PROPOSAL TUGAS AKHIR
Diker jakan Oleh :
AMBARINI
NPM. 0853010081
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN ”
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJ A PRAKTEK I & II
METODE PELAKSANAAN PELAT LANTAI PADA
PROYEK PEMBANGUNAN PABRIK PT. SOFTEX
INDONESIA DI LINGKAR TIMUR
SIDOARJ O
Ker ja Praktek ini telah diter ima sebagai salah satu persyar atan untuk memper oleh gelar Sar jana Teknik ( S1 )
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Ir. NANIEK RATNI J AR., M.Kes NIP. 19590729 198603 2 00 1
Pembimbing Lapangan
Yovie, ST. Pembimbing Utama
Novie Handajani, ST., MT. NPT. 3 6711 95 0037 1
Ketua Pr ogram Studi Teknik Sipil
Ibnu Sholichin, ST., MT. NPT. 3 6711 95 0037 1
Kontr aktor Pelaksana PT. OMETRACO ARYA
SAMANTA
LAPORAN KERJ A PRAKTEK I & II
METODE PELAKSANAAN PELAT LANTAI PADA
PROYEK PEMBANGUNAN PABRIK PT. SOFTEX
INDONESIA DI LINGKAR TIMUR
SIDOARJ O
Ker ja Praktek ini telah diter ima sebagai salah satu persyar atan untuk memper oleh gelar Sar jana Teknik ( S1 )
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Ir. NANIEK RATNI J AR., M.Kes NIP. 19590729 198603 2 00 1
Pembimbing Lapangan
Yovie, ST. Pembimbing Utama
Ir . Wahyu Kar tini, MT. NPT. 3 6711 95 0037 1
Ketua Pr ogram Studi Teknik Sipil
Ibnu Sholichin, ST., MT. NPT. 3 6711 95 0037 1
Kontr aktor Pelaksana PT. OMETRACO ARYA
SAMANTA
MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH SMP-SMA
MUHAMMADIYAH 2 SURABAYA MENGGUNAKAN
STRUKTUR KOMPOSIT BAJ A BETON
Diker jakan Oleh :
AMBARINI NPM. 0853010081
Abstr ak
Sekolah Muhammadiyah 2, Surabaya terletak di Pucang Anom Timur pada kawasan pemukiman padat penduduk, maka dengan keterbatasan lahan yang ada gedung sekolah tersebut dibangun secara bertingkat.
Sebagai bahan studi perencanaan, gedung sekolah Muhammadiyah 2 Surabaya yang semula terdiri dari 5 lantai, pada strukturnya menggunakan struktur beton bertulang akan direncanakan kembali menjadi 8 lantai dengan menggunakan struktur komposit baja-beton, dimana balok induk eksterior menggunakan profil WF 500.200.9.14 dan balok interior profil WF 600.200.12.20 serta balok anak menggunakan profil WF 350.175.6.9 dengan lantai dari beton. Kolom menggunakan profil baja K 500.200.10.16. Dengan tinggi bangunan mencapai 32 m < 40 m yang berbentuk simetris, maka gedung tersebut termasuk beban gempa statis, dan direncanakan terletak diwilayah gempa kuat, dengan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Desain ini memperhitungkan kekuatan serta daktilitas pada hubungan balok-kolom yang akan diaplikasikan pada Gedung Sekolah SMP-SMA Muhammadiyah 2, Surabaya.
Serta menggunakan peraturan SNI 03-1726-2002 tentang “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung” serta SNI 03-1726-2002 tentang “Tata Cara Perencanaan Struktur Baja”.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala ridho, karunia,
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan
judul “Modifikasi Perencanaan Gedung Sekolah Smp-Sma Muhammadiyah 2
Surabaya Menggunakan Struktur Komposit Baja Beton”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini
tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Ibu Ir. Naniek Ratni JAR., Mkes. selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ibnu Solichin, ST., MT. Selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
FTSP UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Ir. Wahyu Kartini, MT. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Tugas Akhir
ini sampai selesai.
4. Bapak Ir. Made D Astawa, MT. Selaku Dosen Pendamping yang telah
berkenan memberikan bimbingan dan dorongan selama pengerjaan Tugas
Akhir sampai selesai.
5. Bapak Nugroho Utomo, ST. Selaku Dosen Wali yang telah banyak
memberikan nasehat dan dorongan.
6. Seluruh Dosen - dosen Pengajar di Program Studi Teknik Sipil FTSP UPN
7. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UPN
“Veteran” Jawa Timur.
8. Mas Zainul Arifien yang telah memberikan dan membantu dalam
pengumpulan data - data yang diperlukan Tugas Akhir ini.
9. Sekolah Muhammadiyah 2 Surabaya terima kasih banyak telah memberikan
petunjuk dan data - data yang dibutuhkan Tugas Akhir ini.
10.Almarhumah ibu terchayank dan bapak terchayank terima kasih atas semua
jasa - jasanya yang telah diberikan curahan kasih sayang tanpa memandang
lelah dan letih, penyemangat terbesar, yang memberikan dukungan lahir dan
batin, materil, spiritual, dan moral sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
11.Mbak Atik, maz Heru dan mbak Jily terima kasih banyak telah meluangkan
waktunya mengajari, membimbing, mengarahkan, memberi semangat,
dukungan, materi,moril, kesabaran dan doa - doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir tepat empat tahun.
12.Tri Wijatmiko (Ayahtyuw) terima kasih buuuuuanyaaaaak telah membantu
(waktunya yang selalu ada menemani kemanapun berada, tenaga yang
terkuras demi terselesainya Tugas Akhir ini tepat waktu, semangat yang
selalu diberikan, doa - doanya serta kesabarannya menemani mengerjakan
Tugas Akhir ini hingga terselesaikanya.
13.Yang telah membantu dalam kuliah : Rani, Bayu Tri (Abah), Rudi (Kasino),
Joko, Metha, Mbak Bonn, Arum, Maria, Hendra, Peryadi (Perong), Mbak
Weni, Hilman, Mz Wahyu, Mz Dedik, terima kasih atas bantuannya yang
telah diberikan dan diajarkan sehingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
14.Teman - teman seperjuangan dalam Ujian Lisan terima kasih bantuannya dan
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Tugas
Akhir ini. Akhir kata semoga Tugas Akhir ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... Er r or ! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... Er r or ! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ...v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR TABEL ...21
BAB IPENDAHULUAN...1
I.1 Latar belakang... 2
I.2 Permasalahan ... 3
I.3 Tujuan ... 3
I.4 Batasan masalah ... 3
I.5 Manfaat... 3
I.6 Peta Lokasi ... 3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Umum ... 5
2.2 Struktur komposit ... 6
2.3 Aksi Komposit... 9
2.4 Sistem Struktur ... 12
2.5 Ketentuan Khusus Untuk Perencanaan Gedung di Surabaya .... 13
2.6 Rumusan Hubungan Balok – Kolom (HBK) ... 18
2.6.1 Hubungan Balok - Kolom (SNI-03-2847-2002 23.5) ... 19
2.6.2 Hubungan Balok SRPMK (SNI 03-1729-2002)... 19
2.7 Sambungan ... 19
2.7.1 Klasifikasi Sambungan... ... 19
2.7.1.1 Sambungan Baut... ... 21
2.7.1.2 Sambungan Las... 22
BAB IIIMETODOLOGI ...23
3.1 Bagan Alir Tugas Akhir ... 23
3.2 Langkah-langkah Penyusunan Tugas Akhir ... 24
3.2.1 Pengumpulan Data...24
3.3 Studi literatur ... 25
3.4.2 Preliminary Design Kolom...26
3.5 Pembebanan ... 26
3.6 Pemodelan dan Analisa Struktur ... 29
3.6.1 Struktur Primer...29
3.6.1.1 Balok Komposit...29
3.6.1.2 Kolom Komposit...35
3.6.2 Struktur Sekunder...38
3.7 Pelat Lantai ... 38
3.8 Kontrol Desain ... 38
3.9 Penggambaran Hasil Perhitungan...39
BAB IVPERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER ... 40
4.1 Perencanaan Tangga ... 40
4.1.1 Data-data Perencanaan Tangga...40
4.1.2 Perecanaan Pelat Anak Tangga...40
4.1.3 Perencanaan Pelat Bordes...43
4.1.4 Perencanaan Balok Tangga...49
4.1.5 Perencanaan Balok Tumpuan Tangga...59
4.2 Perencanaan Struktur Lantai ... 61
4.2.1 Pelat Lantai Atap...61
4.2.2 Pelat Lantai 1 sampai lantai 7...65
4.3 Perencanaan Balok Anak ... 70
BAB VPERENCANAAN STRUKTUR UTAMA ... 80
5.1 Pembebanan dan Analisa Struktur ... 80
5.1.1 Pembebanan... 80
5.1.1.1 Data Gedung... 80
5.1.1.2 Perhitungan Berat Struktur... 81
5.2 Analisa Beban Gempa ... 83
5.2.1 Waktu Getar alami (T) ...83
5.2.1.1 Perhitungan Beban Geser Dasar Nominal (V)... 84
5.2.1.2 Daktilitas Struktur Bangunan... ... 84
5.2.1.3 Distribusi Beban Gempa Nominal... ...84
5.2.1.4 Pembebanan Gempa Dinamis... ... 85
5.3 Perencanaan Kolom Komposit ... 88
5.3.1 Kondisi Balok Utama Sebelum Komposit... 89
5.3.2 Kondisi Balok Utama Setelah Komposit... 80
5.5 Sambungan ... 106
5.5.1 Sambungan Antara Balok dengan Kolom ... 106
5.6 Cek Persyaratan “Strong Column Weak Beam” ... 109
5.7 Sambungan Kolom-kolom ... 110
5.8 Sambungan Balok Anak dengan Balok Induk Eksterior ... 113
5.9 Sambungan Balok Anak dengan Balok Induk Interior ... 116
BAB VI Kesimpulan ... 171
8.1 Kesimpulan ... 171
8.2 Saran ... 172
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tipe-tipe Balok Kompoit ... 7
Gambar 2.2 Penampang Kolom Komposit ... 8
Gambar 2.3 Perbandingan antara Balok yang Mengalami Defleksi dengan dan Tanpa Aksi Komposit ... 10
Gambar 2.4 Variasi Tegangan pada Balok-Balok Komposit . 11 Gambar 2.5a Sambungan Balok-Kolom ... 20
Gambar 2.5b Sambungan Kolom-Kolom ... 21
Gambar 3.1 Distribusi Tegangan Plastis ... 31
Gambar 3.2 Metode Transformasi Luasan ... 32
Gambar 3.3 Sambungan pada Baja ... 33
Gambar 4.1 Denah Tangga ... 43
Gambar 4.2 Potongan A-A Tangga ... 43
Gambar 4.3 Pembalokan Balok Tangga ... 49
Gambar 4.4 Sketsa Pembebanan untuk Beban Mati... 50
Gambar 4.5 Sketsa Pembebanan untuk Beban Hidup ... 51
Gambar 4.6 Sketsa bidang momen pada balok tangga ... 53
Gambar 4.7 Penampang Balok Komposit... 56
Gambar 4.8 Pembebanan pada Balok Tumpuan Tangga ... 59
Gambar 4.9 Potongan Pelat Lantai Atap ... 62
Gambar 4.10 Pembebanan Pelat Atap Type 1 ... 63
Gambar 4.11 Pembebanan Pelat Atap Type 2 ... 64
Gambar 4.12 Potongan Pelat Lantai 1-7 ... 67
Gambar 4.13 Pembebanan Pelat Lantai Type 1 ... 67
Gambar 4.14 Pembebanan Pelat Lantai Type 2 ... 69
Gambar 4.15 Denah Pembalokan Balok Anak ... 70
Gambar 4.16 Bidang D dan M pada Balok Sebelum Komposit 72 Gambar 4.17 Penampang Balok Komposit... 77
Gambar 5.1 Pemodelan Struktur ... 87
Gambar 5.2 Pemodelan Stuktur 3D... 87
Gambar 5.3 Denah Pembalokan Lantai ... 88
Gambar 5.5 Pemasangan Haunch ... 90
Gambar 5.6 Potongan Balok Induk ... 94
Gambar 5.7 Distribusi Tegangan Negatif ... 95
Gambar 5.8 Penampang Kolom Komposit ... 99
Gambar 5.9 Portal Bangunan ... 102
Gambar 5.10 Sambungan Balok Kolom yang direncanakan . 106 Gambar 5.11 Tegangan Tarik Baut ... 107
Gambar 5.12 Sambungan Kolom-Kolom ... 110
Gambar 5.13 Sambungan Balok Anak dengan Balok Induk Eksterior ... 114
Gambar 5.14 Profil Siku Penyambung ... 116
Tabel 2.1 Klasifikasi Kelas Situs ...14
Tabel 2.2 Koefisien Situs Fa dan Fv ...14
Tabel 2.3 Kategori Desain Seismik untuk Tanah Keras (SC) SDs = 0,494 g ...15
Tabel 2.4 Kategori Desain Seismik untuk Tanah Keras (SC) SD1 = 0,23 g ...15
Tabel 2.5 Kategori Desain Seismik untuk Tanah Sedang (SC) SDs = 0,555 g ...16
Tabel 2.6 Kategori Desain Seismik untuk Tanah Lunak (SE) SDs = 0,607 g...16
Tabel 2.7 Kategori Desain Seismik untuk Tanah Lunak (SE) SDs = 0,607 g...17
Tabel 2.8 Koefisien Situs Fa dan Fv, Koefisien nilai SDS dan SD1 Kota Surabaya...17
Tabel 2.9 Ukuran Minimum Las Sudut ...22
Tabel 4.1 Pembebanan Amplop pada Atap (beban Mati) ...65
Tabel 4.2 Pembebanan Amplop pada Atap (beban Hidup)...65
Tabel 4.3 Pembebanan Amplop pada Lantai (beban Mati)...69
Tabel 4.4 Pembebanan Amplop pada Lantai (beban Hidup) ...70
Tabel 5.1 Berat Bangunan Tiap Lantai...83
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gedung Sekolah Muhammadiyah 2, Surabaya yang terletak di Pucang Anom
Timur pada kawasan pemukiman padat penduduk, maka dengan keterbatasan lahan
yang ada gedung sekolah tersebut dibangun secara bertingkat, serta didukung dengan
sarana dan prasarana yang baik guna menunjang dan menselaraskan kebutuhan akan
pendidikan.
Sebagai bahan studi perencanaan, Gedung Sekolah Muhammadiyah 2
Surabaya merupakan gedung pendidikan yang semula terdiri dari 5 lantai, pada
strukturnya menggunakan struktur beton bertulang akan direncanakan kembali
menjadi 8 lantai dengan menggunakan struktur komposit baja-beton, dimana balok
menggunakan profil baja WF dengan lantai dari beton dan kolom menggunakan
profil baja Kingcross. Profil baja kingcross merupakan 2 badan profil WF yang
disambung saling tegak lurus dengan menggunakan sistem las yang kemudian
diselubungi oleh beton.
Struktur komposit semakin banyak dipakai dalam rekayasa struktur. Dari
beberapa penelitian, struktur komposit mampu memberikan kinerja struktur yang
baik dan lebih efektif dalam meningkatkan kapasitas pembebanan, kekakuan dan
Penampang komposit mempunyai kekakuan yang lebih besar dibandingkan
dengan penampang lempeng beton dan gelagar baja yang bekerja sendiri-sendiri dan
dengan demikian dapat menahan beban yang lebih besar atau beban yang sama
dengan lenturan yang lebih kecil pada bentang yang lebih panjang. Apabila untuk
mendapatkan aksi komposit bagian atas gelagar dibungkus dengan lempeng beton,
maka akan didapat pengurangan pada tebal seluruh lantai, dan untuk
bangunan-bangunan pencakar langit, keadaan ini memberikan penghematan yang cukup besar
dalam volume, pekerjaan pemasangan kabel-kabel, pekerjaan saluran pendingin
ruangan, dinding-dinding, pekerjaan saluran air, dan lain-lainnya. (Amon, Knobloch
& Mazumder,1999)2
Peraturan yang digunakan pada perencanaan ini menggunakan peraturan,
yaitu SNI-03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Beton Untuk Bangunan
Gedung, SNI-03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan
Struktur Baja, dan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983, serta
mengharapkan dapat merencanakan suatu struktur komposit yang efisien tanpa
mengabaikan faktor keselamatan dan fungsi bangunan tersebut.
1.2. Per masalahan
Permasalahan yang ditinjau dalam modifikasi perencanaan Gedung Sekolah
Muhammadiyah 2 Surabaya dengan struktur komposit, antara lain :
1) Bagaimana merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat lantai, balok
3
2) Bagaimana merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan kolom dengan
metode daktilitas penuh akibat gempa lateral.
3) Bagaimana merencanakan sambungan yang memenuhi kriteria perancangan
struktur, yaitu kekuatan (strength), kekakuan dan stabilitas (stability).
4) Bagaimana mendesain hasil perencanaan dan perhitungan dalam bentuk gambar
teknik.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari modifikasi perencanaan Gedung Sekolah Muhammadiyah
2, Surabaya dengan struktur komposit baja beton, yaitu :
1) Mengetahui struktur sekunder yang meliputi pelat lantai, balok anak, tangga.
2) Mengetahui struktur utama yang meliputi balok dan kolom dengan metode
daktilitas penuh akibat gempa lateral.
3) Mengetahui sistem sambungan yang memenuhi kriteria perancangan struktur,
yaitu kekuatan (strength), kekakuan dan stabilitas (stability).
4) Mengetahui detail hasil perencanaan dan perhitungan dalam bentuk gambar
teknik.
1.4. Batasan Masalah
1) Perencanaan struktur utama, meliputi balok induk dan kolom dan struktur
sekunder, meliputi pelat lantai, balok anak, tangga.
2) Perhitungan sambungan meliputi balok-kolom serta kolom-kolom dengan metode
3) Menggunakan peraturan beton SNI 03-2847-2002 dan SNI 03-1729-2002
tentang hubungan balok-kolom.
4) Struktur direncanakan terletak di zona 5-6 SNI2002.
5) Tidak meninjau dari segi metode pelaksanaan, analisa biaya, arsitektural, dan
manajemen konstruksi.
1.5. Manfaat
Manfaat yang bisa didapatkan dari modifikasi perencanaan ini adalah :
1) Dapat merencanakan struktur komposit yang memenuhi persyaratan keamanan
struktur.
2) Dari perencanaan ini bisa diketahui hal-hal yang harus diperhatikan pada saat
5
2.1.Umum
Sejak akhir abad ke-19 metode pengolahan baja yang murah dikembangkan
secara luas. Kerangka baja yang menyanggah konstruksi pelat beton bertulang yang
dicor ditempat, sebelumnya didesain berdasarkan asumsi bahwa pelat beton dan
baja dalam menahan beban bekerja secara terpisah. Pengaruh komposit dari pelat
beton dan baja yang bekerja bersama-sama tidak diperhitungkan. Pengabaian ini
berdasarkan asumsi bahwa ikatan antara pelat beton dengan bagian atas balok
baja tidak dapat diandalkan. Namun dengan berkembangnya teknik pengelasan,
pemakaian alat penyambung geser (shear connector) mekanis menjadi praktis untuk
menahan gaya geser horizontal yang timbul ketika batang terlentur.(Salmon &
Johnson 1991)3
Sistem struktur komposit sendiri terbentuk akibat interaksi antara komponen
struktur baja dan beton yang karakteristik dasar masing-masing bahan dimanfaatkan
secara optimal. Karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur baja adalah
kekuatan tarik, modulus elastilitas tinggi, serta daktilitas tinggi. Sedangkan
karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur beton adalah kekuatan tekannya,
ketahanan yang baik terhadap api, mudah dibentuk,dan murah.(Mochamad
7
Dalamperhitunganperencanaanmenggunakanmetodeperhitungan yaitumetode
LRFD (Load and Resistance Factor Design).
a) Metode LRFD
Metode ini berdasarkan pada konsep keadaan batas (limit state), yaitu suatu
keadaan dimana struktur atau elemen struktur didesain sampai menunjukkan perilaku
tidak dapat berfungsi lagi. Ada dua kategori yang menyatakan keadaan batas (limit
state) :
- Strength limit state: kemampuan struktur memikul beban
- Serviceability limit state: kelakuan struktur memikul beban
Secara umum perumusan untuk pendekatan desain metode LRFD ini dapat
dituliskan sebagai berikut :
n i
i
Q
φ
R
λ
⋅
≤
∑
………….………...….(2.1)Dimana :
λi : faktor beban
ø : faktor tahanan
Rn : tahanan nominal
Qi : ( pengaruh ) beban
øRn : tahanan rencana
2.2. Str uktur Komposit
Struktur komposit adalah suatu metode konstruksi yang memanfaatkan sifat
dan material bangunan yang berbeda menjadi satu sistem yang kekuatannya
merupakan gabungan dari dua material yang berbeda yaitu baja dan beton, dengan
system bekerja bersama-sama dalam memikul beban, dan joint-joint yang kaku
(rigid) merupakan salah satu penyambung kekuatan sesuatu srtuktur gedung oleh
sebab itu dipasang system pengaku.
Di era modern saat ini banyak gedung-gedung dengan struktur komposit
baja-beton untuk elemen baloknya menggunakan balok komposit penuh. Balok komposit
penuh ini sendiri mempunyai beberapa tipe, diantaranya balok komposit dengan pelat
beton yang dicorditempat (solid in situ)(gambar 2.1 a), balok komposit yang
menggunakan precast reinforced concrete planks yang bagian atasnya kemudian
dicor ditempat (gambar 2.1 b), balok komposit yang penghubung gesernya diberi
perkuatan (gambar 2.1 c). Gedung Sekolah Muhammadiyah 2, Surabaya yang akan
9
Gambar 2.1 Tipe-tipe Balok Komposit (B. Uy,2007)
Keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan balok komposit yaitu
penghematan berat baja, penampang balok baja dapat lebih rendah, kekakuan lantai
meningkat, panjang bentang untuk batang tertentu dapat lebih besar, kapasitas
pemikul beban meningkat. Penghematan berat baja sebesar 20 % sampai 30 %
seringkali dapat diperoleh dengan memanfaatkan semua keuntungan dari sistem
komposit. Pengurangan berat pada balok baja ini biasanya memungkinkan
pemakaian penampang yang lebih rendah dan juga lebih ringan. Keuntungan ini bisa
banyak mengurangi tinggi bangunan bertingkat banyak sehingga diperoleh
penghematan bahan bangunan yang lain seperti dinding luar dan tangga. (Salmon &
Johnson, 1991)3
Kolom komposit tumbuh menjadi bagian penting dalam pengaplikasian
konstruksi komposit yang telah secara luas digunakan dalam beberapa tahun terakhir
ini, terutama pada bangunan bertingkat. Awal mula pengembangan elemen kolom
komposit yaitu dari profil baja berpenampang I yang dibungkus oleh beton yang
Ada beberapa tipe dari kolom komposit yang sebagian besar digolongkan ke
dalam encased steel sections ( profil baja yang dibungkus beton)dan concrete-filled
steel sections (kolom baja berintikan beton). Untuk tipe encased steel, profil baja
berpenampang I yang dibungkus oleh beton (gambar 2.2) paling sering dijumpai.
profil baja kingcross
\
Gambar 2.2 Penampang Kolom Komposit
Pada kolom baja berselubung beton (gambar 2.2 a dan b) penambahan beton
dapat menunda terjadinya kegagalan lokal buckling pada profil baja serta berfungsi
sebagai material penahan api, sementara itu material baja disini berfungsi sebagai
penahan beban yang terjadi setelah beton gagal. Sedangkan untuk kolom baja
berintikan beton (gambar 2.2 c dan d) kehadiran material baja dapat meningkatkan
kekuatan dari beton serta beton dapat menghalangi terjadinya lokal buckling pada baja.
Kolom komposit merupakan suatu solusi hemat untuk kasus dimana kapasitas
beban tambahan yang diinginkan lebih besar dibandingkan dengan penggunaan
kolom baja sendiri. Kolom komposit juga menjadi solusi yang efektif untuk berbagai
permasalahan yang di ada pada desain praktis. Salah satunya, yaitu jika beban yang
terjadi pada struktur kolom sangatlah besar, maka penambahan material beton pada
700
7
0
11
struktur kolom dapat memikul beban yang terjadi, sehingga ukuran profil baja tidak
perlu diperbesar lagi. (Roberto Leon, Larry Griffis,2008)5
2.3. Aksi Komposit
Aksi komposit terjadi apabila dua batang struktural pemikul bebanseperti
pada pelat beton dan balok baja sebagai penyangganya (gambar 2.3.a) dihubungkan
secara menyeluruh dan mengalami defleksi sebagai satu kesatuan seperti dalam
gambar (2.3.b).
Pada balok non komposit (gambar 2.3.a) pelat beton dan balok baja tidak
bekerja bersama-sama sebagai satu kesatuan karena tidak terpasang alat penghubung
geser, sehingga masing-masing memikul beban secara terpisah. Apabila balok non
komposit mengalami defleksi pada saat dibebani, maka permukaan bawah pelat
beton akan tertarik dan mengalami perpanjangan sedangkan permukaan atas dari
balok baja akan tertekan dan mengalami perpendekan. Karena penghubung geser
tidak terpasang pada bidang pertemuan antara pelat beton dan balok baja maka pada
bidang kontak tersebut tidak ada gaya yang menahan perpanjangan serat bawah
pelat dan perpendekan serat atas balok baja. Dalam hal ini, pada bidang kontak
Gambar 2.3 Perbandingan antara Balok yang Mengalami Defleksi dengan dan Tanpa Aksi Komposit.(Sumber Salmon & Johnson 1991).
Sedangkan pada balok komposit, pada bidang pertemuan antara pelat
beton dan balok baja dipasang alat penghubung geser sehingga pelat beton dan
balok baja bekerja sebagai satu kesatuan. Pada bidang kontak tersebut bekerja
gaya geser vertikal dan horisontal, dimana gaya geser horisontal tersebut akan
menahan perpanjangan serat bawah pelat dan perpendekan serat atas balok baja.
Pada dasarnya aksi komposit pada balok komposit dapat tercapai atau
tidaknya tergantung dari penghubung gesernya. Biasanya penghubung geser
diletakkan disayap atas profil baja. Hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya
13
Gambar 2.4 Variasi Tegangan pada Balok-balok Komposit (Sumber Salmon & Johnson 1996).
Dengan menyelidiki distribusi regangan yang terjadi bila tidak ada interaksi
antara slab beton dan balok bajanya (gambar 2.4.a). Terlihat bahwa untuk kasus ini
terdapat dua sumbu netral yaitu satu pada pusat gravitasi slab dan lainnya pada pusat
gravitasi balok. Gelincir horizontal yang terjadi karena bagian bawah slab dalam
tarik dan bagian atas balok dalam tekan juga terlihat.
Selanjutnya pada kasus dimana hanya terjadi interaksi parsial saja, pada
gambar 2.4.b.sumbu netral slab lebih dekat ke balok, dan sumbu netral balok lebih
dekat ke slab. Karena interaksi parsial, gelincir horizontal telah berkurang. Akibat
dari interaksi parsial adalah terjadinya sebagian gaya tekan dan gaya tarik maksimum
C’ dan T’, masing-masing pada slab beton dan balok baja. Kemudian momen
ketahanan penampang tersebut akan mengalami pertambahan sebesar T’e’ atau C’e’.
Bila terjadi interaksi lengkap (dikenal sebagai aksi komposit penuh) di antara
slab dan balok, tidak akan terjadi gelincir dan diagram regangan yang dihasilkan
dapat dilihat dalam gambar 2.4.c. Dalam kondisi demikian, terjadilah sumbu netral
tunggal yang terletak di bawah sumbu netral slab dan di atas sumbu netral balok.
Selain itu, gaya-gaya tekan dan tarik C” dan T” lebih besar daripada C’ dan T’ yang
2.4. Sistem Str uktur
Sistem struktur yang digunakan pada perencanaan gedung merupakan hal
yang perlu diperhatikan. Faktor daya tahan terhadap gempa mengharuskan suatu
bangunan gedung memiliki sistem struktur yang sesuai berdasar SNI-03-1726-2002.
Pembagian sistem struktur menurut wilayah gempanya dibagi sebagai berikut:
1. Wilayah Gempa 1 dan 2 (Resiko Gempa Rendah) Desain menggunakan Sistem
Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) dan dinding struktur dengan beton
biasa.
2. Wilayah Gempa 3 dan 4 (Resiko Gempa Menengah) Desain menggunakan
Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) dan Sistem Dinding
Struktur Biasa (SDSB) dengan beton tanpa detailing khusus.
3. Wilayah Gempa 5 dan 6 (Resiko Gempa Tinggi) Desain menggunakan Sitem
Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan Sistem Dinding Struktur Khusus
dengan beton khusus.
Gedung Sekolah Muhammadiyah 2 Surabaya yang akan direncanakan
terletak pada zona gempa kuat, sehingga digunakan sistem struktur berupa Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Ketentuan umum yang terdapat pada
SNI 03-2847-2002 untuk daerah WG 5 dan 6 berlaku harus memenuhi persyaratan
pendetailan.
2.5. Ketentuan Khusus Untuk Per encangaan Gedung di Surabaya (Wilayah
Gempa5-6)
15
Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa di mana Wilayah Gempa 1
adalah wilayah dengan kegempaan paling rendah dan Wilayah Gempa 6 dengan
kegempaan paling tinggi. Pembagian Wilayah Gempa ini, didasarkan atas percepatan
puncak batuan dasar akibat pengaruh Gempa Rencana dengan perioda ulang 500
tahun, yang nilai rata-ratanya untuk setiap Wilayah Gempa ditetapkan dalam Tabel
Apabila percepatan puncak muka tanah Ao tidak didapat dari hasil analisis
perambatan gelombang, percepatan puncak muka tanah tersebut untuk
masing-masing Wilayah
Gempa dan untuk masing-masing jenis tanah ditetapkan dalam Tabel.Menurut SNI
03-1729-2010 :
Tabel 2.2 Kofisien Situs Fa dan Fv
17
Tabel 2.4 Kategori Disain Seismik untuk Tanah Keras (SC) SD1 = 0.23 g
Tabel 2.6 Kategori Disain Seismik untuk Tanah Lunak (SE) SDs= 0.607 g
19
Tabel 2.8 Koefisien Situs Fa dan Fv, Koefisien nilai SDS dan SD1 Kota Surabaya
2.6. Rumusan Hubungan Balok -Kolom (HBK)
2.6.1. Hubungan Balok-Kolom (SNI-03-2847-2002 pasal 23.5)
- Ketentuan umum
1. Gaya-gaya pada tulangan longitudinal balok di muka hubungan balok-kolom harus
ditentukan dengan menganggap bahwa tegangan pada tulangan tarik lentur adalah
1,25fy.
2. Kuat hubungan balok-kolom harus direncanakan menggunakan factor reduksi
kekuatan.
3. Tulangan longitudinal balok yang berhenti pada suatu kolom harus diteruskan
hingga mencapai sisi jauh dari inti kolom terkekang dan diangkur sesuai dengan
4. Bila tulangan longitudinal balok diteruskan hingga melewati hubungan
balok-kolom, dimensi kolom dalam arah parallel terhadap tulangan longitudinal balok tidak
boleh kurang daripada 20 kali diameter tulangan longitudinal terbesar balok untuk
beton berat normal. Bila digunakan beton ringan maka dimensi tersebut tidak boleh
kurang daripada 26 kali diameter tulangan longitudinal terbesar balok.
- Kuat geser
1. Kuat geser nominal hubungan balok-kolom tidak boleh diambil lebih besar
daripada ketentuan berikut ini untuk beton berat normal. Untuk hubungan
balok-kolom yang terkekang pada keempat sisinya. 1,7 ′ Aj. Untuk hubungan yang
terkekang pada ketiga atau kedua sisi yang berlawanan 1,25 ′ Aj. Untuk hubungan
lainnya 1,0 ′ Aj. Komponen struktur yang menerima kombinasi lentur dan beban
aksial pada SRPMK (SNI-03-2847-2002)_ pasal 23.4.2.2) Kuat lentur kolom harus
memenuhi persamaan :
………..( 2.2 )
ΣMe adalah jumlah momen pada pusat hubungan balok-kolom, sehubungan dengan
kuat lentur nominal kolom yang merangkai pada hubungan balok-kolom tersebut.
Kuat lentur kolom harus dihitung untuk gaya aksial terfaktor, yang sesuai dengan
arah gaya-gaya lateral yang ditinjau, yang menghasilkan nilai kuat lentur yang
terkecil.
ΣMg adalah jumlah momen pada pusat hubungan balok kolom, sehubungan dengan
kuat lentur nominal kolom yang merangkai pada hubungan balok kolom tersebut.
6 5
e g
M ≥ M
21
2.6.2. Hubungan Balok Kolom SRPMK (SNI 03-1729-2002 pasal 15.7.2.3)
Gaya geser terfaktor, Vu, sambungan balok ke kolom harus ditentukan
menggunakan kombinasi beban 1,2 D + 1,5 L ditambah dengan gaya geser yang
dihasilkan dari bekerjanya momen lentur sebesar 1,1 RyfyZ pada arah yang
berlawanan pada masing-masing ujung balok. Sebagai alternatif, nilai Vu yang lebih
kecil dapat digunakan selama dapat dibuktikan menggunakan analisis yang rasional.
Gaya geser terfaktor tidak perlu lebih besar daripada gaya geser yang dihasilkan oleh
kombinasi pembebanan.
2.7. Sambungan
Kuat rencana setiap komponen tidak boleh kurang dari beban terfaktor yang
dihitung. Perencanaan sambungan harus memenuhi persyaratan (SNI 03-1729-2002
Ps. 13.1.3) :
1. Gaya dalam yang disalurkan berada dalam keseimbangan dengan
gaya-gaya yang bekerja pada sambungan.
2. Deformasi pada sambungan masih berada dalam batas kemampuan
deformasi sambungan.
3. Sambungan dan komponen yang berdekatan harus mampu memikul
gaya-gaya yang bekerja padanya.
2.7.1 Klasifikasi Sambungan
Sambungan semi kaku / Semi rigid connection adalah sambungan yang tidak
memiliki kekakuan yang cukup mempertahankan sudut-sudut diantara
K 500 .2 00.10 .16
W F 500 .2 00.9.14
T 400 .40 0.16.24 L 7 0.70.7
B au t φ 2 0 B au t φ 2 0
K 50 0.200.10 .1 6
W F 5 00.200 .9 .14
T 400.40 0.16.24 L 70.70.7
90
49 6
3 04
50 0 80
80
802 40 8 08 02 4 0 8 0
yangcukup untuk memberikan kekangan yang dapat diukur terhadap perubahan
sudut-sudut tersebut.
Gambar 2.5a Sambungan Balok – Kolom
Gambar 2.5b Sambungan Kolom – kolom
K 500.200.10.16
P ela t t = 16 m m
K olom 700 x 70 0
D E T A I L SA M B U N G A N K O L O M D E N G A N K O L O M
P elat t = 16 m m Bau t φ 24
B aut φ 30
23
diambil yangterkecil
2.7.1.1. Sambungan Baut
Kuat geser = Vd =
ϕ
f.Vn =ϕ
f.r1.fub.Ab …...……….….( 2.3 )Kuat tumpu = Rd =
ϕ
f
.
Rn
=2
,
4
.
ϕ
f
.
d
b.
t
p.
fu
………....( 2.4 )Jumlah baut,
φRn Vu n=
………...( 2.5 )
Dimana :
f
φ = Faktor reduksi kekuatan fraktur (0,85)
r1 = 0,5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser
0,4 untuk baut dengan ulir pada bidang geser
fub = Tegangan tarik putus baut
Ab = Luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir
fu = Tegangan tarik putus yang terendah dari baut atau pelat
tp = Tebal plat
Kontrol jarak baut :
Jarak tepi minimum : 1.5db(LRFD 13.4.2)
Jarak tepi maksimum : (4tp + 100 mm) atau 200 mm (LRFD 13.4.3)
Jarak minimum antar baut : 3db (LRFD 13.4.1)
Jarak maksimum antar baut : 15tp atau 200 mm (LRFD 13.4.3)
Kontrol Kekuatan Pelat :
Anv
fu
Pn
=
0
.
75
×
0
.
6
×
×
φ
……….……..….( 2.6 )2.7.1.2. Sambungan Las
Rnw Ru ≤ϕ
dengan, φf.Rnw=0.75×te×(0.6×fuw) (las)………( 2.7 )
) 6 . 0 ( 75 . 0
.Rnw t fu
f = × e× ×
φ
(bahan dasar)………...( 2.8 )keterangan : fuw : tegangan tarik putus logam las
fu : tegangan tarik putus bahandasar
te : tebal efektif las (mm)
Tabel 2.9 Ukuran Minimum Las Sudut
Tebalbagian paling tebal, t (mm) Tebal minimum las sudut, a (mm)
t ≤ 7 3
7 < t ≤ 10 4
10 < t < 15 5
BAB III
METODOLOGI
3.1. Bagan Diagram alir
Mulai
Pengumpulan Data
Studi Literatur
Preliminary Desain dan Pembebanan Perencanaan Struktur Sekunder
Pemodelan dan Analisa Struktur
Kontrol Desain Profil kolom dan balok HBK
Penggambaran Hasil Perencanaan ya
tidak
3.2. Langkah-Langkah Penyususunan pr oposal
Adapun langkah-langkah yang diambil dalam penyusunan Proposal ini,
adalah sebagai berikut :
3.2.1. Pengumpulan Data
- Data Umum Bangunan
1. Nama Gedung : Gedung Sekolah Muhammadiyah 2, Surabaya
2. Fungsi : Sekolah
3. Zone Gempa : 2
4. Jumlah Lantai : 5 Lantai
5. Tinggi Gedung : 20 m
6. Struktur Utama : Struktur Beton Bertulang
- Data Modifikasi
1. Nama Gedung : Gedung Sekolah Muhammadiyah 2, Surabaya
2. Fungsi : Sekolah
3. Zone Gempa : 2
4. Jumlah Lantai : 8 Lantai
5. Tinggi Gedung : 32 m
6. Struktur Utama : Komposit Baja-Beton
7. Dimensi Bangunan : 48 m x 48 m
- Data Bahan : - kekuatan tekan beton
27
- Data Tanah
Data tanah yang digunakan berasal dari data tanah Gedung Sekolah
Muhammadiyah 2, Surabaya.
3.3. Studi literatur
Melakukan studi referensi yang menjadi acuan dalam pengerjaan proposal
dengan menggunakan struktur komposit baja-beton. Adapun beberapa literatur serta
peraturan gedung tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG).1983.
b. SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Gedung
c. SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung
d. SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur
Beton Untuk Bangunan Gedung
e. Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung Menggunakan Metode
LRFD dan AISC-LRFD.
f. G. Salmon, Charles & E.Johnson, John.1991. Struktur Baja Desain Dan
Perilaku Jilid 1 Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: Ir. Wira M.S.CE. Jakarta:
3.4. Pr eliminary Design dan Pembebanan
3.4.1. Pr eliminary Design Balok
Mu =Mn
φ ……….…..( 3.1 )
Mn = Zp x fy asumsi tegangan baja mencapai tegangan plastis...( 3.2 )
fy
Mn
Zp= dari nilai Zp didapat rencana awal dimensi balok...( 3.3 )
Dimana :
Mu : momen ultimate beban
ø : faktor reduksi lentur
Mn : momen nominal
Zp : momen tahan plastis
fy : tegangan leleh baja
3.4.2. Pr eliminar y design kolom
Pn pu
=
φ ………..…( 3.4 )
A pn
fy= asumsi tegangan baja mencapai tegangan plastis...( 3.5 )
fy Pn A=
dari nilai A didapat rencana awal dimensi kolom... ( 3.6 )
Dimana :
Pu : gaya aksial ultimate beban
ø : faktor reduksi gaya aksial tekan
Pn : momen nominal
29
3.5. Pembebanan
Perencanaan pembebanan pada struktur ini berdasarkan Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983 dan SNI 03-1726-2002.
Pembebanan tersebut antara lain :
a. Beban Mati (PPIUG 1983 Bab1 pasal 1.1)
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu.
Yang nilainya sebagai berikut :
- Berat volume beton : 2400 kg/m3 (tabel 2.1)
- Berat volume aspal : 1400 kg/m3 (tabel 2.1)
- Berat volume spesi : 2100 kg/m3 (tabel 2.1)
- Berat volume tegel : 2400 kg/m3 (tabel 2.1)
- Berat volume pasangan bata merah : 250 kg/m2 (tabel 2.1)
- Berat volume plafond : 11 kg/m2 (tabel 2.1)
- Berat volume penggantung : 7 kg/m2 (tabel 2.1)
- Berat volume AC dan perpipaan : 10 kg/m2 (tabel 2.1)
- Berat dinding partisi : 40 kg/m2 (tabel 2.1)
b. Beban Hidup (PPIUG 1983 Bab 1 pasal 1. 2)
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang
berasal dari barang -barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang
masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan
lantai dan atap tersebut.
- Beban hidup pada lantai atap diambil sebesar 100 kg/m2 (pasal 3.2.1)
- Beban hidup pada lantai diambil sebesar 250 kg/m2 (pasal 3.1.1)
- Beban hidup pada tangga diambil sebesar 300 kg/m2 (tabel 3.1)
c. Beban Angin (PPIUG 1983 Bab 1pasal 1. 3)
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan
tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau.
Besarnya tekanan positif dan tekanan negatif ini dinyatakan dalam kg/m2,ditentukan
dengan mengalikan tekanan tiup yang ditentukan dalam pasal 4.2 (PPIUG 1983)
dengan kefisien-koefisien angin yang ditentukan dalam pasal 4.3 (PPIUG 1983).
d. Beban Gempa (PPIUG 1983 Bab 1 pasal 1.4)
Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung
atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu.
Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu
analisa dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa disini adalah gaya-gaya
di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu.
Gaya geser dasar rencana total, V, ditetapkan sebagai berikut:
Wt R
I C
V = 1× × ; T
31
dimana :
V = Gaya geser dasar Nominalstatik ekuivalen
R = Faktor reduksi gempa
T1 = Waktu getar alami fundamental
Wt = Berat total gedung
I = Faktor kepentingan struktur
Hn = Tinggi total gedung
C1 = Faktor respons gempa
Pembatasan waktu getar alami fundamental (Pasal 5.6 SNI 03 – 1726 – 2002):
T1 < ς n……….……….( 3. 8 )
dimana : ς = Koefisien untuk wilayah gempa tempat struktur gedung berada
(Tabel 8).
n = Jumlah tingkatnya
Simpangan antar lantai (SNI 03 – 1726 – 2002)
- Kinerja batas layan : ∆S = 0.03 / R Ambil terkecil (pasal 8.1)
∆S = 30 mm
Dimana : R = RSRPMK Baja = 4.5 ... (pasal 4.3.6)
- Kinerja batas ultimit : ∆M = ∆S * ξ ... (pasal 8.2)
Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan didasarkan pada SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung pada Bab 11.2 antara lain :
1. 1,4 D
2. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R )
4. 0,9 D ± 1,6 W
5. 1,2 D + 0,3 L ± 1,0 E
6. 0,9 D ± 1,0 E
Dimana :
D : Beban mati R : Beban Hujan
L : Beban hidup W : Beban Angin
A : Beban Atap E : Beban Gempa
3.6. Pemodelan dan Analisa Str uktur
3.6.1. Str uktur Pr imer
Perhitungan struktur primer meliputi :
1. Balok Induk : menggunakan balok komposit penuh dengan penghubung
geser dan profil baja yang digunakan adalah profil WF.
2. Kolom : menggunakan tipe kolom komposit profil baja yang
dibungkus beton dan profil baja yang digunakan adalah
profil Kingcross.
3.6.1.1. Balok Komposit
Kekuatan Balok Komposit Dengan Penghubung Geser ( SNI 03-1729-2002
pasal 12.4.2)
a. Kekuatan Lentur Positif (LRFD Pasal 12.4.2.1) :
- Untuk penampang berbadan kompak;
fy 1680
33
Kekuatan lentur positif (Mn) dapat dihitung dengan menggunakan distribusi
tegangan plastis pada penampang komposit.
- Untuk penampang berbadan tidak kompak;
fy 1680 tw
h
> dengan φb= 0,9...( 3.10 )
Kekuatan lentur positif dihitung dengan menggunakan distribusi tegangan
elastis. Pada kondisi ini, kekuatan lentur batas penampang ditentukan oleh
terjadinya leleh pertama.
b. Kuat Lentur negatif rencana
φ
b.Mn yang dihitung untuk penampang baja saja,dengan mengikuti ketentuan-ketentuan pada butir 8 (LRFD Pasal 12.4.2.2)
Lebar efektif plat lantai :
- Untuk gelagar interior (balok tengah) :
bEFF ≤
4 L
bEFF ≤ bo (untuk jarak balok yang sama)
- Untuk gelagar eksterior (balok tepi) :
bEFF ≤
8 L
bEFF ≤ bo/2 + (jarak dari pusat balok ke pinggir slab)
dimana : L = bentang balok
bo = bentang antar balok
Menghitung momen nominal ( Mn ) :
Gambar 3.1. Distribusi Tegangan Plastis (Sumber :Charles G. Salmon, 1996)
a. Menghitung momen nominal ( Mn ) positif
1. Menentukan gaya tekan ( C ) pada beton :
C = 0,85.f’c.tp.beff...( 3.11 )
Menentukan gaya tarik ( T) pada baja :
T = As.fy...( 3.12 )
Dipilih nilai yang terkecil dari kedua nilai di atas
2. Menentukan tinggi blok tekan effektif :
eff
b c f
fy As a
. ' . 85 , 0
.
= ...( 3.13 )
3. Kekuatan momen nomimal :
Mn=C.d1atau T.d1...( 3.14 )
Bila kekuatan nominal dinyatakan dalam bentuk gaya baja akan diperoleh :
+
−
=
2
2
.
fy
d
ts
a
As
Mn
...( 3.15 )
b. Menghitung momen nominal ( Mn ) negatif.
1. Menentukan lokasi gaya tarik pada balok baja
35
Pyc = As.fy ...( 3.17 )
Gaya pada sayap ; Pf =bf.tf.fy...( 3.18 )
Gaya pada badan ; Pyc T Pf
Pw= − −
2 ...( 3.19 )
tw
fy
Pw
aw
.
=
...( 3.20 )
2. Menghitung jarak ke centroid
d1 = hr + tb – c ...( 3.21 )
d2 =
Pw
Pf
a
tf
Pw
tf
Pf
web+
+
+
(
(
0
,
5
.
)
)
.
5
,
0
.
(
...( 3.22 )
d3 =
2
d
...( 3.23 )
3. Menghitung momen ultimate :
Mn = T(d1 + d2) + Pyc(d3 - d2)...( 3.24 )
Perhitungan Mn berdasar distribusi tegangan elastis :
Gambar 3.2. Metode Transformasi Luasan
b efektif btr
GNE
yt
GNE komposit
GN baja
ts hr
1. Menghitung nilai transformasi beton ke baja
Ec = 4700 . fc' Mpa (untuk beton normal)
Es = 200000 Mpa
n =
EcEs...( 3.25 )
btr =
n
eff
b
...( 3.26 )
Atr = btr . ts ...( 3.27 )
2. Menentukan letak garis netral penampang transformasi (dimomen ke ambang
atas)
GNE =
(
)
s tr s A A 2 d ts . A 2 ts . + + + tr A
...( 3.28 )
3. Menghitung momen inersia penampang transformasi
It = 2
s 2
tr 3
tr ts h G
2 d A Ix 2 ts G A 12 ) ts ( . b − + + + −
+ NE + r NE
...( 3.29 )
4. Menghitung modulus penampang transformasi
yc = GNE
yt = d + ts + hr - GNE
Str.c = yc I
tr
dan Str.t =
yt I
tr
...( 3.30 )
5. Menghitung momen ultimate
Kapasitas momen positif penampang balok komposit penuh digunakan dari
37
Mn1 = 0,85 . fc’ . n . Str.c...( 3.31 )
Mn2 = fy . Str.t ...( 3.32 )
Jadi : Mu ≤ ∅ . Mn...( 3.33 )
Kuat Geser Rencana Balok Komposit :
Kuat geser rencana (Øs Vn) ditentukan berdasarkan kuat geser badan
penampang baja saja. (Øs = 0,9)
a. bila :
≤
→
y n w
f
E
k
t
h
10
,
1
Vn = 0,6 Fy . Aw...( 3.34 )Pelat badan leleh → Plastis
b. bila : 1,10
y n f E k < w t h < 1,37 y n f E k w y n w y n t h f E k A f V 10 , 1 6 , 0 × =
……….( 3.35 )
Pelat badan menekuk inelastic → “Inelastic Buckling”
c. bila : 1,37 0,9 2
= → > w n w n y n w t h E k A V f E k t h
...( 3.36 )
dimana :
h = tinggi bersih pelat badan
tw = tebal pelat badan
5 5 2 + = h a kn
………...……….( 3.37 )
E = modulus Elastis (MPa)
fy = Tegangan Leleh (MPa)
Aw=luas penampang pelat badan penuh (Aw = d tw)
Penghubung Geser
Kekuatan penghubung geser jenis paku (LRFD Pasal 12.6.3)
(
fc'.Ec)
.rs Asc.fu .Asc . 0,5
Qn= ≤ ...( 3.38 )
Dimana : rs untuk balok tegak lurus balok : 0.85* * 1≤1
− = hr Hs hr wr Nr rs
rs untuk balok sejajar balok : 0.6* * 1≤1
− = hr Hs hr wr rs
Nr = jumlah stud setiap gelombang
Hs = tinggi stud
Hr = tinggi bondek
Wr = lebar effektif bondek
Asc = Luas penampang shear connector
fu = Tegangan putus penghubung paku/stud
Qn = Kuat nominal geser untuk penghubung geser
Jumlah penghubung geser (shear connector) yang dibutuhkan,
yaitu : n =
Qn C
39
3.6.1.2. Kolom Komposit
Kolom Komposit yang dimaksud adalah kolom yang terbuat dari baja yang
diberi selubung beton disekelilingnya (kolom baja berselubung beton).
Adapun batasan digolongkannya sebagai kolom komposit menurut
SNI-1729-03-2002 Pasal 12.3.1 adalah sebagai berikut:
a. Luas penampang baja ≥ 4 % luas penampang komposit total.
b. Kolom baja berselubung beton harus diberi tulangan longitudinal dan tulangan
lateral minimum sebesar 0,18 mm2/mm spasi tulangan.
c. Beton : 21 MPa ≤ fc’ ≤ 55 Mpa.
d. Baja dan baja tulangan : fy ≤ 380 Mpa (untuk perhitungan)
e. Tebal minimum dinding penampang baja berongga.
- penampang persegi : tmin =
E fy b
3
Kuat Rencana Kolom Komposit
adalah = φc Nn
φc = 0,85
Nn = As fcr
di mana fcr =
ω
my
f
; ω = faktor tekuk...( 3.40 )
Untuk : λc < 0,25 maka ω = 1
0,25 < λc < 1,2 maka ω =
c
λ
67
,
0
6
,
1
43
,
1
λc > 1,2 maka ω =
2
25
,
1
λ
cm my m c c
E
f
r
L
K
π
λ
=
rm = r ≥ 0,3bDimana : λc =
Em my f π . m r L . kc
...( 3.41 )
fmy = fy + C1.fyr.
As Ar
+ C2.fc’.
As Ac
...( 3.42 )
Em = E + C3.Ec.
As Ac
...( 3.43 )
Ec = 0,041.w1,5. fc'...( 3.44 )
dimana :
rm = Jari – jari girasi kolom komposit, mm
fmy = Tegangan leleh kolom komposit, Mpa
fyr = Tegangan leleh tulangan, Mpa
Em = Modulus elastisitas kolom komposit, Mpa
w = Berat jenis beton
Ar = Luas tulangan longitudinal, mm2
Ac = Luas penampang beton, mm2
As = Luas penampang profil baja, mm2
E = Modulus elastisitas baja, Mpa
Ec = Modulus ealstisitas beton, Mpa
fcr = Tegangan tekan kritis, Mpa
41
kc = Faktor panjang efektif kolom
L = Panjang unsur struktur, mm
Nn = Kuat aksial nominal, N
λc = Parameter kelangsingan
∅c = Faktor reduksi beban aksial tekan
ω = Faktor tekuk
Pada persamaan di atas, c1, c2,dan c3adalah koefisien yang besarnya.
- Untuk pipa baja yang diisi beton :
85 , 0 , 1 2
1= c =
c ,dan c3=0,4...( 3.45 )
- Untuk profil baja yang diberi selubung beton :
6 , 0 ; 7 , 0 2
1= c =
c ,dan c3=0,2 ...( 3.46 )
Kekuatan rencana kolom komposit yang menahan beban kombinasi aksial dan lentur
(LRFD Pasal 7.4.3.3).
a. 0,2
Nn . c Nu ≥ ϕ 1,0 Mny . b Mny Mnx . b Mux . 9 8 Nn .
Nu + + ≤
ϕ
ϕ
ϕ
………( 3.47 )b. 0,2
Nn . cNu <
ϕ
1,0 Mny . b Mny Mnx . b Mux Nn . .2 Nu + + ≤
ϕ ϕ
dimana :
Nu = Gaya aksial (tarik atau tekan) terfaktor, N
Nn = Kuat nominal penampang, N
∅ = Faktor reduksi kekuatan
∅c = 0,85 (struktur tekan)
∅b = 0,90 (struktur lentur)
Mnx , Mny = Momen lentur nominal penampang komponen struktur masing –
masing terhadap sumbu x dan sumbu y, N.mm
Mux , Muy = Momen lentur terfaktor masing – masing terhadap sumbu x dan
sumbu y, N.mm
3.6.2. Str uktur Sekunder
Perhitungan struktur sekunder meliputi :
1. Perencanaan Tangga
2. Perencanaan Pelat Lantai
3. Perencanaan Pelat Atap
4. Perencanaan Balok Anak
3.7. Pelat Lantai
43
3.8 Kontr ol Desain
Melakukan analisa struktur bangunan, dimana harus memenuhi syarat
keamanan dan rasional sesuai batas-batas tertentu menurut peraturan
SNI-03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Beton Untuk Bangunan Gedung,
SNI-03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung,
SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja, dan Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Dilakukan pengambilan kesimpulan,
apakah desain telah sesuai dengan syarat-syarat perencanaan dan peraturan angka
keamanan, serta efisiensi. Bila telah memenuhi persyaratan, maka dapat diteruskan
ke tahap pendetailan dan apabila tidak memenuhi persyaratan, maka dilakukan
pendesainan ulang.
3.9 Penggambar an Hasil Per hitungan
Penggambaran hasil Perencanaan dan perhitungan dalam gambar teknik ini
4.1. Per encanaan Tangga
4.1.1. Data - data per encanaan tangga
Tinggi antar lantai = 400 cm
Tinggi bordes = 200 cm
Lebar injakan (i) = 26 cm
Panjang tangga = 390 cm
Lebar bordes = 150 cm
Tebal pelat miring = 9cm
Tebal pelat bordes = 9cm
Mutu beton ( fc’) = 25 Mpa = 250 kg/cm2
Mutu Baja (fy) = 250 Mpa = 2500 kg/cm2
4.1.2. Per ecanaan Pelat Anak Tangga
- Persyaratan – persyaratan jumlah injakan tangga
60 cm< ( 2t + i ) <65 cm
25º < a < 40º
Dimana :
t = tinggi injakan (cm)
i = lebar injakan (cm)
45
- Perhitungan jumlah injakan tangga
Tinggi injakan ( t ) = 2
26 60−
= 17 cm
Jumlah tanjakan = 17 200
= 12 buah
Jumlah injakan ( n ) =12-1 = 11 buah
Lebar bordes = 150 cm
Lebar tangga = 320 cm
Panjang Tangga = 390 cm
Panjang Bordes = 340 cm
a = arc tg
10 26
200
x = 34,96 º ...Ok
Tebal pelat rata-rata :
x = 8,5cm
26 17 26 2 1
=
× ×
Jadi, tebal pelat total rata – rata :
= tebal pelat tangga + x
= 9 cm + 8,5 cm = 17,5 cm
4.1.2.1.Pembebanan Pelat Anak Tangga
Dipakai pelat komposit bondek dengan tebal pelat = 0,75mm.
Pembebanan
a. Beban Berguna (Superimposed)
- spesi lantai t = 1cm
= 1.21 kg /m2 .
+
26 , 0
17 , 0 26 , 0
= 34,73kg/m2
- lantai keramik t = 1 cm
= 1.24 kg /m2.
+
26 , 0
17 , 0 26 , 0
= 39,69 kg/m2
- pelat anak tangga t = 8,5 cm
= 0,085m .2400kg/m3 = 204kg/m2
- sandaran baja = 20 kgm2+
Total beban finishing = 298,42 kgm2
Beban hidup = 300 kg/m2
Beban berguna = beban hidup + beban finishing
= 300 kg/m2 + 298,42 kg/m2 = 598,42 kg/m2
Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang menerus tanpa tulangan
negatif tanpa penyangga didapatkan data-data sebagai berkut :
- bentang (span) = 1,5 m
- tebal pelat beton = 9 cm
b. Beban Mati
- Pelat lantai bondek = 10,1 kg/m2
= 10,1 kg/m2 . 0
96 , 34 cos
1
= 12,32 kg/m2
- Pelat beton t = 9 cm
= 0,09 m .2400 kg/m3. 0
96 , 34 cos
1
= 263,55 kg/m2+
47
W F 2 5 0 .1 2 5 .5 .8
B a lo k U ta m a T a n g g a P e la t C o m b id e c k
W
F
60
0
.2
0
0.
1
2.
2
0
WF 600.2
0
0.
1
2.20
W F 2 5 0 .1 2 5 .5 .8
Ancho r B olt 2D1 9 m m
Gambar 4.1. Denah Tangga
4.1.3. Per encanaan Pelat Bor des
Data-data bondek
Pelat bordes menggunakan pelat bondek. Data-data perencanaan berdasarkan
brosur Lysaght tabel 2 :
Dipakai pelat komposit bondek dengan tebal pelat = 0,75mm.
a. Bentang = 1,5 m, tanpa penyangga
b. Bentang menerus tanpa tulangan negatif, tebal pelat beton = 9 cm, tulangan
negatif = 0,93 cm²/m
c. Beban berguna = 300 kg/m²
Pembebanan
a. Beban Berguna (Superimposed)
Beban finishing :
- spesi lantai t = 1cm
= 1.21 kg /m2 = 21 kg/m2
- lantai keramik t = 1cm
= 1.24 kg /m2 = 24 kg/m2
- sandaran baja = 20 kg/m2+
Total beban finishing = 65 kg/m2
b. Beban Mati
- Pelat lantai bondek = 10,1 kg/m2
- Beban finishing = 65 kg/m2
- Pelat beton t = 9 cm
= 0,09 m .2400 kg/m3 = 216 kg/m2+
49
Beban hidup = 300 kg/m2
4.1.3.1.Pembebanan Balok Bor des
Direncanakan menggunakan profil WF 150.100.6.9 dengan data sebagai berikut:
A = 26,84 cm2 Ix = 1020 cm4 Sx = 138 cm3
W = 21,1 kg/m Iy = 151 cm4 Sy = 30,1 cm3
bf = 100 mm ix = 6,17 cm Zx = 150 cm3
d = 148 mm iy = 2,37 cm Zy = 46 cm3
tf = 9 mm r = 11 mm tw = 6 mm
h = 148 – 2 x (11+9) = 108 mm
Pembebanan
a. Beban Mati (1/2 lebar anak tangga)
- Berat pelat bordes = 291,1 kg/m2.0,75m = 218,33 kg/m
- Berat profil = 21,1 kg/m+
= 239,43 kg/m
- Berat penyambung ( 10 % ) = 23,94 kg/m+
qD2 = 263,37 kg/m
Beban mati terpusat = 21,1 kg/m .0,75m = 15,825 kg/m
b. Beban Hidup (1/2 lebar anak tangga)
qL2 = 300 kg/m2 .0,75 m = 225 kg/m
c. Beban Ultimate
qult2 = 1,2 x qD + 1,6 x qL
beff ≤
4
L
=
4 150
= 37,50 cm (menentukan)
beff ≤ 150 cm
Momen yang terjadi :
Mu =
8 1
x qu x L2 =
8 1
. 676,04 .1,52 = 190,14 kgm
= 19014 kgcm
Geser yang terjadi :
Vu =
2 1
x qu x L =
2 1
. 676,04 .1,5 = 507,03 kg
- Kontrol Kekuatan Penampang (Local Buckling)
Untuk badan
fy tw
h 1680
≤
250 1680 6
108
≤
18 < 106,25...ok
Profil penampang kompak dianalisa dengan distribusi tegangan plastis.
- Menghitung momen nominal
a. Menentukan gaya yang terjadi :
C = 0,85 x fc’ x tplat x beff
= 0,85 .250 . 9 .37,5 = 71718,75 kg
T = As x fy
51
b. Menentukan jarak-jarak dari centroid gaya-gaya yang bekerja:
5 , 37 . 250 . 85 , 0 2500 . 84 , 26 ' 85 , 0 = = xbeff xfc Asxfy
a = 8,42 cm
c. Menghitung kekuatan nominal penampang komposit :
+ − = 2 2 a ts d Asxfy Mn + − = 2 42 , 8 9 2 8 , 14 2500 . 84 , 26
= 426974,49 kgcm
Syarat :
Mu≤
φ
.Mn19014 kgcm≤ 0,85.426974,49 kgcm
19014 kgcm≤ 362928,32 kgcm
Kekuatan nominal penampang komposit lebih besar daripada momen akibat beban
berfaktor, sehingga penampang mampu menahan beban yang terjadi.
- Kontrol lendutan
a. Menghitung luasan transformasi beton ke baja :
Atr = btr x t plat beton
' 041
,
0 xw1,5x fc
Ec = c = 0,041 . 24001,5. 25
= 24102,98 Mpa
5
10 2x
Es= Mpa
beff = 37,5 cm (balok interior)
n =
Ec Es = 98 , 24102 10 2x 5
= 8,3 btr =
n beff = 3 , 8 5 , 37
Atr = btr x t plat beton = 4,5. 9 = 40,5 cm
b. Menentukan letak garis netral pada serat atas :
(
tr s)
platbeton s platbeton trA
A
d
t
A
t
A
Yna
+
+
+
=
2
2
.
(
40,5 26,84)
2 8 , 14 9 84 , 26 2 5 , 40 + + + =
= 6,83 cm
c. Menentukan nilai momen inersia penampang transformasi :
2 2 3 2 2 12 ) ( − + + + − +
= b t A Yna t Ix A d t Yna
I s pb
pb tr pb tr tr 2 2 3 83 , 6 9 2 8 , 14 84 , 26 1020 2 9 83 , 6 5 , 40 12 ) 9 ( 5 , 4 − + + + − + = tr I
= 3652,11 cm4
d. Lendutan ijin :
' f = 400 L = 400 150
= 0,375 cm
Menghitung lendutan pada balok bordes akibat beban merata :
Ix
E
l
q
q
f
DL LL.
.
384
).
.(
5
+
4=
= 11 , 3652 . 10 . 2 . 384 150 ). 25 , 2 63 , 2 .( 5 6 4 += 0,032 cm<f' = 0,375 cm ...ok
Perencanaan penghubung geser
Untuk penghubung geser yang dipakai adalah tipe stud dengan
Diameter stud, ds = 13 mm
53
fu = 410 Mpa = 41 kg/mm2
Ec = 1,5 0,041 ' =24001,5.0,041 25
fc x x w
= 24102,97Mpa
Qn = 0,5xAscx fc'.Ec = 0,5x132,665 25.24102,97
= 51491,05 N
= 5149,105 kg/stud
Syarat :
Qn ≤ Asc.fu
5149,105kg/stud ≤ 132,665x41
5149,105kg/stud ≤ 5439,27 kg/stud ...ok
Jumlah stud untuk setengah bentang :
93 , 13 105 , 5149
75 , 71718
= =
=
Qn C N
08 , 13 105 , 5149
67100 =
= =
Qn T
N = 14 buah (menentukan)
Jadi, dibutuhkan 28 buah stud untuk seluruh bentang.
Jarak seragam (S) dengan dua stud pada masing-masing lokasi :
36 , 5 28 150
= = =
N L
S cm = 6 cm.
Jarak maksimum (Pmaks)= 8.tplatbeton...LRFD-15.6
= 8 x 9 cm = 72 cm
Jarak minimum = 6 . (diameter stud)...LRFD-15.6
Jadi, shear connector dipasang sejarak 6 cm sebanyak 28 buah untuk
masing-masing bentang.
- Kontrol lateral buckling
Profil dengan pengaku disepanjang bentang (shear connector) Lb = 0
98 , 117 2500
10 2 37 , 2 . 76 , 1 76
, 1
6 = =
= x
fy E xiyx
Lp cm
Lb < Lp → bentang pendek Mn = Mpx
Mp = Zx.fy = 150.2500 = 230296,87 kgcm
Syarat :
Mu ≤ ΦMp
19014 kgcm ≤ 0,9. 230296,87kgcm
19014 kgcm ≤ 195752,34 kgcm...ok
4.1.4. Per encanaan Balok Tangga
Balok tangga dianalisa dengan asumsi terletak di atas dua tumpuan sederhana
yang menerima beban merata dari berat sendiri dan beban dari pelat anak tangga.
Direncanakan menggunakan profil WF 150.100.6.9 dengan data sebagai berikut:
A = 26,84 cm2 Ix = 1020 cm4 Sx = 138 cm3
W = 21,1 kg/m Iy = 151 cm4 Sy = 30,1 cm3
bf = 100 mm ix =