• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Consumer Goods Pada Indeks Lq 45

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Consumer Goods Pada Indeks Lq 45"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP

HARGA SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR

CONSUMER

GOODS

PADA INDEKS LQ 45

NUR KARDINA MASSIJAYA

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Consumer Goods Pada Indeks LQ 45 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

(3)

ABSTRAK

NUR KARDINA MASSIJAYA. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Consumer Goods pada Indeks LQ 45. Dibimbing FARIDA RATNA DEWI.

Pasar modal adalah salah satu sarana investasi masyarakat yang tidak lepas dari gejolak variabel makroekonomi. Di tengah perkembangan variabel makroekonomi yang fluktuatif, sektor consumer goods dianggap menarik karena pesatnya pertumbuhan masyarakat kelas menengah. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh variabel makroekonomi terhadap pergerakan harga saham perusahaan sektor consumer goods di indeks LQ 45 secara parsial dan simultan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana dan berganda. Hasil analisis parsial mengindikasikan bahwa inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap USD berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang berada di indeks saham LQ 45, sedangkan PDB dan jumlah uang beredar memberi pengaruh positif dan signifikan. Kurs beli rupiah terhadap dollar tidak memberi pengaruh terhadap pergerakan harga saham perusahaan sektor consumer goods yang ada pada indeks LQ 45 pada periode 2008-2013. Hasil analisis menunjukkan bahwa inflasi, kurs beli rupiah terhadap US dollar, dan produk domestik bruto secara simultan memberi pengaruh terhadap pergerakan harga saham perusahaan sektor consumer goods yang ada pada indeks LQ 45 pada periode 2008-2013.

Kata kunci: consumer goods, indeks LQ 45, inflasi, nilai tukar rupiah, PDB.

ABSTRACT

NUR KARDINA MASSIJAYA. Impact on Macro Economics Variables against Stock Price of Consumer Goods Companies Listed On LQ 45. Supervised by FARIDA RATNA DEWI.

Capital market is a choice of which also affected by the fluctuative development of macroeconomics variables. Consumer goods seems attractive by the rapid development of middle class inhabitants. The purpose of this research is to analyze the partial and simultaneous impact of macro economics variables against stock price of consumer goods companies which listed on LQ 45 in 2008-2013. The statistical methods used are simple and multiple linear regression. The analysis on partial indicates that inflation and exchange rate give significant negative impact on the movement of the stock price, while broad money and GDP give significant positive impact on the stock price of consumer goods companies that listed on LQ 45 in 2008-2013. Exchange rate gives no impact on the stock price movement. Simultaneous analysis indicates that inflation rate, exchange rate, and gross demosetic product simultaneously give significant positive impact on the stock price movement.

(4)
(5)

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP

HARGA SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR

CONSUMER

GOODS

PADA INDEKS LQ 45

NUR KARDINA MASSIJAYA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 ini ialah mengenai pengaruh variabel makroekonomi terhadap harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar pada indeks LQ 45.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing. Di samping itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Deddy C. S., STP, MM atas bimbingannya dalam mengolah data penelitian, serta Bapak Dr Eko Ruddy Cahyadi, S. Hut, MM dan Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos, ME selaku penguji. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Mama dan Papa, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih untuk sahabat dan teman-teman di Manajemen IPB angkatan 48 atas seluruh dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR LAMPIRAN ii

PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

METODE Kerangka Pemikiran 10

Waktu Penelitian 11

Jenis dan Sumber Data 12

Metode Pengambilan Sampel 12

Pengolahan dan Analisis Data 12

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 13

Analisis Korelasi Pearson 13

Analisis Koefisien Determinansi (Adjusted R2) 14

Uji F (Uji Simultan) 14

Uji T (Uji Parsial) 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Indeks Sektor Consumer Goods dan LQ 45 15

Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Harga Saham 16

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 17

Analisis Koefisien Determinansi (Adjusted R2) 19

Analisis Pengaruh Parsial 20

Analisis Pengaruh Simultan 26

Implikasi Manajerial 28

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 28

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 31

(11)

3

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan rata-rata nilai transaksi saham Bursa Efek

Indonesia periode 2008-2013 1

2 Grafik Indeks Harga Tertinggi Saham Sektoral Periode 2008-2013 2

3 Kerangka pemikiran penelitian 11

4 Perkembangan Indeks Consumer Goods dan Indeks LQ 45 periode 2008-2013 16

5 Diagram Scatterplot 19

DAFTAR TABEL 1 Penelitian terdahulu 9

2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (1 K-S) 17

3 Hasil Uji Multikolinearitas 3 18

4 Hasil Analisis Korelasi Pearson 20

5 Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel X1 22

6 Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel X2 23

7 Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel X3 23

8 Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel X4 24

9 Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel X5 25

10 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda 26

11 Hasil Uji F (Uji Simultan) 27

DAFTAR LAMPIRAN 1 Kriteria Indeks LQ 45 32

2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 32

3 Uji Multikolinearitas 1 33

4 Uji Multikolinearitas 2 33

5 Uji Multikolinearitas 3 33

6 Uji Autokolinearitas 34

7 Model Summary untuk Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2) 34

8 Hasil Korelasi Pearson 35

9 Hasil Uji T Analisis Regresi Linear Sederhana Variabel X1 36

10 Hasil Uji T Analisis Regresi Linear Sederhana Variabel X2 36

11 Hasil Uji T Analisis Regresi Linear Sederhana Variabel X3 36

12 Hasil Uji T Analisis Regresi Linear Sederhana Variabel X4 37

13 Hasil Uji T Analisis Regresi Linear Sederhana Variabel X5 37

14 Hasil Uji F Analisis Regresi Linear Berganda 38

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Investasi merupakan pengalokasian dana berupa penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang diharapkan akan memberi keuntungan di masa mendatang. Budaya untuk berinvestasi semakin digalakkan oleh pemerintah, seperti penyelenggaran Investor Summit and Capital Market Expo yang diadakan oleh Bursa Efek Indonesia, yang diadakan agar masyarakat tidak hanya berinvestasi semata namun menjadikan pasar modal sebagai gaya hidup yang menandai sistem nilai serta sikap terhadap diri sendiri dan lingkungannya, sehingga diharapkan budaya gemar menabung dapat beralih menjadi gemar berinvestasi khususnya di pasar modal Indonesia (BEI 2014).

Pasar modal merupakan salah satu sarana investasi masyarakat, yang secara langsung berperan pada proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan. Pasar modal yang sehat dan berkembang dengan baik telah dianggap relevan kepada pertumbuhan ekonomi negara dengan menyalurkan modal kepada investor dan pengusaha (Tripathi dan Seth 2014).

Gambar 1. Perkembangan rata-rata nilai transaksi saham Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013

Sumber: idx.co.id

Pengetahuan mengenai sensitivitas pasar modal terhadap faktor kunci variabel makro dan vice versa sangat penting di berbagai area investasi dan keuangan (Khan dan Zaman 2011). Terlebih untuk investor, pengetahuan mengenai fluktuasi variabel makroekonomi yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar modal sangat penting guna meminimalisir angka kerugian dalam berinvestasi di pasar modal. Makroekonomi dianggap sebagai faktor penting dalam berinvestasi di Indonesia, dimana makroekonomi mengukur stabilitas ekonomi pada suatu negara, yang ditunjukkan oleh inflasi, suku bunga, dan nilai tukar (Yogaswari et al 2012). Selain variabel makroekonomi tersebut, terdapat variabel jumlah uang beredar dan produk domestik bruto, dimana keduanya merupakan variabel makroekonomi yang menggambarkan stabilitas kondisi ekonomi negara terkait.

Peran sektor barang konsumsi (consumer goods) yang tak lepas dari pengaruh variabel makroekonomi terhitung cukup besar peranannya dalam

4436

4046

4801 4953 4537,05

6238,21

(14)

menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor consumer goods dianggap menarik bagi para investor karena pertumbuhan indeksnya yang terbilang paling tinggi di antara sektor-sektor lainnya. Menurut catatan Bursa Efek Indonesia (2013), per akhir November 2013, indeks harga saham sektoral untuk sektor industri consumer goods tumbuh sebesar 12,3% year to date (YTD).

Gambar 2 Grafik Indeks Harga Tertinggi Saham SektoralPeriode 2008-2013 Sumber: idx.co.id

Semakin menjamurnya minimarket, convenience store, dan hypermarket cukup mencerminkan pesatnya pertumbuhan perusahaan-perusahaan pada bidang industri konsumsi di Indonesia. Sektor consumer goods dianggap cenderung potensial karena pertumbuhan kelas menengah yang cukup signifikan yang hampir mencapai 75 juta jiwa. (Tempo 2014).

Di samping indeks sektoral, terdapat pula indeks LQ 45 yang terdiri dari 45 saham terbaik di sektornya dalam klasifikasi industri BEI. Indeks LQ 45 ditinjau setiap tiga bulan sekali untuk menentukan saham-saham berfrekuensi transaksi tertinggi di Bursa Efek Indonesia, di mana secara langsung Indeks LQ 45 menggambarkan keaktifan masyarakat dalam berinvestasi di pasar modal Indonesia. Pengetahuan mengenai hubungan antar harga saham dengan faktor

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Agriculture Mining

Basic Industry Miscellanous Industry

Consumer Goods Property&Real Estate

Infrastructure Finance

(15)

3

makroekonomi sangat penting, tidak hanya untuk para pelaku industri, bamun juga penting untuk para pembuat kebijakan (Vejzagic dan Zarafat 2013). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai ada atau tidaknya pengaruh variabel makroekonomi terhadap harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar pada indeks LQ 45.

Rumusan Masalah

Nilai tukar rupiah yang semakin melemah, angka inflasi, dan beberapa variabel makroekonomi lainnya mengundang kekhawatiran investor terhadap situasi ekonomi Indonesia. Faktor makroekonomi yang terlibat cenderung berasal dari aspek moneter, seperti inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (USD) atau yang lebih dikenal dengan kurs dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (Puspitasari 2010). Sentimen makroekonomi dinilai cukup besar pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham di pasar modal, tercermin dari banyaknya investor yang keluar dari pasar modal Indonesia ketika pemerintah menaikkan harga BBM dan membuat inflasi semakin melonjak. Namun, di tengah pergerakan variabel makroekonomi yang tampak mengkhawatirkan, performa indeks emiten sektor consumer goods cenderung menggeliat naik dan mencuri perhatian. Untuk memutuskan dampak dari variabel makroekonomi terhadap pergerakan harga saham emiten di sektor consumer goods, diperlukan analisis mendalam dengan rumusan permasalahan dari penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar (M2), kurs beli rupiah, dan produk domestik bruto (PDB) secara parsial terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang terdaftar dalam indeks saham LQ 45 pada periode 2008-2013?

2. Bagaimana pengaruh inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar (M2), kurs beli rupiah, dan produk domestik bruto (PDB) secara simultan terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang terdaftar dalam indeks saham LQ 45 pada periode 2008-2013?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam upaya mengetahui pengaruh variabel makroekonomi terhadap pergerakan harga saham di sektor consumer goods. Secara spesifik penelitian ini bertujuan:

1. Menganalisis pengaruh inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar (M2), nilai tukar rupiah, dan produk domestik bruto (PDB) secara parsial terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang terdaftar dalam indeks saham LQ 45 pada periode 2008-2013.

(16)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya kepada perkembangan investasi di pasar modal Indonesia. Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai informasi atau referensi mengenai hubungan antara beberapa variabel makroekonomi terhadap pergerakan harga saham perusahaan yang bergerak di sektor consumer goods.

2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan rujukan atau pertimbangan keputusan terkait dengan kebijakan yang diambil.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fluktuasi beberapa variabel makroekonomi terhadap pergerakan harga saham perusahaan yang bergerak di sektor consumer goods di Bursa Efek Indonesia. Adapun variabel makroekonomi yang digunakan adalah tingkat inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar (M2), kurs beli rupiah terhadap dollar, dan produk domestik bruto (PDB) nominal. Perusahaan yang dijadikan fokus penelitian adalah lima perusahaan yang bergerak disektor consumer goods dan berada dalam listing LQ 45, yaitu Gudang Garam Tbk (GGRM), Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), Indofood Sukses Makmur (INDF), Kalbe Farma Tbk (KLBF), Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang nilainya telah dirata-ratakan sebagai representatif sektor consumer goods dalam periode tahun 2008-2013.

TINJAUAN PUSTAKA

Makroekonomi

(17)

5

sebuah perekonomian secara luas di suatu negara, mencakup inflasi, suku bunga, jumlah uang beredar, nilai tukar, dan pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhinya.

Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money) dapat didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang kartal yang dipegang anggota masyarakat dan demand deposit yang dimiliki oleh perseorangan pada bank-bank umum. Sedangkan dalam arti luas (broad money) jumlah uang beredar mengikutsertakan aset-aset lain yang dapat dengan mudah dikonversi menjadi uang tunai, yaitu deposito berjangka panjang.

Guna mencapai angka inflasi sasaran, bank sentral pada suatu negara dapat menentukan suku bunga atau menentukan jumlah uang beredar. Pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar dengan menggunakan instrumen kebijakan pemerintah berupa operasi pasar terbuka, yakni pembelian dan penjualan obligasi pemerintah (Mankiw 2006). Kontrol atas jumlah uang beredar ini disebut kebijakan moneter.

BI Rate

BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal kebijakan moneter dan sasaran operasional (Siamat 2005). Suku bunga BI Rate dipergunakan sejak 2005, dimana BI Rate akan mempengaruhi suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB), suku bunga deposito dan kredit, serta suku bunga jangka waktu yang lebih panjang.

Dasar pertimbangan pemilihan SBI-1 bulan sebagai acuan penetapan BI Rate antara lain sebagai berikut:

1. SBI satu bulan telah dipergunakan sebagai benchmark oleh perbankan dan pelaku pasar di Indonesia dalam berbagai aktivitasnya.

2. Penggunaan SBI satu bulan sebagai sasaran operasional akan memperkuat sinyal respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

3. Dengan perbaikan kondisi perbankan dan sektor keuangan, SBI satu bulan terbukti mampu mentransmisikan kebijakan moneter ke sektor keuangan dan ke sektor ekonomi.

(18)

Produk Domestik Bruto

Tingkat pertumbuhan dari perekonomian adalah tingkat dimana GDP atau produk domestik bruto (PDB) meningkat. Permintaan untuk PDB dibagi menjadi empat komponen: konsumsi, belanja pemerintah, investasi, dan ekspor neto, tergantung pihak mana yang melakukan pengeluaran. (Dornbusch R et al 2008). PDB dibedakan menjadi dua, PDB riil, yaitu PDB yang mengukur perubahan output fisik dalam perekonomian antara periode yang berbeda dengan menilai semua barang yang diproduksi dalam dua periode tersebut pada harga yang sama, atau dalam harga konstan, dan PDB nominal, yang mengukur nilai output dalam suatu periode dengan menggunakan harga pada periode tersebut, atau sering disebut dengan harga berlaku.

Inflasi

Inflasi merupakan proses kenaikan harga-harga umum barang-barang, dimana kenaikan harga dari masing-masing tidak bersamaan, namun terjadi secara terus menerus selama periode tertentu (Mankiw 2006). Kenaikan harga yang terjadi hanya satu kali bukan inflasi, kecuali bila kenaikan satu harga barang mendorong kenaikan harga barang lain. Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga, antara lain:

1. Indeks harga konsumen (consumer price index), yang menunjukkan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.

2. Indeks harga perdagangan besar (wholesale price index), merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah.

3. PDB deflator, mencakup jumlah barang dan jasa yang diproduksi secara domestik, yang merupakan rasio dari PDB nominal terhadap PDB riil. Secara umum, inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung dari tingkat keparahan inflasi. Jika inflasi berada di bawah 10% setahun, maka inflasi berada dalam tingkat inflasi ringan, dan memberi pengaruh positif terhadap perekonomian, yaitu meningkatkan pendapatan nasional, menumbuhkan semangat pekerja, menabung, dan berinvestasi. Sebaliknya, jika terjadi hiperinflasi (di atas 100% setahun) maka keadaan perekonomian akan menjadi lesu dan kacau.

Nilai Tukar Rupiah

(19)

7

1. Kurs nominal, yaitu harga relatif dari mata uang dua negara.

2. Kurs riil, yaitu harga relatif dari barang-barang kedua negara tersebut. Jika kurs riil tinggi, barang-barang luar negeri akan relatif lebih murah, dan barang-barang domestik relatif lebih mahal. Sedangkan jika kurs rill rendah, maka barang-barang luar negeri akan relatif lebih mahal, dan barang-barang domestik relatif lebih murah.

Pasar Modal

Menurut UU Pasar Modal No 8 Tahun 1995, pasar modal merupakan wahana investasi bagi masyarakat yang mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha. Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas, dimana pasar modal pada hakikatnya berbeda dengan pasar uang, dimana pasar modal memperjualbelikan hak kepemilikan perusahaan berupa surat berharga, dan surat pernyataan hutang perusahaan. Pasar modal adalah pasar abstrak di mana penjual dan pembeli dalam melakukan transaksinya diwakili oleh Pialang atau Broker (Riyadi 2006). Weston dan Copeland dalam Andati 2012 memberikan empat macam manfaat ekonomis pasar modal yaitu: (1) Bursa Surat Berharga (security exchange) memperlancar proses 25 transaksi dengan menyelenggarakan pasar dimana dapat dilakukan transaksi yang relatif murah dan efisien (2) Bursa mampu menyelenggarakan transaksi yang kontinyu dan menguji nilai surat berharga. Perusahaan yang dinilai baik prospeknya oleh investor memiliki nilai yang tinggi sehingga memperlancar pembiayaan baru dan pertumbuhan perusahaannya (3) Harga-harga surat berharga relatif lebih stabil dengan adanya bursa yang terorganisir.

Adapun instrumen pasar modal yang umumnya diperdagangkan adalah saham, obligasi, reksa dana, dan instrumen derivatif.

Saham

Istilah saham (stock) mengacu pada bagian dalam kepemilikan perusahaan, dan pasar modal (stock market) adalah pasar di mana saham-saham ini diperdagangkan (Mankiw 2006). Terdapat dua jenis saham (Bodie et al 2005), yaitu:

(20)

saham akan menanggung kerugian jika perusahaan gagal sebesar nilai nvestasi aslinya.

2. Saham preferen (preferred stock) memiliki fitur yang serupa dengan ekuitas sekaligus utang. Namun, pemegang saham preferen tidak memiliki hak suara atas manajemen perusahaan, dan mirip dengan obligasi jatuh tempo.

Harga Saham

Harga saham merupakan nilai dari suatu saham pada saat tertentu yang ditentukan pelaku pasar dan dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal, dimana harga saham berperan sebagai nilai bukti pernyertaan modal pada perseroaan terbatas yang terdaftar di bursa efek atas saham yang telah beredar. Harga saham yang terbentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan atas profit perusahaan penerbit saham, mewakili nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai harga saham, maka semakin baik pula citra perusahaan di mata investor.

Indeks Harga Saham

Indeks harga saham merupakan indikator yang menjadi pedoman bagi para investor guna berinvestasi di pasar modal, khususnya saham. Indeks harga saham adalah cerminan pergerakan harga saham, dan menggambarkan kekuatan penawaran dan permintaan saham di bursa saham. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yaitu:

1. Indeks Harga Saham Gabungan, yaitu indeks yang menggunakan semua perusahaan tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.

2. Indeks Sektoral, yaitu indeks yang menggunakan semua perusahaan tercatat yang termasuk dalam masing-masing sektor, dimana sekarang ada 10 sektor yang ada di BEI:

Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdagangan dan Jasa, serta Manufaktur.

3. Jakarta Islamic Index (JII), yaitu indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.

4. Indeks LQ45, mencakup 45 jenis saham emiten yang dinilai memenuhi kriteria yang ditentukan dan ditinjau setiap tiga bulan sekali oleh Bursa Efek Indonesia, dimana untuk menentukan saham-saham yang masuk ke dalam LQ 45, digunakan dua tahap seleksi. Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari 1997 (Hamdani, 2013).

(21)

9

6. Indeks BISNIS-27, yakni kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27, yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan Akuntabilitas dan tata kelola perusahaan.

7. Indeks PEFINDO25, yaitu kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25, dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises / SME).

8. Indeks SRI-KEHATI, merupakan indeks yang dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik.

9. Indeks Papan Pengembangan,yaitu indeks yang menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Pengembangan. 10. Indeks individual, yaitu indeks harga saham masing-masing Perusahaan

Tercatat.

Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh variabel makroekonomi terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan telah banyak dilakukan. Penelitian terkait topik pengaruh variabel makroekonomi terhadap harga saham memakai berbagai macam metode dan berbagai hipotesis untuk menunjang penelitian mereka.

Tabel 1 Penelitian terdahulu

Peneliti Metode Hasil Penelitian

Tripathy (2011) Uji Ljung-Box

Q,Breusch-Perubahan tingkat suku bunga berefek negatif terhadap pergerakan harga saham, dan harga saham jatuh bersamaan dengan naiknya tingkat suku bunga.

Halim (2013) Regresi Linier Berganda

(22)

Quadir (2012) ARIMA Model Ada hubungan positif antara tingkat suku bunga dan produksi industri dengan tingkat pengembalian pasar modal.

Ada korelasi signifikan antara indikator pasar modal dan faktor makroekonomi.

Gultom (2014) Regresi Linear Berganda

Inflasi dan suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap indeks LQ 45, sedangkan jumlah uang beredar positif terhadap indeks LQ 45, dan nilai tukar jangka waktu satu tahun atau kurang, pasar modal merupakan pasar yang meliputi aset finansial yang memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun, yaitu obligasi, saham dan reksa dana. Saham sebagai salah satu instrumen pasar modal, merupakan investasi yang tidak luput dari pengaruh variabel makroekonomi karena adanya sifat menyebar, salah satunya adalah resiko penurunan daya beli karena inflasi. Variabel makroekonomi berupa kurs beli rupiah, inflasi, suku bunga acuan di negara terkait (BI Rate), jumlah uang beredar, dan PDB negara terkait dianggap memberi pengaruh terhadap harga saham pada pasar modal. Pengaruh makroekonomi terhadap pergerakan saham ini penting untuk diperhatikan dalam pengambilan keputusan investasi guna meminimalisir risiko kerugian investor dalam berinvestasi di pasar modal.

Berdasarkan alat analisis yang digunakan, penelitian ini merupakan penelitian korelasional, di mana penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari suatu variabel, dalam hal ini variabel makroekonomi, terhadap variabel lain, yaitu harga saham perusahaan consumer goods yang berada dalam indeks saham LQ 45.

(23)

11

1. Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Pada penelitian ini, variabel terikatnya adalah harga saham perusahaan-perusahaan consumer goods, yang terdiri dari harga saham Gudang Garam Tbk, Kalbe Farma Tbk, Indofood Sukses Makmur, Indofood CBP Sukses Makmur, Unilever Indonesia Tbk yang harga sahamnya dirata-ratakan menjdi satu variabel dependen yaitu Y.

2. Variabel bebas (independent variabel) merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat, dimana pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah inflasi (X1), BI Rate (X2), jumlah uang beredar (X3), kurs beli rupiah terhadap USD (X4), dan produk domestik bruto (X5).

Kerangka pemikiran penelitian digunakan untuk menunjukkan arah bagi suatu penelitian agar penelitian tersebut dapat berjalan sesuai dengan ruang lingkup yang ditetapkan pada awal penelitian. Gambar 3 menunjukkan kerangka pemikiran yang digunakan pada penelitian ini.

Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian

Waktu Penelitian

(24)

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, dimana data diperoleh dengan mempelajari literatur-literatur terkait topik yang dipercaya dan kredibel untuk dijamin kebenarannya. Jenis data sekunder yang digunakan merupakan data bulanan periode 2008-2013 (time series data). Data sekunder diperoleh dari sumber terpercaya dan relevan, seperti data situs resmi BI, BPS, dan Yahoo Finance maupun dari situs resmi perusahaan terkait. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi, suku bunga acuan yaitu BI Rate, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, jumlah uang beredar, serta indeks harga saham lima perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu Gudang Garam Tbk (GGRM), Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), Indofood Sukses Makmur (INDF), Kalbe Farma Tbk (KLBF), Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Metode Pengambilan Sampel

Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang didasarkan pada kriteria tertentu. Adapun kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang bergerak di sektor consumer goods dan terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia yang mempublikasikan laporan keuangannya setiap tahun. 2. Sampel yang dipilih adalah perusahaan sektor consumer goods yang memiliki

laporan lengkap tahunan dari 2008-2013 dan berhasil masuk dalam indeks LQ45.

Pengolahan dan Analisis Data

Alat analisis regresi dipilih karena analisis regresi linier sederhana dapat menjelaskan pengaruh antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen, dan regresi linier berganda dapat menerangkan pengaruh atau ketergantungan suatu variabel terikat (Y) dengan dua atau lebih variabel bebas (X). Bentuk persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e...(1) Keterangan:

Y = Harga Saham Perusahaan Consumer Goods di LQ 45 b0 = Konstanta

b1-b5 = Koefisien Regresi e = Standar Error X1 = Inflasi

X2 = BI Rate

(25)

13

X4 = Kurs Beli Rupiah Terhadap USD X5 = Produk Domestik Bruto (PDB)

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik regresi perlu dilakukan sebelum melakukan pengujian regresi, utuk memperoleh model-model regresi yang signifikan dan representatif, serta valid untuk dipertanggungjawabkan. Dalam melakukan uji penyimpangan asumsi klasik regresi, dilakukan uji berikut:

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam penelitian populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data menjadi prasyarat pokok dalam analisis parametrik seperti korelasi, uji perbandingan rata-rata, analisis varian dan sebagainya, dan dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05. Ada dua cara yang biasa digunakan untuk menguji normalitas pada model regresi, antara lain dengan analisis grafik (normal P-P Plot) dan Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov (Priyatno 2011). Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji signifikansi Kolmogorov-Smirnov.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Priyatno 2011). Konsekuensi praktis yang timbul sebagai akibat adanya multikolinearitas ini adalah kesalahan standar penaksiran semakin besar dan probablitias untuk menerima hipotesis yang salah menjadi semakin besar (Widodo 2013). Model pengujian multikolinearitas yang biasa digunakan adalah dengan melihat Variabel Inflation Factor (VIF) dan Tolerance pada model regresi, di mana regresi yang baik ditunjukkan oleh nilai VIF yang kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,1.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengestimasi apakah model regresi memiliki korelasi antara residual pada periode t dengan residual pada periode sebelumnya (t-1), dimana model regresi yang baik adalah model yang tidak memiliki masalah autokorelasi. Metode pengujian autokorelasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah Uji Durbin-Watson, dimana pengambilan keputusannya sebagai berikut:

1. Nilai du < dw < 4 – du mengindikasikan H0 diterima, yaitu tidak terjadi autokorelasi.

2. Nilai dw < dl maka H0 ditolak, yaitu terjadi autokorelasi.

Uji Heterokedastisitas

(26)

penelitian ini adalah uji scatterplot (nilai prediksi ZPRED dengan residual SRESID).

Analisis Korelasi Pearson

Analisis korelasi menunjukkan keeratan hubungan antar dua variabel atau lebih, dimana tujuan diadakannya analisis korelasi antara lain:

1. Mencari bukti terdapat atau tidaknya hubungan antar variabel.

2. Melihat besar kecilnya hubungan antar variabel dan arah hubungan yang terjadi.

3. Memperoleh kejelasan atau signifikansi hubungan antar variabel.

Analisis korelasi Pearson digunakan untuk mengukur hubungan antara dia variabel secara linier dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi yaitu jika korelasi lebih dari 0,5 maka hubungan antar variabel dinyatakan kuat, namun jika kurang dari 0,5 maka hubungan dinyatakan lemah.

Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Guna mengestimasi presentase sumbangan pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat, perlu menganalisis data dengan menganalisis koefisien determinasi, dimana hasil analisis terminasi dapat dilihat di tabel Model Summary pada output SPSS. Menurut Santoso dalam Priyatno 2011, untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi.

Uji T (Parsial)

Uji T pada analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh secara signifikan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen dengan langkah pengujian sebagai berikut:

1. Menentukan Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan dugaan awal penelitian yang menyatakan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen sebelum dilakukannya penelitian, yang kemudian akan dibuktikan kebenarannya dari hasil penelitian. Berdasarkan kerangka pemikiran pada penelitian ini, disusun hipotesis sebagai berikut:

1. H01 = Inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham. 2. H11 = Inflasi berpengaruh terhadap harga saham. 3. H02 = BI Rate tidak berpengaruh terhadap harga saham. 4. H12 = BI Rate berpengaruh terhadap harga saham.

5. H03 = Jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap harga saham. 6. H13 = Jumlah uang beredar berpengaruh terhadap harga saham.

(27)

15

8. H14 = Kurs beli rupiah terhadap US Dollar berpengaruh terhadap harga saham

9. H05 = Produk domestik bruto tidakberpengaruh terhadap harga saham. 10. H15 = Produk domestik brutoberpengaruh terhadap harga saham.

11. H06 = Inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar, kurs beli rupiah terhadap USD, dan produk domestik bruto secara simultan tidak berpengaruh terhadap harga saham.

12. H16 = = Inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar, kurs beli rupiah terhadap USD, dan produk domestik bruto secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.

2. Melihat Nilai Signifikansi

a. Apabila t hitung < t tabel dan Sig > 0,005, maka terima H0 b. Apabila t hitung > t tabel dan Sig < 0,005, maka tolak H0

Tabel distibusi t dicari pada α = 5% dengan derajat kebebasan (df) n-k-1, di mana n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen.

Uji F (Simultan)

Uji simultan dengan F-test pada analisis linier berganda bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh secara bersama-sama yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah, dan produk domestik bruto secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi pergerakan harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45 pada periode 2008-2013.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Indeks Sektor Consumer Goods dan Indeks LQ45

(28)

Manuver saham perusahaan consumer goods dapat dibilang cukup baik atas performanya yang cenderung terus meningkat, begitu juga dengan indeks LQ45 yang mencakup 45 emiten perusahaan yang dianggap memenuhi kriteria seleksi. Penggantian saham dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus, di mana apabila ada saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi, maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria (Gultom 2014). Selama periode 2007-2014, ada lima perusahaan dari sektor konsumsi yang beberapa kali memenuhi kriteria seleksi dan berada dalam daftar indeks LQ 45, yaitu Gudang Garam Tbk (GGRM), Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), Indofood Sukses Makmur (INDF), Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Perkembangan indeks sektor konsumsi dan indeks LQ 45 selama periode tahun 2007-2014 dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Perkembangan Indeks Sektor Consumer Goods dan Indeks LQ 45 Periode 2008-2013

Sumber: bei.go.id (2015)

Indeks sektor consumer goods dan indeks LQ 45 cenderung mengalami kenaikan di setiap tahunnya, meski pada tahun 2008 kedua indeks tersebut mengalami penurunan, di mana indeks consumer goods menurun dari 444,391 menjadi 332,097, dan indeks LQ 45 menurun dari 621,128 menjadi 275,758. Penurunan indeks ini dikarenakan oleh krisis keuangan yang merupakan imbas dari krisis subprime mortgage di Amerika Serikat, ketika kredit perumahan di AS diberikan kepada debitur-debitur yang memiliki portofolio kredit yang buruk, hingga menyebabkan krisis dan berdampak pada kawasan Asia, termasuk Indonesia. Namun, pada tahun 2009 indeks consumer goods kembali meningkat ke angka 671,035, begitu juga dengan indeks LQ 45 yang meraih poin 499,236. Pada tahun 2010, angka indeks consumer good melesat ke poin 1149,782, dan indeks LQ 45 yang juga meningkat ke angka 682,68. Indeks consumer goods mempertahankan kinerjanya yang terus meningkat ke angka 1324,757 pada tahun 2011, berbeda dengan indeks LQ 45 yang mengalami sedikit penurunan ke angka 673,506. Pada tahun 2012 indeks LQ 45 kembali mengalami peningkatan ke

Des-07 Des-08 Des-09 Des-10 Des-11 Des-12 Des-13 Des-14

(29)

17

angka 729,833, namun kembali mengalami penurunan sebanyak hampir delapan poin ke angka 721,833 pada tahun 2013, dan berhasil mengalami peningkatan yang cukup signifikan ke angka 898,581 pada tahun 2014. Sementara itu, indeks consumer goods terus konsisten mengalami meningkatan denganberhasil melesat ke angka 1666,61 pada tahun 2012, dan kembali meningkat ke angka 1796,111 pada tahun 2013, serta mencapai angka 2117,919 pada tahun 2014.

Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Harga Saham Perusahaan

Consumer Goods pada LQ45

Pada penelitian ini, peneliti memusatkan penelitian pada harga saham perusahaan-perusahaan sektor konsumsi yang terdaftar di indeks LQ 45 pada periode Februari-Agustus 2013, yaitu Gudang Garam Tbk (GGRM), Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), Indofood Sukses Makmur (INDF), Kalbe Farma Tbk (KLBF), Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Terdapat variabel independen yang berupa inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar/M2 (JUB), kurs beli rupiah terhadap USD (KURS), dan produk domestik bruto (PDB). Sedangkan untuk variabel dependennya adalah harga saham Gudang Garam Tbk (GGRM), harga saham Kalbe Farma Tbk (KLBF), harga saham Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), harga saham Indofood Sukses Makmur (INDF), dan harga saham Unilever Indonesia Tbk (UNVR), di mana harga saham perusahaan-perusahaan tersebut dirata-ratakan guna menjadi representatif harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45.

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah model berdistribusi normal, di mana pada penelitian ini digunakan dengan menggunakan uji Kolmogoronov-Smirnov.

Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (1 K-S)

Keterangan X1 X2 X3 X4 X5 Y

Jumlah Sampel 24 24 24 24 24 24

Asymp. Sig.2- tailed 0,720 0,251 0,902 0,331 0,693 0,218 Sumber: Data diolah (2015)

(30)

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi korelasi di antara variabel bebas, dengan melihat nilai Variabel Inflation Factor (VIF). Hasil uji multikolinearitas 1 pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa hanya variabel independen X1 dan X4 yang terbebas dari asumsi klasik multikolinearitas, sedangkan nilai VIF pada variabel X2, X3, dan X5 lebih dari 10 dan nilai Tolerance kurang dari 0,1 sehingga harus dilakukan penghilangan pada salah satu variabel yang tidak terbebas dari asumsi klasik multikolinearitas dan dikalkulasi ulang.

Hasil kalkulasi ulang uji multikolinieritas 2 yang ditunjukkan Lampiran 4 memperlihatkan bahwa variabel X3 dan X5 masih belum terbebas dari asumsi multikolinieritas, meskipun telah dilakukan penghapusan variabel yang memiliki nilai VIF terbesar, yaitu variabel X2, sehingga harus dilakukan penghapusan variabel yang memiliki VIF terbesar dan melakukan kalkulasi kembali.

Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas 3

Variabel Tolerance VIF

Inflasi (X1) 0,711 1,407

Kurs Beli Rupiah (X4) 0,802 1,246

PDB (X5) 0,859 1,164

Sumber: Data diolah (2015)

Nilai VIF yang didapat setelah penghapusan variabel X3 yang ditunjukkan Lampiran 5 menunjukkan bahwa seluruh variabel yaitu variabel X1, X4, dan X5 sudah terbebas dari asumsi klasik multikolinieritas karena tidak berada lebih dari angka 10, dan nilai tolerance yang ditunjukkan juga tidak kurang dari 0,1. Tidak lolosnya variabel BI Rate (X2) dan jumlah uang beredar (X3) dari uji multikolinieritas membuat kedua variabel tersebut dihilangkan dari persamaan regresi, sehingga didapat persamaan regresi baru sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b4x4 + b5X5 + e Dimana:

Y = Harga Saham Perusahaan Consumer Goods di LQ 45

b0 = Konstanta

b1, b4, b5 = Koefisien Regresi

e = Standar Error

X1 = Inflasi

X4 = Kurs Beli Rupiah Terhadap USD X5 = Produk Domestik Bruto (PDB)

Uji Autokorelasi

(31)

19

Pengambilan keputusan pada uji Durbin-Watson pada penelitian ini adalah H0 diterima, yaitu tidak terjadi autokorelasi. Hal ini dibuktikan pada nilai

Durbin-Watson di lampiran 6 yang lebih besar dari nilai du (1,656) dan lebih kecil dari nilai 4 – du (2,344), yaitu sebesar 1,783.

Uji Heteroskedastisitas

Pengujian dalam mengestimasi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil output pola gambar scatterplot pada model regresi yang disajikan sebagai berikut:

Gambar 4 Diagram Scatterplot

Hasil uji heteroskedastistas yang ditunjukkan oleh Gambar 4 memperlihatkan titik-titik data yang menyebar tidak beraturan di atas dan di bawah atau sekitar angka 0, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat asumsi klasik heteroskedastisitas model regresi linier berganda.

Analisis Koefisien Determinansi (Adjusted R2)

(32)

Analisis Pengaruh Parsial Variabel Makroekonomi terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Consumer Goods di LQ 45

Analisis Korelasi Antar Variabel

Analisis korelasi perlu dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel independen dengan variabel independen, serta hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Nilai korelasi antar variabel dalam penelitian ini ditunjukkan di Tabel 4.

Tabel 4 Hasil Analisis Korelasi Pearson Antar Variabel

Variabel Inflasi

**Korelasi signifikan pada tingkat α = 0,01 *Korelasi signifikan pada tingkat α = 0,05

Sumber: Data diolah (2015)

Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi yaitu jika korelasi bernilai lebih dari 0,5 maka hubungan antar variabel dinyatakan kuat, sedangkan apabila nilai koefisien korelasinya bernilai kurang dari 0,5, maka hubungan dinyatakan lemah (Prayitno 2011). Hasil analisis korelasi Pearson pada Tabel 4 menunjukkan bahwa:

1. Variabel dependen harga saham (Y) memiliki nilai korelasi yang menunjukkan adanya hubungan positif kuat dan signifikan terhadap variabel jumlah uang beredar (X3) dan produk domestik bruto (X5), sedangkan dengan variabel inflasi (X1), BI Rate (X2), dan kurs beli (X4) nilai korelasinya menunjukkan hubungan negatif namun tidak signifikan. 2. Variabel inflasi memiliki korelasi positif yang kuat dan signifikan dengan

variabel BI Rate (X2) dengan nilai korelasi sebesar 0,850 serta korelasi positif yang lemah dan signifikan terhadap variabel kurs beli (X4) dengan nilai korelasi sebesar 0,416. Variabel inflasi memiliki hubungan negatif namun tidak signifikan terhadap variabel jumlah uang beredar (X3), produk domestik bruto (X5), dan harga saham (Y).

(33)

21

dengan variabel harga saham, BI Rate memiliki hubungan positif yang tidak signifikan.

4. Variabel jumlah uang beredar (X3) memiliki nilai korelasi yang menggambarkan hubungan positif kuat dan signifikan dengan variabel produk domestik bruto (X5) dan harga saham (Y), sedangkan dengan variabel kurs beli (X4) hubungannya positif namun tidak signifikan. 5. Variabel kurs beli rupiah terhadap US dollar (X4) memiliki nilai korelasi

yang menunjukkan hubungan positif namun tidak signifikan dengan variabel produk domestik bruto (X5), dan dengan harga saham (Y) nilai korelasinya menunjukkan nilai negatif dan tidak signifikan.

6. Variabel produk domestik bruto memiliki nilai korelasi yang menunjukkan adanya hubungan positif kuat dan signifikan terhadap variabel harga saham (Y).

Hasil analisis pada Tabel 4 menunjukkan adanya hubungan kuat dan signifikan antara variabel BI Rate (X2) dan variabel jumlah uang beredar (X3) dengan variabel independennya. Hal ini mengakibatkan adanya multikolinieritas dalam model regresi, sehingga kedua variabel tersebut harus dihilangkan dari model regresi berganda.

Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh satu variabel dependen terhadap satu variabel independen. Adapun penjelasan mengenai pengaruh secara parsial setiap variabel dari makroekonomi terhadap harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45 adalah sebagai berikut.

A. Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods di Indeks LQ 45

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H0 atau terima H1 jika t hitung > t tabel atau – t hitung < - t tabel dan terima H0 atau tolak H1 jika t hitung < t tabel atau – t hitung > - t tabel, dimana t tabel pada penelitian ini adalah 2,080. Hipotesis untuk variabel inflasi (X1) adalah:

H01 = Inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham. H11 = Inflasi berpengaruh terhadap harga saham.

Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45. Hasil analisis regresi untuk variabel inflasi (X1) terhadap harga saham ditunjukkan oleh Tabel 5.

Tabel 5 Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel X1

Koefisien Standard Error T hitung

Konstanta 0,072 0,015 4,668*

Inflasi (X1) -0,716 0,340 -2,106*

(34)

Hasil analisis regresi sederhana pada Tabel 5 menunjukkan persamaan regresi linier sederhana:

Y = 0,072 – 0,716X1

Interpretasi dari konstanta sebesar 0,072 adalah jika variabel inflasi bernilai 0, maka harga saham perusahaan sektor consumer goods nilainya positif sebesar 0,072. Koefisien regresi variabel inflasi sebesar -0,716, yang menunjukkan apabila variabel inflasi (X1) mengalami kenaikan satu satuan, maka variabel harga saham akan mengalami penurunan sebesar 0,716 satuan. Variabel inflasi (X1) mendapatkan nilai t hitung sebesar -2,106 < - 2,080, sehingga dapat disimpulkan bahwa H11 diterima dan hasil pengolahan data pada

penelitian ini memperlihatkan bahwa inflasi secara parsial berpengaruh terhadap pergerakan harga saham perusahaan consumer goods di indeks saham LQ 45. Hal ini disebabkan karena inflasi yang merupakan proses terjadinya kenaikan harga barang-barang secara terus menerus pada periode tertentu akan memicu semakin tingginya biaya hidup masyarakat, sehingga masyarakat akan terpaksa memilih untuk mengalokasi dana untuk memenuhi kecukupan konsumsi daripada investasi, sehingga apabila saat inflasi naik atensi masyarakat untuk berinvestasi turun, harga saham perusahaan yang cenderung elastis pun akan ikut turun, termasuk harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar pada indeks LQ 45.

B. Pengaruh BI Rate terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods

di Indeks LQ 45

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H0 atau terima H1 jika t hitung > t tabel atau – t hitung < - t tabel dan terima H0 atau tolak H1 jika t hitung < t tabel atau – t hitung > - t tabel, dimana t tabel pada penelitian ini adalah 2,080. Hipotesis untuk variabel BI Rate (X2) adalah:

H02 = BI Rate tidak berpengaruh terhadap harga saham. H12 = BI Rate berpengaruh terhadap harga saham.

Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh BI Rate terhadap harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45. Tabel 6 menunjukkan hasil analisis regresi untuk variabel BI Rate (X2) terhadap harga saham (Y).

Tabel 6 Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel X2

Koefisien Standard Error T hitung

Konstanta 0,172 0,033 5.212

BI Rate (X2) -3,121 0,782 -3.991

*Signifikan pada tingkat α = 0,05 Sumber: Data diolah (2015)

Hasil analisis regresi sederhana pada Tabel 6 menunjukkan persamaan regresi linier sederhana:

(35)

23

Interpretasi dari konstanta sebesar 0,172 adalah jika variabel BI Rate bernilai 0, maka harga saham perusahaan sektor consumer goods nilainya positif sebesar 0,172. Koefisien regresi variabel BI Rate sebesar -3,121, yang menunjukkan apabila variabel BI Rate (X2) mengalami kenaikan satu satuan, maka variabel harga saham akan mengalami penurunan sebesar 3,121 satuan. Variabel BI Rate mendapatkan nilai t hitung sebesar -3,991 < - 2,080, sehingga dapat disimpulkan bahwa H12 diterima dan hasil pengolahan data pada penelitian ini

memperlihatkan bahwa BI Rate secara parsial berpengaruh terhadap pergerakan harga saham perusahaan consumer goods di indeks saham LQ 45. BI Rate yang ditentukan setiap bulan oleh Bank Indonesia sebagai tingkat suku bunga acuan dapat dijadikan sebagai acuan oleh bank-bank di seluruh Indonesia dalam menetapkan tingkat suku bunga produk simpanan dan pinjaman bagi nasabahnya. Oleh karena itu, tingginya BI Rate dapat menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk berinvestasi dalam bentuk simpanan di bank dan berdampak pada penurunan harga saham emiten di Bursa Efek Indonesia, termasuk perusahaan consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45.

C. Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Harga Saham Perusahaan

Consumer Goods di Indeks LQ 45

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H0 atau terima H1 jika t hitung > t tabel atau – t hitung < - t tabel dan terima H0 atau tolak H1 jika t hitung < t tabel atau – t hitung > - t tabel, dimana t tabel pada penelitian ini adalah 2,080. Hipotesis untuk variabel jumlah uang beredar (X3) adalah:

H03 = Jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap harga saham.

H13 = Jumlah uang beredar berpengaruh terhadap harga saham.

Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh jumlah uang beredar terhadap harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45. Hasil analisis regresi sederhana untuk variabel jumlah uang beredar (X3) terhadap harga saham ditunjukkan oleh Tabel 7.

Tabel 7 Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel X3

Koefisien Standard Error T hitung

Konstanta -0,040 0,019 -2,089

JUB (X3) 1,967 0,449 4,379

*Signifikan pada tingkat α = 0,05 Sumber: Data diolah (2015)

Hasil analisis regresi sederhana pada Tabel 7 menunjukkan persamaan regresi linier sederhana:

Y = -0,040 + 1,967X3

(36)

pengolahan data pada penelitian ini memperlihatkan bahwa jumlah uang beredar/M2 (X3) secara parsial berpengaruh positif terhadap pergerakan harga saham perusahaan consumer goods di indeks saham LQ 45. Adanya korelasi negatif kuat dan signifikan antara jumlah uang beredar dan BI Rate, menunjukkan bahwa banyaknya uang beredar di masyarakat maka akan menyebabkan suku bunga turun. Turunnya suku bunga akan membuat masyarakat lebih memilih untuk berinvestasi di pasar modal daripada berinvestasi dalam bentuk tabungan atau deposito. Peningkatan permintaan akan saham saat jumlah uang yang beredar tinggi berdampak pada meningkatnya harga saham emiten di Bursa Efek Indonesia, termasuk perusahaan pada sektor consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

D. Pengaruh Kurs Beli Rupiah pada USD terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods di Indeks LQ 45

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H0 atau terima H1 jika t hitung > t tabel atau – t hitung < - t tabel dan terima H0 atau tolak H1 jika t hitung < t tabel atau

– t hitung > - t tabel, dimana t tabel pada penelitian ini adalah 2,080. Hipotesis untuk variabel kurs beli rupiah terhadap USD (X4) adalah:

H04 = Kurs beli rupiah terhadap US Dollar tidak berpengaruh terhadap harga saham.

H14 = Kurs beli rupiah terhadap US Dollar berpengaruh terhadap harga saham. Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel kurs beli (X4) secara parsial terhadap harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45. Hasil analisis regresi sederhana untuk variabel kurs beli (X4) terhadap harga saham ditunjukkan oleh Tabel 8.

Tabel 8 Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel X4

Koefisien Standard Error T hitung

Konstanta 0,107 0,067 1,588

Kurs Beli (X4) -1,569 1,610 -0,974

*Signifikan pada tingkat α = 0,05

Sumber: Data diolah (2015)

Hasil analisis regresi sederhana pada Tabel 8 menunjukkan persamaan regresi linier sederhana:

Y = 0,107 – 1,569X4

Interpretasi dari konstanta sebesar 0,107 adalah jika variabel kurs beli rupiah terhadap US Dollar bernilai 0, maka harga saham perusahaan sektor consumer goods nilainya positif sebesar 0,107. Koefisien regresi variabel kurs beli -1,569 menunjukkan apabila variabel kurs beli (X4) mengalami kenaikan satu satuan, maka variabel harga saham akan mengalami penurunan sebesar 1,569 satuan.

Variabel X4 mendapatkan nilai t hitung sebesar -0,974 > -2,080 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis H04 diterima dan menyatakan bahwa kurs beli

(37)

25

produk dalam negeri, produk perusahaan consumer goods yang terdaftar di Indeks LQ 45 merupakan perusahaan besar dimana produk-produknya sudah terdistribusi hampir ke seluruh pelosok Indonesia, dan lebih dapat ditemukan daripada produk-produk impor yang distribusinya masih terbatas di wilayah Indonesia.

E. Pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap Harga Saham Perusahaan

Consumer Goods di Indeks LQ 45

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H0 atau terima H1 jika t hitung > t tabel atau – t hitung < - t tabel dan terima H0 atau tolak H1 jika t hitung < t tabel atau – t hitung > - t tabel, dimana t tabel pada penelitian ini adalah 2,080. Hipotesis untuk variabel produk domestik bruto (X5) adalah:

H05 = Produk domestik bruto tidak berpengaruh terhadap harga saham. H15 = Produk domestik bruto berpengaruh terhadap harga saham.

Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh parsial variabel produk domestik bruto secara parsial terhadap harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45. Hasil analisis regresi sederhana untuk variabel produk domestik bruto (X5) terhadap harga saham ditunjukkan oleh Tabel 9.

Tabel 9 Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel X5

Koefisien Standard Error T hitung

Konstanta -0,059 0,023 -2,545

PDB (X5) 2,405 0,541 4,447

*Signifikan pada tingkat α = 0,05 Sumber: Data diolah (2015)

Interpretasi dari konstanta sebesar -0,059 adalah jika produk domestik bruto (X5) bernilai 0, maka harga saham perusahaan sektor consumer goods nilainya negatif sebesar 0,059. Koefisien regresi variabel produk domestik bruto sebesar 2,405 menunjukkan apabila variabel produk domestik bruto (X5) mengalami kenaikan satu satuan, maka variabel harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 2,405 satuan.

Variabel X5 mendapatkan nilai t hitung sebesar 4,447 > 2,080, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis H15 diterima dan menyatakan bahwa produk

(38)

goods, dan menjadi prospek investasi yang bagus bagi investor, sehingga berdampak pada naiknya harga saham emiten di negara terkait.

Analisis Pengaruh Simultan

Analisis pengaruh simultan dengan regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua atau variabel independen dengan satu variabel dependen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Hasil pengolahan data untuk analisis pengaruh simultan variabel makroekonomi terhadap harga saham perusahaan sektor consumer goods di indeks LQ 45 disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Koefisien Standard Error T hitung

Konstanta 0,007 0,054 0,124

Inflasi (X1) -0,221 0,319 -0,693

Kurs Beli (X4) -1,201 1,323 -0,908

PDB (X5) 2,260 0,579 3,902*

*Signifikan pada tingkat α = 0,05 Sumber: Data diolah (2015)

Analisis pengaruh variabel makroekonomi terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45 dengan menggunakan analisis regresi linier berganda diperoleh model regresi:

Y = 0,007 – 0,221X1 – 1,201X4 + 2,260X5 + e

Persamaan regresi linear berganda dapat diinterprestasikan sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 0,007 menunjukkan bahwa jika variabel inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), dan produk domestik bruto (X3) bernilai 0, maka harga saham akan memiliki nilai sebesar 0,007.

2. Koefisien regresi variabel inflasi (X1) yang sebesar -0,221 menerangkan bahwa apabila inflasi mengalami kenaikan satu satuan, maka harga saham akan mengalami penurunan sebesar 0,221, dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.

3. Koefisien regresi variabel nilai tukar rupiah terhadap USD (X4) yang sebesar -1,201 menerangkan bahwa apabila nilai tukar rupiah terhadap USD mengalami kenaikan satu satuan, maka harga saham akan mengalami penurunan sebesar 1,201, dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.

(39)

27

Berbeda dengan uji parsial, uji T pada regresi linear berganda menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa dalam model hanya variabel produk domestik bruto (X5) yang memberikan pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perusahaan consumer goods, dengan t hitung sebesar 3,902 > t tabel, sedangkan nilai t hitung variabel inflasi (X1) dan kurs beli (X4) memiliki nilai t hitung di bawah t tabel (2,086). Hal ini disebabkan oleh adanya hubungan positif kuat dan signifikan yang dimiliki antara variabel produk domestik bruto (X5) dan variabel harga saham (Y), ditunjukkan oleh nilai korelasi sebesar 0,688 pada Tabel 4.

Uji F (Uji Simultan)

Pengujian secara simultan memperlihatkan arah (nilai koefisien beta) dan signifikansi pengaruhnya terhadap variabel dependen, dan menguji hipotesis pertama yang telah dirumuskan sebelumnya. Output SPSS dari F-Test dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11 Hasil Uji F (Uji Simultan)

Model Variabel Dependen F Sig.

Regression Y 7,465 0,002

Sumber: Data diolah (2015)

Dengan menggunakan tingkat keyakinan sebesar 95%, untuk 3 variabel independen dengan masing-masing 24 data, diperoleh F tabel sebesar 3,160. Output SPSS menunjukkan angka Fhitung 7,465 > 3,160 dan angka Sig. 0,002 < 0,005 sehingga untuk semua variabel dependen, hipotesis H16 diterima dan dapat

disimpulkan bahwa variabel inflasi (X1), kurs beli rupiah terhadap USD (X4), dan produk domestik bruto (X5) secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.

Implikasi Manajerial

Implikasi manajerial perlu dilakukan terkait hasil penelitian mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi harga saham yang perlu dilakukan guna menjaga kestabilan harga saham perusahaannya. Berikut adalah beberapa langkah strategis yang perlu dipertimbangkan:

(40)

54,3% variabel lain di luar ruang lingkup penelitian ini yang perlu diantisipasi bagi manajemen perusahaan agar lebih memahami karakteristik harga saham perusahaannya agar tetap dianggap dan terbukti prospektif bagi investor di pasar modal.

2. Bagi investor, perlu memperhatikan tren pergerakan variabel makro guna meminimalisir kerugian dalam berinvestasi di pasar modal, mengingat pergerakan harga saham terjadi setiap detik di setiap hari. Namun, dari hasil penelitian dapat dikatakan apabila pertumbuhan ekonomi kian meningkat, keputusan untuk berinvestasi di pasar modal, khususnya berinvestasi dengan membeli saham perusahaan sektor consumer goods, adalah keputusan investasi yang cukup tepat.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Tingkat inflasi dan BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan nilai tukar rupiah terhadap USD secara parsial tidak berpengaruh terhadap pergerakan harga saham perusahaan-perusahaan consumer goods yang terdaftar di indeks saham LQ 45 pada periode 2008-2013. Jumlah uang beredar dan produk domestik bruto secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. 2. Tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap USD, dan produk domestik

bruto secara simultan berpengaruh terhadap pergerakan harga saham perusahaan-perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45 pada periode 2008-2013.

Saran

1. Perusahaan-perusahaan consumer goods yang termasuk dalam indeks LQ 45 perlu mempertimbangkan manfaat variabel jumlah uang beredar dan produk domestik bruto yang memberi pengaruh positif dan signifikan terhadap pergerakan harga sahamnya dalam menyusun struktur modal untuk ekspansi perusahaan.

(41)

29

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Waktunya Berburu Saham Sektor Konsumsi.” Koran Jakarta, 30 Juli 2014. [Internet] Terdapat pada: http://www.koran-jakarta.com/?17105-waktunya-berburu-saham-sektor-konsumsi

Andati T. 2012. Pengaruh Faktor-Faktor Makro-Mikro Terhadap Pertumbuhan Investasi Sektoral Dalam Era Liberalisasi Keuangan: Analisis Q-Tobin [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BEI] Bursa Efek Indonesia. 2007. IDX Annual Statistics 2007. Jakarta (ID): Media Global Edukasi. Terjemahan dari: Macroeconomics.

Gultom IP. 2014. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar dan Nilai Tukar terhadap Indeks Saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Halim L. 2013. Pengaruh Makroekonomi terhadap Return Saham Kapitalisasi Besar di Bursa Efek Indonesia. FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 108-113 [Internet]. Tersedia pada:

http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/manajemenkeuangan/article/view /1267

Hamdani M. 2013. Analisis Hubungan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan dan Harga Saham pada Perusahaan LQ45 [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hidayat A. “Investor Incar Pertumbuhan Kelas Menengah”. Tempo, 17 Februari 2014. [Internet] Terdapat pada:

http://www.tempo.co/read/news/2014/02/17/092554988/Investor-Incar-Pertumbuhan-Kelas-Menengah

(42)

Keown AJ, JD Martin, JW Petty, dan D. F. Scott. 2010. Manajemen Keuangan. New Jersey (USA): Pearson Education. Terjemahan dari: Finance Management.

Mankiw NG. 2006. Makroekonomi. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Macroeconomics.

O’Sullivan A, Steven M. Sheffrin, Stephen J. Perez. 2010. Macroeconomics 6th Edition: Principles, Applications, and Tools. New Jersey [USA]: Pearson Education Inc.

Priyatno D. 2011. Buku Saku SPSS: Analisis Statistik Data Lebih Cepat, Efisien, dan Akurat. Yogyakarta (ID): MediaKom

Puspitasari D. 2010. Analisis Hubungan ILQ45 dengan Faktor Makroekonomi Melalui Model VAR [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Quadir MM. 2012. The Effect of Macroeconomic Variables On Stock Returns on Dhaka Stock Exchange. International Journal of Economic and Financial Issues. 2 (4) 2012: 480-487. ISSN: 2146-4138.

Riantani S dan Tambunan M. 2013. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Global terhadap Return Saham. SEMANTIK 2013 [Internet]. Terdapat pada: http://eprints.dinus.ac.id/5170/1/P81-Ekon2-SEMANTIK 47_Suskim_Riantani_[universitas_widyatama].pdf

Riyadi S. 2006. Banking Assets and Liability Management. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Tripathi V dan Seth R. 2014. Stock Market Performance and Macroeconomic Factors: The Study of Indian Equity Market. Global Business Review 2014 15:291. DOI: 10.1177/0972150914523599.

Tripathy N. 2011. Causal Relationship between Macroeconomic Indicators and Stock Market di India. Asian Journal of Finance and Accounting. 3 (1):

Uli AY. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di BEI. Jakarta (ID): Jurnal Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma.

Vejzagic M dan H Zarafat. 2013. Relationship Between Macroeconomic Variables and Stock Market Index: Co-Intergration Evidence From FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah Index. Asian Journal Of Management Sciences And Education. 2 (4) ISSN: 2186-8441

Widodo C. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sturktur Modal Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(43)

31

Gambar

Gambar 2 Grafik Indeks Harga Tertinggi Saham Sektoral Periode 2008-2013
Tabel 1 Penelitian terdahulu
Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 4 Diagram Scatterplot
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek yang berjumlah lima orang guru yang telah memberikan pernyataan-pernyataan; pertama , secara finansial dalam penerapan

Dalam penelitian “Hubungan Kuat Arus Listrik dengan Keasaman Buah Jeruk dan Mangga” mengadopsi cara kerja sel galvani-volta, dimana jika ada dua elektroda yang berbeda

FORMULASI TEPUNG JAGUNG, TEPUNG PISANG NANGKA DAN OATMEAL PADA PRODUK FLAKES DITINJAU DARI.. KARAKTERISTIK FISIKOKIMIAWI

(2) Selain memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang dapat diangkat sebagai anggota Dewan Pengawas adalah orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan

Namun melihat bagaimana peran IAEA dalam krisis nuklir Korea Utara dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi internasional memiliki sumber power yang berbeda, seperti

Tingkat pengetahuan ibu tentang CAM selama kehamilan memiliki nilai p value 0,071 dimana &gt; 0,05 yang artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan tingkat

When you’ve made a selection with a lasso, a marquee tool, or the magic wand and you then want to add onto it or take away from it with the selection brush, it’s a no-brainer.

Menyusun rencana asuhan pada remaja dengan kehamilan usia dini. Melaksanakan rencana tindakan pada remaja dengan kehamilan