• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Kooperatif Tipe Make – a Match Membangun Pondasi Membaca Pemahaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Model Kooperatif Tipe Make – a Match Membangun Pondasi Membaca Pemahaman"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Lentera Vol. 14 No. 9 Juli 2014

66

MODEL KOOPERATIF TIPE

MAKE

±

A MATCH

MEMBANGUN

PONDASI MEMBACA PEMAHAMAN

Zulkarnaini dan Zulfahmi

Dosen Program Studi PGSD FKIP Universitas Almuslim

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi hasil belajar dan pemahaman membaca belum optimal di kalangan siswa serta model pembelajaran tidak berorientasi terhadap siswa. Kendati itu, model kooperatif Tipe Make-A Match sebagai upaya peningkatan membaca pemahaman bacaan. pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Sumber data 21 orang siswa kelas V Samuti Kecamatan Gandapura. Data Hasil tes siklus I siswa tuntas 66,66% dan terjadi peningkatan siklus II dengan 90,47% dan sudah mencapai nilai ketuntasan minimal yang ditetapkan. Selanjutnya aktivitas guru pada siklus I dan II yaitu 84,16% dan terjadi peningkatan 88,33%, sedangkan aktivitas siswa 67,49% dan meningkat 88,33%. Jadi kesuksesan memahami bacaan musti keuletan pendidik dan model pembelajaran inovatif untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.

Kata Kunci: Membaca Pemahaman dan Model Kooperatif Tipe Make-A Match

Pendahul uan

Pe maha man me mbaca perlu kesiapan bagi pembaca. Minat dan motivasi saling ketergantungan dalam diri t iap indiv idu ketika me mbaca bacaan. Membudidayakan me mbaca tentulah dibenahi dua faktor tersebut agar intensitas baca anak terorganisasi dengan baik. Minat baca dibekali bagi siswa pendidikan dasar. Kesiapannya perpaduan naluri anak yang mencakup ke inginan dan ke mauan men jadilah minat me mbaca yang handal. Melalui itu timbulah mot ivasi dari berbagai keinginan atau tujuan pe mbaca. Ha l sa ma

Tampubolon EDKZD´ MLND PLQDW

dan motivasi tidak ada, pada u mu mnya kebiasaan tidak tumbuh dan tidak EHUNH PEDQJ´ Itu juga keterbacaan bacaan yang me mberikan kehangatan motivasinya. Lebih lagi jika keduanya sudah kompeten ma ka tumbuh ke mbang suka me mbaca yang men jadi keb iasaan membaca sehingga pembaca me miliki berbagai wa wasan dan informasi. Se lanjutnya pengetahuan tersebut dapat digunakan dan direalisasikan untuk pemaha man bacaan selanjutnya akibat kualitas kosakata me mada i.

Akibat dari faktor-fa ktor in i, beberapa masalah timbu l sela ma bela jar mengajar d i MIN Sa mut i, antara la in: (a ) minat me mbaca siswa masih belum me madai, (b)

siswa ma mpu me mbaca tetapi t idak me maha mi isi bacaan, (c) model pembela jaran tidak menyenangkan sehingga motivasi tida k optimal. Banyak siswa yang sudah ma mpu me mbaca pada tingkat ke las tinggi di MIN Sa muti tetapi masih sukar untuk me maha minya. Hal ini menunjukkan di sekolah in i belu m d itangani dengan model inovatif yang me mbangkitkan keinginan dan kemauan agar motivasi tinggi untuk hasil belajar optimal. senada juga

Aunurrahman (2009:140) bahwa

³SHQJHPEDQJDQ PRGHO SHPEH ODMD UDQ \DQJ tepat pada dasarnya bertujuan untuk menc iptakan kondisi pe mbela jaran me mungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa GDSDW PHUD LK KDVLO EHODMDU \DQJ RSWLPD O´ .Oleh karenanya, Model pembelajaran me mbaca pe maha man yang inovatif bukan sekedar me mbe rikan peluang me mbaca tulisannya, namun model pe mbela jaran yang baik dan bisa me mahami isi bacaan karena ada ke inginan dan ke ma muan pembaca.

Beran jak dari hal d i atas dapat diru muskan masalah penelitian yakn i ³bagaimana peningkatan ke ma mpuan me mbaca pe maha man siswa kelas V MIN Sa muti mela lui model pe mbela jaran kooperatif t ipe Mak e- A Match "´ Ke mudian Tujuan penelitian in i

(2)

Lentera Vol. 14 No. 9 Juli 2014

67

mendeskripsikan peningkatan kema mpuan me mbaca pe maha man siswa kelas V MIN Sa muti me la lui mode l pe mbela jaran Kooperatif Tipe Mak e- A Match.

Metode Pe nelitian

Secara garis besar tahap atau pengembangan tindakan penelitian dapat dila kukan mela lui e mpat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi. Pe la ksanaan tindakan dila kukan da la m dua siklus, setiap siklus dilakukan dua kali pe mbe laja ran.

Berdasarkan Ga mbar 3.8 siklus pelaksanaan PTK, Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan dala m proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Tahap Menyusun Rencana

Penyusunan rencana tindakan

didasarkan atas hasil wa wancara peneliti dengan kepala sekolah dan guru kelas V. Penyusunan rencana meliputi (a ) menentukan tujuan pembela jaran, (b)

menyusun rencana pelaksanaan

pembela jaran (RPP), (c) menyiapkan bahan yang diperlukan dalam pela ksanaan pembela jaran seperti LKS dan soal-soal pada pemberian t indakan, (d) menyiapkan le mbar observasi yang digunakan oleh pengamat pada saat pelaksanaan tindakan.

2) Tahap Pelaksanaan tindakan Pela ksanaan tindakan yang dima ksud adalah me la ksanakan proses belajar mengaja r dengan menggunakan model pembela jaran Kooperatif Tipe Mak e-a Macth pada meteri me mbaca pe maha man.

3) Tahap Observasi

Kegiatan observasi adalah mengamati aktivitas murid dan peneliti sela ma

pembela jaran berlangsung dengan

menggunakan le mbar observasi yang telah disiapkan. Pada kegiatan ini peneliti dibantu oleh dua orang pengamat.

4) Tahap Refle ksi

Se mua data yang berhubungan dengan penelitian in i baik itu hasil tes, hasil observasi dan hasil wawancara akan dideskripsikan. La lu berdasarkan hasil deskripsi tersebut dilaku kan refleksi untuk mengetahui apakah kelima murid telah me maha mi dengan baik materi yang ada dala m suatu tindakan.

Dari hasil refle ksi tersebut dapat disimpulkan bahwa, tindakan tersebut perlu untuk diulangi atau dapat dilanjutkan dengan pemberian materi selanjutnya. Jika tindakan tidak dapat dilanjutkan ma ka peneliti harus menyusun perencanaan ke mbali berdasarkan refle ksi. Bila tindakan ulang yang dilakukan juga tidak ada perubahan hasil, ma ka peneliti perlu me mbe rikan tindakan selanjutnya sehingga murid benar-benar mencapai tujuan belaja r yang telah ditetapkan.

Kriteria untuk masing-masing tindakan terdiri dari krite ria proses dan kriteria hasil. Kriteria proses adalah jika hasil observasi

WHODK PHQFDSDL VNRU • 6HGDQJNDQ

NULWHULD KDVLO DGDODK MLND • PXULG

PHQGDSDW QLOD L • SDGD WHV DNKLU

tindakan.

Pembelajar an Kooper ati f

Pe mbela jaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembela jaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Teori pembela jaran konstruktivis pada das arnya menekan pada

siswa untuk me mbangun sendiri

pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif siswa dala m proses belajar mengajar. Proses belajar mengaja r lebih diwarnai jika pembela jaran berpusat pada siswa di bandingkan kegiatan yang berpusat pada

guru. Menurut Jauhar (2011:52)

³SHPEHOD MDUDQ NRRSHUDWLI \DLWX VWUDWHJL

belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelo mpok kecil yang tingkat

ke ma mpuannya berbeda, dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling me mbantu untuk PH PDKD PL PDWHUL SHOD MDUDQ´

Pe mbela jaran kooperatif, bela jar dikatakan belu m selesai jika salah satu teman dala m ke lo mpok be lu m menguasai EDKDQ SHODMDUDQ µSH PEHOD MDUDQ NRRSHUDWLI diajarkan ketra mp ilan-ketra mp ilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik da la m kelo mpoknya, seperti pendengar yang baik, siswa diberi le mba r kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Sela ma ke rja kelo mpo k, tugas anggota kelo mpok adalah mencapai NHWXQWDVDQ¶ 6ODYLQ GDOD P -DXKDU

(3)

Lentera Vol. 14 No. 9 Juli 2014

68

Secara individu peserta didik me miliki perbedaan-perbedaan, baik dala m hal kecerdasan, kema mpuan, latar belakang, cita-cita atau potensi. Melalu i pe mbela jaran kooperatif kegiatan siswa diarahkan secara sadar untuk menciptakan interaksi yang saling me mbantu (belaja r ke lo mpok). Thompson (dalam Jauhar, 2011:53)

PHQ\HEXWNDQ GDOD P µSH PEHOD MDUDQ

kooperatif, siswa bela jar bersama da la m kelo mpok-ke lo mpok yang saling me mbantu satu sama la in. Ke las disusun dalam kelo mpok yang terdiri dari 4 atau 6 orang VLVZD GHQJDQ NHPD PSXDQ \DQJ KHWHURJHQ¶ Maksud kelo mpok heterogen adalah terdiri dari ca mpuran ke ma mpuan siswa, jen is kela min dan suku. Hal in i bermanfaat untuk me latih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

Unsur-unsur dalam pe mbe laja ran kooperatif, menurut Lungdren (dala m Jauhar, 2011:53) adalah sebagai berikut:

a) Para siswa harus me miliki persepsi EDKZD PHUH ND ³WHQJJHODP DWDX EHUHQDQJ EHUVDPD´

b) Para siswa harus me miliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik la in dala m kelo mpoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dala m me mpe la jari materi yang dihadapi. c) Para siswa harus perpandangan

bahwa mere ka semua me miliki tanggung jawab yang sama. d) Para siswa me mbagi tugas dan

berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.

e) Para siswa d iberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelo mpok.

f) Para siswa berbagi kepe mimpinan sementara mere ka me mpe roleh ketera mpilan bekerja sama sela ma belajar.

g) Setiap siswa akan diminta me mpe rtanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dala m kelo mpok kooperatif. Untuk itu, unsur-unsur dasar pembela jaran kooperatif harus diperhatikan agar bisa menjadi ke lo mpok yang

heterogen, dimana siswa saling berkerja sama dala m ke lo mpok sehingga tidak terjadi perbedaan antara satu siswa dengan siswa yang lain saat pembela jaran berlangsung. Tujuan utamanya untuk men ingkatkan intensitas belajar supaya me mpe roleh ketuntasan menguasai materi pembela jaran.

Model Pe mbelajar an Kooperatif Ti pe

Make- A Match

Model pembela jaran kooperatif t ipe Mak e A-Match merupakan pe mbela jaran yang dikembangkan oleh Curran (lie,

2010:53). Keunggulan dari model

pembela jaran kooperatif t ipe Mak e- A macth siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dala m suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dala m semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik.

Model pembela jaran kooperatif t ipe Mak e A-Match adalah bentuk pengajaran dengan cara mencari pasangan kartu yang telah dimiliki dan pasangan bisa dalam bentuk orang perorangan apabila ju mlah siswa banyak, ke mudian berhadapan untuk saling me maha mi atau menjelaskan makna kartu yang dimiliki.

Lie (2003:56) mengungkapkan

langkah-langkah penerapan pembela jaran kooperatif t ipe Mak e- A Match:

1) Gu ru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan men jelang tes ujian)

2) Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu

3) Setiap siswa mencari pasangan yang me mpunyai kartu yang cocok dengan kartunya

4) Siswa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang me megang kartu yang cocok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah penerapan

pembela jaran kooperatif tipe Mak e- A Match, me liputi:

a) Persiapan guru dan siswa dala m me mu la i pe mbela jaran

(4)

Lentera Vol. 14 No. 9 Juli 2014

69

c) Pe mbahasan materi

d) Perma inan mencari pasangan e) Presentasi dan pembahasan hasil

perma inan

f) Penghargaan kelo mpok g) Penyimpulan materi

h) Penugasan dan persiapan pada materi berikutnya

Untuk me mperincikan penerapan langkah-langkah model pe mbela jaran Mak e- A Match pada materi me mbaca pemaha man adalah sebagai berikut:

1) Gu ru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan satu bagian kartu jawaban.

Sebelu m me mbagikan kartu-ka rtu berisikan soal maupun jawaban, penelit i lebih dahulu me mberikan materi, yang dibacakan oleh siswa, dan kemudian dije laskan dengan menggunakan bahasa sendiri kepada te mannya. Jika siswa sudah ma mpu menje laskan materi yang telah dibaca dari med ia yang dibawa oleh peneliti dengan bahasa sendiri, maka penelit i langsung me mbagikan sebagian siswa kartu soal dan sebagian siswa kartu jawaban, yang kemudian dilanjutkan dengan langkah yang kedua.

2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu.

Se mua siswa yang didala m ke las berhak mendapatkan sebuah kartu, baik kartu soal maupun kartu jawaban. Se mua siswa dianjurkan untuk me mbacakan kartu

yang dipegangnya masing-masing,

ke mudian dilan jutkan dengan langkah yang ketiga

3) Tiap siswa me mikirkan kartu jawaban yang dipegang.

Setelah me mbaca kan kartu soal yang dipegang seperti yang dianjurkan pada langkah yang kedua, siswa mula i me mikir pada siapakah pasangan dari kartu soal yang dipegang maupun kartu jawaban yang dipegang. Untuk mendapatkan pasangan kartu yang dipegang, siswa harus terlebih dahulu me maha mi isi dari kartu yang dipegang tersebut dengan cara mengaitkan sesuai dengan materi yang telah dibacakan dan dijelaskan eleh kawan sekelasnya pada

langkah yang pertama, sesudah itu baru dilanjutkan dengan langkah yang kee mpat.

4) Setiap siswa mencari pasangan yang me mpunyai kartu yang cocok dengan kartunya ( soal / ja waban ). Pada langkah yang kee mpat in i, Siswa mu lai bangun dari tempat duduknya, dan masing-masing mencari pasangan dari kartu yang dipegangnya, kemudian siswa mula i mencocokkan kartunya.

5) Setiap siswa yang dapat

mencocokan kartunya sebelum batas waktu, diberikan poin. Untuk mendapatkan pasangan kartu yang dipegangnya, siswa diberikan waktu lima men it, apabila ada siswa yang berhasil mencocokan kartu pasangannya dalam kurun waktu ku rang dari lima menit, ma ka siswa akan diberikan poin.

6) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Setelah dicocokan semua pasangan kartu, peneliti mengumpulkan ke mbali kartu soal, dan siswa dipersilahkan duduk ditempatnya masing-masing. Ke mudian peneliti mengocokan semua kartu dan dibagikan lag i kepada siswa agar tidak ada siswa yang mendapatkan kartu yang sama dari sebelu mnya.

7) De mikian seterusnya

Setelah siswa mendapatkan masing-masing ka rtu yang berbeda, siswa mula i bangun dari tempat duduknya untuk mencari pasangan dan mencocokkan ke mbali kartu yang di pegangnya masing-masing seperti yang telah dilakukan pada langkah yang kedua, tiga, e mpat, dan lima sebelumnya.

8) Kesimpulan / penutup

Setelah selesai siswa mencocokkan pasangan kartu yang dipegang dan bergantian kartu, peneliti dan siswa menga mbil kesimpulan dari hasil pembela jaran dan me mbe rikan penghargaan

kepada siswa yang lebih cepat

mencocokkan kartu yang dipegangnya dala m kurun wa ktu yang telah ditentukan.

Hasil Penelitian dan Pe mbahasan

Hal ini terlihat dengan menggunakan rumus persentase. Berdasarkan analisis data ma ka dipero leh hasil tes dengan

(5)

Lentera Vol. 14 No. 9 Juli 2014

70

menggunakan model pe mbela jaran Kooperatif tipe Mak e- A Match pada materi me mbaca pe maha man siklus I siswa tuntas 66,66% dan terjadi peningkatan pada siklus II dengan persentase 90,47% dan sudah mencapai nila i ketuntasan minima l yang ditetapkan. Selanjutnya hasil pengamatan kegiatan guru dan siswa dalam proses pembela jaran dengan menggunakan model pembela jaran Kooperatif Tipe Mak e- A Match pada materi me mbaca pe maha man, kegiatan guru pada siklus I dengan persentase 84,16% dan terjadi peningkatan pada siklus II dengan persentase menjadi 88,33%, sedangkan aktivitas siswa pada siklus I dengan persentase 67,49% dan terjadi peningkatan pada siklus II dengan persentase menjadi 88,33%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pe mbela jaran kooperatif tipe Mak e- A Match pada materi me mbaca

pemaha man dapat meningkatkan

ke ma mpuan siswa ke las V M IN Sa muti.

Kesimpul an

Penerapan model kooperatif t ipe Mak e

±A Match me mberikan solusi terbaik terhadap perkembangan siswa, me lalu i model in i pe maha man me mbaca siswa berada pada kema mpuan optima l. Di sisi lain pendidik tida k ke walahan me mb imb ing siswanya karena model ini meningkatkan ke mauan dan keinginan belajar siswa sehingga meningkat kan motivasi bela jar dan hasil belajar. In i menjadikan alternatif terbaik bagi penelit ian selanjutnya. Oleh karena itu upayakan pemaha man ke mauan peserta didik sebelum mengajarkannya dan ke mudian modelnya sesuaikan dengan

keinginan serta perkembangan bahasa atau latar bela kang pengetahuan anak.

Daftar Pustaka

Abidin, Yunus. 2012. Pe mbelajaran membaca berbasis pendidikan k arak ter. Bandung: PT Refika Aditama.

Jauhar, Muhammad. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruk tivistik. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning Memprak tikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.

Jakarta: PT Gra media

Widiasarana Indonesia.

Moleong, J. Le xy . 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Re ma ja Rosdakarya.

Nurgiyantoro. 2010. Penilaian

Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidik an: Pendek atan Kuantitatif, Kualitatif dan Research and Development (R&D). Bandung: Alfabeta.

Taniredja, T. Pujianti, I dan Nyata. 2010. Penelitian Tindak an Kelas. Bandung: Alfabeta.

Tarigan. 2005. Me mbaca sebagai suatu k eterampilan berbahasa.

Referensi

Dokumen terkait

Jika Anda memilih buku telepon dalam kartu SIM Anda: - setelah catatan dipilih, cukup tekan ( untuk memanggil, atau - tekan , dua kali untuk mengakses carousel berikutnya,

5 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 6 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 7 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 8 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk 9 INDF

Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh TK ABA Wilayah Pimpinan Cabang Aisyiah (PCA) Banguntapan Utara, yakni terkait dengan persoalan lemahnya daya saing, penguatan

terhadap matematika terdapat 2 pernyataan yang menghasilkan jumlah skor total sebesar 182. 2) Pada indikator menilai cara guru dalam menyampaikan pelajaran matematika

Seluruh Dosen STIE Perbanas Surabaya yang dengan ikhlas telah memberikan ilmu, pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis selama masa kuliah. Seluruh staf

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran kooperatif tipe GI kurang

Nilai tambah yang diperoleh mahasiswa setelah melaksanakan PPL Praktikan memperoleh gambaran langsung mengenai pembelajaran di dalam kelas, cara mengelola kelas,

[r]