• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

KAYU GELONDONGAN, MEBEL

DAN KAROSERI

6.1. Uraian Proses Produksi

Yang dimaksud dengan industri perkayuan di sini adalah industri yang menggunakan kayu setengah jadi sebagai bahan bakunya, seperti industri mebel, karoseri, pengolahan kayu gelondongan dan lain-lain. Tahap-tahap aktifitas produksi pada industri perkayuan adalah seperti yang disajikan gambar di bawah ini, dibagi atas :

1. Persiapan bahan baku 2. Proses produksi 3. Pengemasan produk Persiapan bahan baku Proses produksi Pengemasan produk Bahan baku Produk

Gambar 6.1. Tahap-Tahap Dalam Kegiatan Produksi Tahap persiapan bahan baku meliputi pembersihan material dari kotoran, pembuangan kulit (pada industri kayu gelondongan), pemotongan menjadi ukuran yang lebih kecil serta penghalusan (pengetaman) sehingga kayu siap digunakan. Proses produksi adalah proses pembentukan bahan baku menjadi produk yang diinginkan. Pekerjaan dalam tahap ini antara lain pemotongan (sizing) sampai ukuran yang dikehendaki, pemahatan dan proses pembentukan benda seperti wujud yang harapkan, terutama dalam industri mebel dan karoseri. Tahap akhir adalah pengemasan produk yang meliputi pengalusan, pewarnaan (pengecatan), proses finishing dan pengepakan. Tahap ketiga ini terutama untuk industri mebel dan karoseri.

(2)

6.2. Limbah Yang Dihasilkan

Limbah yang dihasilkan dalam aktifitas industri perkayuan sebagian besar merupakan limbah padat berupa serpihan-serpihan kulit kayu, potongan-potongan kayu berukuran kecil

(chips wood) dan serbuk kayu atau butiran-butiran halus yang

terbuang saat kayu dipotong dengan gergaji. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini, tiap-tiap aktifitas produksi sangat berpotensi mengeluarkan limbah. Persiapan bahan baku Proses produksi Pengemasan produk

Limbah Limbah Limbah

Gambar 6.2. Sumber-Sumber Limbah Dalam Aktifitas Produksi Jenis limbah padat yang dihasilkan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut :

 Pada tahap persiapan bahan baku, sebagian besar limbah padat yang dihasilkan berupa potongan-potongan kayu kecil disamping serbuk kayu, tetapi pada industri pengolahan kayu gelondongan juga akan dihasilkan serpihan kulit kayu.

 Pada tahap proses produksi dan pengemasan produk, dihasilkan limbah padat berupa potongan-potongan kayu dalam ukuran yang lebih kecil lagi disamping limbah berbentuk serbuk.

 Pada tahap pengemasan produk, seandainya ada produk yang gagal, maka biasanya bagian-bagian tertentu dari produk yang gagal tersebut dimanfaatkan lagi untuk membuat produk lain yang ukurannya lebih kecil.

(3)

Limbah cair dihasilkan pada saat pencucian kayu dari kotoran-kotoran tanah yang terikut pada tahap persiapan bahan baku dan sedikit limbah kimia organik (tinner, cat) yang tercecer pada saat proses finishing. Air limbah pencucian kayu umumnya hanya mengandung tanah dan tidak mengandung polutan organik, sehingga dapat langsung dibuang kesungai tanpa melalui proses pengolahan. Sedangkan limbah kimia yang tercecer misalnya dilantai, bersama air pencucian lantai dialirkan ke dalam septic tank atau kedalam pengolahan limbah domestik.

Foto 6.3. Limbah Industri Perkayuan Berupa Serbuk Kayu

6.3. Proses Pengolahan Limbah Padat

Sebagaimana diketahui, limbah kayu adalah bahan organik yang terbentuk dari senyawa-senyawa karbon seperti holo

sellulose (sellulose dan hemi sellulose), lignin dan sedikit

senyawa karbohidrat, sehingga sangat berpotensi dijadikan sumber energi. Pada seksi ini pengolahan limbah padat lebih difokuskan pada proses pemanfatannya baik secara langsung maupun setelah melalui proses daur ulang.

(4)

Foto 6.4. Limbah Industri Perkayuan Berupa Serpihan Kayu

6.3.1 Pemanfaatan Sebagai Kayu Bakar

Secara tradisional sejak dahulu, limbah kayu sudah dimanfaatkan sebagai bahan bakar di rumah-rumah tangga untuk keperluan memasak. Limbah kayu berupa serpihan dapat langsung dijadikan kayu bakar, sedangkan limbah kayu berupa serbuk biasanya dijadikan bahan bakar setelah dipadatkan menjadi “angklo”. Caranya, serbuk kayu setelah dikeringkan dimasukan kedalam cetakan berupa tunggu, kemudian dipadatkan dan langsung dapat dibakar.

6.3.2 Pemanfaatan Sebagai Bahan Baku Pupuk Organik

Limbah industri kayu, terutama yang berbentuk serbuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos, setelah dicampur dengan limbah-limbah lain seperti sampah organik, daun-daunan, sisa-sisa makanan dan lumpur organik pada unit pengolahan limbah. Umumnya bahan-bahan pencampur di atas mempunyai kadar air cukup tinggi, sehingga

(5)

serbuk kayu disamping berfungsi sebagai sumber karbon juga sebagai media penyerap air. Bagan pembuatan kompos dari bahan baku campuran limbah-limbah organik termasuk limbah industri perkayuan adalah seperti gambar di bawah ini.

Fermentasi Tahap I Bahan baku Kompos Fermentasi Tahap II Sizing & Packaging Recycle

Gambar 6.5. Tahap-Tahap Produksi Kompos Dari Limbah Organik

Pertama, campuran bahan baku ditumpuk dalam ruangan yang diberi atap agar tidak kena hujan. Disini dibiarkan selama sekitar 3 minggu sampai terjadi proses penguraian senyawa-senyawa komplek berantai panjang menjadi senyawa-senyawa sederhana oleh mikroba yang ada di dalam limbah tersebut. Selama proses fermentasi suhu akan naik sampai mencapai 70 oC.

Foto 6.6. Fermentasi Tahap I Produksi Kompos Dari Limbah-Limbah Organik Dalam Skala Industri

(6)

Secara priodik, bahan-bahan kompos tersebut diaduk guna membebaskan panas yang tersimpan, disamping itu fungsi lainnya adalah untuk homogenisasi campuran. Proses ini disebut fermentasi tahap I. Selanjutnya kompos setengah jadi hasil tahap I dipindahkan keruangan lain untuk proses lanjutan pada fermentasi tahap II. Disini akan terjadi reaksi penyempurnaan, bahan-bahan yang belum sempat terurai pada tahap I akan didegradasi lagi.

Proses tahap II berlangsung selama 2-3 minggu, dan suhu disini berkisar antara 40 ~ 45 oC. Setelah proses komposting selesai, kompos hasil fermentasi tahap II yang banyak mengandung mikroba aktif, sebagian dicampur dengan bahan baku segar. Dengan demikian proses komposasi selanjutnya akan berlangsung lebih cepat lagi.

Pada tahap pengayakan (sizing) dan pengemasan

(packaging), pupuk kompos dibersihkan dari kotoran-kotoran

yang mungkin masih terikut, kemudian dihaluskan sampai ukuran yang diinginkan. Produk yang sudah bersih dan halus ditimbang, selanjutnya dimasukkan ke dalam karung dan siap untuk dipasarkan.

Foto 6.7. Produk Kompos Dari Limbah Organik Dalam Skala Industri Siap Dikemas Untuk Dipasarkan

(7)

6.3.3. Pemanfaatan Sebagai Bahan Baku Produksi Etanol

Sebagaimana telah diuraikan di atas, limbah pada industri perkayuan merupakan bahan organik yang komponen utamanya adalah senyawa sellulose yang sangat berpotensi dijadikan bahan baku pada industri etanol (alkohol) substitusi bahan bakar. Diagram alir proses produksi etanol tersebut seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Asam pekat

Gambar 6.8. Tahap-Tahap Produksi Etanol Dari Bahan Baku Limbah Industri Perkayuan

Pertama, senyawa sellulose dikonversi menjadi sakarida atau gula melalui proses sakarifikasi dengan asam pekat. Padatan yang tidak terdekomposisi yaitu senyawa lignin, dipisahkan dari larutan sakarida pada unit filtrasi, selanjutnya lignin dijadikan bahan bakar padat. Asam yang terikut bersama larutan sakarida diambil pada unit rekoveri asam, kemudian dikembalikan ke tangki sakarifikasi untuk digunakan lagi.

Sakarifikasi Limbah padat

industri perkayuan Filtrasi Cairansakarida*

Rekoveri

asam

Recoveri asam

Fermentasi etanol Distilasi

Etanol

Air limbah Pengolahan air limbah Air olahan Reused

Cairan sakarida*

(8)

Larutan sakarida hasil proses sakarifikasi dimana komponen utamanya adalah glukosa, selanjutnya difermentasi menjadi etanol pada bioreaktor (fermentor) dengan bantuan mikroba ragi. Etanol hasil fermentasi kemudian dimurnikan pada kolom distilasi sampai mencapai konsentrasi etanol sekitar 98%. Air limbah yang keluar dari bagian bawah kolom distilasi tergolong air limbah organik, mempunyai konsentrasi polutan (BOD) sangat tinggi dan pH sangat rendah.

Foto 6.9. Larutan Sakarida Hasil Fermentasi

Air limbah ini kemudian digunakan lagi (reused) pada proses produksi setelah diolah melalui beberapa tahap proses, seperti proses penetralan asam, penguraian polutan-polutan karbon organik dan senyawa-senyawa ammonia. Karena air limbah di atas merupakan limbah organik, maka umumnya sistem pengolahan yang diterapkan adalah proses pengolahan secara biologis.

(9)

Dengan melakukan proses pengolahan seperti tahap-tahap di atas, maka diharapkan air hasil olahan sudah dapat digunakan kembali (reused) dalam kegiatan produksi, sehingga kebutuhan air bersih dari luar dapat dikurangi. Di dalam penggunaannya, etanol dari bahan baku limbah sellulose ini dicampur dengan bahan bakar bensin dalam komposisi jumlah tertentu. Bahan bakar campuran bensin dengan etanol lebih dikenal dengan nama bahan bakar “gasohol”.

Foto 6.10. Foto Mikroskop Ragi, Mikroba Yang Bekerja Pada Fermentasi Etanol

Di Brazil, bahan bakar gasohol sudah lama digunakan secara komersial, begitu juga China dan Thailand mulai mengikutinya. Di Indonesia sendiri, bahan bakar gasohol sudah diuji coba pada sekitar tahun 1980, dimana etanol yang digunakan diproduksi dari bahan baku ubi kayu 2). Etanol dari bahan baku yang terbarukan ini merupakan sumber energi alternatif yang menjanjikan dimasa depan.

(10)

6.4. Daftar Pustaka

1. Ikbal, Nagai, S., Miyanaga, T., Shigematsu, T., Morimura, S., and Kida, K.: Development of emission free process for

production of fuel ethanol from cellulosic biomass. Abstract

annual meeting Bioscience Bioengineering, Japan (2003). 2. Ikbal.: Pengolahan air limbah industri etanol dari bahan baku

ubi kayu dengan proses fermentasi metana (laporan

penelitian). Biomass Energy Research and Development

Centre, BPPT (1987).

Gambar

Gambar 6.2. Sumber-Sumber Limbah Dalam Aktifitas Produksi
Foto 6.3. Limbah Industri Perkayuan Berupa Serbuk Kayu
Foto 6.4. Limbah Industri Perkayuan Berupa Serpihan Kayu
Gambar 6.5.  Tahap-Tahap Produksi Kompos   Dari Limbah Organik
+5

Referensi

Dokumen terkait

“Setiap karyawan selalu melakukan penyerahterimaan tugas berikutnya dalam setiap jadwal pergantian jam kerja mereka masing-masing setiap hari selama 5 hari kerja dalam seminggu,

Hasil pengujian (H5) membuktikan bahwa tidak ada pengaruh antara variabel bebas Pekerjaan itu sendiri (X 4 ) terhadap variabel terikat Kepuasan Kerja (Y).Sehingga

Selanjutnya pada Stadium M-3 parameter bobot basah buah, bobot kering buah, dan ukuran buah (panjang buah, lingkar buah dan volume) menunjukkan nilai yang tidak

bagi kesehatan maupun lingkungan merupakan juga harapan bagi setiap pengguna jasa pencatatan meter, dan f) sikap petugas dalam melayani pelanggan. Persepsi masyarakat /

dikembangkanlah perangkat pembelajaran fisika fluida berbasis lingkungan lahan basah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan validitas perangkat pembelajaran

Dari keterangan tersebut dapat dipahami bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah menggambarkan fakta apa adanya dengan cara yang sistematis dan akurat,

Air buangan industri adalah air buangan dari kegiatan industri yang dapat diolah dan digunakan kembali dalam proses atau dibuang ke badan air setelah diolah terlebih dahulu

46 Penelitian ini difokuskan pada penilaian kinerja dan tingkat pelayanan (level of services) pada penumpang pesawat udara yang menerima jasa pelayanan dari maskapai penerbangan