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia
metodologi rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat (nilai pasar)
atau Market value Weighted Average Index”. Adapun cara menghitunng indeks
saham dengan metode ini adalah sebagai berikut.
Rumus :
�
=
����� �� ������ �� �
x
Muliaman (2004:7)
Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar hari
ini (kapitalisasi pasar), yaitu.
Rumus : �� �� �� � = ∑��= �� ��
Muliaman (2004:8)
Keterangan :
c = closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke i
n = jumlah saham yang digunakan untuk perhitungan indeks (jumlah saham yang tercatat) untuk emiten ke i
N = jumlah emiten yang tercatat di BEI
2.1.4. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Ardian Agung W (2010)
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga
SBI, dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Sementara
variable Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Indeks Nikkei 225 dan
Indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap IHSG.
2. Penelitian Suramaya Suci Kewal (2012)
Hasil penelitian menemukan bahwa hanya kurs yang berpengaruh secara
pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG. Penelitian ini hanya
menggunakan empat variable makroekonomi, sehingga penelitian
selanjutnya perlu menemukan variable makroekonomi lain yang diduga
berpengaruh terhadap IHSG.
3. Penelitian Ria Astuti,Apriatni , Hari Susanta (2013)
Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan bukti bahwa Tingkat Suku
Bunga (SBI) dan Nilai Tukar (Kurs) Rupiah berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Inflasi
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Sementara itu, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Hang
Seng berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan
antara Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar (Kurs) Rupiah, Inflasi,
Indeks Nikkei 225, dan Indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
4. Penelitian Istriyansah Novitasari (2013)
IHSG dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga minyak mentah
Indonesia , Inflasi dan Suku Bunga ( BI Rate) . Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menguji pengaruh Harga Minyak Mentah Indonesia , Inflasi
secara parsial . Ini Penelitian mengambil studi kasus di Indonesia selama
periode 2006-2012 .
5. Penelitian Sylvia Handiani (2014)
Hasil penelitian ini adalah Harga Emas Dunia berpengaruh secara positif
sebesar 2,724 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode
2008-2013, Harga Minyak Dunia berpengaruh secara positif sebesar 16,176
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013, Nilai
Tukar USD/IDR berpengaruh secara positif sebesar 0,168 terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013 dan Harga Emas Dunia,
Harga Minyak Dunia dan Nilai Tukar USD/IDR berpengaruh secara
bersama-sama terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008
- 2013.
6. Penelitian Suprihati MM , 2015 (Jurnal Internasional)
Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan
simultan , ada pengaruh yang signifikan antara Nilai Tukar , Suku Bunga
SBI , Tingkat Inflasi , Dow Jones dan Nikkei 225 terhadap IHSG . Dengan
menggunakan pendekatan parsial Kurs , tingkat suku bunga SBI , tingkat
inflasi dan indeks Nikkei 225 dan efek negatif yang signifikan terhadap
indeks saham dan Dow Jones memiliki dampak positif dan signifikan
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Hasil Peneliti Perbedaan Persamaan
1. Ardian
variabel Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs
Rupiah berpengaruh
negatif terhadap IHSG. Sementara variable
tingkat inflasi, suku
No Peneliti Judul Hasil Peneliti Perbedaan Persamaan
Sementara itu, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Hang Seng berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan
terhadap Indeks Harga
No Peneliti Judul Hasil Peneliti Perbedaan Persamaan
IHSG dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga minyak mentah Indonesia , Inflasi dan Suku Bunga ( BI Rate) . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengambil studi kasus di Indonesia selama
Hasil penelitian ini
adalah Harga Emas
Dunia berpengaruh
secara positif sebesar 2,724 terhadap Indeks
Harga Saham
Gabungan pada periode
2008-2013, Harga
Minyak Dunia
berpengaruh secara
positif sebesar 16,176 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada
periode 2008-2013,
Nilai Tukar USD/IDR
berpengaruh secara
positif sebesar 0,168 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013 dan
No Peneliti Judul Hasil Peneliti Perbedaan Persamaan secara bersama-sama
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada pendekatan simultan , ada pengaruh yang signifikan antara Nilai Tukar , Suku Bunga SBI , tingkat inflasi dan indeks Nikkei 225 dan efek negatif yang signifikan terhadap indeks saham dan Dow Jones memiliki dampak positif dan signifikan terhadap IHSG .
Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian sebuah
negara secara makro dan perusahaan secara mikro. Dengan adanya pasar modal
maka dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pemilik perusahaan
selaku emiten untuk memperluas usahanya. Sependapat dengan apa yang
perkembangan indeks harga saham disamping angka inflasi, neraca transaksi,
PDB, dan data ekonomi makro lainnya.”
Diantara beberapa indikator yang menjadi analisis dalam pasar modal
diantaranya pergerakan IHSG di Bursa Efek yang menjadi perhatian dari para
investor yang akan menanamkan investasinya. Ada beberapa variabel yang
mempengaruhi pergerakan IHSG seperti dikemukakan oleh Muhamad Samsul
(2016:185) yaitu terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran baik yang bersifat rasional maupun irrasional. Pengaruh yang sifatnya
rasional mencakup kinerja perusahaan, tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat
pertumbuhan, kurs valuta asing, atau indeks harga dari negara lain. Pengaruh
irrasional mencakup rumor pasar, mengikuti mimpi, bisikan teman, atau
permainan harga.
Demikian juga dengan pergerakan harga minyak dunia yang fluktuatif dan
bisa mempengaruhi harga saham dan tingkat inflasi suatu negara. Dimana hal
tersebuut menjadi sangat penting untuk dijaga kelangsungan pergerakannya agar
tidak banyak menyulitkan warga negara Indonesia. Pemerintah harus mengambil
tindakan dalam setiap pergerakan tingkat inflasi, harga minyak dunia yang
berdampak pada IHSG untuk kelangsungan perekonomian Indonesia.
2.2.1. Keterkaitan Tingkat Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Hasil penelitian menemukan bahwa hanya kurs yang berpengaruh secara
signifikan terhadap IHSG, sedangkan tingkat inflasi, suku bunga SBI dan
pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG. Penelitian ini hanya
perlu menemukan variable makroekonomi lain yang diduga berpengaruh terhadap
IHSG.
Tingkat Suku Bunga (SBI) dan Nilai Tukar (Kurs) Rupiah berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Inflasi
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Sementara itu, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Hang Seng berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara
simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara Tingkat Suku Bunga (SBI),
Nilai Tukar (Kurs) Rupiah, Inflasi, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Hang Seng
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
2.2.2. Keterkaitan Harga Minyak Dunia Terhadap IHSG
Harga Emas Dunia berpengaruh secara positif sebesar 2,724 terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013, Harga Minyak Dunia
berpengaruh secara positif sebesar 16,176 terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan pada periode 2008-2013, Nilai Tukar USD/IDR berpengaruh secara
positif sebesar 0,168 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode
2008-2013 dan Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia dan Nilai Tukar USD/IDR
berpengaruh secara bersama-sama terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada
periode 2008 - 2013.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga
Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Dow
Jones berpengaruh positif terhadap IHSG.
2.2.3. Keterkaitan Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia terhadap IHSG
IHSG dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga minyak mentah
Indonesia , Inflasi dan Suku Bunga ( BI Rate) . Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menguji pengaruh Harga Minyak Mentah Indonesia , Inflasi dan Suku
Bunga ( BI Rate) dari Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) secara parsial . Ini
Penelitian mengambil studi kasus di Indonesia selama periode 2006-2012 .
2.3. Paradigma Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan paradigma
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan
sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
: Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
: Harga Minyak Dunia berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
: Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia berpengaruh signifikan terhadap
43 3.1.Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu
penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan
jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sugiyono, (2008:8)
mengatakan Metode Deskriptif adalah menggambarkan kondisi sebenarnya obyek
penelitian ketika melakukan penelitian.Kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Jadi deskriptif artinya yaitu suatu metode
analisis yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data, kemudian berdasarkan
fakta dan kejadian yang ada termasuk masalah yang dihadapi perusahaan, dan
membandingkannya dengan teori-teori mengenai hal tersebut. Data yang
dikumpulkan kemudian disusun dan diolah secara statistik, kemudian selanjutnya
dilakukan suatu analisis dengan menggunakan perhitungan statistik, dan berusaha
untuk memecahkan permasalahan tersebut sehingga dapat menghasilkan kesimpulan.
Berdasarkan definisi objek penelitian di atas, maka yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia dan Indeks Harga Saham
3.2.Metode Penelitian
Metode adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan tindakan, atau suatu
kerangka berfikir menyusun gagasan, yang beraturan, terarah dan terkonteks, yang
relevan dengan maksud dan tujuan. Secara ringkas, metode adalah suatu sistem untuk
melalukan suatu tindakan. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif
dan metode verifikatif.
Sedangkan menurut Sugiono (2006:6) metode deskriptif adalah “Penelitian
yang dilakukan terhadap variable mandiri yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variable lainnya”.
Maka tujuan metode deskriptif yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan tingkat inflasi periode 2006-2015
2. Untuk mengetahui perkembangan harga minyak dunia periode 2006-2015
3. Untuk mengetahui perkembangan indeks harga saham gabungan (IHSG)
periode 2006-2015
Menurut Hasan (2009:11), “metode verifikatif yaitu menguji kebenaran
sesuatu (pengetahuan) dalam bidang yang telah ada dan digunakan untuk menguji hipotesis yang menggunakan perhitungan statistik”.
Metode verifikatif dalam penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh tingkat inflasi dan harga minyak dunia terhadap indeks harga saham
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan sebuah penelitian sangat penting dilakukan adanya
perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian dapat berjalan secara
sistematis.
Adapun pengertian desain penelitian menurut Husein Umar (2005:30) yaitu “Desain penelitian adalah semua proses yang dilakukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian.”
Proses penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2006:26) adalah sebagai
berikut:
1. Sumber masalah;
2. Rumusan masalah;
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan;
4. Pengajuan hipotesis;
5. Metode/ Strategi pendekatan penelitian;
6. Menyusun instrumen penelitian;
7. Kesimpulan;
Penulis menerapkan desain penelitian dengan proses seperti berikut:
1. Mencari sumber permasalahan dan fenomena.
2. Menetapkan masalah – masalah yang akan diteliti, dalam penelitian ini
X2) yang menjadi variabel bebas dan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) (variabel Y) yang menjadi variabel terikat.
3. Mengumpulkan teori-teori yang relevan dengan masalah untuk menjawab
rumusan masalah yang sifatnya sementara.
4. Membuat hipotesis yang didukung oleh data dan informasi yang diperoleh
dari Bursa Efek Indonesia, website www.idx.co.id dan website
www.bps.go.id yang telah dilakukan pembahasan terdahulu walaupun
belum ada pembuktian secara empiris.
5. Memilih metode penelitian yang sesuai dalam pengujian hipotesis. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan
verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.
6. Menyusun dan menganalisa data yang telah diperoleh untuk pengujian
hipotesis.
7. Menyimpulkan penelitian dari jawaban-jawaban rumusan masalah
Adapun gambar desain penelitian yang digunakan oleh penulis adalah sebagai
berikut:
Gambar : 3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
X = Tingkat Inflasi
X = Harga Minyak Dunia
Y = Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Table 3.1
Operasionalisasi Varibel Penelitian
Variable Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data
3.2.3.1 Sumber Data
Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini tentang bagaimana
pengaruh tingkat inflasi dan harga minyak dunia terhadap indeks harga saham
gabungan adalah menggunakan data sekunder.
Data sekunder merupakan data yang diambil oleh penulis dari laporan
keuangan IHSG yang terdapat di yahoo finance dan BEI periode 2006-2015.
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data
Dalam melakukan penelitian ini, terlebih dahulu harus mengidentifikasi dan
mempelajari mengenai populasi yang diteliti
1. Populasi
Populasi pada umumnya sering diartikan sekumpulan data/objek yang
ditentukan melalui kriteria tertentu, biasanya mengidentifikasikan suatu fenomena. Andi Supangat (2007:3) menyatakan “Populasi yaitu sekumpulan objek yang
akan dijadikan sebagai bahan penelitian (penelaahan) dengan ciri mempunyai karakteristik yang sama”.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui populasi merupakan obyek atau
subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan
penelitian ini adalah Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia dan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
2. Sampel
Uma Sekaran (2006:123) mendefinisikan sampel adalah sebagian dari
populasi dan terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi.
Menurut Sugiyono (2008:81) mengemukakan bahwa:
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.”
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah berupa
perkembangan Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia dan IHSG yang telah di audit.
Data yang diambil adalah 10 tahun (2006-2015) karena dirasa Tingkat Inflasi, Harga
Minyak Dunia dan IHSG mengalami fluktuasi sehingga terjadi fenomena pada tahun
tertentu. Sampel yang diambil sebanyak sepuluh periode dengan total sampel 30 data.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Studi Pustaka
Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha memperoleh data yang
bersifat teori sebagai pembanding dengan data penelitian yang diperoleh. Data
tersebut dapat diperoleh dari literature, catatan kuliah serta tulisan lain yang
2) Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah suatu langkah pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan dan menganalisis dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan masalah yang akan diuraikan dalam penelitian.
Dokumen tersebut berupa laporan keuangan perusahaan telekomunikasi yang
terdiri dari modal kerja, likuiditas dan profitabilitas.
3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis
3.2.5.1 Rancangan Analisis
Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun sebuah penelitian
secara sistematis data yang telah di peroleh dari hasil dokumentasi. Pada penelitian
ini peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan
menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisis Deskriptif (Kualitatif)
Pendekatan kualitatif menurut Sugiono (2008:14) :
Merupakan metode analisis yang berlandaskan pada filsafat post positivism,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, hasil p enelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generelasi.
2. Analisis Verifikatif (Kuantitatif)
Analisis kuantitatif adalah analisis pengolahan data berbentuk angka. Dalam hal
ini penulis melakukan analisis pada laporan keuangan tahunan selama periode
2006-2015. Dari analisis tersebut akan didapat analisis Tingkat Inflasi dan Harga Minyak
Dunia Terhadap IHSG.
Hal ini diperlukan agar hasil akhir dan kesimpulan yang dikemukakan peneliti
tidak akan keliru dan memberikan gambaran yang tidak jauh berbeda dengan keadaan
yang sebenarnya serta hipotesis yang digunakan juga akan mengenai sasarannya.
Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang
tidak akurat mengenai keadaan subjek yang dikenai tes tersebut. Untuk itulah maka
perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap alat ukur penelitian ini.
Pengujian statistik yang digunakan adalah :
a) Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan untuk memprediksi seberapa jauh nilai variabel terikat (Y)
bila variabel bebas (X) diubah.
Menurut Sugiyono (2012: 213) “analisis regresi digunakan untuk melakukan
prediksi, bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila naik variabel independen
dinaikkan atau diturunkan nilainnya.”
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
dengan maksud untuk mengetahui besarnya Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia
Terhadap IHSG periode 2006-2015.
Persamaan yang menyatakan bentuk hubungan antara variabel independen (X)
dan variabel dependen (Y) disebut dengan persamaan regresi.
Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk
membuktikan sejauh mana hubungan pengaruh Tingkat Inflasi dan Harga Minyak
Dunia Terhadap IHSG periode 2006-2015. Analisis regresi berganda digunakan untuk
meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen Indeks Harga
Saham Gabungan, bila dua atau lebih variabel (Tingkat Inflasi) dan (Harga Minyak
Dunia) sebagai indikator.
Analisis Linear berganda digunakan dengan melibatkan dua atau lebih
variabel bebas antara variabel dependen (Y) dan variabel independen ( dan ) Bentuk persamaan dari regresi linier berganda ini yaitu :
= + + + έ
(Sumber Sugiyono; 2009)
Keterangan :
Y = variable tak bebas IHSG
a = konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat variabel
bebasnya adalah 0 (� , � = 0)
� = Variabel bebas (Tingkat Inflasi)
= koefisien regresi berganda � terhadap variabel terikat Y, apabila
variabel bebas � dianggap konstan
= koefisien regresi berganda � terhadap variabel terikat Y, apabila
variabel bebas � dianggap konstan.
έ = Faktor-faltor yang mempengaruhi variabel Y
Regresi linier berganda dengan dua variabel bebas � dan � metode kuadrat kecil
memberikan hasil bahwa koefisien-koefisien a, , dan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Σy = na + b1ΣX1 + b2ΣX2
ΣX1y = aΣX1 + b1ΣX12 +b2ΣX1X2
ΣX2y = aΣX2 + b1ΣX1X2 + b2ΣX22
(sumber: Sugiyono,2009;279)
b. Uji Asumsi Klasik
Untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan, maka harus
memenuhi uji asumsi klasik, uji Asumsi klasik dalam penelitian ini adalah :
1. Uji Nomalitas
Sebelum dilakukan uji statistik, terlebih dahulu perlu diketahui apakah sampel
yang dipergunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen
adalah distribusi data normal atau mendekati normal(Santosa dan Ashari, 2005:12).
Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan P-P Plot Test. Pengujian
normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik distribusi normal.
2. Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (Singgih Santoso, 71 2012:241). Metode pengujian yang sering digunakan
adalah dengan uji Durbin Watson (DW) untuk mendeteksi uji autokorelasi. Namun
secara umum bisa diambil patokan :
a) Angka D-W di bawah - 2 berarti ada autokorelasi positif.
b) Angka D-W di antara – 2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. c) Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
3. Uji Multikolineritas
Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linier antar
variabel independen dalam model regresi (Priyatno, 2008:39). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya.
Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas, menurut Singgih Santoso (2012:236) :
a. Besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance
Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah :
2. Mempunyai angka tolerance mendekati 1.
Nilai VIF dapat diperoleh dengan rumus berikut :
VIF = � �� �
a. Besaran Korelasi Antar variabel Independen pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah :
1. Koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah (dibawah 0,5 ). Jikakorelasi kuat, terjadi problem multikolinieritas.
Menurut Ghozali (2006:95) dasar pengambilan keputusan :
VIF >10 : Antar variabel independen terjadi multikolinieritas
VIF <10 : antar variabel independen tidak terjadi multikolinieritas
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.
Gejala varians yang tidak sama ini disebut dengan heteroskedastisitas, sedangkan
adanya gejala residual yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan lain disebut
dengan homoskedastisitas. Sebuah model regresi dikatakan baik jika tidak terjadi
heteroskedastisitas. (Singgih Santoso, 2012:238).
Menurut Singgih Santoso (2012:240) untuk mendeteksi adanya
heteroskedastisitas yaitu : “deteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studientized. Maka dasar
pengambilan keputusan :
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah
terjadi Heteroskedastisitas.Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.
b) Analisis Korelasi Pearson
Dalam analisis korelasi yang dicari adalah koefesien korelasi yaitu angka yang
menyatakan derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen.
c) Koefisien Determinasi
Analisis Koefisiensi Determinasi (KD) digunakan untuk melihat seberapa
besar variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) yang
dinyatakan dalam persentase. Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = � x 100%
Sugiyono (2012: 257)
Keterangan :
Kd : koefisien determinasi
Tujuan metode koefisien determinasi berbeda dengan koefisien korelasi
berganda.Pada metode koefisien determinasi, kita dapat mengetahui seberapa besar
pengaruh tingkat inflasi dan harga minyak dunia terhadap IHSG, tapi bukan taraf
hubungan seperti pada koefisien berganda (lebih memberikan gambaran fisik atau
keadaan sebenarnya dari kaitan tingkat inflasi dan harga minyak dunia terhadap
IHSG.
3.2.5.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara
parsial (uji t) dan penyajian secara simultan (uji F).
a. Uji Parsial (t-test)
Dalam hal ini, variabel independennya yaitu tingkat inflasi dan harga minyak
dunia, sedangkan variabel dependennya yaitu IHSG. Langkah-langkah pengujian
hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya
pengaruh antara variabel X (variabel bebas) dan variabel Y (variabel terikat). Dimana
hipotesis nol (� ) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh. Sedangkan hipotesis
alternatif (� ) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini.
Masing-masing hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut:
� : � = 0, artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel
� : � ≠ 0, artinya terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
2. Menghitung Uji t (t-test)
Menurut Sugiyono (2012: 250), mencari�ℎ� �� :
�ℎ� �� = � − −− �
Keterangan:
r : Korelasi parsial
k : jumlah variabel independen
n : Jumlah sampel
3. Kriteria Pengambilan Keputusan
a. � ditolak jika p-value < 0,05 dan thitung > ttabel
b. � diterima jika p-value > 0,05 dan thitung < ttabel
Uji Parsial antara Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).
a) Hipotesis parsial antara variabel bebas Tingkat Inflasi terhadap IHSG yang
merupakan variabel terikat.
� : � = 0 : Tingkat Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG).
�a : � ≠ 0 : Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga
b) Hipotesis parsial antara variabel bebas Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan
Dividen yang merupakan variabel terikat.
� : � = 0 : Harga Minyak Dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
�a : β2 ≠ 0 : Harga Minyak Dunia berpengaruh signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG).
b. Uji Simultan (F-test)
Uji F merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan yang bertujuan
untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujian
dengan menggunakan Uji F adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau
tidaknya pengaruh secara simultan variabel independen mempengaruhi variabel
dependen. Dimana hipotesis nol (� ) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh,
umumnya diformulasikan untuk ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif (� )
merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Masing-masing
hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut:
� : � , � = 0, Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia tidak berpengaruh