• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kimia Klinis Pemeriksaan Protein Dan Albumin Dalam Serum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kimia Klinis Pemeriksaan Protein Dan Albumin Dalam Serum"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berbagai protein plasma terdapat sebagai antibodi, hormon, enzim, faktor koagulasi, dan transport substansi khusus. Protein adalah suatu makromolekul yang tersusun atas molekul-molekul asam amino yang berhubungan satu dengan yang lain melalui suatu ikatan yang dinamakan ikatan peptida. Sejumlah besar asam amino dapat membentuk suatu senyawa protein yang memiliki banyak ikatan peptida, karena itu dinamakan polipeptida. Secara umum protein berfungsi dalam sistem komplemen, sumber nutrisi, bagian sistem buffer plasma, dan mempertahankan keseimbangan cairan intra dan ekstraseluler.Protein-protein kebanyakan disintesis di hati. Hepatosit-hepatosit mensintesis fibrinogen, albumin, dan 60 – 80 % dari bermacam-macam protein yang memiliki ciri globulin. Globulin-globulin yang tersisa adalah imunoglobulin (antibodi) yang dibuat oleh sistem limforetikuler.

Dalam pengklasifikasian protein, albumin merupakan protein globular. Protein ini umumnya berbentuk bulat atau elips dan terdiri atas rantai polipeptida yang berlipat. Pada umumnya gugus R polar terletak disebelah luar rantai polipeptida, sedangkan gugus R yang hidrofob terletak disebelah dalam molekul protein. Protein globular pada umumnya mempunyai sifat dapat larut dalam air, dalam larutan asam atau basa dan dalam etanol.

Protein globular berbentuk bola, terdapat dalam cairan jaringan tubuh. Protein ini larut dalam larutan garam dan asam encr, mudah berubh dibawah pengaruh suhu, konsentrasi garam serta mudah mengalami denaturasi. Albumin terdapat dalam telur, susu, plasma, dan hemoglobin. Albumin larut dalam air dan mengalmi koagulasi bila dipanaskan

Konsentrasi albumin rendah pada orang tua meningkatkan risiko hasil kesehatan yang buruk, termasuk penurunan fungsional. Konsentrasi albumin rendah biasanya diamati pada tua orang dan dikaitkan dengan hasil kesehatan buruk dan kematian. Konsentrasi albumin rendah telah digunakan sebagai penanda (protein) malnutrisi. Namun, temuan bahwa albumin rendah

(2)

memprediksi risiko penyakit kardiovaskular dan realisasi albumin yang rendah tidak sepenuhnya normal dari makanan karena telah dilakukan penelitian tentang aspek-aspek dari metabolisme albumin. Albumin merupakan protein fase akut negatif yang menurunkan peradangan yang sedang berlangsung, dan konsentrasi albumin dapat mencerminkan penialaian status gizi.

Oleh karena itu, dilakukan percobaan ini untuk mengetahui menghitung kadar albumin dalam plasma darah.

1.2 Maksud Praktikum

Maksud dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar albumin dalam serum.

1.1 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar albumin dalam serum dengan mengukur absorbansinya pada spektrofotometri pada panjang gelombang 546 nm.

(3)

2.1 Teori Umum

Beberapa metode sering digunakan untuk pengukuran rutin protein dalam serum dan cairan tubuh lainnya. Saat ini, sebagian besar metode otomatis untuk mengukur protein (Sacher, 2004).

Protein yang namanya berarti “pertama” atau “utama” merupakan makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel dan menyusun lebih dari setengah berat kering pada hampir semua organisme. Struktur protein terdiri dari polipeptida yang mempunyai ranatai yang amat panjang yang tersusun atas banayak unit asam amino (Lehninger, 1982).

Protein merupakan salah satu kelompok makronutrien. Tidak seperti bahan makronutrien lain (karbohidrat dan lemak), protein lebih berperan dalam pembentukan biomolekul daripada sebagai sumber energi. Meskipun demikian, bila organisme sedang kekurangan energi, maka protein ini juga dapat digunakan sebagai sumber energi.Kandungan energi protein rata-rata 4 kilokalori/gram atau setara dengan kandungan energi karbohidrat (Rohman, 2007).

Seperti halnya lemak dan karbohidrat, protein adalah zat yang dibentuk oleh sel-sel yang hidup.Lebih dari separo zat-zat yang berbentuk padat di dalam jaringan-jaringan manusia dan binatang mamalia terdiri atas protein. Protein mempunyai peranan yang penting dalam tubuh manusia dan binatang, karena ia bertanggung jawab untuk menggerakkan otot-otot, protein hemoglobin mempunyai peranan mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan ke seluruh tubuh. Sehingga protein sangat penting untuk masing-masing individu (Sastroamidjojo, 2005).

Berbeda dengan lemak dan karbohidrat dimana susunan dasarnya adalah C, H, dan O, maka protein kecuali tersusun atas ketiga unsur tersebut, masih mengandung juga unsur-unsur seperti: nitrogen, belerang, pospor, kadang-kadang besi dan unsur-unsur yang lain (Sastroamidjojo, 2005).

Protein kebanyakan merupakan senyawa yang amorph, tak berwarna, dimana ia tak mempunyai titik cair atau titik didih yang tertentu. Protein tidak

(4)

larut di dalam cairan-cairan organik. Bila dilarutkan dalam air akan memberikan larutan koloidal. Protein di endapkan atau mengalami “salted out” dari larutannya bila ditambah garam-garam anorganik (Na2SO4, NaCl) dan juga dengan menggunakan zat-zat organik yang larut dalam air (alkohol, aseton), pengendapan ini bersifat dapat balik. Sejumlah zat-zat lainnya meliputi garam logam berat, asam tannat, asam pikrat dan pereaksi-pereaksi alkaloid dapat juga mengendapkan protein.Asam tannat dan asam pikrat baik dalam bentuk salep atau larutan dapat di gunakan sebagai obat luka bakar. Albumin dapat menawarkan keracunan oleh logam dalam perut, karena ia membentuk endapan dengan ion-ion logam, hingga mencegah terserapnya ion-ion lebih lanjut (Sastroamidjojo, 2005).

Albumin (69 kDa) merupakan protein utama dalam plasma manusia dan membentuk sekitar 60% protein plasma total. Sekitar 40% albumin terdapat dalam plasma, sedangkan 60% lainnya terdapat di ekstraseln (Murray, 2009).

Setiap harinya, hepar menghasilkan sekitar 12 gram albumin, yang berarti sekitar 25% dari seluruh sintesis protein oleh hepar. Albumin awalnya dibentuk sebagai suatu praproprotein. Peptida sinyalnya dikeluarkan sewaktu protein tersebut memasuki sisterna retikulum endoplasma kasar, dan heksapeptida di terminal amino yang terbentuk kemudian diputuskan ketika protein tersebut memasuki sisterna retikulum endoplasma kasar, dan heksapeptida di terminal amino yang terbentuk kemudian diputuskan ketika protein tersebut menempuh jalur sekretorik (Murray, 2009).

Karena massa molekulnya yang realtif rendah (69 kDa) dan konsentrasinya yang tinggi, albumin diperkirakan menentukan sekitar 75-80% tekanan osmotic plasma pada manusia (Murray, 2009).

Berdasarkan beberapa penelitian, kadar albumin dalam serum merupakan prediktor yang baik dan sederhana dalam menentukan resiko operasi dan mempunyai korelasi yang erat dengan derajat malnutrisi (Murray, 2009).

Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung

(5)

campuran kompleks zat organik dan anorganik. Protein plasma mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran kapilar untuk mencapai sel. Ada tiga jenis protein plasma yang utama, yaitu (Sloane, 2003) :

1. Albumin adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55 sampai 60%, tetapi ukurannya paling kecil. Albumin disintesis dalam hati dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah.

a. Koloid adalah zat yang berdiameter 1 nm sampai 100 nm, sedangkan kristaloid adalah zat yang berdiameter kurang dari 1 nm. Plasma mengandung koloid dan kristaloid.

b. Tekanan osmotik koloid (atau tekanan onkotik) dintentukan berdasarkan jumlah partikel koloid dalam larutan. Tekanan ini merupakan suatu ukuran “daya tarik” plasma terhadap difusi air dari cairan ekstraselular yang melewati membran kapilar.

2. Globulin, membentuk sekitar 30% protein plasma.

a. Alfa dan beta globulin disintesis dihati, dengan fungsi utama sebagai molekul pembawa lipid, beberapa hormon, berbagai substrat dan zat penting tubuh lainnya.

b. Gamma globulin (imunoglobulin) adalah antibodi. Ada lima jenis imunoglobulin yang diproduksi jaringan limfoid dan berfungsi dalam imunitas.

3. Fibrinogen membentuk 4% protein plasma, disintesis di hati dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme pembekuan darah.

Nilai Rujukan Data Klinis

Dalam keadaan normal terdapat 3 sampai 5 gram albumin dalam setiap 100 ml darah (Pearce, 2006).

(6)

Penurunan kadar dapat menyebabkan sirosis hepar, kegagalan hepar akut, luka bakar berat, malnutrisi berat, gangguan-gangguan ginjal, malignansi tertentu, kolitis ulserasi, kehilangan protein enteropati, malabsorbsi (Pearce, 2006).

Peningkatan kadar dapat menyebabkan dehidrasi, muntah terus-menerus, diare berat (Pearce, 2006).

Ada beberapa penyebab ganguan albumin bagi manusia antara lain (Pearce, 2006):

 Albuminemia. Salah satu penyebab keadaan ini adalah mutasi yang mempengaruhi penyambungan. Penderita albuminemia ini hanya mempelihatkan gejala edema yang sedang dalam keadaan ini juga diperkirakan jumlah protein plasma yang lain akan meningkat untuk mengkompensasi kekurangan albumin.

 Albumin karena dibuat oleh hati, maka penurunan albumin serum dapat menyebabkan dari penyakit hati kronik, ginjal, saluran cerna kronik,dan infeksi tertentu.

Hipoalbuminemia merupakan predictor adanya perlambatan perbaikan fungsi organ-organ saluran pencernaan bagian bawah dan berhubungan erat dengan komplikasi post-operasi setelah hemicolectomy kanan untuk kanker colon ascenden serta berbagai operasi gastrointestinal lainnya (Sutedjo, 2006).

BAB 3 METODE KERJA 3.1 Alat

(7)

Adapun alat yang digunakan adalah kuvet, mikro pipet 10 µL, mikro pipet 1000 µL, pipet tetes, rak tabung, tabung reaksi, tabung tentrifuge, spoit, dan spektofotometer.

3.2 Bahan praktikum

Adapun bahan yang digunakan adalah aquades, darah, reagen Albumin, larutan standar, dan tissue.

3.3 Cara kerja

a. Prosedur pengambilan sampel.

Diambil darah 1 jam sebelum praktikum. Dipasang turniquit pada lengan atas dan tangan dikepal. Bagian kulit yang akan ditusuk jarum untuk diambil darahnya diberi kapas alkohol. Di ambil darah pada vena sebanyak 5 ml dan masukkan ke dalam tabung vacuum tube lab 5 ml. Bekas tusukan jarum diberi kapas alkohol.

b. Penyiapan serum

Disiapkan alat dan bahan, kemudian dimasukkan darah kedalam tabung sentrifuge. Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm. Setelah terbentuk 2 lapisan, diambil serum darah dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.

c. Pengukuran absorban blanko

Disiapkan alat dan bahan, kemudian dipipet 10 µL aquadest kedalam kuvet. Ditambahkan 1000 µL reagen TPR kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 25oC (suhu kamar). Setelah itu diukur absorbannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm. Dicatat hasilnya. d. Pengukuran absorban standar

Disiapkan alat dan bahan, kemudian dipipet 10 µL larutan standart ke dalam kuvet. Ditambahkan 1000 µL reagen TPR kemudian diinkubasi

(8)

selama 10 menit pada suhu 25oC (suhu kamar).Setelah itu diukur absorbannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm. Dicatat hasilnya.

e. Pengukuran Absorban Sampel

Disiapkan alat dan bahan, kemudian dipipet 10 µL serum darah ke dalam kuvet. Ditambahkan 1000 µL reagen TPR kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 25oC (suhu kamar). Setelah itu diukur absorbannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm. Dicatat hasilnya.

(9)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data Pengamatan

Probandus Jenis Pemeriksaan

Absorban Sampel

Absorban

Standar Hasil Ket. I Albumin 1,100 1,012 5,344 g/dL ≠ normal II Albumin 1,058 1,092 5,076 g/dL ≠ normal Perhitungan : 1. Probandus I Absorbansi Standar : 1,012 Absorbansi Sampel : 1,100 Konsentrasi Standar : 5 g/dL Albumin= Absorbensampel

Absorban standarx Konsentrasi standar (g /dL) ¿1,100 1,012 x 5 ¿5,434 g/dL 2. Probandus II Absorbansi Standar : 1,092 Absorbansi Sampel : 1,058 Konsentrasi Standar : 5 g/dL Albumin= Absorbensampel

Absorban standarx Konsentrasi standar (g /dL) ¿1,058

1,092 x 5 ¿5,076 g /dL

(10)

4.2 Pembahasan

Didalam tubuh manusia terdapat darah yang merupakan bagian terpenting dari manusia yang memiliki fungsi utama dalam memelihara homeostasis tubuh. Fungsi darah sebagian besar dilaksanakan oleh plasma dan berbagai konstituennya. Plasma terdiri atas air, elektrolit, metabolit, nutrient, protein dan hormon.

Tiga perempat zat padat dari tubuh adalah protein dengan fungsi yang berbeda-beda. Sebagian besar adalah protein jaringan / structural, protein kontraktil dan nucleoprotein.

Protein merupakan salah satu kelompok makronutrien. Tidak seperti bahan makronutrien lain (karbohidrat dan lemak), protein lebih berperan dalam pembentukan biomolekul daripada sebagai sumber energi. Protein mempunyai peranan yang penting dalam tubuh manusia dan binatang, karena ia bertanggung jawab untuk menggerakkan otot-otot, protein hemoglobin mempunyai peranan mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan ke seluruh tubuh. Sehingga protein sangat penting untuk masing-masing individu. Protein total terdiri atas 2, yaitu albumin dan globulin.

Albumin (69 kDa) merupakan protein utama dalam plasma manusia dan membentuk sekitar 60% protein plasma total. Setiap harinya, hepar menghasilkan sekitar 12 gram albumin, yang berarti sekitar 25% dari seluruh sintesis protein oleh hepar. Dalam keadaan normal terdapat 3 sampai 5 gram albumin dalam setiap 100 ml darah.

Albumin dapat meningkatkan tekanan osmotik yang penting untuk mempertahankan cairan vaskular. Penurunan albumin serum dapat

(11)

menyebabkan cairan berpindah dari dalam pembuluh darah menuju jaringan sehingga akan menyebabkan terjadinya edema.

Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui kadar albumin dalam serum dengan mengukur absorbansinya pada spektrofotometri pada panjang gelombang 546 nm.

Sebelum melakukan uji, pertama-tama yang harus dilakukan adalah mengambil serum darah dengan cara darah disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 6000 rpm, setelah itu diambil serumnya. Diambil serum darah probandus karena pada serum inilah terdapat zat-zat yang akan diperiksa, sedangkan diplasma hanyalah zat – zat sisa yang tidak perlu untuk pemeriksaan dan tidak dapat dijadikan parameter dalam mendiagnosa suatu penyakit.

Selanjutnya pengukuran absorban blanko, dilakukan dengan cara memipet 10 µl aquadest ke dalam kuvet lalu ditambahkan 1000 µl reagen albumin, lalu di inkubasi pada suhu 250 C selama 20 menit.

Lalu, untuk pengukuran absorban standar dilakukan dengan cara memipet 10 µl larutan standar ke dalam kuvet lalu ditambahkan 1000 µl reagen albumin, lalu di inkubasi pada suhu 250 C selama 20 menit.

Kemudian, untuk pengukuran absorban sampel, dilakukan dengan cara memipet 10 µl serum ke dalam kuvet lalu ditambahkan 1000 µl reagen albumin, lalu di inkubasi pada suhu 250 C selama 20 menit. Selanjutnya, ketiga kuvet tersebut dimasukkan ke dalam spektrofotometer dan diukur absorbannya pada panjang gelombang 546nm.

Digunakan reagen albumin karena reagen albumin merupakan reagen yang spesifik untuk pengukuran albumin. Adapun pada pemeriksaan untuk pemeriksaan albumin memilki prinsip dengan adanya bromkresol hijau dalam

(12)

suasana sedikit asam, maka serum albumin akan menyebabkan terjadi perubahan warna pada indikator yaitu dari warna kuning-hijau menjadi warna hijau-biru. Reagen albumin terdiri dari sitrat buffer pH 4,2 30 mmol/L dan Bromcresol green 0,26 mmol/L, berfungsi sebagai pembentuk warna dengan memperpanjang kromofor sehingga terbentuk warna hijau-biru.

Dilakukan inkubasi pada suhu ruangan selama beberapa menit dimaksudkan agar reagen dan sampel dapat bereaksi dengan baik, sehingga pada saat pengukuran absorban hasilnya pun sesuai dengan yang diharapkan.

Dari hasil percobaan yang dilakukan maka didapatkan hasil pada kadar albumin dalam serum pada probandus kelompok III adalah dalam 5,076 g/dl dan pada probandus kelompok IV adalah 5,434 g/dL yang tidak memenuhi range standarnya dalam range normal kadar albumin, yaitu antara 3,5 g/dl – 5,0 g/dl, sedangkan untuk probandus kelompok I, III, dan IV dalam keadaan tidak normal karena berada diluar range tersebut.

Faktor – faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada saat praktikum yaitu:

1. Alat – alat yang digunakan tidak bersih.

2. Pereaksi yang digunakan dalam keadaan rusak. 3. Pemipetan bahan yang tidak teliti.

(13)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka di peroleh kesimpul sebagai berikut : dari semua probandus I dan II memiliki kadar albumin yang tidak normal yaitu lebih atau kurang dari range normal albumin yaitu 3,5 – 5 g/dL.

5.2 Saran

Untuk laboratorium agar lebih dilengkapi bahan yang akan digunakan pada saat praktikum agar dapat berjalan dengan baik.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Dawiesah, S.I. 2002. Penentuan Nutrient Dalam Jaringan dan Plasma Tubuh. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Lehninger L., Albert. 1982. Dasar – Dasar Biokimia. Erlangga: Jakarta.

Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Pearce, Evelyn. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia: Jakarta.

Rohman, A. 2007. Analisis Makanan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan laboratorium. EGC:

Jakarta.

Sastrohamidjojo. 2005. Kimia Organik; Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, dan Protein. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Shargel, Leon. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Airlangga Universiti Press: Jakarta.

Sutedjo. 2006. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Amara Books: Jakarta.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Bertambahnya kadar albumin serum tikus setelah diberi ekstrak ikan gabus (ekstrak kasar dan isolat albumin), diduga adanya asam- asam amino penyusun albumin yang

Hasil pengukuran kadar enrofloksasin plasma anjing sakit menunjukkan rerata kadar 1,10 µg/mL, atau setara pada kadar albumin 1,7-2,6 g/dL pada uji kadar obat secara in vitro.. Hasil

Infusa daun Mangifera foetida Lour dapat meningkatkan kadar albumin dan total protein serum tikus putih galur Sprague-Dawley yang telah diinduksi oleh KEP

Hasil dari penelitian ini menunjukkan kadar albumin pada sampel penelitian yang merupakan pria sehat pada kelompok yang mengonsumsi diet V kelompok lebih rendah

kadar trombosit dan kadar albumin serum tidak berhubungan dengan peningkatan derajat varises

Berdasarkan analisis Pearson Chi-square didapatkan nilai p sebesar 0,000 < α = 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara kadar kreatinin serum dengan hasil tes albumin

Bertambahnya kadar albumin serum tikus setelah diberi ekstrak ikan gabus (ekstrak kasar dan isolat albumin), diduga adanya asam-asam amino penyusun albumin yang terdapat

Bertambahnya kadar albumin serum tikus setelah diberi ekstrak ikan gabus (ekstrak kasar dan isolat albumin), diduga adanya asam- asam amino penyusun albumin yang