Jurnal
Ilmu
Sosialdan
Ilmu politik
ISSN 1,410-4946Volume
8,Nomor
3,Maret
2005 (269-
290)Masyarakat
Sipil,
Modal
Sosial dan
Tata
Pemerintahan yang Demokratis
Suharko'
Abstract
Discourse and
promotion of
democratic goaernancein
deaeloping countries has been part of agendas and interests of international donor agencies. This article shows that donor agencies closely refer
to
the Neo-Tocqueaillian schoolin
promoting democratic goaernancein
deaeloping countries that enteringpolitical
transition towards democracy. This school argues thatciail
society organizations(CSoil
haaepotentials dan capability in dneloping democratic goaernance
through building social capital.
In
the line of this argument and mapping out of the diaersity of CSos, this article arguesthat although Indonesian CSos face some serius probl'ems, to some extent, they contributed
in
promoting democratic governance.Kata-kata
kunci:
Masyarakat
sipil;
modal social; tata pemerintahan;Pengantar
Konsep tata pemerintahan bukanlah konsep
baru; ia
setua usia sejarahmanusia
itu
sendiri
(weiss,
2000).Akan tetapi
konsep
ini
lurnalllmuSosialsltmuPolitik,Vol'8,N0'3,Mnret2005
menjadi
bagian
dari
perdebatanintelektual
sejak 1980-an.Meskipun
ada konsensus bahwa konseP tata pemerintahan(goaernance)umumnya
tebih luas ketimbang
konslp pu*erintah
(gouerymynt),definisi
tatap"rn"rir,tahan
berviriasi
secarasubstansial'
Berbagai organisasi
internasional dan
ahli memiliki definisi
sendiri-sendiri tentang
tatapemerintahan. Misalnya, Bank Dunia mendefinisikan tata pemerintahan sebagai cara men;alankan kekuasaan dalam
pengelotiil
sumber daya ekonomi dan sosial suatu negara, danuNDP
mendefinisikannya sebdgaipelaksanaan otoritas
administratif,
politik
dan ekonomi untuk
mengelola persoalan-persoalan negara disemua tingkatan (Weiss, 2000)' Sejakawal
1980-an,konsep
'good Soaernance'(GG)
atau
tatapemerintahan
yang
baik
telah merasuki
diskursus-diskursus
pembangunanaat
mususnya agenda-a-ge1da riset dan aktifitas lainnya yang didanai oleh donor. Seiingiit
"*.tiukan
bahwa tata pemerintal'ranV"igbaik
mer.upakan prakotli'i
yang diperlukan bagi pembangunani";Zberhasil.
Ide tata pemerintahanyu"i
baik
ini
merupakan sebuahortodoksi baru
setelairPara
donor
baiat, khususnya
Bank Dunia
pertama
kali
memperkenalkan GG
sebas?ti"llti
untuk
problem
pembangunandi Airika
padaakhir
1980-an.'Dottot
memasukkan GG sebagai,yurui politik
aari Uantuan pembangunan t-"lukawal
1980-an'khususnya
melalui
program Penyesuaiin
struktural
(structutal
adj usment pro gr am-Sep).
.d.".g*
adanya Persyaratanpolitik
semacamifu,
negara-negarapemlnlu^
harus mereformasi tata
pemerintahan mereka.Menurut Leftwich
(2000: 109-115), ada empatfaktor
utama yang mempengaruhi antusiasme terhadap konsep dan pengembangan GG' yung pertuma adalah pengalaman Programplt
y-"suaian.struktural pada1980-an.
Program
ini
-*"rrrpulu"
paket ekonomi dan langkah
institusionalyi.S
d.isponsori ofeh IMF, Bank Dunia dan donor bilaterallainnya.
Elemen"utamadari
Program Penyesuaianstruktural
adalaht
Akun tetapi, penting untuk dicatat bahwa ide, pemikiran dan bahasa yang
diasosiasikan dengan tata pemerintahan tidak mempunyai asal-usul di dunia
ketiga atau dalam"konteks iebijakan bantuan pembangunan, tetapi berasal dari
negara-negara
maju
padl iahun
1980-anseiring
dengan. Pergeseran org"*irurioi* a"r,to*"pt"uf
dari administrasi publik ke'neut public management'Suharko, Masyaralat Sipil, Modal Sosial dan Tata Pemerintahan yang Demokratis
Pfgar yang
kompetitif,
terbuka dan bebas yang diawasi secaraminimal
oleh negara. Yang kedua adalah dominasi
potiUl
neo-liberalisme di Barat.Ide
GG yang berkembang
di
dalam
IMF
dan Bank Dunia
jrgu
merefleksikan munculnya pandangan neo-liberal di dalam teori ekonomi dan
politik
sejakakhir
7970-andi
negara-negara Barat, khususnya ASdan
Inggris.
F-ufa9lketiga yang mendorong
ketertarikan
terhadap
promosi GG adalah karenaambruk
yu rezim-rezim komunisdi
EropaTimur. Nasib
komunisme memberikan penegasan kepadateori
t"o-liberal
bahwa sistem
kolektif
non-demokiatis
tak
akan mampu
menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan iak
mampuuntuk
menghasilkan perubahan yang bermakna. Faktor yang terakhir, gerakan-gerakan pro-demokrasi di negara-negaraberkemtan[
telah
memicu bangkitnya
minat
terhadip
pu..,buntukan
tati
pemerintahan
yang
demokratis. Gerakan tersebut memberikan basislegitimasi bagi kebijakan pemberian bantuan pembangunan dari negara-negara Barat kepada negara-negara-negara-negara berkembang dan dapat
dikatikan
lahwa
kebijakanini
sejalan dengantuntut*
.ukyut
di
negara-negara berkembanguntuk
menciptakan GG.Persoalan yang kemudian mengemuka adalah apa dan bagaimana nalar teoritis yang dijadikan dasar pijakan bagi para dono. dan seluruh
agen ikutannya-untuk mewujudkan ide dan pelembagaan GG di negara-negara berkembang
ylng
umumnya
memasuki faJetransisi meiruju
demokrasi. Tulisan
ini
berfujuan untuk, pertama, memaparkan fondasiteoritis
yang memayungi berbagai upaya kebijakan danprogram
aksi untukmengembT_gly
GG, yakni perspektif Neo-To"q,r"rrilliJn tentang masyarakatsipil
(MS) atauciuil
societydan modal
iosial
atau sociit capital(sc),
dan kedua, menakar potensi MS
di
Indonesia dalam
mengembangkan
democratic (good) goaernancedengan memetakan
lagam
dan
persebaran organisasi-organisasi*ury*ukat
sipil,
dan d_enganmengidentifikasi problem-probrem yang
mereka hadapi.
Namun demikian,
sebelum penyajianmeny"ni
th
drru bagian utama tersebut, secara singkat akan dipaparkan wacana kritisismle terhadap!ry"p
GGyang kemudian melalii.kun
konsep democratic goaernance (DG).lurnat IImu Sosinl S ltmu Polrtik, Vol' 8, No' 3, Maret 2005
Dari
Good Gouernanceke Demo$atic
GoaernanceMakna good goaernnnce betvariasi (Rhodes
,
2000; santiso, 2000)dan
tidak
ada konsensus tentangbentuk
GGitu
sendiri'
Merujuk
ke Leftradch (2000:IIB-Iz3)tiga katelori
atau level makna bisa dibedakan,mulai
d.ariyang
paling
iriklusif
iampai
k9
fa18
pating
sempit:19":l
sistemiklsysteiii
atai
regime),levelpolitik,
danlevel
manajerial/ad-ministratif.
Level pertama dan yang paling
inklusif
adalah "tatapemerintahan tingkat sistemik atau rezim."i>tu^
pengertian ini, GG mengacu kepada sisiempolitik
d an reiasi sosio-ekonomi yangdiatur
ol*
aturan yangdisepakati
atau
secaralebih longgar oleh
suatu
rezim' Meskipun
pengertian rezim dapat berbeda-u"da rezim kapitalis demokratik yangiipfirpin
oleh
negarayanq
nrinimal
diusulkan oleh
Parapemimpin
Barat pada KTTHouston
7990'Makna GG yang
lebih
terbatas danpolitis
disebut "participatory politics,,(politik
puJisipatoris) dan (te*adang) pemerintah
yang demokra tts (demoiratic gorrrn*e;nt). Sementara maknaini
jelasdia11t
olehrezim ekonomi palar
bebas dan demokratis, GG secara eksplisitberarti
bahwa suatu negara memPerolehlegitima:i
dT
otoritas' yang berasaldari
mandatpaitisipatif
(meskitidak
selalu'demokratis')
dan dibangun berdasarkan gugurur,liberal tradisional
tentangPgTi:ahan
yang tegas antara kekuisaan eksekutif, tegislatif danyudisial'
Ini
iuga mencakup pemilihan urnum yanq bebast".utu
berkalauntuk memilih
anggota^legistatif,
yang
rnemiliki
wewenang
untuk
mengawasi
kekuasaan
eksekutif.
Pandangan
ini
dianut oleh sebagia"
b::T
pemerintah
di
Barat,OECD,
din
UNDP. Khususnya
untuk
UNDP'Lo.,r"p
GG adalah bagiandari
promosi pembangunan berkelanjutaryyang
menekankan
iuda putiitipasi
publik,
akuntabilitas
dan
transparansi.
Bank
Dunia
terutama mengajukan kategori ketiga
yTq
lebih
sempit.
Dari
perspektif administratif dan manajerial,
GG
berarti
pelavanun
p,rblik
secara terbuka,
dapat dipertanggungjawabkan,
ir,a"p"r,den,
efisien, dan bebasdari korupsi
sertamengabdi
kepadakepentingan
publik.
singkatnYS,GG
sama
dengan
manajemen
pu*burrg.tr,ur,
yang baik."Bank
Dunia
menekankan empat
elemenSuharko, Masyarakat Sipit, Modal Sosial dan Tata Pemerintahnn
yang Demokratis
publik: akuntabililas
pejabat pemerintah, kerangka
hukum untuk
pembangunan,informasi
yang dapatdiandalkan
d-anmudah
diakses,
9u.
transparansi
untuk
*"*p"ikuat
tanggung jawab,
mencegah korupsi, dan menstimulasi prosei konsultatifiitara'
pemerintahden[an
kepentingan swastauntuk
perumusan kebijaka.,prrutit.
Belakangan
ini
muncur
wacana
konseptual
untuk
lebih
menekankan makna GG pada level kedua dari kategori Leftwich denganterminologi'.democr-atic
goaernance'.Tidak riengherankan
;Itu
terminologi
ini_telah banyakdipakai
dalamkomunitJs
pembung.r1u1internasional
dan
diskursus akademik. Santiso
(2000j menya-takan bahwaistilah
ini
pertamakali
diajukan olehInter-Amu.i"ur,
t5evelop-ment Bank (IDB) sebagai "nelt cttre" baik bagi pembangunandi
negara-negarayang.tengah mengalami
prosestransisi demokrasi
danlagi
ketidakefektifan
b-ul*3t
pembangunan. Sementara BankDunia
tetip
menggunakanistilah
GG dalam pengertianekonomi dan
administri-ff
Ing
melangkah lebih iu,rh dengan secara eksplisit mempromosikanaqel{a
yang
lebih politis.
Perbedaan antarakldua
konsep
tersebut adalah bahwa sementara istilah GG lebih menekankan pada reformasi ekonomi dan kebijakary khususnya melalui kebijakar, yung didasarkan padapinjaman,
istilah'democratic gooernunce' menekankan reformasipo li tik d an ins titu sional. Singkatn y
^, tatupemerintahan yang demokratis menekankan pada
drggnsi
poritis{ari
pembangunan dan"lingkunganinstitusional
tempat kebijakanpublik
dibuat.Menurut
Santiso (2000: 153),terminologi
DG
dirasalebih
tepat karenamengkaitkan dua
konseppenting
yafni
demokrasi
dangiod
goaernance.
Konsep
DG menunjukkan bahwa demokrasi dan
GG bersifat saling melengkapi dan bergantung. Keduanya adalah dua sisidari
koin yang
sama,yang
dapatair.,urnkkan ke
a*am
satu konseptata pemerintahan demokratis.
Keduanya
juga melihat problem
pembangunan
yang
samadari
dua
perspetiir"yung
berbeda,
yang
qgrlama dari perspektif
politik
dan yang kedua aa.i peispektifeko.,omi
Oleh karena
itu,
dapat dikatakan bahwa istilah tata pernerintahan yang demokratis mencerminkan konvergensi antaraperspektif
politik
dai
ekonomi dan antara reformasi
politik
dan ekonomi. ^Konsep
tata pemerintahan yang demokratis,
menurut
Burnelr (2000) danCrawford
(2000)jtgu
mencerminkan konvergensidari
tigalurnat llmu Sosial & llmu Politik, Vol. 8, No' 3, Maret 2005
agenda dan domain bantuan donor. Pada prinsipnya, kebUakan donor
dlpat
dibedakanke dalam tiga bentuk
utamabantuan
danPlom:sl
yafni
bantuan-bantuan
untul
demokr asi, good 80ae-r?a!1ce,dan hak
asasi rnanusia.
Demokrasi
dan
good Soaernance adalah konseP yangelastis, merentang
mulai
d.arit
t"kttu yang sempit k-"*1\ra
yang luastHak
asasi manus-iajrgu
mencakup hak-haksipil
dan kebebasansipil
yang terkait erat
deriga
demokrlsi dan tata
pemerintahan' Dapat
dikatakan
bahwu
*"r-kipun
persoalan
inti
dari tiga bentuk
utamabantuan
itu
tidak
sama,^ belakanganini
ada
kecenderunganuntuk
memandangnya sebagai
bersifat
ialing
mendukuftg,
jika
bukannya
saling bertautan safu sama
lain'
Brinkerhoff
(2000) mengatakanbahwa
tata pemerintahan yangdemokratis mengkombinasikan
ciri-ciri dari
tezLmpolitik
yang
memberikan*urgX
negara hak untuk mengaturdiri
sendiri (demokrasi)dengan
struktu;
dan
mekanismc
yang dipakai
untuk
mengelola
p".#*un
publik
sesuai denganatural.
dan ptoseduryTg
disepakatiitutu
pemlrintahan). Ia mendefinisikan tata pemerintahan
yang
demokratis sebag ai,
"n
set of procedures thnt assures tnenningful competitiortamong broad participation
in
the choice of leaders and policies, andin
theagocition
of
'societal resot,'ces; and a high degree ofciail, political,
and economic liberiles"(Brinkerhoff,
2000: 602)'Selanjutftya, para ahli memberikan penekanan yang berbeda-beda
terhadap
unsur-unsur
tata pemerintahan yang demokratis'
Santiso(2000) menekankan pada aktr-ntabilitas dan transparansi, atutan
hukum
dan anti-korupsi,
serta
partisipasi dan
desentralisasi.
Meskipun
Brinkerhoff
(20b0) menekankan pada elemen demokratis yang seruPa/ clia menambahkan penekanan padapluralisme
kebijakan, reformasi negara, dan penghargaan atas hak asasi rnanusia'Tulisan
ini
mengacu pada beberapa komponen utamadari
tatapemerintahan
yang
i"*ottatis
yang
diajukan_oleh Weiss
(2000)'if4eskipun
ia
masil
menggunakan
istilah
good goaernnncedalam
p"rlg"itlannya
yang luas,ii
menggarisbawahi beberaPa elemen utamadaritata p"*"iit',tahan
yang demokratis scbagai berikut:more tlntrmultiparty elections, a judicimy and aparliament . . . LtniuerffiJ7rotechDn
of httman righis, non-disuima'tory larns, fficient, impartial and rnpid iudicial
Suharko, Masyaralat Sipil, Modal Sosiat dan Tata Pemerintahan yang Demokratis
fficials, dnolution of resources and decision making to localleaelsfrom the capital, andmeaningfulparticipationby citizensindeiatingpublicpoiiciesand choices (Weiss, 2000: 801).
Unsur-unsur
dari
tata pemerintahanyang demokratis
tersebut merePresentasikan beberapa komponenutama
dari
demokr asi, good Soaernance danhak
asasi manusia yangakhir-akhir
ini
diusung ot"n
Paradonor. Dalam kaitan
ini,
telah
diyakini
secaraluas bahwa
MSmemiliki
peran
krusial dalam
mengembangkan
dan mewujudkan
pelembagaan DG.Masyarakat
Sipil: Perspektif
Neo-Tocquevillian
Menurut Hyden
(1997; l99B),perdebatan kontemporer
tentangMS dapat dikategorikan ke dalam empat perspektif utamu
yut
I
memiliki
perbedaan jelas dalam fokus dan pokok perhatian (lihatiabe"l 1).Dari
empat
perspektif
tersebut, setidaknya
ai
Amerika
Serikat, perspektif asosiasional atau biasa jugu disebut dengan perspektif Neo-Tocquevillian adalah yang paling dominan. Tulisant*,
""t"k
seterus ny d,akan
merujuk
kepadaperspektif
dominanini.
Thbel 1Perdebatan
perspektif
kontemporer tentang
ciail
societyPerspektif Theregime xhnl The neo-liberal xhml 'Ihe Aswiatbn
S&mI
The Post-Marrist Schul
Fokus Bagairnana
menciptakan afuran main dan rezim lebih demokratis Pentingnya reformasi struktural guna mendukung penguatan pemilikan pribadi Pentingpya asosiasi-asosiasi
yang oturom dan aktif Pentingnya struktur-struktur sosial yang dibentuk oleh kekuatan ekonomi dominan Pokok perhatian Isu konstitusional -mekanisme legal yangmembatasi resiko penyalahgunaan kekuasaarr Hubungan antara kaplfelisrne/pasar dan demokrasi -kebiiakan penyesuaian struktural Masyarakat sipil memperkuat demokrasi Munculnya gerakan sosial yang kuat untuk perubahan fundamental Penggaga s utama O'Donnell & Schmifter (1986);
Bratton & van de
Walle (l9a); Hyden (192) Przeworski (1.990); Mancur Olson (1e83) Diamond (1994); Stepan (1985); Puuum(1993); NGos Rueschemeyer, Stephens & Stephens (192) Asal usul filosotu
Locke Thomas Paine Tocquevilh Hegef Grarnsci
lurnal llmu Sosial & Itmu Politik, VoL 8, No. 3, Mnret 2005
Pada dataran konseptual,
merujuk
ke Foley&
Edwards
(1996), sebenarnya terdapat dua versi luas tentang pengertian MS (tabel 2).Tabel 2
Dua
pengertian
civil
societymenurut
Foley dan
EdwardsCiuil Society I Ciuil SocietY
lI
Kemampuan kelomPok-kelom Pok asosiasional umumnya dan kebiasaan-kebiasaan asosiasi khususnya unfuk melindungi pola-pola keadaban yang melekat dalarn tindakan-tindakan warga di dalam masyarakat yang demokratis
Suatu tingkup tindakan yang independent dari negara dan yang mamPu menSgerakan resistensi terhadap reiim tiranis. 2
ner,ggagas utama:
A.
Tocqueville, A'Smith, Fergu-son, R. Pubram, dll
Pe"gg"gas uta"ra: A. Michnik, f.Kuron dan
teoritisi "redemocra[zatron"
di
Amerika LatinDari
clua konseptualisasi tersebut, MSdapat
dj_artikan sebagai aktor/ag en(ciail
society I) dan arena/re alm (ciail society II). Hyd en (1997)meneg;skan
bahrvi
MS adalah arena tempat
asos-iasi-asosiasiberkoirpctisi
untuk memPengaruhi, dalam interaksinya dengan negara atau organisasi-organirusiu.,t"r
pemerintah, dan sekaligus adalah agen pad.adlrinya
send--iri. Tulisanini
merujuk
kePadadua pengertiu"
YS
tersebut, meskipun
d.isejumlah bagian lebih menekankan
Pada pengertian MS sebagai aktor.Merujuk
kepada pengertian MS sebagaiaktor
atau agen, maka istilah yangbiarudip"rgutruko.
adalah Ciail Socicty Organizations (CSOs)atau
orguiirasi
Misyarakat
sipil
(oMs).
Hyden
(1998) membedakanantara
OfrrfSdalam pengertian
minimalis
dan
maksimalis.
Dalam
pengertian yangperfu*u,
OMS hanya mencakup merekayang
secarapohlis
d,an'ciail
b"t
ur-benar melindungi dan memperjuangkannorma-t
D4u*
nada yang kurang lebih sama, Diamond ('1999:221) mendefinisikan civil society sebagai ""bidan{ atau kehidupan sosial terorganisasi yang terbu_ka, sukarela, merigatur diriindiri,
secara parsial mamPu mencukupi dirinya sendiri,otonom dari negara, dan terikat oleh tatanan legal atau aturan-aturan yang
Suharla, Mnsyaralat Sipil, Modat Sosiat dan Tata Pemerintahan yang Demokratis
norma
demokratis. Asosiasi-asosiasiekonomi dan produksi
biasanya tidak termasuk dalam pengertian ini. Mereka lebih diiempatkan sebagai bagiandari
masyarakat ekonomi (economic society). Dalampengertiin
yangkedu+
OMS adalah semua organisasi atau asosiasiyan;
beiadadi
]uar 9ekt9r negara. Mereka mencakup dari organisasi keteianggaan
yffig
kecil-lokal
hingga_organisasi-oiganisaJi berbasis
keanggotaan
berorientasi nasional.
BUS
Diamond
(1999), OMS adalah organisasi atau asosiasi yang adadi
luar negara,
bersifat
bebasdan independen.
oMS biasanyl
meruPakan organisasi-organisasiyang
memiliki
karakter
sekunderdaripada
primer.
OMS
mencakup serangkaian organisasibaik
yangformal maupun informal,
y*rg
dapatdikltegorikan
sebagai berikut:a.
Bersifat ekonomis : asosiasi dan jaringanproduktif
dan komersial;b.
Bersifatkultural:
institusi dan asosiasi religius, etnis, komunal, dan asosiasi-asosiasilain yang
mempertahankan hak-hak,nilai-nilai,
keyakinandan simbol kolektif;
c.
Bersifatinformasionalandedukasional: organisasi-organisasiyangmemiliki
bidang gerak padaproduksi
dan diseminusipuik
untuf
tujuan
perolehanprofit
atautidak)
pengetahuary ide,berita
daninformasi
publik;
d.
Berkaitan dengan kepentingan
(interest):kelompok-kelompok
yang berupaya memajukan atau mempertahankankepentinfu"-kepentingan fungsional atau material bersam"
.,nt.tk
iu.u
anggotaaya, seperti serikat
buruh,
kelompok profesional,dli;
e.
Berkaitan
dengan pembangunan
(deaetopmental):organisasi-organisasiyang mengumpulkan sumberdaya dan
baiat-bakat
individual
-untuk
memperbaiki
infrastruktur,
kelembagaan dan kualitaskehidupan
komunitas;t.
Berorientasi
isu
(issue-oriented):gerakan
untuk
perlindungan
lingkungan, reformasi agraria, perlindungan konsumen, hak-f,ak perempuan,etnis minoritas, kelompok adat, kaum
difable, 4ankorban-korban
lain
dari
diskriminasi dan penyalihgunaan
kekuasaan;
g.
Berorientasi ciaic:kelompok-kelompok non-partisan yang
berupaya memPerbaiki
sistempolitik
dan
membuatnya
iebit
lurnat Ilmu Sosial & Ilmu Politik, VoI. 8, No' 3, Mnret 2005
demokratis, seperti kelompok-kelomPok yang bekeria
untuk
HAM, pendidi{an
danttrobilitusi pemilih,
pemantauanpemilu,
p".,g*t.,gkapan praktek-praktekkorupsi,
dll;
danh.
Berhubungan dengan " the ideologicat marketplo:r"-, aliran informasidan
ide-Ide,
y*S
rnencakup
kelompok-kelompok
yang
mengevaluasi danmengkritisi
neg-ar-4 seperti**i"
,massa yangindeiendery
dan area-ui"u yangt"uin
luis
dari
aktivitaskultural
dan intelektual yang otonom, seperti universitas, kelompok
pemikir
(thinkthinksl, kelompok
teater,dll
(Diamond,
L999)'oMS dapat
dibedakan
dari kelompok-kelomP*
lain
dalam
masyarakatdari lima
karakteristik
berikut.
Pertama,oMS memiliki
kepedulian yang berhubungan dengan tujrlan-tujuanpublik
daripada rujuan-tujrlun piirrat. OMSiapat
dilkses
oleh warga{an
terbuka bagiaeliuerasi
publik. Inilah
yu.g
membedakanoMS dari
masyarakat parokial yang eksklusif dan cenderung bersifat rahasia.Kedua,
oMS
berhubungan dengan neSaradalam
berbagai caranamun tidak
berupayauntuf
*"*"t
u.tgkankontrol
atas atau posisi d.idalam
negara.bftns tidak
berupaya
untuk
" gou-ern thepolity
as awhole"
.Apu
yangingin diraih
oleh OUS dari negara biasanya berkaitand"rrgur, p"roUufran"kebijakan,
reformasi
kelembagaaryakuntabilitas
negara, dan seterusnya.Ketiga,
oMs
memperiuangkanpluralisme dan diversitas'
oMs
menghiniuri
tendensi""t"i
menjadi kelompgk$ndamentalis
agama,g"rufun
millenariary dan chauvinisme etnis' OMSjtgu
tidak berupayail"*onopoli
ruang-ruangpolitis
dan fungsional dalam masyarakat'Keemp at,
oMS
tidak berupayamewakili
serangkaian kepentinganyang
utuh
dari
orangp",
otut g atautYuY
komunitas. Lebihdari itu,
OMSmerepresentasikin kepetitit
gut
kelompok yang
berbeda-bedaatau
meliputi
aspek-aspek yang beragamdari
suatu kepentingan' Kelima, OMS jrrgu berbedadari
fenomena demokrasi yang tefalt maju yang olehPutnaL
(1993) disebut sebagaikomunitry
yangberadab (ciaic communify) (Putnam et.al, 1993)'. Ciuic communitVbo?lebih sempit atau lebih luas',Ca.i konsepciail
society.Dikatakan lebih luas karena ia mencakupseluruh asosiali
d.iluar
negara,dan disebut
lebih
sempitSuhnrko, Masyaralat Sipil, Modal Sosial dan Tata Pemnintahan yang Demokratis
karena
ia
hanya
meliputi
asosiasi-asosiasiyang terstrukur
secarahorisontal yang melibatkan ikatan-ikatan yang kurang lebih
bersifatmutual, kooperatif,
simetris,
dan
saling
memper"uyii.
Sebaliknya, Putnamtidak
memasukkan banyak organisasi yang sebenarnya lebih aktif dalam rnereformasipolitik
atau membelaHAM
dalam kategorinya tentang ciaic communify. Karenaitu, untuk
menghindari tautologi yang menyamakan masyarakatsipil
dengan segala sesuatu yang demokratis,mulia,
dan
baik,
masyarakat
sipil
harus diperjelas
ke
dalam
suatupengertian yang
membedakannyadari
arenayang lebih
umum
dan luasdari kehidupan
asosiasional (independen)(Diamond,
7999: 226).Perlu dicatat pula bahwa tidak semua OMS
memiliki
potensi yang samauntuk
mengembangkan tata pemerintahan yang demokratis atau demokrasi secaraumum.
OMS dapat mengaktualisasikan potensiitu
manakala mereka memenuhikriteria-kriteria berikut.
Pertama, secarainternal
OMS
memiliki struktur
yang demokratis
yang
antara
lain
ditandai oleh rekrutmen anggota yang terbuka, adanya prinsip
persamaan
dalam organisasi,
dll.
Kedua,OMS
memiliki
tingkat
pelembagaan yang tinggi yangmeliputi
otonomi, kemampuan adaptasi,koherensi dan kompleksitas.
Ketiga,dalam
dirinya
OMS
memiliki
'ciaicnesslyang
antaralain
mencakup toleransi, kepercayaan (trust), kerjasama,dan
sebagainya. Keempat,oMS
selalu menghargai
dan mengembangkanpluralisme.
Kelima, OMSmempunyai
ciri
'density' atau dukunganrakyat
yang luas (Diamond,
1999; Hadenius&
UggL,
Tee6)
Dengan kata lain, hanya masyarakat sipil yang'bersemangat' dan
berani
(uibrant
ciail
society)yang memiliki kontribusi
positif
bagi
Pengembangan demokrasi secara
luas
termasukdi
dalamnya
dalam Pengembangan tata pemerintahanyang
demokratis. Masyarakatsipil
yang demikiandicirikan
olehpluralisme
(jumlah,ukuran
danvariaii)
kepentingan
yang
diorganisasikan,
memiliki orientasi
demokratis
(memperjuangkan
nilai-nilai
kewargaan), dan
mengembangkan
partisipasipolitik
(penggunaan yangaktif
dari hak-hak dan kewuJibu1sipil
dan formasi kepemimpinanbaru)
(Biekarf
1999: 3s).Terdapat tendensi yang
kuaf
terutamadi
kalangandonor
asing, bahwa OMS yangkuat
dan berani direpresentasikan olehkomunitis
NGo.
BahkanNGo
ditempatkan
sebagai agenkunci
dalam
setiapProses demokratisasi. Argumen dasarnya adalah bahwa sementara NGO 273
lurnal llmu Sosial & llmu Polrtik, Vol. 8, No' 3, Maret 2005
merupakan bagian dari
M$
mereka memperkuat MS melalui berbagaiaktivitasnya,
iu.g
pada
gilirannya mendukung
Prosesdemokrasi
(Mercer,
2002).Tulisan
ini
mengajukan argumen bahwa meskiPun suatu
MSyang
kuat
dan berani telah terbJntuk, bukan
berarti
bahwa
dengan,"r,ii.i.,ya
DG
akanmudah dihadirkan.
Studi Putnam (1993)di
Italia
Utara danstudi-studi lain
yang mengkonfirmasikannya menuniukkanbahwa MS
memiliki
kontribusi
positif
kepada demokrasi
(baca: dentocratic goaernance) merarui kreasimodal
sosial (social capital)-rni
menganduifan bahwa
Iv{Syang
ku_altersebutharus berjalan
(wofl
dan untuk itu diperlukurl*odul
Josial. Dalarr, alur kaitan antara variabelMS
dan DG, modal
sosial meruPakan
variabel yang
mengantarai
ke d.u any a (in t eru i enin g a ar i able) . B a gian sel anj utny a memap arkan uP ay a
*"ngu*bangkan DC melalui
pem"pu\ul
modal sosial yang
akhir-akhii
ini
sangat gencar d.ipromosikanoleh
agen-agen pembangunan internasional.Membuat
Masyarakat
sipil
Berialan: Memban8un
Modal sosial
Jika MSmerujuk ke
suatu arena tempatwarga
secara bersama-sama mengejar kepentingan-kepentingantolekuf
mereka, maka modal sosialmeri,juk
ke^perek;tglrc
gtuel yut g mengikat warga masyarakat secara bersama, menjadikumpulan dari
jaringansosial dan institusi,
norma-norma sosial (seperti ke4asama), dannilai-nilai
atau atribut sosial (khususn ya trust).srngkatrY4 modal sosial adalah " a conuenient shorthandior
what makes societiesworl{
(Edwards, 7999)'Tidak seperti modal
fisik
dan modal manusia, modal sosial dapatmeningkat
atau sebaliknyamenurun.
Modal
sosial akanmeningkat
manak"aladigunakan dan
sebaliknya akan
menurun tatkala tidak
dipergunakan.putnam
(1993) mendefinisikanmodal
sosial sebagai "features ofsocial organization thrat can improae the efficiency of society".
Menurutnya
terdapal tiga bentuk
mod,al sosial: social trust, socialnlrms
(terutama norma-norma resiprositas), dan jaringan-iaringanhorisontal
dari'
ciaicengagement' .Bentuk atau komponen terpenting dari modal sosial adalah
,oiiit
trust.Dengan merujuk ke Hirschma., (1984), yang mendefinisikan trtrst sebagai "lnoral resoLtrce",yakni
"resource whose supply increasesSuharko, Masynraknt Sipil, Modal Sosial dan Tata Pemerintahan yang Demokratb
rather than deueases through use and uthich become depleted
if
not ttsed",Putnam
menyatakan
bahwa trust
mendasari kerjasama
sehinggasemakin
tinggi level
trust
dalam komunitas,
semakin
tinggi
p"lu
kerjasama yang bisa dihasitkan. Pada
gilirannya,
kerjasamaitu
sen,CirimereProduksi trust. Akumulasi modal sosial yang terus menerus
inilah
yangmenurutnya
merupakan bagiankrusial dari
ceritadi balik
Italia
yang'ciuic'
(Putnam,
1993: 770-1).Social
trust muncul
dari
dua
sumberyang saling terkait, yakni
norma resiprositas
dan
jaringan
ciaic
engagemenf.
Norma,norma
ditanamkan
dan
dilestarikan
melalui
sosialisasidalam
masyarakat. Terdapatdua
norma
resiprositas: balanced reciprocity d,an generalized reciprocity. Yang pertama adalah pertukaran barang-barang dengannilai
yang setara secara simultary sedangkan yang kedua merupakan relasi pertukaran yang terus menerus,
yangmungkin
pada suafu saattidak
seimbang
namun melibatkan
perasaansaling mengharapkan,
dankeuntungan yang diperoleh
sekarangharus
dibalasdi
masa datang.G ener alize d r e cipr o city y ang mewujud, seperti dal am rel asi pers aud araan, merupakan komponen yang sangat
produktif
dari
modal sosial.]aringan ciaic engagement seperti asosiasi ketetan ggaan,
kelompok-kelompok
kesenian
(choral societies),koperasi,
klub-klub
olahtaga,
partai-partai
berbasis massa,dan kelompok-kelompok aksi
kolektif
lainnya
merepresentasikaninteraksi horisontal yang
intens. Semakinpadat jaringan-jaringan
itu
dalam komunitas, warga
masyarakat
semakinmampu
untuk
bekerja samadalam
mencapaitujuan-tujuan
yang saling menguntungkan.
Jaringan ciuic engagement mempunyai beberapa efek yang menguntungkan, sepertimelindungi
norma-normaresiprositas, memfasilitasi komunikasi dan memperbaiki aliran
informasi yang berkaitan dengan kesalingpercayaan antarindividu,
dan mematrikan kisah-kisah kerjasama yang sukses di masa lalu yang dapatmenjadi penunjuk arah
kultural
bagi
kerjasama
di
masadatang
(Putnam,
7993: 773-4).Ketiga bentuk
modal
sosial tersebut bersifat saling memperkuat dankumulatif.
Akan ada lingkaran tak berujung ketika suatu komunitas memPertontonkan suafutingkat
kerjasam a, trust, norrna resiprositas dan ciaic engagement yangti.gtr.
Inilah
yang disebut dengan ;the ciaic communit{ . Tradisi-tradisi'ciaiC ini tetapdimiliki
oleh para wargauntuk
lurnal llmu Sosinl S ltmu Politik, Vol. 8, No' 3, Mnret 2005
mengatasi
berbagai problem tindakan
kolektif baru
di
Italia
utara.
Putnim
sampai pada kesimpulan bahwa:historically norms and netutorlcs of cioic engagement haae fostered economic groutth, ,oi irhibttrd it. This ffect iontinues today . . . Similmly civic associations
"arepowerfuIly
associatedwiih ffectiaepublic irtstitutions.. .social capital, as emb o died in iorizontal networks of cioic mgagement, bolsters the p erformance
of the polity and the economy. (Putnam, 1993: L7 6)'
Kontroversi dan
debat masih
terus berlangsung mengiringi
konsep dan bangunan arSumen Putnam
ini.
Putnam Pun memPerkuat argumen-urgrr*""nnya dJnganstudi di
ASmelalui bukunya'Bowling.
Aione' (2000).Alur
irg.r*".,
Putnamitulah
yang-mendasari berbagaiprogram aksi untuk'membangun modal
sosial
sebagaiprasyarat
menumbuhkembangkan DGbaikan
iuga pembangunan ekonomi dan pemberantasantcemistinan
di
negaru-negara berkemb-u^g'Laiknya
modal-modal lainnya, modal sosiafbisa diinvestasikan dan kemudian dipanen. Investasidilakukan melalui
serangkaian Progam aksi yang,]*.r*nya
didanai
olehpara donor
(asing)- Panenyang diharapkan
adalah kinerja
DG
yangmakin
melembaga'Melekat dalam
argumen tersebut adalah asumsi bahrva setiapmasyarakat
di
dalam dirinyu
memilik i.'stock
of socialcapital'
d1t
mewarisi bentuk-bentuk
*oad
sosial
(endowment of social capital), seberapapunkadarnya,
dan
yangsetiap
saatbisa
didayagunakan'
Asumsi
jeperti
ini
teiah melahirkan banyakriset
di
berbagai tempatuntuk
mengukurkadar
stock of social capital. hrstrumen-instrumen riset danpirantiitatistik
pun digagis aan{ilerapkan
(liryk
hasil-hasil karya tentangmodal
sosiil ai
weUiite theWorld
Bank).Dari
sana Punlahir
semacamoptimisme bahwa
manakala
kadar
stock of social capitaldidapati
tinggi di
suatu masyarakat atauluatu
negara, maka harapan dan peluangirntuk
terciptanya bangun_an DG dan bahkani"gu
kinerjap"*Lung.rnun
ekonomi
ying
beikelanjutan akan menjadi
suatu
kenyataan.sampai
di
sini bisa d.isimpulkan sementara bahwa dalam kaitan dengan wacana tentang MS,hadimya DG dimungkinkan melalui
dua p.uJyurut. Yangpertaria
DG
dapat terciptajika
t"4q
MS (sebagai arena dan/atau"ugu") yang bersemangaf otonom dan independendari
negara. Yangkedla
adalah bahwa relasi-relasi yang terbangun diantaraSuharko, Masyaralat Sipil, Modal Sosial dnn Tata Pemerintahnn yang Demokratis
Para OMS dan antara OMS dengan negara dilandasi dan
dibingkai
oleh komponen-komponenmodal
sosial,yakni
socialtrust,
norma-norma resiprositasdan
kerjasama, danjaringan-jaringan
atau aliansi-aliansiuntuk
pencapaiantujuan kolektif.
Organisasi Masyarakat
Sipil di
Indonesia
sebagaimana pengalaman negara-negara
yang memasuki
eratransisi
politik
menuju
demokrasi
setelahkejatuhan
rejim
otoriter,
organisasi masyarakaisipil
(oMS)3tumbuh
pesatdi
Indonesia.oMS
yang tumbuh bisa mencakup organisasi yang
informal
dan formal, d.anberskala
dari
komunitashingga
nasional. Organisasiini
juga terlibat
dalam beragam aktivitas dari penyediaan pelayanan
kebutuhin
praktis sehari-sehari hingga upayauntuk
mempengaruhi kebijakan negara.Perubahan
politik
y*g
terjadi setelah pengundurandiri
Presiden Soeharto pada 21Mei
1998mengakhiri
iklim politik
yang membatasiruang
gerak
dan aktifitas
OMS
ini
pada
masaOrde Baru
(Orba). Perubahanpolitik
tersebut melahirkan atmosfir baru dalam kehidupan dan dinamika aktivitas OMS. Dilaporkan bahwa banyak OMSdibentuk
baik di ]akarta maupun daerah-daerah lainnya. Sebagai contoh, SMERU memperkirakan ada sekitar 20.000 OMS (baca:OmopASM)
di
seluruh Indonesia' yang bergerakdi
bidang pembangunandln
pemberdayaanmasyarakaf
advokasi, danlitigasi
(SMERU, 2000).oMS memiliki bidang
gerak yang
sangatberagam
dan tidak
jarang bersifat tumpang
tindah
satu
denganyang lainnya. Kondisi
politik
yang lebih terbuka dan demokratis dan
krisis
ekonomi
yang rnenderaIndonesia
sejakpertengahan
1997 sampaitingkat
tertentu
telah menggeser izu utama yang ditangani oMS. seiring dengan proses
transisi menuju
demokrasi
dan
kebijakan
donor untuk
membantu
proses
tersebuf
oMS,
khususnya yang berorientasi advokasi,mulai
mengembangkan
isu
good goaernance,reformasi sistem pemilu,
Istilah oMS mencakup berbagai ragam organisasi antara lainNGo
(Non-government Organization), Ornop (Organisasi Non-pemerintah),. LSM (Lembaga swadaya Masyarakat), ormas (organisasi k"*usyarakatan,organisasi massa), lembaga kemasyarakatan, dan Orsos (organisasi sosial).
l1TO"t 1996, Depdagri mendaftar 8.000 OMS (LSM) di seluruh lndonesia (Kompas, 2 November 1996). A.gku yang sama dicatat oleh ADB (ADB, lggg).
lurnnl llmu Sosinl & llmu Politik, VoI' 8, No' 3, Maret 2005
pengawasan pembangunan,
dan isu-isu spesifik
lainnya'
OMS
yangsecara
khusus menggarap
bidang
Pengembangan
masyarakat/
menciptakan
darl .rrJrigimplementisikan
Program mereka sendiri
untuk
mengatasikrisis
ekonomi'Perkembangan yang demikian telah menambah keragaman yang
dimiliki
oleh
OMS,yang tercermin dalam variasi
bentuk
organisasi,bidang
gerak atau isu,kigiatan
dan jugat"p:ltilgul:9u,tu
yang pal-ing sederhanauntuk
memetakankeragi*utt
OMS adalah berdasarkanpu-ru*"ter
keanggotaan (me-mbership).-Basis keanggotaanmenjadi
pa-rameter
p"r,ti^gl"kurunu
ada atauiiaurctya
sifat
keanggotaan dalamsuatu
organislsi
akan
memPengaruhi-
struktur
dan
mekanisme
or ganisari, p"rtu.,g gung, ary"P"",
*6d"t
pelayanan, danlainlain'
Secaraumum,
OMS
a"p'l't
dlbedakan
ke
dalam dua
kategori,-ya\ni
-yu1gberbasis
keanggttaan
(membership based) danyang
tidak
berbasiskeanggotaan (non membership based)'
L"l"n
perlu
t1p:*"fikan
pula
bahwa masing-masing kategori
memiriki
variisi
sendiri.Ini
tercermindari
bidang
-gerak
iu.,g
iangat
v_ariatif,
dari
yut'g-P"rorientasi
rekreasional
hfiggu
potitii
aarii*g
level organisa:it{u
di tingkat lokalhingga nasional
iL
uauk iarangp,tiyu
jaringan di tingkat internasional' danlingkup
kegiatannyay*g"bita
mencakup satu isu spesifik-tunggal hingga beragam isu sekaligus'a. OMS yang
tidak
berbasis keanggotaanKategori
oMS ini terdiri
dari beragam tipe yangmasing-maling
memiliki
sifat tersendiri dan menentukan arah dantujuannya
sendiri-sendiri.a).
oMs
berorientasi isu spesifik dan
pembangunan, atau
biasa disebut dengan LSM (Lembaga swadaya Masyara.faq atau ornop-(OrganisasiNon-pemerintahf
LSM umumnya terlibat secaraaktif
d.alam
berbagai
irr,
"pembangunan,
seperti
Pembangunan
komunitas
akir
*rnpti
advokisi
kebijakan,lingkungT
hidup'
penguatan masyarakatsipil,
pembaruan tata pemerintahan, danaktivitas-aktivitas
lain
.,t
t.tk
mendukung
kemandirian
masyarakat. LSM bisameliputi
kelompok
advokasi lingkungan/orginisasi
bantuan
hukum, institusi pelatihan,
perhimpunan
konsumery dan yayasan berorientasi pembangunanlainnya'
Suharko, Masyaraknt Sipil, Modal Sosial dan Tata Pemerintnh"an yang Demokratis
Meskipun
memiliki
latar belakan&
pandangan, organisasi danpraktek
yang
berbeda-beda,mereka
memiliki
nilai
dasar
danfujuan yang
sama
yang diarahkan
untuk
mempromosikan
keadilan dan
pembangunanberkelanjutan,
hak aslsi
manusia,demokrasi dan
pemberdayaan
rakyat.
Sebagian besar
LSM domestik danluar
negeri yang beroperasidi
Indonesia berbadanhukum
sebagai yayasan.Tipe OMS
ini
eksis
dan
tersebar
luas
di
seluruh
Indonesia,
khususnya
di
beberapa
daerah dan kota seperti
Bandung,
Yo gyakaria, sura b ay a, tvtedaru Acetu pontianak, ^ uj
ung
pandarigdan
sebagainya.Akan tetapi,
secaraumum,
LsM/oinop yant
maPan dan berpengalaman biasanya berbasis di Jakarta. Beberapa
jaringan dan koalisi Ornop/LSM
menempatkan sekretariat dan kegiatan utamanyadi
|akarta.b).
Organisasi pelayanan
kesejahteraansosial.
Istilah yang
biasa digunakan adalah organisasi kesejahteraan sosial atau organisasi sosial(disingkat
Orsos). Penamaan organisasiini
dankegiatan-kegiatan yang dilakukan
mengacu kepada
undang-undang
Kegiatan
Keseiahteraan
sosial
No.
611,974.orsos umumnya
menjalankanaktivitas
yang berhubungan dengan permasalahankesejahteraan
sosial
sebagaimana
dirumuskan oleh
Depsos. Permasalahan kesejahteraan sosialmeliputi
dua
puluh
kategori, antaralain:
anak terlantar, anak nakal, penyandangcaca!
orang jompo, pengemis, gelandangan, anak jalanan, tuna susila, mantan narapidana, dan sebagainya. orsos berfokus pada upaya pelayanan kesejahteraan sosialbagi
kelompok-kelompok orang
maiginal
tersebut, sepertimelalui tindakan
penyantunary pengbmbangan, Penyembuhan dan rehabilitasi sosial. Sebagian di antara Orsosj"gu
telah
mulai
bergerak melampaui kegiatan pelayahan dan-"r.rk
ke kegiatan-kegiatan yang berhubungan advokasi kebijakan.y*g
terakhir
ini
terutama menonjol pada organisasi-organisasiyan;
mendamping
anak-anak jalanan dan komunitas adat atau,yant
secara semena-mena sering disebut masyarakat terasing.orsos
bisa berbentuk yayasan,
perkumpulan
atau
organisasi lainnya yangdidirikan
oleh warga negaradi
sektor kesejahteraan sosial. Departemen Sosial telah membentukdua
level organisasilurnal llmu Sosial & Itmu Politik, Vol' 8, No' 3, Mnret 2005
payung
untuk
mengkoord.inasikan kegiatan o^tt9t,.yakni
BK3S(Badan
Koordinasikegiatan
Kes_ejahteraanSosial)
di
tingkat
daerah,
dan DNIKS
(Dewan Nasional Indonesia untuk
Kesejahteraan Sosial)
di
tingkat nasional'c).
organisasi amal (granting orgayTalioy.).organisasi ini memberikanbantuan
danauntuk Oi',oill-SM,
Orsos,individu-individu
dan keluarga tertentu yang*u*b,rt
lhkan
dan kelompok masyarakatlainnyi.
Organisuii-otgunisasi amal yang berorientasi keagamaandan
bersifit
karitatii
berkembang
cukup
pesat-dan mamPu
menggalang
d'anayang besar,
s.epe.rtiDompet Du'afa'
Dana Kemanusiaa-n Kompas,itt.
Organisasiini itEu !"-lulJ"tkembang
di
bidang
lingkungan
hidirp,
seperti
DML
(Dana
Mitra
Lingkungan)
dan Yayasan Kehaii. Perusahaan dan pelaku-pelakubisnis
iig"
telah
mengembangkan organisasi
ini
dengan
menyisih-kan
keuntungan
Yltg
mereka
peroleh'
dan
menyalurkannya dalam
fentuk beisiswa,
sumbangan bencanaalam, dlI.
d).
Organisasi semi-pemerintah. Terutama pada
masa
Orba,
pemerintah
Indonesiamembentuk
organisasi semipemerintah
untuk
mengimplementasikan berbagaiprogram
pembangunan' Kebanyakandari
organisasi semi pemetitttahdibentuk
di
tingkat
lokal
dan
digunak"anuntuk
fungsi-fungsi administratif
dan
pelayanu.
piUtik
bagi kom.unitut
yut
g terbatas'
Yang bisa
digolongkan sebagai orf,anisasi semi Pemerintah antara lain adalahpKK
(Perkumprriur, Kfsejahteraankeluarga),
LKMD
(Lembaga Ketahanan Masyarakat[iesa), dan
lembaga-lembagabentukan
badan-badan Pemerintah lainnva'e).
organisasi semi-bisnis. organisasi bisnis yang- memiliki kepedulian pad,apermasalahan-p"i*utalahan sosial telah membentuk
organisasi masyarakat untuk menjalankan fungsi-fungsi dukungan dan layananklpada
kelompok masyarakat yang membutuhkan'Motif
lain,
yang acapkali
dit"*bunyikan
adalah
organisasi
d.ibentut
untut
mengakomodasi
tuntutan
Para pekerja- atauburuh,
atau sebagai alai untuk membangun citra baik perusahaan'organisasi
semi
bisnis
diwakili
oleh
yayasan-yayasan yang
didirikan
oleh
perusahaannegara atau
swasta,seperti
YMM
Suharko, Masyaraknt Sipil, Modal Sosiat dan Tata Pemerintahan yang Demokratis
(Yayasan-lvlitra Mandiri yang didirikan oleh United Wuy lrtemational)
dan YDBA
(YayasanDana
Bhakti Astra yang
aidirikan
oleh
perusahaan Astra),
dll
(Hadiz,
lg99). b. OMS berbasis keanggotaanSebutan yang biasa dilekatkan kepada tipe organisasi
ini
adalah organisasi massa_atau organisasi kemasyarakatan,
keduanya
sering disingkat dengan Ormas. Organisasi ini terutama melayanikepentingai
dan kebutuhan
parl
anggotanya.Namun, banyak
ormas
iu.g
j"gu
sekaligus melayani kebutuhan masyarakatumum
ataupubiik.
-
-Ormas
Pun
memiliki
variasinya
sendiri.
Secaraumum
Ormas dapat dibagi lagi menjadi organisasi yang berhubungan dengan bisnis, sepertiKADIN
(Kamar
Dagangdan
Industri), HIPMI
dan
asosiasi-asosiasi bisnislainnya,
organisasiyang dibentuk dan dijalankan
oleh pemerintah, sepertiKNPI
(Komite Nasional Pemuda Indonesia), SPSI (Serikat Pekerja Seluruh lndonesia),HKTI (Himpunan
Kerukunan Thni Indonesia), dan sebagain/a, serta organisasi masyarakat yangdibenfuk
secara
otonom
olehwarga
masyarakat. Benfuky*g
disebutterakhir
itu
mencakup koperasi, organisasipemuda dan
pelajar, profesional, akademik, kewargaary organisasi berbasis agamahobi
dan organisasi berorientasikultural
dan rekreasional.Dalam kenyataanaya, terdapat pararelitas bahkan tumpang
tindih
di
antaraoMS.
oMS
yang berbasis keanggotaan(ormas) aan
ovts
yang
tidak
berbasis keanggotaan(Ornop/LSM dan
Orsos) seringkali memPunyai kepedulian, kegiatan dan tujuan yang kurang lebihr*u.
Beberapa organisasi berbasis agamaseperti
NII
(Nanaitut
Ulama),Muhammadiyah, PGI
(Persatuan Gereja,gerejaIndonesia) dan
KwI
(Konferensi Waligereja Indonesia) secara khusus melakukan
fungsi
di
luar
orientasi
dasar merekayang berupa
penyebaran ajaran agama (dakwah). Didorong oleh tujuan dan misiuntuk mengimplementuiikat
prinsip aj aran a gEuna d alam kehi dup an sehari-hari, organilasi-organisasitersebut merumuskan dan
menerapkan berbagui
p.ogram untuk
mengatasi permasalahanumat,
seperti kemiskinan, lieterbelakangan, kesenjangan dan sebagainya. Mereka biasanyamendirikan
organfiasi dan yayasan yangberfungsi untuk menyediakanpelayan*
p"r,Jidikan,
kesehatan
dan
sektor-sektor
pembangttr,i.
lainnyi.
Dengan
Iurnal ltmu Sosial S Itmu Politik, Vol' 8, No' 3, Maret 2005
membentuk berb agaiyayasan (amal usaha), Muhammadiyah' misalnya'
memiliki
bermacam-macam lembagapendidikan,
mulai dari
taman kanak-kanak sampai universitas, dan j.tgu*"^iliki
banyak rumah sakit danpoliklinik.
Lebih
jauh,
organisasi-organisasi berbasis
keaga"tull^tli
membentuk
Ornop/iSvt
p"ru.i"ra
(LSAF,
'l'999;Eldridge,
1995)' sebagai contoh, LakpesdamNU
(Lembagl Kajian dan- Pengembangan SumberDaya Mur,,rriu), YKs-Paramita,
LOPS (Lembaga OikumenePengembangan
Swadaya), dan
LPPS
(Lembaga Penelitian
dan
pengembangan
Sosial)'aialah
beberapa
organisasi berorientasi
pembang.rr",ur;
yang
diciirikan
oleh,
securaberurutan, NlJ,
Walubi
in"r*ulian
Umut
g"ana
Indonesia), PGI, dan
KWI'
Mereka
secarastruktural
merupakan
bagian dari
organisasi berbasis
agama'-Di
samping
itu,
terdapat Pul? Ornop/LSM berorientasi pembangunan dan isu spesifik yang ru.urukultural
diasosiasikan dengan organisasi berbasiskeagamaan.
piVf
dan LKiS
biasanya
berhubungan dengan NU'
sedangkanYayasanBinaSwadayadanYSs(YayasanSosial
Soegyopranoto)
terkait
erat d.engan GerejaKatolik
(Ibrahim'
1992)'Problem-problem
OMS
dalam Mengembangkan DG
Perkembangan dan keragaman OMS, sebagaimala dipaparkan
di
atas,menunlufkan,
samPai Jerajat tertentu, bahwa MSdi
Indonesiamemiliki
potensiuntuk teilibat
dalam uPaya-uPaya membangun DG'Hampir
semuaragam OMS
y_u"qdikaieforisasikan
oleh Diamond
(1999) terdapat dan"berkiprahuttifai
Indonesia. Tanpa harus melebih-lebihkan, dengan merujuk khusus ke komunitasNGOASM,
OMS seiak masaOrde Baru telah menunjukkan keterlibatan yang
aktif
dalam mendorong reformasi tata pemerintahandi
Indonesiabaik
Puqu masaorde
baru
(Eldridge,
!99i;
Riker,
1993)mauPun paska orde baru
(suharko, 2003). Bahkan, diantara begitulanya\
kategorioMS,
NGO/ LSM merupakan komponen MS yan-gpaling
aktif
menentangpolitik
otoritarian
ordebaru (Uhlin,
1997)'Atmosfir
politik
yang terbuka dan demokratis paska Orde Baru secarahipotetis
tentunyajtgu
semakin membuka kesempatanpolitik
bagi
oMS untuk lebih
terlibat
aktif
dalam
uPaya-uPaya
Suharla, Masyaralat Sipil, Modal Sosinl dan Tata Pemerintalun yang Demokratis
menuniukkan bahwa baik secara
mikro-internal
OMSsendiri maupun
secara makro-eksternal masih ditemukan sejumlah problem yang
dipat
membatasi
aktualisasi dan realisasi potensi-potensi OMS
dallm
mengembangkan DG.Pada
lingkup mikro-internal oMS,
terutama dengan merujuk
ke komunitas NGO/LSM, telah sering dikemukakan bahwa meskipunmereka
mengklaim
memperjuangkan
nilai-nilai
demokratis,
padadirinya
sendiri,
mereka
sering
mengabaikan
nilai-nilai
tersebut,
sebagaimanatampak
dari
mekanisme
rekrutmen yang
cenderung
tertutup
dan
gayakepemimpinan yang patronistik.
SejumlahNGo/
LSM
jtgu
ditengarai
menerapkan
praktek-praktek
koruptif
dalam
menjalankan aktivitasnya.
Lebih dari itu,
perpecahaninternal
j,rgakerapkali
mencuatke permukaan, yang
untuk
sebagian bersumber dari persaingan-persainganindividual
dan tendensi-tendensi dominasi. Relasi-relasi yang berkembang diantara mereka acapkali jugadiwarnai
oleh persaingan yang tidak sehat terutama karena terbatasnya akses ke sumber-sumber pendanaan. Kesemua
ifu
bisa
membatasihadirnya
kreasimodal
sosial, terutama yang berkaitan dengan generalized-socialtrust dan norrna-norma
kerjasama
dan resiprositas yang
sangat dibutuhkan manakala mereka terlibat dalam aksi-aksi mempromosikan DG.Pada
lingkup
makro
politik,
meskipun ruang
politik
terbuka
lebar, lingkungan
kebijakan
yang
tersedia
tidak
sepenuhnya
mendukung.
Pertama,UU
No.817985 yangdilandasi oleh keinginan
untuk
melakukan
kontrol
yang ketat
terhadap eksistensidan fungsi
OMS masih
belum
dicabut
dan dibiarkan
menggantung.
Tendensikontrol
yang berlebihandalam LfU
tersebut antaralain
tampak dari
keharusan OMSuntuk
menganutideologi
negara, pancasila, sebagai azas tunggal organisasi, kewajibanuntuk
mendaftarkan organisasinya dan membentuk organisasipayung
dan harus menerima pengawasan(pembinaan) pemerintah, persetujuan
untuk
memperoleh bantuan
asing, dan ancam;ln pembekuan sementara atau bahkan pembubaran
oleh
pemerintah.Ketentuan-ketentuan
itu
telah menjadi bertentangan
denganberbagai
produk
perundangan
yang dihasilkan
setelah reformasi
bergulir. Sebagai contoh, pencanfum€u:r Pancasila sebagai satu-satunyalurnnl ltmu Sosial & Ilmu Potitik, VoL 8, No' 3, Mnret 2005
asas
pendirian
suatu organisasi
kini
sudah
tidak
lagi
berlaku'
Pembubaran suatu organisisi oleh pemerintah juga merupakan sesuatu yang melampaui kewenangannya dan bertentangan dengan semangat menjunjung Peradilan Yang jujur.Kedua,
uu
Yayasanyang umumnya meniadi
basislegal
oMS
mengidap ambiguitas anta.u Uuori"ntasi sosial-non
profit
dan beorientasibisn[-pro
profii
Pemerintah memberlakukan Undang-undangNo'
16i2001 tentang Yayasan pada 6 Agustus 200L, yang meruPakan undang-und
ang
p.itu.r,u
yang ,".uru-tpesifik mengatur
yaya:u..
UU
ini
sebenainya telahdit""ggu-tunggu
ol_ehkalanga"
yTq
risau
tentang kejetasan dan jatidiri
yayatut,t"bugli
ba-da.nhukum'
Dalam maknanyayang
paling
sederha na-, yayasun(ourdation)
merujuk
kepada
suatut""i"t
o.glrrirusi
yangmemiliki
tojrru^ sosial danidealistik
tertentu'tidak memiliki
keanggotaan,dan
iama
sekali
tidak memiliki motif
mencariuntung. Namun, menilik isi
UU ini,
sifat
dasardari
yayasantidak
seper',,r1*"ya tertuang dalam pasal-pasalUU
tersebut'Draft akhir
dari undung-.,r,hang ini pJau kenyitaannya adalah hasil darikompromi
antarakelJmpok
k"epentinganyang
ingin
memPerlakukan
yayasansebagai entitas
pro-liba
aan
teiompok
kepentinganyang
ingin
a-garyayasan meniadi organisasi
muini
nir-laba.
Pertentangan
dul
lo.r,prorr.i
ini
ierjadi
k-arenaUU
ini
dimaksudkan secara politis-untuk
mengatur
banyak
yayasan
yang mengenukltt
to.Pgtg
sosial
guna,.,"rritupi motii
utama mereka sebagai entitas bisnis.undang-undang
itu
juga
mengatur mayoritasomop/LSM.ITq
berbentuk
fayarur,] Uest-iprrt t"bugian
kalangan OrnoP/LSM
merasakur,udu.ya
keperluan terhadap adanyauu
yayasan, sebagian diantara mereka menyatakan keberatan karena UU ini memberi peluang pemerintahuntuk
mlngontrol
mereka, sepertikontrol
yangdilakukan
ttun
pemerintahOrdu
Bur,-,. Sebagaimuti
ditetapkan
dalam pasal L1,rndang-undang
tersebut, yayasanhanya dapat
memPeroleh status hukum setelah Menteri Kehakiman danHAM
danKanwilnya
di daeraht"iun
*".,ruf,tu.,.,yu.
Ot.,oPiLSM
mengan 88aPbahwa pasal
itu
t
P.r,.y.rsunan UU ini, untuk sebagian, aaa]aft karena desakan IMF sebagai bagian dari persyaratan pinjaman. Akanietapi, tirtak ada keraguanbahwa undang-undlng
ini membatasi atau mengontrol praktek bisnis semacam itu, yang dilakukan oleh
kroni mar,tan presiden Soeharto (Forum Keadilan, 15 tuli 2001; Tempo' 23
juli
Suharko, Masyarafutt Sipil, Modal Sosial dan Tata Pemerintahcm
yang Demokratis
memberi
peluanq^keqadaPemerintah
untuk mengontrol
eksistensi mereka (Tempo, 23luli
200r;Forum
Keadilan,ts
liti
2001).Dari
persoalan-persoalanyang terkait
dengandua
UU
tersebutterlihat
bahwa negara pascaorba
r"b".,u.r,ya
belum mengembangkan instrumenkebijakln
yang memadaiuntuk
mendorongpeikembuigu.,
9yl
Yang tampak adalah negara cenderung membiJrkanbegitu
sajaoMS
tumbuh
berkembuttgt"ttdiri
dengan aireka ragamkepeitin
gdrt,isu
dan
kegiatannya.Ini
sekarigusj"gi
menunjukkan bahwa
1"iuru
tidak mamPu menjalankanfungii
per,gurahary koordinasi dan fasilitasi secara memadai terhadapoMS
yang
merupakan asetpenting
dalam pengembangan tata pemerintahanyi.,g
demokratis.Rekomendasi
Aksi untuk
pelembagaanDG
Potensi-p_olensi
yang
dimiliki
oleh
ragam
oMS
untuk
melembagakan DG akan lebih teraktualisasi
manakila
dua agenda aksiberikut
terfasilitasi.a. Penerapan
prinsip
self-regulation OMSDari dinamika historis perkembangan OMS di Indonesia, terdapat tendensi kuat bahwa
oMS
selalu-"r,"r,tung
upaya pemerintah .rrrirrkmembuat pengaturan dan
pengawasat-,yu"g
-keiat.
Mereka juga
menyatakan keberatan atas berbagai produk perundangan yang bersiiat penyeragamandan
mengabaikan entitas merekayar€
heterogen.Ini
tentu
sajabukan
berarti
bahwa mereka
tidak
*"".,yittai
atau
tidak
menganggaP penting_adanya afuran sebagai rambu-rambu organisasi. Banyak diantara mereka, terutama darikalingan
organisasi proiesi telah mengembangkan beragam Kode Etik sesuaia"tlgui
profesidan
bidang qaraP masing-masing.Ini
membuktikan bahwa Jampai derajat tertenh]oMS
bisa mengatur
diri
mereka
sendiri,
yang biasanya
dlakukan
melalui Kode Etik
yang merekarumuskan
senlirr
pula.
K"r"-patan
dan
bahkanfasilitasi bagi
OMSuntuk
mengatur
diri
mereka sendiri j.rgu berpeluanguntuk
menjadi arenamereki
mengembangkan modarsos-ial sebagai pelumas gerak dan aksi mereka
darai
memp-e4uangkan terlembaganya DG.