DAYA SAING PRODUK PERTANIAN MENGHADAPI PASAR GLOBAL
Oleh : Prof. Dr. Ir. Erizal Jamal Kementerian Pertanian
KULIAH UMUM DI UNIVERSITAS TADULAKO Palu, 11 April 2016
BIO DATA
• Prof. Dr. Erizal Jamal
• Lahir di Solok, Sumbar 1 Maret 1963
• Alumni Sosek IPB (S-1), PWD IPB (S-2),
UPLB Philippines (S-3)
• SEKJEN PERHEPI Pusat
• Profesor Riset Kemtan/ Kepala BPATP Balitbangtan
• Speech Writer Mentan (2004-2015)
POSISI PRODUK PERTANIAN INDONESIA
UPAYA MEMACU PENINGKATAN DAYA SAING
OUTLINE
I
KENAPA DAYA SAING KITA RENDAH
II III IV PENUTUP 4
POSISI PRODUK
PERTANIAN INDONESIA
4I
DAYA SAING DI PASAR BEBAS
Posisi ini meningkat empat tingkat dari tahun sebelumnya, dan untuk lingkup ASEAN, Indonesia ada diurutan ke empat setelah Singapura (2), Malaysia (20) dan Thailand (31).
World Economic Forum(2014) tentangThe Global Competitiveness Report2014–2015, posisi daya saing Indonesia ada diurutan ke 34 dari 144 negara.
Dari 12 pilar yang ada maka secara relatif posisi Indonesia sangat rendah untuk pilar
labor market efficiency(110) dan
technology readiness(77). Untuk Pilar Innovation ada di urutan 31.
DAYA SAING KITA
Deli Serdang Technology readiness menggambarkan ketersedian dan pemanfaatan teknologi di tingkat pengguna, disamping akses masyarakat terhadap teknologi informasi.
9.53 8.624 7.711 6.764 6.728 6.717 5.901 5.573 5.304 5,300 0 2 4 6 8 10 12 Mesir Amerika Serikat Peru Korea Selatan Jepang china Taiwan Vietnam Korea Utara Indonesia
ANALISIS DAYA SAING (Suryana et.al. 2014)
USAHA TANI PADI
Usaha tani padi nasional memiliki daya saing yang baik.
Ditunjukkan oleh indikator keunggulan komparatif (DRCR) dan kompetitif (PCR) yang kurang dari satu.
Nilai Rasio DRCR dan PCR untuk usaha tani padi secara nasional
sama sebesar 0,65. Artinya untuk memperoleh nilai tambah sebesar Rp 1.000.000,- diperlukan tambahan biaya faktor domestik sebesar Rp 650.000,-.
Dengan demikian usaha tani padi secara nasional cukup efisien
dalam menggunakan sumberdaya ekonomi domestik yang berarti pula memiliki keunggulan komparatif.
ANALISIS DAYA SAING...lanjutan
Di 9 propinsi sentra produksi padi, usaha tani padi cukup efisien dengan kisaran nilai DRCR antara 0,50–0,77. Usahatani padi yang memiliki keunggulan komparatif tertinggi adalah Lampung (DRCR=0,50), Jatim (0,60), Jabar, Sumbar, Sulsel (0,62).
Provinsi yang memiliki keunggulan komparatif terendah adalah di NAD (DRCR=0,77) dan Sumut (0,73). Namun di kedua provinsi ini pun tetap layak dikembangkan usaha tani padi, karena nilai DRCR <1.
Dengan demikian, sumberdaya domestik yang harus dikorbankan untuk menghemat atau memperoleh devisa dari proses produksi padi lebih kecil dari sumberdaya domestik yang tersedia dalam sistem ekonomi secara keseluruhan. Hal ini berarti pula bahwa usahatani padi efisien secara ekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya faktor domestik.
ANALISIS DAYA SAING...lanjutan
Nilai PCR) usaha tani padi secara nasional sebesar 0,38. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa usahatani padi efisien secara finansial dan memiliki keunggulan kompetitif, dan layak untuk diusahakan.
Analisis pada tingkat provinsi sentra produksi padi menunjukkan
bahwa usaha tani padi cukup memiliki keunggulan kompetitif dengan kisaran nilai PCR antara 0,36–0,57.
Usaha tani yang paling efisien (memiliki keunggulan kompetitif
tertinggi) terdapat di Jabar, Sulsel (PCR=0,36) dan Lampung, Sumbar (0,37). Nilai PCR tertinggi di NAD (PCR=0,57)
ANALISIS DAYA SAING...lanjutan
Provinsi Indikator Daya Saing dan Dampak Kebijakan
DRC PCR NPCO NPCI EPC
NAD 0,77 0,57 1,28 0,72 1,36 Sumatera Utara 0,73 0,48 1,43 0,76 1,52 Sumatera Barat 0,62 0,37 1,58 0,75 1,66 Lampung 0,50 0,37 1,22 0,63 1,33 Jawa Barat 0,62 0,36 1,58 0,63 1,72 Jawa Tengah 0,66 0,42 1,42 0,67 1,57 Jawa Timur 0,60 0,41 1,33 0,63 1,46 NTB 0,64 0,38 1,58 0,68 1,69 Sulawesi Selatan 0,62 0,36 1,58 0,69 1,69 Indonesia 0,65 0,38 1,58 0,67 1,71
Tabel Indikator Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pada Komoditas Padi di Indonesia dan di Beberapa Sentra Produksi, 2014.
ANALISIS DAYA SAING...lanjutan
USAHA TANI JAGUNG
Komoditas jagung secara nasional memiliki daya saing yang baik,
hal ini ditunjukkan oleh indikator keunggulan komparatif (DRCR=0,48)
dan kompetitif (PCR=54), lebih kecil dari satu.Di provinsi sentra produksi
jagung, nilai DRCR berkisar antara 0,33 di NTB dan 0,70 di Sulut.
Keunggulan kompetitif usaha taniu jagung di propinsi sentra produksi cukup beragam, dengan kisaran nilai PCR 0,40-1,07. Propinsi Jabar, lampung, Jateng, NTB mempunyai keunggulan kompetitif yang baik, sementaraSumut, NTT dan Sulut memiliki keunggulan kompetitif yang rendah, dengan nilai PCR yang mendekati nilai 1,0. bahkan di Sumut, nilai PCRnya sebesar1,07.
ANALISIS DAYA SAING...lanjutan
Tabel Indikator Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pada Komoditas Jagung di Indonesia dan di Beberapa Sentra Produksi, 2014.
No Provinsi DRCR PCR NPCO NPCI EPC
1 Sumatera Utara 0.69 1.07 0.65 0.69 0.64
2 Lampung 0.40 0.64 0.64 0.75 0.62
3 Jawa Barat 0.35 0.40 0.86 0.84 0.87
4 Jawa Tengah 0.43 0.63 0.70 0.86 0.69
5 Jawa Timur 0.45 0.77 0.60 0.81 0.59
6 Nusa Tenggara Barat 0.33 0.62 0.54 0.78 0.53
7 Nusa Tenggara Timur 0.69 0.96 1.02 0.99 1.02
8 Sulawesi Utara 0.70 0.96 0.73 0.81 0.73
9 Sulawesi Selatan 0.39 0.67 0.61 0.78 0.59 Indonesia 0.48 0.54 0.87 0.78 0.88
ANALISIS DAYA SAING...lanjutan
USAHA TANI KEDELAI
Berdasarkan nilai DRCR dan PCR, usaha tani kedelai secara
nasional tidak memiliki daya saing. Nilai DRCR usaha tani kedelai secara nasional = 1,05 dan PCR = 0,92.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa usaha tani kedelai secara
nasional tidak efisien dalam menggunakan sumberdaya ekonomi domestik atau tidak memiliki keunggulan komparatif dan juga tidak memiliki keunggulan kompetitif.
Di beberapa sentra produksi kedelai seperti di Propinsi Sumsel dan
Sulut mempnyai nilai DRCR yang baik (0,55); sedangkan di Sumut, Lampung dan Jatim tidak memiliki keunggulan komparatif.
ANALISIS DAYA SAING...lanjutan
Tabel Indikator Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pada Komoditas Kedelai di Indonesia dan di Beberapa Sentra Produksi, 2014.
Provinsi DRC PCR NPCO NPCI EPC
NAD 0,79 0,71 1,09 0,93 1,11 Sumatera Utara 1,94 1,85 1,01 0,95 1,05 Sumatera Selatan 0,55 0,44 1,17 0,69 1,26 Lampung 1,11 0,81 1,22 0,77 1,37 Jawa Tengah 0,95 1,10 0,86 0,84 0,86 Jawa Timur 1,06 1,17 0,86 0,73 0,90 NTB 0,89 1,00 0,90 0,95 0,89 Sulawesi Utara 0,55 0,47 1,13 0,83 1,17 Indonesia 1,05 0,92 1,06 0,78 1,14
PERBANDINGAN HARGA JAGUNG LOKAL DAN LN
a. *Maize (corn), U.S. No.2 Yellow, FOB Gulf of Mexico, U.S. price, US Dollars per Metric Ton. b. Harga eceran Jagung pipilan (Pusdatin Kementan)
*Merupakan perkembangan nilai tukar mata uang dollar terhadap rupiah atas dasar kurs tengah rupiah yang dihitung atas dasar kurs jual dan beli pada akhir periode yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dengan kurs tahun 2010-2015:
9.086,85; 8.775,82; 9.384.32; 10.459,05; 11.802,52 ; 13.391,97
2,800 2,900 3,000 3,100 3,200 3,300 3,400 3,500 3,600 3,700 3,800
JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI
Rp/ KG
Jagung Lokal Jagung Impor
RATA-RATA HARGA PEMBELIAN JAGUNG LOKAL DAN IMPOR OLEH PABRIK PAKAN, JUNI 2014 – MEI 2015
DAYA SAING
Secara umum daya saing produk pangan
Indonesia sudah baik, untuk padi misalnya rata-rata produktivitas kita hanya sedikit dibawah Vietnam dan jauh lebih tinggi dari Negara ASEAN lainnya.
Persoalannya, begitu produk petani keluar dari lahannya, petani menghadapi berbagai
tantangan diantaranya kualitas infrastruktur yang buruk, regulasi yang tidak sepenuhnya
mendukung upaya mereka mendapatkan harga jual yang baik serta peluang untuk meningkatkan
19
KENAPA DAYA SAING KITA RENDAH
19
II
PRODUKSI, DRYER DAN SILO
-1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Produksi Kapasitas Silo Kapasitas Dryer
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Produksi 436,985 3,232,655 4,378,740 1,951,280 2,068,185 2,030,000 1,929,015 1,821,360 1,545,520 1,712,010 1,196,750 887,705 Kapasitas Silo 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 1,250,233 Kapasitas Dryer 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750 732,750
Hasil Pembangunan Secara Umum
Sumber Rujukan :
1. Stiglitz, J. E. 2014. Growth Strategies for a Rising Indonesia : Reducing Inequality and Promoting Inclusive Growth.
2. Brodjonegoro, B.P.S. 2014. Growth Strategies for
a Rising IndonesiaRapporteur.
3. Nasution, D. 2014. Setting the Growth Strategy on the Right Trajectory
4. Semua Bahan dapat dilihat di
portal.fiskal.depkeu.go.id/seminar2014
Pembangunan Selama 10 tahun Terakhir
• Secara umum Indonesia menunjukan
pertumbuhan ekonomi yang impresif setelah Asian Financial Crisis. Hal itu ditandai dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkurangnya jumlah penduduk miskin.
• Namun yang memanfaatkan pertumbuhan tadi
hanya segelintir kelompok masyarakat, sehingga ketimpangan dalam masyarakat meningkat: Gini ratio meningkat dari 0,36 pada tahun 2005
• Salah satu sumber ketidakmerataan di Indonesia,
pembangunan terlalu mengandalkan pada eksploitasi sumberdaya alam, sementara akses terhadap sumberdaya itu sendiri tidak merata.
• Negara yang mengandalkan eksploitasi
sumberdaya alam cenderung pertumbuhannya lambat dan mengarah pada inequality karena; (1) Overvalued exchange rate, (2) Tidak mampu
mengendalikan volatility of commodity price; dan (3) Korupsi
Access to Land Utilization
24 F O R E S T R Y P L A N T A T IO N 26.000.000 ha 10.300.000 ha Community-Based Forest Management Companies: 11.499 Household (hh) 240.000 ha Farmers (having no access to land) Farmers Plantation Companies: 13.572.000 hh 23.728.000 hh 0 ha 21.500.000 ha 16.000.000 ha hold hold hold hold hold hold Forest Concession Right: 304 Industrial Timber Plantation: 227 2.178
Kementan
Negara Luas lahanpertanian (ribuan ha)
Jumlah penduduk
(ribuan orang) Luas lahan pertanianper kapita (m2/orang)
1. Argentina 33.700 37.074 9.100 2. Australia 50.304 119.153 26.100 3. Bangladesh 8.085 123.408 655 4. Brasil 58.865 171.796 3.430 5. Canada 45.740 30.769 14.870 6. China 143.625 1.282.172 1.120 7. India 161.750 1.016.938 1.290 8. Thailand 31.839 60.925 5.230 9. USA 175.209 285.003 6.150 10. Vietnam 7.500 78.137 960 11. Indonesia 7.750 (LS) 230.000 337 9.788/17.538 (+LK) 428/765
RASIO LAHAN PENDUDUK
Kementan
Luas Penguasaan Lahan (hektar) Persentase Rumah Tangga
< 0,1 6,99
0,1-0,49 46,59
0,50-0,99 22,46
1,00-1,99 15,27
2,00-2,99 5,04
Distribusi Penguasaan Lahan untuk Padi, Jagung, kedele dan Tebu, Indonesia,
• Saat ini ada sekitar 39 juta atau 34,2% orang yang
bekerja di pertanian, dari jumlah tersebut 55,94% adalah petani yang mengusahakan lahan kurang 0,5 hektar.
• Struktur Ongkos : 0,5 Hektar Padi penghasilan
bersih sekitar Rp 4 Juta/4 Bulan, bila dikerjakan suami istri mereka hanya menerima Rp 500 ribu sebulan, jauh lebih rendah dari UMR.
• Bagian terbesar Part time farmer, dan penerapan
teknologi tidak bisa optimal
Petani : Dominan Orang Tua dan Wanita
• Data Sensus Pertanian 2013 menunjukan 63%
petani Indonesia berumur di atas 45 tahun, dan jumlah wanita yang terlibat di pertanian
meningkat sekitar 13% selama 10 tahun
• Data BPS (2014) menunjukan selama 10 tahun
terakhir proporsi pendapatan yang bersumber dari kegiatan sebagai petani mengalami penurunan dari 60,34% menjadi 36,76%, ini berarti bagian pendapatan dari non pertanian semakin dominan.
Manufacture
• Ada masalah terkait dengan produktivitas pekerja
(Infrastructure Gap,Skill Gap, Upward Wage Pressure).
• Ketidakstabilan exchange rate, menyebabkan
biaya produksi tinggi.
• Lebih menariknya Negara new Asia Frontier
Market ( Vietnam, Cambodia, Bangladesh, Lao PDR and Myanmar) BUKAN ANGKATAN < SD : 2,04 (28,18%) BEKERJA > (34 Jam 77,25 jt/minggu) 76.5 1jt [ 69,05 %] BEKERJA (< 35/minggu) Jam 34,29 jt [ 30.95%] PENDUDUK USIA KERJA [ > 15 Th] 173,90 juta ANGKATAN KERJA 118.04 JT (67,88%) BEKERJA 110.80 JT (93,86%) PENGANGGURAN TERBUKA = 7.24 JT Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) = 6.14% SETENGAH PENGANGGU R12.77 JT [ 37.24%] Berdasarkan Sektor: PERTANIAN : 38.88 jt [35.10%] INDUSTRI : 15.37 jt [ 13.87%] KONSTRUKSI : 6,79 jt [ 6.13 %] PERDAGANGAN : 23.15 jt [ 20.89%] TRANSPORTASI : 5.00 jt [4.51%] KEUANGAN : 2.66 JT [2.40%] JASA KEMASY : 17.10 JT [ 15.57 %] LAINNYA : 1.85 JT [1.67%] Berdasarkan Pendidikan <SD : 53.88 JT [48.63%] SMP : 20.22 JT [18.25%] SMA : 17.25 JT [15.57%] SMK : 9.50 JT [8.57%] DIPL : 2.97 JT [2.68%] UNIVERSITAS : 6.98 JT [ 6.30%]
PROFIL SUMBER DAYA MANUSIA (POSISI AGUSTUS 2012)
PENDUDUK INDONESIA 237,64 juta*
Meskipun perkembangan lapangan kerja formal telah tumbuh positif selama beberapa tahun terakhir, tetapi di sektor industri masih terdapat pelambatan di dalam menyerap tenaga kerja formal.
Ranking Indonesia dalam pilar efisiensi pasar tenaga kerja, menunjukkan semakin memburuk, khususnya terkait biaya redudansi dan fleksibilitas penentuan upah, yang selama ini sudah sering dikeluhkan dunia usaha. Tahun 2012, dari 142 negara, Indonesia menduduki ranking 137 dan 114.
No. Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 2012 2011 2010 2009 2008
1 Biaya redundansi 137 131 127 119 117
2 Kekakuan lapangan kerja (PHK, kontrak
kerja, outsourcing) - 104 100 82 87
3 Praktek penerimaan dan pemutusan kerja
52 51 38 34 19
4 Fleksibilitas penentuan upah 114 113 98 92 79
5 Kerjasama hubungan karyawan pengusaha
61 68 47 42 19
Ranking Indonesia dalam PILAR EFISIENSI PASAR KERJA dari 142 negara
Sumber: The Global Competitiveness Index, 2012. Slide 31
2010-2011 2011-2012 2012-2013
Ranking Indonesia 44
(dari 139 negara) (dari 142 negara)46 (dari 144 negara)50
Sumber:The Global Competitiveness Report 2012-2013, World Economic Forum
Inefisiensi birokrasi masih menjadi kendala utama dalam melakukan berusaha di Indonesia
Iklim Investasi dan Usaha di Indonesia masih perlu ditingkatkan...
33
UPAYA MEMACU PENINGKATAN DAYA SAING
33
III
Bagaimana Membangun Daya Saing Pangan SECARA GLOBAL? o Teknologi o Inovasi o Kebutuhan/preferensi pengguna o Tujuan pemasaran Sumber Daya Alam Lokal Kebijakan Pemerintah & Pendukungnya Produk pangan aman, bergizi, beragam, berdaya saing Petani, Industri, Perdagangan
KEMENTERIAN PERTANIAN 35 Penguasaan BioScience & Bioengineering (Nanoteknologi, Bioteknologi, Mekanisasi Pertanian Spesifik Lokasi)
Penguasaan Teknologi Merespon Dinamika Iklim
Penguasaan Aplikasi Teknologi Informasi pada Aspek Hulu-Hilir Pertanian Indonesia (Bioinformatika, Agrimap Info, Diseminasi)
Ciri PertanianModern (Masa Depan)
Lahan dan Anak Muda di Pertanian
• Bagaimana meningkatkan rata-rata
penguasaan lahan petani, sehingga economic
of scale tercapai.
• Reforma Agraria atau Corporate farming .
• Mekanisasi ?
• Anak muda mau dan melihat pertanian
37
PENUTUP
37
IV
Perguruan tinggi dan Anak Muda di Pertanian
• Tantangan terbesar bagi perguruan Tinggi adalah
bagaimana bisa menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga sebagian besar alumninya menjadi pengusaha pertanian.
• Pengalaman selama ini dengan alumni IPB/ITB/UI
yang bergerak di pertanian dan sukses sebagai
pengusaha pertanian Mereka memulainya
dengan menjadi pemain di pemasaran Produk.
• Mahasiswa Prasetya Mulya…. Sebelum tamat
mereka secara group (3-4 orang) harus
menciptakan produk berbahan baku dari hasil pertanian, kemudian di Jual di pasaran.
• Pola semacam ini telah melatih intuisi alumninya
untuk lebih banyak mengembangkan produk dan berwiraswasta.
• Perguruan tinggi kita masih terjebak dengan tugas
akademik yang kurang melatih kemandirian dan berani menghadapi tantangan dan resiko.