• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bermain adalah sebuah kebutuhan dasar dari seorang anak. Kegiatan bermain sebenarnya bukanlah sebuah kegiatan menghabiskan waktu dengan sia-sia namun di dalamnya terkandung berbagai pembelajaran penting seperti mengenali lingkungan sekitar, alam, dan sosialisasi dengan anak-anak lain ataupun dengan orang dewasa. Menurut Ismail Said, dalam jurnalnya yang berjudul Architecture for childreen : Understanding Children Perception towards built environment, keuntungan bermain di ruang luar yaitu meningkatkan kepekaan terhadap alam, seperti keberadaan tanaman, serangga, burung, dan lain-lain yang menyebabkan meningkatnya kognitif anak dan juga meningkatkan daya ingat mereka akan fakta-fakta yang dilihat secara nyata.

Design of childreen space must conform to their physical, cognitive and social fuctioning and development (Said, 2006 )1

Dunia anak sering diidentifikasikan dengan dunia bermain merupakan suatu masa yang sangat membahagiakan bagi anak. Masa itu proses sosialisasi (pembudayaan) anak terbentuk secara dini. Di dalam bermain, anak belajar mengenal mengenal nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang diperlukan sebagai pedoman untuk pergaulan sosial dan memainkan peran-peran sesuai dengan

kedudukan sosial yang nantinya mereka lakukan (Arikunto, 1993:3)2 .

Bermain juga menjadi salah satu kategori yang dipacu dan berfungsi sebagai keterampilan

motorik ; baik keterampilan tangan maupun keterampilan kaki (Hurlock,1978)3. Bermain dianggap

sangat penting utuk perkembangan fisik dan psikologis, sehingga semua anak diberi waktu dan kesempatan untuk bermain dan juga di dorong untuk bermain, tanpa memerdulikan status sosial

ekonomi keluarga mereka (Hurlock, 1980)4.

Menurut Nilawati, 2002 (dalam Pradipta, 2005), proses perkembangan anak yang normal memang membutuhkan gerak. Anak yang secara fisik akan memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai gerakan yang mungkin bisa dilakukan dalam suatu pengalaman aktivitas fisik. Oleh karena itu anak-anak perlu dikenalkan dengan berbagai variasi pengalaman gerak melalui permainan, seperti berjalan, melompat, melempar, gerakan mata, keseimbangan dan sebagainya.

Bermain merupakan suatu kebutuhan naluri dan penuh dengan pengenalan serta pemahaman terhadap sesuatu. Eriksen, 1985 (dalam Pradipta, 2005), berpendapat bahwa melalui bermain anak

1

Jurnal. Ismail Said 2006. Architecture for Children: Understanding Children Perception towards Built Environment. Universiti Teknologi Malaysia.

2

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Pratek. Rineka Cipta : Jakarta 3

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak : Jilid Dua (Edisi Ke-6). Erlangga : Jakarta 4

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga : Jakarta

(2)

2 akan belajar dan memahami banyak hal yang berguna bagi kebutuhan perkembangan hidupnya. Secara fisik melalui tubuhnya, anak akan mengembangkan sensorik (diterima melalui indera) dan motoriknya (melalui otot tubuhnya), anak melalui bermain akan bersosialisasi, yaitu belajar berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Secara psikologis dan emosi, anak belajar tentang menyikapi sesuatu yang harus dihadapi dan pengalaman pengembangan emosi dari dalam dirinya. Pada saat bermain anak-anak akan mengalami seperti : bereksplorasi, keingintahuan dan kekaguman, berkomunikasi, berfantasi dan melakukan kegiatan atau pengalaman baru dan semua itu akan meningkatkan kecerdasan anak (Pradipta, 2005).

Kegiatan bermain anak-anak bisa dilakukan di dalam ruangan, namun jika dilihat dari segi perkembangan tubuh anak bermain di luar ruangan lebih sehat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya keberadaan ruang luar untuk tempat beraktivitas bermain anak. Namun pada masa sekarang, keberadaan ruang luar sebagai ruang bermain anak ketersediannya sangat terbatas, bahkan untuk beberapa kasus permukiman dapat dikatakan tidak tersedia. Anak-anak memerlukan ruang lebih luas untuk beraktivitas sehingga mereka dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya.

Tidak banyak berbeda dengan kasus yang dialami oleh Kota Banjarmasin dengan kota-kota besar lainnya. Kota Banjarmasin pun dirasakan kekurangan ruang bermain anak, khususnya di kawasan permukiman padat penduduk “Permukiman Tepi Sungai Kelayan”. Permukiman Tepi Sungai Kelayan merupakan sebuah daerah di Kota Banjarmasin yang dulu nya terbentuk dari aliran Sungai Kelayan sebagai jalur transportasi utama Kota Banjarmasin yang akhirnya berkembang menjadi permukiman yang mengarah ke darat. Dengan tingginya kepadatan penduduk dan bangunan, di kutip

dari sebuat situs internet bahwa “Kawasan Permukiman Tepi Sungai Kelayan di Banjarmasin

diketahui sebagai daerah pemukiman paling padat di Asia Tenggara. Jumlah kepadatan penduduk terbesar se-Asia Tenggara itu sebuah hasil penelitian dari perguruan tinggi beberapa waktu lalu, kata Camat Banjarmasin Selatan, Drs.Kasman “ 5.

Gambar 1.1 Permukiman Tepi Sungai Kelayan (Observasi, 2013)

5

www.merdeka.com/pernik/kelayan-permukiman-terpadat-di-asia-tenggara-fjtrogm.html; diakses tanggal 26 Juli 2014

(3)

3 Seiring perkembangan zaman, ruang bermain mengalami perubahan sedemikian rupa akibat terjadinya berbagai masalah-masalah yang timbul dari kondisi sosial yang ada. Dapat dilihat dengan sangat jelas saat ini anak-anak semakin kehilangan ruang bermain. Fasilitas taman bermain bagi anak sudah sangat langka, terlebih lagi di Permukiman tepi Sungai Kelayan. Akibatnya tempat-tempat yang tidak selayaknya digunakan anak-anak sebagai ruang bermain menjadi tempat yang dipaksa anak untuk mewadahi aktivitas bermain mereka. Hal ini akibat tingginya kebutuhan anak terhadap ruang bermain yang tidak diimbangi dengan tersedianya lahan untuk bermain.

Permukiman tepi Sungai Kelayan terletak pada daerah Kecamatan Banjarmasin Selatan, dengan perencanaan wilayah penelitian yang tercakup dalam 3 Kelurahan yaitu; Kel. Kelayan Dalam, Kel. Kelayan Tengah dan Kel. Kelayan Barat. Menurut data yang di peroleh dari 3 Kelurahan tersebut dapat terlihat bahwa jumlah penduduk didominasi oleh anak-anak berusia 5 – 14 tahun. Hal tersebut didukung oleh temuan di lapangan yaitu banyak di dapati sekolah dasar (SD) di kawasan tersebut. Dalam 1 gang, bisa terdapat sampai dengan 4 SD dalam setiap gang dengan jarak antar gang ±20 m.

peta kota banjarmasin peta kec.banjar selatan

peta sungai kelayan

Gambar 1.2 Peta Kota, Kecamatan dan Sungai Banjarmasin (Kecamatan Banjarmasin Selatan, 2013)

(4)

4

Gambar 1.3 Foto Udara Permukiman Tepi Sungai Kelayan (Google Maps, 2015)

Dari pengamatan awal di lapangan, dapat dilihat bahwa anak-anak semakin kehilangan ruang bermain. Hilangnya ruang bermain bagi anak adalah akibat dari tingginya desakan

(5)

5 pembangunan fisik di Permukiman tepi Sungai Kelayan yang semakin lama semakin tidak terkendali. Pembangunan yang terus menerus berlangsung mengakibatkan tidak tersisanya ruang untuk berkegiatan anak-anak, bahkan untuk ruang berinteraksi antar wargapun hampir tidak tersedia. Tidak ditemukannya lagi fasilitas umum seperti pos ronda bahkan balai pertemuan, yang tersisa hanyalah gerbang gang sebagai tempat untuk orang dewasa berkumpul. Keadaan Permukiman tepi Sungai yang jauh dari kata layak (sehat), mengakibatkan fasilitas anak menjadi terpinggirkan di Permukiman tepi Sungai ini.

Salah seorang warga Permukiman tepi Sungai Kelayan Gg. Antasari, Ibu Hamisa yang berprofesi sebagai Kepala SD Muhammadiyah 14 Banjarmasin yang berada di Kel. Kelayan Dalam mengungkapkan bahwa, akibat dari kurangnya ruang bermain anak di Permukiman tepi Sungai Kelayan memicu tindakan anak-anak yang membahayakan diri sendiri. Dari perbincangan dengan

sumber, lingkungan sekolah sering kali menjadi digunakan oleh anak Permukiman tepi Sungai sekitar

yang seyogyanya bukan siswa SD tersebut sebagai tempat bermain. Yang sangat disayangkan adalah mereka menggunakan lingkungan sekolah di luar jam sekolah. SD Muhammadiyah 14 sendiri di tutup gerbangnya pada jam 14.00 WITA, namun menurut sumber pada jam 14.15 WITA anak-anak Permukiman tepi Sungai sekitar sekolah sudah berada di lapangan sekolah. Cara anak Permukiman tepi Sungai untuk memasuki lingkungan sekolah yang dikunci ialah dengan memanjat pagar, bahkan ada yang sampai merusak pagar yang terbuat dari kayu sehingga mereka dapat masuk untuk bermain.

Dari fenomena yang terjadi di atas, sudah cukup membuktikan bahwa anak-anak Permukiman tepi Sungai Kelayan benar-benar kekurangan ruang bermain sehingga mereka menempuh berbagai cara untuk mendapatkan ruang bermain. Hal tersebut tidak hanya di keluhkan oleh SD Muhammadiyah 14 saja, namun oleh SDN Kelayan Dalam 1, SDN Kelayan Dalam 2, MI Darur Najah, SDN Kelayan Barat 2 dan SDN Kelayan Tengah 3 juga mengeluhkan hal yang sama.

Jenis aktivitas bermain anak pada Permukiman tepi Sungai ini pada dasarnya tidak memiliki banyak perbedaan dengan anak-anak di kawasan lain, yaitu bola, layang-layang, petak umpet, tali dan masih banyak lagi. Yang membedakan hanyalah tempat mereka bermain. Anak Permukiman tepi Sungai Kelayan sudah terbiasa bermain di tempat-tempat yang tidak biasa, seperti bermain layang-layang di atas atap atau pohon dan bermain petak umpet di tengah jalan. Tentu saja tempat itu bukanlah tempat dimana semestinya anak-anak bermain. Jenis permainan lain yang menjadi ciri khas dari anak Permukiman tepi Sungai Kelayan ialah berenang di sungai besar. Permukiman tepi Sungai Kelayan dipisahkan oleh Sungai Kelayan yang berada di tengah permukiman Kelayan, sungai ini cukup besar dan dalam. Namun anak-anak dari usia 5 tahun tampaknya sudah sangat mahir berenang tanpa menggunakan pengaman yang layak.

(6)

6

Gambar 1.4 Aktivitas Anak Bermain di Sungai Kelayan (Observasi, 2013)

Dari wawancara terhadap salah satu anak asli permukiman tepi Sungai Kelayan Gg. PGA, Anggi (10 tahun) menyatakan bahwa ia dan teman-temanya sering kali menggunakan menggunakan halaman warga yang cukup besar atau sering mereka sebut “pagar cina” sebagai tempat bermain. Cara mereka mengakses tempat tersebutpun dapat dikatakan ilegal, karena mereka masuk ke halaman tersebut saat penghuni sedang tidak ada di tempat, dan saat penghuni tersebut kembali ke rumah itu anak-anak akan berlarian keluar dari pagar rumah tersebut. Anggi juga menyatakan sering kali teman-teman bermainnya di tabrak oleh kendaraan bermotor ketika mereka sedang bermain di jalan.

Gambar 1.5 Aktivitas Anak Bermain di Permukiman Tepi Sungai Kelayan (Observasi, 2013)

(7)

7

Penjelasan-penjelasan tersebut di atas menunjukan suatu kondisi real dari permasalahan

yang terjadi di permukiman tepi Sungai Kelayan Banjarmasin. Perkembangan fisik bangunan yang tidak terbendung menjadi akar dari permasalahan yang dialami oleh anak di permukiman tepi Sungai Kelayan. Menurunnya kualitas dan kuantitas ruang bermain anak menjadi pemandangan yang sangat jelas terlihat. Upaya untuk meningkatkan ruang bermain anak menjadi salah satu upaya untuk mengembalikan hak anak dalam bermain. Salah satu caranya dengan melakukan penelitian tentang ruang bermain anak, sehingga diharapkan dapat menjadi sebuah acuan dalam peningkatan kualitas lingkungan dalam hal ini ruang bermain anak permukiman tepi Sungai Kelayan.

1.2 Perumusan Masalah

Perubahan dan perkembangan yang terjadi di Kawasan Permukiman Tepi Sungai Kelayan ini telah mempengaruhi perkembangan fisik kawasan. Tingginya tingkat aktivitas dan pertumbuhan bangunan akibat meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal, membawa dampak berkurangnya jumlah ruang terbuka. Hal ini tentu saja mengurangi ruang bagi anak-anak untuk bermain, sehingga anak-anak tidak lagi beraktivitas di ruang yang memang di peruntukan bagi anak-anak.

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana respon terhadap perubahan dan perkembangan kawasan yang memperhatikan kebutuhan aktivitas bermain bagi anak-anak. Hal yang paling sederhana ialah bagaimana ketersediaan ruang untuk anak-anak bermain. Sebuah ruang yang mudah di jangkau, aman dan dapat mengakomodasi segala aktivitas bermain anak-anak di Permukiman tepi Sungai Kelayan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana setting ruang bermain anak-anak di Permukiman Tepi Sungai Kelayan?

2. Bagaimana sebaiknya setting fisik bermain anak-anak yang mampu mengakomodasi

dan memenuhi kebutuhan aktivitas bermain anak yang sesuai dengan kondisi permukiman tepi Sungai Kelayan?

1.4 Keaslian Penelitian

No Nama Judul / Lokasi Subtansi

1 Endang Setyawati (Tesis

S2, Arsitektur UGM, 2000)

Morfologi Ruang Terbuka Publik di Kawasan Dalam Beteng Baluwarti Kraton Yogyakarta.

Penelitian ini memiliki kajian tentang morfologi ruang terbuka publik yang

terbentuk dari perkembangan sosial budaya masyarakatnya.

(8)

8

2 Surya Pradipta (Tesis

S2, MDKB UGM, 2005)

Ruang Terbuka Bermain anak di Kawasan Kraton Yogyakarta.

Menekankan pada upaya untuk menyetahui ruang-ruang terbuka yang

diinginkan dan dipergunakan anak dalam

bermain serta faktor-faktor yang mempengaruhi ruang terbuka bahi kegiatan anak-anak bermain di kawasan permukiman Permukiman tepi Sungai Kraton.

3 Husnul Hidayat (Tesis

S2, MDKB UGM)

Tipologi Ruang Terbuka Publik di Tepian Sungai Musi.

Penelitian ini menjelaskan faktor-faktor pembentuk ruang terbuka publik khususnya pada tepian sungai musi.

4 Nurfansyah (Tesis S2,

MDKB UGM, 2004)

Model Penataan Permukiman Tepian Sungai Martapura, Banjarmasin.

Penekanan penelitian ini pada penataan permukiman Sungai Martapira, baik dari segi ekologi, pola maupun infrastruktur kawasan permukimannya.

5 Kukuh Widodo (Tesis

S2, Arsitektur Lansekap IPB, 2012)

Perencaaan Landscape Sungai Kelayan Sebagai Upaya Revitalisasi Sungai di Kota Banjarmasin.

Penelitian ini tentang upaya revitalisasi kawasan tepian Sungai Kelayan melalui penataan landscape tepian sungai.

6 Hidayatul Muslihah

(Tesis S2, Teknik Arsitektur UGM, 2014)

Ruang Bermain Anak di Rumah Susun Sederhna Sewa Begalon II Kota Surakarta.

Penelitian ini menekankan pada bagaimana anak-anak rusunawa menggunakan ruang bermain pada

(9)

9 lingkungan rusunawa.

7 Ningtyas Rahmawati

(Tesis S2, MDKB UGM, 2016)

Setting Fisik Ruang Terbuka Bermain Anak. Studi Kasus : Permukiman Tepi Sungai Kelayan Banjarmasin.

Penekanannya pada upaya mencari tau bagaimana ruang bermain yang dibutuhkan dan mengetahui setting ruang bermain anak yang dapat diadaptasi oleh kondisi kawasan padat Permukiman tepi Sungai Kelayan

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya mengkaji lebih dalam pola perilaku anak dalam bermain di kawasan dengan densitas penduduk dan bangunan yang tinggi. Dengan bentuk eksisting pemukiman yang cenderung linear dan berada pada kawasan bantaran sungai, penulis ingin mengkaji tentang bagaimana bentukan ruang bermain anak yang yang dapat mewadahi aktivitas anak sesuai pada kawasan dengan permasalahan seperti ini. Penelitian ini merupakan upaya untuk melihat dan mengetahui hubungan ruang dengan aktivitas bermain anak di kawasan Permukiman tepi Sungai kota. Hasilnya diharapkan dapat menjadi sebuah acuan desain (guide line) dalam merancang ruang bermain yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak, namun sesuai dengan pola perilaku masyarakat dan eksisting kawasan. Tantangan dalam penelitian ini adalah bagaimana membuat sebuah ruang bermain anak pada kawasan dengan densitas penduduk dan bangunan yang tinggi.

1.6 Tujuan Penelitian

1. Memberikan gambaran tentang setting ruang bermain anak yang ada saat ini di

Permukiman tepi Sungai Kelayan di tinjau dari bentuk ruang bermain, waktu anak-anak bermain dan siapa pengguna ruang bermain tersebut

2. Memberikan sebuah guide line tentang bentuk ruang terbuka yang dapat

mengakomodasi seluruh aktivitas dan kegiatan bermain anak-anak di Permukiman tepi Sungai Kelayan yang sesuai dengan kondisi Permukiman tepi Sungai Kelayan.

1.7 Sistematika Penulisan

Guna memahami lebih jelas penelitian ini, dilakukan dengan cara mengelompokkan materi menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang informasi umum yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, keaslian penelitian, manfaat penelitian dan tujuan penelitian.

(10)

10 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori yang diambil dari beberapa buku, jurnal, tesis dan informasi yang berasal dari internet yang berupa teori-tori yang mendukung penelitian. Bab ini juga menjelaskan landasan teori yang berkaitan dengan penelitian yang dibahas.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang proses dalam meneliti yaitu pendekatan penelitian, lokus penelitian, batasan penelitian, variabel penelitian, pemilihan sampel kasus, tahap penelitian dan langkah penelitian.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan tentang hasil penelitian, analisis dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil dari penelitian.

BAB V : KESIMPULAN

Bab ini berisi tentang hasil kesimpulan dari dialog antara data penelitian, teori yang digunakan, analisis dan hasil dari pembahasan tentang penelitian. Sehingga dapat menjawab pertanyaan dari penelitian dan memaparkan temuan yang terkait dengan penelitian.

BAB VI : REKOMENDASI

Bab ini akan menjelaskan tentang saran dan rekomdasi sehingga dapat menjadi suatu arahan desain untuk Ruang Terbuka Bermain anak di Permukiman Tepi Sungai Kelayan.

Gambar

Gambar 1.1 Permukiman Tepi Sungai Kelayan  (Observasi, 2013)
Gambar 1.2 Peta Kota, Kecamatan dan Sungai Banjarmasin  (Kecamatan Banjarmasin Selatan, 2013)
Gambar 1.5 Aktivitas Anak Bermain di Permukiman Tepi Sungai Kelayan  (Observasi, 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “Upaya meningkatkan minat dan hasil belajar matematika dengan model

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 19 sasaran strategis yang ingin dicapai dengan prioritas sasaran adalah: meningkatkan penerimaan Fakultas (bobot 10%),

1 M.. Hal ini me nunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa yang signifikan dibandingkan dengan siklus I. Pertukaran keanggotaan kelompok belajar

Masalah utama yang akan dijawab dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : Apakah penerapan Metode pembelajaran Make a Match (Menjodohkan) dan MediaKartundapat