• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON HELMET SEPEDA MOTOR YANG DIKENAI BEBAN IMPAK MENGGUNAKAN METODE JATUH BEBAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON HELMET SEPEDA MOTOR YANG DIKENAI BEBAN IMPAK MENGGUNAKAN METODE JATUH BEBAS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

RESPON HELMET SEPEDA MOTOR YANG DIKENAI BEBAN

IMPAK MENGGUNAKAN METODE JATUH BEBAS

Rahmat Kartolo Simanjuntak

Dosen Kopertis Wilayah I

Abstract

A test on a non-standard motor cycle helmet is needed to measure the strength of the helmet resulted from the given impact load. In general, traffic accident is not only influenced by the factor of speed but also the acceleration of earth’s gravity. Therefore, a research was conducted to find out the impact load of free fall occurred to the non-standard helmet. Quite good information about the impact load of free fall on the strength of helmet is good to be informed to the users, industry and government. The purpose of this study was to construct a good test tool to test the strength of non-standard helmet resulted from the free fall impact load, to measure the maximum load that occurs in the helmet, and the capability of the helmet to absorb the energy resulted from the free fall impact load. The researcher in cooperation with the Impact and Fracture Research Center, Magister of Engineering Study Program, Faculty of Engineering, University of Sumatera Utara has made the test tool equipped with a good data acquisition system. The helmet tested is put on the test rig with an adjustable height of fall. To find out the impact time, the test tool is equipped with 8 (eight) inductive proximity censors. The helmet will fall and hit the anvil. The force will be measured using the loadcell put under the anvil. There are four anvils whose forms are adjusted to the real life situation such as flat plat, aligned plat, bullet and a half -spherical anvil. The data will be transferred from loadcell to a data acquisition system which functions to change the form of analogue signal into digital signal. Finally, the data will be saved into PC as a force (N) and time (ms). The result of the experiment done showed that the tool constructed could function well and the reading received has been well-proven. The maximum stress on the flat anvil was 2.465 kPa; the aligned flat anvil was 8.358 kPa; the bullet anvil was 984.70 kPa; and a half -spherical anvil was 5.284 kPa at the elevation of 0.75 m. The minimum energy which caused the fracture on the helmet was 3.24 J at the elevation of 0.3 m.

Keywords: Non-standard Helmet, Free Fall Impact Load, DAQ System, Anvil

1. Pendahuluan

Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 1992 pasal 23 mewajibkan semua pengendara dan penumpang sepeda motor serta kendaraan lain yang tidak memakai rumah-rumah untuk memakai helmet dan Undang-undang Republik Indonesia No 22 Tahun 2009 pasal 57 bahwa perlengkapan kendaraan bermotor bagi sepeda motor adalah helmet Standard Nasional Indonesia. Namun masih banyak pengendara sepeda motor yang melanggar UU tersebut dan tidak memahami betapa pentingnya menggunakan alat pelindung kepala saat mengendarai sepeda motornya khususnya di kota Medan.

Meskipun aturan hukum yang mengatur tentang kewajiban menggunakan helm pengaman berkendaraan telah dikeluarkan namun pada pelaksanaannya masih banyak

pengendara sepeda motor yang mengabaikan peraturan tersebut. Walaupun helmet sepeda motor yang standard banyak dipasarkan, namun kenyataan di lapangan masyarakat banyak memakai helmet sepeda motor non-standard. Pemilihan terhadap penggunaan helmet sepeda motor ini biasanya didasarkan atas kenyamanan dan kesederhanaan bentuk, kemurahan biaya pembelian serta kemudahan dalam penggunaan, namun tentu saja hal ini tidak dapat melindungi kepala secara efektif.

Penyelidikan dan pengujian terhadap kehandalan dan kekuatan helmet telah dilakukan oleh beberapa peneliti dan balai pengujian dengan mengkaji dalam beberapa aspek yang berbeda yaitu: uji standard juga bertujuan meneliti keparahan rusak helmet yang memungkinkan merusak lapisan kulit kepala lewat penetrasi, misalnya Sirim Berhad, Malaysia dan B4T Deperindag, Bandung

(2)

2

Indonesia. Thomson, R.D., melakukan penyelidikan tentang kekuatan dan ketahanan helm industri terhadap beban transversal, sedangkan Yu T., et al melakukan pengujian terhadap kekuatan dan ketahanan helm dengan pengimpakan terpusat dan pengimpakan penetrasi. Selanjutnya Syam, B., dan Mahadi, B., telah melakukan penelitian tentang teknik pengukuran tegangan insiden dengan aplikasi teknik dua gage untuk pengujian helm industri yang dikenai beban impak kecepatan tinggi. Teknik aplikasi dua gage tersebut relatif lebih mudah digunakan dimana helm yang diuji memberikan respon beban dan waktu impak (tegangan insiden) sesuai dengan karakteristik pembebanan. Penelitian helm industri juga telah dilakukan secara simulasi komputer dengan menggunakan pendekatan elemen hingga oleh Nayan, dengan menyelidiki perilaku yang terjadi pada helm akibat benda jatuh dari ketinggian 40 meter.

Berdasarkan serangkaian penelitian tersebut peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode jatuh bebas. Dalam penelitian dibangun alat uji jatuh bebas helmet sepeda motor non standard yang dirangkaikan dengan komputer PC dan perangkat lain yang dibutuhkan sebagai sistim data akusisinya.

Kejadian yang sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas ialah dimana pengendara jatuh dari kendaraan dan mengalami benturan yang mengenai kepala meskipun telah memakai helmet sepeda motor, namun dari jenis helmet non standard. Dari peristiwa ini perlu diketahui seberapa besar tegangan yang diterima pada lokasi pengimpakan, distribusi tegangan yang terjadi dipermukaan helmet, besar impak yang menyebabkan terjadinya keretakan pada helmet.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengukuran helmet sepeda motor yang dikenai beban impak menggunakan metode jatuh bebas. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini ialah untuk membuktikan bahwa metode impak jatuh bebas ini dapat digunakan sebagai dasar pengukuran respon helmet sepeda motor non standard, untuk mengetahui beban impak maksimum dan tegangan maksimum yang dapat diterima helmet, dan untuk mengetahui besarnya beban dan energi potensial yang mampu diserap helmet pada berbagai jenis anvil.

2. Eksperimental

Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Riset Impak dan Keretakan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dimulai dari pembuatan alat Uji Jatuh Bebas untuk pengujian helmet sepeda motor dengan mengacu standard pengujian helmet sepeda motor yang dibuat di bengkel Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Medan. Selanjutnya analisa data eksperimental menggunakan software DAQ For Helmet Impact Testing untuk mengolah data akusisi yang diperoleh dari Loadcell.

Penelitian ini menggunakan bahan helmet sepeda motor non standard yang masih banyak digunakan pengendara sepeda motor di Sumatera Utara khususnya di kota Medan. Peneliti mengasumsikan bahwa helm jenis ini belum memenuhi kategori standard, karena tidak terdapat label maupun sticker uji standard SNI yang tertera pada helmet. Bentuk helmet yang diuji diperlihatkan pada gambar 1.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 1. Helmet sepeda motor non-standard ; (a) tampak depan, (b) samping, (c) belakang, dan (d) atas.

Alat uji yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah alat uji jatuh bebas dengan konstruksi dan alat pengukur gaya impak jatuh bebas berturut-turut diperlihatkan pada gambar 2 dan 3.

Alat Pengukur Gaya Impak Benda Jatuh Bebas (loadcell) adalah sebuah sensor gaya yang bekerja menggunakan strain gage

(3)

3

full bridge dengan tahanan SG 350 ohm. Kemampuan alat ini dapat menerima beban dan mengukur gaya impak hingga 30.000 kg, dan untuk penggunaannya alat ini sudah mendapatkan sertifikat kalibrasi dari Komite Akreditasi Nasional untuk 20.000 kg.

Gambar 2. Alat uji impak jatuh bebas

Ga mbar 3. Alat pengukur beban impak (loadcell)

Anvil adalah landasan sebagai sasaran impak jatuh bebas yang menggambarkan berbagai kondisi jatuhnya helmet di lapangan. Pada penelitian ini terdapat 4 (empat) buah jenis anvil, yaitu jenis plat datar, plat miring, peluru, dan setengah bola. Bentuk-bentuk anvil tersebut diperlihatkan pada gambar 4.

Dalam penelitian ini variabel yang diamati adalah sebagai berikut: (1) jarak pengimpakan helmet sepeda motor terhadap anvil ( 0,5m, 1m, 1,5m, 2m, 2,5 m, 3m, 3,5m,

4m, ), (2) distribusi tegangan yang terjadi pada permukaan helmet sepeda motor setelah dikenai beban impak, dan (3) besar kekuatan material helmet terhadap beban impak jatuh bebas yang diberikan.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 4. Anvil pengujian; (a) plat datar, (b) plat miring, (c) peluru, dan (d) setengah bola. Akibat tumbukan benda jatuh bebas pada alat sensor, maka timbul gelombang tegangan tekan (compressive stress wave). Pada alat sensor, gelombang akan ditangkap oleh pengolah sinyal (signal conditioner) berupa perubahan tahanan listrik ΔR/R yang sebanding regangan yang diterima strain gage dengan bridge box. Selanjutnya dengan menggunakan alat pengolah sinyal tersebut dikonversikan dalam bentuk tegangan listrik. Sinyal-sinyal tersebut diteruskan dalam bentuk gelombang, kemudian ditampilkan pada penampil sinyal dalam bentuk digital sehingga dapat terbaca langsung. Akhirnya sinyal tersebut diteruskan ke perangkat komputer yang telah dilengkapi dengan software pengukuran DAQ For Helmet Impact Testing Software. Software yang dimaksud diperlihatkan pada gambar 5.

Keterangan Gambar : 1. Frame base 2. Support table 3. Loadcell 4. Teflon base 5. Bottom base 6. Ball end penetrator 7. Anvill support 8. Anvil 9. Helm et 10. Test rig 11. Pipa luncur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(4)

4

Ga mbar 5. DAQFor Hel met Impact Testing

Software

3. Hasil dan Pe mbahasan

Gaya maksimum yang terkandung dalam setiap pengujian diperoleh dengan menggunakan persamaan F = m.a. Karena percepatan yang mempengaruhi pengujian ini hanya berasal dari percepatan grafitasi bumi, maka variabel a pada persamaan tersebut dapat digantikan dengan konstanta grafitasi bumi, yang diasumsikan sebesar 9,81 ms-2. Oleh karena massa benda jatuh yang telah didesain adalah 5 kg, maka gaya maksimumnya ialah 49,05 N. Sementara energi yang diserap helm bergantung kepada posisi ketinggian jatuh helm ke anvil.

Pada pengujian dengan menggunakan anvil jenis plat datar diberikan dalam dua perlakuan, yaitu dengan memberikan peredam spring dan tanpa peredam spring. Pemberian spring bertujuan untuk melindungi load cell dari pengaruh beban impak yang langsung beraksi padanya. Hasilnya diperlihatkan pada gambar 6 dan 7.

Ga mbar 6. Gaya yang dihasilkan dengan anvil jenis plat datar dengan peredam spring.

Ga mbar 7. Gaya yang dihasilkan dengan anvil jenis plat datar tanpa peredam spring

Perbandingan gaya maksimum yang dihasilkan pada pengujian dengan anvil plat datar yang dilengkapi peredam spring diperlihatkan pada gambar 8 dengan variasi terhadap tinggi jatuh.

Ga mbar 8. Perbandngan gaya maksimu m pada uji dengan anvil plat datar d ilengkap i pereda m spring.

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa alat uji telah menunjukkan pembacaan yang cukup baik terhadap gaya yang dihasilkan, dimana terlihat bahwa semakin jauh jarak objek terhadap anvil akan menghasilkan gaya dan energi yang semakin besar juga.

Energi yang mampu diserap helmet pada anvil jenis ini tidak lebih dari 50% dari keseluruhan energi tersedia (Emaks = 36,78 J). Selanjutnya untuk hasil pengujian dengan ketinggian 0,5 m, energi yang mampu diserap hanya sekitar 20% dari keseluruhan energi yang diberikan (Emaks = 24,52 J), sebelum akhirnya mengalami kerusakan.

Perbandingan gaya maksimum pada kedua jenis pengujian untuk anvil datar diperlihatkan pada gambar 9.

(5)

5

Ga mbar 9. Perbandingan hasil pengujian antara Anvil datar menggunakan peredam spring (PS) dan tanpa peredam spring (TPS) pada ket inggian 0,75m

Pada pengujian pertama gaya yang diberikan pada helm hampir sama dengan perbedaan sebesar 4%. Demikian juga pada pengujian kedua, gaya yang diberikan hanya memiliki perbedaan sebesar 2%. Tetapi pada pengujian ketiga, terdapat perbedaan yang signifikan yaitu sebesar 22%. Pada pengujian dengan menggunakan peredam spring beban yang diserap dalam helm sebesar 43% sedangkan dengan tidak menggunakan spring sebesar 33%. Dengan demikian terlihat bahwa pengaruh peredam spring menyebabkan ketidakakuratan pembacaan sebesar 10%. Oleh karena itu pengujian selanjutnya dilakukan dengan tanpa peredam spring.

Gaya maksimum pada pengujian impak jatuh bebas dengan anvil bentuk plat miring diperlihatkan pada gambar 10.

Ga mbar 10. Hasil pengujian impa k jatuh bebas helm non-standar dengan anvil p lat miring

Pada pengujian pertama dengan ketinggian jatuh 1 m, helmet langsung mengalami kerusakan. Pada kondisi ini energi yang diserap helmet mencapai 77% dari keseluruhan energi yang diberikan.

Selanjutnya pada pengujian kedua dengan ketinggian jatuh 0,75 m dilakukan hingga dua kali percobaan. Pada percobaan pertama uji kedua, energi yang diserap helm sekitar 72% dan helmet tidak mengalami kerusakan. Tetapi pada percobaan kedua helmet mengalami kerusakan dan energi yang terserap adalah sebesar 64%. Selanjutnya pada pengujian ketiga denga ketinggian jatuh 0,5 m dilakukan hingga tiga kali percobaan. Energi yang terserap pada masing-masing percobaan mulai percobaan pertama, kedua dan ketiga berturut-turut ialah 64%, 62%, dan 55%.

Apabila dibandingkan dengan jenis anvil plat datar terlihat bahwa kemampuan helmet lebih baik pada jenis anvil plat miring. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil serangkaian pengujian yang telah dilakukan, dimana energi yang diserap pada plat datar relatif cukup kecil untuk menyebabkan kerusakan pada helm non-standar dibandingkan pada jenis anvil plat miring. Perbedaan energi yang diserap tersebut adalah 62%.

Gaya maksimum pada pengujian impak jatuh bebas dengan anvil bentuk peluru diperlihatkan pada gambar 11.

Ga mbar 11. Data hasil pengujian impa k jatuh bebas pada helm non-standar dengan anvil jen is peluru

Akibat bentuk anvil pada jenis ini relatif tajam, maka pada pengujian pertama dengan ketinggian 0,5 m dan gaya yang diberikan relatif cukup kecil, maka helm telah mengalami kerusakan. Energi yang diserap hanya sekitar 18% dari keseluruhan energi yang tersedia (24,53 J). Selanjutnya pada pengujian impak dengan ketinggian 0,35 m, hasilnya helm mengalami kerusakan hanya dengan sekali percobaan. Energi yang diserap juga relatif kecil yaitu 33% dari keseluruhan energi yang tersedia. Pada pengujian ketiga

24.33 22 21 23.4322.52 16.22 14 16 18 20 22 24 26 0 1 2 3 4 For ce (N ) No. Pengujian PS TPS 37.83 35.14 31.53 31.53 30.63 27.02 25.00 27.00 29.00 31.00 33.00 35.00 37.00 39.00 0 1 2 3 4 For ce (N ) No. Pengujian Uji1; h=1m Uji2; h=0,75m Uji3; h=0,5m 9.01 16.22 14.42 13.00 10.81 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 0 2 4 Fo rc e (N ) No. Pengujian Uji1; h=0,5m Uji2; h=0,35m Uji3; h=0,3m

(6)

6

dengan ketinggian jatuh 0,3 m, dilakukan sebanyak tiga kali percobaan. Energi rata-rata yang diserap helm pada pengujian ini ialah sebesar 3,82 J atau sebesar 25% dari keseluruhan energi yang tersedia (14,72 J).

Jika dibandingkan dengan dua jenis anvil sebelumnya maka kekuatan helmet non-standar pada jenis anvil ini relatif sangat rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan konsentrasi beban sepenuhnya terjadi pada ujung peluru.

Gaya maksimum pada pengujian impak jatuh bebas dengan anvil bentuk setengah bola diperlihatkan pada gambar 12.

Ga mbar 12. Data hasil pengujian impa k jatuh bebas helm non-standar dengan anvil jenis setengah bola

Pada jenis anvil ini dilakukan 4 (empat) kali pengujian seperti diperlihatkan pada tabel 4.5. Pada pengujia pertama dengan ketinggian jatuh 1,5 m, helm mengalami kerusakan dalam satu kali pengujian. Energi yang diserap pada pengujian ini ialah sebesar 85% dari energi keseluruhan yang dapat terjadi pada posisi tersebut (Emaks = 73,6 J). Pada pengujian kedua dilakukan 2 (dua) kali percobaan dengan gaya dan energi rata-rata sebesar 30,15 N dan 37.68 J. Jumlah energi rata-rata yang mampu diserap helm pada posisi ini adalah 61.5% dari energi keseluruhan yang dapat terjadi pada posisi tersebut (Emaks = 61,31 J). Pada pengujian ketiga dilakukan dalam 2 (dua) kali percobaan juga, dengan gaya dan energi rata-rata sebesar 19,98 N dan 14,98 J. Jumlah energi rata-rata yang mampu diserap helm pada posisi ini ialah 40,7% dari energi keseluruhan yang dapat terjadi pada posisi tersebut (Emaks = 36,79 J). Pada pengujian keempat dilakukan 3 (tiga) kali percobaan, dengan gaya dan energi rata-rata sebesar 12,67 N dan 3,8 J. Jumlah energi rata-rata yang mampu diserap helm pada posisi ini ialah 25,8% dari energi keseluruhan

yang dapat terjadi pada posisi tersebut (Emaks = 14,72 J). Perbandingan energi yang diserap pada tiap-tiap pengujian dengan jenis anvil setengah bola ini diperlihatkan pada gambar 4.31.

Berdasarkan hasil pengujian tersebut kekuatan helmet non-standar tidak begitu baik jika dikenai beban dengan struktur setengah bola ini. Hal ini terbukti dengan jumlah energi yang diberikan relatif cukup kecil, maka helmet sudah mengalami kerusakan. Kasus ini mirip dengan kasus impak jatuh bebas yang menggunakan anvil jenis peluru, dimana konsentrasi beban yang masuk kedalam helm terkonsentrasi pada suatu titik.

Kesimpulan

1. Berdasarkan data hasil pengujian diperoleh informasi bahwa semakin tinggi jarak jatuh helmet terhadap anvil maka gaya impak yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini terbukti pada hasil pengujian dengan ketinggian 0,75 m, 0,5 m, dan 0,3 m gaya rata-rata yang dihasilkan pada masing-masing ketinggian tersebut berturut-turut ialah 25 N, 21 N, dan 15 N. Nilai-nilai tersebut diperoleh langsung dari hasil pembacaan sensor pada bagian load cell. Dengan demikian alat uji ini terbukti dapat dipergunakan sebagai alat ukur pengujian helmet standar menggunakan metode impak jatuh bebas.

2. Beban impak maksimum yang diserap helmet sepeda motor pada pengujian dengan jenis anvil plat datar dengan menggunakan peredam spring sebesar 24,33 N pada ketinggian jatuh 0,75 m dan tanpa peredam spring sebesar 23,43 N pada ketinggian yang sama. Untuk anvil jenis plat miring gaya maksimum yang terjadi pada variasi ketinggian jatuh 1 m, 0,75 m, dan 0,5 m berturut-turut adalah 37,83 N, 35,14 N, dan 31,53 N. Untuk anvil jenis peluru gaya maksimum yang terjadi pada variasi ketinggian jatuh 0,5 m, 0,35 m, dan 0,3 m berturut-turut 9.01 N, 16,22 N, dan 14,42 N. Untuk anvil jenis setengah bola gaya maksimum yang terjadi pada variasi ketinggian jatuh 1,5 m, 1,25 m, 0,75 m, dan 0,3 m berturut-turut 41,44 N, 34,17 N, 21,62 N, dan 15,30 N. Sementara tegangan maksimum terjadi pada uji impak jatuh bebas dengan

62.16 42.71 32.65 16.2213.75 4.593.513.30 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 0 1 2 3 4 Ene rg i ( J) No. Pengujian Uji 1 1m Uji 2 1,25m Uji 3 0,75m Uji 4 0,3m

(7)

7

menggunakan anvil jenis peluru, yaitu sebesar 984,69 kPa. Sedangkan untuk anvil jenis-jenis yang lain hanya berkisar antara 2 s.d. 8 kPa. Besarnya tegangan yang terjadi pada anvil jenis peluru disebabkan oleh konsentrasi tegangan yang terjadi pada daerah kontak. Hal ini menyebabkan hampir seluruh helmet non-standar mengalami kegagalan ketika diuji dengan menggunakan anvil jenis peluru. 3. Berdasarkan hasil pengujian terhadap

beberapa jenis anvil diperoleh bahwa energi terkecil yang menyebabkan helmet rusak terjadi pada jenis anvil peluru, yaitu sebesar 3,24 J pada ketinggian 0,3 m. Hasil ini mendukung deskripsi pada kesimpulan kedua dimana tegangan terbesar terjadi pada titik dimana pemusatan beban dengan luas penampang yang sangat kecil. Bila dihubungkan antara tegangan dan energi yang terjadi diperoleh informasi bahwa tegangan yang terjadi akibat luas kontak yang sangat kecil akan menghasilkan tegangan maksimum pada helmet. Sedangkan energi yang mampu diserap helmet menjadi kecil sebelum mengalami kegagalan. Hal ini berbeda dengan jenis anvil yang lain, dimana karena luas kontak yang cukup besar dengan gaya relatif sama, maka tegangan yang dihasilkan menjadi lebih kecil dan energi yang menyebabkan kegagalan menjadi besar. Besarnya energi rata-rata yang mampu diserap pada anvil jenis plat datar dengan peredam ialah 57%, pada plat datar tanpa peredam 59%, anvil plat miring 32%, anvil setengah bola 42%, dan anvil peluru 67%. Dengan demikian penyerapan energi maksimum terjadi pada anvil peluru. Hal ini membuktikan bahwa helmet non-standar sangat berbahaya untuk digunakan karena tidak mampu menahan energi impak yang diberikan melebihi 50%.

Referensi

Daimaruya, M., H. Kobayashi, Bustani syam, and M. Chiba, Impact Tensile Strength of Brittle Materials, Proc. Of Int. Conf. on Adv. Tech. In Exp. Mech. (ATEM’96), Nov. 1995, Tokyo, Japan, pp. 269-274.

Daimaruya, M., H. Kobayashi, and Bustami Syam, and M. Chiba, Impact Tensile Strength and Fracture of Plaster, J. of the jap. Soc. For Strength and Frac. Of Mat., JSFM, vol. 30, no. 1, 1996.

Johnson, W., Impact Strength of Materials, Edward Arnold, London, 1972

Japan International Standard for Safety Helmet, T-8131, Japan, 1977

Kolsky, H., An Investigation of The Mechanical Properties of Materials at Very High Rate of Loading, Proc. Phys. Soc. (London), B62, 676-700 (1949) Lindholm, U.S., Some Experiments with

Split-Hopkinson Pressure Bar, J. Mech. Phys. Solid, 12, 317-335, 1964

Robert Metz, Impact and Drop Testing with ICP® Force Sensors, PCB Piezotronics, Inc, Automotive Testng Expo, North America USA, 2006

Standar Nasional Indonesia, Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua untuk Umum, SNI 19-1911-1990.

Syam, B., A Measuring Method for Impact Tensile Strength and Impact Fracture Behaviors of Brittle Materials, A Doctoral Dissertation, Muroran Institute of Technology, Muroran, Japan, March 1996, pp. 29-98.

Syam B, Perilaku Mekanik Material Keramik Teknik Terhadap Beban Impak, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin, FT. USU, Medan, 1996.

Syam B, etal, Pembuatan Alat Uji Air Gun Compressor dan penyelidikan Perilaku Mekanik Berbagai Material Keramik Akibat Beban Impak, Laporan Komprehensif Penelitian Hibah Bersain VI/1 dan VI/2, Medan, 1999.

Syam B, Aplikasi Teknik Dua Gage Dalam Pengukuran Tegangan Insiden pada Helmet Industri yang Dikenai Beban Impak Kecepatan Tinggi, Jurnal Ilmiah SINTEK, Vol.19, no.2, 2003.

Syam B, Laporan Hibah Pasca Ke DP3M DIKTI, Jakarta, Nopember, 2004

(8)

8

Syam B, Nayan A, Penyelidikan Perilaku

Mekanik Helm Industri Akibat Beban Impak Kecepatan Tinggi, Prosiding Seminar Material dan Struktur (MASTRUCT), Medan, Januari, 2004 Weibul, W., A Statistical Distribution

Function of Wide Aplicability, J. Appl. Mech., 18[3], 293-297, September 1951. Yanagihara, N., Theory of One-Dimensional

Elastic Wave for the Measurement of the Impact Force, Bulletin of JSME, vol. 43, 1977, pp. 40-48.

Gambar

Gambar  1.  Helmet  sepeda  motor  non- non-standard ; (a) tampak depan, (b) samping, (c)  belakang, dan (d) atas
Gambar 4. Anvil pengujian; (a) plat datar, (b)  plat miring, (c) peluru, dan (d) setengah bola

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi terbaik dari pemberian pupuk hijau Azolla pinnata dengan pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi

Dalam pembuatan program ini penulis menggunakan bahasa pemrograman J2SE(Java 2 Standart Edition) yang dapat berjalan pada jaringan LAN(Local Area Network), dikarenakan Java

LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA APBD DAN PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN. Semester Pertama Semester Pertama Prognosis

Aplikasi ini dibuat dengan menggunakan Joomla yang terdiri dari 3 elemen dasar yaitu PHP sebagai bahasa pemrograman, MySQL sebagai system manajemen basis data dan Apache

LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA APBD DAN PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN. Semester Pertama Semester Pertama Prognosis

Situs web SMA Negeri 1 Cilamaya adalah salah satu web sekolah yang dapat ditemukan di dunia maya internet yang secara khusus ditujukan untuk siswa siswi SMA Negeri 1 Cilamaya dan

Dengan diketahuinya densitas nilai ( exposure ) maka secara keseluruhan resiko suatu kawasan akibat skenario earthquake hazard tertentu akan dapat disetimasikan.

pengaruh kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar akidah