MAKALAH TUGAS AKHIR
MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA
RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN
STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON
ANTON PRASTOWO
NRP 3107 100 066
Dosen Pembimbing
Ir. HEPPY KRISTIJANTO, MS.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2012
MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA
RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN
STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON
Nama Mahasiswa : Anton Prastowo
NRP : 3107 100 066
Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS
Dosen Pembimbing : Ir. Heppy Kristijanto, MS.
Abstrak
Surabaya merupakan kota metropolitan dan kota terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat padat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang begitu cepat tentunya akan berpengaruh pada sarana dan prasarana pendukung yang telah ada. Sehingga perlu dilakukan pengembangan sarana dan prasarana yang salah satunya di bidang pelayanan kesehatan berupa pembangunan. Oleh karena itu dibangunlah sebuah gedung Graha Amerta RSU Dr. Soetomo yang berlokasi di Jalan Prof. Dr. Moestopo Surabaya.
Sebagai bahan studi perencanaan akan dilakukan modifikasi terhadap struktur 8 lantai pada gedung Graha Amerta. Pada awal perencanaan bangunan tersebut didesain dengan menggunakan struktur beton bertulang yang kemudian akan dimodifikasi ulang menjadi 16 lantai dengan menggunakan struktur komposit baja beton.
Struktur komposit merupakan perpaduan antara beton dan baja profil. Jika ditinjau dari segi kualitas dan efisiensi waktu pekerjaan bangunan dengan struktur baja komposit lebih menguntungkan. Dengan menggunakan konstruksi komposit dalam desain suatu komponen struktur ternyata dapat diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut : penghematan berat baja, penampang balok baja yang digunakan lebih kecil, kekakuan lantai meningkat, kapasitas menahan beban lebih besar, panjang bentang untuk batang tertentu dapat lebih besar. Struktur komposit semakin banyak dipakai dalam rekayasa struktur karena mampu memberikan kinerja struktur yang baik dan efektif dalam meningkatkan kapasitas pembebanan, kekakuan dan keunggulan ekonomis. Pada akhirnya dari penyusunan tugas akhir ini penulis mengharapkan dapat merencanakan suatu struktur komposit yang efisien tanpa mengabaikan faktor keselamatan dan fungsi bangunan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Surabaya merupakan kota
metropolitan dan kota terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat padat. Penyebabnya adalah karena tingginya angka kelahiran dan migrasi penduduk yang setiap tahunnya semakin bertambah. Pertumbuhan jumlah penduduk yang begitu cepat tentunya akan berpengaruh pada sarana dan prasarana pendukung yang telah ada. Sehingga perlu dilakukan pengembangan sarana dan prasarana yang salah satunya di bidang pelayanan kesehatan berupa pembangunan.
Pelayanan kesehatan yang baik dapat terpenuhi jika mempunyai tempat pelayanan yang bersih, rapi dan teratur. Oleh karena itu dibangunlah sebuah gedung Graha Amerta RSU Dr. Soetomo yang berlokasi di Jalan Prof. Dr. Moestopo Surabaya.
Sebagai bahan studi perencanaan akan dilakukan modifikasi terhadap struktur 8 lantai pada gedung Graha Amerta. Pada awal perencanaan bangunan tersebut didesain dengan menggunakan struktur beton bertulang yang kemudian akan dimodifikasi ulang menjadi 16 lantai dengan menggunakan struktur komposit baja-beton. Karena wilayah gedung yang saat ini masih terletak di zona gempa menengah, maka perhitungan beban gempanya direncanakan menggunakan Sistem
Rangka Pemikul Momen Menengah
(SRPMM). Selain itu juga akan direncanakan penggunaan pondasi yang sesuai dengan besarnya beban yang akan diterima oleh bangunan tersebut.
Struktur komposit merupakan
perpaduan antara beton dan baja profil, dimana perbedaannya dengan beton bertulang adalah untuk momen positif, pada beton bertulang gaya-gaya tarik yang terjadi pada elemen struktur dipikul oleh besi tulangan, sedangkan pada struktur komposit gaya-gaya tarik yang terjadi dipikul oleh profil baja. Balok komposit dengan profil WF biasa sudah banyak digunakan dalam perencanaan suatu gedung. Hal ini dikarenakan keuntungan yang didapat dengan menggunakan struktur komposit pada suatu bangunan dari pada menggunakan struktur beton bertulang. Jika ditinjau dari segi kualitas dan efisiensi waktu pekerjaan
bangunan dengan struktur baja komposit lebih
menguntungkan. Dengan menggunakan
konstruksi komposit dalam desain suatu komponen struktur ternyata dapat diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut : penghematan berat baja, penampang balok baja yang digunakan lebih kecil, kekakuan lantai meningkat, kapasitas menahan beban lebih besar, panjang bentang untuk batang tertentu dapat lebih besar (Salmon, 1991).
Struktur komposit semakin banyak dipakai dalam rekayasa struktur karena mampu memberikan kinerja struktur yang baik dan efektif dalam meningkatkan kapasitas pembebanan, kekakuan dan keunggulan ekonomis. Penampang komposit mempunyai kekakuan yang lebih besar dibandingkan dengan penampang lempeng beton dan gelagar baja yang bekerja sendiri-sendiri dan dengan demikian dapat menahan beban yang lebih besar atau beban yang sama dengan lenturan yang lebih kecil pada bentang yang lebih panjang. (Mazumder, 1999).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana memodifikasi Gedung Graha Amerta dengan menggunakan struktur komposit baja-beton yang sesuai dengan standar perencanaan. Adapun beberapa masalah yang ditinjau antara lain :
1. Bagaimana asumsi pembebanan setelah adanya modifikasi.
2. Bagaimana menentukan Preliminary Design penampang struktur.
3. Bagaimana merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat lantai, balok anak, tangga dan lift.
4. Bagaimana merencanakan struktur primer yang meliputi balok dan kolom. 5. Bagaimana pemodelan dan menganalisa
struktur dengan menggunakan program bantu ETABS 9.7.1.
6. Bagaimana merencanakan sambungan yang memenuhi kriteria perancangan struktur, yaitu kekuatan (strength), kekakuan dan stabilitas (stability). 7. Bagaimana merencanakan pondasi yang
sesuai dengan besarnya beban yang dipikul.
8. Bagaimana menuangkan hasil
perencanaan dan perhitungan dalam bentuk gambar teknik.
Memodifikasi Gedung Graha Amerta dengan menggunakan struktur komposit baja-beton yang sesuai dengan standar perencanaan. Adapun beberapa tujuan yang ditinjau antara lain :
1. Mengasumsikan pembebanan setelah adanya modifikasi.
2. Menentukan Preliminary design penampang struktur.
3. Merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat lantai, balok anak, tangga dan lift.
4. Merencanakan struktur primer yang meliputi balok dan kolom.
5. Memodelkan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu
ETABS 9.7.1.
6. Merencanakan sambungan yang
memenuhi kriteria perancangan struktur, yaitu kekuatan (strength), kekakuan dan stabilitas (stability).
7. Merencanakan pondasi yang sesuai dengan besarnya beban yang dipikul.
8. Menuangkan hasil modifikasi
perencanaan dan perhitungan dalam bentuk gambar teknik.
1.4 Batasan Masalah
Ruang lingkup permasalahan dan pembahasan pada tugas akhir ini dibatasi oleh beberapa hal antara lain :
1. Perencanaan struktur primer meliputi balok induk dan kolom sedangkan struktur sekunder meliputi pelat lantai, balok anak, tangga dan lift.
2. Struktur direncanakan terletak di zona gempa 3.
3. Perencanaan tidak meliputi instalasi mekanikal, elektrikal, plumbing dan saluran air.
4. Tidak meninjau dari segi metode pelaksanaan, analisa biaya, arsitektural dan manajemen konstruksi.
5. Program bantu yang digunakan adalah
ETABS 9.7.1 dan AutoCad.
1.5 Manfaat
Manfaat yang bisa didapatkan dari modifikasi perencanaan ini adalah :
1. Dapat menjadi referensi perencanaan struktur gedung menggunakan material komposit baja-beton yang memenuhi standar perencanaan dan persyaratan keamanan struktur.
2. Dari perencanaan ini bisa diketahui hal-hal yang harus diperhatikan pada saat perencanaan sehingga kegagalan struktur bisa diminimalisasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Sejak akhir abad ke-19 metode pengolahan baja yang murah dikembangkan secara luas. Kerangka baja yang menyanggah konstruksi pelat beton bertulang yang dicor ditempat, sebelumnya didesain berdasarkan asumsi bahwa pelat beton dan baja dalam menahan beban bekerja secara terpisah. Pengaruh komposit dari pelat beton dan baja yang bekerja bersama-sama tidak diperhitungkan. Pengabaian ini berdasarkan asumsi bahwa ikatan antara pelat beton dengan bagian atas balok baja tidak dapat diandalkan. Namun dengan berkembangnya
teknik pengelasan, pemakaian alat
penyambung geser (shear connector) mekanis menjadi praktis untuk menahan gaya geser horizontal yang timbul ketika batang terlentur (Salmon & Johnson, 1991).
Karena struktur komposit melibatkan dua macam material yang berbeda, maka perhitungan kapasitasnya tidak sesederhana bila struktur bukan komposit. Karakteristik dan dimensi kedua bahan akan menentukan bagaimana pemilihan jenis profil dan plat beton yang akan dikomposisikan dan kinerja struktur tersebut (Suprobo, 2000).
2.2 Aksi Komposit
Aksi komposit terjadi apabila dua batang struktural pemikul beban, seperti pada pelat beton dan balok baja sebagai
penyangganya, dihubungkan secara
menyeluruh dan mengalami defleksi sebagai satu kesatuan.
Mulai
Pengumpulan Data
Studi Literatur
Preliminary Desain
Pembebanan Elemen Struktur Sekunder
Analisa Struktur Sekunder
Kontrol Desain
Pembebanan Elemen Struktur Primer
Analisa Struktur Primer
Kontrol Desain
Perencanaan Pondasi
Penggambaran Hasil Perencanaan
Selesai
Not Ok
Not Ok
Ok
Ok
Gambar 2.1 Perbandingan Antara Balok yang Melendut dengan dan Tanpa Aksi Komposit
(Salmon & Johnson, 1991)
2.3 Balok Komposit
Balok adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling banyak dijumpai pada setiap struktur. Balok adalah elemen struktur yang memikul beban yang
bekerja tegak lurus dengan sumbu
longitudinalnya. Hal ini akan menyebabkan balok melentur. Beberapa jenis balok komposit antara lain :
1. Balok komposit penuh 2. Balok komposit parsial
Gambar 2.3 Penampang Balok Komposit
2.4 Kolom Komposit
Kolom komposit dapat dibentuk dari pipa baja yang diisi dengan beton polos atau dapat pula dari profil baja hasil gilas panas yang dibungkus dengan beton dan diberi tulangan baja serta sengkang, seperti halnya pada kolom beton biasa.
Gambar 2.4 Penampang Kolom Komposit
2.5 Penghubung Geser
Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dan profil baja harus dipikul oleh sejumlah penghubung geser, sehingga tidak terjadi slip pada saat masa layan. Besarnya gaya geser horizontal yang harus dipikul oleh penghubung geser diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal 12.6.2.
2.6 Lendutan
Komponen struktur komposit memiliki momen inersia yang lebih besar daripada komponen struktur non komposit, akibatnya lendutan pada komponen struktur komposit akan lebih kecil. Momen inersia dari komponen struktur komposit hanya dapat tercapai setelah beton mengeras, sehingga lendutan yang diakibatkan oleh beban-beban yang bekerja sebelum beton mengeras, dihitung berdasarkan momen inersia dari profil baja saja.
2.7 Sistem Struktur
Sistem struktur yang digunakan pada perencanaan gedung merupakan hal yang perlu diperhatikan. Faktor daya tahan terhadap gempa mengharuskan suatu bangunan gedung memiliki sistem struktur yang sesuai berdasar RSNI-03-1726-2010. Gedung Graha Amerta RSU Dr. Soetomo yang akan direncanakan terletak pada zona gempa 3, sehingga digunakan sistem struktur berupa Sistem
Rangka Pemikul Momen Menengah
(SRPMM).
BAB III METODOLOGI
3.1 Bagan Alir Peneyelesaian Tugas Akhir
(b) Balok komposit dengan penghubung geser (a) Balok baja yang
diselubungi beton
(a) Kolom komposit dengan pipa baja yang diisi dengan beton
(b) Kolom komposit dengan profil baja yang dibungkus
Balo k Plat Bondex t = 0,75 mm 120 mm Tulangan Ø 10–250 mm Balo k Plat Bondex t = 0,75 mm 120 mm Tulangan Ø 16 – 250mm Balo k Plat Bondex t = 0,75 mm 120 mm Tulangan Ø16 – 250mm BAB IV PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER 4.1 Perencanaan Tangga
Tinggi antar lantai = 400 cm
Tinggi bordes = 200 cm
Lebar injakan (i) = 30 cm
Tinggi injakan = 15 cm
Panjang tangga = 390 cm
Lebar bordes = 150 cm
Tebal pelat miring = 10 cm Tebal pelat bordes = 10 cm Mutu beton ( fc’) = 30 Mpa =
300 kg/cm2
Mutu Baja (fy) = 250 Mpa = 2500 kg/cm2
4.2.Perencanaan Struktur Lantai 4.2.1.Pelat Lantai Atap
Gambar 4. Potongan pelat lantai Atap
4.2.2.Pelat lantai 1 sampai lantai 15
Gambar 4.2 Potongan pelat lantai 1-15
4.2.3 Pelat Lantai Mesin Lift
Gambar 4.3
Potongan pelat lantai mesin
lift
4.3. Perencanaan Balok Anak
4.4 Perencanaan Balok Lift
Perencanaan balok lift meliputi balok – balok yang berkaitan dengan ruang mesin lift, yaitu terdiri dari balok penumpu dan balok penggantung lift. Untuk lift pada bangunan ini menggunakan lift yang diproduksi oleh Hyundai Elevator Company, dengan data – data sebagai berikut :
Tipe lift : Hospital
Elevator
Merk : Hyundai
Kapasitas : 11 orang
(750)
Lebar pintu (opening width) : 1200 mm
Dimensi sangkar (car size) : inside : 1500 x 2500 mm2
Outside : 1560 x 2692 mm2
Dimensi ruang luncur : 2300 x
3050 mm2
Dimensi ruang mesin : 2750 x
4000 mm2
4.4.1 Perencanaan Balok Penggantung Lift (BF1)
Balok Penggantung lift direncanakan menggunakan profil WF 350x175x6x9
4.4.2. Perencanaan Balok Penumpu Lift (BF2)
Balok penumpu lift direncanakan
menggunakan profil WF 400x200x8x13
BAB V
PERENCANAAN STRUKTUR PRIMER Data Gedung
Data – data dari gedung A Rusunawa Gunungsari Surabaya yang dibutuhkan dalam pembebanan adalah sebagai berikut :
Mutu baja : BJ 41
Mutu beton (fc’) : 30 Mpa
Lebar gedung : 27,6 m
Panjang gedung : 72 m
Tinggi antar lantai (tipikal) : 4 m
Tinggi total gedung : 64 m
Menentukan Eksentrisitas Rencana
Bangunan (ed)
Balok
Anak Bentang (L) Antar Jarak Balok Tebal pelat beton Profil Baja WF BA1 9,6 m 4,0 m 0.14 m 450x200x9x14 BA2 7,2 m 4,0 m 0.14 m 400x200x7x11 BA3 6,0 m 4,0 m 0.14 m 350x175x6x9 BA4 4,8 m 4,0 m 0.14 m 300x150x5,5x8
Tabel 5.1 Perhitungan eksentrisitas rencana ed pada arah X
Pusat rotasi Pusat massa b (arah x) (arah x) (arah x)
16 13.217 13.075 0.142 50 2.71 2.36 2.71 15 13.223 13.178 0.045 50 2.57 2.46 2.57 14 13.229 13.18 0.049 50 2.57 2.45 2.57 13 13.235 13.18 0.055 50 2.58 2.45 2.58 12 13.24 13.18 0.06 50 2.59 2.44 2.59 11 13.245 13.18 0.065 50 2.60 2.44 2.60 10 13.25 13.18 0.07 50 2.61 2.43 2.61 9 13.255 13.18 0.075 50 2.61 2.43 2.61 8 13.259 13.18 0.079 50 2.62 2.42 2.62 7 13.263 13.18 0.083 50 2.62 2.42 2.62 6 13.268 13.18 0.088 50 2.63 2.41 2.63 5 13.272 13.18 0.092 50 2.64 2.41 2.64 4 13.277 13.18 0.097 50 2.65 2.40 2.65 3 13.283 13.18 0.103 50 2.65 2.40 2.65 2 13.292 13.173 0.119 50 2.68 2.38 2.68 1 13.315 13.187 0.128 50 2.69 2.37 2.69 Lantai e (1.5*e)+(0.05*b) e - 0.05*b edx
Catatan : satuan dalam meter
Tabel 5.2 Perhitungan eksentrisitas rencana ed pada arah Y
Pusat rotasi Pusat massa b (arah y) (arah y) (arah y)
16 36.062 35.233 0.829 19 2.19 0.12 2.19 15 36.155 37.225 1.07 19 2.56 -0.12 2.56 14 36.226 37.23 1.004 19 2.46 -0.05 2.46 13 36.29 37.23 0.94 19 2.36 0.01 2.36 12 36.349 37.23 0.881 19 2.27 0.07 2.27 11 36.404 37.23 0.826 19 2.19 0.12 2.19 10 36.456 37.23 0.774 19 2.11 0.18 2.11 9 36.504 37.23 0.726 19 2.04 0.22 2.04 8 36.548 37.23 0.682 19 1.97 0.27 1.97 7 36.586 37.23 0.644 19 1.92 0.31 1.92 6 36.617 37.23 0.613 19 1.87 0.34 1.87 5 36.634 37.23 0.596 19 1.84 0.35 1.84 4 36.632 37.23 0.598 19 1.85 0.35 1.85 3 36.592 37.23 0.638 19 1.91 0.31 1.91 2 36.485 37.212 0.727 19 2.04 0.22 2.04 1 36.26 37.248 0.988 19 2.43 -0.04 2.43 Lantai e (1.5*e)+(0.05*b) e - 0.05*b edy
Catatan : satuan dalam meter
Periode Fundamental Struktur
Mode Period UX UY SumUX SumUY 1 2.820 78.3807 0.1339 78.3807 0.1339 2 2.796 0.1755 79.391 78.5562 79.5248 3 2.504 0.1993 0.7714 78.7555 80.2962 4 1.058 10.7493 0.0171 89.5048 80.3133 5 0.982 0.014 9.43 89.5188 89.7433 6 0.946 0.0082 0.0739 89.527 89.8173 7 0.596 3.6696 0.0012 93.1966 89.8185 8 0.569 0.001 3.5192 93.1977 93.3377 9 0.540 0 0.0184 93.1977 93.3561 10 0.406 1.9881 0.0005 95.1858 93.3565 11 0.391 0.0004 1.9169 95.1862 95.2734 12 0.370 0.0001 0.0094 95.1863 95.2828 13 0.300 1.2652 0.0002 96.4514 95.283 14 0.291 0.0002 1.2341 96.4517 96.5172 15 0.274 0.0003 0.0059 96.452 96.5231 16 0.233 0.8977 0.0002 97.3496 96.5233
Tabel 5.3 Perhitungan periode fundamental struktur
Perhitungan Gaya Lateral Ekivalen
Tabel 5.4 Hasil perhitungan berat struktur tiap lantai Story Diaphragm WX WY STORY16 D1 1092781.1 1092781.1 STORY15 D1 2179780.4 2179780.4 STORY14 D1 2179780.4 2179780.4 STORY13 D1 2179780.4 2179780.4 STORY12 D1 2179780.4 2179780.4 STORY11 D1 2179780.4 2179780.4 STORY10 D1 2179780.4 2179780.4 STORY9 D1 2179780.4 2179780.4 STORY8 D1 2179780.4 2179780.4 STORY7 D1 2179780.4 2179780.4 STORY6 D1 2179780.4 2179780.4 STORY5 D1 2179780.4 2179780.4 STORY4 D1 2179780.4 2179780.4 STORY3 D1 2179780.4 2179780.4 STORY2 D1 2179780.4 2179780.4 STORY1 D1 2179780.4 2179780.4 33789487.12 33789487.12 Total (N)
Tabel 5.5 Perhitungan base shear arah X
Spec Mode Dir F1
EX 1 U1 22951343.45 EX 2 U1 56322.05 EX 3 U1 65811.23 EX 4 U1 9745043.20 EX 5 U1 13712.47 EX 6 U1 8324.97 EX 7 U1 4185123.78 EX 8 U1 1173.32 EX 9 U1 23.21 EX 10 U1 2267375.69 EX 11 U1 470.39 EX 12 U1 73.84 EX 13 U1 1442875.12 EX 14 U1 251.26 EX 15 U1 346.00 EX 16 U1 1023758.68 Total (N) 41762028.66
Tabel 5.6 Perhitungan base shear arah Y
Spec Mode Dir F2
EY 1 U2 39201.75 EY 2 U2 25479688.34 EY 3 U2 254731.88 EY 4 U2 15514.07 EY 5 U2 9207352.01 EY 6 U2 75103.14 EY 7 U2 1368.71 EY 8 U2 4013582.21 EY 9 U2 20946.95 EY 10 U2 525.48 EY 11 U2 2186136.45 EY 12 U2 10768.6 EY 13 U2 225.22 EY 14 U2 1407483.84 EY 15 U2 6718.04 EY 16 U2 240.43 Total (N) 42719587.12 Kontrol Base Shear :
Base Shear arah X
Vtx = 41762,03 KN > 0,85 . VX = 7531,6 KN . .
. OK
Base Shear arah Y
Vty = 42720 KN > 0,85 . VY = 7531,6 KN . . .
OK
Sehingga tidak perlu adanya pembesaran skala.
Batasan Simpangan Antar Lantai
Tabel 5.7 Analisa perhitungan simpangan antar lantai arah X
simpangan Syarat drift Δa antar lantai (mm) (mm) 16 4 270.4278 5.00 80 Ok 15 4 265.4281 8.11 80 Ok 14 4 257.3207 10.33 80 Ok 13 4 246.9954 12.34 80 Ok 12 4 234.6561 14.13 80 Ok 11 4 220.5277 15.72 80 Ok 10 4 204.8034 17.17 80 Ok 9 4 187.6318 18.51 80 Ok 8 4 169.1207 19.78 80 Ok 7 4 149.3452 20.98 80 Ok 6 4 128.3617 22.14 80 Ok 5 4 106.2255 23.20 80 Ok 4 4 83.0287 24.03 80 Ok 3 4 58.9959 24.23 80 Ok 2 4 34.7648 22.27 80 Ok 1 4 12.4927 12.49 80 Ok Lantai hi (m) Δm (mm) Ket.
Tabel 5.7 Analisa perhitungan simpangan antar lantai arah Y
simpangan Syarat drift Δa antar lantai (mm) (mm) 16 4 239.8073 3.11 80 Ok 15 4 236.702 5.03 80 Ok 14 4 231.6703 7.26 80 Ok 13 4 224.4068 9.36 80 Ok 12 4 215.0493 11.27 80 Ok 11 4 203.7822 13.01 80 Ok 10 4 190.769 14.64 80 Ok 9 4 176.1335 16.17 80 Ok 8 4 159.9634 17.64 80 Ok 7 4 142.3191 19.08 80 Ok 6 4 123.2403 20.47 80 Ok 5 4 102.7662 21.79 80 Ok 4 4 80.9727 22.92 80 Ok 3 4 58.049 23.47 80 Ok 2 4 34.5765 21.98 80 Ok 1 4 12.6004 12.60 80 Ok Lantai hi (m) Δm (mm) Ket.
5.8 Perencanaan Balok Induk
5.8.1 Perencanaan Balok Induk Melintang
Pada perencanaan ini, dicontohkan perhitungan Balok Induk (BI) direncanakan dengan profil WF 700.300.13.20. Panjang balok (L) = 960 cm.
Kondisi Balok Utama Sebelum Komposit
Kondisi Balok Utama Sebelum Komposit
Dari hasil output ETABS v9.7.1 untuk batang B-70 Story 16, didapatkan : Mmax (-) = 2416473 Kgcm
Vu (-) = 17027,76 Kg L = 960 cm
Kontrol Kekuatan Penampang (Local
Buckling)
Untuk Sayap Untuk Badan
fy
tf
bf
170
2
tw
fy
h
1680
250
170
20
.
2
300
250
1680
13
596
7,50 < 10,752....ok 45,84 < 106,25...ok Profil penampang kompak, maka Mn = Mp Kontrol Lateral Buckling Jarak Penahan Lateral Lb = 960 cm Berdasarkan tabel profil untuk BJ 41 profil WF 700.300.13.20 didapatkan Lp = 325,065 cm, Lr = 936,113 cm
Jadi, Lb
Lr → bentang panjangMp
Mcr
Mn
Iw
Iy
L
E
J
G
Iy
E
L
Cb
Mcr
.
.
.
.
.
.
.
2
MA = 1812355 Kgcm MB = 2416473 Kgcm MC = 1812355 Kgcm3
,
2
3
4
3
max
5
,
2
max
5
,
12
C B AM
M
M
M
M
Cb
1812355 . 3 2416473 . 4 1812355 . 3 2416473 . 5 , 2 2416473 . 5 , 12 = 0,13 ≤ 2,3M
P
fy
.
Zx
= 2500 kg/cm2.5414 cm3 = 13535000 kgcm
3
3 330
2.
3
1
.2
3,
1
2.
2
2.
69
.
3
1
.
.
3
1
b
t
J
= 207,7 cm4
4
0
,
2
2
,
69
.
9020
4
2 2
Iy
h
Iw
= 10183219,2 cm6Iw
Iy
L
E
J
G
Iy
E
L
Cb
Mcr
.
.
.
.
.
2
.
.
2, 10183219 . 9020 . 960 10 .2 . 7, 207 . 10 .8 . 9020 . 10 .2 960 . 13 ,1 2 6 5 6 Mcr = 9783812,4 kg.cmMp
Mcr
Mn
Mn = 9783812,4 kgcm ≤ 13535000 kgcm...okMu
max
Mn
2416473 kgcm ≤ 0,9. 9783812,4 kgcm 2416473 kgcm ≤ 8805431 kgcm...OKPenampang profil baja mampu menahan beban yang terjadi.
Kontrol Geser
Kontrol geser balok
tergantung pada perbandingan antara tinggi bersih pelat badan (h) dengan tebal pelat badan (tw).
fy E n k tw h . 1 , 1 Dimana, kn =
5 2 5 h a , untuk balokdengan pengaku vertikal pelat badan.
kn = 5, untuk balok tanpa pengaku vertikal pelat badan.
Sehingga, 2500 ) 6 10 . 2 ( 5 1 , 1 13 596 45,84 ≤ 69,57... OK Vn = 0,6.fy.Aw = 0,6.2500.(69,2.1,3) = 134940 kg Persyaratan : Vu ≤ φVn 17027,76 Kg ≤ 0,9. 134940 Kg 17027,76 Kg < 121446 kg ...OK
Kontrol Lendutan (Balok pemikul
dinding)
'
f
= 360 L = 360 960 = 2,67 cmLendutan yang terjadi (ETABS v9.7.1) = 0,33 cm < 2,67 cm...OK
Kondisi Balok Utama Setelah Komposit Perhitungan momen positif
Dari hasil output ETABS v9.7.1 didapatkan momen positif adalah Mmaks (+) = 16124310 Kgcm (Story 3 batang B-66).
V maks = 33192,73 kg (Story 3 batang B-2)
Lebar efektif (balok interior) L = 960 cm
beff ≤ ¼ .L = ¼.960 cm = 240 cm
beff ≤ bo = 400 cm
jadi pakai beff = 240 cm
Menghitung Momen Nominal (Mn)
Menentukan gaya yang terjadi C = 0,85.fc’.tplat.beff
= 0,85.300.6,7.240 = 410040 kg
T = As.fy
= 211,5.2500 = 528750 kg
Karena C < T maka garis netral plastis terletak di profil baja.
Menentukan jarak-jarak dari centroid gaya-gaya yang bekerja:
240
.
300
.
85
,
0
2500
.
5
,
211
'.
.
85
,
0
.
beff
fc
fy
As
a
= 8,6 cmfy
bf
d
C
fy
bf
d
fy
As
.
2
2.
.
2
2.
.
fy
bf
C
fy
As
d
.
.
2
2
/
)
.
(
2
mm
cm
d
0
.
39
0
.
039
2500
.
30
.
2
2
/
)
410040
528750
(
2
d1 = hr + tb – a/2 = 53 + 67 – (86/2) = 77 mm d3 = D/2 = ( 692/2 ) = 346 mmMenghitung kekuatan nominal
penampang komposit Mn = C (d1+d2) + T(d3-d2) = 410040 (77+0,039) + 528750 (346-0,039) = 214515950 kg.mm = 21451595 kg.cm Syarat : Mu ≤
.
Mn
16124310 kgcm≤0
,
85
.
21451595
kgcm 16124310 kgcm≤ 18233855,7 kgcmKekuatan nminal penampang komposit lebih besar daripada momen akibat beban berfaktor, sehingga penampang mampu menahan beban yang terjadi.
Perhitungan momen negatif
Dari hasil output program ETABS v9.7.1 didapatkan momen negatif Mmaks (-) = 14425458 Kgcm (Story 3 batang B-2). L = 960 cm beff ≤ ¼ .L = ¼.960 cm = 240 cm tbondex = 0,75 mm fyr = 240 Mpa = 2400 kg/cm2 ts = 93 mm
Dipasang tulangan pada pelat beton berjumlah 10 Ø 16 disepanjang beff. Batang
tulangan menambah kekuatan tarik nominal pada pelat beton.
Menentukan Lokasi Gaya Tarik pada Balok Baja
Batang tulangan menambah kekuatan tarik nominal pada pelat beton.
Tc = n.Asr . fyr
= 10. ¼ . л . 1,62 . 2400 = 48230,4 Kg
Gaya tekan nominal maksimum dalam penampang baja
Pyc = As . fy = 211,5. 2500 = 528750 Kg
Gambar 5.1 Distribusi Tegangan Negatif Karena Pyc > Tc, maka PNA pada profil baja, berlaku persamaan : 2 4 , 48230 528750 2 Pyc Tc Ts = 240259,8 Kg
Gaya pada sayap, Tf = bf . tf . fy = 30. 2 . 2500
= 150000 Kg
Gaya pada badan, Tw = PycTc Tf 2
= 240259,8 – 150000 = 90259,8 Kg Jarak garis netral dari tepi bawah sayap :
3 , 1 . 2500 8 , 90259 . tw fy Tw aw = 27,7 cm
Menenentukan Jarak Gaya yang
Bekerja dari Centroid d2 = Tw Tf aw tf Tw tf Tf ( ( 0,5 )) ) 5 , 0 . ( b.eff hr tb d a d1 d3 T d2
= 8 , 90259 150000 )) 7 , 27 . 5 , 0 2 .( 8 , 90259 ( ) 2 . 5 , 0 . 150000 ( = 6,5 cm d3 = D/2 =69,2/2 = 34,6 cm d1 = ts – c = 12 - 4 = 8 cm
Perhitungan Momen Nominal Negatif Mn = Tc (d1+ d2) + Pyc(d3 – d2) = 48230,4 (8 + 6,5) + 528750 (34,6 – 6,5) = 19090551,6 Kgcm Persayaratan : Mu ≤ φMn 14425458 Kgcm ≤ 0,85 . 19090551,6 Kgcm 14425458 Kgcm ≤ 16226968,8 Kgcm...OK
Kontrol Lendutan (Balok pemikul dinding)
'
f
= 360 L = 360 960 = 2,67 cmLendutan yang terjadi (ETABS v9.7.1) = 0,24 cm < 2,67 cm...OK
Kontrol Geser
Kontrol geser balok
tergantung pada perbandingan antara tinggi bersih pelat badan (h) dengan tebal pelat badan (tw).
fy E n k tw h . 1 , 1 Dimana, kn =
5 2 5 h a , untuk balokdengan pengaku vertikal pelat badan.
kn =5, untuk balok tanpa pengaku vertikal pelat badan.
Sehingga, 2500 ) 6 10 . 2 ( 5 1 , 1 13 596 45,84 ≤ 69,57... OK Vn = 0,6.fy.Aw = 0,6.2500.(69,2.1,3) = 134940 kg Persyaratan : Vu ≤ φVn 33192,73 Kg ≤ 0,9. 134940 Kg 33192,73 Kg < 121446 kg...OK
Perencanaan Penghubung Geser Untuk penghubung geser yang dipakai adalah tipe stud:
ds = 19 mm Asc = 283,52 mm2 fu = 400 Mpa = 40 kg/mm2 Ec =
30
041
,
0
.
2400
'
.
041
,
0
.
1,5 5 , 1fc
w
= 26403,5 Mpa Qn = 0,5.Asc.fc
'.
Ec
= 0,5. 283,5230
.
26403
,
5
= 93477,9 N = 9528,8 kg/stud Syarat : Qn ≤ Asc.fu 9528,8 kg/stud ≤ 283,52.40 9528,8 kg/stud ≤ 11340,8 kg/stud...OK Cek koefisien reduksi ґS karena pengaruh plat compodeck yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu balok.hr = 53 mm , Wr = 180 mm , Nr = 2 Hs = hr + 40 mm = 53 + 40 = 93 mm ґS =
1
53
93
53
2
180
85
,
0
1
85
,
0
r r rh
Hs
h
Nr
W
=1,54 ≤ 1
, maka
ґS = 1Jumlah stud untuk setengah bentang (M = 0 sampai dengan Mmax), dimana shear connector dipasang 2 buah dalam satu baris :
7
,
27
1
.
8
,
9528
.
2
528750
.
.
2
rs
Qn
T
N
= 28pasang Jarak seragam (S) dengan stud pada masing-masing lokasi :
cm
N
L
S
34
,
3
28
960
Jarak maksimum (Smaks) =
8.tplatbeton...LRFD-15.6 = 8 x 14 cm = 112 cm
Jarak minimum = 6.(diameter) ...LRFD-15.6 = 6 x 1,9 cm = 11,4 cm
Jadi, shear connector dipasang setiap jarak 30 cm dan juga sekaligus berfungsi sebagai penahan lateral (Lb) pada balok.
Perencanaan Kolom Komposit
Dari hasil output ETABS v9.7.1 diperoleh gaya – gaya dalam maksimum yang bekerja pada kolom C-27 Story 1 adalah :
Mux = 67932,2 Kgm Muy = 49562,4 Kgm Vux = 73773,6 Kg Vuy = 77462,4 Kg Zx = 7356,34 cm3 Zy = 7505,58 cm3 Selubung beton : 850 x 850 mm2 Ac = 850 x 850 = 722500 mm2 fc’ = 30 Mpa
Berat jenis beton : w = 2400 kg/m3
Kontrol luas penampang minimum profil baja : Ac As
.
100
%
)
85
85
(
471
x
= 6,5% > 4% ...OKTulangan Longitudinal (Utama) 4 D22
Jarak spesi tulangan = 850-(2.40)-(2.12)-(22) = 724 mm
Luas tulangan longitudinal (Ar) = 4. . .222 4 1 = 1520,53 mm2 Cek luas tulangan longitudinal (Ar) minimum :
= 0,18.724 = 130,32 mm2 < 1520,53/4 = 380,13 mm2 ...OK
Tulangan Lateral (sengkang dipasang Ø 12 – 250 mm)
Luas tulangan sengkang = . .122 4
1 = 113,04
mm
Cek luas sengkang minimum :
= 0,18.250 = 45 mm2 < 113,04 mm2 ...OK Cek mutu beton yang digunakan : (fc’ = 30 Mpa)
21 Mpa
≤
fc’≤
55 Mpa ...OK Cek mutu baja tulangan : (fyr = 240 Mpa) Fyr < 380 Mpa ...OK Modifikasi tegangan leleh untuk kolomkomposit.
Luas total tulangan utama : Aut = Ar = 1520,53 mm2 Luas bersih penampang beton : Acn = Ac – As – Aut
= 722500 – 47100 - 1520,53 = 673879,5 mm2
Untuk profil baja yang diberi selimut beton :
7
,
0
1
c
c2 0,6 c3 0,2 Kuat nominal aksial kolom komposits c c s r yr y my f c f AA c f AA f 1. 2. '
47100
5
,
673879
.
30
.
6
,
0
47100
53
,
1520
240
.
7
,
0
250
myf
= 512,96 MpaModulus Elastisitas (E) diubah menjadi modulus elastisitas modifikasi (Em)
' . . 041 , 0 1,5 c f w Ec =
0
,
041
.
2400
1,5.
30
= 26403,5 Mpa 200000 Es Mpa s cn c m E c E AA E 3. . =47100
5
,
673879
.
5
,
26403
.
2
,
0
10
.
2
5
= 275553,2 MpaJari-jari girasi penampang (r) diubah menjadi jari-jari girasi modifikasi (rm) :
rm = 0,3.b = 0,3.850 = 255 mm > iy (dipakai rm)
Panjang efektif Kx dalam rangka bidang ditentukan dengan menggunakan faktor-faktor kekangan (G). KC : K 700x300x13x24 Ix = 211800 cm4 ix = 21,21 cm Iy = 220791 cm4 iy = 21,65 cm A = 385 cm2 B1 = B2 : WF 700x300x13x20 Ix = 172000 cm4
Tekuk terhadap sumbu x : Ic = Ix kolom GA =
720
172000
960
172000
400
211800
.
2
balok kolomL
Ix
L
Ix
= 2,5 GB = 1Jenis rangka bergoyang sehingga dari nomogram didapatkan nilai :
Lkx = kcx.L = 1,53 .400 = 612 cm
24
5
,
25
612
mr
Lkx
x
Tekuk terhadap sumbu y : Ic = Iy kolom GA =
800
172000
.
2
400
220791
.
2
balok kolomL
Ix
L
Iy
= 2,5 GB = 1Jenis rangka bergoyang sehingga dari nomogram didapatkan nilai :
Kcy = 1,53 Lky = kcy.L = 1,53.400 = 612 cm
24
5
,
25
612
mr
Lky
y
m my E f c =2
,
275553
96
,
512
24
= 0,33(0,25 <
c
< 1,2) termasuk dalam kategori kolom menengah, dimana:33
,
0
.
67
,
0
6
,
1
43
,
1
.
67
,
0
6
,
1
43
,
1
c
= 0,91 my cr f f =91
,
0
96
,
512
= 586,42 Mpa = 5864,2 kg/cm2Kuat nominal kolom komposit :
2 , 5864 . 471 . s cr n A f P kg/cm2 = 2762058,72 kg
Kuat rencana kolom komposit :
9
,
2347749
2762058,72
.
85
,
0
.
Pn
kg Syarat :
.
Pn
> Pu 9 , 2347749 Kg > 1234585 Kg ...OK Semua beban desain kolom ditopang oleh kolom komposit (terdiri dari profil baja dan beton)Persyaratan luas minimum penampang beton yang menahan beban desain kolom adalah : Kemampuan profil baja menahan beban :
2500
.
471
.
85
,
0
.
.
85
,
0
.
P
nsA
sf
y = 1000875 kgKemampuan penampang beton menahan beban : 1000875 9 , 2347749 . Pnc Pn Pns = 1346874,9 kg
Syarat yang harus dipenuhi untuk luas penampang beton : b c nc f A P 1,7. . . . '
8
,
5415
300
.
85
,
0
.
7
,
1
9
,
1346874
.
.
7
,
1
.
'
c nc bP
f
A
cm2 Luas penampang beton yang ada (Acn) = 6738,79 cm2 >5415,8 cm2 OK Kuat Nominal Momen Kolom Komposit menurut formula Smith :2 22 12 40 Cr = 63 mm = 6,3 cm h1 = h2 = 850 mm = 85 cm Ar = 1520,53 mm2 = 15,2 cm2 Aw = (700-2.24).13.2 = 16952 mm2 = 169,5 cm2 Zx = 7356,34 cm3 Zy = 7505,58 cm3 fy = 250 Mpa fyr = 240 Mpa fc’ = 30 Mpa Kontrol Interaksi :
52
,
0
1234585
.
Pn
2347749,9
Pu
> 0,2 Mnx = Zx.fy + 3 1 (h2-2Cr).Ar.fyr + Awfy h fc fy Aw h . . '. . 7 , 1 . 2 1 2 Mnx = 7356,34.2500+ 3 1 (85-2.6,3).15,2.2400 +.
169
,
5
.
2500
85
.
300
.
7
,
1
2500
.
5
,
169
2
85
= 32867325,7 kgcmMny = Zy.fy + 1/3.(h2 – 2Cr)Ar.fyr +
Awfy h fc fy Aw h . '. . 7 , 1 . 2 1 2 Mny = 7505,58.2500+ 3 1 (85-2.6,3).15,2.2400 +.
169
,
5
.
2500
85
.
300
.
7
,
1
2500
.
5
,
169
2
85
= 33511516,09 kgcm Untuk Pn Pu . > 0,2...rumus 2 SNI 03-1729 ps.12.5-2 0 , 1 . . 9 8 . Mny Muy Mnx Mux Pn Pu
0
,
1
9
33511516,0
.
9
,
0
4956240
09
,
33138416
.
9
,
0
6793220
9
8
52
,
0
= 0,87 < 1 ...OKJadi kolom komposit digunakan profil K
700.300.13.24 dengan selimut beton 85 cm
x 85 cm.
BAB VI
PERENCANAAN SAMBUNGAN Sambungan Balok Anak dengan Balok Induk
Sambungan ini direncanakan sebagai simple connection karena balok anak diasumsikan terletak pada tumpuan sederhana. Sambungan menggunakan baut dan pelat siku sebagai penyambungnya, dengan data-data sebagai berikut :
Vu = 20246,3 kg
Balok anak : WF 450x200x9x14 Balok induk : WF 700x300x13x20 Baut tipe tumpu (ulir pada bidang geser) : 16 mm ; Ab = ¼ d2 = ¼ 1,62 = 2,01 cm2 BJ 55 : fy = 4100 kg/cm2, fub = 5500 kg/cm2 Pelat penyambung : double siku
∟ 70x70x7
BJ 50 : fy = 2900 kg/cm2, fu = 5000 kg/cm2
Sambungan Balok Induk Melintang
Dengan Kolom
Profil dari balok induk dan kolom yang akan disambung adalah sebagai berikut : Balok induk : WF 700x300x13x20
Kolom :
K 700x300x13x24
Akibat beban geser Pu
Alat penyambung
Baut tipe A490 (tanpa ulir pada bidang geser) fu = 150 ksi = 150/1.70,3 kg/cm2 = 10545 kg/cm2
Ø 22 mm ; Ab = ¼ 2.22 = 3,8 cm2 Pelat penyambung : 2 siku
∟ 100x100x10
BJ 50 : fy = 2900 kg/cm2, fu = 5000 kg/cm2
Akibat beban Mu
Alat penyambung
Baut tipe A490 (tanpa ulir pada bidang geser) fu = 150 ksi = 150/1.70,3 kg/cm2 = 10545 kg/cm2
Ø 30 mm ; Ab = ¼ 3,02 = 7,068 cm2 Ø 33 mm ; Ab = ¼ 3,32 = 8,552 cm2 Profil T 400x400x30x50 dengan data-data sebagai berikut :
r = 22 mm tw = 30 mm
bf = 417 mm tf = 50 mm BJ 55 : fy = 4100 kg/cm2, fub = 5500 kg/cm2
Sambungan Balok Induk Memanjang
dengan Kolom
Profil dari balok induk dan kolom yang akan disambung adalah sebagai berikut :
Balok induk : WF 700x300x13x20 Kolom :
K 700x300x13x24
Sambungan Kolom dengan Kolom
Sambungan kolom yang direncanakan pada lantai 2, berdasarkan hasil etabs diperoleh gaya-gaya yang bekerja pada kolom C-27 Story 2. Pu = 1148680 Kg Mux = 60659,2 Kgm Muy = 54719,9 Kgm Vux = 76822,7 Kg Vuy = 79456,7 Kg Kolom K 700x300x13x24 BJ 41 : fy = 2500 kg/cm2 fu = 4100 kg/cm2 Alat penyambung
Baut yang digunakan :
Baut tipe A490 (tanpa ulir pada bidang geser) fu = 150 ksi = 150/1.70,3 kg/cm2 = 10545 kg/cm2
Ø 27 mm ; Ab = ¼ 2,72 = 5,725 cm2 Ø 24 mm ; Ab = ¼ 2,42 = 4,523 cm2 Pelat penyambung yang digunakan : Tebal 15 mm
BJ 50 : fy = 2900 kg/cm2, fu = 5000 kg/cm2
Sambungan Kolom dengan
Base Plate
Pu = 1025394 KgMux = 281210,2 Kgm Muy = 88429,46 Kgm
Untuk arah x direncanakan menggunakan 3 buah baut 1 inch = 2,54 cm dengan fu = 5000 kg/cm2
Base Plate ukuran 105 cm x 105 cm dengan
tebal 20 mm dapat digunakan sebagai alas kolom
K 700x300x13x24
panjang angkur digunakan 60 cm
Sambungan Balok Penumpu Tangga dengan Balok Bordes
Sambungan balok penumpu tangga dengan balok bordes menggunakan sambungan sendi Balok penumpu tangga :WF 300x150x6,5x9 Balok bordes : WF 150 x 100 x 6 x 9 Vu = 2249,5 Kg
Direncanakan :
Pada bidang geser baut tidak ada ulir (r1= 0,5)
Pelat siku penyambung ∟60 x 60 x 6 Mutu profil BJ 50 (fu = 5000 Kg/cm2) Baut = 12 mm
fub = 5500 kg/cm2 Ag = 1,13 cm2
BAB VII
PERENCANAAN PONDASI 7.1 Perencanaan Pondasi Gedung
Semua konstruksi yang direkayasa untuk bertumpu pada tanah harus didukung oleh suatu pondasi. Pondasi adalah bagian dari suatu system rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri ke dalam tanah dan batuan yang terletak dibawahnya.
Pondasi pada gedung Graha Amerta ini direncanakan memakai pondasi tiang pancang jenis pencil pile shoe produk dari PT. WIKA Beton. Spesifikasi tiang pancang yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
Diameter : 600 mm
Tebal : 100 mm
Type : A1
Allowable axial : 235,4 ton Bending Momen crack : 17 tm Bending Momen ultimate : 25,5 tm
direncanakan menggunakan tiang pancang
diameter 60 cm dengan kedalaman 27 m.
7.2 Perencanaan Poer
Pondasi (poer) direncanakan terdiri dari 2 tipe dengan menggunakan tiang pancang berdiameter 60 cm.
7.3 Perencanaan Sloof Pondasi (Tie beam)
Data – data perancangan : PU = 1025190 kg = 10251900 N Dimensi sloof : b = 500 mm
h = 700 mm Ag = 350000 mm2 Mutu bahan : fc’ = 30 MPa
fy = 400 MPa Selimut Beton = 50 mm Tulangan utama D22 Tulangan sengkang = 12 Tinggi efektif (d) = 700 – (50 + 12 + ½ . 22) = 624 mm BAB VIII PENUTUP 8.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan antara lain :
1. Dilakukan perhitungan struktur sekunder terlebih dahulu seperti perhitungan tangga, pelat lantai, dan balok anak terhadap beban-beban yang bekerja baik beban mati, beban hidup maupun beban terpusat.
2. Analisa balok dihitung terhadap kontrol lendutan, kontrol penampang (local buckling), kontrol lateral buckling dan kontrol geser.
3. Prinsip dasar bahwa struktur sekunder menjadi beban pada struktur utama, dan setelah itu dilakukan analisa struktur utama dengan bantuan program yaitu ETABS versi 9.7.1
4. Dilakukan kontrol terhadap balok utama dengan anggapan balok adalah balok baja dianggap sebagai struktur komposit dengan pelat pada saat komposit. Dimana balok menerima beban dari struktur sekunder yang harus dilakukan kontrol meliputi : kontrol lendutan, kontrol penampang (local buckling), kontrol lateral buckling dan kontrol geser.
5. Dilakukan kontrol kekuatan struktur kolom komposit yang meliputi kontrol luas minimum beton pada kolom komposit, perhitungan kuat tekan aksial kolom, perhitungan kuat lentur kolom, dan kontrol kombinasi aksial dan lentur.
6. Rigid connection adalah tipe sambungan yang cocok untuk jenis bangunan baja seperti ini. Selain memiliki kekakuan yang lebih stabil juga lebih mudah dalam pelaksanaan di lapangan.
7. Dari hasil pehitungan didapatkan data-data perencanaan sebagai berikut :
Tebal Pelat Atap : 12 cm Tebal Pelat Lantai : 12 cm
Dimensi Kolom : 85 x 85 cm
Profil kolom: K 700.300.13.24
Profil Balok Induk: WF 700.300.13.20 Profil Balok Anak
BA1: WF 450.200.9.14 BA2: WF 400.200.7.11 BA3: WF 350.175.6.9 BA4: WF 300.150.5,5.8 Profil Balok Lift BF1: WF 350.175.6.9 BF2: WF 400.200.8.13 Profil Balok Tangga
Balok Utama: WF 150.100.6.9 Balok Penumpu : WF 300.150.6,5.9 Struktur bawah bangunan menggunakan tiang pancang diameter 60 cm dengan kedalaman 27 m.
8.2 Saran
Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk menghasilkan perencanaan struktur dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan estetika. Sehingga diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomi, dan tepat waktu dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Amon, Rene ; Knobloch, Bruce & Mazumder, Atanu.1999. Perencanaan Konstruksi Baja
Untuk Insinyur dan Arsitek 2. Bandung :
PT. Pradinya Paramita.
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Bangunan Gedung (SNI
03-1726-2002). Bandung : BSN.
Badan Standardisasi Nasional. 2000. Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur
Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI
03-1729-2002). Bandung : BSN.
Badan Standardisasi Nasional. Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung (SNI
03-2847-2002).
Departemen Pekerjaan Umum. 1983.
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung (PPIUG).
Salmon, Charles G & John E. Johnson. 1991.
Struktur Baja Desain Dan Perilaku Jilid 1
Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.
Smith, J. C. 1996. Structural Steel Desain
LRFD Approach Second Edition. John
Wiley & Sons, Inc : United States of Amerika.
Widiarsa, Ida Bagus Rai., dan Putu Deskarta. 2007. Kuat Geser Baja Komposit Dengan Variasi Tinggi Penghubung Geser Tipe-T
Ditinjau Dari Uji Geser Murni. Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil Vol. 11, No 1.
Marwan dan Isdarmanu. 2006. Buku Ajar :
Struktur Baja I. Surabaya : Jurusan Teknik
Sipil FTSP – ITS.
Purwono, R. 2006. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa.
Suprobo, Priyo. 2000. Desain Balok Komposit
Baja-Beton. Surabaya : Jurusan Teknik
Sipil FTSP – ITS.
Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung
Pondasi Dalam. Surabaya : Jurusan
Teknik Sipil FTSP – ITS.
Bowles, Joseph E. 1991. Analisis dan Desain